• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. KONSEP KEHAMILAN

1.1. Defenisi

Kehamilan adalah jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mania tau spermatozoa (Hajjah, 2008). 1.2. Proses permulaan kehamilan

Dimulainya proses kehamilan dari Pembuahan (Konsepsi) adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di tuba fallopi. Pembuahan merupakna awal kehamilan dan pembuahan bisa terjadi apabila melakukan senggama (koitus) yang dilakukan pada saat ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur). Biasanya ovulasi telur terjadi kira-kira 14 hari sebelum haid yang akan datang, kemudian dalam beberapa jam setelah pembuahan mulailah pembagian zigot (sel telur yang sudah dibuahi) selama 3 hari sampai stadium morulla. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar (silia) serta kontraksi tuba yang kemudian hasil konsepsi tiba di kavum uteri pada tingkat blastula, kemudian hasil konsepsi/ embrio menempel pada dinding rahim yang disebut nidasi. Dimana setelah pertemuan spermatozoa dan ovum maka terbentuklah zigot kemudian menjadi janin yan siap untuk dilahirkan. Tahap embrio berlangsung dari hari

(2)

ke 15 sampai hari sekitar 8 minggu setelah konsepsi atau sampai ukuran embrio sekitar 3 cm, dari puncak kepala sampai bokong (Bobak, 2004).

1.3. Menentukan Periode Kehamilan

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester masing-masing trimester berlangsung kira-kira tiga bulan. Trimester pertama sebagai periode pembentuk karena spermatozoa menembus dinding corona adiate dengan enzim hyaluronidase. Persenyawaan ini terjadi di daerah ampulla tubae. Dengan adanya estrogen dan progesteron yang meningkat akan menyebabkan timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilanya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Dia selalu mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil atau tidak, setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Pada trimester pertama banyak wanita berpikir bahwa janinnya tidak nyata selama awal periode masa hamil. Pada trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dimana tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban dan pada trimester dua ini ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa

(3)

kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido. Pada trimester ini ibu sudah merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri. Pada kehamilan trimester ketiga sudah mencapai bulan ke 7. Pada trimester ini sering kali disebut periode menunggu dan waspada, sebab pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Pada trimester ini rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali ini ditandai dengan kadang-kadang ibu merasa khawatir anaknya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya terhadap timbulnya tanda dan gejala terjadi persalinan pada ibu akan meningkat, seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Pada trimester ini seorang ibu akan mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu persalinan atau melahirkan (Rukiyah, 2009).

1.4. Adaptasi Fisik dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan 1. Adaptasi Fisik

Proses kehamilan membawa perubahan fisik diantaranya pada trimester pertama akan terjadi tidak adanya mensturasi, sembelit, nyeri pada panggul, mual dan muntah (mual pada pagi hari), lelah dan mengantuk, sering

(4)

berkemih, tidak menyukai bau atau makanan tertentu, cairan vagina meningkat penurunan berat badan atau kenaikan sampai 2,5 kg, dan perubahan pada payudara: penuh, nyeri tekan, gatal didaerah putting, aerola menjadi gelap. Pada trimester kedua perubahan fisik yang terjadi adalah sudah merasa enak secara fisik, merasakan gerakan janin, nafsu makan meningkat, mual menghilang, sembelit, nyeri di lipat paha akibat kontraksi ligament rotundum, kenaikan berat badan rata-rata 0,4-0,5 kg per minggu, kejang kaki. Pada trimester ketiga perubahan fisik yang terjadi adalah kontraksi Braxton-Hicks yang lebih nyata, produksi kolostrom meningkat, nyeri pinggang, pergelangan kaki bengkak, insomnia, anemia, dan kenaikan berat badan sampai 12,5-17,5 kg (Simkin, 2007).

2. Adaptasi Psikologis

Status emosional dan psikologis ibu turut menentukan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan sebagai peristiwa fisiologis menjadi kehamilan patologis. Ada dua macam stressor, yaitu:

a. Stressor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut terhadap persalinan, kehilangan pekerjaan.

(5)

b. Stressor eksternal, meliputi maladaptasi, relation ship, kasih sayang, support mental, broken home.

Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang merupakan penyesuaian emosi, pola berpikir, dan perilaku yang berkelanjutan hingga bayi lahir. Latar belakang munculnya gangguan psikologis dan emosional dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Pengaruh faktor psikologis terhadap kehamilan adalah terhadap ketidakmampuan pengasuhan kehamilan dan mempunyai potensi melakukan tindakan yang membahayakan terhadap kehamilan (Pantikawati, 2010).

2. PERSALINAN

2.1. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+urin), yang dapat hidup, kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 1998).

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sering disebut 5P diantaranya power (tenaga), passenger (janin dan plasenta), Passage (jalan lahir), posisi ibu sewaktu melahirkan, dan psikis ibu bersalin dapat mempengaruhi perubahan psikologis yang mana perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan

(6)

bimbang antisipasi yang diterima ibu selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat ibu berada apakah bayi yang dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan atau tidak. Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh ibu dilingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikisnya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyeri timbul secara berkelanjutan (Rukiyah, 2009).

2.3. Tanda-tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” yang disebut kala pendahuluan (Preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda yaitu Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primipara. Pada multipara tidak begitu kentara. Perut kelihatan lebih melebur, fundus uteri turun, perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandungan kemih tertekan oleh bagian terbawah janin, perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”, Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bias bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 1998).

(7)

Pada proses persalinan terdiri 4 tahap-tahap persalinan yaitu Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm, Kala II yaitu kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir, Kala III yaitu waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum (Mochtar, 1998).

2.5. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi

Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota keluarga dan penolong persalinan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebigungan dan kekacauan pada saat persalinan dan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai tepat waktu.

Ada lima komponen penting dalam rencana persalinan:

1. Membuat rencana persalinan: tempat persalinan apakah di klinik, rumah sakit, dan di rumah, memilih tenaga kesehatan terlatih, bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut, bagaimana transportasi ketempat persalinan, berapa banyak biaya yang dibutuhkan, siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.

2. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawat daruratan.

(8)

3. Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan : dimana ibu akan bersalin apakah di klinik atau rumah sakit.

4. Membuat rencana pola menabung, untuk biaya yang dibutuhkan persalinan nantinya.

5. Mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk persalinan (Pantikawati, 2010).

2.6. Tips Menghadapi Persalinan

Ada berbagai tips yang dapat membantu ibu hamil dalam menaggulangi kecemasan, sehingga ibu tersebut dapat menghadapi persalinan dengan tenang. Adapaun kiat-kiat tersebut adalah (1) mempersiapkan diri yaitu dengan mempersiapkan diri dengan berbagai informasi tentang hal-hal yang menyangkut persalinan. Informasi ini bisa saja di peroleh melalui buku-buku, majalah, mengikuti kelas persiapan kelahiran, atau pengalaman dari ibu, saudara maupun teman yang pernah menghadapi persalinan bahkan pergunakanlah saat berkunjung ke dokter untuk bertanya, membicarakan keluhan serta ikut sertakan suami sebagai teman berbagi rasa. (2) perhatikan sikap tubuh yaitu sikap tubuh terutama pada saat berdiri, berlutut, berjalan-jalan yang benar, dapat mempersingkat persalinan dan hal ini juga dapat membuat persalinan menjadi lebih mudah. Untuk bisa melakukan sikap tubuh yang benar, caranya adalah 40 menit bersikap tegak, lalu 15 menit istirahat dengan duduk atau berbaring. (3) mendeteksi gejala persalinan, bagi ibu hamil yang baru pertama kali akan melahirkan sering terkecoh dengan tanda-tanda

(9)

persalinan. Begitu tanda kontraksi muncul, tanpa terlebih dahulu menilainya ibu tersebut langsung dibawa ke rumah sakit menurut ibu tersebut persalinannya sudah dekat padahal belum waktunya untuk melahirkan. Kecemasan menanti masa persalinan inilah membuat ibu tersebut khawatir jadi untuk mengantisipasinya seharusnya ibu atau keluarga terlebih dahulu mengetahui tanda-tanda persalinan. (4) mengurangi rasa sakit adalah jika terjadi kontraksi selama beberapa jam dan lalu menghilang, adalah hal yang wajar. Kalu kontraksi terjadi pada malam hari, atasi dengan mandi air hangat, lalu minum air hangat dan pergi tidur. Bila kontraksi terjadi pada siang hari, buatlah diri anda sibuk, misalnya dengan menyibukkan diri dengan mempersiapkan kamar bayi. Namun bila persalinan sudah menjelang persalinan, anda justru harus memperhatikan kontraksi yang terjadi. Apabila kontraksi sering muncul dengan tenggang waktu yang semakin sedikit, anda boleh melakukan mengerang dan merintih mungkin justru dapat membantu mengurangi rasa sakit atau dapat mempraktikkan pernapasan dalam. (5) mencari teman, adanya seorang teman saat persalinan merupakan dorongan yang besar dan dapat mengurangi kecemasan. (6) bersikap rileks dapat dilakukan dengan beberapa latihan antara lain, melatih otot-otot tubuh, khususnya bagian panggul agar tetap rilek, dan melatih pernapasan dapat membantu agar tubuh tetap rileks saat menghadapi persalinan. (7) bersikap luwes artinya sebelum saat persalinan tiba ibu sudah mempunyai gambaran bagaimana sebenarnya persalinan itu berlangsung. Dengan demikian, jika di kemudian persalinan berlangsung tidak mulus, ibu

(10)

dapat cepat menyesuaikan diri misalnya, bayi tidak kunjung lahir sehingga dikhawatirkan keselamatannya karena itu harus dilakukan tindakan episiotomy (pengguntingan) atau pembiusan epidural atau operasi Caesar. (8) lewati masa kontraksi dengan tenang, ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pernapasan perlahan-lahan melalui hidung dan mengeluarkan kembali melalui mulut. Bernapas dalam ini dapat membantu sekali melewati masa kontraksi dengan tenang. (9) ingat, masa ini akan berakhir menyenagkan, masa yang sulit ketika persalinan, sebenarnya biasa diatasi dengan mengingat bahwa sebentar lagi ibu akan bisa memandang dan memeluk bayinya yang mungil ini dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinan (Imam musbikin, 2006).

3. KONSEP KECEMASAN 3.1. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan kebingungan, kekhwatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005). Selain itu, kekecewaan adalah gangguan alam perasaan (affectif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan realitis (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006).

(11)

3.2. Faktor Penyebab Kecemasan.

Menurut Hamilton (1995), beberapa teori yang mengemukakan faktor prediosposisi terjadinya cemas antara lain:

a. Potensi Stresor

Stresor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi. Pada ibu hamil ia berupaya untuk beradaptasi pada kehamilan dan perubahan fisik yang terjadi pada dirinya sampai pada saat menghadapi kelahiran atau persalinan. Lingkungan termasuk di dalamnya, ruangan bersalin dan sekitarnya yang asing, penuh dengan alat kesehatan dan obat-obatan atau kesibukan petugas kesehatan juga merupakan steresor tersendiri bagi ibu hamil primipara.

b. Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi

Pendidikan dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi kecemasan karena kurangnya informasi tentang persalinan baik dari orang terdekat, keluarga ataupun dari berbagai media seperti majalah, dan lain sebagainya dapat membuat ibu menjadi khwatir dan bahkan takut untuk menghadapi persalinan nantinya.

c. Keadaan fisik

Ibu hamil yang mengalami gangguan fisik seperti cedera akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami stress.

(12)

d. Sosial Budaya

Seseorang ibu yang mendapatkan dukungan positif dari keluarga, suami dan teman dekat akan merasalebih tenang dalam menghadapi persalinan. Di beberapa daerah tertentu ada kebudayaan yang tidak mengizinkan suami berada di dekat istri pada saat melahirkan dengan alas an tidak etis kondisi ini menyebabkan istri tidak mendapat dukungan dan akan merasa lebih cemas saat persalinan.

e. Umur

Ibu hamil yang umunya lebih muda atau belum matur ternyata lebih mudah mengalami gangguan stress dari pada ibu hamil yang usianya lebih tua atau matur. Tetapi yang usianya lebih tua atau maturpun dapat juga mengalami gangguan ansietas.

f. Maturitas

Ibu hamil yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat stress karena ibu hamil yang mengatur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stress (Hawari, 2006).

3.3. Gejala Kecemasan

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut: cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi

(13)

dan daya ingat, keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran bordering (tinnitus), berderbar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala (Hawari, 2006).

3.4. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu. Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan persepsi yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya yaitu:

a. Kecemasan Ringan : cemas yang berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan Sedang : individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Kecemasan Berat : cemas yang lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada area lain.

(14)

d. Panik : individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadinya peningkatan akitvitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif (Suliswati, 2005).

Gambar Skema 1 : Rentang tingkat Kecemasan

3.5. Kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan

Meskipun kehadiran seorang bayi begitu diinginkan, kehamilan adalah saat ketika ibu hamil mengalami berbagai emosi, dan salah satunya yang paling menonjol adalah kecemasan. Kecemasan pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan yaitu bayangan mengenai seperti apakah bayi yang akan lahir ini, apakah bayinya akan sehat atau tidak, ketakutan akan melahirkan seorang bayi yang tidak normal atau meninggal dunia dapat menyebabkan stress berat. Salah satunya yang paling dicemaskan oleh ibu hamil

Ringan Sedang Berat Panik

Rentang Respons Ansietas

(15)

dan pasangannya selama kehamilan adalah bagaimana mereka tahu bahwa persalinan telah dimulai. Sebagian besar wanita hamil mencemaskan nyeri persalinan. Bayangan akan rasa nyeri pada persalinan membuat beberapa calon ibu menjadi begitu takut sehingga dapat mengganggu bulan-bulan terakhir dari kehamilannya (Nolan, 2010).

Begitu persalinan tinggal beberapa minggu lagi, para calon ibu mulai menghadapi kesibukan untuk melahirkan. Kemungkinan besar mereka sudah mendengar banyak cerita tentang persalinan dan beberapa diantaranya membuat mereka takut. Beberapa minggu terakhir dapat terasa sangat lama dan banyak ibu yang cemas menanti dimulainya persalinan (Nolan, 2010).

4. KONSEP KOPING

4.1. Definisi Koping

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull (Rasmun, 2004). Selain itu koping merupakan mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).

Timbulnya rasa khawatir atau ansietas dalam kehamilan relatif umum terjadi, dan yang biasanya membuat wanita hamil sering kali merasa cemas adalah saat ansietas dan distress meningkat, individu mengadopsi perilaku atau tehnik tertentu sebagai koping terhadap peristiwa tersebut. Pearlin dan Schooler (1978) menyatakan bahwa koping merupakan segala sesuatu yang

(16)

dilakukan individu agar tidak disakiti oleh ketegangan hidup (Handerson, 2005).

4.2. Macam-macam Koping

Menurut Rasmun (2004), koping terdiri dari dua macam yaitu koping psikologis dan koping psikososial. Dimana pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua faktor yaitu 1) bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya, 2) keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu artinya jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis. Sedangkan menurut (Stuart dan Sundeen, 1991 dikutip dari Rasmun, 2004), koping psikososial adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stress yang diterima atau dihadapi oleh klien. 4.3. Mekanisme Koping Ibu Hamil

Menurut Lazrus dan Folkman (1984) mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktivitas konstruktif. Strategi

(17)

koping yang digunakan pada mekanisme koping adaptif ini ada dua, yaitu 1. Tindakan antisipasi yang artinya penilaian situasi atau respon yang diadopsi, dengan demikian perilaku koping secara khas bersifat antisipasi saat membuat perencanaan dan persiapan dalam menghadapi peristiwa yang membuat stress. Misalnya, ibu hamil tersebut sudah mampu merencanakan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa selama kehamila yang umumnya menyebabkan ansietas dan stress, dan demikian mampu melaksanakan koping secara lebih efektif. Dukungan Antenatal dini (selama kelas kehamilan dan persiapan persalinan) dan pemberian informasi yang adekuat yaitu cara untuk membantu wanita hamil melakukan perencanaan dan persiapan tersebut. 2. Tindakan menyerang merupakan mekanisme koping psikologis yaitu mengambil tindakan positif untuk melawan stress. Sperti memperoleh kemampuan untuk mengontrol situasi. Misalnya wanita hamil yang dapat bersikap asertif dan mempertahankan kontrol, atau yang dikuatkan oleh orang lain untuk dapat mengontrol situasi, mengadopsi aspek perilaku koping ini. 2. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat

fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan dan bekerja berlebihan. Strategi koping yang digunakan pada koping ini yaitu 1. Tindakan menghindar yang artinya respon koping yang diperlihatkan oleh seorang wanita yang sangat cemas sehinga ia mengabaikan nasehat

(18)

atau menghindari kontak dengan professional pemberi penguatan yang diberi di klinik antenatal. Ia bahkan mungkin fenomena masa bodoh. Penyangkalan tersebut mungkin tidak disadari, sementara pada situasi yang ekstrim beberapa wanita bahkan seutuhnya menyangkal kemungkinan diri mereka hamil. Hal ini membuat kehamilan tidak terdiagnosis atau tersembunyi. Dengan demikian, ansietas dan stress pada akhirnya dapat menyebabkan kepasifan. 2. Tindakan tidak bertindak yang artinya pada tahap ini sama sekali tidak mampu melaksanakan koping dan motivasi mereka menurun. Suatu bayangan dapat muncul pada wanita hamil yang merasa bahwa semua hal itu terlalu berlebihan, tidak berharga untuk diperjuangkan atau merasa semuanya sia-sia (Handerson, 2005).

5. PENDIDIKAN MEDIS dan NON MEDIS

Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas individu. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respn yang rasional dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih menggunakan rasio dan dalam menghadapi perubahan fisiologis dan psikologis selama kehamilannya (BKKN, 1998). Pendidikan medis adalah pendidikan yang latarbelakangnya dalam bidang kesehatan seperti : Bidan, Perawat, Dokter, Farmasi, dan lain-lain. Pendidikan non medis adalah pendidikan yang latarbelakangnya di luar bidang kesehatan seperti : SD, SMP, SMA, SMK, Sarjana Ekonomi, dan lain-lain.

Gambar

Gambar Skema 1 : Rentang tingkat Kecemasan  3.5. Kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa keanekaragaman pisang di Kecamatan Secanggang, ditemukan 8 genotipe pisang yaitu Pisang Barangan, Pisang Nangka, Pisang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum yang dikembangkan layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar yang digunakan

Untuk mengetahui karakteristik dari siswa berdasarkan kemampuannya dalam bermatematika terkait miskonsepsi pada penyelesaian masalah kontekstual aljabar, Yusrina dan

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas, Wajib Pajak dalam negeri baik sendiri ataupun secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri

Untuk risiko prioritas yang sudah didapatkan dari Qualitative Risk Matrix tersebut akan diolah dengan diagram tornado untuk mengukur risiko biaya prioritas atau

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan persentase pengeluaran pangan, tingkat konsumsi energi dan protein, dan indikator silang tingkat ketahanan pangan

• Formulir Pengajuan Perubahan Dana Investasi asli wajib diiisi dengan leng- kap dan ditandatangani oleh Pemegang Polis sesuai dengan tanda tangan yang tercantum dalam SPAJ dan

Manfaat ekonomi yang pokok dengan adanya proyek pembangunan pelabuhan, antara lain: (1) penghematan biaya angkut kapal sehubungan dengan berkurangnya biaya angkut barang