• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

II-1

LANDASAN TEORI

Pada bab dua ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan penulis untuk membangun sistem yaitu mengenai peramalan permintaan dimasa yang akan datang, metode Simple Moving Average, persediaan bahan baku, metode Economic Order Quantity (EOQ), metode rekayasa perangkat lunak dengan fountain model, perancangan sistem dengan UML dan teori lainnya yang mendukung dalam pembuatan sistem perencanaan pengadaan bahan baku yang akan dibangun.

2.1 Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan suatu elemen penting bagi perusahaan karena sebagian besar aktiva perusahaan tertanam dalam persediaan. Persediaan harus dikelola dengan baik agar tidak terjadi penumpukan persediaan maupun kekosongan persediaan. Berikut ini ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari persediaan yaitu:

1) Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku atau raw material, bahan setengah jadi atau work in process dan barang jadi atau finished goods)

[11].

2). Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan [5].

3). Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. [14].

2.1.1 Fungsi-Fungsi Persediaan

Fungsi-fungsi persediaan penting artinya dalam upaya meningkatkan operasi perusahaan, baik yang berupa operasi internal maupun operasi eksternal sehingga perusahaan seolah-olah dalam posisi bebas. Fungsi persediaan pada dasarnya terdiri dari tiga fungsi yaitu: [2]

(2)

1) Fungsi Decoupling

Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi kebutuhannya atas permintaan konsumen tanpa tergantung pada suplier barang. Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:

a) Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada supplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.

b) Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih leluasa dalam berbuat.

c) Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.

2) Fungsi Economic Lot Sizing

Tujuan dari fungsi ini adalah untuk mengumpulkan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat mengurangi biaya perunit produk. Pertimbangan yang dilakukan dalam persediaan ini adalah penghematan yang dapat terjadi ketika pembelian dalam jumlah banyak yang dapat memberikan potongan harga, serta biaya pengangkutan yang lebih murah dibandingkan dengan biaya-biaya yang akan terjadi, karena banyaknya persediaan yang dipunyai.

3) Fungsi Antisipasi

Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastian dalam jangka waktu pengiriman barang dari perusahaan lain atau permintaan yang sebenarnya melebihi hasil peramalan permintaan barang yang telah dilakukan oleh perusahaan, sehingga dibutuhkan suatu persediaan pengamanan (safety stock) untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Selain fungsi-fungsi diatas, terdapat lima fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain: [6]

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.

(3)

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan sulit bila bahan baku tersebut tidak tersedia dipasaran.

5. Memberikan pelayanan yang baik kepada pembeli dengan tersedianya barang yang diperlukan.

2.1.2 Pengertian Persediaan Bahan Baku

Pengertian dari persediaan bahan baku adalah sebagai berikut :

“Persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, yang mana dapat diperoleh ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya” [3].

Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka diharapkan sebuah perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai dengan kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu, dengan adanya persediaan bahan baku yang cukup tersedia digudang diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi perusahaan dan dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku.

2.1.3 Alasan Diadakannya Persediaan Bahan Baku

Pada prinsipnya semua perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan suatu perusahaan harus menyelenggarakan persediaan bahan baku adalah: [1]

1) Bahan baku yang akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan, tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan atau pada saat bahan baku tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan. Bahan baku

(4)

tersebut pada umumnya akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut.

2) Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan akan terganggu. Ketiadaan bahan baku akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi. Pengadaan bahan baku dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan membawa kerugian bagi perusahaan. 3) Untuk menghindari kekurangan bahan baku, maka perusahaan dapat

menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi hal itu akan mengakibatkan terjadinya biaya persediaan bahan baku yang semakin besar pula. Besarnya biaya yang semakin besar ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, resiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persediaan bahan bakunya besar. 2.1.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian bahan baku yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan, tentunya diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Keterpaduan dari seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada dalam perusahaan akan menunjang terciptanya pengendalian bahan baku yang baik dalam suatu perusahaan.

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produk dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.

(5)

Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian yang sangat erat hubungannya tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan sendiri-sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Pengawasan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu tidak ada artinya, demikian pula sebaliknya perencanaan tidak akan menghasilkan sesuatu tanpa adanya pengawasan.

Perencanaan adalah proses untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil dimasa depan. Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah suatu sistem perencanaan yang pertama-tama berfokus pada jumlah dan pada saat barang jadi yang diminta yang kemudian menentukan permintaan turunan untuk bahan baku, komponen dan sub perakitan pada saat tahapan produksi terdahulu [21].

Sedangkan pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi didalam organisasi yang terus-menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan baku dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan baku, pengawasan bahan baku meliputi pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan [18]. Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Pengendalian adalah proses manajemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu memungkinkan, bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi sesuai dengan rencana dan kebijaksanaannya [21]. Pengendalian berkisar pada kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan pengevaluasian keseluruh bagian manajemen agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

(6)

2.1.5 Tujuan Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Tujuan pengendalian persediaan bahan baku dapat diartikan sebagai usaha untuk: [3]

1) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan bahan baku sehingga menyebabkan proses produksi terhenti.

2) Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.

3) Menjaga agar pembelian bahan baku secara kecil-kecilan dapat dihindari. Tujuan dasar dari pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk mengirimkan surat pesanan pada saat yang tepat pada pemasok terbaik untuk memperoleh kuantitas yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat. Oleh karena itu pengendalian persediaan bahan baku yang efektif harus: [9]

a. Menyediakan bahan baku yang dibutuhkan bagi proses produksi agar produksi dapat berjalan dengan lancar.

b. Menyediakan cukup banyak stock dalam periode kekurangan pasokan (musiman, siklus atau pemogokan), dan dapat mengantisipasi perubahan harga.

c. Menyiapkan bahan baku dengan waktu dan biaya penanganan yang minimum serta melindunginya dari kebakaran, pencurian, dan kerusakan selama bahan tersebut ditangani

d. Mengusahakan agar jumlah persediaan yang tidak terpakai, berlebih, atau yang rusak dapat ditekan sekecil mungkin dengan melaporkan perubahan produk secara sistematik.

e. Menjamin kemandirian persediaan bagi pengiriman yang tepat waktu kepada pelanggan.

f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada pada tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.

Jadi, dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, maka pengendalian persediaan dan pengadaan perencanaan bahan baku sangat dibutuhkan dalam menentukan jumlah maupun kuantitas agar sesuai dengan kebutuhan untuk produksi serta menentukan kapan proses pemesanan bahan baku akan dilakukan.

(7)

2.1.6 Perencanaan Bahan Baku

Pada umumnya persediaan bahan baku yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan akan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dengan demikian maka besarnya persediaan bahan baku akan disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku tersebut untuk pelaksanaan proses produksi yang ada di dalam perusahaan. Jadi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan sangat dibutuhkan adanya proses perencanaan kebutuhan bahan baku seperti menentukan berapa banyak bahan baku yang akan dibeli oleh suatu perusahaan pada suatu periode yang tergantung kepada berapa besarnya kebutuhan perusahaan tersebut akan masing-masing jenis bahan baku untuk keperluan proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan yang bersangkutan.

Untuk dapat mengetahui berapa besarnya kebutuhan bahan baku yang diperlukan perusahaan pada suatu periode tersebut maka manajemen perusahaan tentunya akan menggunakan data yang cukup relevan untuk mengadakan peramalan kebutuhan bahan baku dalam perusahaan tersebut. Beberapa data yang dapat dipergunakan dalam penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku ini antara lain adalah data penggunaan bahan baku dari beberapa periode yang telah lalu atau data permintaan barang dari beberapa periode yang lalu.

Peramalan perkiraan kebutuhan bahan baku yang baik adalah peramalan kebutuhan bahan baku yang mendekati pada kenyataan yang disusun di dalam perusahaan bersangkutan yang merupakan suatu perkiraan-perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang dengan mendasarkan pada keadaan yang ada pada waktu-waktu yang telah lalu. Kebutuhan bahan baku untuk suatu unit produk pada umumnya akan relatif sama dari waktu ke waktu, sehingga perubahan dari jumlah unit barang yang diproduksikan akan berakibat terjadinya perubahan jumlah unit bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian maka hubungan antara tingkat produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan dengan kebutuhan bahan baku yang diperlukan tersebut akan menjadi erat.

(8)

2.2 Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menentukan kebijakan penyediaan bahan baku yang tepat, dalam arti tidak menganggu proses produksi dan disamping itu biaya yang ditanggung tidak terlalu tinggi. Untuk keperluan tersebut terdapat suatu metode yang dapat digunakan yaitu metode EOQ (Economic Order Quantity). Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari EOQ yaitu sebagai berikut :

1. EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal [5].

2. EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah pesanan yang optimal yang dapat meminimumkan total biaya persediaan. Untuk mencari berapa total bahan baku yang tetap untuk dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu periode [23].

Tujuan model EOQ adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali pemesanan sehingga meminimasi biaya total persediaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka perusahaan harus memenuhi beberapa faktor tentang persediaan bahan baku. Adapun faktor-faktor tersebut adalah : [1]

a. Perkiraan pemakaian

Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi pada suatu periode. Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlah bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang. Dimana, perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari peramalan produksi dimasa yang akan datang.

(9)

b. Harga dari bahan

Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan baku. Harga bahan baku ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan.

c. Biaya-biaya persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan pula didalam penentuan besarnya persediaan bahan baku. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka digunakan data biaya persediaan yaitu:

1) Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost).

Biaya ini dikeluarkan perusahaan karena adanya penyimpanan bahan di gudang. Besarnya biaya ini bervariasi tergantung dari besar kecilnya rata-rata persediaan yang ada. Biasanya biaya ini ditentukan sebagai suatu porsentase nilai uang dari persediaan per unit dalam satu tahun. Biaya ini mempunyai sifat, semakin besar jumlah bahan yang disimpan maka semakin besar biaya penyimpanan.

2) Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya ini meliputi semua biaya mulai dari mengadakan persiapan pesanan sampai dengan barang yang dipesan datang. Sifat dari biaya ini adalah relatif konstan, tidak tergantung besarnya jumlah barang yang dipesan. Jadi semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka biaya ini akan semakin besar.

(10)

d. Waktu tunggu

Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali. Dengan waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

e. Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Selain digunakan untuk menanggulangi terjadinya keterlambatan datangnya bahan baku. Dengan adanya persediaan bahan baku pengaman ini diharapkan proses produksi tidak terganggu oleh adanya ketidakpastian bahan baku. Persediaan pengaman ini akan merupakan sejumlah unit tertentu, dimana jumlah ini akan tetap dipertahankan, walaupun bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru Unsur-unsur yang mempengaruhi Economic Order Quantity (EOQ) adalah:

a) Biaya penyimpanan perunit b) Biaya pemesanan tiap kali pesan

c) Kebutuhan bahan baku untuk suatu periode tertentu d) Harga bahan baku

Berdasarkan unsur tersebut maka EOQ dapat ditentukan dengan rumus:

EOQ = i C D S . . . 2 ….………..(1)

Keterangan :

EOQ : Jumlah pemesanan ekonomis S : Biaya satu kali pesan

D : Permintaan bulanan item i

C : Biaya simpan sebagai harga pembelian i : Harga beli item i

(11)

Untuk perhitungan persediaan pengaman dapat dilakukan dengan rumus : SS = n x xi k 2 ) ( ) (

− ………..………...……….……..(2) Keterangan :

xi : Data pemakaian sebenarnya x : Data peramalan

n : Jumlah data yang digunakan

k : Faktor kebijakan pada tingkat layanan yang digunakan perusahaan Untuk menentukan nilai service factor (k) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini : [24]

Tabel 2.1 Policy Factor at the Frequency Level Of Service

Service Level Service Factor

50% 0.00 55% 0.13 60% 0.25 65% 0.39 70% 0.52 75% 0.67 80% 0.84 81% 0.88 82% 0.92 83% 0.95 84% 0.99 85% 1.04 86% 1.08 87% 1.13 88% 1.17 89% 1.23 90% 1.28 91% 1.34 92% 1.41 93% 1.48 94% 1.55 95% 1.65 96% 1.75 97% 1.88 98% 2.05 99% 2.33 99.50% 2.58 99.60% 2.65 99.70% 2.75 99.80% 2.88 99.90% 3.09 99.99% 3.72

(12)

Untuk perhitungan titik pemesanan kembali atau ROP dapat digunakan rumus : ROP = (Rata-rata penggunaan per hari X Lead time) + SS…………(3) Untuk perkitungan biaya pesan dapat dilakukan dengan rumus :

Biaya pesan = EOQ S D. ……….(4) Keterangan :

D : Permintaan bulanan item i S : Biaya satu kali pesan

EOQ : Jumlah pemesanan ekonomis

Untuk perhitungan biaya simpan dapat dilakukan dengan rumus :

Biaya simpan = ( .) 2 ) . ( i C SS i C EOQ + ………(5) Keterangan :

EOQ : Jumlah pemesanan ekonomis C : Prosentase biaya penyimpanan

i : Harga bahan baku SS : Safety stock

Untuk perhitungan total biaya persediaan dapat digunakan rumus :

TIC = (D.i) + biaya pesan + biaya simpan……….(6)

Keterangan :

D : Permintaan bulanan item i i : Harga bahan baku

(13)

2.3 Peramalan

Pada dasarnya Peramalan merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang [7]. Ramalan adalah peramalan (perkiraan) mengenai sesuatu yang belum terjadi [16]. Ramalan bisa bersifat kualitatif, artinya tidak berbentuk angka, misalnya minggu depan akan turun hujan, depan pasaran tekstil akan sepi, dan lain sebagainya. Ramalan juga bisa bersifat kuantitatif, artinya berbentuk angka yang biasanya dinyatakan dalam bilangan.

Peramalan merupakan alat bantu dalam membuat perencanaan yang efektif dan efisien, misalnya: penjadwalan produksi, masalah transportasi, penanaman modal, perencanaan persediaan dan lain-lain. Situasi peramalan sangat ditentukan oleh horizon waktu, tipe pola data (stasioner, trend, musiman dan kombinasi) dan berbagi aspek lainnya.

Peramalan (forecasting) dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena sering terjadi senjang waktu antara kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri, jangka waktu peramalan, dan pengaruh dari Product Life Cycle. Peramalan adalah perhitungan yang obyektif dengan menggunakan data-data masa lalu untuk menentukan kondisi dimasa yang akan datang. Dengan demikian forecasting merupakan proses yang menggambarkan peristiwa atau kondisi pada masa yang akan datang.

2.3.1 Hubungan Peramalan dengan Rencana

Peramalan adalah sesuatu yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang [16]. Berdasarkan hasil suatu ramalan, dapat dibuat beberapa rencana yang menguntungkan. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk menyusun rencana menghadapi waktu yang akan datang, antara lain:

a. Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian, sehingga perusahaan harus mempersiapkan diri sejak awal tentang apa yang akan dilakukan nanti.

(14)

b. Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai alternatif pilihan, sehingga perusahaan harus mempersiapkan diri sejak awal, alternatif manakah yang akan dipilihnya nanti.

c. Rencana diperlukan perusahaan sebagai pedoman kerja diwaktu yang akan datang. Dengan adanya rencana berarti ada sesuatu pegangan mengenai apa yang akan dilakukan nanti, sehingga perusahaan lebih terarah menuju ke sasaran (tujuan) perusahaan yang telah ditetapakan.

d. Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai alat pengkoordinasian kegiatan-kegaitan dari seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Dengan adanya rencana, maka kegiatan-kegiatan seluruh bagian dalam perusahaan akan saling menunjang menuju ke sasaran yang telah ditetapkan.

e. Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai alat pengawasan terhadap pelaksanaan (realisasi) dari rencana tersebut diwaktu yang akan datang. Dengan adanya suatu rencana, maka perusahaan mempunyai tolok ukur untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut. f. Peramalan jumlah penjualan memegang peranan penting dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan khususnya bidang produksi. Untuk membuat rencana jumlah penjualan, suatu perusahaan harus mempertimbangkan suatu kapasitas, fasilitas, elastisitas harga, ramalan permintaan konsumen, dan sebagainya.

2.3.2 Metode Peramalan

Secara umum ada dua metode yang digunakan dalam membuat peramalan (forecasting) dalam dunia bisnis, yaitu : [7]

1. Metode kualitatif

Metode Kualitatif adalah metode yang menganalisis kondisi obyektif dengan apa adanya. Metode ini meliputi : metode delphi, metode nominal grup, survey pasar dan analisis historikal analogy and life cycle. Peramalan kualitatif dapat diterapkan bila terdapat kondisi sebagai berikut:

(15)

b. Unsur subjektifitas peramalan sangat besar pengaruhnya dalam hasil peramalan.

c. Baik untuk peramalan jangka panjang. 2. Metode Kuantitatif

Metode Kuantitatif yang sering disebut time series atau runtun waktu merupakan suatu analisis yang mengambarkan pola perkembangan produksi atau penjualan pada runtun waktu yang telah lewat untuk dapat memperoleh besar kecilnya tingkat perkembangan penjualan atau produksi tahunan. Metode kuantitatif dapat diterapkan apabila :

a. Tersedia data dan informasi masa lalu.

b. Data dan informasi tersebut dapat dikuantitafkan dlm bentuk numerik. c. Diasumsikan beberapa aspek masa lalu akan terus berlanjut dimasa

yang akan datang.

Secara umum metode kuantitatif terdiri atas empat metode yaitu : a) Naive Approach

Pendekatan naïve merupakan metode peramalan yang mengasumsikan permintaan antara priode waktu sama. Misal: Penjualan bulan Mei 48 unit, sama dengan penjualan bulan Juli 48.

b) Moving Average

Moving Average adalah metode peramalan rata-rata bergerak sederhana yang dianggap mampu menghilangkan pengaruh fluktuatif random dalam peramalan. Metode ini digunakan untuk pola data yang bersifat stasioner atau horizontal.

c) Weighted Moving Average Method (Metode Rata-Rata Tertimbang) Weighted Moving Average Method adalah metode perhitungan yang hampir sama dengan moving average atau rata-rata bergerak sederhana namun diperlukan adanya koefisien penimbang dan digunakan pada pola data yang bersifat trend.

d) Exponential Smoothing

Metode Exponential Smoothing merupakan metode rata-rata bergerak yang memberikan bobot yang lebih kuat pada data yang lebih terakhir dari pada yang lebih awal.

(16)

2.3.3 Peramalan dengan Metode Simple Moving Average [16]

Peramalan dengan menggunakan metode simple moving average dilakukan berdasarkan anggapan bahwa semua informasi masa lalu pada interval waktu tersebut diberi bobot (weighted) yang sama dalam menghitung nilai ramalan periode berikutnya. Metode simple moving average digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan pengaruh randomness dalam peramalan data time-series dengan cara menghitung rata-rata sekelompok data pada interval waktu tertentu. Formulasi dari metode simple moving average adalah sebagai berikut :

Mt = Yt +1 = (Yt + Yt-1 + Yt-2 +…+ Yt-n+1)/n …………..…...(7) Dimana :

Yt + 1 : Peramalan untuk periode ke t Yt : Data pada periode tertentu n : Jangka waktu moving average

Langkah-langkah peramalan dengan metode simple moving average adalah sebagai berikut :

1) Buatlah tabel yang terdiri dari kolom pemakaian untuk pemakaian masa lalu, peramalan, error, absolute error dan absolute error prosentase. 2) Masukan data yang berasal dari data observasi yang dilakukan, kedalam

kolom pemakaian.

3) Isi kolom berdasarkan pada :

a. Kolom peramalan, berdasarkan pada rumus peramalan simple moving average n periode

b. Kolom error, berdasarkan pada selisih antara data pemakaian sebenarnya dengan peramalan setiap bulan.

c. Kolom absolute error, didasarkan pada data dikolom error dengan mengabaikan tanda ( + / - ) setiap bulannya.

d. Kolom absolute error prosentase, didasarkan pada hasil bagi antara absolute error dengan data pemakaian sebenarnya kemudian dikalikan dengan100%.

(17)

e. Kolom squared error, didasarkan pada selisih antara data pemakaian sebenarnya dengan peramalan tiap bulan kemudian dikuadratkan. 2.4 Metode Rekayasa Perangkat Lunak dengan Fountain Model

Fountain model merupakan metode rekayasa perangkat lunak yang diterapkan untuk pembangunan sistem yang bersifat object oriented. Tahapan-tahapan pengembangan yang dilakukan adalah analisa kebutuhan, spesifikasi kebutuhan user, spesifikasi kebutuhan sistem, perancangan sistem, perancangan program, coding, unit testing, system testing, implementasi, pemeliharaan dan atau pengembangan lebih lanjut. Tahapan-tahapan tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi.

Tahap requirement analysis: menganalisa kebutuhan sistem dan semua yang berkaitan dengan proses yang terjadi pada sistem yang diperlukan untuk membangun sistem sehingga dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Keterkaitan tahapan-tahapan dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini : [12]

Gambar 2.1 Metode Fountain

Maintenance Further Development Program Use Sistem Testing Unit Testing Coding Program Design Sistem Design Software Requirements Specification User Requirements Specification Requirements Analysis

(18)

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tahapan pada metode fountain :

a. Tahap requirement analysis: menganalisa kebutuhan sistem dan semua yang berkaitan dengan proses yang terjadi pada sistem yang diperlukan untuk membangun sistem sehingga dapat berjalan baik dan maksimal. b. Tahap user requirement specification: menjelaskan tentang kebutuhan dari

sisi pengguna (user), sehingga user dapat menjalankan sistem dengan baik. c. Tahap software requirements specification: menjelaskan tentang

kebutuhan sistem dari sisi software sehingga sistem yang ada dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

d. Tahap sistem design: proses perancangan dan pembuatan kerangka sistem yang beracuan pada kebutuhan sistem pada tahap sebelumnya, sehingga nantinya dapat menghasilkan sistem yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

e. Tahap program design: proses perancangan dan pembuatan kerangka program yang mengacu pada tahap sebelumnya, sehingga program yang dibuat dapat mememenuhi kebutuhan dari sistem dan mencakup penyelesaian masalah yang ada.

f. Tahap unit testing: proses pengujian terhadap setiap unit yang ada pada sistem sehingga dapat unit tersebut dapat melakukan kerja sesuai dengan yang diharapkan.

g. Tahap coding: proses penterjemahan tahap perancangan ke dalam bahasa pemrograman. Proses coding meliputi unit-unit yang ada pada keseluruhan sistem.

h. Tahap testing: proses pengujian yang meliputi unit-unit yang terkait dengan sistem dan keseluruhan sistem.

i. Tahap program use: proses pengaplikasian dan pemakaian program yang telah dibuat untuk memastikan apakah tujuan yang semula telah terpenuhi. j. Tahap maintenance: pada tahap maintenance, dilakukan proses

pemeliharaan terhadap sistem sehingga seiring dengan pemakaian sistem, reliabilitas sistem dapat dipertahankan dan dapat berjalan dengan baik.

(19)

k. Tahap further development: pada tahap ini dijelaskan kemungkinan yang ada untuk proses pengembangan sistem.

2.5 Perancangan Sistem dengan UML (Unified Modeling Language) [19]

UML (Unified Modeling Language) merupakan pengganti dari metoda analisis berorientasi objek dan desain berorientasi object (OOA&D) yang dimunculkan sekitar akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an. UML adalah bahasa untuk menspesifikasi, memvisualisasi, membangun dan mendokumentasikan artifacts (bagian dari informasi yang digunakan atau dihasilkan oleh proses pembuatan perangkat lunak yang berupa model atau deskripsi perangkat lunak).

UML merupakan gabugan dari metode Booch, Rumbaugh (OMT) dan Jacobson. Tetapi UML ini akan mencakup lebih luas daripada OOA&D. Pada pertengahan pengembangan UML dilakukan standarisasi proses dengan OMG (Object Management Group) dengan harapan UML akan menjadi bahasa standar pemodelan pada masa depan. UML berbentuk diagram-diagram grafik yang meunjukkan simbol elemen model yang disusun untuk mengilustrasikan bagian atau aspek tertentu dari sistem. Sebuah diagram merupakan bagian dari model tertentu dan ketika digambarkan biasanya dialokasikan untuk model tertentu. 2.5.1 Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan sejumlah external actors dan hubungannya ke use case yang diberikan oleh sistem. Use case adalah deskripsi fungsi yang disediakan oleh sistem dalam bentuk teks sebagai dokumentasi dari use case symbol namun dapat juga dapat dilakukan dalam activity diagram. Use case digambarkan hanya yang dilihat dari luar oleh aktor (keadaan lingkungan sistem yang dilihat user) bukan bagaimana fungsi yang ada di dalam sistem.

2.5.2 Class Diagram Tahap Analisis

Elemen model yang terdapat dalam tahap analisis disebut kelas analisis (analysis class). Kelas analisis adalah kelas ber-stereotype “Boundary”, “Control”, atau “Entity” yang menggambarkan sebuah konsep awal mengenai “benda” dalam sistem aplikasi yang memiliki tanggung jawab dan perilaku.

(20)

2.5.3 Class Diagram

Class diagram menggambarkan struktur statis kelas di dalam sistem. Kelas merepresentasikan sesuatu yang ditangani oleh sistem. Kelas dapat berhubungan dengan yang lain melalui berbagai cara yaitu : associated (terhubung satu sama lain), dependent (satu kelas tergantung dengan kelas yang lain), specialed (satu kelas merupakan spesialisasi dari kelas yang lainnya), atau package (grup bersama sebagai satu unit).

2.5.4 Sequence Diagram

Menggambarkan kolaborasi dinamis antara sejumlah objek. Kegunaan dari sequence diagram adalah untuk menunjukkan rangkaian pesan yang dikirim antara objek juga interaksi antara objek, sesuatu yang terjadi pada titik tertentu dalam eksekusi sistem.

2.5.5 Collaboration Diagram

Menggambarkan kolaborasi seperti sequence diagram. Dalam menunjukkan pertukaran pesan, collavoration diagram menggambarkan objek dan hubungannya. Berikut ini adalah simbol-simbol pada collaboration diagram.

2.5.6 Activity Diagram

Menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas, digunakan untuk mendeskripsikan aktifitas yang dibentuk dalam suatu operasi sehingga dapat juga digunakan untuk aktifitas lainnya seperti use case atau transaksi.

2.6 PHP [8]

PHP adalah kependekan dari Hypertext Preprocessor atau Profesional Homepage, yaitu sebuah bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk web dinamis. Jadi PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini.

Kelahiran PHP bermula saat Rasmus Lerdrof membuat sejumlah skrip perl yang dapat mengamati siapa saja yang melihat daftar riwayat hidupnya, yakni pada tahun 1994. Skrip-skrip ini selanjutnya dikemas menjadi tool yang disebut

(21)

“Personal Home Page”. Paket inilah yang menjadi cikal bakal dari PHP. Pada tahun 1995, Rasmus menciptakan PHP/F1 Versi 2. Pada versi inilah pemrogram dapat menempelkan kode terstruktur di dalam tag HTML. Selain itu, kode PHP juga bisa berkomunikasi dengan database dan melakukan perhitungan-perhitungan yang kompleks.

Konsep kerja dari PHP yaitu diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server untuk mengidentifikasikan halaman yang dikehendaki dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server. Selanjutnya web server akan mencarikan berkas yang diminta dan memberikan isinya ke browser. Browser yang mendapatkan isinya segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layar pemakai.

Pada bulan Oktober 2000 PHP merilis versi 4.0 dengan mengintegrasikan Zend Engine, dan merupakan versi pengembangan dari PHP 3 Script Engine.

Keunggulannya dari sifatnya yang server-side tersebut antara lain :

a. Tidak diperlukan kompatibilitas browser atau harus menggunakan browser tertentu, karena server-lah yang akan mengerjakan skrip PHP. Hasil yang dikirimkan kembali ke browser apapun.

b. Dapat memanfaatkan sumber-sumber aplikasi yang dimiliki oleh server, misalnya koneksi ke database.

c. Skrip tidak dapat “diintip” dengan menggunakan fasilitas view HTML source.

Adapun kelebihan dari PHP yaitu dapat “melakukan” semua aplikasi program CGI, seperti mengambil nilai form, menghasilkan halaman web yang dinamis, mengirim dan menerima cookie. PHP juga dapat berkomunikasi dengan layanan-layanan yang menggunakan protokol IMAP, SNMP, NNTP, POP3, HTTP, dan lain-lain. Namun tampaknya kelebihan PHP yang paling signifikan adalah kemampuannya untuk melakukan koneksi dengan berbagai macam database. Saat ini, database yang didukung PHP adalah : Adabas D, InterBase, PostgreSQL, dBase, FrontBase, Solid, Empress, mySQL, Sybase,

(22)

FilePro(read-only), Direct MS-SQL, Velocis, IBM DB2, MySQL, Unix dbm, Informix, Semua database yang mempunyai provider ODBC, Ingres, Oracle (OCI7 and OCI8).

2.7 MySQL [8]

MySQL adalah salah satu jenis database server yang menggunakan SQL sebagai bahasa dasar untuk mengakses databasenya. MySQL termasuk jenis RDBMS (Relational Database Management System). Itulah sebabnya istilah seperti tabel, baris, dan kolom digunakan pada MySQL. Pada MySQL, sebuah database mengandung satu atau sejumlah tabel.

MySQL dikembangkan oleh sebuah perusahaan Swedia bernama MySQL AB, yang pada saat itu bernama TcX Data Konsult AB, sejak sekitar 1994 – 1995. MySQL versi 1.0 dirilis Mei 1996 secara terbatas kepada empat orang. Baru di bulan Oktober versi 3.11.0 dilepas ke publik. Versi pertama ini hanya berjalan di Linux dan Solaris serta sebagian besar masih belum terdokumentasi itu berangsur-angsur diperbaiki dan ditambah fitur demi fiturnya.

Barulah di versi-versi akhir 3.22, sepanjang tahun 1998 – 1999 MySQL menjadi semakin populer dan dilirik orang. Kalau di versi ini MySQL mulai diadopsi banyak orang dan meningkat jumlah penggunanya, maka di versi 5.0.41-lah terjadi banyak peningkatan dari sisi teknologi.

Gambar

Tabel 2.1 Policy Factor at the Frequency Level Of Service  Service Level  Service Factor
Gambar 2.1 Metode Fountain

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Soekanto (2002), proses pembentukan lembaga kemasyarakatan yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemisahan pada pengukuran kadar etanol di laboratorium kimia terapan dan laboratorium bea cukai dapat dikatakan baik, karena nilai

Namun secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, apabila Universitas Udayana ingin mewujudkan Smart Campus, maka tidak cukup hanya dengan mengandalkan

Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten

Penyusunan Tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan dengan judul “Perencanaan Unit Sanitasi Pabrik Wafer Cream dengan Kapasitas Produksi 43.200 Kemasan per Hari @ 62,5

Masalah yang sering muncul dalam regresi adalah ti- dak semua variabel penjelas dapat didekati dengan pen- dekatan parametrik, karena tidak adanya informasi ten- tang bentuk

Menurut DePorter (2010) terdapat enam fase dari model pembelajaran Quantum Teaching yang kemudian dikenal dengan istilah TANDUR dengan rincian sebagai berikut: (1)