• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LADASAN TEORI. Rahn secara etimologis, berarti tsubut (tetap) dan dawam (kekal,terus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LADASAN TEORI. Rahn secara etimologis, berarti tsubut (tetap) dan dawam (kekal,terus"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II LADASAN TEORI A. GADAI (RAHN)

1. Pengertian Gadai (Rahn)

Rahn secara etimologis, berarti tsubut (tetap) dan dawam (kekal,terus menerus). Dikatakan ma’rahin artinya air yang diam (tenang). Ni’Mah rahinah, artinya nikmat yang terus menerus/kekal. Ada yang mengataka bahwa rahn adalah habs (menahan) berdasarkan firman Allah QS.Al-mudatsir (74): 38:

سْفَن ُّلُك ’ اَمِب ةَنيِهَر ْتَبَسَك

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang diperbuat”

Makna ini lebih dekat dengan makna yang pertama (yakni tetap), karena sesuatu tertahan itu bersifat tetap di tempat.

Adapun Rahn secara terminologis adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan utang itu dilunasi (dikembalikan), atau dibayarkan harganya jika tidak dapat mengembalikannya.

Menurut Bank Indonesia, rahn adalah akad penyerahan barang harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang.1

(2)

2. Pengertian rahn menurut para ahli fiqh

a. Sedangkan menurut Imam Abu Zakariya al-Anshari dalam kitapnya fathul Wahhab mendefinisikan rahn ialah menjadikan benda yang bersifat harta sebagai kepercayaan dari suatu utang yang dapaat dibayarkan dari (harga) benda itu bila utang tidak dibayar.

b. Imam Taqiyyuban Abu Bakar Al-Husaini dalam kitab kifayatul ahyar fii halli ghayati Al-ikhtisar berpebdapat bahwa definisi Rahn adalah Akad/perjanjian utang piutang dengan menjadikan harta sebagai kepercayaan/penguat utang dan member pinjaman berhak menjual barang yang digadaikan itu pada saat ia menuntut haknya. Lebih lanjut Imam taqiyuban mengatakan bahwa barang-barang yang dapat dijadikan jaminan utang adalah semua barang yang dapat dijual belikan. Artinya semua barang yang dapat dijual itu dapat digadaikan.

c. Menurut Syafi’I Antonio, rahn adalaha menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

d. Menurut sayyid sabiq, rahn adalah menjadikan barang berharga menurut pandangan syara’ sebagai jamina utang.

e. Menurut Muhammad rawwas Qal’ahji penyusun buku Ensiklopedia Fiqh Umar Bin Khatab r.a rahn adalah menguatkan utang dengan jaminan utang.

f. Menurut Masjfuq Zuhdi rahn adalah perjanjian atau akad pinjam meminjam dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan utang.

(3)

g. Menurut Nasrun Haroen, rahn adalah perjanjian menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin 2dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik keseluruhannya ataupun sebagiannya.

Sebagaimana telah di jelaskan di atas, bahwa rahn adalah menjadikan barang berharga sebagi jaminan utang. Dengan begitu jamina tersebut berkaitan erat dengan utang piutang dan timbul dari padanya. Sebenarnya pemberian utang itu merupakan suatu tindakan kebajikan untuk menolong orang yang sedang dalam keadaan terpaksa dan tidak mempunyai uang dalam keadaan kontan. Namun untuk ketenangan hati, pemberi utang memberikan suatu jaminan, bahwa utang itu akan di bayar oleh yang yang berutang. Untuk maksud itu pemilik uang boleh meminta jaminan dalam bentuk barang berharga.

3. Dasar hukum rahn

Rahn (gadai) hukumnya boleh berdasarkan dalil Al-quran, Hadits, dan Ijma’

1. Dalil Al-Quran adalah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 283                                       2

(4)

Artinya:

“jika kalian dalam perjalanan (bermuamalah tidak secara tunai), sedangkan kalian tidak mendapatkan seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikan, sesungguhnya ia adalah oran yang berdosa hatinya dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ”

Ayat di atas merupakan dalil bahwa gadai diperbolehkan dalam perjaanan atau tidak dalam perjalanan. Penyebutan gadai dalam perjalan hanyalah sebagai contoh umum, karena dalam perjalanan biasanya tidak ada penulis atau saksi.

2. dasar hadits diantaranya adalah hadits yang bersumber dari Aisyah r.a.:”

لَجَأ ىلِإ ٍّيِد ْوُهَي ْنِم اًماَعَط ىَرَتْشا َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله َّلَص ِالله ُل ُسَر َّنَأ ْنِم اًعْرِد ُهَنَهَرَو

دْيِدَح

Bahwa Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dan beliau mengadaikan baju besinya kepadanya. (HR. Bukhari-muslim).

(5)

3. Hadist anas: ل اَق سَنَأ ْنَع : ْرِد مَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلوُسَر َنَهَر ُهْنِم َذَخ َأَو ِةَنْيِدَمْلاِب ّيِدْوُهَي َدْنِع اًع ِهِلِهَ ِلِ اًرْيِعَش

Dari Anas ia berkata: Rasulullah Saw menggadaikan baju perang kepad seorang yahudi di Madinah, dan dari orang yahudi itu beliau mengambil sya’ir (jagung) untuk keluarganya. (HR. Ahmad, Al-Bukhari, nasa’i dan Ibnu Majah)

Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa gadai (rahn) hukumnya dibolehkan, baik bagi orang yang sedang dalam perjalanan maupun orang yang tinggal di rumah. Meman dalam suarat Al-baqarah ayat 283 gadai di kaitkan dengan safar

4. Dasar ijma’ adalah bahwa kaum muslim sepakat diperbolehkan rahn (gadai) secara syariat tetapi tidak diwajibkan, sebab gadai hanya

4. Rukun dan syarat Rahn

1. Rukun Rahn (gadai) ada lima yaitu,

a. Adanya barang yang akan digadaikan (marhun) b. Murtahin (penerima barang)

c. Rahin (pemilik barang) d. Marhun bih (utang)

(6)

e. Akad.3

Adapun ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun rahn itu hanya ijab dan Kabul. Di samping itu, menurut mereka untuk sempurna dan mengikat akad rahn ini, maka diperlukan adanya penguasaan barang oleh pemberi utang. Adapun kedua orang yang melakukan akad (rahin dan murtahin), harta dijadikan jaminan (marhun) dan hutang (marhun bih) menurut ulama hanafiyah hanya termasuk syarat-syarat rahn, bukan rukunnya.

2. Syarat Rahn

Adapun syarat-syarat rahn, menurut ulama fiqh menyusunnya sesuai dengan rukun rahn itu sendiri. Dengan demikian syarat-syarat rahn adalah

a. Syarat yang terkait dengan orang berakad (rahin dan murtahin) adalah cakap bertindak hukum, kecakapan bertindak hukum, menurut jumhur ulam adalah orang yang telah baligh berakal. Sedangkan menurut ulama hanafiyah kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan balig, tetapi cukup berakal saja. Oleh sebab itu, menurut mereka anak kecil yang mumayyiz boleh melakukan akad rahn asal mendapat persetujuan dari walinya. b. Syarat yang terkait dengan singhat, ulama hanafiyah berpendapat

dalam akad rahn tidak boleh dikaitkan oleh syarat tertentu. Karena akad rahn sama dengan jual beli. Apabila akad itu dibarengi dengan syarat tertentu maka syaratnya batal sedangkan akadnyan

(7)

sah. Misalnya, orang yang berhutang mensyaratkan apabila tenggang waktu utang telah habis dan utang belum dibayar, maka jaminan atau rahn itu diperpanjang satu bulan. Jumhur ulama mengatakan syarat yang mendukung kelancaran akad, maka syarat itu dibolehkan.

c. Syarta terkait dengan Marhun (barang jaminan/agunan). Para ulama sepakat bahwa apa yang disyaratkan pada marhun adalah:

a. Barang jaminan (marhun) itu dapat dijual dan nilainya seimbang dengan utang. Tidak boleh menggadaikan sesuatu yang tidak ada ketika akad seperti burung yang sedang terbang. Karena hal itu tidak dapat melunasi utang dan tidak dapat melunasi utang dan tidak dapat dijual.

b. Barang jaminan itu bernilai harta, merupakan mal mutaqawwim (boleh dimanfaatkan menurut syariat). Oleh karena itu, tidak sah menggadaikan bangkai, khamar, karena tidak dipadang sebagai harta dan tidak boleh dimanfaatkan menurut islam.

c. Brang jaminan itu jelas dan tertentu.

d. Barang jaminan itu milik sah orang yang berhutang dan berada dalam kekuasaannya.

e. Barang jaminan harus dapat dipilih. Artinya tidak terkait dengan hak orang lain, misalnya harta sepikat, harta pinjaman, harta titipan, dan sebagainya.

(8)

f. Barang jaminan harus itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran di beberapa tempat tidak terpisah dari pokoknya, seperti tidak boleh menggadaikan buah diatas pohon tanpa menggadaikan pohonnya, atau menggadaikan setengah rumah pada satu rumah atau seperempat mobil dari satu buah mobil.

g. Barang jaminan itu dapat diserahterimakan, baik materinya maupun manfaatnya. Apabila barang jaminan itu berupa benda tidak bergerak, sepert rumah dan tanah, maka surat jaminan tanah dan surat-surat rumah yang dipegang oleh pemberi utang diserahkan kepada pemegang jaminan (murtahin).4

d. Syarat yang terkait dengan utang (marhun bih)

 Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada yang member hutang

 Utang itu boleh dilunasi dengan jaminan,

 Utang itu jelas dan tertentu

a. Syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jamina (marhun), menurut ulama fiqh syarat-syaratnya adalah:

 Barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang

 Berharga dan boleh dimanfaatkan

 Jelas dan tertentu

4

Rozalinda, fikih ekonomi syariah prinsip dan implementasinya pada sector keuangan

(9)

 Milik sah orang yang berutang

 Tidak terkait dengan hak orang lain

 Merupakan harta utuh.

 Boleh di serahkan baik materinya maupun manfaatnya.5

5. Fatwa DSN MUI tentang Rahn (Gadai)

Fatwa tentang Rahn (Gadai) adalah fatwa DSN-MUI No: 25 tahun 2002

DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Fatwa

Dewam Syariah Nasional Tentang

RAHN

Menimbang:

a. Bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang.

b. Bahwa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya. c. Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu

(10)

menetapkan fatwa untuk dijadikan pedoman tentang Rahn, yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang.

mengingat :

1. Dalil Al-Quran adalah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 283

َو ُهَتَناَمَا ىِذَّلاِدَؤُيْلَف اًضْعَب َنِمَا ْنِاَف ىق ةَضْوُبْقَّم نهِرَفاَكاْوُدِجَت ْمَلَّو رَفَس لَع ْمُتنُك ْنِاَو ِِ َّتَيْل

ْعَتاَمِب ُاللهَو ُهُبْلَق مِثآ ُهَّنِاَف اَهْمُتْكَّيْنَمَو َةداَهَّشلااوُمُتْكَتَلاَو ُهَّبَر َالله

ْوُلَم sمْيِلَع َن

Dan apabila kamu dalma perjalanan sedang kamu tidak memperoleh seorang juru tulis maka henda lah ada barang tanggungan yang dipegang.

2. Hadits Nabi riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah r.a., ia berkata:

ُالله َّلَص ِالله ُل ُسَر َّنَأ دْيِدَح ْنِم اًع ْرِد ُهَنَهَرَو لَجَأ ىلِإ ٍّيِد ْوُهَي ْنِم اًماَعَط ىَرَتْشا َمَّلَسَو ِهْيَلَع

` “sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan dengan

berutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya

3. Hadits Nabi Riwayat al-syafi’I, al-Daraquthni, dan ibnu Majah dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:

ُهَنَهَر ْيِذَّلا ِهِبِحاَص ْنِم ُنْه َّرلا ُِ َلْغَيَلا ,

ُهُمْرُغ ِهْيَلَعَو ُهُمْنُغ ُهَل

“tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikan. Ia memperoleh manfaat dan menaggung risikonya.

(11)

4. Hadits Nabi Riwayat Jema’ah, kecuali Muslim dan al-Nasa’i, Nabi SAW bersabda: اًن ْوُه ْرَم َناَك اَذِإ ِهِتَقَفَنِب ُبَكْرُي ُرْهَّظلا , اًن ْوُه ْرَم َناَك اَذِإ ِهِتَقَفَنِب ُبَرْشُي ِّرَّدلا ُنَبَلَو , َّلا ىَلَعَو ْيِذ ُةَقَفَّنلا ُبَرْشَيَو ُبَكْرَي

“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggunkan kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biata perawatan da pemeliharaan.

5. Ijma’ : Para ulama sepakat membolehkan akad Rahn (Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1986, V:181)

6. Kaidah Fiqh:

اَهِمْيِرْحَت ىَلَع لْيِلَد َّلُدَي ْنَأ َّلاِإُةَحاَبِءْلاا ِتَلاَماَعُمْلا يِف ُلْص َلِا

“pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannnya

. Memerhatikann:

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :FATWA TENTANG RAHN

Pertam a : Hukum

Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dlam bentuk rahn dibolehkan dengan dengan ketentuan sebagai berikut

(12)

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. pada prinsipnya, marhun tidak bleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar penggati biaya pemeliharaan dan perawatan.

3. Pemeliharaan dan penyimpana marhun pada dasarnya menjadikan kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadikan kewajiban rahin.

4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5. Penjualan marhun

6. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingati rahin untuk segera melunasi utangnya.

7. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

8. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

(13)

9. Kelebiahan hasil penjualan menjadikan milik rahin dan kekurangannya menjadi rahin

Kedua : Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewjibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui Bada Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di keudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya

Berbicara tentang Rahn, padam masa saat ini banyak masyarakat menjadikan emas sebagai objek Rahn untuk mendapatkan dana pinjaman Oleh karena itu Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa DSN MUI tentang Gadai Emas

DEWAN SYARIAH NASIONAL

MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA

DEWAN SYARIAH NASIONAL No: 26/DSN-MUI/III/2002

Tentang RAHN EMAS

(14)

a. Bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah Rahn, yaitu menahan barang barang barang sebagai jaminan atas hutang.

b. Bahwa bank syariah perlu merespon, kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya.

c. Bahwa masyarakat pada umumnya telah lazim menjadikan emas sebagai barang berharga yang disimpan dan menjadikannya objek rahn sebagai jaminan utang untuk mendapat pinjaman uang.

d. Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang hal itu untuk dijadikan pedoman.

Mengingat:

1. Dalil Al-Quran adalah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 283

َو ُهَتَناَمَا ىِذَّلاِدَؤُيْلَف اًضْعَب َنِمَا ْنِاَف ىق ةَضْوُبْقَّم نهِرَفاَكاْوُدِجَت ْمَلَّو رَفَس لَع ْمُتنُك ْنِاَو ِِ َّتَيْل

َةداَهَّشلااوُمُتْكَتَلاَو ُهَّبَر َالله مْيِلَع َن ْوُلَمْعَتاَمِب ُاللهَو ُهُبْلَق مِثآ ُهَّنِاَف اَهْمُتْكَّيْنَمَو

2. Hadits Nabi riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah r.a., ia berkata:

َو لَجَأ ىلِإ ٍّيِد ْوُهَي ْنِم اًماَعَط ىَرَتْشا َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله َّلَص ِالله ُل ُسَر َّنَأ ُهَنَهَر

(15)

` “sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya

3. Hadits Nabi Riwayat al-syafi’I, al-Daraquthni, dan ibnu Majah dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:

ُهَنَهَر ْيِذَّلا ِهِبِحاَص ْنِم ُنْه َّرلا ُِ َلْغَيَلا ,

ُهُمْرُغ ِهْيَلَعَو ُهُمْنُغ ُهَل

“tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikan. Ia memperoleh manfaat dan menaggung risikonya.

4. Hadits Nabi Riwayat Jema’ah, kecuali Muslim dan al-Nasa’i, Nabi SAW bersabda:

اًن ْوُه ْرَم َناَك اَذِإ ِهِتَقَفَنِب ُبَكْرُي ُرْهَّظلا , َناَك اَذِإ ِهِتَقَفَنِب ُبَرْشُي ِّرَّدلا ُنَبَلَو اًن ْوُه ْرَم , ُةَقَفَّنلا ُبَرْشَيَو ُبَكْرَي ْيِذَّلا ىَلَعَو

“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggunkan kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biata perawatan da pemeliharaan. 5. Ijma’ : Para ulama sepakat membolehkan akad Rahn

(al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1986, V:181) 6. Kaidah Fiqh:

اَهِمْيِرْحَت ىَلَع لْيِلَد َّلُدَي ْنَأ َّلاِإُةَحاَبِءْلاا ِتَلاَماَعُمْلا يِف ُلْص َلِا

“pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannnya.

(16)

Memerhatikan:

1. Rahn Emas dibolehkan berdasrkan prinsip rahn.

2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).

3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyta-nyata diperlukan.

4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah.

B. Akad lain yang terdapat dalam Gadai Emas. 1.Akad Qardh

Menurut Syafi’I Antonio, qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali, atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.6

Menurut bank Indonesia, qardh adalah akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinajaman.

Akad Qardh dikalangan perbankan syariah dinamakan dengan al-qardh al-hasan, yakni pinjaman pinjaman social yang diberikan secara lunak kepada nasabah yang mengelola usaha kecil tanpa pengambilan imbalan apa pun dari pinjaman tersebut. akad qardh

6

Muhammad syafi’I Antonio,perbankan syariah dari teori ke praktik,(Jakarta,gema insane,2001), cet-1, hal-131

(17)

dalam gadai emas digunakan untuk pengikat pembiayaan yang di berikan oleh Bank.

Adapun landasan Syar’i tentang qardh ialah QS.al-hadiid.(57): 11

مْيِرَك رْج َا ُهَل ُهَفِعَضُيَف اًنَسَح اًضْرَق َالله ُض ِرْقُي يِذَّلااَذ ْنَم

“siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik maka Allah akan melipatkan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”

Ibnu Mas’hud meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang Muslim (mereka) yang meminjamkan muslim

(lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqah.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi). Dari anas bin Malik Rasulullah Saw bersabda,

“aku melihat pada waktu malam di-isra’kan, pada pintu surga tertulis: shadaqah dibalas 10 kali lipat dan qardh 18 kali. Aku bertanya, ‘wahai jibril, mengapa qradh lebih utama dari sedekah?’ Ia menjawab, ‘karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjamkan tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.” (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi)

Ayat Al-Quran dan Hadits tersebut menjelaskan bahwa akad Qardh merupakan perwujudan untuk membantu sesama

Adapun fatwa DSN-MUI tentang qardh adalah fatwa DSN-MUI No:19

(18)

Pertama: ketentuan umum al-qardh

1. Al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah

(muqtaridh) yang memerlukan.

2. Nasabah al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati

3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah

4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.

5. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagaimana atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:

a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau

b. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

2.Akad ijarah

Akad ijarah adalah akad sewa-menyewa atau upah , ijarah berasal dari kata qiru yang artinya menurut bahassanya ialah al-‘iwadh yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah. Akad Ijarah digunakan untuk pengikat pemanfaatan jasa penyimpanan dan pemeliharaan emas sebagai jaminan pembiayaan nasabah.

(19)

Melalui akad ijarah ini dimugkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang milik nasabah yang telah melakukan akad. Pihak pegadaian syariah memperoleh keuntungna dari bea sewa tempat yang di pungut dan bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman.7

Adapun dasar hukum ijarah di dalam Quran dalam surat Al-Thalaq: 6

َّنُهَر ْوُج ُا َّنُه ْوُتَأَف ْمُكَل اَنْعَض ْرَا ْنِإَف

“Jika meraka telah menyusukan anakamu, maka berilah upah mereka”

Hadits yang menjadi dasar hukum akad ijarah adalah hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Majah

ُهُقُرُع َفِجَّي ْنَا َلْبَق ُه َرْج َا َرْيِج َلِاا وُطُعُأ

“berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya kering” Fatwa DSN-MUI tentang ijarah adalah fatwa DSN No.9

a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak)

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang bersifat ringan (tidak materil).

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit kerdil pisang dapat disebabkan oleh infeksi virus yang berbeda yaitu Banana bunchy top virus (BBTV) atau Abaca bunchy top virus (ABTV).. Kedua virus tersebut ditularkan

Hal tersebut menggambarkan bahwa pengaruh dari Motivasi Intrinsik (X1) dan Motivasi Ekstrinsik (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Z) terbukti pengaruhnya secara tidak langsung

Akhirnya dengan tertatih saya bisa bangkit.ditambah lagi setelah anak adik saya lahir, saya menjadi lebih terhibur... saya sayang sama dia, seperti anak

Disarankan agar bank dalam mengelola layanan internet banking lebih meningkatkan pengembangan dan penggunaan produk internet banking dengan orientasi pada nasabah yang

My Super Hero and My Wonder Woman, Ayah Mama yang kuat senantiasa sabar membimbing, mendidik, memotivasi, mendampingi, mengarahkan, memberikan perhatian,

Data cakupan Jampersal Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2011 sebesar 1214 ibu bersalin, pencapaian tersebut hanya 52,7% dari sasaran ibu bersalin yaitu 2304 ibu

Akhir sekali, nilai-nilai seperti purata setiap aspek tahap kepentingan pelanggan Nuklear Malaysia, purata setiap aspek tahap kepuasan pelanggan Nuklear Malaysia, purata

E. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan secara simultan adalah jumlah SDM yang dilibatkan dalam Tim PTSL, jumlah petugas pengumpul data yuridis yang dilibatkan dalam Tim