• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEMALSUAN DOKUMEN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (Studi Putusan No. 2960/Pid.B/2008/PN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEMALSUAN DOKUMEN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (Studi Putusan No. 2960/Pid.B/2008/PN."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEMALSUAN DOKUMEN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

(Studi Putusan No. 2960/Pid.B/2008/PN.Mdn)

A. Kasus

1. Kronologis Kasus

Bahwa semula sekitar tanggal 5 bulan April tahun 2008 saksi Ati datang ke rumah orang tua saksi korban LONA OKTAVIANI di Jalan Amaliun gang Abadi Nomor 10 Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area, dan menanyakan apakah saksi korban LONA OKTAVIANI mau dikawinkan dengan laki-laki tua untuk dijadikan sebagai isteri kedua yang dapat mencukupi segala kebutuhan saksi korban, lalu saksi korban menjawab “mau”, atas jawaban saksi korban tersebut lalu saksi Ati mengatakan akan menghubungi saksi Nawati als Wati (berkas terpisah) untuk mencarikan laki-laki warga negara Malaysia.

Bahwa setelah 1 (satu) minggu kemudian, saksi Ati menjumpai saksi Nawati alias Wati di rumahnya dengan maksud agar saksi Nawati alias Wati mencarikan seorang laki-laki warga negar Malaysia untuk dikawinkan dengan saksi korban LONA OKTAVIANI, atas permintaan saksi Ati, saksi Nawati alias Wati menyanggupinya dengan cara saksi Nawati alias Wati menyuruh saksi Ati untuk membawa saksi korban LONA OKTAVIANI ke rumah saksi Nawati alias Wati.

Bahwa selanjutnya atas permintaan saksi Nawati alias Wati agar saksi Ati membawa saksi korban LONA OKTAVIANI ke rumah saksi Nawati alias Wati, maka sekitar tanggal 8 bulan April tahun 2008 pukul 13.00 WIB saksi Ati

(2)

pun menjemput saksi korban LONA OKTAVIANI ke rumah saksi Nawati alias Wati bersama-sama dengan Ibu saksi korban bernama NURMAINI ALIAS MAI berangkat ke rumah saksi Nawati alias Wati di Tembung. Setelah bertemu dengan saksi Nawati alias Wati di rumahnya, oleh saksi Nawati alias Wati menyanggupi saksi korban LONA OKTAVIANI akan diberangkatkan ke Malaysia untuk di jodohkan/ dikawinkan dengan datuk-datuk dan segala kebutuhan saksi korban LONA OKTAVIANI akan dipenuhi, karena sudah ada kesepakatan antara saksi Nawati alias Wati dengan saksi korban LONA OKTAVIANI, maka saksi Nawati alias Wati pun memberikan sejumlah uang Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) kepada saksi Ati.

Bahwa kemudian pada tanggal 10 bulan April tahun 2008 pukul 17.00 WIB, saksi Ati kembali menjemput saksi korban LONA OKTAVIANI ke rumahnya untuk bertemu dengan saksi Nawati alias Wati (berkas terpisah) dan selanjutnya saksi Nawati alias Wati membawa saksi korban LONA OKTAVIANI ke simpang Mariendal untuk menjumpai terdakwa yang sebelumnya saksi Nawati alias Wati telah menghubungi terdakwa agar dapat menngurus paspor saksi korban LONA OKTAVIANI atas permintaan saksi Nawati alias Wati tersebut terdakwa menyetujuinya dengan cara terdakwa menyuruh saksi Nawati alias Wati datang ke Simpang Mariendal dekat Toko Maju Bersama dengan membawa saksi korban LONA OKTAVIANI dan pada saat bertemu saksi Nawati alias Wati menyatakan kepada terdakwa bahwa KTP saksi korban LONA OKTAVIANI tidak ada dan dijawab oleh terdakwa, “Ya sudah nanti kita urus” karena terdakwa menyanggupi pembuatan pasport saksi korban LONA OKTAVIANI maka saksi Nawati alias Wati memberikan uang sebesar Rp 1000.000 (satu juta rupiah) dan

(3)

diserahkan kepada terdakwa sewaktu di Maju Bersama selanjutnya saksi korban LONA OKTAVIANI dibawa terdakwa ke rumahnya dan keesokan harinya terdakwa membawa saksi korban LONA OKTAVIANI dan bersama-sama berangkat ke Langsa Aceh untuk mengurus paspor saksi korban LONA OKTAVIANI tanpa membawa dokumen persyaratan pembuatan paspor saksi korban berupa KTP, Kartu Keluarga, Akte Kelahiran, dan Ijazah saksi korban, setibanya terdakwa dan saksi korban LONA OKTAVIANI di Langsa Aceh maka terdakwa dan saksi korban LONA OKTAVIANI langsung ke Kantor Imigrasi Langsa Aceh dan bertemu dengan Ita (DPO) yang bekerja sebagai calo di Kantor Imgrasi Langsa Aceh dan terdakwa memberikan uang sebesar Rp 850.000 kepada Ita (DPO) untuk pembuatan paspor saksi korban.

Bahwa dalam pembuatan paspor saksi korban LONA OKTAVIANI terdakwa dan Ita telah sengaja memberikan keterangan atau memasukkan dokumen yang bukan Kartu Keluarga, KTP, Akte Kelahiran dan Ijazah saksi korban LONA OKTAVIANI ke Pejabat Imigrasi Langsa Aceh sehingga Kantor Imigrasi Langsa Aceh menerbitkan Paspor tertanggal 11 April 2008 No. Paspor R.698971 saksi korban LONA OKTAVIANI dengan identitas sebagai berikut: Nama : VIVI ARIANTI Tempat Tanggal Lahir : Medan 31 Desember 1985, seharusnya terdakwa dan Ita (DPO) memberikan keterangan dan memasukkan dokumen ke Pejabat Imigrasi Langsa Aceh dalam pembuatan Paspor saksi korban LONA OKTAVIANI sesuai dengan KTP, KK, Akte Kelahiran, Ijazah saksi korban LONA OKTAVIANI sehingga bila demikian maka paspor saksi korban LONA OKTAVIANI haruslah termuat identitas saksi korban yang sebenanya

(4)

yaitu Nama: LONA OKTAVIANI Tempat/ Tanggal Lahir : Medan 16 Oktober 1992.

Bahwa kemudian setelah Paspor saksi korban LONA OKTAVIANI diterima terdakwa dari Kantor Imigrasi Langsa Aceh selanjutnya terdakwa menyerahkan Pasport saksi korban LONA OKTAVIANI kepada saksi Nawati alias Wati dan selanjutnya dengan menggunakan Paspor saksi korban LONA OKTAVIANI yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi Langsa Aceh tersebut saksi Nawati dapat dengan mudah membawa saksi korban LONA OKTAVIANI ke Malaysia melalui Tanjung Balai.

Bahwa setelah sampai di Malaysia, saksi Nawati alias Wati mempertemukan saksi korban LONA OKTAVIANI dengan 2 (dua) orang laki-laki untuk selanjutnya saksi korban LONA OKTAVIANI dan selanjutnya saksi korban LONA OKTAVIANI melakukan hubungan seksual dengan laki-laki ayng dikenalkan oleh saksi Nawati als Wati tersebut,setelah selesai melakukan hubungan seksual, saksi korban LONA OKTAVIANI diantar pulang kembali ke tempat saksi Nawati alias Wati, dan sebagai imbalan saksi Nawati alias Wati memberikan sejumlah uang kepada saksi korban LONA OKTAVIANI sebesar 20 (dua puluh) Ringgit Malaysia, dan selama berada di Malaysia, saksi korban LONA OKTAVIANI telah melakukan hubungan seksual dengan laki-laki sebanyak 20 (dua puluh) orang, dan setiap kali selesai melakukan hubungan seksual dengan laki-laki di hotel, saksi korban kembali diantar pulang ke tempat saksi Nawati alias Wati, dan mengatakan bahwa uang tipsnya sudah diberikan kepada “MAMI” alias Wati yaitu saksi Nawati als Wati.

(5)

Bahwa terdakwa membawa saksi korban LONA OKTAVIANI dari Indonesia ke Malaysia bukan untuk dijodohkan dengan laki-laki Malaysia, melainkan terdakwa menyuruh laki-laki untuk melakukan hubungan seksual dengan saksi korban LONA OKTAVIANI, sehingga tedakwa mendapat keuntungan.

2. Dakwaan

Nama Lengkap : NURHAYATI NASUTION als NUR Identitas Terdakwa

Tempat Lahir : Binjai

Umur/Tanggal Lahir : 36 Tahun/ 17 Agustus 1972 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Bumi Serdang Damai Jl. Berlian I No. 10 Kec. Patumbak kab. Deli Serdang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Tamat SD

Jaksa Penuntut Umum mengajukan Terdakwa Nurhayati Nasution als Nur ke depan sidang Pengadilan Negeri Medan dengan dakwaan sebagai berikut: - Dakwaan Kesatu

Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yaitu: setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberikan bayaran atau manfaat,

(6)

sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), jo Pasal 55ayat (1) ke-1 KUHP, yaitu - Dakwaan Kedua

Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yaitu: setiap orang yang memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 280.000.000,- (dua ratus delapan puluh juta), jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

- Dakwaan Ketiga

Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

3. Fakta Hukum

a. Keterangan Saksi-saksi, di bawah sumpah di depan persidangan

(7)

1) Saksi Lona Oktaviani, Tempat lahir : Medan, Tanggal Lahir: 16

Oktober 1992, Umur: 16 tahun. Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: SMP, Pekerjaan: Tidak Ada, Kewarganegaraan: Indonesia, Alamat: Jl. Amaliun Gg. Abadi No. 10 Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area Kodya Medan, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi Nawati alias Wati (berkas terpisah) sejak bulan April 2008 yaitu karena diperkenalkan oleh saksi Ati (Uwak saksi korban);

- Bahwa benar saksi korban lahir di Medan tanggal 16 Oktober 1992 jadi saksi masih berumur 16 tahun;

- Bahwa benar sekitar bulan April 2008 saksi Ati datang ke rumah saksi korban dan saksi Ati menanyakan kepada saksi korban “Mau gak dikawinkan dengan lelaki tua di Malaysia dijadikan istri kedua” atas hal tersebut saksi korban Lona Oktaviani menyetujuinya lalu saksi Ati menjawab “Kalau mau nanti saya hububngi teman maksudnya saksi Nawati alias Wati”;

- Bahwa benar beberapa hari kemudian sekitar pukul 13.00 Wib saksi Ati datang kembali ke rumah saksi korban Lona Oktaviani menjemput saksi korban dan ibunya;

- Bahwa benar pada saat bertemu saksi Nawati alias Wati di rumahnya saksi Nawati alias Wati bertanya kepada saksi korban “Apakah mau dikawinkan dengan Datuk-datuk dan kalau mau nanti di Malaysia suaranya jangan keras dan akan dipenuhi segala kebutuhan, dikasih

(8)

rumah sewa dan uang belanja” sehingga saksi korban menyetujuinya, setelah ada kesepakatan antara saksi Nawati alias Wati dengan saksi korban untuk dibawa ke Malaysia sehingga saksi Nawati alias Wati memberikan uang Rp 500.000,- kepada saksi Ati dan ditanya oleh ibu korban uang apa itu dan dijawab saksi Nawati alias Wati “Uang kiriman”;

- Bahwa benar 2 hari kemudian saksi Ati menjemput saksi korban dan dibawa ke rumah saksi Nawati alias Wati untuk pengurusan Paspor saksi korban, selanjutnya bersama-sama dengan saksi Nawati alias Wati pergi ke Simpang Marindal dan bertemu dengan terdakwa dan pada saat tersebut saksi Nawati alias Wati meminta kepada terdakwa agar mengurus Paspor saksi korban Lona Oktaviani dan saksi Nawati Als Wati menyatakan kepada terdakwa bahwa data-datanya tidak ada dan dijawab oleh terdakwa “Tidak apa-apa nanti kita urus”;

- Bahwa benar baik saksi korban Lona Oktaviani maupun ibunya tidak ada memberikan kelengkapan pembuatan Paspor berupa Kartu Keluarga, KTP atau Akte Kelahiran saksi korban Lona Oktaviani kepada saksi Nawati alias Wati maupun kepada terdakwa;

- Bahwa benar setelah terdakwa menyanggupi pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani maka saksi Nawati alias Wati menyerahkan uang sebesar Rp 500.000,- kepada terdakwa sebagai uang muka pengurusan Paspor saksi korban;

- Bahwa benar setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp 500.000,- dari saksi Nawati alias Wati selanjutnya saksi korban Lona Oktaviani

(9)

disuruh terdakwa masuk ke dalam mobil L.300 warna putih milik terdakwa dan di dalam mobil tersebut ada 5 orang yang terdiri dari 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki lalu bersama-sama dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe pulang ke rumah terdakwa dengan menumpang mobil L.300 warna putih milik terdakwa menginap di rumah terdakwa yang kesemuanya mengurus Paspor;

- Bahwa benar keesokan harinya sekira pukul 05.00 Wib saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe diberangkatkan oleh terdakwa dari rumahnya dengan menyuruh supir untuk mengantar saksi korban Lona Oktaviani ke Langsa Aceh yang sebelumnya terdakwa berpesan kepada saksi korban Lona Oktaviani “Nanti di Langsa jumpa sama Ita (DPO) apa yang disuruh Ita nurut saja”;

- Bahwa benar tiba di Langsa Aceh saksi korban Lona Oktaviani dijemput tukang becak dan dibawa menuju rumah Ita (DPO) dan ketika saksi korban bertemu dengan Ita maka Ita berkata kepada saksi korban bahwa nama saksi korban diganti dengan nama VIVI ARIANTI tempat tanggal lahir Medan 31 Desember 1985 dan identitas tersebut ditulis Ita dalam secarik kertas untuk dibawa saksi korban ke kantor Imigrasi Langsa Aceh dengan maksud agar saksi korban tidak lupa dengan identitasnya yang baru;

- Bahwa benar selanjutnya saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe dengan menumpang becak pergi ke kantor Imigrasi Langsa Aceh dan tiba di kantor Imigrasi Langsa nama VIVI

(10)

ARIANTI langsung dipanggil oleh petugas Imigrasi Langsa dan saksi korban Lona Oktaviani langsung masuk kesalah satu ruangan di kantor Imigrasi Langsa dan langsung dilakukan foto dan cap jari serta tanda tangan setelah selesai tanpa membawa Dokumen apa-apa saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang perempuan dari Kabanjahe kembali ke rumah Ita dan saksi korban berkata kepada Ita “Bu kami sudah selesai” dan dijawab Ita “ya sudah pulang aja” dan saksi korban pulang ke Medan dengan menumpang mobil L.300 warna putih milik terdakwa;

- Bahwa benar 3 hari kemudian saksi korban Lona Oktaviani pergi ke rumah saksi Nawati alias Wati dengan maksud menanyakan kapan berangkat ke Malaysia dan tiba di rumah saksi Nawati alias Wati menyatakan kepada saksi korban Lona Oktaviani bahwa Paspor saksi korban Lona Oktaviani sudah siap dan apa pada saksi Nawati alias Wati;

- Bahwa benar 2 hari kemudian setelah selesai Paspor saksi korban Lona Oktaviani bersama ibu dan bapaknya berangkat ke Tanjung Balai dengan menumpang mobil Sartika dan menginap 1 malam di Mess Tanjung Balai dan besok pagi jam 11.00 Wib saksi korban, saksi Nawati alias Wati dan cucunya serta 1 orang perempuan dari Kabanjahe berangkat ke Malaysia dengan menumpang kapal Ferry; - Bahwa benar saksi korban dan saksi Nawati alias Wati tiba di Kelang

(11)

dengan pacarnya dan dibawa ke rumah saksi Nawati alias Wati di Kelang Malaysia;

- Bahwa benar di rumah saksi Nawati alias Wati di Kelang Malaysia ada 4 kamar 1 kamar untuk saksi Nawati alias Wati, 1 kamar saksi korban Lona Oktaviani dengan Helmy 1 kamar untuk Bu Inah dan 1 kamar kosong;

- Bahwa benar esok pagi saksi Nawati alias Wati membawa saksi korban Lona Oktaviani dan Helmy ke Kualalumpur dengan menumpang Taxi menjumpai Cikgo (teman terdakwa) dan ketika bertemu dengan Cikgo saksi Nawati alias Wati berbicara dengan Cikgo “Tambahinlah” dan ucapan saksi Nawati alias Wati ditimpali oleh Helmy “Tambahin jugalah Pak untuk makan dan beli baju” dan dijawab Cikgo “Iyalah” dan pembicaraan ini dilakukan dalam mobil milik Cikgo;

- Bahwa benar setelah saksi Nawati alias Wati selesai berbicara dengan Cikgo selanjutnya dengan menumpang mobil milik Cikgo bersama saksi Nawati alias Wati, saksi korban Lona Oktaviani, Helmy pergi ke restoran tidak lama kemudian datang 2 orang laki-laki lalu saksi Nawati alias Wati dan Cikgo berbicara dengan dengan kedua orang laki-laki tersebut setelah itu saksi Nawati alias Wati dan Cikgo pergi sedangkan saksi korban Lona Oktaviani, Helmy dan 2 orang laki-laki tersebut tinggal;

- Bahwa benar lalu kedua orang laki-laki tersebut membawa saksi korban Lona Oktaviani dan Helmy kesebuah villa dengan memesan 2

(12)

kamar yaitu 1 kamar untuk saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang laki-laki dan 1 kamar untuk Helmy dan 1 orang laki-laki dan selama di dalam kamar di villa tersebut saksi korban Lona Oktaviani melayani/melakukan hubungan sexual bersama laki-laki sebanyak 2 kali;

- Bahwa benar setelah saksi korban Lona Oktaviani selesai melakukan hubungan sexual dengan laki-laki lalu saksi korban Lona Oktaviani diberi tips oleh laki-laki tersebut sebesar 20 RM untuk sarapan pagi sedangkan Helmy mendapat 100 RM atas pemberian tips tersebut Helmy berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani kenapa tidak minta lebih, sehingga setelah itu saksi korban Lona Oktaviani dan Helmy pulang menuju restoran menjumpai saksi Nawati alias Wati dan Cikgo yang telah menunggu dan ketika berjumpa dengan saksi Nawati alias Wati, Helmy berkata kepada saksi Nawati alias Wati “Bu Lona gak minta uang sama laki-laki (tamu)” saksi Nawati alias Wati menjawab “Ya udah nanti Ibu minta”;

- Bahwa benar sepulang dari restoran saksi Nawati alias Wati mengajak saksi korban Lona Oktaviani dan Helmy singgah ke Apotik untuk membeli obat Anti Hamil yang ketika itu saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani “Setiap selesai melakukan hubungan sexual dengan laki-laki agar obat Anti Hamil dimakan oleh saksi korban Lona Oktaviani”;

- Bahwa benar selain di villa saksi korban Lona Oktaviani sering melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki di rumah saksi

(13)

Nawati alias Wati atas persetujuan saksi Nawati alias Wati dengan cara jika datang laki-laki ke rumah saksi Nawati alias Wati dan berbicara dengan saksi Nawati alias Wati lalu memanggil saksi korban Lona Oktaviani dan berkata “Ini laki-laki mau liat kamu” dan menyuruh saksi korban Lona Oktaviani masuk ke dalam kamar setelah itu laki-laki/tamu masuk ke dalam kamar menjumpai saksi korban Lona Oktaviani di dalam kamar;

- Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki yang datang ke tempat saksi Nawati alias Wati setelah selesai melakukan hubungan sexual dengan saksi korban lalu saksi Nawati alias Wati bertanya kepada laki-laki/tamu yang datang “Bagaimana enak?” dan dijawab oleh laki-laki “Mantap” dan saksi korban Lona Oktaviani melihat setiap saksi korban selesai melayani laki-laki maka laki-laki tersebut memberi uang sebesar 100 RM kepada saksi Nawati alias Wati dan saksi korban Lona Oktaviani diberi oleh saksi Nawati alias Wati 50 RM dan kadang saksi korban Lona Oktaviani mendapat tips dari tamu kadang 10 RM atau 20 RM; - Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia lebih

dari 2 minggu dan selama berada di Malaysia saksi korban Lona Oktaviani sudah melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki sebanyak 20 orang kadang dalam 1 hari saksi korban Lona Oktaviani melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki sampai 5 orang laki-laki dan setiap kali saksi korban Lona Oktaviani

(14)

melakukan hubungan sexual dengan laki-laki atas persetujuan dari saksi Nawati alias Wati;

- Bahwa benar setelah beberapa hari saksi korban berada di Malaysia saksi Nawati alias Wati menyatakan kepada saksi korban Lona Oktaviani “Kita kasih Ibumu TV dan Uang agar kelihatan kamu sudah kawin” dan juga saksi Nawati alias Wati berjanji akan menjodohkan saksi korban Lona Oktaviani dengan orang Malaysia akan tetapi ternyata saksi korban Lona Oktaviani disuruh saksi Nawati alias Wati melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki dengan mendapat imbalan;

- Bahwa benar supaya saksi korban Lona Oktaviani dianggap sudah kawin maka saksi Nawati alias Wati menyuruh Amir menelpon Ibu saksi korban Lona Oktaviani di Medan seolah-olah Amir adalah suami saksi korban Lona Oktaviani;

- Bahwa benar selama saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia saksi korban Lona Oktaviani mengalami sakit pada kelamin dan hal ini diketahui oleh saksi Nawati alias Wati dan diberi obat, karena sakit saksi korban Lona Oktaviani ingin pulang ke Medan tetapi tidak bisa karena Paspor saksi korban Lona Oktaviani dipegang oleh saksi Nawati alias Wati sehngga ketika anak-anak saksi Nawati alias Wati kawin di Medan maka saksi korban Lona Oktaviani bersama saksi Nawati Als Wati pulang ke Medan;

(15)

- Bahwa saksi Elly pernah tinggal di Kelang Malaysia dan tempat tinggal/rumah saksi Elly tidak jauh dari tempat tinggal saksi Nawati alias Wati jaraknya beda 2 rumah dari rumah saksi Nawati alias Wati; - Bahwa benar saksi Elly ikut juga melayani/melakukan hubungan

sexual dengan laki-laki yang datang ke rumah saksi Nawati alias Wati dilakukan di kamar No. 2 setelah saksi Elly selesai melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki selanjutnya saksi korban Lona Oktaviani melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki yang di rumah saksi Nawati alias Wati dilakukan di kamar No. 2;

- Bahwa benar saksi Elly lebih dulu pulang ke Medan dari pada saksi korban Lona Oktaviani;

- Bahwa selama saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia saksi korban Lona Oktaviani; ada mengumpulkan uang sebanyak 200 RM dan dengan uang tersebut dipakai saksi korban ongkos pulang ke Medan bukan saksi Nawati alias Wati yang membiayai ongkos pulang saksi korban;

- Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani pulang ke Medan dengan naik kapal Ferry tiba di Tanjung Balai lalu dengan menumpang taxi pulang ke Medan dan di dalam taxi saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani “Lona kau sering-sering aja ke rumah untuk nyari duit/pelanggan untuk melunasi hutang saksi korban Lona Oktaviani” dan dijawab saksi korban “Nantiah Bu”;

(16)

- Bahwa benar setelah pulang dari Malaysia saksi korban Lona Oktaviani mengalami sakit kelamin lalu saksi korban Lona Oktaviani dibawa oleh Dewi dari PESADA dan kesimpulan dokter menyatakan bahwa saksi korban Lona Oktaviani mengalami infeksi, bengkak pada kelamin dan dokter menyarankan untuk dioperasi tetapi operasi tidak dilakukan saksi korban diberi obat dan disuntik sebanyak 2 kali satu hari selama 3 hari dan belum sembuh sehngga akhirnya saksi korban memakai obat kampung dan hingga sekarang telah sembuh.

Atas keterangan saksi tersebut diatas, terdakwa membenarkan.

2) Nurmaini als Mai Tempat lahir : Padang, Tanggal Lahir: 03 Maret

1967, Umur: 41 tahun, Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: SMP Kls II, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Kewarganegaraan: Indonesia, Alamat: Jl. Amaliun Gg. Abadi No. 10 Kelurahan Medan Area, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi Nawati Als Wati (berkas terpisah) karena kenalkan oleh saksi Ati (Uwak saksi korban Lona Oktaviani);

- Bahwa benar beberapa hari kemudian sekitar bulan April 2008 sekira pukul 13.00 Wib saksi Ati datang ke rumah saksi dan menawarkan kepada anak saksi (saksi korban Lona Oktaviani) dicarikan jodoh orang Malaysia karena anak saksi sudah tidak sekolah lagi maka saksi pun menyetujuinya;

(17)

- Bahwa benar beberapa hari kemudian saksi Ati datang lagi ke rumah saksi dan bersama anak saksi pergi ke rumah saksi Nawati alias Wati dan diperkenalkan dengan saksi Nawati alias Wati setelah melihat anak saksi maka saksi Nawati Als Wati menjawab “Oke” sambil berkata kepada anak saksi “Nanti kalau ketemu orang Malaysia suaranya jangan keras-keras dan saksi korban akan dikasih uang belanja, rumah sewa dan dijadikan istri kedua” dan atas tawaran tersebut disetujui oleh saksi”;

- Bahwa benar setelah ada persetujuan dari saksi dan anaknya maka saksi Nawati alias Wati langsung menyerahkan uang sebesar Rp 500.000,- kepada saksi Ati, yang ketika itu saksi bertanya kepada saksi Nawati Als Wati “Itu uang apa?” dijawab”Elly yang kirim uang susu untuk anaknya”;

- Bahwa benar 2 hari kemudian saksi Ati datang ke rumah menjemput saksi korban Lona Oktaviani dengan tujuan untuk pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani, sehingga saksi Ati membawa saksi korban Lona Oktaviani bertemu dengan saksi Nawati alias Wati selanjutnya saksi Nawati Als Wati membawa saksi korban untuk berjumpa dengan terdakwa di Simpang Marindal dekat Toko Maju Bersama untuk pembuatan Paspor saksi korban;

- Bahwa benar saksi ikut mengantar saksi korban Lona Oktaviani ke Tanjung Balai dan menginap 1 malam di mess;

- Bahwa benar saksi korban Lona Oktaviani berangkat ke Malaysia bersama saksi Nawati alias Wati dan cucunya dan 1 orang perempuan

(18)

dari Kabanjahe setelah beberapa hari saksi korban Lona Oktaviani di Malaysia saksi mendapat kiriman uang sebesar Rp 1.000.000,- dari saksi Nawati alias Wati dan 1 unit TV 29 inci dan TV tersebut saksi ambil di rumah saksi Nawati Als Wati dan ketika TV diambil saksi Nawati Als Wati berkata kepada saksi “TV ini oleh-oleh dari Lona suami Lona yang belikan”;

- Bahwa benar setelah saksi menerima TV dari saksi Nawati Als Wati beberapa hari kemudian saksi ditelepon Amir dari Malaysia mengaku suami Lona dan berkata “Ini saya Amir suami Lona, kami sudah menikah” dan dijawab saksi “Ya sudah senang hati ibu mendengarnya kalau ada waktu datang ke Medan” dan dijawab Amir “Iyalah bu kalau ada waktu akan datang”;

- Bahwa benar lebih kurang dari 2 minggu anak saksi berada di Malaysia kemudian anak saksi bersama saksi Nawati alias Wati pulang ke Medan dan ketika saksi korban Lona Oktaviani sudah berada di Medan anak saksi bercerita bahwa saksi korban Lona Oktaviani berada di malaysia bukan dijodohkan dengan laki-laki orang Malaysia tetapi dusuruh saksi Nawati alias Wati melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki yang datang ke rumah saksi Nawati alias Wati;

- Bahwa benar setelah saksi korban Lona Oktaviani berada di Medan saksi Nawati Als Wati datang ke rumah saksi dan meminta agar saksi korban Lona Oktaviani pergi lagi ke Malaysia tetapi saksi dan saksi korban menolaknya sehingga saksi Nawati Als Wati menyatakan

(19)

kalau saksi korban tidak ke Malaysia maka saksi harus mengembalikan uang sebesar Rp 1.000.000,- dan TV kepada saksi Nawati Als Wati tetapi kalau saksi korban jadi pergi ke Malaysia maka TV dan uang tetap menjadi milik saksi;

- Bahwa benar sewaktu saksi Nawati alias Wati meminta TV dan uang ke rumah saksi, saksi Nawati alias Wati datang beramai-ramai dan datang marah-marah sampai melempat TV dengan batu;

3) Saksi Nawati Als Wati, Tempat lahir : Tebing Tinggi, Tanggal Lahir:

18 Agustus 1962, Umur: 46 tahun. Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: SD Tamat, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Kewarganegaraan: Indonesia, Alamat: Tembung Pasar V Gg. Rezeki No. 22 Tembung, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa benar saksi pernah diperiksa oleh penyidik POLDA SUMUT dan terhadap keterangan saksi di BAP adalah benar;

- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi korban Lona Oktaviani karena kenalkan oleh saksi Ati yang mana saksi korban minta dicarikan jodoh orang Malaysia;

- Bahwa benar saksi ada kasih uang kepada saksi Ati sebesar Rp 200.000,- dan uang tersebut adalah kiriman dari anak saksi Ati yang bernama ELLI di Malaysia;

- Bahwa benar saksi minta tolong kepada terdakwa untuk mengurus Paspor saksi korban Lona Oktaviani, sehingga terdakwa menyuruh saksi agar berjumpa di Simpang Marendal dekat Toko Maju Bersama,

(20)

lalu saksi bersama saksi korban bertemu dengan terdakwa dekat Toko Maju Bersama;

- Bahwa benar ketika saksi berjumpa dengan terdakwa, maka terdakwa menyanggupi pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani dengan biaya sebesar Rp 1.100.000,- sehingga saksi menyerahkan sebesar Rp 500.000,- kepada terdakwa sedangkan sisanya sebesar Rp 600.000,- diberikan apabila Paspor sudah siap;

- Bahwa benar dalam pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani, saksi tidak ada menyerahkan data-data kelengkapan pembuatan Paspor kepada terdakwa;

- Bahwa benar seminggu kemudian setelah Paspor saksi korban Lona Oktaviani sudah selesai maka saksi bersama cucunya dan saksi korban Lona Oktaviani berangkat dari Tanjung Balai ke Malaysia dengan menumpang kapal Ferry dan tiba di Malaysia dijemput oleh menantu saksi dan Amir Herman tiba jam 9 malam;

- Bahwa benar rumah saksi di Malaysia memiliki 4 kamar dan saksi tidur 1 kamar dengan saksi korban Lona Oktaviani, yang tinggal di rumah saksi adalah Herman dan Tukinah;

- Bahwa benar saksi tidak pernah membawa saksi korban Lona Oktaviani ke Kuala Lumpur dan saksi tidak pernah menjual saksi korban Lona Oktaviani kepada siapa pun.

4) Saksi ATI, Tempat lahir : Banban, Tanggal Lahir: 01 Maret 1962,

Umur: 46 tahun. Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: -, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Kewarganegaraan:

(21)

Indonesia, Tempat tinggal: Jl. Sukarame Gg. Jati No. 46 Medan, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa benar saksi kenal dengan saksi Nawati alias Wati dan terhadap saksi korban Lona Oktaviani adalah keponakan saksi karena suami saksi dan bapak saksi korban bersaudara;

- Bahwa benar saksi pernah diperiksa oleh penyidik POLDA SUMUT dan terhadap keterangan saksi di BAP adalah benar;

- Bahwa benar saksi datang ke rumah saksi korban yang ketika itu ibu saksi korban meminta kepada saksi agar dicarikan laki-laki untuk dijadikan suami saksi korban dan dijawab saksi “Orang Malaysia sudah tua, mau?”, dan kata saksi korban Lona Oktaviani “Gak apa”;

- Bahwa benar beberapa hari kemudian saksi kembali ke rumah saksi, lalu bersama saksi dan saksi korban serta ibunya pergi ke rumah saksi Nawati alias Wati dan ketika tiba di rumah saksi Nawati alias Wati langsung saksi Nawati alias Wati berkata kepada korban “Nanti kalau ketemu orang Malaysia suaranya jangan keras-keras, dikasih uang belanja, rumah sewa dan ketika itu saksi ada menerima uang sebesar Rp 200.000,- dari saksi Nawati alias Wati, uang tersebut adalah uang kiriman dari anak saksi yang berada di Malaysia bernama ELLY untuk beli susu cucu saksi (Anak elly);

- Bahwa benar ada saksi yang bernama Elly bekerja dengan saksi Nawati alias Wati, adapun yang bernama HELMY juga berada di Malaysia, Helmy adalah saudara saksi yaitu anak adik saksi;

(22)

- Bahwa benar saksi ketahui, saksi korban Lona Oktaviani pergi ke Malaysia bersama saksi Nawati alias Wati dan saksi ketahui bahwa saksi korban sudah pulang ke Medan dan berapa umurnya saksi tidak tahu, setahu saksi bahwa saksi korban Lona Oktaviani sudah tidak perawan lagi.

5) Saksi I Made Suwitra, Sip, Tempat lahir :Denpasar, Tanggal Lahir: 05

Agustus 1958, Umur: 50 tahun, Jenis Kelamin: laki-laki, Agama: Kristen, Pendidikan: Sarjana, Pekerjaan: PNS, Kewarganegaraan: Indonesia, Tempat tinggal: Jl. STM Suka Pura No. 83-C Medan Johor Kodya Medan, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : - Bahwa benar saksi bekerja di Kantor Imigrasi Polonia Medan Jabatan

sebagai Kasubsi Informasi;

- Bahwa benar dalam pembuatan Paspor syarat-syarat yang harus dilengkapi adalah KTP, Kartu Keluarga, Ijazah (foto copy dan asli) dilampirkan dengan Akte Kelahiran atau Surat Kawin oleh Identitas yang tertera di dalam Paspor harus sesuai dengan surat-surat yang diajukan oleh si pemohon;

- Bahwa benar dalam pembuatan Paspor semua WNI bisa mengajukan Paspor diseluruh Indonesia di Kantor Imigrasi tetapi harus dilengkapi dengan identitas diri yang lengkap dan apabila orang yang bersangkutan membuat Paspor yang berdomisili di Medan bisa mengurus Paspor diluar wilayah domisili yang bersangkutan;

- Bahwa biaya pengurusan Paspor yang resmi sebesar Rp 270.000,- (dua ratus tujuh puluh ribu rupiah) masa berlakunya adalah 5 (lima) tahun dan

(23)

jenis Paspor ada 2 (dua) macam yaitu Paspor Umum terdiri dari 48 (empah puluh delapan halaman) dan Paspor untuk TKI terdiri dari 24 (dua puluh empat) halaman.

b. Keterangan Terdakwa

NURHAYATI NASUTION Als NUR, Tempat lahir: Binjai, Tanggal Lahir: 17 Agustus 1972, Umur: 36 tahun, Jenis Kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pendidikan: SD tamat, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Kewarganegaraan: Indonesia, Tempat tinggal: Bumi Serdang Damai Jln. Berlian I No. 10 Kec. Patumbak, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa benar terdakwa kenal dengan saksi Nawati Als Wati melalui HP sebelum pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani, dalam percakapan saksi Nawati alias Wati minta tolong pada terdakwa untuk dibuatkan Paspor atas nama saksi korban Lona Oktaviani dan atas permintaan tersebut terdakwa berjanji pada saksi Nawati alias Wati bertemu di Simpang Marendal dekat Toko Maju Bersama;

- Bahwa benar terdakwa bertemu dengan saksi Nawati alias Wati, saksi korban Lona Oktaviani di dekat Toko Maju Bersama sekira pukul 10.00 Wib yang mana saksi Nawati alias Wati minta agar terdakwa mengurus Paspor saksi korban dan terdakwa menyetujui dengan harga yang disepakati dengan harga Rp 1.100.000,- kemudian saksi Nawati alias Wati menyerahkan uang panjar sebesar Rp 500.000,- sisanya akan diberikan apabila Paspor telah selesai;

(24)

- Bahwa benar terdakwa membawa saksi korban Lona Oktaviani ke rumahnya menginap di rumah terdakwa, dan esok pagi sekira pukul 05.00 Wib saksi korban Lona Oktaviani dengan menumpang mobil carteran L.300 warna putih berangkat ke Langsa Aceh dan sebelum berangkat terdakwa berpesan kepada saksi korban “Nanti di Langsa jumpa dengan ITA (DPO), apa yang disuruh ITA nurut saja”;

- Bahwa benar sebelum saksi korban Lona Oktaviani berangkat ke Langsa Aceh, terdakwa menghubungi Ita melalui telepon mengatakan “Bahwa saksi korban Lona Oktaviani dan supir telah berangkat, minta tolong dijemput tukang becak, dan Lona ngurus Paspor data-data tidak ada” dan dijawab Ita “Gak apa-apa Kak, saya yang ngatur”;

- Bahwa benar dalam pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani, terdakwa tidak ada menerima data-data kelengkapan pembuatan Paspor baik dari saksi Nawati alias Wati maupun dari saksi korban;

- Bahwa benar setelah saksi korban Lona Oktaviani pergi ke Langsa Aceh, 3 hari kemudian terdakwa dihubungi oleh Ita yang menyatakan “Kak Nur, Paspor sudah siap dikirim melalui L.300”, sehingga terdakwa mengambil Paspor ke Pinang Baris lalu Paspor tersebut terdakwa serahkan kepada saksi Nawati alias Wati dan saksi Nawati alias Wati menyerahkan sisanya sebesar Rp 600.000,- kepada terdakwa;

- Bahwa benar biaya pembuatan paspor saksi korban Lona Oktaviani di Kantor Imigrasi Langsa Aceh sebesar Rp 850.000,- (delapan ratus lima puluh ribu rupiah) dan biaya tersebut dikirim melalui Bank ke Nomor Rekening Ita;

(25)

- Bahwa benar identitas saksi korban di dalam paspor yang diterbitkan oleh Imigrasi Langsa Aceh adalah VIVI ARIANTI, tempat/tanggal lahir: Medan, 31 Desember 1985 dan terdakwa ketahui bahwa nama saksi korban Lona Oktaviani.

c. Petunjuk :

Petunjuk adalah suatu alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 KUHAP dimana yang dimaksud dengan alat bukti Petunjuk adalah adanya persesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan yang lainnya dikaitkan/dihubungkan dengan keterangan terdakwa sendiri.

- Bahwa dalam perkara a.n. Terdakwa Nurhayati Nasution alias Nur dipersidangan telah pula didengar keterangan dari beberapa orang saksi yang duajukan oleh Jaksa Penuntut Umum;

- Bahwa adapun persesuaian keterangan saksi-saksi yang satu dengan yang lain adalah saksi Lona Oktaviani Als Lona, Nurmaini alias Mai, Ati, saksi Nawati alias Wati dan saksi ahli dari Kantor Imigrasi Polonia Medan yaitu saksi I Made Suwitra Sip;

- Adalah bahwa sekitar bulan April 2008 saksi Ati memperkenalkan Lona Oktaviani alias Lona kepada saksi Nawati Als Wati dengan maksud agar Lona Oktaviani dikawinkan/dijodohkan dengan laki-laki orang Malaysia karena saksi korban setuju dijodohkan dengan laki-laki orang Malaysia sehingga saksi Nawati Als Wati memberikan uang sebesar Rp 500.000,- kepada saksi Ati lalu saksi Nawati alias Wati berupaya mengurus Paspor saksi korban dengan cara saksi Nawati alias Wati menyuruh terdakwa

(26)

untuk mengurus Paspor saksi korban dengan biaya pengurusan paspor sebesar Rp 1.100.000,-;

- Bahwa setelah terdakwa setuju mengurus Paspor saksi korban selanjutnya terdakwa membawa saksi korban, 1 orang perempuan dari Kabanjahe dan masih ada 5 orang terdiri dari 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki dibawa ke rumah terdakwa dan menginap yang kesemuanya tujuannya mengurus Paspor;

- Bahwa tanpa ada dokumen-dokumen persyaratan dalam penerbitan Paspor saksi korban seperti KTP, Kartu Keluarga dan Akte Kelahiran maka terdakwa memberangkatkan saksi korban bersama supir dengan menggunakan mobil L.300 warna putih ke Langsa Aceh dan terdakwa berpesan kepada saksi korban “Nanti di Langsa jumpa sama Ita (DPO), apa yang disuruh ITA nurut saja” dannya terdakwa telah menghubungi Ita dan mengatakan “Bahwa saksi korban dan supir telah berangkat ke Langsa Aceh agar dijemput tukang becak dan Lona ngurus Paspor data-data tidak ada” dan dijawab Ita “Gak apa-apa Kak, saya yang ngatur”; - Bahwa dalam pembuatan Paspor syarat-syarat yang harus dilengkapi

adalah KTP, Kartu Keluarga, Ijazah (foto copy dan asli) dilampirkan dengan Akte Kelahiran atau Surat Kawin dan Identitas yang tertera didalam Paspor harus sesuai dengan surat-surat yang dijaukan oleh sipemohon;

- Bahwa biaya pengurusan Paspor yang resmi sebesar Rp 270.000,- (dua ratus tujuh puluh ribu rupiah) masa berlakunya adalah 5 (lima) tahun dan jenis Paspor ada 2 (dua) macam yaitu Paspor Umum terdiri dari 48 (empah

(27)

puluh delapan halaman) dan Paspor untuk TKI terdiri dari 24 (dua puluh empat) halaman;

- Bahwa sesampainya saksi korban di Langsa Aceh langsung dijemput tukang becak dibaw ake rumah Ita ketika bertemu dengan Ita berkata kepada saksi korban “Bahwa identitas korban diganti dengan nama VIVI ARIANTI tempat tanggal lahir Medan 31 Desember 1985 dan identitas tersebut ditulis Ita dalam secarik kertas untuk dibawa saksi korban ke kantor Imigrasi Langsa Aceh dengan maksud agar saksi korban tidak lupa dengan identitasnya yang baru, bahwa Paspor saksi korban yang diterbitkan oleh kantor Imigrasi Langsa Aceh adalah sesuai dengan identitas saksi korban yang ditulis oleh Ita dalm secarik kertas.

- Bahwa setelah Paspor saksi korban selesai lalu Ita menghubungi terdakwa “Kak Nur paspor sudah siap dikirim melalui mobil L.300” atas pemberitahuan Ita tersebut lalu terdakwa mengambil Paspor saksi korban ke Stasiun Pinang Baris kemudian terdakwa menjumpai saksi Nawati alias Wati dan menyerahkan Paspor saksi korban dan saksi Nawati alias Wati membayar sisa pengurusan Paspor kepada terdakwa sebesar Rp 600.000, - Bahwa karena Paspor saksi korban sudah diterima oleh terdakwa

selanjutnya terdakwa mengirim biaya pembuatan Paspor saksi korban sebesar Rp 850.000,- melalui Bank ke nomor rekening Ita di Langsa Aceh; - Bahwa setelah Paspor saksi korban terbit maka saksi Nawati alias Wati bersama saksi korban dan cucunya berangkat ke Malaysia melalui tanjung Balai dengan menggunakan kapal Ferry dan tiba di Kelang Malaysia dijemput oleh Amir, Helmy, Elly dan Sisca dengan pacarnya dibawa ke

(28)

rumah saksi Nawati alias Wati dan saksi korban menginap di rumah saksi Nawati alias Wati di Kelang Malaysia;

- Bahwa esok pagi saksi korban dan Helmy dibawa saksi Nawati alias Wati ke Kuala Lumpur menjumpai teman saksi Nawati alias Wati yang bernama Cikgo ketika berjumpa saksi Nawati alias Wati berbicara dengan Cikgo “Tambahinlah” ditimpali oleh Helmy “Tambahin jugalah Pak untuk makan dan beli baju” dan Cikgo menjawab “Iyalah” kemudian dengan menggunakan mobil Cikgo maka saksi Nawati alias Wati bersama-sama saksi korban Helmy dan Cikgo pergi ke sebuah restoran tidak lama kemudian datang 2 orang laki-laki lalu saksi Nawati alias Wati dan Cikgo berbicara dengan kedua orang laki-laki setelah selesai berbicara dengan kedua orang laki-laki setelah selesai saksi Nawati alias Wati dan Cikgo pergi meninggalkan saksi korban, Helmy dan 2 orang laki-laki;

- Bahwa kemudian 2 orang laki-laki membawa saksi korban dan Helmy ke sebuah villa dengan memesan 2 kamar yaitu 1 kamar untuk saksi korban Lona Oktaviani dan 1 orang laki-laki dan 1 kamar untuk Helmy dan 1 orang laki-laki dan selama di dalam kamar di villa tersebut saksi korban Lona Oktaviani melayani/melakukan hubungan sexual bersama laki-laki sebanyak 2 kali dan melakukan hubungan sexual dengan laki-laki lalu saksi korban Lona Oktaviani diberi tips oleh laki-laki tersebut sebesar 20 RM untuk sarapan pagi sedangkan Helmy mendapat 100 RM lalu saksi korban dan Helmy pulang kembali ke restoran yang mana saksi Nawati alias Wati sudah menunggu di restoran selanjutnya saksi Nawati alias Wati dan saksi korban pulang ke rumah namun singgah di Apotek membeli obat

(29)

anti hamil dan saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban “Apabila selesai melakukan hubungan sexual dengan laki-laki maka saksi korban minum obat anti hamil”;

- Bahwa selain di villa saksi korban Lona Oktaviani sering melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki di rumah saksi Nawati alias Wati atas persetujuan saksi Nawati alias Wati dengan cara jika datang laki-laki ke rumah saksi Nawati alias Wati dan berbicara dengan saksi Nawati alias Wati lalu memanggil saksi korban Lona Oktaviani dan berkata “Ini laki-laki mau liat kamu” dan menyuruh saksi korban masuk ke dalam kamar yang diikuti oleh laki-laki sehingga masuk ke dalam kamar menjumpai saksi korban Lona Oktaviani didalam kamar di dalam kamar tersebut saksi korban melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki dan hal ini diketahui oleh saksi Nawati alias Wati; - Bahwa saksi korban Lona Oktaviani melayani/melakukan hubungan

sexual dengan laki-laki yang datang ke tempat saksi Nawati alias Wati lalu laki-laki tersebut memberi uang sebesar 100 RM kepada saksi Nawati alias Wati dan saksi korban Lona Oktaviani diberi oleh saksi Nawati alias Wati 50 RM dan kadang saksi korban Lona Oktaviani mendapat tips dari tamu kadang 10 RM atau 20 RM dan selama saksi korban berada di Malaysia saksi korban sudah melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki sampai 5 orang laki-laki dan hal ini atas persetujuan dari saksi Nawati Als Wati;

- Bahwa setelah beberapa hari saksi korban berada di Malaysia saksi Nawati alias Wati menyatakan kepada saksi korban Lona Oktaviani “Kita kasih

(30)

Ibumu TV dan Uang agar kelihatan kamu sudah kawin” dan juga saksi Nawati alias Wati menyuruh Amir menelpon Ibu saksi korban dan mengaku sebagai suami saksi korban dan Amir berkata bahwa Amir dan saksi korban Lona Oktaviani sudah menikah;

- Bahwa ibu saksi korban mendapat kiriman uang dan TV 29 inci dari saksi Nawati alias Wati yang ketika itu saksi Nawati Als Wati berkata kepada ibu saksi korban “Bahwa TV oleh-oleh dari Lona, suami Lona yang belikan”;

- Bahwa selama saksi korban Lona Oktaviani berada di Malaysia saksi korban Lona Oktaviani; ada mengumpulkan uang sebanyak 200 RM dan uang tersebut dipakai saksi korban ongkos pulang ke Medan bukan saksi Nawati alias Wati yang membiayai ongkos sehingga sewaktu anak saksi Nawati alias Wati kawin di Medan saksi korban pulang bersama saksi Nawati alias Wati ke Medan dengan naik kapal Ferry tiba di Tanjung Balai naik Taxi menuju Medan di dalam Taxi saksi Nawati alias Wati berkata kepada saksi korban Lona Oktaviani “Lona kau sering-sering aja ke rumah untuk nyari duit/pelanggan untuk melunasi hutang saksi korban Lona Oktaviani” dan dijawab saksi korban “Nantiah Bu”;

- Bahwa setelah saksi korban pulang ke Medan saksi Nawati Als Wati bersama beberapa orang mendatangi saksi korban di rumahnya sambil marah-marah dan mengatakan “Kalau saksi korban kembali ke Malaysia maka saksi (ibu saksi korban) harus mengembalikan TV dan uang kepada saksi Nawati alias Wati dan hal ini diketahui oleh saksi Martini;

(31)

- Bahwa setelah saksi korban pulang ke Medan ibu saksi korban mengetahui dan keterangan saksi korban ternyata saksi korban tidak pernah kawin dengan Amir dan juga menyuruh Amir menelpon ibu saksi korban adalah saksi Nawati alias Wati;

- Bahwa ibu saksi korban mengetahui dan keterangan saksi korban bahwa selama saksi korban berada di Malaysia saksi Nawati Als Wati menyuruh saksi korban untuk melayani/melakukan hubungan sexual dengan laki-laki kadang dalam 1 hari saksi korban melayani samapi 5 laki-laki sehingga sepulang dari Malaysia saksi korban mengalami sakit dan bengkak pada kemaluannya.

Sehingga dengan demikian dari uraian-uraian tersebut maka diperoleh alat bukti petunjuk bahwa telah terjadi tindak pidana dan yang menjadi pelakunya adalah terdakwa bukan orang lain (Pasal 188 KUHAP).

d.

- 1 (satu) buah paspor A.n. VIVI ARIANTI No. R 698971

Barang Bukti :

- 1 (satu) unit TV warna hitam dan silver ukuran 29 inci merk Ricson - 1 (satu) lembar Akte Kelahiran Asli A.n. Lona Oktaviani

- 1 (satu) lembar kartu keluarga A.n. Edison

Barang bukti yang diajukan dalam persidangan ini telah disita secara sah menurut hukum, karena itu dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian. Ketua Majelis Hakim/Hakim telah memperlihatkan barang bukti tersebut kepada saksi-saksi dan terdakwa, dan yang bersangkutan telah membenarkannya.

(32)

4. Tuntutan Pidana

Jaksa berpendapat bahwa Terdakwa Nurhayati Nasution alias Nur terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan “tindak pidana” yang diatur dalam dakwaan atau Kedua, yaitu Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP dan menuntut agar terdakwa dijatuhi pidana selama: 6 (enam) tahun penjara dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan subsidair 6 (enam) bulan kurungan.

5. Putusan

Hakim di Pengadilan Negeri Medan yang mengadili perkara ini memberikan putusan yang menyatakan bahwa terdakwa Nurhayati Nasution alias Nur telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : ”Turut melakukan memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang” sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan ketiga yang diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP dan menuntut agar terdakwa dijatuhi pidana selama: 4 (empat) tahun penjara dikurangi selama

(33)

terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah).

Pertimbangan Hakim dalam putusan sebagai berikut:

Bahwa di bawah sumpah, saksi-saksi membenarkan keterangan yang telah diberikannya di depan penyidik, serta menerangkan bahwa Terdakwa telah melakukan tindak pidana sebagaimana diuraikan oleh Penuntut Umum dalam surat Dakwaannya.

Bahwa di persidangan Terdakwa juga telah memberikan keterangan yang pada pokoknya membenarkan keterangan keseluruhan para saksi tersebut, dan benar telah melakukan suatu tindak pidana sebagaimana diuraikan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya, dan bagaimana cara-cara terdakwa melakukan tindak pidana.

Bahwa dari keterangan saksi-saksi dan Terdakwa dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan di persidangan, Majelis Hakim telah menemukan adanya fakta-fakta yuridis yaitu Adanya persesuaian antara keterangan saksi-saksi dan Terdakwa yang menandakan telah terjadi tindak pidana.

Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah tebukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam Dakwaan Kedua, melanggar Pasal 19 UU RI No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tersebut dan oleh karena ternyata tidak ada alasan pemaaf dan ataupun pembenar dalam perbuatan Terdakwa tersebut, serta Terdakwa dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan

(34)

yang telah dilakukannya maka Terdakwa harus dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya tersebut.

Hal-hal yang memberatkan dan meringankan bagi diri Terdakwa;

- Perbuatan Terdakwa mempermudah saksi Nawati alias Wati (berkas terpisah) membawa saksi korban Lona Oktaviani ke Malaysia sehingga saksi Nawati als Wati memperdagangkan saksi korban dan memperoleh keuntungan;

Hal-hal yang memberatkan:

- Perbuatan Terdakwa telah melakukan penyimpangan terhadap proses penerbitan Pasport yang sebenarnya;

- Terdakwa belum pernah dihukum; Hal-hal yang meringankan:

- Terdakwa bersikap sopan dipersidangan;

- Terdakwa mengaku atas perbuatannya dan menyesali atas perbuatannya; Hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun, denda sebesar Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah).

Apabila denda tidak dibayar, akan diganti dengan pidana kurungan pengganti denda selama 3 (tiga) bulan kurungan.

Masa tahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Hakim menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Hakim memerintahkan barang bukti berupa: 1 (satu) buah pasport a.n. VIVI ARIANTI No. R698971 dirampas untuk dimusnahkan, 1 (satu) unit TV warna hitam dan silver ukuran 29 inci merek Ricson, 1 (satu) lembar Akte Kelahiran asli

(35)

a.n. Lona Oktaviani, 1 (satu) lembar Kartu Keluarga a.n. Edison, dikembalikan kepada saksi korban Lona Oktaviani.

Biaya perkara dibebankan kepada terdakwa sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).

B. Analisis Kasus

Berdasarkan dakwaan yang berdasarkan fakta-fakta yang telah terungkap dipersidangan, Hakim berkeyakinan terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa terdakwa melanggar Pasal 19 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dengan unsur-unsur sebagai berikut:

1) Unsur setiap orang

Bahwa yang dimaksud dengan setiap orang dalam Undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah orang perorangan atau korporasi yang melakukan tindak pidana perdagangan orang atau siapapun juga yang dapat menjadi subjek hukum dan mampu bertanggung jawab dalam kaitan ini adalah pelaku (dader) dari suatu tindak pidana.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan terdakwa adalah pelaku dari tindak pidana seperti yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. Dengan demikian unsur barang siapa, telah terpenuhi menurut hukum.

2) Unsur yang memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang

(36)

Unsur dari Pasal 19 UU PTPPO ini merupakan alternatif sehingga apabila salah satu saja dapat dipenuhi maka unsur ini telah terbukti. Dalam pembuktian unsur ini perlu diketahui apa yang dimaksud dengan Dokumen Negara, Dokumen Lain dan Perdagangan Orang. Dokumen Negara adalah dalam ketentuan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada Paspor, Kartu Tanda Penduduk, Ijazah, Kartu Keluarga, Akte Kelahiran dan Surat Nikah, sedangkan yang dimaksud dengan Dokumen Lain adalah dalam ketentuan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada surat perjanjian kerja bersama, surat permintaan tenaga kerja Indonesia, asuransi dan dokumen yang terkait dan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan berhubungan dengan perdagangan khususnya perempuan dan anak.

Berdasarkan uraian tersebut di atas terdakwa telah mengaku melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan yang ditentukan dalam unsur ini yaitu sebagai berikut :

Saksi Nawati alias Wati mengaku menyuruh terdakwa untuk mengurus Paspor saksi korban Lona Oktaviani yang tidak dilengkapi dengan persyaratan kelengkapan pembuatan Paspor sehingga atas permintaan saksi Nawati Als Wati tersebut terdakwa menyanggupinya dengan cara menyuruh saksi korban Lona Oktaviani berangkat ke Langsa Aceh bersama supir dengan menggunakan mobil L.300 warna putih milik terdakwa. Ketika saksi korban Lona Oktaviani dan 1 (satu) orang perempuan dari Kabanjahe berangkat ke Langsa Aceh terdakwa berpesan kepada saksi korban Lona Oktaviani agar bertemu dengan Ita (DPO) dan menuruti semua permintaan Ita. Setelah terdakwa memberangkatkan saksi korban

(37)

Lona Oktaviani ke Langsa Aceh, kemudian terdakwa segera menghubungi Ita (DPO) di Langsa Aceh sebagai calo di Kantor Imigrasi Langsa Aceh dengan menyuruh Ita menjemput saksi korban Lona Oktaviani, terdakwa mengatakan bahwa data-data Lona tidak ada, namun Ita (DPO) hanya menjawab hal tersebut bukanlah masalah.

Berdasarkan keterangan saksi I Made Suwitra, Sip, syarat-syarat yang harus dilengkapi dalam pembuatan Paspor adalah KTP, Kartu Keluarga, Ijazah (foto copy dan asli) dilampirkan dengan Akte Kelahiran atau Surat Kawin dan Identitas yang tertera didalam Paspor harus sesuai dengan surat-surat yang dijaukan oleh sipemohon. Biaya pengurusan Paspor yang resmi sebesar Rp 270.000,- (dua ratus tujuh puluh ribu rupiah) masa berlakunya adalah 5 (lima) tahun dan jenis Paspor ada 2 (dua) macam yaitu Paspor Umum terdiri dari 48 (empah puluh delapan halaman) dan Paspor untuk TKI terdiri dari 24 (dua puluh empat) halaman.

Setelah sampai saksi korban Lona Oktaviani di Langsa Aceh Ita menyatakan kepada saksi korban bahwa Identitas saksi korban Lona Oktaviani diganti menjadi Nama VIVI ARIANTI tempat tanggal lahir 31 Desember 1985 dan di Kantor Imigrasi Langsa Aceh nama saksi korban Lona Oktaviani dipanggil dengan nama VIVI ARIANTI sehingga saksi korban Lona Oktaviani langsung masuk ke dalam salah satu ruangan di Kantor Imigrasi Langsa Aceh dilakukan foto dan tanda tangan. Setelah selesai pembuatan Paspor yang dilakukan oleh Ita maka Ita menghubungi terdakwa agar mengambil Paspor tersebut di terminal Pinang Baris selanjutnya terdakwa mengambil Paspor saksi korban Lona Oktaviani ke terminal Pinang Baris lalu pergi ke rumah saksi Nawati Alias Wati

(38)

dan menyerahkan Paspor saksi korban Lona Oktaviani kepada saksi Nawati Alias Wati yang identitas yang tertera dalam Paspor adalah nama VIVI ARIANTI tempat tanggal lahir 31 Desember 1985. Kemudian saksi terdakwa mengirimkan biaya pembuatan Paspor saksi korban Lona Oktaviani kepada Ita sebesar Rp 850.000,- (delapan ratus lima puluh ribu rupiah) yang dikirim melalui Bank ke Nomor Rekening Ita. Paspor tersebut digunakan saksi Nawati alias Wati untuk membawa saksi korban Lona Oktaviani ke Malaysia melalui Tanjung Balai dengan menggunakan kapal Ferry dan tiba di Kelang Malaysia dijemput oleh Amir, Helmy, Elly, Sisca dan bersama-sama pergi ke rumah terdakwa di Kelang Malaysia

Dari uraian-uraian tersebut di atas maka unsur yang memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang telah terpenuhi.

3) Unsur sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan itu.

Terdakwa mengaku turut melakukan memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang”Saksi Nawati Als Wati mengaku menyuruh terdakwa untuk mengurus Paspor saksi korban Lona Oktaviani yang tidak dilengkapi dengan persyaratan kelengkapan pembuatan Paspor sehinggga atas permintaan saksi Nawati Als Wati tersebut terdakwa menyanggupinya dengan cara menyuruh

(39)

saksi korban Lona Oktaviani berangkat ke Langsa Aceh bersama supir dengan menggunakan mobil L.300 warna putih milik terdakwa;

Dari uraian-uraian tersebut di atas maka “unsur sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan itu telah terpenuhi.

Berdasarkan fakta hukum yang diperoleh dari keterangan terdakwa, menerangkan bahwa terdakwa menggunakan korban untuk kepentingan diri sendiri, berdasarkan uraian unsur-unsur dalam pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum, maka dakwaan kedua terpenuhi.

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa putusan dari Hakim Pengadilan Negeri Medan telah sesuai dengan analisa penulis, yaitu berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Karena berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan terdakwa Nurhayati Nasution telah terbukti secara sah dan meyakinkan turut melakukan memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan dengan memalsukan data-data saksi korban Lona Oktaviani pada paspor. Dimana identitas yang tercantum dalam paspor tersebut adalah, nama Vivi Arianti, tempat/tanggal lahir Medan/31 Desember 1985 seharusnya nama Lona Oktaviani, tempat/tanggal lahir Medan 16 Oktober 1992. Selain itu terdakwa juga membuat paspor tanpa memenuhi syarat-syarat yang harus dilengkapi yaitu KTP, Kartu Keluarga, Ijazah (fotocopy atau asli) dilampirkan dengan akte kelahiran sehingga memenuhi semua unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 19 UU PTPPO.

(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan dari penelitian dan pembahasan materi yang dilakukan. Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah :

1. Bentuk-bentuk pemalsuan dokumen yaitu: a) Pemalsuan KTP

b) Kartu Keluarga (KK) c) Akte Kelahiran d) Pemalsuan ijazah e) Pemalsuan paspor.

Cara yang pada umumnya digunakan para pelaku pemalsu dokumen adalah dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Perkembangan kecanggihan program komputer, bisa disalahgunakan untuk berbuat tindak pidana pemalsuan dokumen resmi. Caranya, tersangka memakai program photoshop dan corel draw untuk membuat gambar, yang menyerupai gambar di dokumen aslinya. Selanjutnya, gambar tadi dicetak dengan memakai bahan, seperti bahan kertas dokumen aslinya. Cara lainnya adalah menggunakan scanner, jadi stempel maupun tanda tangan para pejabat terkait cukup di-scanning maka akan sangat sulit membedakan mana dokumen asli atau palsu.

(41)

2. Penerapan sanksi pidana terhadap pemalsuan dokumen dalam tindak pidana perdagangan orang (studi putusan No.2960/Pid.B/2009/PN.Mdn)

Bahwa terdakwa Nurhayati Nasution alias Nur telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana: ”Turut melakukan memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang” sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan ketiga yang diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Pasal 19 UU PTPPO menyatakan:

“Setiap orang yang memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan ornag, dipidana degan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 280.000.000,- (dua ratus delapan puluh juta)”

Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP menyatakan:

“orang yang melakukan yang menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan itu”

Penerapan sanksi pidana terhadap penyelesaian kasus No. 2960/Pid.B/2008/PN.Mdn, yaitu Hakim menghukum terdakwa pidana penjara selama 4 (empat) tahun, bukan 7 tahun sebagaimana pidana maksimal yang diatur dalam Pasal 19 UU PTPPO. Pidana penjara tersebut dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah).

(42)

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mencegah terjadinya tindak pidana pemalsuan dokumen hendaknya para pejabat Imigrasi yang bertugas mengadakan pemeriksaan dokumen-dokumen TKW lebih ketat melakukan pemerikasaan, sehingga dapat memperkecil kemungkinan lolosnya pelaku tindak pidana pemalsuan dokumen tersebut. Lebih baik lagi apabila diciptakan sebuah alat pendeteksi untuk mengetahui apakah suatu dokumen itu asli atau palsu. Sementara itu untuk menjamin keaslian data dalam dokumen, akan lebih efisien apabila warga negara hanya memiliki satu nomor identitas yang tersimpan dalam database di setiap instansi pemerintah. Tentunya untuk mendapatkan data akurat semua pihak terutama tingkat daerah harus melakukan pendataan kependudukan dengan teliti.

2. Isi Pasal 19 UU PTPPO masih kurang lengkap dibandingkan Pasal 263 dalam KUHP, padalah Pasal 263 KUHP merupakan pengaturan umum dari tindak pidana pemalsuan dokumen, seharusnya UU PTPPO mengaturnya secara lebih terperinci lagi, tidak hanya mengatur perbuatan memberikan dan memasukkan keterangan palsu saja melainkan dapat dimasukkan pengertian lain dari pemalsuan dokumen atau perbuatan memakai dokumen palsu.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

Hasil pengukuran dapat diterima karena penyimpangan hasil pengukuran yang digambarkan dengan nilai standar deviasi cukup kecil yaitu 1,07% untuk sampel uji 1 dan 1,49% untuk

Meta: ndra, kita udah setuju mau baca puisi yang ini, jadi nanti sistemnya kita baca bareng-bareng, sambil di alunin musik dari elu.. terus nanti di bait ini ( sambil

Tahuru (2013) melakukan penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan pasien post secsio caesarea dengan kemampuan mobilisasi, menunjuk- kan bahwa ada hubungan antara

kebutuhan tenaga di nit Rekam (edis. Dar Dari )uar Rum i )uar Rumah Sak ah Sakit Bha- it Bha-an$k an$kara A ara Ant2n S2 nt2n S2e&ja e&jar*27 r*27 (external

Materi dalam penelitian ini adalah Slick yang merupakan kumpulan atau gabungan dari berbagai gamet hasil pemijahan serentak (spawning massal ) karang dari Genus Acropora

Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan penurunan absorbsi !airan dan peningkatan sekresi !airan kedalam usus.9fek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat

Subjek penelitian ini adalah istri yang bekerja dan sedang mejalani pernikahan jarak jauh atau commuter marriage dengan batas usia pernikahan dan usia commuter 5 sampai 10