• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING PROTOTIPE EKSTRAKSI OBJEK VIDEO SEMI OTOMATIS BERBASIS DIGITAL MATTING MENGGUNAKAN SPECTRAL ANALYSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING PROTOTIPE EKSTRAKSI OBJEK VIDEO SEMI OTOMATIS BERBASIS DIGITAL MATTING MENGGUNAKAN SPECTRAL ANALYSIS"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PROTOTIPE EKSTRAKSI OBJEK VIDEO SEMI OTOMATIS

BERBASIS DIGITAL MATTING MENGGUNAKAN

SPECTRAL ANALYSIS

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

Oleh :

1. RURI SUKO BASUKI, S.Kom, M.Kom (NIDN : 0617027801)

2. MOCH. ARIEF SOELEMAN, S.Kom, M.Kom. (NIDN : 0628027101)

3. AURIA FARANTIKA YOGANANTI, S.Sn, M.TDesign (NIDN : 0624098201)

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

NOVEMBER, 2014

(2)
(3)

iii

RINGKASAN

Munculnya standar televisi digital seperti DTV, DVB-T dan ISDB-T mendorong berkembangnya industri televise digital. Secara teknis, perbandingan bandwidth yang digunakan pada televisi analog dan digital adalah 1:6, sehingga dapat memancarkan sebanyak 6 sampai 8 saluran transmisi dengan program yang berbeda dalam saat yang sama, hal ini membuat efisiensi penggunaan spektrum frekuensi. Dampaknya bermunculan stasiun televisi baru yang mengudara, sehingga perusahaan yang bergerak dalam industri konten televisi yang berfungsi sebagai pemasok acara untuk stasiun televise akan tumbuh. Program televisi yang terdiri dari film, iklan dan berita harus efektif dan efisien untuk mengurangi biaya produksi sehingga dapat bersaing secara kompetitif. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi salah satunya dengan meminimalkan proses editing video dengan mengurangi campur tangan manusia. Munculnya standardisasi baru dalam video yang didefinisikan dalam MPEG-4 dan MPEG-7 menyediakan standar teknologi untuk mewakili dan memanipulasi data video. Kemampuan manipulasi obyek dalam frame sekuensial pada standar MPEG-4 merupakan inovasi penting, karena objek video, audio dideskripsikan, diatur dalam sebuah scene yang dapat dikodekan dalam standar tersebut, sementara MPEG-7 memberikan dukungan multimedia untuk index database dan memberikan meta data terstruktur dalam konten media penuh dengan semantik. Proses pemisahan objek dalam video editing seperti yang dilakukan dalam industri film, iklan dan produksi berita tidak efisien jika semua proses yang dilakukan oleh manusia (seperti pemisahan objek dilakukan frame by frame). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah sistem semi-otomatis yang dapat memisahkan object foreground dalam video sekuensial. Pemisahan dilakukan dengan mengambil frame pertama dari video sekuensial yang dijadikan frame referensi, yang selanjutnya dilakukan operasi matting. Operasi ini dilakukan dengan user-spesified constraint sebagai parameter yang mewakili daerah foreground dan background yang selanjutnya dipisahkan dengan analysis spektral. Untuk melakukan melakukan replikasi pada semua frame, teknik frame difference digunakan untuk menetukan pergerakan constraint dengan algoritma background subtraction dan dilakukan dengan proses yang sama seperti dalam frame reference dan direplikasi pada semua frame video yang memiliki koherensi.

(4)

iv PRAKATA

Assalamu’alaikum wr.wb,

Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Alloh S.W.T atas limpahan karunia terhadap umat-Nya. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih kami persembahkan kepada Bapak / Ibu :

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. Abdul Syukur, selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Bisnis Universitas DianNuswantoro Semarang.

3. Y. Tyas Catur Pramudi, S.Si, M.Kom, selaku kepala LPPM atas motivasi dan dukungannya yang tiada terhingga sehingga laporan kemajuan ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Moch. Hariadi, S.T, M.Sc, Ph.D, selaku supervisor sekaligus mentor yang telah memberikan bagian dari roadmap penelitiannya untuk kami.

5. Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, selaku supervisor yang senantiasa memberikan motivasi dan bimbingan.

6. Moch. Arief Soeleman, S.Kom, M.Kom, dan Auria Farantika Yogananti, S.Sn, M.TDesign atas partisipasinya sebagai anggota.

Semoga atas segala dorongan, doa dan dukungan dari semuanya penelitian ini memberikan kontribusi dan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb Semarang, 2014

(5)

v DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii PRAKATA ... iv DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1 Matting Component ...7 2.2 Spectral Analysis ...7 2.2.1 Matting Laplacian ...9 2.2.2 Linear Transformation ...11 2.2.3 Groupig Componenet ...11 2.2.4 Fuzzy C-Means ...12 2.3 Mekanisme Tracking ...14 2.3.1 Background Subtraction ...14

2.3.2 Otsu Adaptive Threshold ...14

2.4 Performance Evaluation ...16

BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...17

3.1 Tujuan Penelitian ...17

3.2 Manfaat Penelitian ...17

BAB IV : METODE PENELITIAN ...18

4.1 Metode Pengumpulan Data ...18

4.2 Matting Object ...19

4.3 Determine of Moving Scribble ...20

4.4 Evaluasi dan Hasil ...21

(6)

vi

5.1 Keyframe Development ...22

5.2 Tracking Mechanism ...24

BAB VI : RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ...27

DAFTAR PUSTAKA ...28

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Extraction result on natural imaga ...3

Gambar 1.2. Proses matting pada frame pertama ...4

Gambar 2.1. Derajat matrik ...8

Gambar 4.1. Roadmap penelitian ...18

Gambar 4.2. Alur diagram ekstraksi obyek video sekuensial ...19

Gambar 4.3. Proses matting ...20

Gambar 5.1. Proses pemisahan obyek pada citra diam ...22

Gambar 5.2. Proses pemisahan obyek pada frame awal ...24

(8)

viii

DAFTAR TABEL

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Munculnya standar televisi digital seperti DTV, DVB-T dan ISDB-T mendorong perkembangan industri televisi digital, sehingga untuk mempercepat implementasi di Indonesia, Kementrian Informatika dan Komunikasi membuat roadmap implementasi yang dimulai dari tahun 2009 – 2018. Keberadanan teknologi televisi digital memberikan dampak efisiensi dalam pemanfaatan spektrum frekuensi. Secara teknis, perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan TV analog dan digital adalah 1:6, artinya apabila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex, dapat memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda.

Sebagai dampak dari efisiensi pita frekuensi pada televisi digital, maka akan bermuculan stasiun-stasiun televisi baru yang akan mengudara, sehingga hal ini akan menimbulkan munculnya perusahaan-perusahaan baru yang bergerak dalam industri konten pertelevisian yang berfungsi sebagai supplier acara untuk stasiun televisi. Konten acara televisi yang terdiri dari film, iklan maupun berita seharusnya diupayakan efektif dan efisien untuk menekan biaya produksi sehingga dapat bersaing secara kompetitif. Untuk tujuan efektifitas maupun efisiensi produksi, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah meminimalkan proses video editing dengan mengurangi peran manusia.

Pemisahan objek dari frame video sekuensial dengan kualitas tinggi yang memiliki kemampuan mendekati mata manusia dalam memberikan semantik pada daerah yang

(10)

2

diobservasi merupakan tujuan dari ekstraksi. Tingkat akurasi proses ekstraksi objek menentukan kualitas hasil ekstraksi, oleh karena itu hal ini akan memiliki dampak yang positif dalam post-processing (compositing). Hasil ekstraksi objek dapat dikombinasikan dengan background yang berbeda di setiap frame video sehingga dapat menekan biaya produksi dalam pembuatan film dan iklan (mengurangi waktu editing dan pengambilan adegan sehingga menekan biaya produksi). Sedangkan untuk produksi acara televisi, pemanfaatan ekstraksi objek dapat mengurangi jumlah properti studio sehingga penyediaan ruangan untuk properti studio dapat dikurangi. Untuk melakukan proses pemisahan objek foreground dari background pada still image, operasi dilakukan dengan melibatkan sebagian atau seluruh piksel dalam sebuah image. Sebagai dasar untuk proses ekstraksi, Porter dan Duff pada tahun 1984 [27] memperkenalkan alpha channel yang digunakan untuk mengontrol interpolasi linear pada warna foreground dan background. Penelitian yang terkait dengan ekstraksi objek disebut dengan “pulling matte” atau “digital matting” telah dilakukan berdasarkan pendekatan

color-sampling dan pendekatan defining-affinity. Dalam pendekatan berbasis color-color-sampling [21],

[32], [12], [14], [13], nilai piksel yang berdekatan dengan known foreground dan background dikumpulkan dan digunakan sebagai sampel warna untuk estimasi nilai alpha. Pendekatan

color-sampling ini dapat bekerja dengan baik ketika karakteristik input image terdiri dari

daerah yang smooth dan trimap didefinisikan dengan baik oleh user. Keterbatasan dari pendekatan ini adalah terjadinya kesalahan klasifikasi sampel warna pada image yang komplek. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan pendekatan ini, diperkenalkan pendekatan berbasis defining-affinity [11], [6], [18], [29], [33], [2], [1] yang dilakukan dengan menggunakan model statistik pada local image. Perhitungan nilai alpha dilakukan dengan estimasi gradient matte yang secara intrinsik tidak dihitung secara langsung, namun dimodelkan di seluruh kisi-kisi image dengan menentukan kemiripan antara berbagai piksel yang bertetangga. Dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya, pendekatan berbasis

(11)

3

defining-affinity lebih kuat (robust), karena afinitas ditentukan pada local windows, sehingga

asumsi tersebut dapat dijadikan basis untuk image yang komplek.

Closed-Form Matting [2] yang dipadukan dengan spectral analysis [1] merupakan pendekatan dengan basis afinitas, nilai threshold pada channel alpha diestimasi dengan algoritma FCM (Fuzzy C-Means) [24] dengan input image terdiri dari original image dan

scribble image. User-specified constraint dilakukan dengan memberikan scribble warna putih

untuk objek foreground dan hitam untuk background. Teknik ini telah berhasil diimplementasikan dalam natural image pada warna yang komplek. Dalam kontek segmentasi objek pada aplikasi video, proses dilakukan dengan mempartisi frame video sequences ke dalam bentuk objek dan background yang memiliki semantik [20], hal ini dapat dilakukan dengan model intra-frame (spatial) maupun inter-frame (temporal). Ekstraksi objek video pada

computer vision seperti human pose estimation, event recognition, dan video annotation

dianggap sebagai teknik pre-processing tingkat tinggi sehingga hasilnya akan membantu mesin dalam menterjemahkan konten data video [16] .

Gambar 1.1. Extraction result on natural image [12]

Frame tunggal dari video sekuensial dalam penelitian ini diperlakukan sebagai still

image dan dijadikan input image dalam proses segementasi seperti gambar 1.2. Berdasarkan user interaction, teknik ini dapat diklasifikasikan ke dalam kategori automatic (unsupervised)

(12)

4

dan semi-automatic (supervised). Automatic object extraction tidak memerlukan campur tangan user dalam mengarahkan atau meningkatkan proses ekstraksi, oleh karena itu tidak semua image dapat ditangani, hanya image yang memiliki warna background terpisah yang dapat diproses dengan teknik ini [9]. Pada umumnya automatic object extraction cocok digunakan pada aplikasi vehicle tracking maupun surveillance. Sementara dalam

semi-automatic object extraction atau metode supervised memiliki kemampuan pengenalan dan

kecerdasan seperti manusia, sehingga mampu memberi peranan dalam inisialisasi dan proses ekstraksi. User-specified constraint dalam teknik ini dilakukan dengan memberikan label dalam bentuk scribble pada daerah objek foreground dan daerah background seperti yang diilustrasikan pada gambar 1.1.

Gambar 1.2. Proses matting pada frame pertama

Untuk ekstraksi objek sebagai tujuan dalam penelitian ini, teknik semi-automatic

object extraction diusulkan, ekstraksi objek dilakukan dengan asumsi frame pertama dari video

sekuensial diperlakukan sebagai still image. User memberikan scribble (supervised) untuk daerah yang dianalysis, (daerah objek dan daerah background). Agar hasil ekstrasi mendapatkan kualitas yang optimal, proses ekstraksi dilakukan dengan spectral analysis [1].

(13)

5

dilakukan pada semua frame secara supervised, oleh karena itu untuk memberikan constraint pada current frame dilakukan secara otomatis dengan mendefinisikan scribble baru.

Dengan asumsi temporal coherence yang menunjukkan bahwa pergerakan objek dalam video sekuensial tidak bergerak secara cepat atau tiba-tiba, namun bergerak secara halus dan antara current frame dengan frame sebelum dan sesudahnya memiliki koherensi, maka piksel dari suatu objek akan menempati koordinat tertentu dan akan bergerak pada koordinat yang terdekat terlebih dahulu sebelum bergerak ke koordinat yang jauh, sehingga untuk ekstraksi frame berikutnya dapat memanfaatkan perbedaan antara current frame dengan previous frame dengan menggunakan algoritma background subraction. Karena terdapat selisih antara current

frame dan previous frame, maka perbedaan tersebut dapat dipertimbangkan sebagai label

untuk menentukan moving scribble (posisi koordinat scribble pada current frame), sehingga posisi scribble pada current frame dapat didefinisikan, selanjutnya proses ekstraksi objek dilakukan dengan teknik matting menggunakan spectral analysis.

Proses pemisahan objek dalam video editing seperti yang biasa dilakukan dalam industri film, iklan maupun produksi berita tidak efisien jika semua proses dilakukan oleh manusia (seperti pemisahan objek yang dilakukan frame by frame). Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan aplikasi yang dapat memisahkan objek dalam video sekuensial semi otomatis, sehingga dapat digunakan untuk proses compositing dapat dilakukan lebih efektif sehingga dapat menekan biaya produksi.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang harus dipecahkan dalam penelitian ini adalah :

1. Dalam proses video editing, pemisahan obyek dari frame sequences tidak efisien apabila dilakukan dengan manual segmentation, karena volume video yang besar

(14)

6

jumlah frame yang banyak sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan segmentasi manual secara keseluruhan.

2. Sementara itu, karakteristik obyek dalam sebuah frame yang tidak memiliki informasi semantik (ill-posed problem) juga menjadi permasalahan tersendiri jika dilakukan segmentasi otomatis. Oleh karena itu pendekatan berbasis semi otomatis diperlukan untuk memisahkan obyek dalam frame pada video sequences.

(15)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Matting Component

Ekstraksi obyek baik pada image maupun video menjadi perhatian menarik untuk diteliti. Porter and Duff [27, 2, 1] memperkenalkan channel alpha yang digunakan sebagai alat untuk mengontrol linear interpolation dari warna foreground dan background. Selanjutnya channel alpha didefinisikan sebagai algoritma matting dengan mengasumsikan bahwa setiap piksel 𝐼𝑖 pada input image merupakan kombinasi linear dari warna foreground 𝐹𝑖, dan warna

background 𝐵𝑖, sedangkan 𝛼𝑖 adalah tingkat keburaman pada piksel foreground.

𝐼𝑖 = 𝛼𝑖𝐹𝑖 + (1 − 𝛼𝑖)𝐵𝑖, dimana 0 ≤ 𝛼 ≤ 1 (1)

Selanjutnya dari persamaan compositing (1) bahwa setiap piksel diasumsikan sebagai kombinasi convex dari layer image K dengan 𝐹1, … , 𝐹𝑘.

𝐼𝑖 = ∑𝐾𝑘=1𝛼𝑖𝑘𝐹𝑖𝑘 (2)

Dimana 𝐹𝑖𝑘merupakan komponen matting sebanyak k pada image, sedangkan 𝛼𝑖𝑘 untuk menentukan kontribusi fractional dari setiap layer pada warna yang diamati di setiap piksel.

2.2. Spectral Analysis

Dalam analisis spectral selanjutnya nilai eigenvector terkecil dari matting Laplacial L merupakan komponen matting tersendiri sehingga dapat memulihkan komponen-komponen matting image yang setara dengan melakukan transformasi linear pada eigenvector. Selajutnya matrik 𝐴 yang merepresentasikan image berukuran 𝑁 𝑥 𝑁 yang terdiri dari beberapa kompenen

(16)

8

yeng berhubungan (connected components) yang diasumsikan 𝐴(𝑖,𝑗)= 𝑒−𝑑𝑖𝑗/𝜎

2

dengan 𝑑𝑖𝑗

merupakan ukuran jarak diantara piksel (seperti warna dan jarak geodesic). Sedangkan L adalah matrik semidefinite positif simetris yang dapat menangkap banyak struktur image.

𝐿 = 𝐷 − 𝐴 (3)

Di mana 𝐷 merupakan derajat matrik dari graph (diilustrasikan dalam gambar 2.1)

𝐺 = (𝑉, 𝐸) 𝑤𝑖𝑡ℎ‖𝑉‖ = 𝑛 (4)

Gambar 2.1 Derajat matrik

yang dinotasikan sebagai matrik diagonal

𝐷(𝑖,𝑗)= ∑ 𝐴(𝑖, 𝑗)𝑗 , dimana 𝑑𝑖,𝑗={deg(𝑣𝑖) if 𝑖 = 𝑗

0 Otherwise (5)

𝐷(𝑖,𝑗) berisi informasi derajat setiap vertex (node) dengan 𝐷 untuk 𝐺 sebagai matrik bujur sangkar

berukuran 𝑛 𝑥 𝑛 . Matrik afinitas A dapat menangkap informasi bahwa sebuah image terdiri dari beberapa cluster yang berbeda atau connected components. Subset 𝐶 pada piksel image merupakan connected component dari image 𝐴(𝑖,𝑗)= 0 untuk setiap (𝑖, 𝑗) sehingga 𝑖 ∈ 𝐶 dan 𝑗 ∉

𝐶, sehingga tidak ada subset 𝐶 yang dapat memenuhi properti ini. Jika vektor indikator komponen 𝐶 dinotasikan sebagai 𝑚𝐶 maka

(17)

9

𝑚𝑖𝐶 = {1 𝑖 ∈ 𝐶

0 𝑖 ∉ 𝐶 (6)

𝑚𝐶selanjutnya merepresentasikan 0-eigenvector (eigenvector dengan eigenvalue 0) dari 𝐿.

Dengan asumsi bahwa image terdiri dari connected components 𝐾, 𝐶1, … , 𝐶𝐾 sehingga {1, … , 𝑁} = ⋃𝐾𝑘=1𝐶𝑘 dengan 𝐶𝑘 disjoint subset pada piksel. Vektor indicator 𝑚𝐶1, … , 𝑚𝐶𝐾 semua independen dan orthogonal 0-eigenvector dari 𝐿. Vektor indicator yang dihasilkan dari perhitungan eigenvector pada 𝐿 hanya sampai rotasi, karena rotasi matrik 𝑅 dengan ukuran 𝐾 𝑥 𝐾, dan vektor [𝑚𝐶1, … , 𝑚𝐶𝐾]𝑅 merupakan basis nullspace pada 𝐿. Ekstraksi komponen-komponen berbeda dari eigenvector terkecil disebut dengan “Spectral Rounding” dan menjadi perhatian dalam beberapa penelitian [15], [26], [19], [3], [7]. Pendekatan sederhana untuk clustering piksel image menggunakan algoritma K-Means [28] dan analysis perturbation untuk membatasi kesalahan algoritma sebagai funsi konektivitas dalam dan antar cluster.

2.2.1. Matting Laplacian

Untuk mengevaluasi kualitas matte, Levin dkk Matting [2] menggunakan matting Laplacian. Kualitas matte dievaluasi tanpa mengestimasi warna foreground dan background seperti dalam persamaan 2.1. Warna background dan foreground image dalam local window 𝑤 membentuk dua garis yang berbeda dalam domain RGB. Selanjutnya nilai 𝛼 dalam 𝑤 dinyatakan sebagai linear combination dari channel warna.

∀𝑖 ∈ 𝑤 𝛼𝑖 = 𝑎𝑅𝐼𝑖𝑅+ 𝑎𝐺𝐼𝑖𝐺+ 𝑎𝐵𝐼𝑖𝐵+ 𝑏 (7)

Selanjutnya alpha matte meminimalkan deviasi dari model linear (7) di seluruh image windows wq :

(18)

10 𝐽(𝛼, 𝑎, 𝑏) = ∑ ∑ (𝛼𝑖− 𝑎𝑞𝑅𝐼𝑖𝑅+ 𝑎𝐺𝑞𝐼𝑖𝐺+ 𝑎𝑞𝐵𝐼𝑖𝐵+ 𝑏𝑞) 2 + 𝜀‖𝑎𝑞‖ 2 𝑖𝜖𝑤𝑞 𝑞𝜖𝐼 (8) 𝜀‖𝑎𝑞‖ 2

adalah persyaratan regularisasi pada 𝛼. Koefisien model linear 𝑎, 𝑏 memungkinkan untuk dieliminasi dari (2.8 ), dan menghasilkan quadratic cost pada 𝛼

𝐽(𝛼) = 𝛼𝑇𝐿𝛼, (9)

𝐽(𝛼)merupakan parameter yang diminimalkan dalam user constraint [2], digunakan dalam framework user-assisted (9) memiliki trivial minimum yang merupakan konstanta dalam vektor 𝛼. Sedangkan 𝐿 adalah matting Laplacian, matrik symmetric semidefinite positive 𝑁 𝑥 𝑁 yang merupakan matrik yang memasukkan fungsi input image dalam local windows dan tergantung pada unknown foreground dan warna background pada koefisien model linear. 𝐿 didefinisikan penjumlahan matrik 𝐿 = ∑ 𝐴𝑞 𝑞, yang masing-masing berisi afinitas diantara piksel dalam local window 𝑤𝑞

𝐴𝑞(𝑖, 𝑗) = { 𝛿𝑖𝑗− 1 |𝑤𝑞|(1 + (𝐼𝑖− 𝜇𝑞) 𝑇 (∑ +𝑞 𝜀 |𝑤𝑞|𝐼3𝑥3) −1 (𝐼𝑗− 𝜇𝑞)) 0 𝑂𝑡ℎ𝑒𝑟𝑤𝑖𝑠𝑒 (𝑖, 𝑗) ∈ 𝑤𝑞 (10)

𝛿𝑖𝑗 merupakan Kronecker delta, 𝜇𝑞 adalah rata-rata vektor warna diseluruh piksel 𝑞, ∑ 𝑞 adalah

covarian matrix berukuran 3 x 3 pada window yang sama, |𝑤𝑞| merupakan jumlah piksel dalam window, dan 𝐼3 adalah matrik identitas berukuran 3 x 3. Dengan munculnya eigenvector

terkecil, kegunaan lain properti matting Laplacian (10), adalah untuk menangkap informasi job fuzzy cluster pada piksel image, termasuk sebelum penentuan batasan dengan user-specified juga diperhitungkan [2].

(19)

11 2.2.2. Linear Transformation

Pencarian transforasi linear pada eigenvector akan menghasilkan satu set vektor yang nilainya mendekati binner. Formulasinya dinotasikan sebagai 𝐸 = [𝑒1, … , 𝑒𝑘] menjadi

matrik 𝑁 𝑥 𝐾 dari eigenvector. Selanjutnya untuk menemukan satu set dari kombinasi linear 𝐾, vektor 𝑦𝑘 meminimalkan

∑|𝛼𝑖𝑘|𝛾

𝑖,𝑘

+ |1 − 𝛼𝑖𝑘|𝛾, where 𝛼𝑘 = 𝐸𝑦𝑘

subject to ∑ 𝛼𝑘 𝑖𝑘 = 1. (11)

Jika 0 < 𝛾 < 1 maka nilai 𝛾 = 0,9, selanjutnya |𝛼𝑖𝑘|𝛾+ |1 − 𝛼𝑖𝑘|𝛾 adalah nilai pengukuran yang robust pada komponen matting [1]. Karena cost function (11.) tidak convex, hasil dari proses Newton bergantung pada proses inisialisasi. Untuk menginisialisasi dapat dilakukan dengan menerapkan algoritma K-means pada eigenvector yang terkecil dalam matting Laplacian dan memproyeksikan vektor indicator dari cluster yang dihasilkan dari eigenvector

E

𝛼𝑘 = 𝐸𝐸𝑇𝑚𝐶𝑘 (12)

Hasil matting komponen selanjutnya dijumlahkan sehingga memberikan solusi untuk persamaan (11).

2.2.3. Grouping Component

Hasil ekstraksi foreground matte secara lengkap selanjutnya ditentukan dengan penambahan sederhana komponen pada foreground. Misalkan 𝛼𝑘1, … , 𝛼𝑘𝑛 dirancang sebagai komponen foreground, maka

(20)

12

(13) Jika eigenvector yang terkecil tidak sama dengan nol, pengukuran kualitas hasil α-matte dilakukan dengan 𝛼𝑇𝐿𝛼, yang mana L adalah matting Laplacian. Kalkulasi awal korelasi diantara komponen matting dengan L dan penyimpanan dalam matrik  𝐾 𝑥 𝐾 didefinisikan

(𝑘, 𝑙) =𝛼𝑘𝑇𝐿𝛼𝑙 (14)

Selanjutnya matte cost dihitung sebagai

𝐽(𝛼) = 𝑏𝑇𝑏 (15)

Dimana 𝑏 adalah vektor biner K-dimensional yang mengindikasikan komponen yang dipilih.

2.2.4. FCM (Fuzzy C-Means)

Fuzzy C-Means (FCM adalah suatu teknik pengklasteran data yang keberadaan

tiap-tiap data dalam suatu cluster ditentukan oleh nilai/derajat keanggotaan tertentu. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Jim Bezdek pada tahun 1981 [34]. Berbeda dengan teknik pengklasteran secara klasik (dimana suatu obyek hanya akan menjadi anggota suatu klaster tertentu), dalam FCM setiap data bisa menjadi anggota dari beberapa cluster. Batas-batas

cluster dalam FCM adalah lunak (soft). Konsep dasar FCM, pertama kali adalah menentukan

pusat cluster yang akan menandai lokasi rata-rata untuk tiap-tiap cluster. Pada kondisi awal, pusat cluster ini masih belum akurat. Tiap-tiap data memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster. Dengan cara memperbaiki pusat cluster dan nilai keanggotaan tiap-tiap-tiap-tiap data secara berulang, maa akan terlihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju lokasi yang tepat. Perulangan ini didasarkan pada minimasi fungsi obyektif. Fungsi Obyektif yang digunakan pada FCM adalah [34]

   

2 1 1

, ;

'

, '

(1, )

n c m m ik ik k i

J

U V X

d

m

 



 

(16)

(21)

13 dengan

1/ 2 2 1 m ik k i kj ij j

d

d x

v

x

v

(17)

x adalah data yang akan diklaster :

11 1 1 m m nm x x x x x            (18)

dan v adalah matriks pusat cluster :

11 1 1 m m mm v v v v v            (19)

Fungsi objektif yang minimum menunjukkan hasil cluster yang terbaik, sehingga

* * *

( , ; ) min ( , ; ) m

J U V XJ U V X (20)

Jika dik  0, i k m, ; 1, dan X setidaknya memiliki m elemen, maka ( , )U V dapat meminimalkan Jm hanya jika

1 1 1 1 2 1 1 1 ;1 ;1 m m ij kj j ik m m m ij kj k j i m k n

V

X

V

X

                              

 

(21) dan

 

 

1 1 ;1 ;1 n m ij i n kj m ik i ik i m j m X V

              (22)

(22)

14 2.3. Mekanisme Tracking

2.3.1. Background Subtraction

Untuk mengidentifikasi perbedaan intensitas pada current frame dengan background dilakukan dengan menggunakan algoritma background subtraction [35]. Teknik frame

differences ini dilakukan pada background subtraction dengan memanfaatkan teknik rekursif.

Model ini diasumsikan sebagai 𝐵𝐹 yang merupakan nilai binner pada foreground object yang dinotasikan sebagai :

 

1,

, ,

, ,

1

( , , )

0,

if I x y n

I x y n

BF x y n

otherwise

 

 



(23)

Nilai (𝛼) digunakan sebagai threshold (ambang batas) untuk mengklasifikasi foreground object dan background. Untuk menghasilkan nilai threshold digunakan algoritma Otsu.

2.3.2. Otsu Adaptive Threshold

Metode Otsu [36] berbasis histogram yang menunjukkan nilai intensitas yang berubah-ubah di setiap pixel image satu dimensi. Sumbu x digunakan untuk menyatakan perbedaan level intensitas, sedangkan sumbu y digunakan untuk menyatakan jumlah pixel yang memiliki nilai intensitas. Dengan menggunakan histogram dapat dilakukan pengelompokan pixel image berdasarkan nilai threshold (ambang batas). Threshold yang optimal dapat diperoleh ketika

pixel memiliki perbedaan intensitas sehingga dapat dipisahkan kelompok-kelompoknya. Dua

informasi dapat diperoleh dengan memanfaatkan histogram, yaitu jumlah perbedaan tingkat intensitas (dinotasikan dengan L), dan jumlah pixel untuk setiap tingkat intesitas (dinotasikan dengan n(k), dengan k=0 .. 255). Tahapan pencarian nilai threshold dalam algoritma Otsu adalah sebagai berikut :

1. Menghitung normalisasi histogram image yang dinotasikan dengan 𝑝𝑖, dengan i =

(23)

15 𝑝𝑖 = 𝑛𝑖

𝑀𝑁 (24)

dimana 𝑛𝑖 adalah jumlah pixel pada masing-masing intensitas, dan MN adalah jumlah dari 𝑛𝑖 yang dimulai dari 𝑛0 hingga 𝑛𝐿−1.

2. Menghitung jumlah komulatif dari 𝑃1(𝑘), untuk k=0,1,2 ...L-1.

𝑃1(𝑘) = ∑𝑘𝑖=0𝑝𝑖 (25)

3. Menghitung rata-rata komulatif 𝑚(𝑘), untuk k=0,1,2 ..., L-1.

𝑚(𝑘) = ∑𝑘𝑖=0𝑖𝑝𝑖 (26)

4. Menghitung rata-rata intensitas global 𝑚𝐺 menggunakan ;

𝑚𝐺 = ∑𝐿−1𝑖=0𝑖𝑝𝑖 (27)

5. Menghitung varian antar kelas, 𝜎𝐵2(𝑘), untuk k=0,1,2 ..., L-1. 𝜎𝐵2 =[𝑚𝐺𝑃1(𝑘)−𝑚(𝑘)]2

𝑃1(𝑘)[1−𝑃1(𝑘)] (28)

6. Memilih nilai threshold dari k * di mana nilai index dari varian antar kelas maksimum (𝜎𝐵2 -> max), jika lebih dari satu nilai dari k*, maka nilai threshold ditentukan dari rata-rata nilai k*.

7. Menghitung ukuran pemisahan * dengan k=k*

(𝑘) =𝜎𝐵2(𝑘)

𝜎𝐺2 (29)

sedangkan

𝜎𝐺2 = ∑𝐿−1𝑖=0(1 − 𝑚𝐺)2𝑝𝑖 (30)

Catatan : nilai dari k diperoleh ketika 𝜎𝐵2(𝑘) maksimum, selanjutnya nilai threshold yang dilakukan dengan metode Otsu diberikan untuk α (dalam persamaan 24).

(24)

16 2.4. Performance Measurement

Pengukuran akurasi obyek yang terekstraksi yang dilakukan dengan membandingkan antara output dengan human perceptual ground truth maupun noise image output terhadap original image [5]. Evaluasi secara kuantitatif untuk algoritma yang diusulkan dilakukan dengan menghitung nilai PSNR (Peak Signal Noise to Ratio), dimana noise pada obyek yang terekstraksi terhadap original image diformulasikan seperti pada persamaan (24).

𝑃𝑆𝑁𝑅(𝐸𝑥𝑡. 𝑂𝑏𝑗, 𝑂𝑟𝑖. 𝐼𝑚𝑔) = 10𝑙𝑜𝑔10𝑆2

𝑀𝑆𝐸(𝐸𝑥𝑡.𝑂𝑏𝑗,𝐺𝑟𝑑.𝐼𝑚𝑔) (31)

Selanjutnya nilai MSE (Mean Square Error) dari object yang terekstraksi dikalkulasi seperti persamaan (25). 𝑀𝑆𝐸(𝐺𝑟𝑑. 𝐼𝑚𝑔, 𝐸𝑥𝑡. 𝑂𝑏𝑗) =(∑ ∑ [𝐺𝑟𝑑.𝑖𝑚𝑔(𝑖,𝑗)−𝐸𝑥𝑡.𝑂𝑏𝑗(𝑖,𝑗)] 2 𝑗=1 𝑖=1 ) 3 𝑁𝑀 (32)

(25)

17

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Membangun aplikasi ekstraksi objek video yang dapat memisahkan antara daerah foreground dan daerah background di setiap frame video sehingga dapat digunakan sebagai data input dalam proses compositing.

2. Menerapkan teknik semi-otomatis dengan memberikan semantik pada frame pertama dalam video sekuensial sebagai label yang merepresentasikan daerah foreground dan daerah background, selanjutnya proses pemisahan dilakukan dengan analysis spectral yang hasilnya dijadikan frame referensi untuk proses ekstraksi di frame-frame berikutnya.

3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penilitian ini adalah:

1. Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu implementasi sistem semi otomatis untuk pemisakan obyek foreground dalam video sekuensial yang dapat bermanfaat bagi pekerja di industri film, periklanan maupun pertelevisian dalam melakukan proses video editing.

2. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah membantu memecahkan permasalahan ekstraksi semi otomatis pada video sekuensial menggunakan spectral analysis.

(26)

18

BAB IV

METODE PENELITIAN

Roadmap semi-automatic video object extraction seperti yang diilustrasikan dalam diagram fishbone pada gambar 4.1 menunjukkan alur dan langkah-langkah ekstraksi obyek video dalam sudut pandang secara umum. Berdasarkan roadmap yang telah didesain, tahapan demi tahapan penelitian akan disajikan hingga tingkat yang rendah.

Gambar 4.1. Roadmap Penelitian

4.1. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, maka diperlukan penentuan jenis dan sumber data. Oleh karena itu, jenis dan sumber data pada penelitian ini ditentukan sebagai berikut:

(27)

19 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari penelitian. Data primer pada penelitian ini yaitu 150 frame video sekuensial yang diambil dari natural scene.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur yang dilakukan. Sumber dari studi literatur yaitu jurnal, makalah ilmiah atau buku yang membahas tentang penelitian computer vision, image processing, dan video processing. Salah satunya diambil dari UCF Sport Action.

Tahapan detail dari penelitian yang diusulkan disajikan dalam flowchart yang ditunjukkan pada gambar 4.2

Gambar 4.2. Alur diagram ekstraksi obyek video semi-otomatis

4.2. Matting Object

Untuk melakukan ekstraksi obyek pada video sekuensial seperti dalam gambar 4.2, beberapa pengetahuan dalam area computer vision harus dipelajari agar hasil ekstraksi dapat diteliti dengan akurasi yang tinggi. Tahapan penelitian diawali dengan membaca data video sekuensial yang selanjutnya dipecah-pecah dalam bentuk frame. Frame pertama dari video

Start

Video sequences

Matting object in the

initial frame Get next frame

Detection of moving scribble Extraction of video object End End of frame Yes No

(28)

20

sekuensial diperlakukan sebagai frame referensi untuk frame-frame berikutnya, dimana ekstraksi obyek pada frame pertama dilakuka proses matting dengan tahapan seperti ditunjukkan dalam gambar 4.3.

Gambar 4.3. Proses matting

Langkah awal dilakukan dengan membaca data video dalam format .avi yang selanjutnya data tersebut dipecah dalam bentuk frame-frame. Frame pertama dari frame sekuensial, dipilih sebagai referensi untuk ekstraksi pada frame-frame berikutnya, dimana proses ekstraksi dilakukan dengan pendekatan semi otomatis sehingga diperlukan teknik marking atau labeling untuk memisahkan object dan background. Teknik labeling dilakukan dengan memberikan scribbles atau coretan (putih untuk object dan hitam untuk background) yang dilakukan oleh manusia (human assistance).

Scribble digunakan untuk menentukan parameter piksel yang masuk dalam area background dan piksel yang masuk pada area object. Namun ada daerah yang tidak masuk dalam area object maupun area background yang disebut dengan unknown area atau unknown region, dimana pada daerah ini mengandung parameter object dan parameter background, sehingga untuk memisahkan keduanya diperlukan teknik penentuan ambang batas (threshold).

4.3. Determine of Moving Scribble

Ekstraksi obyek pada frame kedua hingga frame ke-n dilakukan seperti proses ekstraksi pada frame pertama, namun karena sudah terjadi pergerakan object maka pergerakan scribble pada object maupun background perlu diperhitungkan untuk menjaga akurasi obyek yang diekstraksi. Penentuan moving scribble dilakukan menggunakan algoritma background subtraction dengan teknik frame difference. Nilai threshold ditentukan secara adaptive dengan algoritma Otsu. Video Input Split into a frame Select the initial frame Give scribbles Matting process Object extracted in the initial frame

(29)

21 4.4. Evaluasi dan Validasi Hasil

Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan mengukur feedback hasil penilaian ekstraksi dari persepsi manusia kemudian akan dibandingkan dengan hasil ekstraksi semi otomatis dari prototipe yang dibuat. Dilakukan dengan mengukur akurasi obyek yang terekstraksi yang dilakukan dengan membandingkan antara ouput dengan human perceptual ground truth maupun noise image output terhadap original image. Evaluasi secara kuantitatif untuk algoritma yang diusulkan dilakukan dengan menghitung nilai PSNR (Peak

(30)

22

BAB V

HASIL YANG DICAPAI

5.1. Keyframe Development

Untuk memisahkan foreground object dalam frame video sekuensial dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama (yang dilakukan dalam tahun pertama) dilakukan untuk membangun keyframe (frame kunci) yang digunakan sebagai frame reference untuk mekanisme tracking pada frame-frame berikutnya. Sedangkan tahap kedua (yang dilakukan dalam tahun kedua) adalah membangun mekanisme tracking dan melakukan segmentasi pada frame-frame berikutnya.

Segmentasi foreground object pada frame awal yang diperlakukan sebagai keyframe dilakukan dengan mengacu metode “Closed-form Solution” [1] dengan memodifikasi beberapa parameter. Modifikasi dilakukan dengan algoritma Fuzzy C-Means (FCM) sebagai teknik untuk menentukan threshold pada unknown area sebuah image secara adaptive. Hasil ujicoba ini telah diseminarkan pada CITEE (Conference of Information Technology and Electrical Engineering), Juli 2012. Berikut contoh hasil segmentasi foreground object dan evaluasi kinerja algoritma dengan membandingkan antara hasil segmentasi sistem dengan ground truth.

Input image Scribble image Matte extraction Extracted object

Gambar 5.1. Proses pemisahan obyek pada citra diam

(31)

23

Dari ilustrasi hasil ekstraksi obyek di atas, dapat disimpulkan bahwa pemisahan obyek dalam citra diam dengan tingkat akurasi yang cukup impresif (dapat dilihat helai rambut pun bisa dipisahkan dari keseluruhan image). Sehingga kami berpendapat jika dalam citra diam proses pemisahan obyek dapat dilakukan, maka dalam video pun dapat hal yang serupa dapat dilakukan, karena pada prinsipnya video sekuensial terdiri dari frame-frame yang memiliki karakteristik seperti citra diam. Adapun hasil evaluasi dari pengukuran kinerja algoritma dari sistem yang diusulkan sebagai berikut :

Table 5.1. Nilai MSE dari modifikasi sistem

Input Image Mean Square Error

FCM Without FCM teddy.bmp 2.841,42 5.669,40 hair.bmp 1.689,31 2.697,18 bird.bmp 1.785,98 3.751,39 horse.bmp 2.487,23 5.015,05 lion.bmp 2.043,38 5.055,08

Pengujian dengan menggunakan MSE (Mean Squared Error) merupakan uji perbedaan hasil pemisahan obyek diantara sistem dengan algoritma yang dibangun dengan ground truth (hasil pemisahan manual), yang dilakukan dengan formulasi sebagai berikut :

𝑀𝑆𝐸(𝐺𝑟𝑑. 𝐼𝑚𝑔, 𝐸𝑥𝑡. 𝑂𝑏𝑗) = (∑ ∑ [𝐺𝑟𝑑.𝑖𝑚𝑔(𝑖,𝑗)−𝐸𝑥𝑡.𝑂𝑏𝑗(𝑖,𝑗)] 2 𝑗=1

𝑖=1 )

3 𝑁𝑀

Dengan demikian dengan nilai perbedaan yang semakin kecil maka akurasi pemisahan obyek semakin baik. Oleh karena itu proses pemisahan obyek dengan metode closed-form solution dengan peningkatan adaptive threshold menggunakan algoritma FCM dipertimbangkan sebagai algoritma dalam pembangunan keyframe dalam segmentasi / ekstraksi obyek video.

(32)

24 5.2. Tracking Mechanism

Mekanisme tracking merupakan cara penelusuran pergerakan obyek yang sifatnya temporal coherence, artinya pergerakan foreground object dalam frame video (antara previous frame dengan current frame) tidak berlangsung secara tiba-tiba atau koordinat pikselnya tidak berubah secara drastis, tetapi bergerak secara halus, sehingga perubahan nilai koordinatnya pun juga tidak begitu signifikan.

Berdasarkan asusmsi bahwa pergerakan frame dalam video sekuensial bersifat

temporal coherence, maka untuk melakukan pemisahan foreground object dilakukan dengan

menggabungkan teknik segmentasi manual dan segmetasi otomatis (semi-otomatis). Proses manual dilakukan pada frame awal yang dilakukan dengan memecah video menjadi beberapa frame. Frame awal diperlakukan seperti citra diam yang selanjutnya diberi label yang berupa coretan (putih mewakili foreground, dan hitam mewakili background) yang dilakukan oleh user. Ilustrasi pemberian label digambarkan dalam gambar 5.2.

fr#1 fr#2 fr#3 fr#n

Scribble pada frame awal

Hasil pemisahan pada frame awal

(33)

25

Sebelum melakukan pemisahan foreground object pada frame berikutnya (subsequent

frame), terlebih dahulu scribble harus didefinisikan. Hal ini dilakukan karena proses pemisahan

foreground object pada subsequent frame dilakukan dengan teknik matting, dimana frame input harus diikuti oleh label. Permasalahannya tidak memungkinkan apabila video yang memiliki volume yang besar penentuan label selalu dilakukan oleh user. Sehingga diperlukan pendekatan agar subsequent frame dilakukan secara otomatis. Untuk melakukan pelabelan secara otomatis dilakukan dengan algoritma background subtraction dengan asumsi bahwa teknik perbedaan frame yang dilakukan secara rekursif dalam algoritma tersebut dapat menentukan nilai perbedaanya. Untuk memperjelas nilai perbedaan tersebut dilakukan binerisasi pada setiap frame yang diproses, sehingga terlihat jelas bahwa nilai perbedaan dapat disimbolkan dengan nilai 1 dan 0 untuk sebaliknya. Karena nilai perbedaan hasil dari background subtraction bernilai 1, maka label akan nampak berwarna putih, hal ini dapat mempermudah dalam proses pemisahan dengan teknik matting (teknik menarik matte dari keseluruhan image). Algoritma background subtraction didefinisikan sebagai berikut :

 

1,

, ,

, ,

1

( , , )

0,

if I x y n

I x y n

BF x y n

otherwise

 

 



Selanjutnya untuk pemisahan foreground object pada video sekuensial kami uji coba dengan dataset yang kami dapatkan dari UCF Sport Action, yaitu foreman, riding horse, skateboarding dan lifting masing-masing 30 frame. Karena label dalam subsequent frame telah diperoleh dari background subtraction, maka pemisahan obyek pun juga bisa dilakukan pada subsequent frame dengan teknik matting menggunakan algoritma closed-form solution dan FCM adaptive threshold pada daerah alpha. Hasil pemisahan foreground object diilustrasikan sebagai berikut

(34)

26

fr#15 fr#20 fr#25 fr#30

Gambar 5.3. Hasil pemisahan foreground object pada video sekuensial

Dari eksperimen tersebut kami elaborasi menjadi sebuah paper yang berjudul “Spectral-based Video Object Segmentation Using Alpha Matting and Background Subtraction” dan telah kami submit (kirim) dalam konferensi internasional “Image Electronics and Visual Computing 2014 (IEVC2014)”, dan diterima dengan berbagai revisi. Conference telah dilaksanakan pada tanggal 7 – 10 Oktober 2014, dan kami telah mepresentasikan hasil penelitian kami ada acara tersebut pada tanggal 7 Oktober 2014 di Grand Centara Hotel, Chaweng Beach, Koh Samui Thailand.

(35)

27

Selanjutnya setelah mendapatkan review note dari commite IEVC, yang komentarnya meminta untuk menambahkan time complexcity pada saat sistem dijalankan dan teknik pemilihan keyframe, maka kami melakukan eksperimen lanjutan terhadap prototipe yang kami ciptakan. Hasil eksperimen selanjutnya kami buat tulisan ilmiah yang selanjutnya kami submit pada publisher jurnal internasional “Journal of Theoritical and Applied Information Technology” yang terindeks SCOPUS. Namun hingga saat ini paper tersebut masih dalam proses revisi.

(36)

28

BAB VI

RENCANA TAHUN BERIKUTNYA

Rencana kegiatan penelitian selanjutnya yaitu :

1. Melakukan uji coba sistem yang dibuat dengan data primer.

2. Setelah kinerja algoritma dikaji ulang, masih terdapat kelemahan pada background

subtraction dalam membuat automatic constraint, sehingga pada beberapa perpindahan

frame (karena pengaruh illumination) tidak mendapatkan constraint yang diharapkan, sehingga hasil ekstraksi tingkat errornya tinggi.

3. Oleh karena itu, pada tahun berikutnya penelitian difokuskan pada perbaikan algoritma untuk meningkatkan kemampuan automatic constraint sehingga akurasi ekstraksi dapat lebih meningkat. Hipotesa kami algoritma berbasis motion vector dapat diiplementasikan untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga kami mengusulkan untuk diimplementasikan dalam tahapan tahun berikutnya.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

[1]. A. Levin, A. Rav-Acha, and D. Lischinski, “Spectral matting,” IEEE Transactions on Pattern Analysis and Machine Intelligence, Vol. 30, No. 10, 2008

[2]. A. Levin, D. Lischinski, Y. Weiss, “A Closed-Form Solution to Natural Image Matting,” IEEE Transactions on Pattern Analysis And Machine Intelligence, Vol. 30, No. 2, February 2008, pp: 1-15.

[3]. A. Ng, M. Jordan, and Y. Weiss, “On Spectral Clustering: Analysis and an Algorithm,” Proc. Advances in Neural Information Processing Systems, 2001.

[4]. Ahmad Sanmorino, “Clustering Batik Images using Fuzzy C-Means Algorithm Based on Log-Average Luminance, “ Computer Engineering and Applications Vol. 1, No. 1, June 2012

[5]. C. Mythili, V.Kavitha, “Color Image Segmentation using ERKFCM, “ International Journal of Computer Applications, Volume 41– No.20, March 2012

[6]. Carsten Rother, Vladimir Kolmogorov and Andrew Blake, "GrabCut: interactive foreground extraction using iterated graph cuts, " ACM Transactions on Graphics (TOG) Volume 23 Issue 3, August 2004

[7]. D. Tolliver and G. Miller, “Graph Partitioning by Spectral Rounding: Applications in Image Segmentation and Clustering,”Proc. IEEE Int’l Conf. Computer Vision and Pattern Recognition, pp. 1053-1060, 2006.

[8]. David G. Lowe, “Distinctive image features from scale-invariant key-points, “ International Journal of Computer Vision, Vol. 60, No. 2, 2004.

[9]. Ediz Şaykol, Uğur Güdükbay, and Özgür Ulusoy. A Semi-Automatic Object Extraction Tool for Querying in Multimedia Databases. In Proceedings of the 7th Workshop on Multimedia Information Systems (MIS '01), pp. 11–20, Villa Orlandi, Capri, Italy, November 2001.

[10]. H. Kosch, “Distributed Multimedia Database Technologies supported by MPEG-7 and MPEG- 21”, CRC Press, 2003.

[11]. J. Sun, J. Jia, C.-K. Tang, and H.-Y. Shum, “Poisson matting,” ACM Transactions on Graphics (TOG) Volume 23 Issue 3, pages 315-321, 2004.

(38)

[12]. J. Wang and M. Cohen, “An iterative optimization approach for unified image segmentation and matting,” in Proceedings of ICCV 2005, pp. 936– 943, 2005.

[13]. J. Wang and M. Cohen, “Optimized color sampling for robust matting,” in [14]. J. Wang, M. Agrawala, and M. Cohen, “Soft scissors: an interactive tool for

realtime high quality matting,” ACM Transactions on Graphics (TOG), Volume 26 Issue 3, 2007.

[15]. K. Lang, “Fixing Two Weaknesses of the Spectral Method,” Proc. Advances in Neural Information Processing Systems, vol. 18, 2005.

[16]. Kuo-Chin Lien, Yu-Chiang Frank Wang, “Automatic Object Extraction in Single-Concept Videos, “ Research Center for Information Technology Innovation , Academia Sinica , Taipei , Taiwan, 2011.

[17]. L. Chiariglione, “The MPEG-4 Standard”, Journal of China Institute of Communications, pp.54-67, September 1998.

[18]. L. Grady, T. Schiwietz, S. Aharon, R. Westermann, “Random Walks for Interactive Alpha-Matting,” Proc. Fifth IASTED International Conference Visualization, Imaging, and Image Processing. 2005.

[19]. L. Zelnik-Manor and P. Perona, “Self-Tuning Spectral Clustering,”Proc. Advances in Neural Information Processing Systems, 2005

[20]. M. Khasari, H.R Rabiee, M. Asadi, M. Nosrati, M. Amiri, M. Ghanbari, “An Adaptive Semi-Automatic Video Object Extration Algorithm based on Joint Transform and Spatial Domains Features, “Digital Media Lab , Computer Engineering Department , Sharif University of Technology, 2005

[21]. M. Ruzon and C. Tomasi, “Alpha estimation in natural images,” in Proceedings of IEEE CVPR, pp. 18–25, 2000.

[22]. Muhammad Bilal Ahmad, Dong Yoon Kim, Kyoung Sig Roh and Tae Sun Choi , “Motion Vector Estimation Using Edge Oriented Block Matching Algorithm for Video Sequences, “ Proceeding of IEEE International Conference on Signal Processing and Analysis, 2000

Proc. of IEEE CVPR, 2007.

[23]. R. Koenen, F. Pereira, and L. Chiariglione, MPEG-4: Context and Objectives”, Signal Processing: Image Communication, Vol.9, pp. 295- 304, 1997.

(39)

[24]. R. Suko Basuki, Moch. Hariadi, R. Anggi Pramunendar, “Fuzzy C-Means Algorithm for Adaptive Threshold on Alpha Matting,” in Proc of Computer Society CITEE, 2012

[25]. S. Negahdaripour and H. Madjidi, "Stereovision Imaging on Submersible Platforms for 3D Mapping of Benthic Habitats and Sea Floor Structures", Oceanic Engineering, IEEE Journal vol.28, no 4, 2003.

[26]. S.X. Yu and J. Shi, “Multiclass Spectral Clustering,” Proc. Int’lConf. Computer Vision, pp. 313-319, 2003.

[27]. T. Porter and T. Duff, “Compositing digital images,” Computer Graphics, Volume 18, No. 3, 1984.

[28]. Tung-Yu Wu, Hung-Hui Juan and Henry Horng-Shing Lu, “IEEE International Conference on Speech and Signal Processing, 2012.

[29]. X. Bai and G. Sapiro, “A geodesic framework for fast interactive image and video segmentation and matting,” in Proc. of IEEE ICCV, 2007.

[30]. X. He and P. Niyogi, “Locality preserving projections,” in Proc. of Advances in Neural Information Processing Systems (NIPS), 2003.

[31]. Xiaohui Shen and Ying Wu, "Scribble Tracker: A Matting-Based Approach for Robust Tracking, " IEEE Transactions on Pattern Analysis and Machine Intelligence, Vol. 34, No. 8, August 2012

[32]. Y. Chuang, B. Curless, D.H. Salesin, R. Szeliski, “A Bayesian Approach to Digital Matting,” Proc. IEEE Conference Computer Vision and Patter Recognition. 2001

[33]. Y. Zheng, C. Kambhamettu, J. Yu, T. Bauer, and K. Steiner, “Fuzzymatte: A computationally efficient scheme for interactive matting,” in Proc. of IEEE Computer Vision and Pattern Recognition, 2008.

[34]. Kusumadewi, S., Hartati, S., 2006, Fuzzy Multi Atribute Decision Making, Graha Ilmu, Yogyakarta.

[35]. M. Soeleman, M. Hariadi and M. Purnomo, "Adaptive Threshold for Background Subtraction in Moving Object Detection using Fuzzy C-Means Clustering," in Tencon Int'l Conference, Cebu, Philippines, 2012.

[36]. R. C. Gonzalez and R. E. Woods, Digital Image Processing 3rd edition, Pearson Prentice Hall, 2007.

(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)

VIDEO OBJECT SEGMENTATION APPLYING

SPECTRAL ANALYSIS AND BACKGROUND

SUBTRACTION

Ruri Suko Basuki, Moch. Arief Soeleman, Ricardus Anggi Pramunendar, Auria Farantika Yogananti, Catur Supriyanto

Faculty of Computer Science, Dian Nuswantoro University, Semarang, Indonesia E-mail: rurisb@research.dinus.ac.id,

ABSTRACT

This study proposes an approach to segment video object semi-automatically. The issue of this study is the lack of semantic information on video object segmentation. Manual segmentation by human is not effective if the video has a large size. For initialization, we use scribble-based technique to differentiate between foreground and background. After the separation object from the background, the subtraction operation between the current and subsequent frame was performed by applying a background subtraction algorithm. Using spectral analysis and background subtraction is where our technique becomes effective. The evaluation of this study is measured by Mean Square Error. Experiment results demonstrate the high precision of object segmentation.

1. INTRODUCTION

The demand of video editing applications (such as video segmentation and video compositing) increases rapidly due to the advent of digital video standards such as Digital Television (DTV) in America, Digital Video Broadcasting – Terrestrial (DVB-T) in Europe and Integrated Services Digital Broadcasting-Terrestrial (ISDB-T) in Japan. It occurs since the video object segmentation in editing applications play an important role in the operation of movie production, news and advertising.Various applications such as object extraction, image recognition, augmented reality and motion understanding can be performed with the object-based technology.

The fundamental issue in video object segmentation is an ill-posed problem, namely the video object with no semantic information [1]. Therefore, the semantic information of the video object can only be identified by the human eyes by considering the video context so that the objects’ withdrawal process in video editing is performed by manual segmentation. However, it is not an effective way to handle a video that has a large size. Many algorithms associated to the video object segmentation are developed to overcome this problem. The algorithms are classified into two categories, they

are automatic object segmentation [2] and semi-automatic object segmentation [3] [4].

The parameters in the automatic segmentation are the specific characteristics such as color, texture and movement which are performed without human intervention. The difficulty in semantic relevant object separation is the main problem of the automatic segmentation. So there is no guarantee that the results of the automatic segmentation will be satisfactory, because the semantic object has a lot of color, texture and movement [5] [6] [7].

Several semi-automatic segmentation method which is a combination of manual and automated methods is proposed for that reason. Which in essence, the approach is a technique to withdraw the object involving human intervention on multiple frames in the segmentation process. Since semantic information can be directly made by human’s assistance, the object segmentation process in the subsequent frames is performed using a tracking mechanism with temporal transformation.

In previous study, several methods related to tracking mechanism had been developed. In a region-based method, parameters of movement, texture and color were applied to keep track the related areas corresponding to the shape of the object semantics. However, this method has a very complex tracking mechanism in maintaining the

(54)

relationship between the area consist of semantic objects [8]. The contour-based methods such as snake [3] would be robust when it was applied to the track on object contours, but it did not represent the whole of the object pixels, so this method might not work properly to follow the feature and the impact between egdes were not connected to each other. While the model-based method applied a priori knowledge of the object shape. The shortcoming of this approach was not acceptable on the generic semantic video object segmentation since the detail required information about the object geometry [9]. Keyframe was created from one of the frames selected and considered as a still image. Matting techniques were applied to pull object of this frame. To distinguish the foreground and background object, interactive matting was applied using a scribble technique as an interface [10]. Hereinafter, the object segmentation on the subsequent frames was performed by using the background substraction algorithm.

2. KEYFRAME DESIGN

The initial step of a video segmentation process was performed by designing the selected frame of the sequences scene which became a keyframe. Since the object had no semantic information, human assistance was required to give scribble as a label to distinguish regions representing foreground and background object (white for foreground and black for background).

A. General Compositing Equation

Alpha channel [10][11][12] was applied to control the linear interpolation in the foreground and background which were depicted in matting algorithm by assuming that each pixel in the input image Ii was a linear color combination of

foreground Fi and background

Bi.

1

,

i i i i i

I F   B

where 0  1 (1)

Based on compositing equation Eq.(1) of each pixel, it was assumed to be a convex combination of layers

K image denoted as 1 K k k i i i k IF  

(2)

the fractional contribution of each layer observed in each pixel was determined by the vector Kof k, a component of image matting.

B. Spectral Analysis

Spectral segmentation method was associated with the affinity matrix. For example, the image A, size N x N was assumed as ( , ) dij/ 2

i j

Ae  and

ij

d . In

whichd was the space among pixels (e.g. color and ij

geodesic space), defined as –

LD A (3)

While D was matrix degree from graph.

,

GV E withVn (4) with diagonal matrix

 i j,

 

, , j D

A i j   , deg where 0 i i j v if i j d Otherwise      (5) ( , )i j

D was filled with degree information of each

vertex (node) with D for G as rectangular matrix size n x n . So L was a symmetric positive semi-definite matrix with eigenvector which was able to capture a lot of image structure. Furthermore, the image was the composition of some different clusters or connected components which was captured by affinity matrix A . Subset C in image pixel was the connected component of image

( , )i j 0

A  for each ( , )i j so iC and jC, so there was no subset C fulfilling the property. C

m

was defined as indicator vector of component C

,therefore 1 0 C i i C m i C      (6)

with the assumption that the image consisted of connected components of K,C1,,CK to

{1, … , 𝑁} = ⋃𝐾𝑘=1𝐶𝑘 with Ck disjoint path on the

pixel, then the mCrepresented 0-eigenvector

(eigenvector with eigenvalue 0) from L . Since the rotation of matrix R in sizeKK, and vector

1

[mC,,mCK]R was null-space based on L , then the indicator vector mC1,,mCKresulted from

eigenvector calculation on L was only a reaching rotation."Spectral Rounding", a component extraction with the smallest eigenvector, was the concern in some studies [13][14][15][16][17]. K-Means algorithm was a simple approach used for clustering the image pixels [13], while the perturbation analysis algorithm was to limit errors as a function of connectivity within and across clusters.

(55)

1) Matting Laplacian

In order to evaluate the quality matte without considering colors of foreground and background, Matting Laplacian [10] was applied by using a local window w forming two different pathways in the RGB domain as denoted in Eq.(6). Furthermore, α in

wis was expressed as a linear combination of color

channels.

i R iR G Gi B iB

i wa I a I a I b

      (7)

The deviation of linear model Eq.(7) in all image window wq was one of the findings in a matte

extraction problems.

2 2 , , q R R i q i q G G B B q I i w q i q i q a I J a b a a I a I b        



(8)

the requirements which should be fulfilled of the alpha was 𝜀‖𝑎𝑞‖

2

in which a linear model coefficients α,b that allowed elimination from Eq.(8) and the result was a quadratic cost in α

 

T ,

J   L (9)

It had the ordinary minimum cost which was a constant α vector, then in framework user-assisted [12], 𝐽(𝛼) was the subject minimized in user constraint. The equation L (9) was matting Laplacian Symmetric semi-definite positive matrix N x N that the matrix inserting input image function in local windows, depended on unknown foreground and background color in the coefficient of linear model.

L was defined by the sum of matrix 𝐿 = ∑ 𝐴𝑞 𝑞 in which each part was filled with affinity among pixels in local window 𝑤𝑞

      1 3 3 1 1 , , 0 T ij i q x j q q q q q I I I i j w w Otherwise A                

 

, q where i jw (10) In which ijwas Kronecker delta, qwas the

average color vector in al pixel q , ∑𝒒 is was matrix covariant size 3 3 in the same windows, |𝑤𝑞|is was the sum of pixels in window, and I3 was

identity matrix size 3  3. By the occurrence of the smallest eigenvector, the other use of matting Laplacian property Eq.(10) was to seize information of job fuzzy cluster on image pixel, including the calculation before the limit determent by specified user [15].

2) Linear Transformation

The linear transformations track in eigenvector would produce a set of vector in which the value was adjacent to a binary. The equation denoted as 𝐸 = [𝑒1, … , 𝑒𝑘]is was converted to matrix N x K of eigenvector. Next, to locate a set of linear combination K, vector 𝑦𝑘 minimized

, 1 , where k k k k i i i k Ey       

subject to k 1 i k  

(11)

The robust measurement value in matting component [12] was determined by |𝛼𝑖𝑘|

𝛾 + |1 − 𝛼𝑖𝑘|

𝛾

, If 0 < 𝛾 < 1, thus, the value of 𝛾 = 0,9. Since the cost function Eq.(11) was not convex, the initialization process determine the result of Newton process. Therefore, K-means algorithm could be applied in the initialization process on the smallest eigenvector in matting Laplacian and projects indicator vector of cluster resulted from eigenvector

E.

k

k T C

EE m

  (12)

The matting component result Eq.(12) was then added. Thus it gave solution for Eq.(11).

3) Grouping Component

The complete results of matte extraction of the foreground object were determined by a simple summation on the foreground. For example,

1, , kn

k

   is designed as a component of the foreground, so that

1 kn

k

   (13)

The measurement of the results -matte was perform by T

L

 when the smallest eigenvector was not equal to zero, in which L was the matting Laplacian. The first calculation of correlation among matting component and L deviation in matrix

K K

  was defined as

 k l, k TLl

  (14)

then, matte cost was calculated as

  T

J   b b (15) where b was the binner vector of K-dimensional indicating the chosen component.

3. TRACKING WORKFLOW A. Background Subtraction

Gambar

Gambar 1.1. Extraction result on natural image [12]
Gambar 1.2. Proses matting pada frame pertama
Gambar 2.1 Derajat matrik
Gambar 4.1.  Roadmap Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dibuat tiga formula dengan variasi konsentrasi ekstrak metanol alga hijau Caulerpa racemosa yang berbeda dan satu formula losio vitamin C sebagai kontrol,

kan bahwa hipotesis dalam penelitian ini “penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas

CELAH AKTIF DIDAPATKAN GUGUS 2 REAKTIF DARI ASAM 2

Untuk akselerasi pemulihan ekonomi dan reformasi struktural di atas, kebijakan fiskal harus terus diperkuat dengan optimalisasi pendapatan negara, penguatan kualitas

konsensus nasional Pemerintah Orde Baru, yaitu suatu bentuk konsensus yang disepakati bangsa Indonesia mela- lui tokoh-tokoh partai-partai / golongan politik yang

1) Iuran dari rakyat yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang harus dibayar oleh rakyat untuk membayarkan sebagai konsekuensi berlakunya undang-undang. Apabila

Kesiapan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan (mempunyai anak) ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, mental (emosi dan psikologis), dan sosial

Kandungan antibakteri dan antioksidan pada kulit bawang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan saluran percernaan, sehingga terjadi peningkatan kecernaan protein dan