• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID 19 DAN UPAYA PEMULIHAN PARIWISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID 19 DAN UPAYA PEMULIHAN PARIWISATA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

41

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID 19 DAN UPAYA

PEMULIHAN PARIWISATA

I Made Suastika,SH.

Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali, imadesuwastikaSH@gamil.com

Abstract

Corona Virus Disease 2019 or often abbreviated as Covid-19 is an infectious disease caused by a virus, which has a very fast spread throughout the world. COVID-19 (corona virus disease 2019) is a disease caused by a new type of corona virus, namely Sars-CoV-2, which was first reported in Wuhan China on December 31, 2019. COVID-19 was first reported in Indonesia on March 2 2020.

Keywords: Covid-19

Abstrack

Corona Virus Deasease 2019 atau sering disingkat Covid-19 merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus, dimana memiliki penyebaran yang sangat cepat diseluruh dunia. COVID-19 (corona virus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis corona virus Baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. COVID-19 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020.

Kata Kunci : Covid-19 1. Pendahuluan

Penyebaran virus COVID-19 yang sangat cepat di Indonesia telah membuat total penderita COVID-19 di Indonesia pada Oktober 2020 adalah sejumlah sekitar 330 ribu pasien. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara nomor 3 tertinggi untuk penderita COVID-19 se-Asia. Untuk mencegah penyebaran yang semakin luas, maka pemerintah Indonesia melakukan banyak perubahan tatanan bernegara, yang diikuti oleh pemerintah daerah setempat. Seperti contoh Pemerintah Provinsi Bali yang telah resmi menerapkan sanksi administrative atau denda bagi pelanggar protocol kesehatan. Hal ini menindaklanjuti Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2020. Ketentuan sanksi tersebut tertuang dalam Per Baruran Gubernur Nomor 46 Tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokop kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 dalam tatanan kehidupan era baru. Denda yang diberikan kepadawarga yang takpakai masker sebesarRp 100.000. Dalam pasal 11 Peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2020 Tentang Penerapan Disiplin Terhadap Protokol Kesehatan Sebagai Pencegahan Dan Pengendalian Corona virus desease 2019 Dalam Tatanan Kehidupan Era Baru menyatakan bahwa: “perorangan, pelaku usaha , pengelola, penyelenggara, penanggung jawab tempat dan fasilitas umum yang terbukti tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 1, dikenakan sanksi administratif“ Denda administrative yang dimaksudkan dalam pasal 11 tersebut adalah

(2)

42 sebesarRp 100.000 untuk pelanggaran perseorangan, serta senilai Rp 1.000.000 untuk pengelola usaha atau tempat umum. Perihal penerapan Peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2020 Tentang Penerapan Disiplin Terhadap Protokol Kesehatan, kepala Satpol PP Kota Denpasar Dewa Gede Anom Sayoga mengatakan, untuk di Kota Denpasar penertiban Pergub hari pertama dilakukan Satpol PP Kota Denpasar.

Terlepas dari itu semua Bali yang dikenal oleh dunia sebagai daerah pariwisata yang mengandalkan Kebudayaan sebagai Ikonnya disamping keidahan alam, berusaha bangkit dengan upaya membuka akses pariwisata domestic dimulai pada 31 Juli 2020, dengan harapan adanya kunjungan wisatawan domestic berlibur ke Bali (Arini & Paramita, 2020). Pembukaan Bali bagi wisatawan domestik ini tentunya harus diikuti dengan penerapan protocol kesehatan yang ketat, agar tidak menimbulkan cluster Covid - 19 yang baru. Ini adalah sebagai senergitas dari kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sesuai Intruksi Presiden No 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019, maka Bali harus menerapkan protocol kesehatan yang sangat ketat juga dalam sebuah konsep. Pemprov Bali telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali, Nomor 46 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 Dalam Tatanan Kehidupan Era Baru. Selanjutnya Pergub tersebut diterjemahkan oleh pemerintahan daerah dengan Perbub - nya di setiap Kabupaten dan Perwali di wilayah Walikota. Selain itu, Pemprov Bali juga mengeluarkan Surat Edaranyaitu, SE Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020, tentang Penerapan Tatanan Kehidupan Era Baru , SE Gubernur Bali Nomor 487/GugusCovid -19/IX/2020, tanggal 17 September 2020, tentang Penguatan Pencegahan dan Pengendalian Covid -19 di Bali, SE Gubernur Bali Nomor 15243 Tahun 2020, tentang Persyaratan Wisatawan Nusantara Berkunjung ke Bali , termasuk SE Gubernur Bali Nomor 10925 Tahun 2020, tentang Pengendalian. Perjalanan Orang Pada Pintu Masuk Wilayah Bali Dan Percepatan Penanganan Covid -19. Semua itu adalah sebagai upaya dalam memotong penyebaran Virus Corona Disease 2019 dan sekaligus merupakan langkah kongkrit dalam upaya membangkitkan kembali PariwisataBudaya Bali lewat pembukaan Destinasi Wisata. Tujuan penelitian ini dibuat adalah Untuk tidak menggunakan masker sesuai peraturan gubernur nomor 46 tahun 2020 tentang penerapan disiplin terhadap protocol kesehatan sebagai pencegahan dan pengendalian corona virus desease 2019 dalam tatanan kehidupan era baru (Paramita, 2020).

2. Metodeologi

Penelitian ini menggunakan dua jenis metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif.

3. Pembahasan

Penindakan terhadap masyarakat yang tidak menggunakan masker sesuai peraturan gubernur nomor 46 tahun 2020 tentang penerapan disiplin terhadap protocol kesehatan sebagai pencegahan dan pengendalian corona virus desease 2019 dalam tatanan kehidupan era Baru sudah dilaksanakan pada awal September hingga Oktober 2020. Selain pihak kepolisian dan satpol PP, penindakan juga dilakukan bersama para Pecalang dan satgas COVID-19 diseluruh desa adat di Bali. Hal tersebut juga dibahas dalame berapa

(3)

43 artikel dimana menyatakan bahwa Dalam rangka melaksanakan secara serentak Peraturan Gubernur Bali Nomor 46 Tahun 2020 dan Peraturan Bupati Badung Nomor 52 tahun 2020 Tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona virus Disease 2019 Dalam Tatanan Kehidupan Era Baru. Kecamatan Kuta Selatan, Pol.PP. Kabupaten Badung, TNI, Polri, unsure Desa/Kelurahan melaksanakan penegakan hukum protocol kesehatan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan. Kegiatan tersebut menyasar tiga lokasi diantaranya yaitu Pantai Muaya Jimbaran, Pasar Desa Adat Kampial Kelurahan enoa, dan di depan Pintu Masuk GWK Desa Ungasan. Terdapat 39 orang (34 WNI dan 5 WNA) yang diberikan pembinaan karena tidak menggunakan masker dengan baik dan yang terkena sanksi administrasi dikarenakan tidak membawa dan tidak menggunakan masker sebanyak 23 orang (21 WNI dan 2 WNA), dan sudah diberikan masker oleh petugas yang menangani. Kegiatan ini akan terus berlanjut dan berkesinambungan sesuai dengan dasar hukum yang dijadikan dasar penindakan. Selain itu artikel lain menyatakan bahwa Desa Peguyangan Kangin secara berkelanjutan mensosialisasikan Peraturan Gubernur Nomor 46 dan Peraturan Wali kota (Perwali) Nomor 48 tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan. Hal ini dilakukan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di wilayahnya. Perbekel Desa Peguyangan Kangin, Wayan Susila mengatakan kegiatan sosialisasi harus terus dilakukan secara berkelanjutan, karena pada tanggal 7 September 2020, Peraturan Gubernur telah diberlakukan secara serentak. Bagi yang keluar rumah tidak menggunakan masker akan didenda sebesar Rp 100 ribu. Sedangkan untuk para pelaku usaha yang tidak menyediakan sarana protocol kesehatan akan di denda sebesarRp 1 Juta. Kegiatan sosialisasi dilakukan dan telah berlangsung dari tanggal 1 September kemarin sampai tanggal 6 September. Sosialisasi kali ini dilaksanakan di dusun Pengukuh, sehingga ke 11 Dusun di Desa Penguyangan Kangin dapat informasi terkait peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2020.

Status pidana terhadap masyarakat yang terkena denda administrative termasuk tindak pidana sesuai pasal Peraturan Gubernur Nomor 46 tahun 2020 tentang penerapan disiplin terhadap protocol kesehatan sebagai pencegahan dan pengendalian corona virus desease 2019 dalam tatanan kehidupan era Baru adalah tidak termasuk status pidana, karena denda tersebut merupakan sanksi administrative seperti denda tilang pada kendaraan bermotor yang telat dalam melaksanakan pembayaran pajak kendaaraan bermotor.

Hal tersebut dijelaskan oleh Terbitnya Pergub tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 dalam Tatanan Kehidupan Era Baru, merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2020. “Dengan diterapkannya Pergub ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi aktif krama Bali dalam mencegah penularan dan penyebaran COVID-19,” ujar Wagub yang akrab disapa Cok Ace ini.

Menurut Cok Ace, pelanggar Pergub kini akan langsung dikenai sanksi berupa denda. Yakni Rp. 100.000 bagi perorangan yang tidak menggunakan masker pada saat beraktivitas dan berkegiatan di luar rumahsertaRp 1.000.000 bagi pelaku usaha, pengelola, penyelenggara atau penanggung jawab tempat dan fasilitas umum yang tidak menyediakan sarana pencegahan COVID-19.

(4)

44 Perlu ada kebersamaan dan sinergitas semua pihak dalam upaya penegakan hukum ini. Terlebih dalam seminggu terakhir telah dilakukan sosialisasi Pergub. Gugus Tugas melalui Satpol PP juga telah membagikan puluhan ribu masker gratis bagi masyarakat di area publik. Hal ini menunjukkan kepedulian pemerintah, tidak serta merta langsung menerapkan denda tapi diawali dengan sosialisasi yang humanis. Wakil Gubernur Bali Cok Ace menegaskan, esensi dari lahirnya regulasi ini tidak lain untuk melindungi semua warga masyarakat. Pasalnya, keselamatan manusia adalah hukum tertinggi dalam suasana era baru terencana seperti pandemi COVID-19 sekarang (Paramita & dkk, 2020).

Terpuruknya sector pariwisata di Bali sebagian besar disebkan oleh pandemi Covid-19 yang sedang melanda seluruh dunia. Pandemi Covid-Covid-19 ini mengakibatkan banyak negara luar yang memberlakukan penutupan akses keluar masuk negaranya. Selain itu, trend pariwisata Bali saat ini sedang dalam proses meningkatkan program desa wisata yang menyebabkan banyak bermunculan destinasi-destinasi wisata baru. Keadaan destinasi wisata baru saat ini lebih banyak menggunakan pola meniru destinasi wisata yang sudah ada. Sayangnya hal ini tidak dibarengi dengan pengkajian-pengkajian ilmiah mengenai potensi-potensi yang ada di masing-masing daerah. Sehingga banyak daerah destinasi wisata baru yang tidak memenuhi harapan atau kurang menarik bagi wisatawan karena di daerah lain sudah ada. Maka dari itu diperlukan pengkajian ulang potensi-potensi wisata yang ada di masing-masing daerah di Bali.

Jika berbicara pandemic covid 19, sampai saat ini sebetulnya virus masih tetap menebarkan terornya karena antivirusnya belum ditemukan. Maka dari itu hidup berdampingan dengan virus menjadi pilihan paling bijak untuk diterapkan saat ini, untuk tetap menjaga dan menggerakan sedikit demi sedikit roda perekonomian Bali. Di Bali, pariwisata merupakan salah satu sector unggulan selain sector pertanian dan industry kecil dan menengah. Pariwisata Bali telah tumbuh dan berkembang sedemikian rupa memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan daerah dan masyarakat Bali baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengembangan sector ini menjadi salah satu langkah dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang ada di Bali untukmengembangkanpotensi-potensi local untuk membuat wisatawan domestic maupun mancanegara tetap tertarik mengunjungi pulau dewata.

Menurut Kepala BPS Provinsi Bali, tekanan terhadap sector pariwisata di Bali yang disebabkan pandemic penyakit akibat virus korona baru (Covid-19) diyakini berdampak pada perekonomian Bali. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebutkan, ekonomi Bali dalam dalam tiga bulan pertama (triwulan I) 2020 tumbuh negatif, yakni - 1,14 persen, dibandingkan kondisi tahun lalu pada triwulan I-2019. Pertumbuhan minus ini di luar kebiasaan dan diduga sangat dipengaruhi merebak nyawabah virus Corona yang memengaruhi pergerakan masyarakat secara individu ataupun secara social. BPS Provinsi Bali melaporkan, jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang langsung ke Bali pada Maret 2020 sebanyak 156.876 kunjungan. Jumlah kunjungan selama Maret 2020 itu turun sedalam 56,89 persen dibandingkan jumlah kedatangan wisman selama Februari 2020 yang tercatat sebanyak 363.937 kunjungan.

Penurunan pada sektor pariwisata diyak ini berdampak domino terhadap lapangan usaha lainnya yang juga mengalami penurunan. Bahkan, tekanan terhadap ekonomi Bali pada triwulan I (Januari-Maret) 2020 digambarkan paling keras dan paling dalam selama

(5)

45 empat tahun terakhir sejak 2017. Kondisi ini juga dipengaruhi siklus industry pariwisata Bali yang memang memasuki low season. Penurunan kunjungan wisman itu seiring penutupan sementara penerbangan langsung dari dan ke China sejak Februari 2020. Situasi itu juga memengaruhi aktivitas pariwisata, terutama perhotelan yang mulai lesu. Tingkat hunian kamar hotel berbintang di Bali yang juga anjlok sedalam 20,57 poin, yakni dari 45,98 persen pada Februari 2020 menjadi 25,41 persen pada Maret 2020. Penurunan yang dialami sektor pariwisata itu menyebabkan lapangan usaha lain yang terkait juga mengalami penurunan. Pandemi penyakit Covid-19 diduga berdampak besar terhadap penurunan tersebut. Berikut disajikan data jumlah kunjungan wisatawan per/bulan dari tahun 2018 sampai dengan awal tahun 2020 semenjak kasus korona mulai diumumkan pemerintah.

Semenjak diumumkan pada bulan maret oleh pemerintah tingkat kunjungan wisatawan pada bulan maret menurun hampir 50 persen. Hal ini tentu sangat berdampak bagi pulau Bali perputaran ekonominya bergantung pada pariwisata. Efek domino juga sangat dikhawatirkan dari implikasi menurunnya kunjungan wisatawan akan benar-benar menghentikan laju perputaran ekonomi masyarakat Bali. Penurunan secara berkelanjutan tentua kan memberikan tekanan yang amat berat bagi perekonomian Bali dan kehidupan masyarakat Bali khususnya.

Demi kesinambungan kehidupan pariwisata pasca pandemic Covid -19 diperlukan suatupola yang terukur dan accountable dalam merekontruksi ulang sarana dan prasarana pariwisata yang ada di Bali.

Sarana Pariwisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan (Paramita, 2021).

Sarana wisata secara kuantitatif menunjukan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakannya.

Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya adalah berhubungan dengan usaha untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih banyak mengeluarkan uang di tempat yang dikunjunginya. Dalam kepariwisataan dikenal macam – macam sarana, yakni:

1. Sarana Pokok Kepariwisataan (main tourism super structure)

Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok kepariwisataan. Sarana ini juga dibagi kedalam tiga bagian, antara lain:

(6)

46 a. Receptive Tourist Plan Adalah perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour, sightseeing bagi wisatawan. Contoh : travel agent, tour operator, tourist transportation, dan lain-lain.

b. Residential Tourist Plan Adalah perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, Contoh : hotel, motel, dan jenis akomodasi lainnya. c. Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat, laut mupun udara) dan

Restoran/Tempat makan.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yg menyediakan fasilitas yang fungsinya melengkapi sarana pokok dan membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu DTW.

a. Sarana Ketangkasan

b. Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga air.

c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting tourism superstructure) Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan yg menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan tertahan lebih lama tetapi berfungsi agar wisatawan lebih banyak mengeluar kanuang di daerah yang dikunjunginya seperti :

a. Karaoke/ Entertaint b. Ruang Atraksi Wisata

Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sarana wisata secara kuantitatif merujuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukan pada mutupelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasanwisatawan yang memperolehpelayanan.

Prasarana Pariwisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perludi bangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan.

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan akses bilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan sebagainya. Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan koordinasi yang mantang antara instansi terkait bersama dengan instalasi pariwisata di berbagai tingkatan. Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan

(7)

47 yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan periwisata.

Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja. Yang dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian, dalam hal ini adalah sector pariwisata dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, sepertijalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.

Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada. Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk lebih jelasnya Prasarana dibagi atas tiga komponen :

a. Prasarana Umum

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya

ialah :

1. Jaringan Air bersih, 2. Jaringan Listrik, 3. Jaringan Jalan,

4. Drainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah 5. Sistem Persampahan

b. Prasarana Penunjang (RS, Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor Pemerintah, Perbankan)

c. PrasaranaWisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan Tempat Rekreasi, pengawas pantai) Jaringan Telekomunikasi dan Internet.

Ada bebrapa kategori yang termasuk dalam prasarana (infrastructures), masing-masing adalah:

1. PrasaranaUmum (General Infrastructures) meliputi prasarana umum mencakup hal-hal sebagai berikut sistem penyedian air bersih, tenaga listrik, jalan dan jembatan, pelabuhan, airport, terminal atau stasiun kereta api.

2. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized Life) Kebutuhan pokok manusia modern, seperti: kantor pusat dan telepon, Rumah sakit, apotik bank, pusat-pusatperbelanjaan, bar dan restoran, salon kecantikan., barbershop, kantorpolisi, took obat, penjualan rokok, took kacamata, took-toko penjual Koran dan majalah, pompa bensin bengkel mobil, wartel, warnet dan lainnya.

(8)

48 3. Prasarana Kepariwisataan yaitu:

• Residential tourist plants, Semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untukmenginap dan tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata. Termasuk kedalam kelompok ini adalah semuabentuk akomodasi yang diperuntukan bagi wisatawan dan juga segala bentuk rumah makan dan restoran yang ada. Misalnya hotel, motor hotel (motel), wisma, homestay, cottages, camping, youth hostel, serta rumah makan, restoran, self-services, cafetaria, coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain

• Receptive tourist plants, Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu : (a) Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang akan melakukan perjalanan wisata (tour operator and travel agent). (b) Badan atau organisasi yang memberikan penerangan, penjelasan, promosi dan propagansa tentang suatu daerah tujuan wisata (Tourist Information Center yang terdapat di airport, terminal, pelabuhan, atau suatu resort).

• Recreative and sportive plants, Termasuk dalam kelompok ini adalah semua Fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olah raga. Termasuk kedalam kelompok ini adalah fasilitas untuk bermain golf, kolam renang, boating, surfing, fishing, tennis court, dan fasilitas lainnya.

Pandemi Covid -19 berdampak terhadap semua sector industri di Indonesia. Yang terparah dirasakan adalah sector pariwisata, di mana sector ini sangat terkait dengan industri yang lain seperti, perhotelan, transportasi, usaha mikrokecil dan menengah (UMKM) terutama yang mengasilkan cendera mata dan kuliner, restoran, biro perjalanan wisata dan pemandu wisata. Dalam menyelamatkan industry pariwisata di Indonesia secara umum dan Bali secara khusus pasca Covid -19, diperlukan tiga strategi diantaranya :

1. Strategi jangka pendek

Strategi jangka pendek dapat dilakukan dengan beberapa hal, yaitu dengan beberapa kebijakan dari pemerintah yang memberikan dukungan terhadap industry pariwisata terutama dukungan financial atau stimulus terhadap biaya operasional, membuat SOP mitigasi bencana pariwisata termasuk wabah pandemic Covid -19 dengan membuat protocol kesehatan, menjaga kebersihan dan kesehatan di wilayah destinasi, penguatan Destination Management Organization (DMO) terutama pengelolaan terhadap DesaWisata, memperbaiki proses operasi pengelolaan destinasi pariwisata dari mengelola informasi sampai dengan melakukan umpan balik dari para wisatawan, melakukan inovasi produk dengan membuat program digital tourism dan memperbaiki rantai nilai yaitu bagaimana mengelola pelanggan internal (karyawan supaya puas) dan menjadi loyal sehingga dapat memberikan layanan terbaik kepada wisatawan yang pada akhirnya wisatawan puas dan menjadi loyal juga.

(9)

49 2. Strategi jangka menengah

Dapat dilakukan dengan strategy penthahelik yang merupakan strategi kolaborasi antara Academic, Business, Government, Costumer and Media (ABGCM).

a. Peran Perguruan Tinggi, Peran Perguruan Tinggi, mencetak SDM dan melakukan Riset untuk menjawab kebutuhan industry bidang pariwisata terutama dalam membuat program study pengelolaan destinasi pariwisata dan Business melakukana ktivitas yang berorientasi untuk memenuhi kebutuhan industri pariwisata.

b. Peran Pemerintah, Peran Pemerintah, membuat kebijakan terutama dalam Roadmap 22 pengembangan industry pariwisata. Di era digital ini pemerintah mengandeng Media dalam sosialisasi terhadap kebijakan yang terkait dengan industry pariwisata dan penguatan program promosi pariwisata. Disamping itu pemerintah harus melibatkan pelanggan atau komonitas dalam pengembangan pariwisata.

3. Strategi jangka panjang

Dalam strategi jangka panjang ini yang harus dilakukan adalah, mendesain sistem manajemen opersional industry pariwisata yang diantaranya, Input, Process, Output, dan Outcome.

a. Sisi input yang perlu diperhatikan adalah pembenahan kualitas destinasi, kualitas sumber daya manusia dengan menerapkan standar kompetensi dalam industry pariwisata dan penyediaan fasilitas pendukung yang memadai yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan.

b. Sisi proses, perlu perhatian berupa dukungan kebijakan pemerintah terhadap industry pariwisata, kualitas layanan internal yang baik (fasilitas bagi para pekerja), kualitas layanan eksternal yang baik (penyediaan fasilitas untuk wisatawan), perbaikan program pemasaran yang terintegrasi dengan melibatkan stakeholders.

c. Sisi output adalah berupa kepuasan dan loyalitas wisatawan.

d. Sisi outcome – nya adalah berupa kunjungan kembali wisatawan dengan membawa rupiah atau dolar lebih banyak, dengan cara penerapan manajemen yang baik yaitu dengan pendekatan Total Quality Management.

4. Simpulan

Penindakan terhadap masyarakat yang tidak menggunakan masker sesuai peraturan gubernur nomor 46 tahun 2020 tentang penerapan disiplin terhadap protocol kesehatan sebagai pencegahan dan pengendalian corona virus desease 2019 dalam tatanan kehidupan era Baru sudah dilaksanakan pada awal September hingga Oktober 2020. Selain pihak kepolisian dan satpol PP, penindakan juga dilakukan bersama para Pecalang dan satgas COVID-19 diseluruh desa adat di Bali. Status pidana terhadap masyarakat yang terkena denda administrative termasuk tindak pidana sesuai pasal Peraturan Gubernur Nomor 46 tahun 2020 tentang penerapan disiplin terhadap protocol kesehatan sebagai pencegahan dan pengendalian corona virus desease 2019 dalam tatanan kehidupan era Baru adalah tidak termasuk status pidana, karena denda tersebut merupakan sanksi administrative seperti denda tilang pada kendaraan

(10)

50 bermotor yang telat dalam melaksanakan pembayaran pajak kendaaraan bermotor. Peneliti memberikan saran dimana penindakan terhadap masyarakat yang tidak menggunakan masker sesuai peraturan gubernur nomor 46 tahun 2020 tentang penerapan disiplin terhadap protocol kesehatan sebagai pencegahan dan pengendalian corona virus desease 2019. Bali sebagai sebuah destinasi pariwisata internasional dengan pariwisata Budaya sebagai daya tarik wisatanya mengalami peningkatan jumlah kunjungan dari tahun ketahun hal ini dapat dilihat dari data BPS tentang tingkat kunjungan wisatawan manca Negara dari tahun 2014-2015 tumbuh 6,24%, 2015-2016 tumbh 23%, 2015-2016-2017 tumbuh 15%, 2017-2018 tumbuh 3%. 2. Diperoleh beberapa strategi dalam memulihkan pariwisata Bali di new normal ini yakni memberikan keyakinan bahwa pemerintah bersama pelaku industry pariwisata di Bali telah menerapkan standarisasi kesehatan dan keamanan yang sangat memadai dan juga akan memberikan alternative berwisata yang aman ketika mereka berkunjung ke Bali pada masa pandemi. Revitalisasi pariwisata berbasis budaya local dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan eksistensi budaya lokal. Selain itu, pariwisata berbasis budaya lokal juga dapat digunakan untuk meningkatkanjumlahwisatawan dan lama kunjungan wisata. Lebih dari itu dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta diyakini mampu membawa masa depan Bali yang lebih baik (lebih maju, mandiri dan sejahtera). Terkait dengan revitalisasi pariwisata berbasis budaya tentu sangat mengharapkan adanya upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata. Juga upaya promosi wisata yang lebih gencar melalui berbagai media, serta penegakan regulasi pariwisata. Dengan demikian dapat diyakini bahwa dalam beberapa tahun mendatang jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali akan naik secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Buana, Dana Riksa, "Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa," Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Volume 7, No. 3 (2020).

Hendra Saputra. 2008. Pelaksanaan eksekusi denda uang tilang Perkara pelanggaran lalu-lintas Oleh kejaksaan negeri salatiga (studi kasus di kejaksaan negeri salatiga)

Arini, I. A., & Paramita, I. B. (2020). Ekspektasi, Realisasi Dan Negosiasi Tourism Reborn Di Masa Pandemi Dalam Pariwisata Bali. Cultoure, 101-112.

Paramita, I. B. (2020). New Normal Bagi Pariwisata Bali Di Masa Pandemi Covid 19. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama Dan Budaya, 57-65.

Paramita, I. B. (2021). Nilai Filosofis Dan Etika Dalam Lontar Tattwa Kala. Caraka: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 49-59.

Paramita, I. B., & Dkk. (2020). Stereotip Etnis Tionghoa Di Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Maha Widya Duta, 81-89.

(11)

51 https://Badungkab.go.id/instansi/kutaselatan/baca-berita/6915/Sidak-Penerapan

Disiplin-dan-Penegakan-Hukum-Protokol-Kesehatan-Berdasarkan-PergubBali-No-46-Tahun-2020-dan-Perbup-B Badung-No-52-Tahun-2020-Secara Serentak-Di-Kecamatan-Kuta-Selatan.html, diakses pada Oktober 2020

https://www.researchgate.net/scientific-contributions/58126058_Phillippa_Lally Joko Purwono. 2000. MetodaPenelitianHukum. Surakarta :DepartemenKompas. 2020. https://denpasar.kompas.com/read/2020/08/26/13251061

/resmibali-denda-warga-tak-pakai-masker-rp-100000?page=all, diakes pada Oktober 2020 Kompas. 2020.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumumkan-awal-maret-ahli--virus-corona-masuk-indonesia-dari-januari, diakses pada 9 Oktober 2020 Lamintang, P.A.F.. 2007. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Martiman Prodjohamidjojo. 1997. Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia2. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Marwan Effendy. 2005. Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum. https://republika.co.id/berita/q84y62440/7-strategi-pariwisata-indonesia-bangkit-daricorona . https://theconversation.com/bagaimana-pariwisata-bali-harus-berbenah-usai-pandemicovid-19 -137605 https://www.inews.id /travel/destinasi/sambut-new-normal-pariwisata-berkelanjutan-mulaiditerapkan-di-tengah-pandemi.27 .

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena daan research gap yang dipaparkan di atas penulis berniat menganalisis lebih jauh tentang pengaruh dari perspektif rumah makan dengan

Pasal yang mengacu pada tindak pidana penimbunan masker pada masa Pandemi Covid-19 terdapat pada Pasal 107 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 yang

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk

Bermacam-macam kesetiaan inilah yang menarik bagi penulis untuk mengangkat tema kesetiaan dengan bahan rujukan yaitu komik Shanaou Yoshitsune, dengan judul “ANALISIS KESETIAAN

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk.. Penanganan

bahwa untuk mendukung penerapan pedoman reviu intra aksi (intra action review) penanggulangan COVID-19 dalam rangka upaya pemulihan pandemi COVID-19 serta penyiapan Provinsi

Corona Virus Disease 2019 ( COVID-19 ) berdampak buruk terhadap industri pariwisata di Bali. Sebagai upaya memulihkan perekonomian masyarakat pemerintah mengeluarkan kebijakan

Secara simultan, ketiga faktor utama yang terbentuk dari 9 variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap return saham XL dengan signifikansi sebesar