• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 NOMOR:01/02/ST13/32/78,18FEBRUARI 2014

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013

(ANGKA TETAP)

RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 18.405 RUMAH TANGGA,

TURUN 48,43 PERSEN DARI TAHUN 2003

1. PENDAHULUAN

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013` merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan “The World Programme

for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”. Pelaksanaan ST2013

dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada Mei-Oktober 2014.

BADAN PUSAT STATISTIK

 Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 21.268 rumah tangga, subsektor tanaman

pangan 18.431 rumah tangga, hortikultura 4.710 rumah tangga, perkebunan 4.825 rumah tangga, peternakan 5.307 rumah tangga, perikanan 6.362 rumah tangga, dan kehutanan 5.430 rumah tangga.

 Jumlah rumah tangga petani gurem di Kota Tasikmalaya tahun 2013 sebanyak 18.405 rumah tangga

atau sebesar 86,54 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami penurunan sebanyak 17.287 rumah tangga atau turun 48,43 persen dibandingkan tahun 2003.

 Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 23.090 orang, terbanyak di subsektor

tanaman pangan sebesar 19.695 orang dan terkecil di subsektor perikanan kegiatan penangkapan ikan sebesar 27 orang.

 Petani utama Kota Tasikmalaya sebesar 28,37 persen berada di kelompok umur 45-54 tahun.

 Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian seluas 2779,17 m2, terjadi

peningkatan sebesar 332,7 persen dibandingkan tahun 2003 yang hanya sebesar 642,28 m2.

 Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 2928 ekor, terdiri dari 2.169 ekor sapi potong, 162

ekor sapi perah dan 597 ekor kerbau.

BPS KOTA TASIKMALAYA

                           

(2)

Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2003 dihitung dari data mentah ST2003 dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal Usaha dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian.

2.

USAHA PERTANIAN

Berdasarkan hasil pencacahan lengkap ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 sebesar 21.268 rumah tangga. Subsektor Tanaman Pangan, Perikanan, dan Peternakan merupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak yaitu masing-masing 18.431 rumah tangga, 6.362 rumah tangga, dan 5.307 rumah tangga. Sementara itu, Subsektor Hortikultura merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga usaha pertanian, yaitu sebanyak 4.710 rumah tangga.

Grafik 1

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013

Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 17.719 rumah tangga dari 38.987 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 21.268 rumah tangga tahun 2013, yang berarti terjadi rata-rata penurunan sebesar 4,54 persen per tahun. Secara absolut penurunan terbesar terjadi di subsektor pertanian tanaman pangan dan penurunan terendah di subsektor kehutanan, yaitu masing-masing turun sebanyak 17.719 rumah tangga dan 387 rumah tangga. Kondisi yang sama juga terjadi pada penurunan secara persentase dimana peternakan merupakan subsektor yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar 55,20 persen, sedangkan kehutanan menjadi subsektor dengan tingkat penurunan terendah yaitu sebesar 6,65 persen.

(3)

Tabel 1

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013

Sektor/Subsektor

Rumah Tangga Usaha Pertanian

2003 2013 Perubahan Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) SEKTOR PERTANIAN 38.987 21.268 -17.719 -45,45 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 26.961 18.431 -8.530 -31,64 Padi 24.559 17.753 -6.806 -27,71 Palawija 7.869 3.550 -4.319 -54,89 2. Hortikultura 8.614 4.710 -3.904 -45,32 3. Perkebunan 7.395 4.825 -2.570 -34,75 4. Peternakan 11.847 5.307 -6.540 -55,20 5. Perikanan 9.495 6.362 -3.133 -33,00 Budidaya Ikan 9.404 6.346 -3.058 -32,52 Penangkapan Ikan 102 26 -76 -74,51 6. Kehutanan 5.817 5.430 -387 -6,65

Keterangan : Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 sub subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor tanaman pangan, hortrikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.

Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di Kota Tasikmalaya tahun 2013 sebanyak 18.405 rumah tangga. Komposisi terbanyak berada di Kecamatan Tamansari sebesar 4.216 rumah tangga, disusul Kecamatan Cibeureum sebesar 2.999 rumah tangga dilanjutkan Kecamatan Kawalu sebesar 2.602 rumah tangga. Sementara komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Kecamatan Cihideung sebesar 259 rumah tangga.

Grafik 2

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai, Tahun 2003 dan 2013

(4)

Dibandingkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2003 petani gurem di Kota Tasikmalaya sebanyak 35.692 rumah tangga, maka pada tahun 2013 berkurang menjadi 18.405 rumah tangga atau turun sebesar 48,43 persen. Penurunan jumlah petani gurem terjadi hampir di seluruh kecamatan di Kota Tasikmalaya kecuali di Kecamatan Cibeureum dan Bungursari mengalami kenaikan sebesar 1.385 dan 211 rumahtangga . Penurunan terbesar secara absolut terjadi di kecamatan Purbaratu yang mencapai 3.919 rumah tangga. Ditinjau secara persentase penurunan rumah tangga petani gurem terbesar terjadi di Kecamatan Indihiang sebesar 70,31 persen.

Penurunan jumlah rumah tangga petani gurem sebagian besar berasal dari penurunan 13.618 rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 1000 m2, dari 19.648 rumah tangga tahun 2003 menjadi 6.030 rumah tangga tahun 2013 atau hampir 70%.

Tabel 2

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2003 dan 2013

No. Kabupaten/Kota

Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan

2003 2013 Perubahan Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 [010] KAWALU 6.796 3.225 -3.571 -52,55 2 [020] TAMANSARI 8.382 4.736 -3.646 -43,50 3 [030] CIBEUREUM 1.692 3.252 1.560 92,20 4 [031] PURBARATU 6.364 2.401 -3.963 -62,27 5 [040] TAWANG 1.010 369 -641 -63,47 6 [050] CIHIDEUNG 740 295 -445 -60,14 7 [060] MANGKUBUMI 6.139 2.559 -3.580 -58,32 8 [070] INDIHIANG 4.079 1.289 -2.790 -68,40 9 [071] BUNGURSARI 1.908 2.300 392 20,55 10 [080] CIPEDES 1.210 824 -386 -31,90 [78] TASIKMALAYA 38.320 21.250 -17.070 -44,55

Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 99,92 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (21.250 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 0,08 persen, atau sebanyak 18 rumah tangga. Selama kurun waktu sepuluh tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami penurunan sebesar 17.070 rumah tangga atau sebesar 44,55 persen. Penurunan jumlah rumah tangga terbesar secara absolut terjadi di Kecamatan Purbaratu yang mencapai 3.963 rumah tangga.

Sementara itu penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara persentase terjadi di Kecamatan Indihiang yang mencapai 68,4 persen, tetapi ada dua kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah rumahtangga pertanian pengguna lahan yaitu, kecamatan Cibeureum yang mengalami kenaikan 1.560 rumah tangga atau 92,2 persen dan Kecamatan Bungursari yang naik sebesar 392 rumah tangga atau 20,55 persen.

(5)

Tabel 3

Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kabupaten dan Jenis Lahan Tahun 2013 (m2)

No. Kecamatan Lahan Bukan Pertanian Lahan Pertanian Lahan yang Dikuasai

Lahan Sawah Lahan Bukan

Sawah Jumlah 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 [010] KAWALU 159,94 159,59 377,89 1.937,28 430,31 1.640,11 808,20 3.577,39 968,14 3.736,98 2 [020] TAMANSARI 214,60 191,53 326,85 1.062,74 631,20 1.244,03 958,06 2.306,77 1.172,66 2.498,30 3 [030] CIBEUREUM 172,57 174,82 372,50 1.579,95 139,23 416,77 511,74 1.996,72 684,31 2.171,54 4 [031] PURBARATU 158,78 177,61 309,46 1.574,00 188,35 802,62 497,81 2.376,61 656,59 2.554,23 5 [040] TAWANG 111,29 214,99 45,51 2.191,36 45,91 619,32 91,41 2.810,68 202,71 3.025,67 6 [050] CIHIDEUNG 97,27 102,73 39,90 2.013,90 25,96 343,84 65,86 2.357,74 163,13 2.460,46 7 [060] MANGKUBUMI 151,75 159,85 393,98 2.200,43 157,25 401,35 551,22 2.601,78 702,97 2.761,63 8 [070] INDIHIANG 154,42 151,60 422,53 2.258,05 172,28 434,05 594,81 2.692,10 749,24 2.843,70 9 [071] BUNGURSARI 148,35 167,57 453,19 2.156,78 256,10 803,84 709,29 2.960,63 857,64 3.128,20 10 [080] CIPEDES 124,12 162,48 83,06 1.913,91 27,50 601,25 110,56 2.515,16 234,69 2.677,65 [78] TASIKMALAYA 149,18 171,76 270,77 1.726,40 222,33 881,01 493,10 2.607,41 642,28 2.779,17

Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dikuasai rumah tangga pertanian pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika pad a tahun 2003 rata-rata lahan yang dikuasai sebesar 642,28 m2, maka pada tahun 2013 rata-rata lahan yang dikuasai meningkat menjadi 2.779,17 m2 untuk setiap rumah tangga pertanian. Peningkatan rata-rata lahan yang dikuasai terutama berasal dari peningkatan penguasaan lahan pertanian dari 493.10 m2 pada tahun 2003 menjadi 2.607,41 m2 pada tahun 2013. Demikian pula pada penguasaan lahan bukan pertanian terjadi peningkatan rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian dari 149,18 m2 pada tahun 2003 menjadi 171,76 m2 pada tahun 2013.

Rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga pertanian terbesar tahun 2013 terdapat di Kecamatan Kawalu seluas 3.736,98 m2, sedangkan rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga terkecil terdapat di Kecamatan Cibeureum seluas 2.171,54 m2. Demikian pula wilayah dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terbesar adalah Kecamatan Kawalu seluas 3.577,39 m2 dan wilayah dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terkecil adalah Kecamatan Cibeureum seluas 1.996,72 m2. Sementara itu, penguasaan rata-rata lahan sawah terbesar juga terdapat di Kecamatan Kawalu sebesar 1.937,28 m2 dan terkecil terdapat di Kecamatan Tamansari sebesar 1.062,74 m2 per rumah tangga pertanian. Sedangkan untuk penguasaan lahan pertanian bukan sawah terbesar berada di Kecamatan Kawalu yaitu sebesar 1.640,11 m2 dan terkecil berada di Kecamatan Cihideung sebesar 343.84 m2 per rumah tangga pertanian.

Berdasarkan kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah petani sebanyak 23.090 orang yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2013 didominasi oleh petani laki-laki sebesar 18.792 orang (81.39%). Sedangkan jumlah petani perempuan yang bekerja di sektor ini hanya berjumlah 4.298 orang atau sebesar 18.61 persen. Kondisi ini berlaku umum untuk komposisi petani di masing-masing subsektor pertanian baik di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Persentase jumlah petani

(6)

laki-laki terbesar berada di subsektor perikanan kegiatan penangkapan ikan yang mencapai 96,30 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di subsektor tanaman pangan yang mencapai 81.14 persen.

Tabel 4

Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Sektor/Subsektor

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Absolut % Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SEKTOR PERTANIAN 18.792 81,39 4.298 18,61 23.090 100,00 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 15.981 81,14 3.714 18,86 19.695 100,00 2. Hortikultura 4.224 84,36 783 15,64 5.007 100,00 3. Perkebunan 4.295 85,76 713 14,24 5.008 100,00 4. Peternakan 4.973 89,68 572 10,32 5.545 100,00 5. Perikanan Budidaya Ikan 5.802 88,38 763 11,62 6.565 100,00 Penangkapan Ikan 26 96,30 1 3,70 27 100,00 6. Kehutanan 4.947 89,01 611 10,99 5.558 100,00

Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 juga diketahui bahwa sebanyak 19.695 petani yang bekerja di sektor pertanian berada di subsektor tanaman pangan atau terbesar dari seluruh subsektor pertanian. Subsektor lain yang juga banyak menyerap jumlah tenaga kerja berturut-turut adalah subsektor budidaya ikan dan peternakan dengan jumlah petani yang masing-masing sebesar 6.565 orang dan 5.545 orang.

Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 32 rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utamanya antara 15-24 tahun. Sementara tidak ada rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya kurang dari 15 tahun dan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya 65 tahun atau lebih sebanyak 5.116 rumah tangga. Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama Kota Tasikmalaya terbesar berada di kelompok usia 55-64 tahun yakni sebesar 6.124 rumah tangga (28,79 persen).

Tabel 5

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013

Kelompok Umur Petani Utama

(Tahun)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (4) (6) < 15 0 0 0 15 – 24 29 3 32 25 – 34 793 29 822 35 – 44 3.191 132 3.325 45 – 54 5.335 515 5.849 55 – 64 5.268 856 6.124 65 + 4.185 932 5.116 Jumlah 18.801 2.467 21.268

(7)

Distribusi (Persen) 88,40 11,60 100,00

Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 18.801 rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani utama perempuan yang tercatat sebesar 2.467 rumah tangga. Persentase jumlah rumah tangga pertanian dengan petani utama laki-laki terbesar berada pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 28,37 persen dan terendah berada pada kelompok umur diatas <15 tahun sebesar 0,00 persen. Sedangkan pada rumah tangga pertanian dengan petani utama perempuan secara persentase terbesar berada pada kelompok umur 65+ tahun (37.78%) dan terendah berada pada kelompok umur <15 tahun (0 %).

Grafik 3

Jumlah Petani Utama Menurut Kelompok Umur Tahun 2013

Komposisi jumlah petani utama secara keseluruhan terbesar berada pada kelompok umur 55-64 tahun sebesar 28,79 persen, kemudian disusul kelompok umur 45-54 tahun (27,50%) dan kelompok umur 64+ tahun (24,05 ). Kelompok umur 35-44 tahun sebesar 15,63 persen dan dibawah 35 tahun hanya 4,02 persen.

3. PERUSAHAAN PERTANIAN BERBADAN HUKUM DAN USAHA PERTANIAN LAINNYA

Ditinjau dari jumlah perusahaan pertanian yang berbadan hukum, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan terdapat 3 perusahaan pertanian. Sebanyak 2 perusahaan pertanian yang berbadan hukum bergerak di subsektor perkebunan dan 1 perusahaan bergerak di subsektor peternakan.

(8)

pada tahun 2003 jumlah perusahaan pertanian hanya 1 unit maka pada 10 tahun kemudian bertambah menjadi 3 unit atau dengan kata lain terjadi kenaikan sebesar 2 unit. Penambahan perusahaan pertanian terjadi pada subsektor perkebunan

Tabel 6

Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013

Sektor/Subsektor

Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Usaha Pertanian

Lainnya 2013 (Unit) 2003 2013 Perubahan Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) SEKTOR PERTANIAN 1 3 2 200,00 7 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 0 0 2 Padi 0 0 0 Palawija 0 0 0 2. Hortikultura 0 0 3 3. Perkebunan 0 2 0 4. Peternakan 1 1 0 0,00 3 5. Perikanan 0 0 2 Budidaya Ikan 0 0 0 Penangkapan Ikan 0 0 0 6. Kehutanan 0 0 1 7. Jasa Pertanian 0 0 0

4. SAPI DAN KERBAU

Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 2.928 ekor, terdiri dari 2.169 ekor sapi potong, 162 ekor sapi perah dan 597 ekor kerbau. Jumlah sapi potong jantan lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi potong betina. Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi potong jantan sebanyak 1.644 ekor dan jumlah sapi potong betina sebanyak 525 ekor. Sedangkan sapi perah jantan sebanyak 66 ekor lebih rendah dari jumlah sapi perah betina sebanyak 96 ekor. Sementara itu populasi kerbau jantan sebanyak 233 ekor, juga lebih rendah dibandingkan dengan kerbau betina yang mencapai 364 ekor.

(9)

Grafik 4

Jumlah Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

Sapi Potong Sapi Perah Kerbau

1.644 66 233 525 96 364 Jantan Betina

Wilayah dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kecamatan Tamansari, dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 763 ekor. Sedangkan Kecamatan Cihideung adalah wilayah dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (15 ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kecamatan Tamansari, yaitu sebanyak 598 ekor, dan jumlah sapi perah terbanyak adalah Kecamatan Indihiang, dengan jumlah sapi perah sebanyak 113 ekor. Sedangkan jumlah ternak kerbau terbesar berada di Kecamatan Tamansari yang berjumlah 164 ekor.

Tabel 7

Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

No. Kecamatan

Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Jumlah

Sapi dan Kerbau

Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 [010] KAWALU 392 51 443 0 4 4 28 35 63 510 2 [020] TAMANSARI 349 249 598 1 0 1 66 98 164 763 3 [030] CIBEUREUM 109 45 154 0 0 0 24 30 54 208 4 [031] PURBARATU 87 14 101 0 0 0 9 9 18 119 5 [040] TAWANG 13 2 15 0 3 3 2 7 9 27 6 [050] CIHIDEUNG 8 6 14 0 1 1 0 0 0 15 7 [060] MANGKUBUMI 91 19 110 0 5 5 36 45 81 196 8 [070] INDIHIANG 504 81 585 60 53 113 19 39 58 756 9 [071] BUNGURSARI 57 49 106 4 22 26 48 99 147 279 10 [080] CIPEDES 34 9 43 1 8 9 1 2 3 55 [78] TASIKMALAYA 1.644 525 2.169 66 96 162 233 364 597 2.928

Bila dirinci menurut wilayah (Tabel 7), tiga wilayah yang memiliki sapi potong paling banyak adalah Kecamatan Kawalu dengan jumlah populasi sebanyak 443 ekor, kemudian Kecamatan Tamansari (598 ekor), dan Kecamatan Indihiang (585 ekor). Sementara itu, daerah yang memiliki sapi potong paling sedikit adalah Kecamatan Cihideung dengan jumlah populasi sebanyak 14 ekor.

(10)

Sapi perah paling banyak terdapat di Kecamatan Indihiang dengan jumlah populasi sebanyak 113 ekor, disusul kecamatan Bungursari (26 ekor). Sedangkan wilayah yang sama sekali tidak terdapat populasi sapi perah adalah Kecamatan cibeureum dan Purbaratu.

Kerbau paling banyak terdapat di Kecamatan Tamansari dengan jumlah populasi sebanyak 164 ekor dan kemudian Kecamatan Bungursari (147 ekor), sedangkan Kecamatan Cihideung adalah satu satunya kecamatan yang tidak terdapat ternak kerbau.

5. KONSEP DAN DEFINISI

Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Kabupaten) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan.

Pada kegiatan Sensus Pertanian 2013, pencacahan rumah tangga usaha pertaniandilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST 2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST 2013.

Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha.

Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.

Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/ kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda.

Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesant ren, seminari, kelompok usaha

(11)

bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain -lain yang mengusahakan pertanian.

Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Penghitungan jumlah rumah tanagga petani gurem berdasarkan jumlah luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga, baik lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Rumah tangga pertanian yang hanya melakukan kegiatan budidaya ikan di laut, budi daya ikan di perairan umum, penangkapan ikan di laut, penangkapan ikan di perairan umum, pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar dan jasa pertanian dikategorikan rumah tangga pertanian bukan pengguna lahan.

Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian.

Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian.

Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar.

Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian.

Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Produksi Hasil Pertanian Sendiri adalah rumah tangga yangg melakukan kegiatan mengubah bahan baku hasil pertanian sendiri menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya.

Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam audit tersebut, Saudara telah sampai pada tahap audit Penilaian/Evaluasi SPM dan telah memperoleh Firm Audit Objective (FAO) antara lain mengenai ketidaksesuaian

Pada dasarnya penelitian merupakan alat untuk mencari kebenaran dan mengungkapkan kebenaran.Dalam sebuah penelitian digunakan banyak macam metode oleh seorang

Ketentuan-ketentuan yang termuat dalam prosedur pengembangan lahan antara lain tentang kelembagaan yang terkait dengan penyelenggaraan penataan ruang, jenis-jenis perizinan

Secara psikologis mereka yang terkena penyakit ini tidak lagi terpenjara secara sosial budaya dari stereotipe negatif yang ada selama ini dimasyarakat, bahwa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa musik berpengaruh terhadap tingkat konsentrasi, minat belajar dan berefek positif terhadap

Metode analisis regresi least square atau trend line digunakan untuk mendapatkan kurva rata- rata dari data hasil ukur yang kemudian dibandingkan dengan model

mengajarkan kehidupan politik kepada siswa. Mengenalkan kepada siswa mengenai sistem politik tanpa harus terlibat langsung dalam kegiatan politik praktis. 3) Mendidik

Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan suatu aktivitas yang dapat menjembatani proses belajar sesuai perkembangan pendidikan abad 21, diantaranya