ANALISIS EFISIENSI EKONOMI
PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KEDELAI
DI KABUPATEN SUKOHARJO
Kuncoro Wahyu Tri Utomo, Agustono, Suprapto
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457
E-mail: albertuzkun@gmail.com Telp. 085647063083
Abstract : The Script writing is based on the research which have aims to
analyze amount of farm expenses, acceptance and net return of soybean farming,to study the effect of the use of production factors on soybean farming and to study economic efficiency level on soybean farming in Sukoharjo Regency. The research method used in this research is descriptive method. The research implementation uses survey technique. Weru subdistrict is chosen be sample of subdistrict and chosen village is Karanganyar village and Krajan village. Sample of farmers are chosen proportionally as much 30 people who consist of 16 farmers from Karanganyar village and 14 farmers from Krajan village. The result of the research shows that mean of wide farm is 0.88 hectare, farm expenses is Rp.7.211.309,09 per hectare, acceptance is Rp.17.651.250 per hectare and net return is Rp.10.439.940,91 per hectare. The result of regression analysis shows that the use of production factors of widefarm, seed, ppc and labor by all together have an effect on to yield up the production of soybean. Seed and ppc have an effect to yield up production of soybean by individual. While wide farm, organic fertilize and labor no have an effect on to yield up production of soybean. Production factor of seed have a largest effect on production. The comparison of marginal product value at price of production factors of ppc shows that the use of production factors of soybean is not efficien.
Keywords: Economic Efficiency, Production Factors, Soybean Farming
Abstrak : Penelitian ini bertujuan menganalisis besarnya biaya, penerimaan,
dan pendapatan usahatani kedelai, mengkaji pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani kedelai dan mengkaji tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pelaksanaan penelitian menggunakan teknik survey. Kecamatan Weru terpilih menjadi kecamatan sampel dengan desa terpilih adalah desa Karanganyar dan Krajan. Penentuan petani sampel dilakukan secara proporsional sebanyak 30 orang yang terdiri dari 16 orang petani dari desa Karanganyar dan 14 orang petani dari desa Krajan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan rata-rata luas lahan 0,88 Ha. Biaya usahatani kedelai sebesar Rp.7.211.309,09,-/Ha, penerimaan usahatani sebesar Rp.17.651.250,-/Ha dan pendapatan usahatani sebesar Rp.10.439.940,91,-/Ha. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi luas lahan, benih dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kedelai. Perbandingan nilai produk marjinal dengan harga dari faktor produksi pupuk urea menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi kedelai tidak efisien.
PENDAHULUAN
Kedelai (Glicyne max L Merril) merupakan salah satu komoditas yang penting dari subsektor tanaman pangan. Sebagai tanaman palawija yang telah berubah kedudukannya dari tanaman sampingan menjadi tanaman strategis dalam ekonomi nasional. Kedelai merupakan salah satu komoditas penting setelah padi karena sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan protein, bahan baku industri tahu, tempe, taucho, kecap, susu kedelai, dan bahan pakan ternak. Laju peningkatan kebutuhan kedelai semakin meningkat sejalan dengan semakin luasnya
pemanfaatan kedelai (Amang, et al, 1996).
Menurut Rukmana (1996) peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai di Indonesia masih cukup besar, antara lain melalui perbaikan paket teknologi budidaya dan pasca panen, dan perluasan areal penaman kedelai serta perbaikan mutu intensifikasi. Oleh karena itu perlu dikembangkan usaha agribisnis komoditas kedelai yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitras, dan mutu produk kedelai sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Tabel 1. Luas Lahan, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2011
Tahun Luas Lahan (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) 2007 2008 2009 2010 2011 4.251 3.905 3.996 3.795 2.772 21,61 21,99 23,13 23,81 18,57 9.187 8.586 9.243 8.990 5.054
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produktivitas produksi kedelai di Kabupaten Sukoharjo berfluktuasi dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan antara kenaikan dan penurunan produktivitas produksi kedelai yang terjadi. Kenaikan terjadi pada tahun 2008 sampai 2010 masih lebih besar dari penurunan yang terjadi pada tahun 2011. Produktivitas yang cenderung meningkat tidak diimbangi dengan
luas lahan, sehingga menyebabkan produksi menurun.
Kenaikan atau penurunan produksi dapat terjadi karena perubahan penggunaan faktor-faktor produksi. Pada dasarnya petani akan mengubah penggunaan faktor-faktor produksi apabila dapat meningkatkan pendapatannya. Oleh karena itu perlu dikaji efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani kedelai di Kabupaten Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, dimana mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, yaitu masalah-masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dianalisis, dan dijelaskan (Surakhmad, 1994).
Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian dilakukan
dengan teknik survey yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani kedelai digunakan rumus :
PdU = PrU – BU
= H.Y – Bm ……….(1) Keterangan :
PdU : Pendapatan usahatani kedelai
(Rp/Ha/MT), PrU : Penerimaan usahatani kedelai (Rp/Ha/ MT), BU : Biaya usahatani kedelai (Rp/Ha/ MT), H : Harga kedelai (Rp/Kg), Y : Jumlah produksi kedelai (Kg/Ha/ MT), Bm : Biaya mengusahakan (Rp/Ha/ MT)
Untuk mengkaji hubungan penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi pada usahatani kedelai digunakan model regresi dengan model fungsi produksi Cobb Douglas dengan rumus :
Y = a X1b1 .X2b2 .X3b3 .X4b4 …….
(2)
Dimana :Y = produksi kedelai (kg),a = Intersep, b1-b4 =
koefisien regresi , X1 = luas lahan (Ha), X2 = benih (Kg), X3 =
pupuk urea (kg), X4 = tenaga kerja (HKP)
Untuk menguji apakah faktor-faktor produksi bersama-sama berpengaruh terhadap hasil produksi kedelai digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : ESS : Jumlah kuadrat
regresi, TSS : Jumlah kuadrat total, k : jumlah variable, N : jumlah sampel, Dengan hipotesis : Ho : bi = 0 Hi : minimal salah satu bi bernilai tidak nol
Dengan tingkat signifikasi α 5% maka:
Jika α < sig : Ho diterima dan Hi ditolak berarti faktor produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kedelai.
Jika α > sig : Ho ditolak dan Hi diterima berarti faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kedelai.
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi kedelai digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan
uji t, dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : bi = koefisien regresi ke-I,
Se =standard error koefisien regresi
ke-I Dengan hipotesis : Hi = bi ≠0,
Pada tingkat signifikasi α 5%
Jika α < sig : Hi ditolak berarti faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kedelai. Jika α > sig : Hi diterima
(
)
(
)
...(3) / 1 / k N TSS k ESS F − − =( )
...(4) bi Se bi thitung =berarti faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kedelai.
Untuk mengetahui seberapa jauh variabel yang mempengaruhi menjelaskan variabel yang dipengaruhi digunakan uji determinasi (R2). Faktor produksi kedelai akan semakin dekat hubungannya dengan hasil produksi kedelai bila nilai R2 sama dengan atau mendekati satu.
Dimana : ESS : Jumlah kuadrat regresi, TSS : Jumlah kuadrat total.
Untuk mengkaji penggunaan faktor-faktor produksi kedelai mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi menggunakan rumus :
Keterangan : NPMxi : Nilai Produk Marjinal untuk faktor produksi xi, Pxi : Harga faktor produksi xi
Dimana :
, berarti penggunaan
faktor produksi x pada efisiensi ekonomi tertinggi.
, berarti penggunaan
faktor produksi x tidak efisien. Jika tahapan proses produksi berada pada skala hasil yang meningkat maka analisis efisiensi ekonomi menggunakan konsep biaya minimal. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
PFMxi = Produk Fisik Marjinal faktor produksi xi
Pxi = Harga faktor produksi xi
(Rp)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada usahatani penghasil kedelai terbesar di Kabupaten Sukoharjo adalah di Kecamatan Weru yang berada di sebelah selatan Kabupaten Sukoharjo. Varietas kedelai yang digunakan adalah Taichung dan penanamannya dilaksanakan dengan pola tanam padi-padi-kedelai dan kedelai-padi-kedelai. Sehingga kedelai masih merupakan tanaman prioritas kedua (secondary crop) setelah tanaman padi.
Budidaya tanaman kedelai yang dilakukan di daerah penelitian melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
Lahan sawah yang telah digunakan untuk menanam padi dibersihkan dari sisa-sisa tanaman padi (jerami), kemudian dikumpulkan pada suatu tempat. Setelah itu dibuat parit atau saluran drainase disekeliling lahan. Hal ini terutama dilakukan pada musim penghujan. Kemudian dibiarkan kering menunggu waktu yang tepat untuk menanam.
Penanaman kedelai dilakukan bersama-sama dengan benih yang telah disiapkan. Benih kedelai didapat dari hasil tanam di lahan tegal (bagi yang punya tegal) atau membeli di pedagang atau kios pertanian yang terdapat di daerah itu. Penanaman kedelai digunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 20 cm x 15 cm pada musim kemarau dan 1 Px NPMx = ) 6 ..( 1 3 3 2 2 1 1 = = = Px NPMx Px NPMx Px NPMx 1 Px NPMx ≠ ) 5 ( ... ... 2 TSS ESS R =
40cm x 40cm pada musim penghujan. Jarak tanam pada musim kemarau dibuat lebih sempit karena untuk memaksimalkan penyerapan air yang ada pada tanah pada tanaman kedelai. Cara penanaman yaitu yang pertama dibuat lubang terlebih dahulu dengan tugal dengan kedalaman kurang lebih 5cm tergantung kondisi tanah lalu di masukkan benih kedelai 3–4 biji tiap lubang dan ditutup lagi dengan tanah. Selain itu, dilakukan pemupukan dasar yaitu pupuk kandang.
Setelah tanaman kedelai tumbuh, yaitu kurang lebih 15 hari, dilakukan pemupukan. Pupuk yang digunakan hanya berupa pupuk kandang dan pupuk urea.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit, petani melakukan penyemprotan dengan pestisida yang sesuai. Penyemprotan dilakukan kurang lebih tiga kali dalam satu kali tanam atau tergantung banyaknya hama dan penyakit yang menyerang. Beberapa hama yang menyerang adalah ulat yang memakan daun maupun polong kedelai, penggerek polong, belalang, dan lain-lain.
Penyiangan adalah usaha pembersihan dari rumput-rumput liar maupun gulma. Dilakukan kurang lebih saat kedelai berumur 2 sampai 4 minggu dengan hati-hati supaya tanaman kedelai tidak rusak. Hal ini dilakukan dengan tujuan tanaman kedelai tidak terganggu dalam penyerapan air, sinar matahari, ataupun unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman kedelai. Alat yang digunakan biasanya cangkul.
Apabila tanaman kedelai sudah matang maka dilakukan pemanenan. Pada musim kemarau, kedelai sudah siap dipanen pada
umur kurang lebih 70 hari. Ini lebih
cepat daripada waktu musim
penghujan. Pemanenan dilakukan serentak bersama-sama. Ciri-ciri umum kedelai yang sudah saatnya panen yaitu: polong secara merata telah berwarna kuning kecoklatan, batang-batangnya sudah kering, sebagian daunnya sudah kering dan rontok.
Setelah panen, tanaman kedelai dipasarkan. Tetapi sebelumnya dilakukan pengelupasan biji kedelai dengan polongnya dengan cara digiling dengan mesin atau dipukul (dalam bahasa jawa digebuk). Lalu hasilnya dikeringkan dulu dibawah sinar matahari kurang lebih empat kali jemur. Setelah itu, siap dijual. Pemasarannya mudah karena petani hanya dirumah dan pembeli atau pedagang ataupun pengusaha tahu sudah datang sendiri ke petani kedelai.
Sebenarnya, kedelai merupakan tanaman yang mudah
dibudidayakan, asal ada air yang cukup dalam tanah saat pertumbuhan awal dari benih menjadi tanaman muda maka tanaman kedelai dapat hidup dan selanjutnya tergantung penanganan hama atau penyakit yang menyerang untuk mempertahankan produksi.
Penggunaan Sarana Produksi pada usahatani kedelai ini meliputi lahan, benih, pupuk kandang, pestisida. Penggunaan sarana produksi pada usahatani kedelai dapat dilihat pada Tabel 2. Berikut ini :
Tabel 2. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Musim Tanam Oktober-Desember 2013
No. Sarana Produksi Per Usahatani Per Hektar
1. Luas lahan (Ha) 0,88 1,00
2. Benih (Rp) 394.933,00 448.787,50
3. Pupuk kandang (Rp) 862.633,00 980.264,78
4. Pupuk urea (Rp) 893.517,00 1.015.360,23
5. Pestisida (Rp 220.722,00 250.820,45
Sumber : Diadopsi dan dianalisis dari lampiran Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa sarana produksi usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo dengan luas lahan per usahatani seluas 0,88 menggunakan benih sebanyak Rp.394.933,-, pupuk kandang Rp.862.633,-, pupuk urea Rp.893.517,- dan pestisida sebanyak Rp.220,722,-. Sehingga untuk satu hektarnya digunakan benih sebanyak Rp.448.787,50,-, pupuk kandang
Rp.980.264,78,- pupuk urea Rp.1.015.360,23,- dan pestisida Rp.250.820,45,-
Penggunaan Tenaga Kerja pada usahatani kedelai menjadi faktor produksi yang sangat penting dalam suatu proses produksi. Adapun penggunaan tenaga kerja pada usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dari Tabel 3 sebagaiberikut:
Tabel 3. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo, Musim Tanam Oktober-Desember 2013
Keterangan TKD (HKP) TKL (HKP) Jumlah (HKP) Per UT Per Ha Per UT Per Ha Per UT Per Ha Pengolahan tanah 2,83 3,21 4,03 4,58 6,86 7,79 Penanaman 2,47 2,80 2,81 3,18 5,28 5,98 Pemupukan 2,53 2,88 3,90 4,43 6,43 7,31 Penyemprotan 1,30 1,48 3,00 3,41 4,3 4,89 Penyiangan 1,37 1,55 1,56 1,76 2,93 3,31 Pemanenan 2,53 2,88 3,73 4,24 6,26 7,12 Pengangkutan 1,30 1,48 1,48 1,68 2,78 3,16 Jumlah 14,33 16,28 20,51 23,28 34,84 39,56
Sumber : Diadopsi dan dianalisis dari lampiran Keterangan : TKD : Tenaga Kerja Dalam/Keluarga, TKL : Tenaga Kerja Luar, HKP : Hari Kerja Pria
Berdasarkan Tabel 3. tersebut menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja pada usahatani kedelai sebanyak 34,84 HKP per usahatani atau 39,56 HKP per Ha. Penggunaan tenaga kerja ini terdiri dari 16,28 HKP per Ha tenaga kerja dalam, dan
23,84 HKP per Ha tenaga kerja dari luar. Kegiatan pengolahan tanah membutuhkan paling banyak tenaga kerja.
Biaya Usahatani Kedelai yang dipergunakan adalah biaya mengusahakan. Artinya adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah
yang dibayarkan kepada tenaga luar (Hadisapoetro, 1973).
Adapun biaya mengusahakan usahatani kedelai ini dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini :
Tabel 4. Rata-rata Biaya pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo,Musim tanam Oktober-Desember 2013
No. Jenis Biaya Per Usahatani Per Hektar
1. Biaya sarana produksi (Rp) 2.371.805 2.695.232,95
2. Biaya tenaga kerja (Rp) 2.676.333 3.041.287,50
3. Biaya pajak (Rp) 116.833 132.764,77
4. Biaya penyusutan (Rp) 238.839 271.407,95
5 Biaya lain-lain (Rp) 942.142 1.070.615,91
Jumlah (Rp) 6.345.952 7.211.309,08
Sumber : Diadopsi dan dianalisis dari lampiran Tabel 4. menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya mengusahakan kedelai ini adalah Rp.6.345.952,- per usahatani atau Rp.7.211.309,08,- per hektar. Biaya yang terbanyak digunakan untuk tenaga kerja, yaitu Rp.2.676.333,- per usahatani atau Rp.3.041.287,50,- per hektar. Biaya untuk sarana produksi sebesar Rp.2.371.805- per usahatani atau Rp.2.695.232,95,- per hektar, pajak sebesar Rp. 116.833,- per usahatani atau Rp.132.764,77,- per hektar, biaya penyusutan alat (sabit, cangkul, sprayer, tajuk dan linggis) sebesar Rp.238.839,- per usahatani atau Rp.271.407,95,- per hektar, dan biaya lain-lain yaitu untuk biaya
angkut, makan, penggilingan sebesar Rp.942.142- per usahatani atau Rp.1.070.615,91,- per hektar.
Penerimaan Usahatani Kedelai merupakan nilai jual atau hasil usahatani yang diperoleh petani dalam suatu luas dan waktu tertentu (satu kali musim tanam). Penerimaan usahatani kedelai merupakan perkalian produksi kedelai dengan harga kedelai per kilogram.
Tabel 5. Rata-rata Penerimaan pada Usahatani Kedelai Di Kabupaten Sukoharjo Musim Tanam Oktober-Desember 2013
Keterangan Per Usahatani Per Hektar
Luas Lahan(Ha) 0,88 1,00
Produksi (Kg) 1.725,90 1.961,25
Harga (Rp/Kg) 9.000,00 9.000,00
Penerimaan (Rp) 15.533.100,00 17.651.250,00 Sumber : Diadopsi dan dianalisis dari lampiran
Dari Tabel 5. Menunjukkan produksi kedelai yang diperoleh petani adalah 1.961,25 kg/Ha, dengan harga kedelai per kilogramnya Rp.9000,00 diperoleh penerimaan petani pada usahatani
kedelaisebesarRp.17.651.250,00/Ha/ MT.
Pendapatan usahatani kedelai merupakan pendapatan bersih dari usahatani kedelai yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani dan biaya
usahatani selama satu musim tanam. Dalam hal ini, pendapatan usahatani kedelai yang dihasilkan dari satu musim tanam pada waktu musim kemarau dengan luas lahan 0,88 Ha per usahatani
Pendapatan usahatani kedelai dapat dilihat pada Tabel 6. Berikut ini :
Tabel 6. Rata-rata Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Musim Tanam Oktober-Desember 2013
Keterangan Per Usahatani Per Hektar Penerimaan Usahatani (Rp) 15.533.100,00 17.651.250,00
Biaya Usahatani (Rp) 6.345.952,00 7.211.309,09
Pendapatan Usahatani (Rp) 9.187.148,00 10.439.940,91 Sumber : Diadopsi dan dianalisis dari lampiran
Tabel 6.menunjukkanbahwa rata-rata penerimaan usahatani
kedelai sebesar Rp.17.651.250,00/Ha/MT dengan
biaya sebesar Rp.7.211.309,09/Ha/MT sehingga
diperoleh rata-rata pendapatan usahatani kedelai sebesar Rp.10.439.940,91/Ha/MT
Analisis penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai ini menggunakan model regresi dengan model fungsi produksi Cobb Douglas. Model Cobb Douglas digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi.
Adapun faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai yang dimasukkan dalam model adalah luas lahan, benih, pupuk urea dan tenaga kerja. Bentuk model adalah regresi non linier berganda. Lalu dalam perhitungan ditransformasikan secara logaritma sehingga menjadi model regresi linier berganda.
Model fungsi produksi kedelai di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:
Y=(8,20.1006).X10,642.X21,384
X30,096.X40,587
Keterangan : Y = produksi (kg), X1= luas lahan (Ha), X2= benih (Kg),
X3= pupuk urea (Kg), X4 = tenaga kerja (HKP)
Faktor produksi akan semakin dekat hubungannya dengan produksi bila nilai R2 sama dengan atau mendekati satu. Karena model fungsi ini mempunyai variabel yang menjelaskan lebih dari dua maka digunakan R Square. Berdasarkan analisis, didapat R2 sebesar 0,974 atau 97,4% Ini berarti 97,4% produksi bisa dijelaskan oleh faktor-faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea dan tenaga kerja. Sedangkan sisanya yaitu 2,6% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Untuk mengkaji pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi secara bersama-sama, digunakan uji F. Hal ini dapat diperkirakan karena mayoritas petani tergolong tidak mampu dan terdesak kebutuhan, atau petani bahkan tidak memiliki tabungan sendiri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Varians dari Persamaan Regresi Linier Berganda Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo pada Musim Tanam Oktober-Desember 2013
Model Kuadrat Jumlah Df F hitung F tabel (α5%)
Sig.
Regression 20.666 4 5.166 238,526 20.666
Residual .542 25 .022 .542
Total 21.207 29 21.207
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Analisis Varians pada Tabel 7, nilai F hitung sebesar 5.166 lebih besar daripada F tabel (238,526). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang berupa masukan luas lahan, benih, pupuk urea dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi kedelai di Kabupaten Sukoharjo.
Untuk mengkaji pengaruh penggunaan masing-masing faktor produksi terhadap produksi kedelai
digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan uji t. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Variabel yang Berpengaruh Terhadap Produksi Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Musim
Tanam Oktober-Desember 2013 Model B Sig Luas Lahan 0.642 0.002 Benih 1.384 0.000 Urea 0.096 0.191 Tenaga kerja 0.587 0.011
Sumber : Analisis Data Primer Keterangan :
* : berpengaruh nyata ns : tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan Tabel 8. jika luas lahan meningkat dengan 1% maka kemungkinan produksi akan meningkat sebesar 0.642%, jika benih meningkat dengan 1% maka kemungkinan produksi akan meningkat sebesar 1.384%, jika pupuk urea meningkat dengan 1% maka kemungkinan produksi akan meningkat sebesar 0.096%, jika tenaga kerja meningkat dengan 1% maka kemungkinan produksi akan meningkat sebesar 0.587%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi
yang berupa masukan luas lahan, benih, pupuk urea dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi kedelai di Kabupaten Sukoharjo.
Efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi kedelai merupakan upaya untuk menghasilkan produksi tertentu dengan penggunaan faktor-faktor produksi yang seminim mungkin atau dengan penggunaan sejumlah faktor produksi tertentu untuk
1 4 Px 4 NPMx 2 Px 2 NPMx ≠ ≠
menghasilkan produksi yang paling banyak, dimana upaya ini untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Berdasarkan penjumlahan koefisien regresi faktor-faktor
produksi didapat elastisitas produksi sebesar 2,71. Karena elastisitas produksi lebih besar dari 1, maka produksi berada pada skala hasil menurun (increasing return to scale). Tabel 9. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada
Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
Faktor Produksi Jumlah/U
T bi MPPx Px (Rp) NPMx NPM/Px Benih 38,40 1.384 53,14 9.000 478.260 68,32 Urea 1.416 0.096 135,94 2.500 339.850 48,55 Tenaga kerja 34,84 0.587 20,45 50.000 1.022.500 146,07 Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9. Didapat hubungan sebagai berikut :
Nilai efisiensi efisiensi ekonomi benih dan pupuk pelengkap cair tidak sama dengan satu berarti penggunaan faktor-faktor produksi usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo tidak efisien.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai, sedangkan urea tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai. Biaya usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo
Rp.7.211.309,09,-/Ha/ MT, penerimaan sebesar
Rp.17.651.250,-/Ha/MT dan pendapatan sebesar Rp.10.439.940,91.-/Ha/MT.
Penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo belum efisien.
Berdasarkan hasil penelitian maka untuk meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah penggunaan faktor produksi yang mungkin masih dapat ditingkatkan yaitu faktor produksi luas lahan dan penggunaan benih dan tenaga kerja untuk peningkatan produksi kedelai sesuai rekomendasi Dinas Pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Amang, Bedu, M. Husein Sawit dan
Anas Rahman. 1996.
Ekonomi Kedelai di
Indonesia. IPB Press. Bogor. Hadisapoetro, S. 1973. Biaya dan
Pendapatan di dalam Usaha tani. Departemen Ekonomi Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Rukmana, R dan Yuyun Yuniarsih. 1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.