• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK ANALISA PENYAKIT DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK ANALISA PENYAKIT DALAM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK ANALISA PENYAKIT DALAM

Adhi Sadewo Broto (L2F304202) Imam Santoso - Ajub Ajulian Zahra

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Healthy is something that is very pricelesss, without it people can’t enjoy this life. As years go by, many kinds of disease appear with new manifests or even something different with the existing symptoms. Indisease is one of the disease that people mostly suffering from. Indisease has many variation of indications and the symptoms that appears are almost the same. These cause many medical worker, or even common people find it difficult to recognize what kind of disease that is being suffered. Without any goog knowledge can cause a worse treatment to the disease, it can be even worse or may be can cause death if it’s too late. The more sophiscated the medical knowledge, helps medical workers to diagnose a disease and treat the patients. Many inventions such as rontgen, USG, CT-scan and many more is used as a helping tool for the medical world. One of a helping tool wich is helpful to diagnose a disease is an expert system. In general, expert system is a system that adopt human knowledge into a computer, so it can solve problems which the expert used to do. . Hopefully by this expert system, people can solve problems whish is “alittle bit” complicated or even very complicated without any an expert assistant. And for the experts, it can used as an experienced assistant.

The developed application is an expert system that is used to diagnose indiseases by using Certainty Factor method. The diagnose is done by analyzing the inputs of symptoms which is served as questions about what the patient suffers from. Then the inputs are maintened by using certain rules which are refers to the expert’s or doctor’s knowledge that have been saved in the cure rules. Then the results are matched with the doctor’s diagnoses to prove the truth. This program is made by using PHP language and database MySQL.

The results from this expert system is three alternative indisease which is performed according to the value of the certainty factor by ascending. The value of certainty factor depends on how many match between the input of the symptoms and the disease and also the value of the certainty factor for each correlation between a symptom and a disease. Hopefully, this expert system can be used by most people as a guidance for a pre-diagnose to an indisease and as a helping tool for doctors for a precision diagnose.

Key words: indisease, expert system, Certanty Factor (CF)

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem pakar merupakan program komputer yang meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar

dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu.

Implementasi sistem pakar dapat diterapkan dalam dunia kesehatan selain sebagai media informasi bagi

masyarakat terutama penderita penyakit untuk

mengetahui jenis penyakit yang diderita sebagai diagnosa awal, juga sebagai alat bantu bagi dokter untuk dapat mengambil keputusan lebih akurat.

Permasalahan yang ditangani oleh seorang pakar bukan hanya permasalahan yang mangandalkan algoritma namun terkadang juga p e r m a s a l a h a n y a n g s u l i t d i p a h a m i . Permasalahan tersebut

dapat diatasi oleh seorang pakar dengan

pengetahuan dan pengalamannya. Permasalahan ini

juga bisa diselesaikan oleh sistem pakar yang

menirukan kepakaran seseorang. Sistem pakar

dibangun bukan berdasarkan algoritma tertentu tetapi berdasarkan basis pengetahuan dan aturan.

Dalam melakukan diagnosis, seorang pakar

terkadang mendasarkan pada data yang kurang lengkap atau data yang tidak pasti. Agar sistem pakar dapat melakukan penalaran sebagaimana seorang pakar meskipun data yang diperoleh kurang lengkap atau kurang pasti, dapat digunakan Certainty

Factor. 1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat suatu program sistem pakar yang berisi pengetahuan dari seorang pakar/dokter yang diyakini kebenarannya yang

memiliki kemampuan untuk dapat mendiagnosa

penyakit dari gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien secara cepat dan tepat seperti seorang pakar dengan menggunakan metode Certainty Factor (CF).

1.3 Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini maka perlu adanya pembatasan masalah. Batasan masalah pada Tugas Akhir ini adalah :

a. Sistem pakar ini menggunakan bahasa

pemrograman PHP dan basisdata MySQL.

b. Jenis penyakit yang dibahas sebanyak 20 penyakit dalam beserta gejalanya.

c. Sistem pakar ini mendiagnosis pasien dewasa di atas 20 tahun yang produktif.

d. Metode yang digunakan dalam penyelesaian

masalah ini adalah metode Certainty Factor.

II. DASAR TEORI 2.1 Sistem Pakar [3]

Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli.

Sistem pakar menggabungkan pengetahuan dan penelusuran data untuk memecahkan masalah yang secara normal memerlukan keahlian manusia. Tujuan dari sistem pakar sebenarnya bukan untuk

menggantikan peran manusia, tetapi untuk

mensubtitusikan pengetahuan manusia kedalam

bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.

(2)

Sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok,

yaitu lingkungan pengembangan (development

environment) dan lingkungan konsultasi

(consultation environment). Lingkungan

pengembangan digunakan sebagai pembangun

sistem pakar baik dari segi pembangunan

komponen maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh seseorang yang bukan ahli untuk berkonsultasi.

Gambar 1. Struktur sistem pakar

Deskripsi singkat tiap komponen dapat dilihat pada bagian berikut :

1. Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi,

transfer, dan transformasi keahlian pemecahan masalah para pakar atau sumber pengetahuan terdokumentasi ke program komputer, untuk membangun atau memperluas basis pengetahuan. Sumber pengetahuan potensial antara lain pakar

manusia, buku teks, dokumen multimedia,

database, laporan riset khusus, dan informasi yang

terdapat dalam web.

2. Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

Basis pengetahuan merupakan representasi

pengetahuan dari seorang pakar yang diperlukan

unt u k m ema ham i, memf or m ulasi ka n da n

memecahkan masalah. Terdiri dari dua elemen dasar, yaitu :

 Fakta yang berupa informasi tentang situasi

permasalahan, teori dari area permasalahan atau informasi tentang objek.

 Spesial heuristik yang merupakan informasi

tentang cara bagaimana membangkitkan fakta baru dari fakta yang sudah diketahui. Dalam sistem pakar berbasis rule, bagian ini berupa

rules.

3. Mesin Inferensi (Inference Engine)

Inference engine merupakan otak dari sistem

pakar, bagian ini mengandung mekanisme fungsi

berpikir dan pola-pola penalaran sistem yang digunakan oleh seorang pakar. Mekanisme ini akan menganalisa suatu masalah tertentu dan kemudian mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Dari fakta-fakta yang diperoleh selama proses tanya-jawab dengan user, serta aturan-aturan yang tersimpan di

knowledge base, inference engine dapat menarik

suatu kesimpulan dan memberikan rekomendasi atau saran yang diharapkan oleh user.

Ada dua metode dasar yang bisa digunakan oleh mesin inferensi dalam mencari kesimpulan untuk mendapatkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi sistem pakar, yaitu runut maju (forward chaining) dan runut balik (backward chaining). Berikut ini penjelasan mengenai kedua metode pencarian tersebut :

a. Runut maju (Forward chaining)

Runut maju merupakan metode pencarian yang memulai proses pencarian dari sekumpulan data atau fakta, dari fakta-fakta tersebut dicari suatu kesimpulan yang menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi. Mesin inferensi mencari kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan yang premisnya sesuai dengan fakta-fakta tersebut, kemudian dari aturan-aturan tersebut diperoleh suatu kesimpulan. Runut maju memulai proses pencarian dengan data sehingga strategi ini disebut juga data-driven.

b. Runut balik (Backward chaining).

Runut balik merupakan metode pencarian yang arahnya kebalikan dari runut maju. Proses pencarian dimulai dari tujuan, yaitu kesimpulan yang menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi. Mesin inferensi mencari aturan-aturan dalam basis pengetahuan yang kesimpulannya merupakan solusi yang ingin dicapai, kemudian dari aturan-aturan yang diperoleh, masing-masing kesimpulan dirunut balik jalur yang mengarah ke kesimpulan tersebut. Jika informasi-informasi atau nilai dari atribut-atribut yang mengarah ke kesimpulan tersebut sesuai dengan data yang diberikan maka kesimpulan tersebut merupakan solusi yang dicari, jika tidak sesuai maka kesimpulan tersebut bukan merupakan solusi yang dicari. Runut balik memulai proses pencarian dengan suatu tujuan sehingga strategi ini disebut juga

goal-driven.

4. Antarmuka Pengguna (User Interface)

Merupakan bagian dari sistem pakar yang berfungsi sebagai pengendali input-output. User

interface melayani user selama proses konsultasi

mulai dari tanya-jawab untuk mendapatkan fakta-fakta yang dibutuhkan oleh inference engine sampai menampilkan output yang merupakan kesimpulan atau rekomendasi yang dihasilkan oleh inference

engine. LINGKUNGAN KONSULTASI Fakta tentang kejadian tertentu Fasilitas penjelas an Mesin Inferensi Basis Pengetahuan: Fakta dan aturan

Workplace Perbaikan Pengetahuan Antarmuka Aksi yang direkomendasikan Akuisisi Pengetahuan Pemakai LINGKUNGAN PENGEMBANGAN Pakar Knowledge Engineer

(3)

5. Tempat Kerja (Workplace)

Workplace adalah area kerja memori yang

disimpan sebagai database untuk deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input, digunakan juga untuk perekaman hipotesis dan keputusan sementara. Tiga tipe keputusan dapat direkam dalam

workplce, antara lain : rencana (bagaimana mengatasi persoalan), agenda (tindakan potensial sebelum eksekusi), dan solusi (hipotesis kandidat dan arah tindakan alternatif yang telah dihasilkan sistem sampai dengan saat ini).

6. Penjelasan (Justifier)

Bagian yang harus siap memberikan penjelasan saat user perlu mengetahui apakah alasan diberikannya sebuah solusi. Bagian ini secara konkrit membedakan sebuah sistem pakar dengan sistem aplikasi yang biasa, karena pada pemrograman

konvensional tidaklah biasa sebuah sistem

menyediakan informasi tambahan mengapa atau dari mana sebuah solusi diperoleh.

7. Perbaikan Pengetahuan

Bagian yang digunakan untuk menambah,

menghapus atau memperbaiki basis pengetahuan. Bagian ini tidaklah mutlak, karena mayoritas sistem pakar berbasis pengetahuan dalam format text-file, sehingga bagian ini dapat digantikan dengan berbagai

word processor yang tersedia. Namun demikian bila

sistem pakar dituntut untuk memiliki kemampuan

machine learning dari pengalaman konsultasinya,

bagian ini menjadi sangat vital.

8. Fakta Tentang Kejadian Khusus

Bagian ini hanya diperlukan saat data yang telah dimiliki pemakai (file database atau spreadsheet) diperlukan sebagai referensi untuk menarik kesimpulan.

2.2 Certainty Factor

Sistem pakar harus mampu bekerja dalam

ketidakpastian. Sej um la h teor i t el a h d item u ka n

unt u k menyelesaikan ketidakpastian, termasuk

diantaranya probabilitas klasik (classical

probability), probabilitas Bayes (Bayesian

probability), teori Hartley berdasarkan

himpunan klasik (Hartley theory based on

classical sets), teori Shannon berdasarkan pada pr o b a bi l it as ( S h a n o n t h e or y b a se d o n probability), teori Dempster-Shafer (Dempster- Shafer theory), teori fuzzy Zadeh (Zadeh ’s fuzzy theory)

dan faktor kepastian (certainty factor).

Faktor kepastian(certainty factor) diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN.

Certainty factor (CF) mer upakan nilai

parameter klinis yang diber ikan MYCI N

untuk menunjukkan besarnya kepercayaan.

Certainty factor didefinisikan sebagai pada

persamaan berikut [1]:

CF(H,E) = MB(H,E) – MD(H,E) Keterangan:

CF(H,E) : certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala (evidence) E. MB(H,E) :ukuran kenaikan kepercayaan (measure of

increased belief) terhadap hipotesis H yang

dipengaruhi oleh gejala E.

MD(H,E): ukuran kenaikan ketidakpercayaan

(measure of increased disbelief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.

Pada sistem pakar ini, nilai MB diabaikan karena

yang diperhitungkan adalah nilai kenaikan

kepercayaan pakar terhadap suatu penyakit. Sistem pakar terdiri dari beberapa kaidah yang berupa fakta dan aturan untuk menghasilkan keputusan. Formula CF untuk beberapa kaidah yang mengarah pada hipotesa yang sama dapat dituliskan sebagai berikut[2]:

CF(R1)+CF(R2)–[CF(R1)*CF(R2)];nilaiCF(R1)& CF(R2) > 0 CF(H) CF(R1)+CF(R2)+[CF(R1)* CF(R2)]; nilai CF(R1)&CF(R2) < 0 |] ) 2 ( | |, ) 1 ( min[| 1 ) 2 ( ) 1 ( R CF R CF R CF R CF   ;nilai CF(R1)&CF(R2) berlawanan tanda

Pada sistem pakar diagnosa penyakit dalam ini, nilai CF per aturan yang digunakan berada pada kisaran 0.1 sampai dengan 0.9. Hal ini berarti nilai CF>1, sehingga rumus yang digunakan adalah :

CF(R1,R2) = CF(R1)+CF(R2) – [(CF(R1) * CF(R2)]

III. Perancangan Sistem 3.1 Kebutuhan pengguna

Sistem pakar diagnosa penyakit dalam ini

dirancang untuk dapat digunakan perorangan, dokter

dan di sebuah rumah sakit, untuk itu dalam

penggunaannya dibedakan menjadi tiga pengguna dengan otorisasi yang berbeda. Adapun pengguna sistem pakar ini adalah :

 Pakar/dokter: dapat mengakses semua menu dalam sistem pakar dan yang paling berperan dalam menentukan basis pengetahuan sebagai otak sistem pakar.

 Administrator: sebagai admin yang mengatur data pakar dan pasien.

 Pasien : sebagai pengunjung yang hanya dapat

(4)

Menu yang dapat diakses setiap userrole adalah sebagai berikut: 1. Pakar :  Halaman depan  Diagnosa penyakit  Data penyakit  Data gejala  Kaidah diagnosa  Data pakar  Data pasien 2. Administrator:  Halaman depan  Diagnosa penyakit  Data pakar  Data pasien 3. Pasien:  Halaman depan  Diagnosa penyakit

3.2 Diagram Alir Program

Cara kerja sistem pakar penyakit dalam ini dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:

Gambar 2. Diagram alir program

Pada diagram alir gambar dapat dilihat bahwa tampilan awal program sistem pakar adalah halaman index.php. Pengguna diharuskan memasukkan userid dan password untuk melakukan login. Sistem akan membaca apakah userid tersebut masuk ke dalam

userrole pakar, admin atau pasien. Lalu sistem akan

memunculkan menu sesuai dengan otorisasi userrole

tersebut di halaman_depan.php. Pengguna dapat

mengakses menu-meru tersebut di halaman_depan.php atau keluar ke halaman index.php lagi.

3.3 Diagram Alir Diagnosa Penyakit

Proses diagnosa penyakit pada sistem pakar ini dapat dilihat pada gambar

Gambar 3. Diagram alir diagnosa penyakit

Berikut penjelasan diagram alir diagnosa penyakit:

a) Inisialisasi id pengguna untuk menentukan otorisasi pengguna.

b) Cek apakah userrole = pakar? Jika ya, pilih pasien yang akan didiagnosa; jika tidak, langsung lakukan diagnosa.

c) Jika pasien baru, daftarkan dulu pasien tersebut di halaman datapasien.php

d) Setelah pakar menentukan pasien yang akan

didiagnosa, tampilkan history pengobatan pasien yang bersangkutan, lalu lakukan diagnosa baru. e) Pilih gejala yang dirasakan oleh penderita.

f) Jika selesai memasukkan gejala, hitung CF

berdasarkan kaidah diagnosa.

g) Cek userrole = pakar? Jika tidak, hanya tampilkan alternatif penyakit berdasarkan 3 CF terbesar secara urut; jika ya, tentukan keputusan penyakit dari 3 alternatif penyakit dengan CF terbesar.

h)

Tulis resep pengobatan. Simpan hasil diagnosa

ke dalam tabel history_diagnosa.

3.4 Mesin Inferensi

Secara sederhana mesin inferensi merupakan

mesin yang digunakan untuk merepresentasikan basis

pengetahuan sehingga dihasilkan informasi yang

dibutuhkan dan dapat dimengerti oleh pengguna. Metode yang digunakan dalam merancang mesin inferensi Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit dalam adalah metode pelacakan ke depan (forward chaining). Dalam mesin inferensi sistem pakar, sistem akan membaca masukan pengguna berupa masukan gejala yang dirasakan. Tiap masukan gejala memiliki id gejala yang kemudian akan dilacak oleh sistem di dalam tabel data gejala. Dari id gejala tersebut sistem

(5)

akan melacak di tabel kaidah diagnosa untuk mendapatkan nilai certainty factor serta pasangan penyakit gejala tersebut. Kemudian sistem akan melakukan perhitungan untuk setiap nilai certainty

factor per penyakit berdasarkan basis pengetahuan

yang digunakan. Diagram alir mesin inferensi dapat dilihat pada gambar

Gambar 4. Diagram alir mesin inferensia

Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa masukan pengguna berasal dari pilihan checkbox pada daftar pertanyaan yang dibagi berdasarkan metode diagnosa yang digunakan (wawancara, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang). Pilihan pada checkbox

tersebut merupakan metode pertanyaan yang terdapat pada tabel data gejala. Dari pilihan tersebut, sistem akan mencari id gejala yang dipilih pada tabel data gejala. Setelah mendapatkan id gejala, sistem akan mencari id gejala tersebut pada tabel kaidah diagnosa untuk mendapatkan pasangan penyakit dan nilai

certainty factornya. Data dari tabel kaidah diagnosa

tersebut di pindah ke tabel diagnosa untuk dilakukan

perhitungan. Sebelum dilakukan perhitungan, id

penyakit diurutkan berdasarkan urutan dari yang

terkecil ke yang terbesar untuk dibuat session

perhitungan certainty factor per penyakit. Penyakit yang muncul akan dihitung berapa banyak, dan nilai

certainty factor juga dihitung per penyakit. Data hasil

perhitungan (id penyakit dan nilai CF) kemudian di pindah ke tabel hasil_sementara, lalu kemudian sistem akan menampilkan tiga penyakit dengan nilai CF

terbesar. Data tersebut disimpan di tabel

hasil_sementara dengan maksud untuk membedakan

keputusan diagnosa yang akan diambil. Untuk

pengguna dengan userrole pakar, proses akan

dilanjutkan dengan menentukan hasil penyakit yang akan dipilih serta menuliskan resep pengobatan, sedangkan pengguna selain userrole pakar, sistem hanya akan menampilkan tiga penyakit dengan nilai CF terbesar dan pesan “Hubungi dokter pribadi anda”.

IV. Pengujian dan Analisa Sistem Pakar

4.1 Pengujian Perhitungan Nilai Certainty Factor

Pada pengujian perhitungan nilai CF akan diambil satu sampel penyakit, yaitu Demam Berdarah (id penyakit nomor 1)

Gambar 5. Pilihan pertanyaan

Pada gambar 5 dipilih tiga buah gejala yang akan didiagnosa. Gejala yang dipilih adalah gejala pada metode diagnosa wawancara yang mengarah pada penyakit Demam Berdarah

Gambar 6. Tabel diagnosa

Setelah pengguna memilih data gejala pada

checkbox pertanyaan, sistem akan mencari id gejala

tersebut pada tabel datagejala, lalu id gejala tersebut digunakan untuk mencari data penyakit dan nilai CF di tabel kaidah_diagnosa. Semua data tersebut akan

dikirimkan ke tabel diagnosa untuk dilakukan

perhitungan. Di tabel diagnosa pada gambar 6, muncul beberapa penyakit yang memiliki kecocokan dengan masukan gejala dari checkbox pertanyaan dengan nilai CF tiap pasangan id penyakit dan id gejala yang didapat dari tabel kaidah diagnosa.

(6)

Gambar 7. Hasil nilai CF di tabel hasil_sementara

Pada gambar 7 muncul beberapa nilai CF total per id penyakit yang diurutkan berdasarkan nomor id penyakit. Akan dilakukan perhitungan manual untuk sampel salah satu penyakit, yaitu penyakit dengan id nomor dua.

CF1 = 0.9

CF2 = 0.9 + 0.6 *(1-0.9) = 0.96

CF3 = 0.96 + 0.8 * (1-0.96) = 0.992

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai yang sama dengan nilai CF total pada tabel hasil_sementara. Ini membuuktikan perhitungan nilai CF pada sistem pakar ini benar.

4.2 Pengujian dengan Satu Metode Diagnosa

Pada pengujian dengan satu metode diagnosa, akan dibandingkan hasil penyakit dan nilai CF dari tiga masukan gejala untuk masing-masing metode diagnosa

Tabel 1. Perbandingan hasil diagnosa dengan

menggunakan satu metode diagnosa

Perbandingan W F P Masukan id gejala 2,5,6 63, 65, 70 83, 85, 86 Banyaknya diagnosa penyakit 11 2 4 Total CF tertinggi 0.975 0.88 0.998 Keterangan:

W : metode diagnosa wawancara F : metode diagnosa pemeriksaan fisik P : metode diagnosa pemeriksaan penunjang

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa masukan untuk tiap metode diagnosa sama banyaknya (tiga gejala). Pada pemeriksaan fisik dan penunjang, banyaknya diagnosa penyakit dari masukan gejala, lebih sedikit dibandingkan dengan wawancara. Hal ini disebabkan karena gejala yang terdapat pada pemeriksaan fisik dan penunjang lebih spesifik dan memiliki nilai CF hubungan antara id penyakit dan id gejala yang relatif tinggi. Untuk nilai total CF tertinggi dihasilkan dari

metode diagnosa pemeriksaan penunjang, lalu diikuti dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Banyaknya penyakit yang terdiagnosa tidak serta merta membuat nilai CF total menjadi tinggi, tetapi tergantung pada besarnya nilai CF pasangan antara satu id penyakit dengan satu id gejala pada aturan kaidah diagnosa.

4.3 Pengujian dengan Dua Metode Diagnosa

Pada pengujian dengan dua metode diagnosa akan dibandingkan hasil diagnosa antara metode wawancara dengan gabungan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Tabel 2. Perbandingan hasil diagnosa antara metode wawancara dengan gabungan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Perbandingan W F dan P Masukan id gejala 1,5,6,7,8, 9,10,15,17 34,54,55, 57,83,84 Banyaknya diagnosa penyakit 15 5 Total CF tertinggi 0.99998848 0.9999 Keterangan:

W : metode diagnosa wawancara F : metode diagnosa pemeriksaan fisik P : metode diagnosa pemeriksaan penunjang

Dari tabel 2 didapatkan hasil yaitu dengan menggunakan dua metode diagnosa pemeriksaan fisik dan penunjang, banyaknya penyakit yang terdiagnosa lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan satu metode diagnosa. Tetapi nilai total CF tertinggi didapatkan dari diagnosa dengan menggunakan satu metode saja, ini membuktikan bahwa nilai total CF tidak dipengaruhi oleh banyaknya metode diagnosa, tetapi banyaknya masukan gejala yang sesuai serta besarnya nilai CF hubungan antara id penyakit dan id gejala.

(7)

4.4 Pengujian dengan Tiga Metode Diagnosa

Pada pengujian dengan tiga metode diagnosa ini akan diambil satu sampel penyakit (demam tifoid) dan membandingkannya dengan hasil diagnosa dengan menggunakan satu dan dua diagnosa.

Tabel 3. Aturan untuk penyakit Demam Tifoid

MetodeDiagnosa Id gejala Nilai CF

Wawancara 1 0.9 Wawancara 5 0.6 Wawancara 6 0.8 Wawancara 7 0.5 Wawancara 8 0.7 Wawancara 9 0.8 Wawancara 10 0.8 Wawancara 15 0.6 Wawancara 17 0.4 Fisik 54 0.8 Fisik 55 0.9 Fisik 57 0.5 Penunjang 34 0.5 Penunjang 83 0.8 Penunjang 84 0.9

Dengan asumsi semua gejala dipilih, maka hasil diagnosa dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Perbandingan hasil diagnosa antara tiga

metode diagnosa. dengan gabungan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang

Perbandingan W, F dan P F dan P

Masukan id gejala 1,5,6,7,8,9,1015,17, 34,54,55,57,83,84 34,54,55, 57,83,84 Total CF 0.99999999808 0.9999 Keterangan:

W : metode diagnosa wawancara F : metode diagnosa pemeriksaan fisik P : metode diagnosa pemeriksaan penunjang

Dari tabel 4 terlihat bahwa dengan menggunakan tiga metode diagnosa dan dengan kecocokan masukan gejala yang lebih banyak, maka didapatkan nilai CF yang semakin besar dan diagnosa penyakit yang

semakin tepat. Untuk itu disarankan dalam

penggunaan sistem pakar untuk analisa penyakit dalam

ini menggunakan ketiga metode diagnosa dan

memasukkan sebanyak-banyaknya gejala sesuai

dengan yang dirasakan atau diderita.

5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dalam pembuatan dan penyelesaian tugas akhir yang berjudul “Perancangan dan Implementasi Sistem Pakar untuk Analisa Penyakit Dalam” ini dapat ditarik kesimpulan antara lain:

1. Deskripsi gejala yang terdapat pada metode diagnosa pemeriksaan fisik dan penunjang lebih spesifik daripada wawancara.

2. Dengan penggunaan satu metode diagnosa, hasil

penyakit yang terdiagnosa dengan metode

wawancara, lebih banyak dibanding dengan

metode pemeriksaan fisik atau penunjang.

3. Nilai CF total ditentukan banyaknya kecocokan gejala masukan dan nilai CF per korelasi antara id gejala dan id penyakit pada kaidah diagnosa 4. Semakin banyak masukan gejala dan metode

diagnosa yang digunakan, maka akan semakin akurat pula hasil diagnosa penyakit dalam.

5. Tampilan hasil diagnosa penyakit dibatasi

sebanyak tiga penyakit dengan nilai CF total terbesar sesuai urutan dari yang terbesar.

6. Keputusan penyakit lebih lanjut diserahkan

kepada pihak yang berwenang, dalam hal ini dokter ataupun ahli medis.

5.2 Saran

Penulis memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pengembangan tugas akhir ini antara lain:

1. Penyakit yang dibahas dalam sistem pakar ini dibatasi hanya dua puluh penyakit, untuk ke depannya dapat ditambahkan data penyakit dan gejala serta pengetahuan kepakaran lebih banyak agar dapat digunakan lebih luas lagi.

2. Sistem pakar ini dibuat dengan bahasa

pemrograman PHP dan basisdata MyQSL dengan maksud agar dapat dikembangkan untuk dapat digunakan secara online sehingga lebih banyak orang yang dapat memanfaatkan.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

[1]Giarratano, J.C & Riley G, Expert Systems :

Princples and Programming, 2nd edition.

PWS Publishing Co. USA:1994.

[2]Kusrini. Aplikasi Sistem Pakar. Penerbit ANDI. Yogyakarta:2008.

[3]Kusumadewi, Sri. Artificial Intelligence (Teknik

dan Aplikasinya). Graha Ilmu.

Yogyakarta:2003.

Adhi Sadewo Broto (L2F304202) lahir di Palembang,15 Juli 1982. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Palembang, pendidikan menengah atas di Semarang dan Diploma 3 di Politeknik

Negeri Semarang. Saat ini sedang

menempuh pendidikan Strata 1 di jurusan

Teknik Elektro bidang Konsentrasi

Teknik Elektronika Telekomunikasi

Universitas Dipenegoro

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Imam Santoso,S.T.,M.T. NIP.197012031997021001

Ajub Ajulian Zahra,S.T.,M.T. NIP.197107191998022001

Gambar

Gambar 1. Struktur sistem pakar
Gambar 3. Diagram alir diagnosa penyakit Berikut penjelasan diagram alir diagnosa penyakit:
Gambar 5. Pilihan pertanyaan
Tabel 2. Perbandingan hasil diagnosa antara metode wawancara dengan gabungan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
+2

Referensi

Dokumen terkait

a) Tingkat kekumuhan di permukiman yang teridentifikasi kumuh dibagi menjadi tiga kelas, yaitu ringan, sedang dan berat. Permukiman kumuh ringan memiliki persentase

Sehingga pada Formasi Kebobutak dan Dukuh diperkirakan material piroklastik yang terbentuk banyak terendapkan pada lingkungan transisi - laut akibat terjadinya sea

impossibility of the idea. Perhaps it was his inability to believe that Tay had not recognized him in the vision, yet Vree Erreden had. Perhaps it was simply a reaction to the twinge

Yang dimaksud dengan judicial review adalah suatu pranata dalam ilmu hukum yang memberikan kewenangan kepada badan pengadilan umum, atau badan pengadilan khusus,

(2) Pembelajaran melalui bermain dalam rangka pengembangan kemampuan berbahasa anak yang dilaksanakan oleh guru TK memiliki tiga ciri pokok, yaitu pembelajaran

Dalam penelitian-penelitian terdahulu ini terkait bagaimana melakukan integrasi model CMMI yang merupakan standar mutu pengembangan perangkat lunak dengan ISO

Pada tugas akhir kali ini, dirancang sebuah mesin CNC (Computer Numerical Control) Router 3 Axis berbasis GBRL controller sebagai penerjemah program G-code yang didapat

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui tingkat akurasi data penginderaan jauh dan mengetahui lokasi daerah yang memenuhi kriteria sesuai untuk digunakan