PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA 2019
Udayana University Press 2019 ISBN 978-602-294-357-0
PROSIDING
SeNaTS 3
SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL
Editor:
Dewa Made Priyantha Wedagama, ST, MT, MSc, Ph.D
Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT
Gede Pringgana, ST, MT, Ph.D
Gusti Ayu Putu Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
“MITIGASI BENCANA DAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL BERKELANJUTAN”
Sanur-Bali, 4 Juli 2019
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Bekerjasama dengan:
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
KOMITE ILMIAH
Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, Ph.D (Unud)
Prof. Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, Ph.D (Unud)
Prof. Dr. Ir. I Wayan Runa, MT (Warmadewa)
Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT (Unud)
Ir. Made Sukrawa, MSCE, Ph.D (Unud)
Ir. Ida Ayu Made Budiwati, MSc, Ph.D (Unud)
I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D (Unud)
Ida Bagus Rai Widiarsa, ST, MASc, Ph.D (Unud)
Gede Pringgana, ST, MT, Ph.D (Unud)
Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS (Unud)
Dr. Ir. I Dewa Ketut Sudarsana, MT (Unud)
Dr. A. A Gde Agung Yana, ST, MT (Unud)
Gusti Ayu Putu Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D (Unud)
Anak Agung Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D (Unud)
Dr. Eng. Ni Nyoman Pujianiki, ST, MT, M.Eng (Unud)
Kadek Diana Harmayani, ST, MT, Ph.D (Unud)
Dr. Ir. Anissa Maria Hidayati, MT (Unud)
Ida Bagus Wirahaji, ST, S.Ag, M.Si, MT (Unhi)
Ida Bagus Gede Indramanik, ST, MT (UNR)
I Gusti Agung Ayu Istri Lestari, ST, MT (Unmas)
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
KATA PENGANTAR
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik atau
yang lebih dikenal dengan Pacific Ring of Fire, yang memiliki potensi bencana alam yang
sangat tinggi. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lebih dari 2000
kejadian bencana telah terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Bencana
banjir, longsor, puting beliung, gempa bumi dan tsunami telah banyak memakan korban jiwa
dan materi, termasuk menghancurkan infrastruktur yang mengakibatkan kerugian ekonomi.
Lemahnya keadaan infrastruktur dan properti di Indonesia juga memperparah dampak yang
terjadi pasca bencana.
Untuk mendukung perspektif tersebut, maka Program Studi Magister Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Udayana pada hari Kamis 4 Juli 2019 menyelenggarakan
Seminar Nasional Teknik Sipil (SeNaTS) 3 dengan tema “Mitigasi Bencana dan
Pembangunan Infrastruktur Teknik Sipil Berkelanjutan” di Inna Grand Bali Beach Hotel,
Sanur, Bali. Kegiatan ilmiah sehari ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana
komunikasi dan wadah tukar informasi bagi peneliti, pemerintah, masyarakat, praktisi, dosen,
dan mahasiswa untuk saling bertukar informasi dalam mendukung terlaksananya
pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Sejumlah enam puluhan makalah dipresentasikan
dalam kegiatan SeNaTS 3 ini, dari beberapa bidang keahlian meliputi: Mitigasi Bencana,
Struktur Material Beton dan Baja, Jalan Raya dan Teknik Lalu Lintas, Teknik Bandar Udara,
Teknik Pelabuhan, Geoteknik, Teknik Pantai dan Bangunan Air, Hidrologi dan Drainase,
Teknik Lingkungan dan bidang lainnya terkait dengan ketekniksipilan. Penulis makalah
berasal dari berbagai institusi di seluruh Indonesia.
Terselenggaranya kegiatan seminar ini berkat peran serta dan bantuan berbagai pihak,
dari tahap persiapan sampai pelaksanaannya, untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya. Semoga komunikasi dan kerjasama yang telah terjalin dapat berlanjut di
kemudian hari.
Sanur-Bali, Juli 2019
Panitia,
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
DAFTAR ISI
KOMITE ILMIAH ...
i
KATA PENGANTAR ...
iii
DAFTAR ISI ...
v
SAMBUTAN KETUA PANITIA ...
xi
SAMBUTAN KOORDINATOR PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK
SIPIL ...
xiii
KEYNOTE SPEAKERS ...
xv
BIDANG KEAHLIAN ...
xvii
JADWAL ACARA ...
xvii
KEYNOTE SPEAKER
INFRASTRUKTUR HIJAU BERBASIS MITIGASI BENCANA ...
KS-1
PERAN FORENSIC ENGINEERING DALAM MITIGASI BENCANA DAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL BERKELANJUTAN ...
KS-9
BIDANG UPAYA PENCEGAHAN, MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN
BENCANA
DESAIN ARSITEKTUR NAUNGAN BAGI PENGUNGSI GUNUNG AGUNG DI BALI ...
MB-1
BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL
ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH PASCA GEMPA DI KECAMATAN
TAWAELI KOTA PALU ...
SM-1
ANALISIS PENGARUH BENTUK DINDING GESER BETON BERTULANG
TERHADAP KAPASITAS DAN LUAS TULANGAN ...
SM-8
DESAIN CAMPURAN DAN KUAT TEKAN BETON RINGAN UNTUK APLIKASI
BALOK BERTULANG KOMPOSIT SANDWICH ... SM-16
DESAIN COUPLING BEAM BERTIPE SLENDER PADA SHEAR WALL MENURUT
KOMPOSIT SERAT ABAKA PADA CAMPURAN BETON ... SM-35
PEMANFAATAN SERBUK BATU BATA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BATU
BATA TANPA PEMBAKARAN ... SM-45
PERENCANAAN DESAIN PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN EKSISTING
AKIBAT PENAMBAHAN LANTAI (STUDI KASUS: HOTEL SEA SENTOSA
CANGGU) ... SM-52
PERILAKU LENTUR PASANGAN DINDING DENGAN PERKUATAN KAWAT
LOKET ... SM-63
PENGARUH VARIASI MUTU JAKET BETON DAN KEBERADAAN SENGKANG
TERHADAP KAPASITAS AKSIAL KOLOM ... SM-70
BIDANG GEOTEKNIK
ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN PENYEBAB LONGSOR DI DESA
BHUANA GIRI, BEBANDEM, KAB. KARANGASEM PROPINSI BALI ...
GT-1
ANALISIS CBR LABORATORIUM PADA TANAH LATERIT YANG DISABILITASI
DENGAN KAPUR DAN SEMEN...
GT-8
KARAKTERISTIK SENYAWA KIMIA STABILITASI TANAH SEMEN DENGAN
BAHAN ADITIF DIFA ...
GT-16
KAPASITAS DUKUNG FONDASI DIATAS TANAH TIMBUNAN SAMPAH SEBAGAI
USAHA MITIGASI BENCANA ...
GT-25
PERILAKU KARAKTERISTIK TANAH PASIR BERLANAU AKIBAT PENGARUH
AIR LIMBAH RUMAH TANAH YANG DIPERAM SELAMA 2 MINGGU ...
GT-35
BIDANG MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA KONSTRUKSI
ANALISIS BIAYA OVERHEAD PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI PT X ...
MK-1
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KERUGIAN NEGARA
PADA TAHAP PENGADAAN PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI ... MK-11
ANALISIS INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN AKSARI HIDDEN RESORT
UBUD ... MK-21
ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
ANALISIS STRATEGI PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS
PERUMAHAN DI KABUPATEN BADUNG ... MK-39
ANALISIS WAKTU PELAKSANAAN METODE KONSTRUKSI TOP-DOWN PADA
PEKERJAAN STASIUN BAWAH TANAH MRT JAKARTA CP 106 ... MK-49
EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DANA DESA SECARA
SWAKELOLA DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG ... MK-58
EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS 18001:2007 PADA
PROYEK JUMEIRAH PECATU BEACH RESORT BALI ... MK-68
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS KOMUNIKASI ANTARA
KONSULTAN DAN KONTRAKTOR PADA PROYEK KONSTRUKSI HOTEL DI
PROVINSI BALI ... MK-80
HUBUNGAN FAKTOR PENGARUH DALAM STRATEGI HYBRID PRICING PROYEK
KONSTRUKSI DI KOTA DENPASAR ... MK-89
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK SIX SENSE ULUWATU VILLA RESORTS
BALI DENGAN METODE RSM (REPETITIVE SCHEDULING METHOD) ... MK-96
PENERAPAN FAST DIAGRAM UNTUK PENGIMPLEMENTASIAN KONSEP
GREEN CONSTRUCTION PADA GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS
WARMADEWA ... MK-105
PENERAPAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PENJADWALAN PROYEK
KONSTRUKSI (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR DAN
LAP. BASKET INDOOR/ AULA SANTO YOSEPH DENPASAR) ... MK-111
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI ... MK-119
RANCANGAN DAN EVALUASI PENERAPAN TOOL MAIL MERGE UNTUK
ADMINISTRASI PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA DENGAN METODE
PENGADAAN LANGSUNG ... MK-129
STRATEGI DALAM PENGENDALIAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG
SEKOLAH DI KABUPATEN BADUNG ... MK-135
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PABRIK PEMECAH BATU
(STONE CRUSHER) PT. DWI ARTHA YADNYA UTAMA DI DESA MUNTIG,
KECAMATAN KUBU, KAB. KARANGASEM ... MK-145
PERAN SISTEM JAMINAN MUTU ISO 9001:2015 TERHADAP KINERJA RANTAI
ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP
KINERJA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI GRAHA MANGU MANDALA,
PUSPEM, KABUPATEN BADUNG ... MK-162
BIDANG TRANSPORTASI
ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT ADANYA PASAR BADUNG DI JALAN
COKROAMINOTO, DENPASAR ...
TR-1
ANALISIS PARKIR DESA WISATA KABA KABA ...
TR-12
PEMODELAN KECELAKAAN MODA TRANSPORTASI SEPEDA MOTOR PADA
RUAS JALAN KOLEKTOR PRIMER DI KABUPATEN GIANYAR ...
TR-20
PEMODELAN UNDERPASS SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN SIMPANG
KAMPUS UDAYANA BUKIT JIMBARAN MENGGUNAKAN SOFTWARE VISSIM ...
TR-29
PENGARUH PANJANG SERAT ABACA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL
CAMPURAN ASPAL EMULSI ...
TR-40
PENGARUH PENGGUNAAN CRUMB RUBBER DENGAN MATERIAL PALU
DAN FILLER BATU LATERIT TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL
PADA ASPHALT CONCRETE – BINDER COURSE (AC-BC) ...
TR-48
PERBANDINGAN NILAI MARSHALL DAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI
DALAM CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ...
TR-58
STABILITAS CAMPURAN AC-WC YANG MENGGUNAKAN GONDURUGEM
SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN...
TR-66
PENGARUH AKTIVITAS PASAR TRADISIONAL TERHADAP KINERJA RUAS
JALAN (STUDI KASUS: RUAS JALAN GUANG WANARA, DESA BLAHKIUH,
KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG) ...
TR-72
PEMODELAN KEBISINGAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA
DENPASAR (STUDI KASUS SIMPANG: JALAN AHMAD YANI
UTARA-SURADIPA-ASTASURA) ...
TR-77
STUDI PARKIR DI OBJEK WISATA TANAH LOT KABUPATEN TABANAN ...
TR-87
ANALISIS KINERJA DAN KEBUTUHAN ARMADA ANGKUTAN TRANS SERASI ...
TR-96
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 3 (SeNaTS 3) Tahun 2019 Sanur-Bali, 4 Juli 2019
BIDANG SUMBER DAYA AIR
KAJIAN EFEKTIVITAS SUMUR RESAPAN DALAM MENGURANGI RESIKO
BENCANA BANJIR DI KOTA JAKARTA ... SDA-1
PEMODELAN SKALA LABORATORIUM PENCEMARAN AIR TANAH OLEH
LIMBAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK ... SDA-8
STUDI POTENSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI DANAU BATUR ... SDA-14
ANALISIS PELAYANAN PDAM PT. TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN
BADUNG DITINJAU DARI KUALITAS AIR, KUANTITAS AIR, DAN
KONTINIUITAS PELAYANAN (STUDI KASUS: KECAMATAN KUTA SELATAN) ... SDA-21
BIDANG LINGKUNGAN
ANALISIS KAPASITAS DRAINASE EKSISTING DAN PEMELIHARAAN DRAINASE
BERBASIS PERSEPSI MASYARAKAT ...
LK-1
KESESUAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH TERHADAP TINGKAT
BAHAYA EROSI DAN IMPLIKASINYA PADA TREND PERKEMBANGAN
KAWASAN AKOMODASI PARIWISATA ...
LK-11
ANALISIS KELAYAKAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH SEBAGAI ALTERNATIF
Seminar Nasional Teknik Sipil 3 Juli 2019, Hal. MK-96 - MK-104
https://ucs.unud.ac.id/conf/senats-3
OPTIMASI PENJADWALAN PROYEK SIX SENSE ULUWATU VILLA RESORTS
BALI DENGAN METODE RSM (REPETITIVE SCHEDULING METHOD)
Ariany Frederika
1, Mayun Nadiasa
2dan Ida Bagus Gede Bramasta Wibawa
31,2 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 3
AlumniProgram Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email: [email protected]
ABSTRAK
Proyek pembangunan Six Sense Uluwatu Villa Resorts Bali merupakan proyek yang terdiri dari beberapa jenis villa yang dibangun secara Horizontal salah satunya adalah jenis one bedroom villa sebanyak 62 unit. Proyek konstruksi tersebut memiliki paket pekerjaan berulang/repetitif yang membutuhkan sebuah metode penjadwalan proyek yang mampu mengakomodasi kebutuhan sumber daya secara menerus dan terjadwal dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi penjadwalan terhadap kelompok kerja, biaya, dan waktu pelaksanaan proyek menggunakan metode penjadwalan khusus untuk proyek yang memiliki kegiatan berulang. Metode penjadwalan yang digunakan pada penelitian ini adalah Repetitive Scheduling Method (RSM). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder meliputi RAB, Daftar Analisa Harga Satuan, Time Schedule, dan Gambar Proyek. Optimasi penjadwalan dilakukan dengan membagi 62 unit menjadi beberapa zone/area kerja, kemudian dilakukan penggambaran diagram garis berdasarkan prinsip dasar RSM sehingga penerapan metode tersebut menjadi optimal dari segi waktu dan tenaga kerja. Optimasi yang dimaksud adalah capaian waktu kerja yang mendekati waktu kontrak dengan kebutuhan kelompok kerja yang paling sedikit. Hasil penjadwalan dengan metode RSM yang didapatkan dalam menyelesaikan Proyek Pembangunan 62 unit One Bedroom villa Six Sense Uluwatu Villa Resorts adalah 359 hari kerja, lebih cepat 5 hari dari waktu kontrak yaitu 364 hari kerja, dengan menggunakan 7 kelompok kerja pada area kerja yang dibagi dalam 7 zone. Biaya tenaga kerja sebelum dan sesudah penerapan RSM adalah sama yaitu sebesar Rp. 105.326.775,12.
Kata kunci: optimasi penjadwalan, Repetitive Scheduling Method (RSM), tenaga kerja, waktu.
OPTIMIZATION OF WORK GROUP WAITING TIME ON SCHEDULING WORK
OF BUILDING CONSTRUCTION PROJECTS USING THE RSM METHOD
ABSTRACT
The Six Sense Uluwatu Villa Resorts Bali development project is a project consisting of several types of villas built horizontally, one of which is a type of one bedroom villa of 62 units. The construction project has a repetitive work package that requires a project scheduling method that is able to accommodate resource needs continuously and well scheduled. The purpose of this study is to optimize the scheduling of work groups, costs, and time of project implementation using a scheduling method specifically for projects that have repetitive activities. The scheduling method used in this study is the Repetitive Scheduling Method (RSM). The type of data used is secondary data including Bill of Quantity (BOQ), Unit Price Analysis, Time Schedule, and Project Shop Drawing. Scheduling optimization is done by dividing 62 units into several work zones / areas, then drawing a line diagram based on the basic principles of RSM so that the application of the method becomes optimal in terms of time and labor. The intended optimization is the achievement of working time which is close to the time of the contract with the least working group needs. The results of scheduling with the RSM method obtained in completing the 62 unit One Bedroom Six Sense Uluwatu Villa Resorts Construction Project are 359 working days, 5 days faster than the contract period of 364 working days, using 7 working groups in the work area divided into 7 zone. Labor costs before and after the application of RSM are the same, it is Rp. 105,326,775.12.
1
PENDAHULUAN
Pada saat ini kontraktor sering dihadapkan oleh proyek konstruksi berupa apartemen, villa dan perumahan, dimana didalamnya terdapat paket kegiatan yang dikerjakan berulang atau pekerjaan repetitif. Pelaksanaan proyek konstruksi yang memiliki paket pekerjaan berulang/repetitif membutuhkan sebuah metode penjadwalan proyek yang mampu mengakomodasi kebutuhan sumber daya yang menerus dan terjadwalkan dengan baik tanpa terjadinya suatu hambatan.
Proyek pembangunan Six Sense Uluwatu Villa Resorts Bali, yang terletak di jalan Goa Lempeh, Pecatu Uluwatu merupakan proyek yang dibangun secara horizontal dan memiliki kegiatan yang bersifat berulang salahsatunya adalah 62 unit one bedroom villa dengan durasi pengerjaan 53 minggu. Pada pelaksanaan proyek tersebut terjadi perpindahan tenaga kerja dari unit satu ke unit lain yang tidak teratur dikarenakan tidak adanya penjadwalan yang mengatur perpindahan pekerja dari unit ke unit, hal tersebut dapat mengganggu kontinyuitas dan produktivitas pekerja pada proyek tersebut.
Repetitive Scheduling Method (RSM) merupakan salah satu metode penjadwalan yang dapat diaplikasikan
pada proyek yang memiliki karakteristik berulang (repetitive). Keuntungan utama dari metode RSM adalah terjaminnya kontinyuitas pekerjaan bagi masing masing regu pekerja (tidak ada menunggu stand by) sehingga bisa menghemat upah total tenaga kerja, selain itu penampakan diagramnya lebih sederhana dan mudah dibaca karena merupakan diagram berskala waktu (time scale network) (Laksito, 2016).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini akan dilakukan optimasi penjadwalan terhadap kelompok kerja, biaya, dan waktu pada proyek Six Sense Uluwatu Villa Ressorts Bali sebagai objek studi didasarkan karena mimiliki kegiatan yang berulang (Repetitive) dan hanya menggunakan metode penjadwalan bagan balok (Barchart), sehingga memungkinkan dianalisis dari segi waktu perencanaan dengan menggunakan Repetitive Scheduling Method (RSM). Optimasi penjadwalan yang dimaksud adalah capaian waktu kerja yang mendekati waktu kontrak dengan meminimalkan lag-time pelaksanaan hingga mendapatkan kebutuhan kelompok kerja yang paling sedikit.
2
TEORI PENDUKUNG
2.1
Proyek konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian proses dari kegiatan-kegiatan yang mengelola berbagai sumber daya yang ada sehingga mencapai hasil yang diinginkan/direncanakan. Merencanakan suatu proyek adalah suatu masalah yang harus ditangani dengan baik. Suatu perencanaan yang baik dan mendetail akan mempermudah proses pengendalian nantinya. Perencanaan dan pengendalian pada proyek konstruksi akan selalu terkait dengan waktu/jadwal yang harus dipenuhi, besarnya biaya yang dialokasikan, dan mutu disyaratkan, dimana titik keseimbangan antara aspek tersebut adalah merupakan tujuan utama yang akan dicapai (Soeharto, 1999).
Membuat rencana kegiatan adalah proses pertama dari pelaksanaan proyek konstruksi yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan proyek konstruki. Proses ini mencakup metode perencanaan, menguraikan pekerjaan kebentuk yang lebih detail dan membuat urutan-urutan ketergantungan pada proses konstruksi, menghitung waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu pelaksanaan dan kegiatan dipengaruhi langsung oleh jenis dan jumlah sumber daya yang tersedia. Penempatan dan pemanfaatan sumber daya secara tepat adalah mutlak dalam mencapai tujuan proyek, sehingga dari kegiatan perencanaan waktu yang efisien dapat diperoleh biaya yang minimum dengan tepat memperhatikan persyaratan kualitas yang ditetapkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
2.2
Optimasi
Optimasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik (K.B.B.I., 2008). Dalam penelitian ini, optimasi adalah suatu proses penguraian durasi proyek untuk mendapatkan durasi yang paling baik (optimal) dengan menggunakan berbagai alternatif yang ditinjau dari segi waktu dan pengalokasian kelompok kerja. Titik optimum yang ingin dicapai yaitu waktu kerja yang mendekati waktu kontrak dengan kebutuhan kelompok kerja yang paling sedikit.
Ariany Frederika, Mayun Nadiasa dan Ida Bagus Gede Bramasta Wibawa
2.3
Tingkat produktivitas unit
Yang dimaksud dengan rata-rata tingkat produktivitas unit adalah jumlah unit serupa yang bisa diselesaikan oleh suatu sumber daya selama waktu tertentu, untuk sebuah aktivitas (a), pada setiap unit berulang (i), rata-rata produksi unit dapat dinyatakan sebagai berikut (Harris and Ioannou, 1998):
uprAi = I/TAi (1)
Dimana :
UprAi = Tingkat produktivitas unit pada aktivitas A dalam unit berulang i
TAi = Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas A dalam unit berulang i
2.4
Bagan Balok (Bar Chart)
Metode bagan balok diperkenalkan oleh HL Gantt pada tahun 1917 dianggap belum pernah ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek. Bagan balok disusun dengan maksud mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, dan waktu penyelesaian (Soeharto, 1999). Dewasa ini metode bagan balok masih digunakan secara luas, baik berdiri sendiri maupun dikombinasikan dengan metode lain, misalnya digunakan bersama-sama kurva-S sebagai alat pengendali.
Bagan balok tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak Y, dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek, dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal X, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu, atau bulan. Disini waktu mulai dan waktu akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-balok yang bersangkutan. Pada waktu membuat bagan balok telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain. Penggambaran Bar Chart ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tampilan Bar Chart Sumber: Soeharto (1999)
2.5
Perencanaan Waktu Dengan Kegiatan Berulang
Suatu proyek dikatakan bersifat repetitive jika proyek tersebut memiliki kegiatan yang sama dan berulang (Harris and Ioannou, 1998). Beberapa proyek yang bersifat repetitive antara lain proyek konstruksi bangunan yang bertingkat tinggi, pembangunan jalan raya, pembangunan perumahan, pembangunan jembatan dengan bentang yang panjang.
Linear Scheduling Method (LSM) adalah metode penjadwalan dengan menggunakan sumbu koordinat yaitu absis dan ordinal, absis menunjukkan waktu kerja dan ordinat menunjukkan jumlah unit pekerjaan atau lokasi kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan garis miring menyatakan jenis kegiatan sekaligus menunjukkan kecepatan dari kegiatan tersebut. Kemiringan dari setiap garis aliran kegiatan menunjukkan tingkat produktivitas dari kegiatan itu. Semakin tegak garis alir tersebut maka semakin tinggi tingkat produktivitasnya. Penggambaran Diagram LSM ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Contoh Diagram LSM Sumber : Harris dan loannou (1998) Keterangan :
Da = durasi kegiatan A Db = durasi kegiatan B
Ada beberapa hal yang sering ditemukan LSM, yaitu : 1. Interupsi
Interupsi adalah adanya penghentian atau penundaan kegiatan untuk suatu waktu tertentu yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada garis alir kegiatan. Penggambaran Interupsi ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Contoh Interupsi Sumber : Harris dan loannou (1998) Keterangan:
= Contoh Interupsi
2. Restraint
Restraint adalah waktu tunggu antara selesainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan yang lain. Hal ini terjadi karena kedua kegiatan mempunyai sumber daya yang sama dan jumlahnya terbatas sehingga diperlukan waktu transfer sumber daya dari kegiatan sebelumnya. Penggambaran Restraint ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Contoh Restraint Sumber : Harris dan loannou (1998) Dimana :
= Restraint 3. Buffer
Buffer adalah jarak yang diperlukan antara dua kegiatan. Jarak dapat berupa lokasi (buffer lokasi) maupun waktu (buffer waktu). Buffer waktu mempunyai dua konsep yaitu : buffer waktu minimum dan buffer waktu maksimum. Penggambaran Buffer ini dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 5. Contoh buffer Sumber : Harris dan loannou (1998) Keterangan :
= buffer waktu = buffer lokasi
4. Interval
Ariany Frederika, Mayun Nadiasa dan Ida Bagus Gede Bramasta Wibawa
2.6
Langkah Penyusunan Diagram RSM
Langkah pertama dalam penyusunan diagram RSM adalah menentukan hubungan antara setiap kegiatan pada setiap unit. Untuk itu dapat digunakan metode CPM atau PDM untuk menggambarkan hubungan pada setiap unit yang sama, jika perlu untuk setiap unit yang tidak tipikal. Setelah itu kegiatan-kegiatan tersebut digambarkan dalam bentuk Bar Chart, sehingga urutan kegiatan dapat dengan jelas dipahami. Dan terakhir Bar Chart yang sudah terbentuk digambarkan pada diagram RSM.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas akan diambil sebuah contoh yang terdiri dari dua buah kegiatan yang berbeda pada satu unit yang berulang, seperti terlihat pada Gambar 6. Gambar 6 (a) menggambarkan sepasang kegiatan, Al dan Bl dimana hubungan antara kegiatan bersifat finish to start (FTS). Durasinya dilambangkan dengan T, penempatan resource/sumber daya dengan R, hari mulai awal BSD (Earliest Start Duration) dan mulai akhir EFD (Earliest Finish Duration) ditunjukkan dalam legenda. Nilai R ditunjukkan dengan simbol alpabhet untuk mengidentifikasikan sumber daya tertentu yang dipakai oleh sebuah aktivitas.
Kemudian aktivitas ini digambarkan dalam bentuk bar chat seperti Gambar 6 (b). dan kemudian digambarkan lagi pada sebuah diagram RSM seperti Gambar 6 (c). Pada contoh ini, hanya terdapat satu kegiatan berulang. Titik nol pada sumbu-Y memilki tanda S sebagai awal unit, dan akhir dari unit diberi tanda huruf F.
(a)
(b)
(c)
Gambar 6. Contoh Penggambaran Diagram RSM sumber : Harris dan loannou (1998)
3
METODE
Objek studi dalam penelitian ini dipilih pembangunan 62 unit One Bedroom villa pada proyek Six Sense Uluwatu Villa Resorts Bali yang terletak di jalan Goa Lempeh, Pecatu Uluwatu Bali. Pemilihan tipe tersebut sebagai objek studi didasarkan karena memungkinkan untuk analisa variasi penjadwalan dengan metode RSM yang beragam. Penelitian dilakukan Berdasarkan data sekunder yang telah didapat meliputi time schedule, RAB, analisa harga satuan dan gambar kerja kemudian dilakukan pengolahan dengan penjadwalan 62 unit menjadi 1 unit villa, kemudian dilanjutkan dengan menghitung produktivitas unit sehingga diperoleh data olahan untuk dianalisis menggunakan metode RSM.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pengolahan Data
4.1.1 Penjadwalan Untuk 1 Unit Villa
Dalam melakukan simulasi time schedule Microsoft Project langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan macam-macam kegiatan proyek, menyusun sumber daya yang terlibat dalam masing-masing kegiatan, dan tidak ketinggalan memasukkan pula tarif (upah) yang harus dibayarkan pada masing-masing
sumber daya selama melaksanakan kegiatan tersebut. Pada tahap perencanaan ini dipersiapkan diluar program MS Project dengan mengumpulkan data-data seperti RAB, Standar Analisa Pekerjaan dan Time Schedule. Jika tahap ini telah selesai tersusun baru dimulai melakukan penjadwalan waktu menggunakan MS Project. Dari penjadwalan tersebut didapatkan durasi 119 hari untuk 1 unit villa.
4.1.2 Evaluasi Time Schedule Kontraktor Untuk 1 (Satu) Unit Villa
Sebelum dilakukan penggambaran diagram RSM, time schedule yang dikerjakan berdasarkan data kontraktor dievaluasi terlebih dahulu menggunakan MS Project sehingga mendapatkan waktu yang lebih optimal dengan cara mengubah kelompok kerja, membuat waktu tunda dan ketergantungan antar kegiatan proyek menjadi lebih logis untuk diterapkan dalam penjadwalan RSM.
Demikian halnya dengan item pekerjaan finising dalam kelompok kerja External and Internal walls dipindahkan ke kelompok kerja walls finishes kemudian pekerjaan pemasangan bata pada walls finishes dipindahkan ke kelompok kerja external and internal walls. Hal itu dilakukan agar waktu menunggu atau lag time dalam kelompok pekerjaan menjadi 0 sehingga dapat diasumsikan bekerja secara kontinyu. Hal tersebut juga sangat berdampak karena pekerjaan yang di optimalisasi ada dalam lintasan kritis sehingga dapat mempercepat durasi proyek. Dapat dilihat pada time schedule sebelum di evaluasi yaitu 119 hari untuk 1 unit villa dan sesudah evaluasi yaitu 114 hari untuk 1 unit villa.
4.1.3 Penentuan Zone atau Area Kerja
Sebelum memulai penggambaran diagram RSM terlebih dahulu dilakukan pembagian area kerja untuk 62 unit villa. Pembagian ini bertujuan untuk membagi jumlah pekerjaan repetitive menjadi beberapa unit sehingga penerapan RSM menjadi optimal dari segi waktu dan alokasi kelompok kerja.
Berdasarkan pertimbangan lokasi kerja, pengerjaan villa dibagi menjadi 8 zone dengan masing masing 1 kelompok kerja. Zone Z1,Z2,Z3,Z4,Z5,Z6 dan Z7 masing masing terdiri dari 8 unit villa, sedangkan zone 8 terdiri dari 6 unit villa. Pembagian zone tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 : Pembagian Untuk 8 Zone/Area Kerja
4.2
Analisis RSM
4.2.1 Penggambaran Diagram RSM dan Rangkaian Pengontrol
Time schedule yang telah dievaluasi dibuatkan diagram RSM-nya. Diagram RSM ini muncul sebagai akibat adanya kegiatan yang berulang-ulang. Dimana kegiatan yang berulang-ulang tersebut jika dijadwalkan dengan menggunakan diagram bar chart akan memliki lag time dan lead time. Hal ini akan mengakibatkan pekerjaan tidak dilakukan secara kontinyu karena memiliki waktu tunggu sebelum memulai ke unit berikutnya sedangkan pada lead time mengakibatkan terganggunya produktivitas unit berikutnya karena unit berikutnya sudah mulai sebelum unit tersebut selesai. Penggambaran mengenai lag time dan lead time dapat dilihat pada Gambar 8.
Ariany Frederika, Mayun Nadiasa dan Ida Bagus Gede Bramasta Wibawa
Gambar 8: Lag Time dan Lead Time
Pada penggambaran diagram digunakan simbol berupa alfabet untuk menandai aktifitas aktifitas yang ada. Diantara kegiatan pools structure unit pertama yang disimbolkan G1 sampai dengan unit kedelapan yang disimbolkan dengan G8 memiliki lag time masing-masing 3 hari. Untuk menghindari hal tersebut maka akan diterapkan RSM, sehingga produktivitas G1 sampai kegiatan G8 tidak memiliki lag time yang berdampak pada sumber daya tidak terputus pada masing-masing unit atau pangalokasiannya dianggap kontinyu. Perpindahan garis tersebut mengacu pada prinsip dasar metode Repetitive Scheduling Method yakni (Harris dkk, 1998) :
Pada kegiatan B tidak diterapkan RSM karena akan memperlambat durasi proyek. Sedangkan kegiatan D, F, H, I yang merupakan kegiatan pengikut dari kegiatan B, E, G akan tidak efektif apa bila dilakukan perubahan pada kegiatan pengikut. Apabila pada kegiatan ini diterapkan perubahan dapat mengakibatkan terganggunya hubungan ketergantungan dengan pekerjaan yang berikutnya.
Pada diagram RSM dapat dilihat rangkaian pengontrolnya. Berdasarkan prinsip Repetitive Scheduling Method dimulai dari awal kegiatan A, bergerak naik pada garis produksi B sampai pada titik kontrol cp(AB &AG). Lalu berpindah ke garis produksi B, bergerak naik sampai menemukan titik kontrol cp(BC & BD). Kemudian berpindah ke garis produksi C, bergerak naik mengikuti garis produksi C sampai pada titik kontrol cp(CE,EF,&FH), dan berakhir di garis produksi E
4.2.2 Evaluasi Diagram RSM Untuk 8 (Delapan) Zone Villa
Setelah dilakukan penggambaran diagram Garis berdasarkan zone yang telah ditentukan sebelumnya, didapatkan durasi pengerjaan untuk Z1,Z2,Z3,Z4,Z5,Z6, dan Z7 yang terdiri dari 8 unit villa, yaitu masing masing 331 hari dan untuk Z8 yang terdiri dari 6 unit villa, yaitu 269 hari. Melihat dari durasi proyek awal oleh kontraktor untuk 62 unit villa yang di kerjakan dengan durasi 364 hari, ternyata masih dimungkinkan untuk mengubah menjadi 7 zone. Setelah di evaluasi zone Z1,Z2,Z3,Z4,Z5 dan Z6 menjadi masing-masing 9 unit villa yang berdurasi 359 hari, sedangkan zone Z7 terdiri dari 8 unit villa yang berdurasi 328 hari. Perubahan pembagian zone tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.
Perubahan zone ini mengakibatkan semakin sedikitnya kelompok kerja yang dibutuhkan, sebelumnya 8 menjadi 7 kelompok kerja. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Zone Kerja Sebelum dan Sesudah Evaluasi.
4.2.3 Rata-Rata Produktivitas Unit
Terdapat beberapa perbedaan tingkat produktivitas unit sebelum dan sesudah RSM dikarenakan adanya perubahan durasi setiap unit produktivitas. Perbandingan rata-rata produktivitas unit sebelum dan sesudah diterapkan RSM dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Produktivitas Unit.
Keterangan Tabel 2 :
SI : Simbol; DR : Durasi; RP : Rata-rata Produktivitas 1 Unit
4.2.4 Perhitungan Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja
Perhitungan jumlah tenaga kerja untuk satu unit rumah setelah RSM terdapat perubahan durasi untuk beberapa item pekerjaan karena diterapkan metode RSM, salah satunya adalah pekerjaan Shingle wood red cedar shingles 9x120x240mm to roof. Item pekerjaan Shingle wood red cedar shingles 9x120x240mm to roof sebelum diterapkan RSM durasinya 11 hari menjadi 9 hari. Untuk biaya perhari tenaga kerja setiap pekerjaan sebelum diterapkan RSM adalah Rp. 540.284,64. Sedangkan biaya perhari tenaga kerja setelah diterapkan RSM adalah Rp. 660.347,89. Total biaya tenaga kerja sebelum dan sesudah diterapkan RSM sama yaiu Rp. 5.943.131,04.
Dari hasil rekapitulasi, total biaya tenaga kerja sebelum diterapkan RSM sama dengan sesudah diterapkan RSM yaitu sebesar 105.326.775,12.
4.2.5 Pembahasan Hasil
Optimasi zone/area kerja dari 8 zone dengan 8 kelompok kerja menjadi 7 dengan 7 kelompok kerja karena mengacu pada titik optimum yang ingin dicapai yaitu waktu kerja yang mendekati waktu kontrak dengan kebutuhan kelompok kerja yang paling sedikit. Hasil yang di dapat adalah penjadwalan dengan metode RSM lebih cepat 5 hari dibandingkan dengan Time schedule kontraktor untuk 62 unit one bedroom villa yang memiliki durasi yaitu 364 hari dengan menggunakan 7 kelompok kerja. Hasil penjadwalan dengan metode RSM juga berpengaruh pada perpindahan tenaga kerja dari unit satu ke unit yang lain menjadi teratur.
Total kebutuhan tenaga kerja sebelum diterapkan RSM sama dengan kebutuhan tenaga kerja setelah diterapkan RSM, sehingga didapatkan biaya pekerja sebelum dan sesudah penerapan RSM adalah sama yaitu sebesar Rp. 105.326.775,12. Hal tersebut terjadi karena jumlah tenaga kerja didapat mengunakan perhitungan koefisien tenaga kerja dikalikan volume pekerjaan. Selama volume tidak berubah maka kebutuhan tenaga kerja tidak berubah.
No Sebelum Sesudah
Zone Unit Villa Durasi (hari) Zone Unit Villa Durasi (hari)
1 Z1 8 unit 331 Z1 9 unit 359 2 Z2 8 unit 331 Z2 9 unit 359 3 Z3 8 unit 331 Z3 9 unit 359 4 Z4 8 unit 331 Z4 9 unit 359 5 Z5 8 unit 331 Z5 9 unit 359 6 Z6 8 unit 331 Z6 9 unit 359 7 Z7 8 unit 331 Z7 8 unit 328 8 Z8 6 unit 269
Total 62 unit Total 62 unit
No Jenis pekerjaan SI Sebelum Sesudah
DR RP DR RP
(a) (b) (c ) (d) (e=1/d) (f) (g=1/f)
1 Substructure A 31 0,0323 31 0,0323
2 Structural Frame B 21 0,0476 21 0,0476
3 Roofing C 34 0,0294 31 0,0323
4 External and Internal Walls D 11 0,0909 11 0,0909
5 Walls Finnishes E 30 0,0333 30 0,0333
6 Floor Finishes F 21 0,0476 21 0,0476
7 Pools Strucuture G 28 0,0357 31 0,0323
8 Pools Finishes H 23 0,0435 23 0,0435
Ariany Frederika, Mayun Nadiasa dan Ida Bagus Gede Bramasta Wibawa
5
KESIMPULAN
Hasil penelitian dengan mengoptimasi penjadwalan menggunakan Repetitive Scheduling Method (RSM), maka dapat disimpulkan bahwa: waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian Proyek Pembangunan Six Sense Uluwatu Villa Resorts untuk 62 unit One Bedroom villa adalah 359 hari kerja lebih cepat 5 hari dari waktu sebelumnya yaitu 364 hari kerja, dengan menggunakan 7 kelompok tenaga kerja pada area kerja yang dibagi dalam 7 zone (Z1 sampai Z6 masing-masing 9 unit villa dan Z7 untuk 8 unit villa). Biaya tenaga kerja sebelum dan sesudah penerapan RSM adalah sama yaitu sebesar Rp. 105.326.775,12.
DAFTAR PUSTAKA
Dep. PU. (2007). Sistem Manajemen Waktu Proyek Kode:INA.56303.13.09.12.07. Departemen Pekerjaan Umum Harris, R. B. and Ioannou, P. G. (1998). Repetitive scheduling method. Michigan: Civil and Environmentall
Engineering Department, University of Michigan.
Laksito, B. (2016). "Studi Komparatif Penjadwalan Proyek Konstruksi Repetitif Menggunakan Metode Penjadwalan Berulang (RSM) dan Metode Diagram Preseden (PDM)", MEDIA TEKNIK, Vol. 5, pp. 85-91. Santoso, B. (1996). Manajemen Proyek Edisi Pertama. Penerbit PT. Guna Widya, Yakarta.
Soeharto, I. (1997). Manajemen Proyek dari Konsep Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. K.B.B.I. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.