PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING
BERBASIS PENILAIAN KINERJA TERHADAP KETERAMPILAN
MEMBACAPEMAHAMAN BAHASA INDONESIA SISWA SD KELAS
V GUGUS LETKOL WISNU DENPASAR UTARA
I Wayan Wirasa
1, Ni Nyoman Ganing
2, Gede Meter
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
Email:wirasa_undiksha@yahoo.com
1,nyomanganing@yahoo.co.id
2,gedemeter@g
mail.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesiaantara kelompok yang mengikuti pembelajaran Mastery Learningberbasis penilaian kinerja dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara yang terdiri dari 7 SD Negeri dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 333 orang siswa. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VB SD Negeri 1 Peguyangan yang berjumlah 40 orang siswa dan siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan yang berjumlah 36 orang siswa. Data keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa diperoleh dengan instrument tes keterampilan berbicara yang dilengkapi rubrik penilaian, kemudian dianalisis menggunakan statistik uji-t.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 10,82 ttabel =2,000pada taraf
signifikansi 5% dan dk = 74, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil dari post-test diketahui bahwa rata-rata nilai keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia kelompok eksperimen adalah 77,33 dan kelompok kontrol adalah 56,76. Hal ini berarti rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai kelompok kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia pada pelajaran Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran Mastery Learning berbasis penilaian kinerja dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus letkol Wisnu Denpasar Utara.
Kata-kata kunci: Model pembelajaran mastery learning, penilaian kinerja,
pembelajarankonvensional, keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia.
Abstract
This study aims to determine the differences of Indonesian comprehension reading skillsbetween studentswhofollowedmastery learning model based performance assessment with students who followed the conventional learning at fifth grade elementary school atSD Gugus Letkol Wisnu North Denpasar District, 2013/2014 academic year. This research was a quasi-experimental study with Non-Equivalent ControlGroup Design.The population of this research were all students at fifth grade atSD Gugus Letkol Wisnu North Denpasar District in 2013/2014 academic year consist of 7 elementary schools with 333 students. The samples of this research were VB grade students of SD Negeri 1 Peguyangan with 40 students and the fifth grade students of SD Negeri 12Peguyangan with 36 students. The comprehensionreading skills data obtained by the reading skills test instrument equipped assessment rubric, then the data was analyzed by t-test.
Based on the data analysis, obtained tcount = 10.82 ttable = 2.00 at 5% significance level and df = 74, so H0 is rejected and Ha accepted. The results of the post-test known that the average value of the Indonesian comprehensionreading skills at experimental group speaking skills was 77.33 and the Indonesiancomprehension reading skills at control group was 56.76. This means that the average value of the experimental group higher than the average value of the control group.
It can be concluded that there are significant differences of Indonesian comprehension reading skills between students who followed the mastery learning model based performance assessment with students who followed the conventional learning at fifth grade elementary school students at SD Gugus Letkol Wisnu, North Denpasar.
Keywords: Mastery learning model, performance assessment, conventional learning, Indonesian comprehension reading skills
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Bab VI pasal 17 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa “Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah”. Apabila dimaknai isi dari pasal 17 ayat 1 dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tersebut, pendidikan dasar termasuk sekolah dasar dianggap sebagai fondasi yang memegang peranan penting untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada jenjang ini perlu diletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi tegaknya bangunan pendidikan yang menyeluruh dengan memberikan pendidikan yang berkualitas bagi siswa. Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang pasti dimunculkan di semua jenis jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. DalamBNSP (2006:120) dinyatakan, Bahasa Indonesia memiliki
peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Di sekolah dasar, Bahasa Indonesia sangatlah penting untuk lebih ditekankan karena dalam pelajaran bahasa Indonesia terkandung berbagai keterampilan dasar yang patut dimiliki siswa agar dapat mengembangkan diri pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena ilmu yang akan dipelajaripun tentu akan semakin berkembang.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah khususnya di sekolah dasar tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Sebagian siswa di sekolah dasar masihmengalami kesulitan dalam pelajaran bahasa indonesia. Hal ini disebabkan karena ruang lingkup Bahasa Indonesia cukup luas. Menurut BNSP (2006:120), ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.Selain itu, keberhasilan belajar siswa juga disebabkan oleh berbagai faktor sehingga seorang guru hendaknya dapat membantu kesulitan belajar siswa berpedoman pada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Menurut Sanjaya (2005:50), kualitas pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru. Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran (Susanto, 2013:13). Berdasarkan pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar sisiwa adalah guru. Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk sisiwa pada usia sekolah dasar tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain seperti televisi, radio, dan komputer. Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah strategi pembelajaran yang mencakup model, metode dan teknik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya, penggunaan model pembelajaran yang menoton dan konvensional masih diterapkan secara berulang-ulang oleh sebagian guru dalam proses pembelajaran khususnya di sekolah dasar. Hal tersebut menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran yang kurang variatif, dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran Mastery
Learning.
Wena (2012) menyatakan
Mastery
Learning
adalah
model
pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan unjuk kerja peserta didik
dalam mencapai penguasaan terhadap
kopetensi
tertentu
baik
secara
perseorangan
maupun
kelompok.
Mastery Learning ini menyajikan suatu
cara yang menarik dan ringkas dalam
mencapai suatu pokok bahasa yang
dilakasanakan melalui lima tahapan
yaitu : tahap orientasi, tahap penyajian,
tahap latihan terstruktur, tahap latihan
terbimbing dan tahap latihan mandiri.
Menurut Soryosubroto (2002:102) menyatakan prinsip-prinsip belajar tuntas antara lain sebagai berikut: (1) Memperhatikan perbedaan individu, (2) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan, (3) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, model pembelajaran Mastery Learningmengembangkan proses mengajar yang disesuaikan dengan keragaman sensetivitas indra siswa. Pembelajaran yang menggunakan multi metode akan menghasilkan proses belajar yang bermutu dan relevan. Selain itu Mastery Learning menggunakanprogram perbaikan dan program pengayaan untuk pemerataan hasil belajar sisiwa karena pastinya terdapat perbedaan kecepatan proses belajar setiap sisiwa. “Mastery Learning juga menggunakan prinsip siswa belajar aktif yang memungkinkan sisiwa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sendiri. Selain itu prinsip siswa belajar aktif dapat mengembangkan keterampilan kognitif, keterampilan manual kreativitas dan logika berpikir” (Suryosubroto, 2002:104).
Penerapan model
pembelajaranMastery Learning dapat dipadukan dengan teknik penilaian kinerja pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya disekolah dasar.
Menurut
Kunandar
(2013:257)
menyatakan
penilaian kinerja adalah peneletian
tindakan atau tes praktik yang secara
efektif
dapat
digunakan
untuk
kepentingan pengumpulan berbagai
informasi tentang bentuk-bentuk prilaku
atau keterampilan yang diharapkan
muncul
dalam
diri
peserta
didik.
Kunandar (2013:257) menyatakan,penilaian kinerja dapatdigunakan dalam mengukur tingkat keterampilan siswa seperti kegiatan membaca. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik.
Rruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Selain itu, keberhasilan belajar siswa juga disebabkan oleh berbagai faktor sehingga seorang guru hendaknya dapat membantu kesulitan belajar siswa berpedoman pada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Menurut Wena (2012:185) menyatakan bahwa beberapa keuntungan penggunaan model pembelajaran Mastery
Learning yaitu: meningkatkan motivasi
belajar siswa dan meningkatkan kepercayaan diri karena siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Rahim (2008:19) menyatakan bahwa salah satu faktor mempengaruhi kegiatan membaca adalah motivasi. Melalui model pembelajaran
Mastery Learning siswadapat termotivasi
dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia yang baik. Penerapan model pembelajara
Mastery Learning dapat dipadukan dengan
teknik penilaian kinerja pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya di sekolah dasar. Penilaian kinerja dapat digunakan dalam mengukur tingkat keterampilan siswa seperti kegiatan membaca. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik. Kunandar (2013:259), menyatakan beberapa kelebihan dari penilaian kinerja yaitu : (1) Dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan (skill), (2) Guru dapat
mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik masing-masing peserta didik, (3) Memotivasi peserta didik untuk aktif. Pada dasarnya penilaian kinerja dapat membuat siswa termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia. Motivasi sebagai salah satu faktor kunci dalam kegiatan membaca dapat diupayakan guru melalui penilaian kinerja dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mendemontrasikan kegiatan membaca melalui praktek nyata.
Menurut Joice dan Weil (dalam Wena, 2012) menyatakan bahwa strategi pembelajaran tuntas (Mastery Learning) terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disamping itu, strategi ini juga mampu meningkatkan kecepatan belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dwipayana (2012) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Mastery Learning dalam mata pelajaran matamatika menunjukan bahwa rata-rata hasil tes yang dicapai oleh kelompok eksperimen yanga diberikan pelajaran matamatika dengan model Mastery Learning bila dibandingkan dengan
rata-rata hasil tes yang dicapai oleh kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika menunjukan adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil tes kelompok eksperimen adalah 73,94 sedangkan ratat-rata hasil tes kelompok kontrol 65,62.
Dengan demikian, model Mastery Learning berbasis penilaian kinerja dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar salah satunya aspek keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia, agar siswa termotivasi untuk belajar dengan aktif dan keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa dapat diasah secara optimal sehingga berdampak pada hasil belajar sisiwa yang lebih baik khususnya keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia. Selain itu guru dapat mengenal karakteristik masing-masing siswa dan dapat menilai berbagai
keterampilan siswa secara lebih autentik (sebenarnya).
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Mastery Learning terhadap
keterampilanmembaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa, dengan memanipulasi variabel bebas melaluipenerapan modelpembelajaran yang digunakan, sedangkan variabel lain tidak bisa dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy
exsperiment).
Dalam penelitian ini, desain eksperimen semu yang digunakan adalah ”non eqivalent control group design” (Sugiyono, 2012:116). Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor
post test saja yang dilakukan pada akhir
penelitian dan tanpa memperhitungkan skor pre-test. Dalam penelitian ini, skor
pre-test digunakan untuk menguji
keseteraan sampel yaitu antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012:97) yang menyatakan bahwa pemberian pre-test biasanya untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok yang digunakan dalam penelitian.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sugiyono (2012:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa KelasVSDGugus Letkil Wisnu Kecamatan DenpasarUtara tahun pelajaran 2013/2014 yang jumlahnya 333 siswa yang terdiri dari 7 sekolah diantaranya SDN 1Peguyangan, SDN 3Peguyangan, SDN 5Peguyangan, SDN 6Peguyangan, SDN 10Peguyangan, SDN 11Peguyangan dan SDN 12Peguyangan.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sedangkan Sugiyono (2012:118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random sampling yaitu dengan mengacak kelas
yang sudah ada pada populasi untuk dijadikan sebagai sampel penelitian (Notoatmojo, 2002). Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas yang dipilih telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.
Penentuan sampel dilakukan dengan mengadakan pengundian terhadap seluruh kelas di SD Gugus Letkol Wisnu, yang meliputi SDN 1Peguyangan, SDN 3Peguyangan, SDN 5Peguyangan, SDN 6Peguyangan, SDN 10Peguyangan, SDN
11Peguyangan dan SDN
12Peguyangan.Setelah dilakukan random, didapatkan dua kelas yaitu kelas VB SDN 1Peguyangan dan kelas V SDN 12 Peguyagan. Setelah itu, dilakukan uji kesetaraan terhadap dua kelas tersebut menggunakan uji-t. Data yang dipakai untuk menguji kesetaraan kedua kelas adalah skor pre-test. Skor pre-test
diperoleh dengan memberikan soal
pre-test pada kedua kelas tersebut.Sebelum
dilakukan uji kesetaraan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk menguji kesetaraan sampel digunakan uji-t dengan rumus
polled varians. Setelah dinyatakan setara
maka dilanjutkan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara mengacak (merandom) kedua kelas tersebut.Berdasarkan hasil random, didapatkan kelas VB SDN 1Peguyangan sebagai kelas eksperimen dan V SDN 12 Peguyangan sebagai kelas kontrol.
Noor (2012:48) menyatakan “variabel bebas adalah sebab yang diperkirakan dari beberapa perubahan dalam variabel terikat biasanya dinotasikan dengan simbol X.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaranmastery
learningberbasis penilaian kinerjayang
diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol. Winarsunu (2012:4) menyatakanVariabel terikat adalah variabel tergantung, variabel tak bebas, variabel terpengaruh biasanya diberi lambang Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar membaca pemahaman Bahasa Indonesia
Data hasil belajar Bahasa Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data keterampilan membaca pemahaman Data hasil belajar pada ranah kognitif dikumpulkan dengan menggunakan metode tes objektif bentuk pilihan ganda biasa.
Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu dilakukan validasi isi instrumen secara teoritis dengan menyusun kisi-kisi soal dan dikonsultasikan dengan ahli. Selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden sebanyak 80 orang. Dari hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan indeks kesukarandiperoleh 30 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 50 butir tes yang diujicobakan, Untuk memperoleh data keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia.Skor post-test dalam penelitian ini merupakan hasil dari ilai kognitif.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan uji-t.Sebelum dilakukan analisis uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini hipotesis penelitian yang diuji adalah hipotesis nol (H0) yaitu tidak terdapat perbedaan yang
signifikan keterampilan membaca pemahaman Bahasa Idonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran mastery learning
berbasis penilaian kinerja dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran mastery learning berbasis penilaian kinerjadengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaranadalah sebesar 77,33dengan nilai maksimal sebesar 83,33 dan nilai minimal 70. Standar deviasi kelompok eksperimen adalah s = 4,73 dan varians s2= 22,40. Sedangkan nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia pada kelompok kontrol sebesar 56,76 dengan nilai maksimal 73,33 dan nilai minimal 40 dengan standar deviasi adalah s =10,15 dan varian s2=103,01
Pada kelompok kontrol, diketahui bahwa terdapat 16 siswa atau 44,44% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, 17 siswa atau 47,22% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup, dan 3 atau 8,34% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memperoleh hasil belajar dengan kategori baik dan cukup. Sedangkan pada kelompok eksperimen, diketahui bahwa terdapat 28 siswa atau 70% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 12 siswa atau 30% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaranMastery Learning
(belajar tuntas) berbasis penilaian kinerja memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik.
Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran mastery learning berbasis penilaian kinerja lebih
yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Selanjutnya hipotesis akan diujidengan menggunakan analisis uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputiuji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa pada kelompok eksperimen diperoleh 2hit=4,94 dan pada
taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan(dk)= 5 diperoleh 2tabel =
2
(α=0,05,5) = 11,07.Karena 2hit = 4,94< 2tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti
sebaran data keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia pada kelompok kontrol diperoleh 2hit=3,68. Nilai
2
tabel pada taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan(dk)= 5 diperoleh 2tabel = 2
(α=0,05,5) = 11,07.Karena 2hit = 3,68< 2tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti
sebaran data keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesiapada kelompokkontrol berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians untuk membuktikan perbedaan yang terjadi pada kedua kelompok benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibatadanya perbedaan individu dalam kelompok.Berdasarkan perhitungan menggunakan uji F dari Havleydiperoleh Fhitung = 0,22 sedangkan Ftabel pada taraf
signifikansi 5% dengan db pembilang = 40 dan db penyebut = 36 adalah 1,72. Ini berarti Fhitung = 0,22 > Ftabel (35,36) = 1,72. Ini
berarti kedua kelompokmemiliki varians yang homogen.
Berdasakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan. Uji-t yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan rumus
separatedvarians. Hal tersebut
dikarenakan karena kelompok eksperimendan kelompok kontrol memiliki jumlah sampel yang berbeda dan data yang homogen. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t. pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t
Kelompok s2 N thitung ttabel Kesimpulan
Eksperimen 77,33 22,40 40
10,82 2,000 (H thitung > ttabel
0 ditolak, Ha diterima)
Kontrol 56,76 103,01 36 Uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dalam penelitian ini menggunakan rumus pooled varian (Sugiyono, 2012:273). Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus pooled
varians diperoleh thitung = 10,82Nilai
ttabeldiperoleh dari selisih harga ttabel dengan db1 = n1 – 1 (36 – 1 = 35) dan
db2= n2 – 1 (37 – 1 = 36) kemudian dibagi
dua. Dari data tersebut diperoleh ttabeldari db1= 1,70 dan ttabeldari db2=
1,68. Setelah itu dicari selisih dari kedua ttabelkemudian dibagi dua dan hasilnya ditambahkan dengan nilai ttabel terkecil.
Dari perhitungan di atas diperoleh ttabel=
2,000. Dengan demikian, thitung= 10,82>
ttabel = 2,000, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran mastery
learning berbasis penilaian kinerja
dengan kelompoksiswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara.
Berdasarkan uji-t diperoleh thitung>
ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran mastery learning berbasis
penilaian kinerja dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 5% diterima. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran mastery learning berbasis penilaian kinerjahasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak.
Hal ini disebabkan karena model pembelajaran mastery learning berbasis penilaian kinerjamerupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam proses pembelajaran, guru dapat memberikan suasana yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa dapat belajar secara bermakna. Menurut Rahim (2008:19) menyatakan bahwa salah satu faktor mempengaruhi kegiatan membaca adalah motivasi. Melalui model pembelajaran Mastery Learning
siswadapat termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia yang baik. Penerapan model pembelajaranMastery Learning dapat dipadukan dengan teknik penilaian kinerja pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya di sekolah dasar. Penilaian kinerja dapat digunakan dalam mengukur tingkat keterampilan siswa seperti kegiatan membaca. “Hal ini dikarenakan penilaian kinerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik” (Kunandar, 2013:257).
Berbeda dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selama proses pembelajaran, guru mendominasi proses pembelajaran dan siswa cenderung pasif mendengarkan materi yang disampaikan guru. Siswa hanya terpusat pada guru yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran konvensional
mengakibatkan siswa sangat bergantung pada guru, Hal ini dapat mengakibatkan aktivitas siswa kurang optimal sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan proses pembelajaran kurang optimal.
Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia pada pelajaran Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran Mastery
Learning berbasis penilaian kinerja
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan yaitu: (1) Berdasarkan hasil analisis data
post-test pada kelompok kontrol,
diketahui bahwa terdapat 16 siswa atau 44,44% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, 17 siswa atau 47,22% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup, dan 3 atau 8,34% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memperoleh hasil belajar dengan kategori baik dan cukup. (2) Berdasarkan hasil analisis data post-test pada kelompok eksperimen, diketahui bahwa terdapat 28 siswa atau 70% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 12 siswa atau 30% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaranMastery Learning (belajar tuntas) berbasis penilaian kinerja memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik. (3) Berdasarkan hasil analisis data post-test menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar membaca Pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelompok eskperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelompok kontrol (77,33 >56,76). Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh
thitung sebesar 10,82 dan ttabeldengan dk = 40 + 36 – 2 = 74pada taraf signifikansi
5% adalah 2.000, karena thitung > ttabel (10,82 > 2,000), maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar membaca pemahaman Bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaranMastery
Learning (belajar tuntas) berbasis
penilaian kinerja dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan yaitu: (1) Melihat hasil penelitian yang positif pada pembelajaran membaca Pemahaman Bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaranMastery
Learning (belajar tuntas) berbasis
penilaian kinerja ini, hendaknya model pembelajaran ini menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk menggunakannya sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran membaca pemahaman Bahasa Indonesia serta sebagai salah satu alat bantu guru dalam meningkatkan kompetensinya untuk menciptakan pembelajaran membaca Pemahaman Bahasa Indonesia yang aktif, partisipatif, dan mengacu pada kepentingan siswa. (2) Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal untuk menunjang pembelajaran agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa sehingga mutu pendidikan sekolah menjadi semakin meningkat. (3) Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan peneliti lain melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaranMastery Learning (belajar tuntas) berbasis penilaian kinerja. Pada materi pembelajaran yang berbeda atau dapat pula dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaranMastery Learning (belajar tuntas) berbasis penilaian kinerja pada sumber data/sampel yang berbeda khususnya pada pelajaran membaca pemahaman Bahasa Indonesia sehingga hasil penelitian benar-benar dapat
menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta :
BSNP.
Dantes, I Nyoman. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Yogyakarta:
Andi Offset.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi
Penelitian, Skripsi, Tesis,
Disertasi ,dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D.Bandung: Alfabeta.
---. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Dan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta :
Kencana.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Kencana
Wena, Made. 2012. Strategi
Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Malang: Bumi
Aksara.
Winarsunu, Tulus. 2012. Statistik Dalam
Penelitian Psikologi dan