• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. menyusun skripsi ini dengan judul Hubungan karakteristik dan motivasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. menyusun skripsi ini dengan judul Hubungan karakteristik dan motivasi"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv

Segala puji syukur dan sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT serta salam terhatur kepada Rasulullah Muhammad S.A.W, yang selalu melindungi dan melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul “Hubungan karakteristik dan motivasi eksternal perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen ”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta dan selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan ijin, membimbing dan membantu penyusunan skripsi ini.

2. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak membimbing dan membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini. 4. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Penguji yang telah

meluangkan waktu membimbing dan membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini.

(5)

v

Husada Surakarta yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih kurang sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis.

Surakarta, Februari 2016

(6)

vi

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x ABSTRAK xi ABSTRACT xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 5 1.3 Tujuan Penelitian 6 1.4 Manfaat Penelitian 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 8

2.2 Keaslian Penelitian 29

2.3 Kerangka Teori Penelitian 30 2.4 Kerangka Konsep Penelitian 31 2.5 Hipotesis 31

(7)

vii

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 34

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 35

3.5 Alat Penelitian dan Cara pengumpulan data 35

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 40

3.7 Etika Penulisan 43

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSUD Sragen 45

4.2 Hasil Penelitian 46

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 52

5.2 Motivasi Eksternal 56

5.3 Kualitas Pelayanan 58

5.4 Hubungan Karakteristik dan Motivasi dengan Kualitas 59

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan 63

6.2 Saran 64 DAFTAR PUSTAKA

(8)

viii

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 29

3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 35

4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin 47

4.2 Distribusi Frekuensi Umur 47

4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan 48

4.4 Distribusi Frekuensi Lama Bekerja 48

4.5 Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian 49

4.6 Distribusi Frekuensi Motivasi Eksternal 49

(9)

ix

2.1 Kerangka Teori 30 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 31

(10)

x Nomor Keterangan

1. Surat Ijin Studi Pendahuluan 2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Keterangan Penelitian

4. Surat Permintaan Menjadi Responden 5. Surat Pernyataan Menjadi Responden 6. Kuesioner Penelitian

7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 8. Hasil Penelitian

9. Jadwal Penelitian 10. Lembar Konsultasi

(11)

xi

Woko Lestariyanto

Hubungan Karakteristik dan Motivasi Eksternal Perawat Dengan

Kualitas Pelayanan Pasien Rawat Inap di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen

Abstrak

Pelayanan berkualitas hal yang paling diinginkan pelanggan. Rumah sakit dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik dengan memiliki tenaga yang handal dan karakter yang baik. Motivasi kerja perawat memiliki andil yang besar tercapainya pelayanan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik dan motivasi eksternal perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap.

Penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 23 perawat dan pasien di Ruang Melati RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Analisis data menggunakan uji korelasi Kendal Tau.

Hasil dari penelitian ini, karakteristik responden, jumlah perempuan lebih banyak yaitu 18 responden (78,3%), umur paling banyak 36-40 tahun yaitu 11 responden (47,8%), tingkat pendidikan paling banyak DIII keperawatan yaitu 16 responden (69,6%), masa kerja paling banyak 6-10 thn yaitu 10 responden (43,5%), dan sebagian besar berstatus PNS yaitu 15 responden (65,2%). Motivasi eksternal perawat sebagian besar baik yaitu 16 responden (69,6%). Kualitas pelayanan pasien rawat inap sebagian besar baik yaitu 15 responden (65,2%). Hasil uji bivariat menunjukkan p-value = 0,000.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara karakteristik dan motivasi eksternal perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Kata kunci: karakteristik perawat, motivasi eksternal perawat, kualitas pelayanan, rawat inap.

(12)

SURAKARTA 2016

xii

Woko Lestariyanto

The Relationship between Characteristics and External Motivation of Nurses and the Service Quality of Inpatient Care at Melati Room of dr. Soehadi

Projonegoro Regional Public Hospital in Sragen

Abstract

A qualified service is mostly expected by clients. A hospital can provide a good service by employing reliable personnel and those of good character. Nurses’ work motivation plays a big role in achieving the qualified service. This research aims at finding out the relationship between the characteristics and external motivation of nurses and the service quality of inpatient care.

It is a descriptive correlational research with cross sectional study and samples of 23 nurses and patients at Melati room of dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen. The data were analyzed using Kendall’s Tau correlation test.

The research findings indicate that the respondents are mostly characterized by feminine gender with total number of 18 respondents (78.3%), age group of 35-40 with total number of 11 respondents (47.8%), educational background of three year nursing diploma with total number of 16 respondents (69.6%), length of work experience of 6-10 years with total number of 10 respondents (43.5%), and occupational background of serving as government officers with total number of 15 respondents (65.2%). Most nurses (16 respondents or 69.6%) have good external motivation and 15 respondents (65.2%) claim that the hospital has good quality of inpatient care service. Bivariate test reveals p-value of 0.000.

This research concludes that there is a relationship between characteristics and external motivation of nurses and the service quality of inpatient care at Melati room of dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen.

Keywords : characteristics of nurses, external motivation of nurses, service quality, inpatient care

(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kualitas pelayanan adalah hal yang sangat penting dalam mewujudkan kepuasan pelanggan khususnya dalam pelayanan kesehatan. Lingkungan yang semakin penuh dengan persaingan, menuntut sebuah rumah sakit harus semakin sadar tentang perlunya memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan yang berkualitas dan baik adalah diindikasikan dengan adanya kepuasan pelanggan atau pasien.

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan (Kotler dan keller, 2007). Pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit seharusnya menyediakan jenis-jenis pelayanan yang sama dan berkualitas kepada para pelanggan.

Maksud pelanggan disini di dalam pelayanan kesehatan adalah pasien. Pasien merupakan bagian yang sangat penting dalam perkembangan industri kesehatan saat ini. Pelayanan kesehatan yang berkualitas harus diberikan kepada semua pelanggan tanpa membedakan pelanggan atau pasien satu

(14)

dengan yang lain, termasuk pelanggan di ruang rawat kelas tiga sekalipun juga menuntut akan pemberian pelayanan yang berkualitas.

Pengukuran terhadap taraf kualitas pelayanan sangatlah penting terutama untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan mendapatkan pelanggan yang setia. Keuntungan yang sebenarnya bukan datang dari pelanggan yang puas saja, melainkan dari pelanggan yang setia. Pemberian kualitas pelayanan yang buruk dan mengecewakan pelanggan merupakan salah satu sebab dari kegagalan. Persepsi kualitas di dalam rumah sakit meliputi faktor-faktor berikut yaitu, pengawasan berlangsung dengan teratur, efek jangka panjang yang akan dialami dari penyakit akan diberitahu, terdapat cara yang segera mungkin dapat mengurangi rasa sakit sakit, karyawan rumah sakit memberi dukungan dari segi emosi dan keluarga diberi peluang terlibat dalam pembuatan keputusan ( Carson, 1998 ) .

Beberapa aspek yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan di rumah sakit salah satunya adalah aspek tenaga perawat yang saat ini menjadi perhatian dan indikator terpenting dalam pemberian pelayanan rumah sakit yang berkualitas. Perawat merupakan unsur penting guna mewujudkan masyarakat sehat, baik secara fisik maupun psikis. Tugas utama perawat adalah melakukan perawatan kepada pasien yang membutuhkan, dengan tujuan orang tersebut dapat memperoleh derajat kesehatan yang diinginkan. Seorang perawat dituntut memiliki kompetensi yang baik dalam praktek keperawatan. Perawat harus mampu menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ciri perawat profesional adalah mampu bersikap atau berperilaku humanis terhadap

(15)

pasien. Perawat harus mampu memperlakukan pasien sebagai seorang manusia yang harus diperhatikan, dijaga dan dilayani dengan setulus hati sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat ( Nursalam, 2014 ).

Kualitas kinerja perawat dapat dipengaruhi oleh karakteristik dari individu itu sendiri. Setiap orang mempunyai karakteristik masing masing sehingga terdapat perbedaan yang mendasar satu orang dengan yang lainnya. Karakteristik individu seperti umur, masa kerja, dan status pernikahan dapat mempengaruhi kinerja individu (Robbins, & Judge 2008). Kenyataan dilapangan banyak hal lain yang juga dapat mempengaruhi kualitas kerja perawat yang pada akhirnya akan mempengaruhi juga pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas yaitu ada tidaknya motivasi dari perawat tersebut. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Motivasi kerja adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang mau melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya (Suarli dan Bachtiar, 2009). Terdapat dua jenis motivasi kerja dari perawat, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal (Nursalam, 2014). Kategori motivasi ekstrinsik perawat dalam bekerja misalnya, gaji, kebijakan dan administrasi, kondisi pekerjaan, hubungan kerja, kondisi perusahaan / rumah sakit dan status (Manullang, 2001).

Data penelitian terdahulu yaitu dari penelitian yang di lakukan oleh Atiek badi’ah, 2008 dijelaskan bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari adanya

(16)

motivasi instrinsik dan ekstrinsik perawat terhadap kinerja perawat. Penelitian lain yang juga mendukung adalah dari Fisella, dijelaskan bahwa ada hubungan antara karakteristik individu dengan kinerja perawat di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Datoe Binangkang kabupaten Bolaang Mongondow.

Berdasarkan data rekam medis RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen dijelaskan bahwa terdapat kenaikan jumlah pasien di ruang inap kelas tiga salah satunya adalah di ruang Melati. Bila dibandingkan dengan jumlah pasien tahun sebelumnya, yaitu data tahun 2014 adalah berjumlah 10.524 pasien, ditahun 2015 ini dari Januari sampai April sudah menunjukkan jumlah pasien sekitar 4772 orang. BOR di Ruang Melati pada tahun 2015 sebesar 86,72 dan jumlah tempat tidur 67 buah tempat tidur. Kenyataan ini jelas mempengaruhi kualitas pemberian layanan khususnya bidang keperawatan. Karena dari hasil observasi dilapangan, banyak perawat yang mengeluhkan beban kerja yang semakin berat dan juga tuntutan dari pihak atasan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Kondisi lain di rumah sakit tersebut ternyata juga sangat mempengaruhi semangat dan motivasi kerja dari perawat, yaitu masalah gaji dan jasa insentif pelayanan yang semakin hari semakin dikeluhkan karena ketidaksesuaian antara beban kerja dengan insentif yang dibagikan. Kondisi tersebut ditambah lagi dengan ketidaktepatan dalam pembagian jasa insentif juga sangat berpengaruh dengan motivasi perawat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mengulas fenomena fenomena tersebut kedalam sebuah penelitian yang berjudul “ Hubungan karakteristik dan motivasi eksternal perawat dengan

(17)

kualitas pelayanan pasien rawat inap di ruang Melati RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen”.

1.2 Rumusan Masalah

Pelayanan sebuah rumah sakit yang berkualitas adalah hal yang paling di inginkan oleh para pelanggan khususnya pasien. Kualitas pelayanan ini adalah dimaksudkan demi tercapainya kepuasan pelanggan atau pasien. Rumah sakit dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik dengan cara memiliki tenaga yang handal dan memiliki karakter yang baik, khususnya dalam hal ini adalah perawat. Setiap perawat memiliki karakteristik yang berbeda beda dari satu individu dengan yang lainnya. Motivasi kerja perawat juga memiliki andil yang besar terhadap tercapainya pelayanan pasien yang berkualitas. karena fenomena di lapangan masalah gaji, beban kerja, dan lingkungan kerja ternyata dapat menjadi tolak ukur motivasi kinerja perawat itu sendiri,

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah tersebut, peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian yaitu “ Adakah Hubungan Karakteristik dan Motivasi Eksternal Perawat dengan Kualitas Pelayanan Pasien Rawat Inap di Ruang Melati RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen”.

(18)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik dan motivasi eksternal perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap di ruang Melati RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen. 1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik perawat di ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

2. Mengidentifikasi motivasi eksternal perawat di ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

3. Mengidentifikasi kualitas pelayanan pasien rawat inap di ruang Melati RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

4. Menganalisis hubungan karakteristik dan motivasi eksternal perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap di ruang Melati RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan rumah sakit agar dapat meningkatkan kinerja dan semangat tenaga perawat dan tentunya juga akan dapat memberikan pelayanan pada pasien yang lebih berkualitas.

(19)

1.4.2 Bagi perawat Ruang Melati

Penelitian ini diharapkan menjadi pedoman bagi perawat Ruang Melati dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien. 1.4.3 Bagi institusi pendidikan.

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan materi pembelajaran dan juga pengetahuan di dunia pendidikan.

1.4.4 Bagi peneliti lain.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber data dan acuan dalam penelitian selanjutnya.

1.4.5 Bagi peneliti.

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan juga pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

(20)

8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Karakteristik

2.1.1.1 Pengertian

Karakteristik adalah ciri ciri khusus atau yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Boeree (2008) dijelaskan bahwa berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia. Salah satunya adalah karakteristik yaitu ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan .

Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nilai-nilai yang menjadi filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang konsisten terhadap nilai-nilai tersebut dengan mengenerasikan pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai (Notoatmodjo, 2000 dalam Ismael, 2009).

Karakteristik merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan (Purwanto, 1999 dalam Ismael, 2009).

(21)

Karakteristik individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya (Muksydayan, 2012). Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis meliputi genetik, sistem syaraf dan hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif (intelektual), konatif (kebiasaan dan kemauan bertindak), afektif (emosional).

Karakteristik individu diklasifikasikan menjadi dua yaitu karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Karakteristik demografi meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, bangsa dan tingkat sosial. Karakteristik psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian (Kotler, 2009). Karakteristik perawat merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Pernyataan ini ditegaskan oleh Nursalam (2014) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan, etos kerja, latar belakang, karakteristik perawat, persepsi, sikap dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal meliputi supervisi dan gaya kepemimpinan

(22)

2.1.1.2 Klasifikasi Karakteristik.

Karakteristik perawat dikategorikan menjadi usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan lama bekerja (Smet, 2004 dalam Nurniningsih, 2012) :

1. Usia

Usia perawat secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik seorang perawat berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap kinerja dalam praktik keperawatan, dimana semakin tua umur perawat maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Hal ini akan berdampak pada kinerja perawat dalam praktik keperawatan pada pasien semakin baik pula (Smet, 2004 dalam Nurniningsih, 2012).

2. Jenis kelamin

Robbins & Judge (2008) memandang bahwa wanita yang telah menikah memiliki kecenderungan secara tradisi bertanggung jawab pada perawatan keluarga, maka wanita biasanya mengambil cuti atau libur pada saat ada anggota keluarga yang sakit, sehingga terlihat bahwa wanita memiliki tingkat ketidakhadiran lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

(23)

Pendapat lain disampaikan juga bahwa terdapat perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hubungan antar manusia dimana wanita memiliki kepekaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria (Edyana, 2008).

3. Tingkat Pendidikan

Pengetahuan yang didapatkan seseorang dalam pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas keperibadian seseorang (Hasibuan, 2005). Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar pula keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan.

Pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang, dengan kata lain pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang yang berpendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal (Asmadi, 2008). 4. Lama Bekerja

Semakin lama seseorang bekerja, maka keterampilan dan pengalamannya juga semakin meningkat (Robbins & Judge, 2008).

(24)

2.1.1.3 Karakteristik Psikografi

Karakteristik psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian (Kotler, 2009).

1. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.

2. Kepribadian.

Konsep kepribadian (personality) dibahas secara teoritis oleh para pakar melalui berbagai sudut pandang yang beraneka ragam, diantaranya menekankan pembahasan kepribadian pada pengaruh sosial dan lingkungan terhadap pembentukan kepribadian secara kontinu dari waktu ke waktu, serta menekankan pada pengaruh faktor keturunan dan pengalaman di awal masa kecil terhadap pembentukan kepribadian.

(25)

2.1.2 Motivasi.

2.1.2.1 Pengertian Motivasi.

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Berdasarkan pada kata dasarnya motif, motivasi yang ada pada seseorang merupakan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan - kegiatan tertentu guna mencapai tujuannya (Hasibuan, 2010). Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014).

Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Notoatmodjo, 2012). Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong seseorang untuk bekerja. Motivasi mewakili proses-proses psilkologi, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan - kegiatan sukarela yang diarahkan ke arah tujuan tertentuk (Winardi, 2011).

(26)

2.1.2.2 Teori Motivasi

Gibson mengelompokkan teori-teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli dalam dua kelompok besar, yaitu teori kepuasan dan teori proses (Suarli dan Bahtiar, 2009).

1. Teori kepuasan.

Teori kepuasan ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan individu bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya (Hasibuan, 2010). Teori ini berusaha untuk menentukan faktor-faktor tersebut, atau menentukan kebutuhan khusus yang memotivasi sesorang (Suarli dan Bahtiar, 2009).

2. Teori proses

Teori proses ini menguraikan, menjelaskan, menganalisis bagaimana perilaku digerakkan, diarahkan, didukung, dan dihentikan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Teori ini merupakan proses sebab-akibat bagaimana seseorang bekerja dan hasil apa yang akan diperolehnya, jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok. Hasil yang dicapai tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang

(27)

dilakukan seseorang, dan hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin (Hasibuan, 2010).

3. Teori X dan Y

Douglas McGregor menuangkan hasil-hasil pemikirannya dalam buki dengan judul “The Human Side of Enterprise”, dan dari judul karya tulis tersebut terlihat bahwa Douglas McGregor berusaha menonjolkan pentingnya pemahaman tentang peranan sentral yang dimainkan oleh manusia dalam organisasi. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Douglas McGregor terlihat pada klasifikasi yang dibuat tentang manusia yaitu teori “X” yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku negatif dan teori “Y” yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku positif. Teori “X” mengatakan bahwa manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Para pekerja pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin akan berusaha mengelakkannya

b. Para pekerja yang tidak senang bekerja harus dipaksa, diawasi atau diancam dengan berbagai tindakan punitif agar tujuan organisasi tercapai

c. Para pekerja akan berusaha mengelakkan tanggung jawab dan hanya akan bekerja apabila menerima perintah untuk melakukan sesuatu; kebanyakan pekerja akan menempatkan

(28)

kebutuhan fisiologis dan keamanan di atas faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pekerjaannya dan tidak akan menunjukkan keinginan atau ambisi untuk maju.

Teori “Y” mengatakan bahwa manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Para pekerja memandang kegiatan bekerja sebagai hal yang alamiah seperti halnya beristirahat dan bermain.

b. Para pekerja akan berusaha melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha mengendalikan diri sendiri. c. Pada umumnya para pekerja akan menerima tanggung jawab

yang lebih besar.

d. Para pekerja akan berusaha menunjukkan kreativitasnya dan oleh karenanya akan berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab mereka juga dan bukan semata-mata tanggung jawab orang-orang yang menduduki jabatan manajerial.

Apabila dikaitkan dengan teori Maslow, akan terlihat bahwa para pekerja yang tergolong pada kategori “X” akan lebih mementingkan pemuasan kebutuhan tingkat rendah seperti kebutuhan pokok dan kurang memberikan perhatian pada kebutuhan anak tangga teratas, yaitu aktualisasi diri. Teori “Y” terlihat bahwa pemuasan kebutuhan yang sifatnya psikologis

(29)

dan non meteriil lebih diutamakan daripada pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat kebendaan.

4. Teori hirarki Maslow

Salah satu teori motivasi adalah hirarki kebutuhan (need

hierarchy) yang dikembangkan oleh Abraham Maslow. Maslow

memandang bahwa kebutuhan manusia tersusun atas suatu hirarki atau urutan kebutuhan, mulai dari kebutuhan yang paling mendasar (kebutuhan fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Maslow mengasumsikan bahwa individu berusaha memenuhi kebutuhan dasar sebelum mengarahkan perilaku pada pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi (Ivancevich et al., 2008).

a. Fisiologis

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang individu yang memiliki beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi secara umum lebih dulu mencari pemenuhan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk seseorang bertahan hidup. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang berkaitan langsung dengan fisik manusia, seperti makan, minum, tempat tinggal, kesehatan badan (Suarli dan Bahtiar, 2009).

(30)

b. Keamanan dan keselamatan (safety and security).

Ivancevich et al. (2008) menyebutkan kebutuhan untuk bebas dari ancaman sebagai rasa aman dari peristiwa atau lingkungan yang mengancam. Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Seorang manusia harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain untuk selamat dan aman secara psikologis, termasuk anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang juga harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis mereka sendiri tanpa bantuan dari profesional pemberi perawatan kesehatan. Orang yang sakit atau cacat lebih rentan untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosionalnya, sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi klien dari bahaya (Potter & Perry, 2006).

c. Rasa memiliki (belongingness), sosial, dan cinta

Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga mereka dan bahwa mereka diterima

(31)

oleh teman sebaya dan oleh masyarakat. Secara umum kebutuhan cinta dan rasa memiliki meningkat setelah kebutuhan fisiologis dan keselamatan terpenuhi, karena hanya pada saat individu merasa selamat dan aman, individu mempunyai waktu dan energi untuk mencari cinta dan rasa memiliki untuk membagi cinta tersebut dengan orang lain (Potter & Perry, 2006). Kebutuhan cinta dan rasa memiliki merupakan kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, seperti pertemanan, afilasi, interaksi, pernikahan, kerja sama dalam tim (Suarli dan Bahtiar, 2009).

d. Harga diri (self esteem)

Harga diri merupakan kebutuhan untuk menghargai diri sendiri maupun mendapat penghargaan dari orang lain, misalnya adalah pencapaian posisi atau jabatan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manusia memerlukan perasaan stabil terhadap harga diri, maupun perasaan bahwa mereka dihargai oleh orang lain. Kebutuhan harga diri ini berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Manusia juga membutuhkan penghargaan atau apresiasi dari orang lain. Pada saat kedua kebutuhan ini terpenuhi, seseorang merasa percaya diri dan berguna, dan apabila kebutuhan harga diri dan penghargaan dari orang lain

(32)

tidak terpenuhi, individu mungkin merasa tidak berdaya dan merasa rendah diri (Maslow, 1970 dalam Potter & Perry, 2006).

e. Aktualisasi diri (self actualization)

Aktualisasi diri menurut Suarli dan Bahtiar (2009) adalah kebutuhan untuk bisa memaksimumkan kemampuan, keahlian, dan potensi diri, misalnya dalam menghadapi tantangan kerja. Maslow (1970) dalam Potter & Perry (2006) mengemukakan bahwa aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam hirarki kebutuhan manusia. Menurut teori, pada saat manusia sudah mampu memenuhi seluruh kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah dan hal tersebut melalui aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi mereka yang paling maksimal. Kebutuhan saat ini, lingkungan dan tekanan bergantung pada seberapa baik manusia memenuhi kebutuhan aktualisasi diri mereka. Aktualisasi diri mungkin terjadi pada saat ada keseimbangan antara kebutuhan klien, tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan (Potter & Perry, 2006). Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat

(33)

memberikan perawatan. Selama hidup yang dialami, kebutuhan dasar manusia seorang individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi sebagian, atau terpenuhi seluruhnya. Menurut teori Maslow, seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang beresiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia (Potter & Perry, 2006). 2.1.2.3 Jenis-jenis Motivasi

Siagian (2012) mengemukakakan bahwa jenis-jenis motivasi dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada individu atau perawat yang berprestasi baik, karena dengan motivasi positif ini semangat kerja perawat akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.

2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada perawat yang pekerjaannya kurang baik, karena dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

(34)

2.1.2.4 Macam-macam Motivasi

Secara umum macam-macam motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2011). 1. Motivasi intrinsik atau internal adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Yang termasuk dalam motivasi intrinsik antara lain: pekerjaan itu sendiri (the work itself), peluang untuk maju (advancement), pengakuan orang lain (recognition), tanggung jawab (responsibility).

2. Motivasi ekstrinsik atau eksternal adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Yang termasuk didalam motivasi ekstrinsik ini antara lain: kompensasi, keamanan kerja, status , kondisi kerja, supervisi, dan hubungan antar manusia. Kelemahan dari moivasi ekstrinsik adalah senantiasa tergantung lingkungan, fasilitas, orang yang mengawasi, sebab kesadaran diri dari individu tersebut belum tumbuh.

2.1.2.5 Tujuan Motivasi

Tujuan pemberian motivasi menurut Siagian (2012) antara lain: 1. Mendorong keinginan dan semangat kerja individu.

(35)

3. Meningkatkan produktivitas kerja individu.

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan individu.

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi individu.

6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. 7. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi individu. 8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan individu.

9. Mempertinggi rasa tanggung jawab individu terhadap tugas-tugasnya.

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan. 2.1.2.6 Ciri ciri motivasi

Ciri ciri orang yang memiliki motivasi menurut Sardiman (2011) antara lain:

1. Tekun menghadapi tugas. 2. Ulet menghadapi kesulitan.

3. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya.

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8. Senang mencari dan memecahkan masalah.

(36)

2.1.3 Kualitas pelayanan 2.1.3.4 Pengertian kualitas

Definisi kualitas berdasarkan sudut pandang tiga pakar kualitas tingkat internasional, yaitu mengacu pada pendapat Crosby, dkk (dalam Yamit, 2005) antara lain :

1. Deming mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.

2. Crosby mempersepsikan kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.

3. Juran mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi, jika dilihat dari sudut pandang produsen.

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Davis dalam Yamit, 2005). Pendekatan yang digunakan Davis ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.

2.1.3.5 Pengertian pelayanan

Pelayanan atau services adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi

(37)

kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak (William J. Stanton dalam Buchari A, 2009). Pelayanan adalah suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata atau tidak dapat diraba yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan (Gronroos dalam Ratminto & Atik, 2008).

2.1.3.6 Pengertian kualitas pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007).

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja / hasil yang dirasakan dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelanggan akan kecewa apabila kinerja dibawah harapan dan pelanggan akan merasa puas bila kinerja sesuai dengan harapan dn juga melebihi harapan (Supranto 2006). Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya

(38)

terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapannya (Kotler, 2009).

2.1.3.7 Dimensi Kualitas pelayanan

Lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah (Zeithaml, dkk dalam yamit, 2005): 1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan telah yang dijanjikan.

2. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

3. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan.

4. Empathy, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

5. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.

Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh Zeithaml, dkk tersebut

berpengaruh pada harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima. Jika kenyataannya pelanggan menerima pelayanan melebihi

(39)

harapannya, maka pelanggan akan mengatakan pelayanannya berkualitas dan jika kenyataannya pelanggan menerima pelayanan kurang atau sama dari harapannya, maka pelanggan akan mengatakan pelayanannya tidak berkualitas atau tidak memuaskan.

Dimensi kualitas pelayanan tersebut dapat dipergunakan untuk mengukur kualitas pelayanan suatu perusahaan jasa. Mengukur kualitas pelayanan menurut berarti mengevaluasi atau membandingkan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Tjiptono, 2007). Untuk model pengukuran, Parasuraman et al., (1988) seperti dikutip Christina (2011) telah membuat sebuah skala multi item yang diberi nama SERVQUAL.

Skala SERVQUAL pertama kali dipublikasikan pada tahun 1988, dan terdiri dari dua puluh dua item pertanyaan, yang didistribusikan menyeluruh pada lima dimensi kualitas pelayanan. Untuk mendapatkan pelayanan yang bagus, kita tidak harus membutuhkan biaya yang mahal. Pelayanan membutuhkan komitmen dan keyakinan dari perusahaan untuk memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen. Semua karyawan yang berhubungan dengan konsumen, harus menganggap diri mereka sebagai duta dari perusahaan. Beberapa kriteria yang mengikuti dasar penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan yaitu: (Schiffman dan Kanuk, 2008).

(40)

1. Keandalan

Merupakan konsistensi kinerja yang berarti bahwa perusahaan menyediakan pelayanan yang benar pada waktu yang tepat, dan juga berarti perusahaan menjunjung tinggi janjinya.

2. Responsif

Merupakan kesediaan dan kesiapan karyawan untuk memberikan pelayanan.

3. Kompetensi

Berarti memiliki kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melayani.

4. Aksesibilitas

Meliputi kemudahan untuk dihubungi. 5. Kesopanan.

Meliputi rasa hormat, sopan, dan keramahan karyawan. 6. Komunikasi

Berarti membiarkan konsumen mendapat informasi yang dibutuhkan dan bersedia mendengarkan konsumen.

7. Kredibilitas.

Meliputi kepercayaan, keyakinan, dan kejujuran. 8. Keamanan.

Yaitu aman dari bahaya, risiko, atau kerugian. 9. Empati.

(41)

10. Fisik

Meliputi fasilitas, penampilan karyawan, dan peralatan yang digunakan untuk melayani konsumen.

2.2 Keaslian Penelitian

Table 2.1 Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Atik

Badi’ah,dkk (2008).

Hubungan motivasi perawat dengan kinerja perawat di ruang awat inap rumah sakit daerah Panembahan Senopati Bantul. Penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional

Ada hubungan yang signifikan antara faktor motivasi internal dan faktor motivasi eksternal secara keseluruhan (p = 0,000) dengan kinerja perawat. Tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara rekan kerja (p=0,051) dengan kinerja perawat. Hasil analisis regresi ganda menunjukkan terdapat hubungan antara faktor motivasi internal dan eksternal (p=0,000) secara keseluruhan dengan kinerja perawat

Dewi Basmala Gatot (2005).

Hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di instalansi rawat inap RSUD Gunung Jati Cirebon.

Penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional

Faktor yang paling berpengaruh dari karakteristik perawat, isi pekerjaan dan linkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat adalah faktor pengembangan karier dengan p = 0,282 (sig 0,000) dan hubungan dengan atasan langsung dengan p = 0,254 (sig 0,000). Fisella Wilfin

Kumajas

Hubungan karakteristik indivdu dengan kinerja perawat di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mangandow. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dari masing-masing karakteristik individu, yaitu umur, pendidikan, masa kerja dan status pernikahan dengan kinerja perawat.

(42)

2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat dibuat kerangka teori yang dapat dilihat dibawah.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Robbins & Judge (2008), Asmadi (2008), Kotler (2009), Hasibuan (2010), Sardiman (2011).

Diteliti :

Tidak diteliti : - - -

Kualitas pelayanan pasien rawat inap Internal: 1. Pekerjaan 2. Peluang kerja 3. Pengakuan orang lain 4. Tanggung jawab Motivasi perawat Karakteristik perawat: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama kerja 5. Status pernikahan Ekternal : 1. Kompensasi (gaji) 2. Prosedur kerja 3. Kondisi kerja 4. Hubungan kerja Karakteristik Psikografi 1. Gaya hidup 2. Kepribadian Karakteristik

(43)

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2

Kerangka konsep penelitian

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hipotesa Nol (H0) adalah tidak ada hubungan antara karakteristik dan

motivasi eksternal perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Hipotesa alternative (Ha) adalah ada hubungan antara karakteristik dan motivasi eksternal perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Kualitas pelayanan pasien rawat inap

(44)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskripsi korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang sudah ada (Arikunto, 2013). Metode pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Melati RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang berjumlah 23 orang. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 23 responden.

(45)

3.2.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013).

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2013). Tehnik pengambilan sampel untuk perawat maupun untuk pasien dalam penelitian ini yang dilakukan di Ruang Rawat Inap Melati RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah tehnik

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Berdasarkan jumlah perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Melati RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang berjumlah 23 orang, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 responden. Sedangkan besar responden pasien yang di rawat di Ruang Melati menyesuaikan jumlah perawat yaitu 23 pasien.

Sampel perawat dalam penelitian ini memiliki kriteria antara lain: Kriteria inklusi:

1. Bersedia menjadi responden 2. Masa kerja lebih dari 4 tahun

(46)

Kriteria Eksklusi:

1. Sedang dalam masa cuti 2. Perawat magang

3. Perawat yang mengikuti pendidikan atau pelatihan saat dilakukan penelitian

Responden pasien dalam penelitian ini memiliki kriteria antara lain: Kriteria Inklusi:

1. Bersedia menjadi responden

2. Lama perawatan minimal 3 X 24 jam 3. Umur lebih dari 14 tahun

4. Dapat membaca dan menulis. Kriteria Eksklusi:

1. Lama perawatan kurang dari 3 X 24 jam 2. Umur kurang dari 14 tahun

3. Pasien dengan kondisi tidak sadar

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015. Jadwal terlampir.

3.3.2 Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Melati RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

(47)

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variable Definisi Alat ukur Parameter Skala

Karakteristik perawat

Ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang perawat yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya

Kuesioner - Nominal

Motivasi eksternal perawat

Dorongan yang mempengaruhi seorang perawat untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara perilakunya dalam memberikan pelayanan yang berasal dari luar dirinya

Kuesioner Baik: skor 37-48 Cukup: skor 27-36 Kurang: skor ≤ 26

Ordinal

Kualitas pelayanan

Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan dari masyarakat atau pasien yang dirawat di Ruang Melati

Kuesioner Baik: Skor 125-165 Cukup:skor 92-124 Kurang: skor ≤ 91

Ordinal

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Arikunto, 2013).

1. Instrumen untuk karakteristik perawat

Instrument yang digunakan untuk mengetahui karakteristik perawat adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari enam pertanyaan berdasarkan karakteristik individu yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, lama bekerja dan status kepegawaian.

(48)

2. Instrumen untuk motivasi eksternal perawat.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi eksternal perawat adalah kuesioner. Data tentang motivasi eksternal perawat diperoleh dengan mengukur menggunakan kuesioner yang berjumlah 16 item pertanyaan yang meliputi 4 pertanyaan tentang gaji, 4 pertanyaan tentang kondisi kerja, 4 pertanyaan tentang hubungan kerja dan 4 pertanyaan tentang prosedur kerja. Jawaban meliputi S bila setuju, R bila ragu-ragu dan TS bila tidak setuju. Skor untuk masing masing pertanyaan adalah skor 1 untuk TS, skor 2 untuk R, dan skor 3 untuk S. Dari hasil kuesioner ini akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu motivasi perawat kategori baik skor 37-48, kategori cukup bila skor 27-36, dan kategori kurang bila skor ≤ 26.

3. Instrumen untuk kualitas pelayanan pasien rawat inap

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan pasien rawat inap adalah kuesioner. Data tentang kualitas pelayanan pasien rawat inap diperoleh dengan mengukur menggunakan kuesioner yang berjumlah 33 item pertanyaan yang meliputi 8 pertanyaan tentang

tangibility (bukti fisik), 9 pertanyaan tentang reliability (kehandalan),

5 pertanyaan tentang responsiveness (ketanggapan), 6 pertanyaan tentang assurance (jaminan), dan 5 pertanyaan tentang empaty (perhatian). Jawaban meliputi STB bila sangat tidak baik, TB bila tidak baik, KB bila kurang baik, B bila baik dan BS bila baik sekali. Skor untuk masing masing pertanyaan adalah skor 1 = sangat tidak baik, 2 =

(49)

tidak baik, 3 = kurang baik, 4 = baik, 5 = baik sekali. Dari hasil kuesioner ini akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu kualitas pelayanan kategori baik bila skor 125-165, kategori cukup bila skor 91-124, dan kategori kurang baik bila skor ≤ 91.

3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas

Menurut Nursalam (2013), validitas (kesahihan) menyatakan apa adalah yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas (keandalan) adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda.

Untuk uji validitas butir kuesioner motivasi eksternal perawat dan kualitas pelayanan pasien rawat inap, digunakan tekhnik korelasi pearson

product moment, dengan rumus :

(

)( )

(

)

{

N. X2 X 2

}

{

N. Y2

( )

Y 2

}

Y X XY N rxy å -å å -å å å -å = Dimana : rxy = koefisien korelasi

∑X = jumlah skor item ∑Y = jumlah skor total (item) N = jumlah responden

Untuk mengetahui validitasnya adalah dengan membandingkan hasil rhitung

dengn tabel product moment. Bila rhitung lebih besar dari rtabel, maka

(50)

lebih kecil dari rtabel, maka pertanyaan tersebut tidak valid dan harus diganti,

diperbaiki atau dihilangkan.

Sedangkan untuk menguji reliabilitas butir angket kuesioner motivasi eksternal perawat dan kualitas pelayanan pasien rawat inap digunakan rumus

alpha cronbach yaitu :

r11 = ÷÷ ø ö ç ç è æ -S ÷ ø ö ç è æ - 2 2 2 1 t t b k k

s

s

s

Dimana : r11 = reliabilitas

k = banyaknya butir pertanyaan ∑ s2

b = jumlah varian butir

s2

t = varian total

Menurut Riwidikdo (2013), instrumen dianggap reliabel jika nilai alpha minimal 0,70.

Hasil uji validitas kuesioner motivasi eksternal perawat yang sudah dilakukan pada 21 orang responden di Ruang Mawar RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen diperoleh r hitung 0,558-0,824 dan r tabel 0,433 dalam taraf signifikan 0,05 sehingga menunjukkan bahwa seluruh butir soal r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir soal motivasi eksternal perawat dapat dinyatakan valid (hasil selengkapnya terlampir).

Hasil uji reliabilitas kuesioner motivasi eksternal perawat pada 21 orang diperoleh nilai alpha sebesar 0,932. Menurut Riwidikdo (2013), instrumen dianggap reliabel jika nilai alpha minimal 0,70. Hasil uji

(51)

reliabilitas kuesioner motivasi eksternal perawat diperoleh hasil nilai alpha 0,932 menunjukkan bahwa nilai alpha lebih besar dari 0,70, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian motivasi eksternal perawat tersebut reliabel (hasil selengkapnya terlampir).

Hasil uji validitas kuesioner kualitas pelayanan pasien rawat inap yang sudah dilakukan pada 21 orang responden di Ruang Mawar RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen diperoleh r hitung 0,546-0,905 dan r tabel 0,433 dalam taraf signifikan 0,05 sehingga menunjukkan bahwa seluruh butir soal r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir soal kualitas pelayanan pasien rawat inap dapat dinyatakan valid (hasil selengkapnya terlampir).

Hasil uji reliabilitas kuesioner kualitas pelayanan pasien rawat inap pada 21 orang diperoleh nilai alpha sebesar 0,982. Menurut Riwidikdo (2013), instrumen dianggap reliabel jika nilai alpha minimal 0,70. Hasil uji reliabilitas kuesioner kualitas pelayanan pasien rawat inap diperoleh hasil nilai alpha 0,982 menunjukkan bahwa nilai alpha lebih besar dari 0,70, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian kualitas pelayanan pasien rawat inap tersebut reliabel (hasil selengkapnya terlampir).

3.5.3 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013). Untuk kuesioner karakteristik perawat,

(52)

motivasi eksternal perawat dan kualitas pelayanan pasien rawat inap sebelum dilakukan pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner, peneliti memberi penjelasan tentang cara-cara pengisisan kuesioner kemudian membagikan kepada responden dan diisi saat itu juga sehingga data yang diperoleh adalah data primer.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan :

1. Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner karakteristik perawat, motivasi eksternal perawat dan kualitas pelayanan pasien rawat inap. 2. Data sekunder yaitu data yang didapatkan secara tidak langsung dari

obyek atau subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data di rekam medik dan data dari bidang keperawatan yang relevan yang mendukung penelitian ini.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Menurut Narbuko, C. (2007), setelah data-data hasil dari kuesioner dikumpulkan kemudian diolah melalui tahap-tahap :

(53)

1. Editing

Meneliti kuesioner yang telah diberikan, kelengkapan jawabannya untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban.

2. Coding

Memberikan kode angka pada alat penelitian atau kuesioner untuk memudahkan dalam analisis data.

3. Transfering

Memindahkan jawaban atau kode jawaban ke dalam media tertentu. Dalam hal ini memindahkan data dari kuesioner kedalam komputer dengan program excel.

4. Tabulating

Merupakan kegiatan menyusun data dalam bentuk tabel. 5. Entry data

Memasukkan data dengan cara manual atau melalui pengolahan program komputer, baik menggunakan program excel maupun program

spss.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data hasil penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai berikut:

a. Analisis univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk frekuensi yang

(54)

dinarasikan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini distribusi frekuensi terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, lama bekerja, status kepegawaian, motivasi eksternal perawat dan kualitas pelayanan pasien rawat inap.

b. Analisa bivariat terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi yaitu karakteristik perawat dengan kualitas pelayanan pasien rawat inap dan motivasi eksternal perawat dan kualitas pelayanan pasien rawat inap di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Kendal Tau

( )

t . Korelasi Kendal Tau

digunakan untuk mencari hubungan dan menguji antara dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau rangking (Riwidikdo, 2013). Rumus dasar yang bisa digunakan adalah sebagai berikut :

(

)

2 1 -N N B å -A å = t Keterangan:

t

= Koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya

(

-1<0<1

)

A

å = Jumlah rangking atas B

å = Jumlah rangking bawah N = Jumlah anggota sampel

Menurut Sugiyono (2007), nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua

(55)

variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,200 - 0,399 = rendah 0,400 - 0,599 = sedang 0,600 - 0,799 = kuat 0,800 - 1,000 = sangat kuat 3.7 Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data dilakukan dengan menekankan etika yang mengacu pada:

1. Lembar persetujan (inform consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek atau responden yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian jika calon responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus mengisi lembar persetujuan tersebut, namun apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksakan dan tetap menghormati hak-hak responden.

(56)

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (lembar kuesioner) cukup dengan memberikan kode pada masing-masing lembar kuesioner tersebut. 3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset atau hasil dari penelitian.

(57)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen

RSUD Sragen didirikan pada tahun 1958 berklasifikasi type D. pada tahun 1995 RSUD Sragen menjadi tipe C yang tertuang dalam SK Bupati Sragen Nomor: 445/461/011/1995 dan pada tahun 1999 menjadi RSUD Swadana yang tertuang dalam Perda Nomor 7 Tahun 1999. Pada tahun 2011 telah menyelesaikan akreditasi 12 pokja pelayanan menjadi type B rujukan. Saat ini sedang mempersiapkan untuk akreditasi versi 2012.

Jenis pelayanan di RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen meliputi: rawat jalan (IGD 24 jam, poliklinik), rawat inap, kegawat daruratan, rawat intensif (ICU dan ICCU), pelayanan operasi (one day care), pelayanan penunjang medis (Rehabilitasi Medik/ Fisioterapi, Laboratorium 24 jam, Radiologi 24 jam, Apotik 24 jam), dan haemodialisa.

Pelayanan rawat jalan meliputi Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik PKBRS, Spesialisasi: Penyakit Anak, Penyakit Dalam, Penyakit Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Kulit dan Kelamin, Penyakit Bedah, Penyakit Mata, Penyakit Saraf, Penyakit THT, Paru, Orthopedi, Anestesi, Jantung dan Onkologi serta Konsultasi Gizi. Pelayanaan rawat inap meliputi Bangsal Wijaya Kusuma (Bangsal VIP dan SVIP), Teratai, Mawar, Tulip, Aster, Sakura, Anggrek, Melati dan Cempaka. Selain itu juga terdapat bangsal ICU, ICCU serta bangsal khusus untuk Perinatologi.

(58)

Pelayanan penunjang medis meliputi Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium Klinik, Instalasi Bedah Sentral (IBS), Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah sakit (IPSRS), Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Radiologi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Pemulasaraan Jenazah

RSUD Kabupaten Sragen tahun 1953 dengan jumlah tempat tidur sekitar 75. Sejak tahun 1960, merupakan tipe D dengan tempat tidur sekitar 100. Tahun 1993 ditingkatkan tipenya menjadi tipe C dengan jumlah tempat tidur 174 dan pada tahun 2007 rumah sakit ini sudah memiliki 199 tempat tidur. Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien, ada penambahan jumlah tempat tidur sehingga sampai sekarang menjadi 319 tempat tidur.

Ruang Melati merupakan ruang rawat inap yang merawat pasien penyakit dalam kelas III. Kapasitas tempat tidur sebanyak 72 buah.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Uji Univariat

Hasil uji univariat memberikan deskripsi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, motivasi eksternal perawat dan kualitas pelayanan pasien rawat inap.

(59)

4.2.1.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Desember 2015 (n = 23)

No Jenis kelamin Jml % 1. 2. Laki-laki Perempuan 5 18 21,7% 78,3% Total 23 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki, dimana perempuan 18 responden (78,3%), sedangkan laki-laki 5 responden (21,7%).

4.2.1.2 Karakteristik responden berdasarkan umur

Karakteristik responden berdasarkan umur terdapat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Umur di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Desember 2015 (n = 23)

No Umur Jml % 1. 2. 3. 4. 26 – 30 Thn 31 – 35 Thn 36 – 40 Thn 41 – 45 Thn 4 6 11 2 17,4% 26,1% 47,8% 8,7% Total 23 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berusia 26-30 tahun sebanyak 4 responden (17,4%), 31-35 tahun sebanyak 6 responden (26,1%), 36-40 tahun sebanyak 11 responden (47,8%), dan 41-45 tahun sebanyak 2 responden (8,7%).

(60)

4.2.1.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yaitu :

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Desember 2015 (n = 23)

No Pendidikan Jml % 1. 2. DIII S1 16 7 69,6% 30,4% Total 23 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 mengenai tingkat pendidikan terlihat bahwa 16 responden (69,6%) berpendidikan DIII, dan 7 responden (30,4%) berpendidikan S1.

4.2.1.4 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja yaitu:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Lama Bekerja di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Desember 2015 (n = 23)

No Lama Bekerja Jml % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1-5 Thn 6-10 Thn 11-15 Thn 16-20 Thn 21-25 Thn 26-30 Thn 5 10 2 5 0 1 21,7% 43,5% 8,7% 21,7% 0% 4,3% Total 23 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa 5 responden (21,7%) memiliki masa kerja 1-5 thn, 10 responden (43,5%) memiliki masa kerja 6-10 thn, 2 responden (8,7%) memiliki masa kerja 11-15 thn, 5 responden (21,7%) memiliki masa kerja 16-20 thn, 0 responden (0%) memiliki masa kerja 21-25 thn, dan 1 responden (4,3%) memiliki masa kerja 26-30 thn.

(61)

4.2.1.5 Karakteristik responden berdasarkan status kepegawaian Karakteristik responden berdasarkan status kepegawaian yaitu:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Desember 2015 (n = 23)

No Status Kepegawaian Jml % 1. 2. PNS BLUD 15 8 65,2% 34,8% Total 23 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa 15 responden (65,2%) memiliki status kepegawaian sebagai PNS dan 8 responden (34,8%) memiliki status kepegawaian sebagai tenaga BLUD.

4.2.1.6 Motivasi eksternal responden

Motivasi eksternal responden antara lain: Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Motivasi Eksternal di Ruang Melati RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Desember 2015 (n = 23)

No Motivasi Jml % 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 16 5 2 69,6% 21,7% 8,7% Total 23 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai motivasi eksternal baik yaitu sebanyak 16 responden (69,6%). Sedangkan yang mempunyai motivasi eksternal cukup 5 responden (21,7%), dan yang mempunyai motivasi eksternal kurang 2 responden (8,7%).

Gambar

Table 2.1 Keaslian Penelitian
Gambar  2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

[r]

a) First Person Shooter (FPS), sesuai judulnya game ini mengambil pandangan orang pertama pada gamenya sehingga seolah-olah kita sendiri yang berada dalam game

untuk identifikasi bakteri genus Pantoea adalah medium Hugh-Leifson (HL), medium ini digunakan untuk mengetahui isolat yang mampu menghasilkan glukosa secara

Perlu dilakukan kajian yang sama mengenai jenis logam berat lain yang ada di perairan Waai Ambon yang terdapat pada tumbuhan lamun ( Halophila ovalis )

Nuoret kokivat TE-toimiston palvelun kielteisenä, sillä toimistossa korostettiin työttömän omaa vastuuta työttömyyden ratkaisemiseksi, mutta sanktioiden uhalla tarjotut vaihtoehdot

Data multivariat, dari ketiga faktor (Stres, hiperglikemi, lama menderita diabetes) yang paling berpengaruh terhadap nyeri neuropati diabetik adalah faktor stress dengan nilai p-

komputer terdiri dari beberapa komputer yang terhubung.. menggunakan beberapa jenis interface,

Penggunaan bahasa JavaScript biasanya untuk memperindah tampilan suatu website yang tampak kaku akibat penggunaan HTML saja. JavaScript dapat juga digunakan untuk membuat