• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELAJARAN NO. 5 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI PELAJARAN NO. 5 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PELAJARAN NO. 5

(2)

5. PERTOLONGAN PERTAMA

5.1. Beberapa pengertian/definisi

Pengertian Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar.

Pengertian Dasar Medis.

Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dimiliki oleh orang awam atau orang awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama.

Pelaku Pertolongan Pertama

Pelaku Pertolongan Pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

5.2. Tujuan Pertolongan Pertama

a. Menyelamatkan jiwa penderita b. Mencegah cacat

c. Memberikan rasa aman dan menunjang proses penyembuhan

5.3. Dasar Hukum

Diatur dalam KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana) yaitu mengenai Pelanggaran tentang orang yang perlu ditolong, diatur dalam Pasal 531 KUHAP yang berbunyi :

“ Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya, sedang pertolongan itu dapat diberikan atau diadakannya dengan tidak akan mengkhawatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,- Jika orang perlu ditolong itu mati, diancam dengan KUHAP 45, 165, 187, 304, 478, 525, 566”

(3)

Catatan Implementasi di Lapangan :

Pasal ini berlaku, apabila Pelaku Pertolongan Pertama dapat melakukan tanpa membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain.

Kerahasiaan Medis Penderita

Diatur dalam Pasal 322 KUHAP yang berbunyi :

1. Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan atau dengan denda sebanyak-banyaknya Rp. 9.000,-

2. Jika kejahatan itu dilakukan dengan cara tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Persetujuan Tindakan Pertolongan

Ada 2 (dua) bentuk persetujuan antara lain :

a. Persetujuan yang dianggap diberikan, tersirat (Implied Consent) b. Persetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)

Persetujuan diberikan : penderita dalam keadaan sadar memberikan isyarat yang mengizinkan tindakan pertolongan dilakukan atas dirinya. Dan dalam keadaan gawat darurat (emergency) yaitu penderita dalam keadaan tidak sadar.

Persetujuan yang dinyatakan : Persetujuan dinyatakan dalam secara lisan atau secara tertulis oleh penderita (tertulis).

Dasar Hukum PMI

PMI dapat menyelenggarakan Pertolongan Pertama, pelatihan dan Pos Pertolongan Pertama diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 023/Birhub/1972

Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama :

a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya b. Dapat menjangkau penderita

c. Dapat mengenali masalah d. Meminta bantuan/rujukan

e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat f. Membantu Pelaku Pertolongan Pertama

(4)

Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama a. Jujur dan bertanggung jawab

b. Berlaku professional c. Kematangan emosi

d. Kemampuan bersosialisasi e. Kondisi fisik baik

f. Mempunyai rasa bangga

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (PP)

Peralatan Dasar yang dipergunakan oleh pelaku PP disebut Alat Perlindungan Diri (APD). Prinsip menghadapi darah dan cairan tubuh antara lain darah dan semua cairan tubuh sebagai media penularan penyakit (Hepatitis, TBC, HIV/AIDS)

Beberapa APD yang digunakan antara lain : 1. Sarung tangan karet

2. Kacamata pelindung 3. Masker penolong 4. Masker Resusitasi 5. Helm

6. Rompi pelindung

Peralatan Pertolongan Pertama

a. Penutup muka (kassa steril, bantalan kasa) b. Pembalut (verban, mitella, plester)

c. Cairan antiseptic (Alkohol 70 %, Betadine) d. Cairan pembersih (Boorwater)

e. Peralatan Stabilitasi (bidai, spinal panjang) f. Gunting pembalut

g. Pinset h. Senter

(5)

5.4. Penilaian

5.4.1. Penilaian keadaan

a. Bagaimana kondisi sesuatu ?

b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ? c. Bagaimana mengatasinya ?

5.4.2. Penilaian dini

a. Kesan Umum (penentuan kasus Trauma dan Medis)

b. Pemeriksaan respon (Awas – Suara – Nyeri – Tidak respon) c. Memastikan jalan nafas terbuka

- Teknik angkat dagu tekan dahi (pasien respon)

- Teknik pendorongan rahang bawah (pasien tidak respon) d. Menilai pernafasan (Lihat – Dengar – Rasakan – selama 3-5 detik)

e. Menilai sirkulasi selama 5 – 10 detik dan menghentikan pendarahan hebat - Memeriksa nadi radial / pergelangan tangan (dewasa ada respon) - Memeriksa nadi brakial / bagian dalam lengan atas (bayi ada respon) - Memeriksa nadi karotis / leher (dewasa tidak ada respon)

- Memeriksa nadi brakial (bayi tidak ada respon) f. Menghubungi bantuan

Mintalah bantuan kepada orang lain untuk melakukannya atau lakukan sendiri

5.4.3. Pemeriksaan fisik

a. Penilaian Terarah

Tujuan : agar penolong dapat melaksanakan penatalaksanaan yang terbaik sesuai dengan keadaan yang dihadapi (sikap profesional)

Kasus trauma : Tanda pada umumnya terlihat dengan jelas dan teraba kecuali penderita mengalami cidera bagian tubuh

Teliti kasusnya dengan signifikan atau tidak signifikan

Kasus medis : Berupa gejala yang dirasakan oleh penderita dengan wawancara untuk menentukan riwayat penderita.

(6)

b. Prinsip pemeriksaan fisik ada dua hal, yaitu :

1. Pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh penderita dengan tujuan menemukan berbagai tanda.

2. Pemeriksaan fisik dilakukan sistematis dan berurutan dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Teknik pemeriksaan fisik : LIHAT, BANDINGKAN, DAN RABA Tindakan yang melibatkan panca indera kita berupa :

a. Penglihatan (inspeksi) b. Perabaan (palpasi)

c. Pendengaran (auskultasi)

Pada penderita cedera, harus dicari adanya : 1. Perubahan bentuk (P)

2. Luka terbuka (L) 3. Nyeri tekan (N) 4. Bengkak (B)

Urutan pemeriksaan fisik antara lain :

Kepala (kulit kepala, tulang tengkorak, tulang wajah, telinga, hidung, mata, mulut), leher, dada, perut, punggung, anggota gerak atas dan bawah.

Periksa tanda vital pada penderita.

Tanda Vital

Parameter yang digunakan dalam dua tanda vital adalah : 1. Denyut Nadi Normal (Jam tangan selama 15 detik)

- Bayi : 120 - 150 kali/menit - Anak : 80 - 150 kali/menit - Dewasa : 60 - 90 kali/menit

2. Frekuensi Pernafasan Normal (Jam tangan selama 30 detik) - Bayi : 25 - 50 kali/menit

- Anak : 15 - 30 kali/menit - Dewasa : 12 - 20 kali/menit

3. Suhu Tubuh Normal : 37 derajat celcius (Thermometer dan perabaaan dengan punggung tangan)

(7)

4. Tekanan Darah Normal (Tensimeter dan Stetoskop) - Sistolik : 100 – 140 mmHg

- Diastolik : 60 – 90 mmHg 5. Kulit (lembab, kering, berkeringat)

5.4.4. Riwayat penderita

Wawancara dengan penderita, keluarga atau saksi mata terutama kasus medis Untuk memudahkan, dikenal dengan akronim K – O – M – P – A – K

K : Keluhan Utama (Gejala dan tanda) O : Obat-obatan yang diminum

M : Makanan / minuman terakhir P : Penyakit yang diderita A : Alergi yang dialami K : Kejadian

5.4.5. Pemeriksan bekala atau lanjut

Penanggulangan pemeriksaan dari awal sebelum petugas medis datang ke lokasi kejadian.

Secara umum lakukan pemeriksaan berkala meliputi : - Keadaan respon

- Nilai kembali jalan nafas, perbaiki jika perlu

- Nilai kembali pernafasan, frekuensi dan kualitasnya - Periksa kembali nadi penderita

- Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya dari ujung kepala sampai kaki

- Periksa kembali secara seksama

- Periksa kembali ketatalaksanaan penderita (pembalutan, pendarahan, dan pembidaian)

(8)

5.4.6. Pelaporan

Setiap tindakan dan pemeriksaan harus dicatat secara singkat dan jelas dan sebagai bahan rujukan.

Dalam laporan sebaiknya dicatat antara lain : - Umur dan jenis kelamin penderita

- Keluhan utama - Tingkat respon - Keadaan jalan nafas - Pernafasan

- Sirkulasi

- Pemeriksaan fisik yang penting - KOMPAK yang penting

- Pentatalaksanaan pertolongan - Perkembangan lain yang penting

5.5. Luka bakar

Penyebab

- Thermal (suhu > 60 derajat Celcius) - Kimia (asam/basa kuat)

- Radiasi

Pertolongan luka bakar

1. Luka bakar derajat satu (permukaan) Ciri-cirinya :

- Warna kemerahan, nyeri dan bengkak - Lapisan kulit paling atas (kulit ari)

2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih kedalam) Ciri-cirinya :

- Lapisan kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu

- Adanya gelembung berisi cairan, bengkak, kulit kemerahan, lembab dan rusak

(9)

3. Luka bakar derajat tiga (ke dalam jaringan tulang) Ciri-cirinya :

- Lapisan yang kena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ

- Warna kulit hitam dan gosong, kulit tampak kering, pucat - Mati rasa karena kerusakan syaraf

- Tidak menimbulkan rasa nyeri

Luas permukaan tubuh

Penanganan dan penentuan derajat luka bakar luas permukaan tubuh yang mengalami luka bakar sangat berperan.

Pedoman untuk mengetahui luas daerah yang terbakar dilakukan dengan Hukum Sembilan yaitu membagi daerah tubuh dengan prosentase 9 (sembilan) perdaerah tubuh.

Hukum Sembilan Pada Dewasa

DAERAH TUBUH

1. Kepala 9 %

2. Badan bagian depan atas 9 %

3. Badan bagian depan bawah 9 % 4. Badan bagian belakang atas 9 % 5. Badan bagian belakang bawah 9 %

6. Lengan kiri 9 %

7. Lengan kanan 9 %

8. Tungkai kanan bagian depan 9 % 9. Tungkai kanan bagian belakang 9 % 10. Tungkai kiri bagian depan 9 % 11. Tungkai kiri bagian belakang 9 %

(10)

Hukum Sembilan Pada Anak-anak

DAERAH TUBUH

1. Kepala 18 %

2. Badan bagian depan atas 9 %

3. Badan bagian depan bawah 9 % 4. Badan bagian belakang atas 9 % 5. Badan bagian belakang bawah 9 %

6. Lengan kanan depan 4,5 %

7. Lengan kanan belakang 4,5 %

8. Lengan kiri depan 4,5 %

9. Lengan kiri belakang 4,5 %

10. Tungkai kanan bagian depan 7 % 11. Tungkai kanan bagian belakang 7 % 12. Tungkai kiri bagian depan 7 %

13. Kemaluan 7 %

Kategori luka bakar 1. Luka bakar ringan

- Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan, atau saluran nafas - Luka bakar derajat tiga < dari 2 % luas permukaan tubuh

- Luka bakar derajat dua < dari 15 % luas permukaan tubuh - Luka bakar derajat satu < dari 50 % luas permukaan tubuh - Luka bakar derajat dua < dari 10 % luas permukaan tubuh

2. Luka bakar sedang

- Tidak mengenai wajah, tangan, sendi, kemaluan, dan saluran nafas - Luka bakar derajat tiga antara 2 % - 10 % luas permukaan tubuh - Luka bakar derajat dua antara 15 % - 30 % luas permukaan tubuh - Luka bakar derajat satu > dari 50 % luas permukaan tubuh

(11)

3. Luka bakar berat

- Luka bakar disertai cedera saluran nafas

- Luka bakar derajat tiga pada wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan dan saluran nafas

- Luka bakar derajat tiga diatas 10 % luas permukaan tubuh - Luka bakar derajat dua lebih dari 30 % luas permukaan tubuh

- Luka bakar disertai nyeri, bengkak serta perubahan bentuk alat gerak - Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai dan dada - Semua luka derajat tiga > 20 % pada anak-anak dapat mengakibatkan syok

 Luka bakar dua seluas 20 % pada luka bakar pada orang dewasa dapat mengakibatkan syok

 Luka bakar derajat dua seluas 10 % pada anak-anak dapat mengakibatkan syok

Beberapa hal yang harus diperhatikan !!!

1. Luka bakar yang disebabkan listrik dan kimia

2. Daerah wajah yang terkena : wajah, tangan dan kaki, kemaluan, bokong, paha bagian dalam, sendi (cacat tubuh)

3. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 55 tahun, dianggap berat

Penanganan luka bakar

 Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan penolong *  Hentikan proses luka bakarnya (alirkan air dingin)

 Lepaskan pakaian dan perhiasan kecuali melekat pada tubuh  Tentukan derajat berat luka bakar selama pemeriksaan fisik  Hitung derajat luka bakar selama pemeriksaan fisik

 Hitung derajat luka, luas permukaan tubuh, lokasi luka dan faktor komplikasi dan kemungkinan cedera lain.

 Tutup luka bakar (kasa steril), jangan gunakan lemak, salep cairan antiseptik dan es

 Jagalah kehangatan tubuh pasien  Rujuk ke rumah sakit

(12)

Penanganan luka bakar serius

1. Luka Bakar Kimia

 Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong * Segera siram dengan air sebanyak-banyaknya > 20 menit

 Jangan menyirami bahan kimia yang beraksi kuat dengan air misalnya kaustik soda

 Bila mengenai mata, siram dengan air mengalir dan lepaskan lensa kontak  Minimalkan kontaminasi lanjut dengan aliran air

2. Luka Bakar Listrik

Luka bakar listrik yang harus diwaspadai adalah terjadinya henti nafas dan henti jantung, serta kerusakan jaringan syaraf dan organ dalam.

Gejala dan tanda syok listrik antara lain : a. Perubahan status mental dan respon b. Tampak luka bakar berat

c. Pernafasan dangkal, tidak teratur atau tidak ada d. Denyut nadi lemah

e. Patah tulang majemuk karena kontraksi otot

Penanganan luka bakar listrik

a. Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong b. Lakukan penilaian dini

c. Periksa dan cari luka bakar di daerah listrik masuk dan keluar d. Atasi syok, bila ada

e. Lakukan RJP jika diperlukan f. Rujuk ke RS terdekat

3. Luka bakar Inhalasi

Luka bakar yang terjadi karena menghirup udara panas, asap atau bahan racun yang masuk ke ruangan nafas.

Gejala dan tanda antara lain : a. Bulu hidung hangus terbakar b. Luka bakar pada wajah

c. Butir arang karbon dalam cairan ludah d. Bau asap pada pernafasan

(13)

e. Kesukaran bernafas f. Pernafasan berbunyi

g. Serak,batuk dan sukar bicara h. Kulit kebiruan

i. Gerakan dada terbatas

Penanganan luka bakar inhalasi

 Nilai keamanan tempat dan keselamatan penolong.  Pindahkan penderita ke tempat yang aman.

 Berikan oksigen, oksigen yang dilembabkan.  Penilaian dini terutama jalan nafas.

 Lakukan pernafasan buatan.

 Hati-hati pemberian oksigen di daerah kebakaran, pastikan penderita sudah aman untuk mencegah reaksi antara api dan oksigen.

5.6. Balut- membalut (verbandleer)

I. Balut membalut

1. Macam pembalut

- Kain segitiga (mitella) - Plester (Kleefpleister)

- Pembalut pita biasa (Zwachtel)

2. Guna pembalut

Untuk penutup :

- Supaya jangan kena cahaya

- Supaya jangan kena debu atau kotoran

II. Macam-macam Pembalut 1. Kain segitiga

Kain segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatannya tipis, sifatnya lemas, dan keadaanya kuat.

(14)

- Dilebarkan :

Untuk membalut anggota badan yang berbentuk tangan, untuk pembalut atau pembungkus : dada, panggul, punggung, perut, kaki, dan tangan.

- Cara dilipat-lipat menyerupai dasi panjang

Dipergunakan untuk pembalut anggota yang bundar (circle) bulat panjang (cylinder, bulat panjang lonjong (kegel) dan persendian.

- Cara yang dibelah setengah dari tingginya.

Kain segitiga yang dinamakan Plantenga. Digunakan istimewa untuk membalut mammae, selain itu untuk membalut punggung dan pinggul.

- Cara dilipat-lipat dari alas sampai setengah tingginya. Digunakan untuk membalut persendian

- Cara dibelah kiri-kanan sejajar dengan alas. Digunakan untuk bermacam-macam Funda.

Cara menyimpulkan kain segitiga ada 2 macam : 1. Simpul laki-laki

Simpul ini mempunyai bentuk rata dan ceper, akibatnya tidak menekan pada kulit.

2. Simpul perempuan

Simpul macam ini berbentuk bulat sehingga menekan pada kulit.

2. Plester (Kleefpleister)

Pembalut pita bergetah ini digunakan untuk : - Perekatan kain kassa yang dilipat pada kulit

Kalau ada luka-luka kecil yang tidak banyak mengeluarkan darah, atau ulcus dan bisul. Sesudah dipakaikan obat lalu ditutup dengan kassa yang dilipat, lalu direkatkan pada kulit dengan plester.

(15)

- Balutan penarik

Kalau ada tulang yang patah, kadang dipasang balutan penarik. Selain untuk patah dipakai untuk sendi yang menderita coccitis (radang sendi paha) dan gonitis (radang sendi lutut).

- Untuk fiksasi

Untuk patah tulang costa yang menembus kulit, biasanya direkatkan plester mulai dari tulang punggung melalui costa yang patah sampai sernum.

- Untuk Beunton.

Apabila ada luka lama atau ulcus yang lebar jarak antara kedua pinggirnya, dipasang beunton. Maksudnya supaya kedua belah pinggir luka itu, lekas menjadi rapat atau lekas tertutup. Cara demikian dipakai juga bila ada hernia di pusar anak kecil.

3. Pembalut pita biasa (Zwachtel)

Pembalut pita biasa terdiri atas bermacam-macam bahan. Tiap bahan dipergunakan untuk keperluan yang berbeda.

a. Pembalut kain kassa

Tipis dan jarang : untuk luka sederhana, pembalut basah, pembalut ulcus, bahan pembuat pembalut gips.

b. Pembalut Cambrics

Serupa dengan pembalut kain kassa, bedanya benangnya lebih kasar dan tebal. Penggunaannya sama dengan kain kassa.

c. Pembalut kain kassa bertajin (stiifsel-verband)

Dibuat dari kain kassa tapi mengandung tajin, oleh sebab itu jadi kaku. Kalau hendak dipakai pembalut ini direndam dulu dalam air hangat, sesudah basah lalu diperas, gunanya supaya tajin jadi lengket. Dipakai untuk memperbaiki curcular gips yang sudah mulai rusak.

d. Pembalut katun.

Dipakai untuk P3K. Juga dapat digunakan untuk pembalut, penekan, dan balutan penarik, tetapi hasilnya kurang memuaskan.

(16)

e. Pembalut flanel

Untuk balutan penekan, balutan penarik dan P3K.

f. Pembalut ideal

Rupanya seperti kaus, sifatnya elastis. Dipakai untuk balutan penekan, teristimewa kalau ada haematom juga dipakai untuk pembalut amputatie dan trepanatie.

g. Pembalut Tricot

Rupanya seperti kaus, agak elastis ditengahnya terbuka. Dipakai untuk pembalut amputatie, trepanatie, dan untuk membuat ranselverband.

h. Pembalut cepat (snelverband)

Pembalut cepat dari pabrik sudah dibuat steril. Biasanya dipakai untuk P3K

i. Pembalut Gips

Dibuat untuk pembalut kain kassa yang telah dibubuhi tepung gips diatasnya, lalu digulung. Menggulung pembalut gips harus agak longgar supaya air mudah masuk dalam gulungan, waktu direndam dalam air hangat bila hendak dipakai.

Pembalut gips dipakai untuk pengobatan lebih lanjut, jika ada tulang yang patah terutama tangan dan kaki. Tujuannya untuk fiksasi tulang yang patah atau sendi yang meradang.

j. Pembalut Martine

Terbuat dari karet, oleh sebab itu sangat elastis. Dipakai untuk balutan keras (afbinding) dan balutan setengah keras (stuwing). Dinamakan menurut nama dokter yang pertama membuatnya.

III.

Cara menggunakan kain segitiga.

1. Membalut kepala cara capitum parvum triangulare

Letakkan kain segitiga di atas kepala dengan sudut puncak menutupi hidung. Pinggir alas dilipat-lipat, sampai lipatan itu terletak rapat di belakang kepala. Ujung kiri dan kanan ditarik ke muka melalui pangkal kuping sebelah atas, kemudian disimpulkan di atas dahi, mendidih ujung puncak tadi. Pinggir kiri dan kanan ditarik-tarik supaya licin dan rata. Kemudian ujung sudut puncak yang menutupi hidung tadi ditarik ke atas kepala lalu dipeniti.

(17)

Guna balutan ini adalah untuk pembungkus kepala bila ada luka kecil, juga untuk membungkus kepala bagian wanita, bila akan dioperasi.

2. Membalut kepala cara Fascia Nadosa (pospakket)

Guna balutan ini adalah untuk pertolongan pertama bila di bagian pelipis terdapat luka yang mengeluarkan darah.

Luka ditutup dengan bahan steril lalu ditutup dengan kapas. Di atas tersebut diletakkan sepotong kayu gabus, setelah itu kain segitiga yang telah dilipat diletakkan di bawah dagu kemudian kedua ujungnya ditarik ke atas melalui muka kuping. Ujung yang satu melalui daerah tulang pelipis yang tidak sakit, terus ke atas kepala, turun ke bagian tulang pelipis yang sakit di atas kayu gabus tadi. Kemudian kedua ujung kain segitiga disilangkan sehingga satu dari ujung kain segitiga tadi menuju ke dahi dan satu lagi menuju ke belakang kepala. Kedua ujungnya dipertemukan di bagian tulang pelipis yang tidak sakit lalu disimpulkan tepat di atas kain balutan yang pertama. Perlunya disilangkan lagi di atas kayu gabus tadi supaya kayu tadi lebih

keras menekan pada luka itu sehingga darah tidak keluar lagi.

Fascia Nadosa ini dapat dipakai pula untuk fiksasi sendi rahang, untuk membalut kuping, atau untuk membalut kompres basah dari luar pada orang sakit gigi.

3. Funda

Funda terdiri dari kain segitiga, sisi kaki kiri dan kanannya dibelah kira-kira 6-10 cm, lebarnya dari sisi alas di sebelah masing-masing 1/3 dari panjang sisi alas.

Pengunaan funda :

- Membalut dagu secara funda maxillae - Membalut hidung secara funda nasi - Membalut dahi secara funda frontis

- Membalut belakang kepala (funda occipitis) - Membalut tumit (funda calcenei)

4. Membalut dada

Kain segitiga yang dipakai untuk pembalut dada biasanya dilebarkan saja. Gunanya untuk menutup luka atau ulcus yang sudah diobati.

Ujung puncak kain segitiga harus terletak di atas bahu, sisi alas dari kain segitiga dirapatkan pada bagian antara perut dengan dada. Sedangkan

(18)

kedua ujung sudut alas masing-masing ditarik ke punggung lalu disimpulkan. Ujung puncak tadi dari atas bahu ditarik ke punggung lalu disimpulkan dengan salah satu sudut alas.

5. Membalut punggung

Sama caranya dengan untuk dada, hanya memasangnya terbalik.

6. Membalut secara plantenga

Plantenga biasanya dipakai untuk membalut dada wanita yang mengalami mastitis. Biasanya keadaan ini terdapat pada wanita yang baru melahirkan. Wanita dengan mastitis bila buah dadanya tergantung saja biasanya terasa sangat sakit. Oleh sebab itu dibalut dengan cara plantenga.

- Penunjang mammae cara plantenga

Bagian mammae yang sakit dipakaikan kompres basah. Setelah itu plantenga diletakkan di atas dada pasien tersebut. Ujung yang telah dibelah dihadapkan ke atas, disilangkan di leher, lalu diikatkan di samping bawah leher. Sisi alas plantenga itu diletakkan di pangkal mammae dan kedua ujung sudut plantenga masing-masing ditarik ke punggung, lalu disimpulkan.

Fungsi dari balutan ini adalah untuk mengurangi rasa sakit. - Penekan buah dada cara Plantenga

Plantenga ini dilebarkan di punggung, ujung puncak yang terbelah masing-masing diletakkan melewati bahu, sehingga pangkalnya yang dibelah terletak di pangkal leher. Ujung sudut alas ditarik ke dalam melalui ketiak lalu disimpulkan dengan ujung puncak di bagian bahu sebelah depan, sehingga mammae tertarik dan tertekan. Ujung sudut kiri disimpulkan dengan belahan ujung puncak kanan, ujung sudut kanan disimpulkan dengan belahan ujung puncak kiri, sehingga terjadi silang. Gunanya untuk penutup atau penekan mammae yang sakit.

- Membungkus perut cara Plantenga

Ujung puncak dihadapkan ke bawah. Kedua ujung dari sudut alas, masing-masing ditarik ke pinggang, lalu disimpulkan. Ujung puncak yang sudah dibelah masing-masing ditarik ke bawah terus ke belakang melalui sela paha, setelah itu kedua ujung puncak masing-masing disimpulkan pada ujung sudut alas di pinggang tadi.

(19)

7. Membalut sendi siku

Kain segitiga dilipat-lipat, bagian tengahnya diletakkan di tengah-tengah siku, kedua ujung diarahkan ke perlipatan siku. Di perlipatan siku kedua ujung kain segitiga itu bertemu, ujung dari atas terus menuju ke bawah, ke daerah siku agak ke atas sedikit. Ujung yang dari bawah terus ke atas, menuju daerah siku agak ke bawah siku sedikit. Dari sana, masing-masing menuju kembali ke tengah-tengah perlipatan siku, lalu di sana disimpulkan. Guna dari balutan ini untuk penekan dan penutup daerah siku yang sakit.

8. Membalut sendi pergelangan tangan

Kain segitiga dilipat terlebih dahulu. Setelah itu bagian tengah kain segitiga diletakkan di telapak tangan. Ujung yang satu melewati sela ibu jari dan telunjuk, terus ke punggung tangan, menuju pergelangan tangan sebelah luar. Ujung yang lain, dari pinggir telapak tangan sebelah luar naik ke punggung. Terus menuju ke pergelangan tangan sebelah dalam. Masing-masing mengitari daerah pergelangan tangan, kemudian disimpulkan.

Guna balutan ini untuk penutup-penekan luka di daerah pergelangan tangan.

9. Membalut tangan seluruhnya

Kain segitiga dilipat mulai dari alas sampai 2-3 kali. Di atasnya diletakkan tangan yang akan dibalut. Pinggir alas tadi letaknya kira-kira di bagian pergelangan tangan. Setelah itu puncaknya dilipatkan ke punggung tangan. Kemudian sisi kanan dan sisi kiri kain dilipat, dibelitkan beberapa kali pada pergelangan tangan, kemudian disimpulkan di sana.

Guna balutan ini sebagai penutup pada luka yang telah diobati.

10. Kain segitiga untuk menggendong tangan

Gunanya untuk menggendong atau penahan tangan yang sakit. Apabila tangan tersebut patah, maka letak tangan dalam gendongan itu harus rata dari ujung siku sampai ke ujung tangan. Kalau disebabkan luka, maka letak tangan dalam gendongan itu agak lebih tinggi ke ujung tangan, gunanya untuk mengurangi pendarahan. Sebelum digendong, lukanya terlebih dahulu diobati dan dibalut.

(20)

Pembungkus Kepala (Capitum pervum triangulare)

Membalut kepala (secara Fascia Nadosa)

Membalut dahi (Funda Frontis)

Membalut dahi Membalut dagu(Funda maxillae) Membalut hidung (Funda Nasi) (Funda Frontis)

Membalut belakang kepala

(Funda Occipitis) Membalut tumit secara Funda

A. Membalut dada B. Membungkus dada

(21)

B. Mitella = Penggendong tangan

A. Permulaan pengerjaan Penggendongan

(22)

Membalut sendi

Membalut sendi pergelangan tangan

(23)

A. Pembalut berkepala Satu B. Pembalut berkepala dua C. Pembalut berkepala tiga

A. Pembalut berkepala satu B. Pembalut berkepala dua Fascia Uniens Fascia Uniens

A. Membalut kepala B. Membalut kepala C. Membalut kepala secara Fascia D. Membalut kepala cara Fascia Sagitalis cara Fascia Sagittalis Sagittalis dilakukan secara cara Sagittalis

berturut-turut 2 atau 3 kali (selesai)

(24)

IV. Pembalut Pita Biasa (Zwachtel)

Macam-macam pembalut pita : - Berkepala Satu

- Berkepala dua - Berkepala tiga

Cara membalut :

- Biasanya jalannya pembalut dari kiri ke kanan

- Balutannya harus menutup dan pinggirnya harus rapat - Balutan tidak boleh kendor, akibatnya merosot atau terlepas - Balutan tidak boleh terlalu kencan, akibatnya adalah stuwing

Zwachtel untuk pembalut kepala ada bebarapa macam :

- Pembalut cara Fascia Uniens, memakai pembalut berkepala satu/dua - Pembalut cara Fascia Sagitalis, memakai pembalut berkepala tiga - Cara Mitra Hyppokratis (Fascia Capitalis), memakai satu/dua pembalut - Cara Capistrum, memakai pembalut berkepala satu

- Cara Fascia Nadosa (Pospakket), harus memakai pembalut berkepala dua - Mata satu (Monoculus) atau mata dua (Bonaculus)

- Membalut telinga cara korner

Macam-macam pembalut untuk bentuk anggota : - Bentuk bulat panjang (cylinder)dengan cara :

a. Balut Biasa (dolabra currens)

b. Balut pucuk rebung (dolabra reversa)

- Bentuk bulat panjang lonjong (kegel), dengan cara : a. balut pucuk rebung (dolabra reversa)

b. Balut belit ular (dolabra repens) - Untuk persendian dipakai cara :

a. Balut silang (spica) b. Balut penyu (testudo)

(25)

A. Membalut kepala cara Mitra B. Membalut kepala cara Mitra Hyppokratis Hyppokratis (Fuscia Capitalis) (Fascia Capitalis) satu pembalut

A. Membalut kepala cara Mitra Hyppokratis (Fascia Capitalis)

dua pembalut B. Membalut kepala cara Mitra Hyppokratis

(26)

A. Lingkaran Pertama B. Ke dagu C. Ke belakang leher D. Ke belakang leher dan naik E. Memindahkan

lingkaran ke-2 yaitu dari haluan

belakang kepala dagu ke melanjutkan

belakang kepala lingkaran-

lingkaran

pendahulu

F. Membalu selesai

G. Membalut kepala cara Capistrum

(27)

Membalut telinga cara Korner

Membalut betis secara pucuk rebung menaik Membalut lengan atas 1. A. . (2 X)

(Dolabra Currents Humeri 2. B. (naik)

Ascendens) 3. C. (dilipat ke bawah) Membalut betis secara pucuk rebung 4. B. lagi dan seterusnya menurut Dolabra reversa crutis descendent 5. D. (2 X) penutup

B. Membalut betis secara belit ular

(Dolabra Currens) B C A (2 X) C A (2 X)

(28)

Pembalut sendi pergelangan kaki = Spica Pedis Ascendens

1. A. (2 X) A. Siku tertutup B. Berganti-ganti C. Membalut sendi siku cara 2. (naik) atas-bawah (siku) Testudo Cubiti Resersa (selesai)

3. (turun) 4. lagi dan seterusnya

(29)

5.7. Fraktur (patah tulang)

Pendahuluan

Terjadi pada tulang yang mengalami tekanan. Pada dasarnya seseorang yang mengalami fraktur akan mengalami kesulitan untuk menggerakkan bagian yang cedera, rasa sakit yang luar biasa, bisa disertai pendarahan atau tidak. Ada bebarapa jenis fraktur, fraktur terbuka, fraktur tertutup, fraktur sederhana, “Comminuted Fracture”, fraktur stabil, fraktur tidak stabil.

Fraktur terbuka sangat mudah mendiagnosisnya, yaitu terdapat tulang yang menembus keluar. Sedangkan untuk mendiagnosis fraktur tertutup agak sukar, karena tulang yang patah tidak menonjol keluar.

Fraktur sederhana apabila tulang yang patah hanya pada satu garis, lain lagi dengan comminuted fraktur, disini terjadi patah tulang dengan bagian yang patah terdapat tulang yang terpecah-pecah.

Fraktur stabil terjadi apabila terdapat tulang yang patah, tetapi antara tulang tersebut tertekan oleh tekanan yang kuat dan bertemu pada bagian yang tepat sehingga sepertinya tulang tidak patah. Hal ini dapat menyebabkan penderita tetap dapat berjalan meskipun dengan rasa sakit yang luar biasa. Fraktur yang tidak stabil adalah tulang dimana bagian tulang yang patah tidak bertemu dengan tepat.

Diagnosa fraktur

1. Perhatikan bagian yang cedera apakah ada benjolan/tulang keluar/normal.

2. Raba pada bagian yang cedera, sakit atau tidak. Penderita patah tulang biasanya merasa sakit.

3. Bila patah tulang biasanya penderita tidak bisa menggerakkan bagian bawah dari tulang tersebut.

4. Apabila terjadi fraktur, perhatikan vital sign, karena pada tulang, patahan tulang, dapat merusak pembuluh darah disekitarnya dan syaraf. Sehingga biasanya bagian tulang bawah akan menjadi pucat/biru. Lakukan sensation test, yaitu menguji bagian bawah cedera masih dapat merasakan atau tidak. Kalau tidak, berarti patah tulang.

5. Apabila terjadi fraktur tertutup, biasanya hanya terdapat benjolan (bedakan dengan benjolan yang bukan patah tulang), rasakan konturnya dan perhatikan bentuknya, bandingkan dengan bagian yang sama dengan yang tidak cedera.

(30)

6. Jangan lupa tanyakan riwayat kejadian pada penderita.

Pertolongan fraktur

1. Bila ada luka bersihkan dahulu lukanya

2. Jangan mobilisasi bagian cedera

3. Bila kurang mampu, jangan mencoba-coba untuk mengembalikan tulang yang patah pada tempatnya

4. Imobilisasi dengan teknik bidai yang benar

5. Bawa ke Rumah Sakit

Pertolongan penderita dislokasi (tulang bergeser dari mangkuk sendi) sama dengan pertolongan penderita fraktur.

(31)

Gbr. 5.1. Jenis Fraktur

Simple Fracture Greenstick Fracture Comminuted Fracture

Closed Fracture Open Fracture

Gbr. 5.2. Menghentikan pendarahan

Bleeding from the arm (A) is bandaged with Should blood seep though another pad (C + D) the knot away from the bleeding site (B) is bandaged into place (E + F) over the stop

A B C D E A B C D E

(32)

Gbr. 5.3. Dislokasi sendi bahu

(33)

Gbr. 5.5. Tanda Patah Tulang Normal Closed Fracture Open Fracture

Gbr. 5.7. Bidai Pergelangan Tangan

(34)

Gbr. 5.8. Bidai Lengan dan Kaki

(35)

Gbr. 5.10. Teknik Bidai Kaki

Gbr. 5.11. Penyangga untuk patah tulang lengan bawah

B C

(36)

Gbr. 5.12. Membalut luka terbuka

B

C

D A

(37)

Gbr. 5.13. Penyangga untuk Fraktur Collarbone

A

(38)

Gbr. 5.14. Stabilisasi leher

Place of rolled up blanket (or piece of clothing) ander neck it self (A), while walking boots can be arranged to stop sideways movement (B).

A

(39)

Gbr. 5.15. Bidai Leher

Roll up blanket (A), wrap it around the casualty’s troat (B) (without impairing breathing) and then tie it at the front (C)

A

B

(40)

Gbr. 5.16. Imobilisasi Benda AsinG

Kram / Cramp

Terjadi apabila banyak penumpukan asam laktat, kekurangan asam mineral karena habis terpakai. Biasanya bagian yang paling sering terkena adalah ekstreminitas bawah. Cara pertolongannya adalah mengusahakan otot yang kram tersebut untuk berhenti berkontraksi. Penderita diberikan cairan pengganti ion tubuh yang hilang, istirahat. Jangan memijat bagian yang kram, cukup diusap dengan balsem, atau yang memberi rasa panas atau dingin sehingga rasa sakit tersamarkan misalkan Conterpain. Kalau diperlukan penanganan yang cepat dapat digunakan klor ethyl.

(41)

Gbr. 5.17. Membalut luka tertusuk

A

B

(42)

Gbr. 5.18. Penanganan Kram

A

B

(43)

5.8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Karena Terkena Arus

Listrik

1. Bebaskan penderita dari arus listrik tersebut

2. Tempatkan penderita pada ruangan yang mempunyai cukup udara segar 3. Apabila penderita masih bernafas, baringkan telentang, buka semua

pakaian yang mengikat.

4. Rangsanglah kesadaran penderita dengan minyak wangi, cuka, dan sebagainya, bila ia pingsan.

5. Apabila penderita tidak bernafas (seolah-olah mati), lakukanlah pernafasan buatan hingga penderita mulai bernafas lagi dan timbul tanda-tanda mati yang nyata (adanya lebam mayat dan kuku mayat) ditemukan mati oleh dokter.

6. Bila penderita mulai bernafas lagi, rangsanglah kesadarannya dengan cara seperti pada item 4.

Cara pembebasan korban yang terkena aliran listrik

Pemutusan hubungan antara korban dan penghantar, harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Hantaran harus sedapat mungkin dibuat bebas tegangan dengan mempergunakan saklar-saklar atau dengan melepaskan alat-alat pengaman atau dengan menarik hantaran itu sampai putus menggunakan benda yang bukan logam (seperti sebilah kayu atau tali yang dililitkan pada penghantar itu).

2. Dengan menarik korban dari tempat kecelakaan

3. Menarik hantaran dari tubuh korban dengan menggunakan pakaian kering yang dipintalkan / diikatkan pada tali

4. Dengan menghubung singkatkan atau mentanahkan hantaran

Untuk menghindarkan atau mengurangi pengaruh arus listrik, para penolong harus menempatkan diri dari atas papan yang kering, diatas kain, pakaian kering, atau landasan-landasan serupa yang bukan logam.

(44)

5.9. Pertolongan pertama pada kecelakaan karena tenggelam

- Dalam menolong orang yang akan tenggelam, peganglah dari belakang untuk menjaga keamanan diri sendiri

- Peganglah dibawah ketiak atau di bawah dagunya dan lutut penolong ditekan pada badan yang ditolong

- Jika perlu tutup hidung korban secara paksa dengan dua jari

- Setelah sampai di darat, kendorkan semua pakaian yang menyesakkan, bersihkan mulut penderita dari pasir atau lumpur

- Lepaskan gigi palsu penderita (jika ada)

- Telungkupkan badan penderita, berdirilah dengan kaki terbuka di tengah badan penderita, sehingga penderita ada di posisi antara kedua tungkainya

- Pegang dengan kedua tangan dekat rusuk yang paling bawah dan angkatlah badan penderita, sehingga badan atau kepala menelungkup ke lantai untuk mengeluarkan air yang masuk ke badan penderita

Referensi

Dokumen terkait

adapun konsep yang harus dilakukan oleh Pemerintah terutama Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah dengan ketiga jenis inovasi tersebut dari mulai poses, produk

Adapaun batas lokasi penelitian pada SMP Negeri 4 Takengon yaitu Sebelah timur berbatasan dengan SMP Negeri 2 takengon, dan Sebelah barat dibatasi jalan

PT Henan Putihrai Sekuritas tidak akan bertanggung jawab atas setiap kehilangan dan/atau kerusakan yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh laporan ini atau

1) Perusahaan dapat mencoba untuk merangsang konsumen agar mereka meningkatkan pembeliannya. Pembelian dapat diuraikan sebagai fungsi dari frekuensi pembelian

Syair Tanpo Waton ini diciptakan oleh Gus Nizam berdasarkan representasi dari realitas yang dilihat dan dirasakan oleh beliau dari kehidupan masyarakat.. syair Tanpo Waton

Beliau bersabda: Lalu Allah berkalam, “Bagaimana jika mereka melihatKu?” Beliau bersabda: Mereka menjawab, “Kalau mereka melihatMu niscaya mereka akan lebih

Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pedagang yang biasanya dapat dijual dipinggir jalan, warung, kedai, kantin sekolah, restoran yang