• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rayap Coptotermes curvignathus Hobngren

Rayap dikenal sebagai serangga sosial yang berukuran kecil sampai sedang, hidup dalam koloni-koloni dan membagi kegiatan-kegiatan utamanya dalam kasta-kasta khusus. Rayap memiliki sayap diia pasang yang menempel pada bagian dada dengan tekstur seperti selaput serta mempunyai pembuluh sayap yang bentuknya sederhana. Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan sayap belakang, karena itulah ordonya dinamakan Isoptera (Iso = sama, ptera = sayap). Rayap merupakan salah satu hama yang merusak tanaman pertanian, perkebiman, dan kehutanan. BClasifikasi dari rayap ini adalah : Kingdom rAnimalia, Filimi : Arthropoda, Kelas : hisekta. Sub kelas : Pterygota, Ordo : Isoptera, Familli : Rhinotermitidae, Sub familli : Coptotermitinae, Genus : Coptotermes, Spesies :

curvignathus, Nama Ilmiah : Coptotermes curvignathus Holmgren

(Tarumuigkeng, 2001).

Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Apabila rayap tidak berada dalam koloninya, maka rayap tersebut tidak mempimyai kemampuan untuk hidup lebih lama. Dalam koloni, rayap terbagi berdasarkan spesialisasi atau kasta yang masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Kasta tersebut meliputi kasta prajurit, kasta pekeija, dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut atau vertebarata predator. Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap, karena 80-90% populasi dalam koloni merupakan kasta pekeija (Nandika dkk, 2003).

Selain mempunyai kasta dalam koloninya rayap juga mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibanding dengan serangga lainnya. Menurut Tambiman dkk (1989) sifat rayap antara lain : (1) Cryptobiotik, sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya, (2) Thropalaxis, perilaku rayap yang saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesama individu, (3) Kanibalistik, perilaku rayap untuk

(2)

memakan individu lain yang sakit atau lemas, (4) Neurophalagy, perilaku rayap yang memakan bangkai individu laiimya.

Di seluruh dunia jenis-jenis rayap yang telah dikenal (dideskripsikan dan diberi nama) kurang lebih 2000 spesies dan 120 spesies sebagai hama. Sedangkan di Indonesia kurang lebih 200 spesies yang dikenal, baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan/pertanian (Tarumingkeng, 2001).

Koloni rayap dapat hidup pada kedalaman tanah hingga 5-6 m untuk berlindung dari perubahan cuaca yang kurang menguntungkan. Koloni dapat mencapai jumlah maksimal 200.000 individu dan pada beberapa spesies tertentu dapat berjumlah lebih banyak lagi dalam waktu 4-5 tahun. Ratu rayap dapat hidup lebih dari 25 tahun dan mampu meninggalkan telur hmgga 60.000 butir selama hidupnya. Telur-telur tersebut berwama putih kekuningan dan siap menetas setelah masa inkubasi selama 50-60 hari (Pearce 1997 dalam Arinana 2002).

Menurut Horwood dan Eldridge (2005), habitat rayap tanah dapat ditemukan di atas permukaan tanah, pada tempat-tempat yang tinggi, di batang-batang pohon, di dalam kayu, bahkan di dalam tanah yang siunber kelembabaimya selalu tersedia. Sebagai contoh Coptotermes curvignathus tergolong rayap tanah, ia menyukai tempat-tempat yang lembab. Sarangnya berada di dalam tanah dan dapat mencapai areal seluas 1,5-2 Ha. Sarang sekunder berada sampai 90 m dari sarang pusat.

Rayap mi biasanya membangim sarang pada tanah-tanah yang mempunyai kadar Hat dan debu yang cukup tinggi dengan kadar pasir yang rendah. Habitat yang disukai rayap yaitu kisaran suhu 21,1-26,6^C dengan kelembaban 95-98%. Sementara suhu udara di Indonesia umumnya antara 25,7-28,9''C dengan kelembaban 84-98%, oleh karena itu diperkirakan hampir 80-85% dari luas daratan di Indonesia merupakan habitat yang sesuai bagi kehidupan rayap (Nandika dkk, 1999 dalam Desyanti, 2007).

Dibeberapa negara subtropika, rayap dikenal sebagai semut putih {white

ant) karena terlintas antara keduannya mempunyai penampilan yang hampir sama

(3)

semut tidak memiliki hubungan yang dekat bahkan secara morfologi antara keduannya mudah dibedakan.

Rayap Coptotermes curvignathus merupakan rayap tanah yang termasuk kedalam famiii Rhinotermitidae dan subfamili Coptotermitinae. Famili rayap ini termasuk kedalam tingkat rendah karena memiliki protozoa flagellate di dalam rektumnya, yang berfungsi sebagai simbion yang dapat membantu rayap untuk mencema selulosa (Nandika dkk, 2003).

Rayap adalah kelompok serangga yang memiliki kemampuan mencema selulosa yaitu produk alami yang banyak terdapat di alam misalnya pada kayu, daun, batang, kertas, dan karton (Winamo, 2001 dalam Zakiah dkk, 2007). Rayap berperan sangat penting sebagai pengurai dalam mendaur ulang material kayu dan tanaman sehingga dapat menyuburkan tanah dan memperbaiki aerasi tanah.

Rayap Coptotermes curvignathus memiliki antena, labrum, dan pronotum berwama kuning pucat. Bentuk kepala bulat berwama kuning dan memiliki panjang yang sedikit lebih besar dari pada leher kepala serta memiliki fontanel yang lebar, mandibel bebentuk seperti arit dan melengkung pada bagian ujungnya. Abdomen rayap ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri dan berwama putih kekuning-kuningan (Nandika dkk, 2003). Kasta reproduktif (laron) bemkuran lebih kecil, berwama coklat sampai hitam dengan sayap yang berwama keperakan dan dapat berjalan dengan cepat

a. Kasta Ratu b. Kasta Prajurit c. Kasta Pekerja Gambar 1. Kasta rayap

Sumber: Dokumentasi penelitian

C. curvignathus dapat dibedakan dengan mudah dari spesies rayap lainnya

(4)

tersebut merupakan sekresi pertahanan diri rayap yang menghasilkan kelenjar frontal dan dapat digunakan sebagai aJat pertahanan untuk melumpuhkan serangan semut predator (Diba, 2006 dalam Setiadi dkk, 2007).

2.2. Tanaman Mimba {Azadirachta indika A. Juss)

Tanaman Mimba {Azadirachta indica A. Juss) adalah tanaman asli daerah tropika Asia Tenggara. Tumbuh dengan cepat dan merupakan tanaman tahan kekeringan, serta telah lama dibudidayakan di daerah Asia sebagai sumber kayu (Kardman, 2000).

Mimba merupakan pestisida nabati yang paling populer dan telah banyak diproduksi secara kormesial, khusunya di hidia, Afrika, Amerika Serikat, dan Malaysia. Tanaman Mimba tergolong dalam family Meliacea (Novizan, 2002; Tim Penyusun PS, 2003).

Klasifikasi Mimba adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Sub Kelas : Dialypetaleae, Ordo : Rutales, Famili: Meliaceae, Genus : Azadkachta, Spesies : indica. Nama Ilmiah : Azadirachta indica A. Juss. (Tjitrosoepomo, 1996 dalam Kardman, 2000).

Menurut Ahmed (1995) dalam Kardinan (2003), mimba memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi pestisida nabati, karena antara lain : (1) merupakan tanaman tahiman, (2) tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan, (3) mudah dibudidayakan, (4) tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan (5) mudah dalam proses pertumbuhan.

Mimba merupakan tanaman pohon dengan tinggi 10 -15 m dan berakar tunggang. Batang tegak, berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, dan berwama coklat. Daim majemuk dengan letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal meruncing, tulang daun menyirip, panjang daun 5 - 7 cm, lebar 3 - 4 cm, panjang tangkai daun 8-20 cm, dan wama hijau. Mimba timibuh baik di daerah tropis, dengan ketinggian 1-700 m dpi (Kardinan, 2003).

(5)

Gambar 2. Tanaman Mimba Azadirachta indica

Sumber: Dokumentasi Penelitian

Bagian tanaman yang digunakan meliputi daun, biji, kulit batang, dan kayu batang dengan kandungan yang paling tinggi yaitu pada daun dan biji, karena komponen aktif mimba terdapat pada biji dan daun. Komponen aktif mimba antara lain adalah Azadirachtin (C35H44O16), Meliantiol selanin, Aimbi,

dan lainnya (Priyadi dkk, 2001). Azadirachtin sendiri mengandung sekitar 17 komponen sehingga sulit untuk menentukan jenis komponen yang paling berperan sebagai pestisida. Bahan ini terdapat disemua bagian tanaman, tetapi yang paling tinggi terdapat pada bijinya, karena bijinya mengandung minyak sebesar 35 - 40% (Novizan, 2002).

Daun dan biji mimba mengandung beberapa komponen yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pesisida dan pupuk) maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah Azadirachtin,

salanin, meliantriol, nimbin, dan nimbidin (Ruskin, 1993 dalam Kardinan dan

Dhalimi, 2003).

Azadirachtin dalam tanaman mimba memiliki cara kerja yang tergantung

dari spesies serangga targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer dari Azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulasi deterren spesifik berupa reseptor kimia lainnya yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan. Efek sekunder dari Azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan perkembangan. Hormon utama yang mengatur proses perkembangan adalah hormon Ecdyson (Samsudin, 2008). Ditambahkan oleh Chiu (1998) dalam Dhalimi (2003) hormon Ecdyson adalah hormon yang

(6)

pergantian kulit, maupun proses perubahan telur menjadi nimfa, dan nimfa menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian serangga.

Salanin dalam tanaman mimba memiliki peran yang hampir sama dengan Azadirachtin yaitu berperan sebagai penurun nafsu makan (Anti-feedant) yang

mengakibatkan melemahnya tubuh serangga, meskipim tidak menyebabkan kematian pada serangga. Meliantriol berperan sebagai penghalau (Repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut (Sudarmadji, 1999).

Nimbi dan nimbidin berperan sebagai anti mikroorganisme seperti bakteri dan

Gambar

Gambar 2. Tanaman Mimba Azadirachta indica  Sumber: Dokumentasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hasibun (2006), stres kerja adalah sejumlah aktifitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan, maka dari itu bekerja merupakan salah satu

Efektivitas Minyak Serai Wangi dan Fraksi Sitronellal Terhadap Pertumbuhan Jamur Phytopthora palmivora Penyebab Penyakit Busuk Buah Kakao.. Minyak Atsiri Piper aduncum

- Amanat Sri Paduka Ingkeng Sinuwun Kanjeng Sultan dan Amanat Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam, yang dipreskripsikan sebagai novum hukum

Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bekerja sama dengan peneliti dari Australia National University (ANU) berhasil menciptakan sistem rekam medis online yang

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar peserta didik menggunakan pemecahan masalah pada pembelajaran konsep Protista

Komponen konatif atau perilaku dalam sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

Setelah data yang berbentuk nilai biner tersebut diterima oleh mikrokontroller maka data hasil output per frekuensi tersebut akan diletakkan secara berurutan di dalam memori

Hasil perhitungan dan pembuatan grafik menunjukkan hasil analisis yaitu semakin besar nilai laju aliran massa air di tangki cooler maka semakin besar juga nilai perpindahan