• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENANTI BUAH HATI: USAHA DAN DOA YANG TIADA AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENANTI BUAH HATI: USAHA DAN DOA YANG TIADA AKHIR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MENANTI BUAH HATI: USAHA DAN DOA YANG TIADA AKHIR

Assalamu’alaikum Diary…

Diary, hari ini tanggal 10 Juli 2011, tepat 6 tahun sudah kami menikah. Selama itu pula, kami sudah merasakan berbagai aroma kebahagian dan pil pahit kesedihan dalam kebersamaan ini. Mungkin kertas-kertasmu sudah bosan, mendengar curahan hati ini...tapi izin kan saya hari ini kembali menulis kisah kami, bukan.. bukan untuk mengeluh, tapi hanya sekedar lembaran memory tentang penantian panjang kami untuk mendapatkan buah hati…

Diary, dulu, diawal menikah, kami langsung membayangkan, saya akan segera hamil dan memiliki buah hati yang cantik, lucu dan menggemaskan. Sesekali, bahkan kami sudah merancang nama-nama yang baik untuk anak kami nanti.. Namun sayang, hari berganti bulan dan bulan pun berganti tahun... yang kami nanti belum juga kunjung datang..

Akhirnya, setelah setahun belum ada tanda-tanda kalau saya akan hamil, kami mulai sibuk mendatangi beberapa dokter ahli yang ada dikota kami. Beberapa tahapan kami jalani, mulai dari terapi dengan obat penyubur, hidrotubasi, sampai dokter kemudian melalui serangkaian tes darah. Hasilnya saya dinyatakan menderita Polikistik Sindrom Ovarium (PCO).

Diary, sebenarnya PCO ini tidak berbahaya, bahkan menurut dokter, sebagian besar bisa hamil alami. Dulu, sering saya bertanya pada Allah, kenapa saya yang diberi cobaan ini. Saya bukan tergolong penderita berat… hanya ringan saja. Tapi kenapa susah sekali saya hamil? bahkan banyak usaha yang sudah saya lakukan untuk melawan penyakit itu, tapi tetap belum juga ada hasilnya. Berkali-kali saya bertanya kepada Allah dalam doa panjang saya, tapi hal ini malah membuat hati saya semakin sakit.

Bukan hanya pengobatan dokter, pengobatan alternatifpun pernah kami jalani, diary.. Hampir semua sudah kami jalani, mulai dari urut perut, refleksi, minum madu, pucuk kurma, obat tradisional dan lainnya. Tapi semuanya tanpa hasil. Kegagalan demi kegagalan membuat saya menjadi orang yang sangat sensitif. Apalagi adik saya yang baru menikah langsung hamil. Hampir tiap hari saya menangis, apapun yang dikatakan orang yang berhubungan dengan bayi dan kehamilan selalu menyinggung perasaan saya.

Bahkan kata-kata sepupu saya yang berguyon mengatakan “Wah.. nampaknya setiap bayi orang, mau kamu gendong ya !!“, membuat saya tersinggung berat dan beberapa waktu, saya tidak mau

(2)

menggendong anak kecil, lebih-lebih bayi. Belum lagi kata-kata orang yang mengatakan “Oh, belum punya anak ya, berarti Tuhan belum percaya sama kamu” atau “Wah, kok bisa keduluan adeknya, kalah dong sama adek”. Diary, saya tau mungkin mereka tidak bermaksud menyinggung, tapi waktu itu sedih..sekali rasanya. Kata-kata mereka sangat perih, menusuk kehati saya yang paling dalam. Semuanya seperti mengejek saya…

Alhamdulillah, dukungan dan cinta dari suami serta keluarga terdekat menguatkan saya. Suami yang selalu berada disamping dan siap menghibur saya kapanpun saya menangis. Suami saya selalu berkata,.“sayang, gak apa kita belum dikasih, kita bisa berusaha. Asal kita yakin, Allah pasti akan kasih kita”. Orangtua kamipun juga selalu mendukung. Tak pernah mereka menyalahkan atau mengorek-orek apakah salah satu dari kami ada yang salah. Mereka sering menasehati, kami harus selalu berbesar hati karena itu adalah ujian dari Allah buat kami dan setiap usaha yang kami jalani dengan ikhlas, Insya Allah akan mendatangkan pahala.

Diary, akhirnya saya sadar, bahwa hidup kami harus berlanjut. Kasihan suami saya bila saya terus terpuruk. Bukankah kebahagian hakiki itu adalah Allah, Tidak boleh patah dan kehilangan semangat hidup hanya karena belum memiliki keturunan. Harusnya hal itu menjadi penguat saya untuk tetap berusaha, dan mencari jalan lain untuk mendapatkan ridho Nya, agar kebahagian hakiki bisa kami raih.

Akhirnya dengan tertatih saya bisa bangkit.ditambah lagi setelah anak adik saya lahir, saya menjadi lebih terhibur.. saya sayang sama dia, seperti anak saya sendiri. Emosi saya menjadi lebih terkendali. Hari-hari kami menjadi lebih normal. Saya tidak lagi menjadi pemarah dan cengeng.

Kemudian, setelah lebih tenang, kami kembali kedokter. Dokterpun menyarankan untuk kami melakukan program infertilisasi lanjutan. Beliau memberikan 2 alternatif yaitu inseminasi atau bayi tabung. Tapi kedua tersebut tidak ada dikota kami. Saya sempet browsing diinternet, untuk mencari informasi tentang kedua program tersebut.

Singkat cerita, akhirnya kami memilih menjalani program bayi tabung. Waktu itu, kota yang kami pilih adalah Jakarta. Mulailah perjuangan kami selanjutnya, Bolak balik Jakarta ke kota kami untuk konsultasi dan melakukan serangkaian tes kesehatan. Tak ada keluhan atau kekesalan saat menjalankan program tersebut.

Diary, Selama program, sudah tidak terhitung lagi berapa jarum suntik yang masuk ketubuh saya, sehingga saya yang tadinya agak takut jarum suntik, menjadi gak berasa lagi kalo disuntik.

(3)

Bagian terberat dari bayi tabung bagi saya adalah operasi pengambilan telur (OPU) dan proses transfer embrio (ET). Saya sempet diberi oksigen dan infus setelah OPU dan dirawat di rumah sakit setelah transfer embrio karena perut saya kembung, mual dan muntah. Setelah itu semuanya lancar.

Kami harus menunggu 2 minggu untuk mengetahui hasilnya. Selama itu kami terus berdoa dan berharap-harap cemas akan hasilnya. Pada waktunya, pagi-pagi kami pergi ke lab rumah sakit dengan perasaan yang sedikit optimis. Tapi diary, saat kemudian dokter memberikan hasilnya dan menyatakan hasilnya negarif, serasa runtuh pertahanan diri saya. Sedih….sekali. Hanyayang tahu perasaan saya saat itu,. Rasanya perjuangan selama ini menjadi sia-sia.. saya kembali menangis. Namun akhirnya saya sadar, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya.

Kami konsul lagi ke dokter. Saya disuruh tes darah untuk melihat apakah ada kemungkinan adanya antibodi dari diri untuk menolak benda asing yang masuk ke rahim dan juga untuk menguji kekentalan darah. Semua hasil tes darah negatif. Jadi kesimpulan dokter, semua prose baik, namun memang belum diizinkan dari Yang DiAtas.

Tidak berlama-lama dengan kesedihan, kami kembali ke dokter. Alhamdulillah masih ada 3 frozen embrio yang tersisa dari proses bayi tabung kemaren. Oiya, pada saat ET, sempet terlihat polip servick sebesar biji kacang hijau kata dokter. Jadi sebelum ke program selanjutnya, dokter menganjurkan untuk operasi polip dan HSG untuk melihat kembali apakah ada kebuntuan di saluran falopii saya. Setelah operasi Polip dan HSG akhirnya kami memulai program bayi tabung (BT) yang kedua dengan menggunakan frozen embrio.

Diary, ternyata proses program BT dengan frozen embrio ternyata sangat simple. Tidak ada proses OPU dan berbagai suntikan, yang ada hanya ET. karena kondisi saya lebih fit, jadi saya lebih santai menjalani program ini. Berbeda dengan yang sebelumnya, saya tidak melakukan test kehamilan dijakarta. Jadi 2 hari setelah ET saya langsung pulang ke kota saya.

Hari test kehamilanpun tiba, pagi-pagi saya test darah dan urin di sebuah lab dikota saya. Sayang hasilnya tidak bisa ditunggu. Hasil urin bisa diambil jam 12 hari itu juga. Jam 12 karena penasaran, saya telp lab tersebut. Alhamdulillah… Tangan saya gemetar memegang telpon.. hasil test urinnya positip, saya sempet gak bisa ngomong karena senang sekali mendengarnya, karena 2 hari sebelumnya saya sempet test sendiri pake test pack tapi hasilnya negative. Besoknya diberi tahu bahwa hasil test darah nya 215. Sangat bagus menurut dokter.

(4)

Diary, Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari bahagia kami menikmati kehamilan ini. Namun sayang, kebahagian ini tidak berlangsung lama. Pada akhir minggu ke-9 kehamilan, saya harus bolak-balik naik tangga karena suatu urusan. Saya kaget luar biasa karena ternyata ada darah segar dipakaian dalam saya. Saya langsung dibawa ke klinik, dan oleh dokter diharuskan bedrest. Lebih dari 14 hari saya harus bedrest total, semua saya lakukan ditempat tidur. Namun Allah maha berkehendak, Pada minggu ke 11, dokter memvonis bahwa janin saya sudah rusak, karena tidak berkembang (abortus alami). tapi memang belum gugur, sehingga harus dilakukan kuratase. Saya tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaan saya, yang saya tau rasanya sakit…sekali. Sedih, menyesal, berusaha ikhlas tapi susah, semuanya gelap. Saat itu saya hanya bisa berdoa, semoga akan diganti yang lebih baik lagi oleh Allah.

Alhamdulillah, diary, meskipun susah, dalam beberapa minggu saya sudah recovery mental saya. Kemudian suami akhirnya memutuskan kami berdua berangkat melanjutkan sekolah, katanya biar bisa konsen memikirkan yang lain, tidak mikirin anak terus.. saat itu saya setuju aja. Padahal dalam hati saya berkata, “gak papalah.. disanakan kami juga masih bisa berobat”.

Setelah semua urusan sekolah pendaftaran beres, mulailah kehidupan baru kami sebagai seorang student di salah satu universitas di malaysia. Hari-hari kami sibuk dengan membaca jurnal dan menulis paper. Setelah beberapa bulan disini, mulailah saya kembali mencari-cari informasi tentang klinik infertilitas dikota ini. Setelah tanya sana sini dan juga searching di internet, ternyata disini ada klinik yang saya cari.

Kami kemudian mulai konsultasi lagi ke dokter. Dari hasil pemeriksaan, menurut dokter, kondisi kami berdua baik, hanya sedikit PCO. Sama seperti dokter kami terdahulu analisanya. Jadi, awalnya kami hanya diberi obat penyubur dan penurun kadar PCO saja. Dua bulan tidak ada kehamilan alami, dokter menyarankan untuk saya melakukan laparoskopi. Laparoskopi itu seperti pembedahan kecil dirahim, untuk mengetahui apa penyebab saya PCO, dan apakah ada masalah lain dirahim saya.

Alhamdulillah hasil laparoskopi baik, hanya indung telur saya dibuat lubang-lubang kecil, katanya supaya air di indung teluarnya keluar dan sel telur saya bisa berkembang lebih baik.. Setelah laparoskopi, menstruasi saya berangsur normal. Dokter menyarankan untuk menunggu 5 siklus menstruasi untuk melihat kemungkinan adanya kehamilan alami.

Setelah 6 bulan tidak ada kehamilan, dokter menyarankan kami untuk mengikuti program inseminasi. Program inseminasi pun dimulai. Programnya tidak seribet bayi tabung, tapi menurut

(5)

dokter memang persentase keberhasilannya lebih kecil. Namun dokter menganjurkan melewati fase inseminasi dulu sebelum bayi tabung. Jadi awalnya saya disuntik untuk menginduksi pertumbuhan telur, Setelah itu langsung ke proses inti inseminasi. Kemudian tinggal menunggu hasil 3 minggu kemudian.

Namun sayang, sebelum waktu test kehamilan tiba, saya mendapatkan tamu bulanan, dengan kata lain, program kami gagal. Saya sedih ? jelas, sangat sedih.. Waktu itu saya sempat menangis, tapi saya segera ingat.. Allah maha berencana, Insya Allah akan ada kebaikan dibalik ini semua..

Diary, saat ini pun kami masih terus menanti dan kami tidak kapok untuk berusaha dan akan menjalani program-program kehamilan yang dianjurkan oleh dokter selama tidak melanggar syariah agama. Kami berkeyakinan, Allah pasti akan membalas doa-doa dan usaha kami ini dengan sesuatu yang indah pada waktunya. Bila tidak kami temukan di dunia, Insya Allah diakhirat kami akan mendapatkan hal indah tersebut.

Johor 29 Juli 2011 Penulis adalah seorang dosen dan sudah menikah selama 6 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan model tersebut diperoleh variabel yang signifikan terhadap TPAK perempuan Jawa Timur adalah TPAK laki-laki, persentase penduduk miskin, PDRB perkapita, UMK,

Sudiadnyana, Eka, Yudha dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Dengan adanya pembelian barang yang tinggi sehingga harus adanya pengendalian internal yang baik di dalam Hotel Shangri-La Surabaya khususnya dalam siklus

Namun, masih banyak masalah interior yang terdapat pada bangunan Museum Olahraga Nasional yang diantaranya adalah penggunaan tata cahaya yang kurang baik, ruang

Salah satu cara untuk  mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis – garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 -

Dalam aplikasinya di proses pengeringan kayu nilai di ujung-ujung ruas garis atau di sisi-sisi luar persegi panjang tersebut adalah temperatur yang diberikan

“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh

dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami