• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aksi balas membalas yang dilakukan oleh negara-negara yang menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. merupakan aksi balas membalas yang dilakukan oleh negara-negara yang menjadi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sepuluh tahun terakhir ini seluruh masyarakat dunia diguncang oleh peristiwa-peristiwa terorisme yang menyebabkan peperangan di kawasan Timur Tengah yaitu Afgahnistan, Irak dan beberapa negara Islam lainnya. Hal tersebut merupakan aksi balas membalas yang dilakukan oleh negara-negara yang menjadi sasaran terorisme terhadap negara-negara yang dituding sebagai pelaku terorisme dengan melakukan aksi teror yang serupa. Dari data yang diperoleh mengenai kasus terorisme dalam kurun waktu 10 tahun terakhir diantaranya pengeboman di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tanzania dan Kenya pada 1998 yang menyebabkan tewasnya 263 warga sipil dan melukai lebih dari 5.500 orang, pengeboman terhadap kapal perang USS Cole yang menewaskan 17 Angkatan Laut AS dan melukai 40 orang lainnya dipelabuhan Aden, peristiwa penyerangan terhadap menara kembar World Trade Center di New York dan Pentagon pada 11 September 2001 yang membunuh 3.000 orang AS, penyerangan di Hotel Taj Mahal dan Oberoi yang menewaskan 125 orang tewas dan 287 orang lainnya luka-luka (Hendropriyono, 2009:193-194).

Aksi terorisme serupa juga terjadi di Indonesia seperti peristiwa Bom Bali I dan II, pengeboman di Kedubes Australia, Pengeboman di Kedubes Philipina, Bom Natal, dan beberapa pengeboman lainnya dibeberapa tempat umum, serta yang terakhir di hotel JW Mariott dan Ritz Carlton yang terletak di kawasan elit

(2)

Mega Kuningan. Namun, aksi terorisme di Amerika Serikat pada 11 September 2001 yang telah meluluh lantahkan menara kembar World Trade center dan Pentagon tersebut menjadi puncak kemarahan negara Amerika Serikat yang akhirnya menyebabkan perang dengan negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah.

Dari sejumlah aksi terorisme yang terjadi di Indonesia ini dikoordinir oleh para alumni yang ikut berperang di Afghanisthan. Ideologi yang dibawa oleh para teroris adalah penolakan terhadap modernitas dan sekularisme. Doktrin terorisme tersebut kemudian mulai bersinggungan dengan doktrin perang jihad dari aliran keras, dengan teologi mati syahid yang dijanjikan surga. Klaim para teroris dengan teologi tersebut membuat bias terhadap Islam itu sendiri dengan ideologi atau pun doktrin yang dianut oleh para teroris. Bias yang berkembang ditengah masyarakat ini menjadi sebuah permasalahan yang menciptakan stigma terorisme terhadap Islam harus dikembalikan letak pemahamannya.

Dampak yang diakibatkan dari bias tersebut adalah persepsi atau penilaian yang dapat menggeneralisasikan Islam dengan terorisme. Tidak hanya persepsi negatif yang diperoleh, bahkan akibat dari tindakan terorisme tersebut masyarakat muslim yang tidak terlibat atau pun tahu menahu dalam aksi terorisme mendapatkan kekerasan psikis seperti intimidasi dan diskriminasi. Diskriminasi yang dilakukan oleh warga negara Amerika Serikat tersebut tidak hanya terhadap warga Amerika yang beragama Islam, warga negara asing yang beragama Islam juga dilarang ke Amerika. Setiap orang yang memiliki nama dan ciri wajah, serta

(3)

hal-hal yang berbau muslim, apalagi jika wajah dihiasi dengan untaian jenggot akan diperiksa dengan ketat karena dianggap teroris.

Percaya atau tidak realita kehidupan sosial, bahkan masalah terorisme ini telah menjadi inspirasi para sutradara untuk dijadikan karya seni. Sederet sutradara ternama seolah berlomba-lomba untuk memproduksi film yang mengangkat masalah terorisme. Namun, film-film yang diproduksi oleh negara-negara barat lebih menonjolkan sisi negatif tentang Islam dan terorisme dengan adegan perang atau pun action yang memukau para penontonnya. Di dalam setiap bagian film tersebut ada pesan yang tanpa disadari oleh para penontonnya dapat membentuk opini, sikap atau pun perilaku mereka terhadap masalah terorisme tersebut.

Termasuk pula dengan film yang berjudul My name is Khan. Sembilan tahun setelah tragedi World Trade Center, paranoid Amerika terhadap Islam digambarkan secara apik melalui sebuah layar film. Film produksi Bollywood yang disutradarai oleh Karan Johar ini cukup berani dalam mengangkat serta mengani isu yang cenderung sensitif, yaitu terhadap stigma terorisme kepada Islam baik itu untuk konteks India maupun Amerika. Film yang dirilis pada bulan Februari ini mempunyai tema yang cukup kuat yaitu tentang hubungan antara dunia barat dan Islam, dan bagaimana hubungan itu banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir pasca penyerangan menara kembar World Trade Center di New York dan Pentagon.

(4)

dan nyata sesuai situasi dan kondisi dari latar belakang cerita yang diangkat. Begitu pula terhadap pesan yang ingin disampaikan dalam film itu dapat dirasakan langsung oleh penonton. Film ini cukup mendapat antusias, tidak hanya muslim, tetapi film My Name is Khan juga ditonton oleh jutaan masyarakat non-muslim yang tersebar di seluruh dunia. Ini terbukti dari pendapatan yang diperoleh hingga mencapai US$ 1,4 Juta dalam beberapa hari pemutarannya, menduduki peringkat enam box office di Inggris, serta kehadiran film My name is Khan tersebut menjadi sebuah topik pembahasan dibeberapa media cetak maupun media elektronik di Amerika Serikat.

Film ini juga sempat diprotes dan diancam boikot oleh sejumlah ekstrimis Hindu di India, bukan karena masalah keagamaan yang diangkat dalam film ini karena dinilai mengandung SARA, melainkan karena komentar Sharukkhan, bintang utama film My name is Khan yang mengatakan bahwa para pemain kriket Pakistan seharusnya diikutsertakan dalam ajang kompetisi kriket Liga Perdana Menteri India. Lantas saja ucapan komentar Sharukkhan tersebut membuat sejumlah ekstrimis Hindu menjadi marah dan mengancam akan memberhentikan pemutaran film My name is Khan di India, terkait dengan hubungan antara India-Pakistan yang hingga sekarang masih dilanda perang dingin.

Namun dibalik kontroversi film tersebut, film ini dinilai cukup bermanfaat. Dari segi positifnya film ini dapat dijadikan sebagai tuntunan untuk mengklarifikasi stigma terorisme terhadap Islam kepada masyarakat non-muslim yang telah salah penilaiannya, bahkan terhadap seluruh kegiatan ke-Islaman, tokoh-tokoh agama, organisasi agama, dan simbol-simbol atau bagian apa pun yang bersinggungan dengan ajaran Islam. Namun, di tengah kegemilangannya

(5)

menceritakan tentang persamaan dari segenap perbedaan. Film ini harus mendapatkan filtrasi secara sehat dalam mencerna dan memilah nilai-nilai yang ditanamkan.

Melihat keadaan dan kontroversi yang terjadi di dalam film ini, membuat peneliti tertarik untuk meneliti film “ My name is Khan ”. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa/mahasiswi FISIP USU, karena sebagai sosok intelektual yang aktif dalam mencari informasi, mahasiswa sejatinya tanggap dan kritis terhadap suatu hal yang terjadi atau pun terdapat sesuatu hal yang baru dilingkungannya, begitu juga dengan mahasiswa/mahasisiswi FISIP Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Komunikasi dan dapat memberikan masukan pada semua pihak yang berkepentingan dalam permasalahan ini. Sebelum penelitian tentang stigma terorisme dalam film My name is Khan ini sudah pernah ada yang melakukan tentang persepsi mahasiswa terhadap pemberitaan terorisme, akan tetapi penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa melalui media televisi khususnya program berita. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur pemahaman masyarakat dalam menilai stigma terorisme terhadap Islam melalui media film.

Berdasarkan latar belakang masalah inilah, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terhadap stigma teroris dalam film My Name Is Khan.

(6)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah persepsi mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara terhadap stigma teroris dalam film My Name Is Khan ?”

I.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengkaburkan penelitian. Agar permasalahan tidak melebar, maka perlu pembatasan yang berkaitan dengan teori rumusan masalah yang akan menempatkan variabel yang diteliti. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bersifat kualitatif, bertujuan memberikan gambaran atau mendeskripsikan persepsi mahasiswa/mahasiswi FISIP USU terhadap stigma teroris dalam film My Name is Khan.

2. Subjek penelitian ini untuk selanjutnya disebut sebagai informan adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara program Regular S-1 yang sengaja dipilih dan telah dibatasi sebanyak 10 orang.

(7)

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap film My Name Is Khan secara keseluruhan.

2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang stigma terorisme dalam film My name is Khan.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian serta menambah bahan referensi dan sumber bacaan bagi lingkungan FISIP USU.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya yang berkaitan dengan kajian Ilmu Sosial/Komunikasi mengenai persepsi.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan bagi pihak yang berkepentingan dan membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun

(8)

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39).

Kerlinger (Rakhmat, 1993:6) menyebutkankan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini :

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Sedangkan menurut Lasswell melalui paradigmanya. Komunikasi adalah who says what in which channel to whom with what effect? Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradaigma Lasswell ada lima yaitu : komunikator (source, sender), pesan (massage), media (channel), komunikan (receiver), efek (effect) (Effendy, 2005:9-10).

Menurut Everet M. Rogers (Canggara, 2006:19), bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media

(9)

cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 2000:189).

Menurut Dominick (Ardianto, 2004:15) fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (ketertarikan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan). Berikut ini adalah perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa (Rakhmat, 2000:219) yaitu :

1. Efek kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak.

2. Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.

3. Efek konatif, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan prilaku.

1.5.2 Media Massa

Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instananeous). Para sarjana sepakat bahwa jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, siaran radio, televisi, dan film. Media massa inilah yang paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidang kehidupan, yang semakin lama semakin kompleks karena perkembangan teknologi. Sehingga senantiasa

(10)

memerlukan pengkajian yang seksama. Sifat media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang diterpa (Ardianto, 2004:39).

Media massa memiliki Fungsi-fungsi sebagai berikut (Mc Quail, 1991:3) : 1. Media merupakan produksi yang berubah dan berkembang yang

mencipatakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat control, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lain.

3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berkembang untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.

4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian perkembangan seni atau simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran citra realitas sosial, tetapi juga masyarakat dan

(11)

kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

1.5.3 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film adalah gambar yang bergerak (moving picture). Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor (Ardianto, 2004:135). Menurut Effendy film diartikan sebagai hasil budaya dan sebagai alat kesenian. Film sebagai media komunikasi massa yang merupakan hasil dari berbagai teknologi rekaman suara, kesenian, baik seni rupa, teater, sastra dan arsitektur serta musik. Film yang dipertunjukkan di gedung bioskop adalah film teatrikal yang mempunyai persamaan dengan televisi dalam hal sifatnya yang audio visual, hanya saja dibedakan pada mekanik dan non elektronik dalam proses komunikasinya dan dalam fungsinya rekreatif, edukatif, dan persuasif.

Dalam perspektif komunikasi massa, film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi film yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Perspektif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi, disamping itu dengan meletakkan film dalam konteks sosial, politik, dsn budaya sama artinya dengan memahami prefensi penonton yang pada gilirannya menciptakan citra penonton film (Irawanto, 1999:11).

1.5.4 Stigma Teroris Terhadap Islam

Berbagai pendapat pakar dan badan pelaksana yang menangani masalah terorisme, mengemukakan tentang pengertian terorisme secara beragam. Teror

(12)

mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan didalam kelompok yang lebih luas. Menurut Walter Reich (Hendropriyono, 2009:26), terorisme adalah a strategy of violence designed to promote desired outcomes by instilling fear in the public at large ( suatu strategi kekerasan yang dirancang untuk meningkatkan hasil-hasil yang diinginkan, dengan cara menanamkan ketakutan di kalangan masyarakat umum).

Dalam The World Dictionary, stigma berarti tanda aib atau sesuatu yang ternoda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indoensia, stigma berarti ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. (http//Wikipedia.com). Stigma negatif terhadap Islam sebagai teroris berhasil dibentuk oleh media barat, pengakuan para teroris yang berdalih menegakkan ajaran agama, jihad sebagai dasar dalam melakukan aksi terorismenya membuat masyarakat terpengaruh untuk dalam menilai terorisme yang dikaitkan kepada Islam. Hal ini ditunjukkan oleh reaksi masyarakat pada sikap paranoidnya dan kecurigaan terhadap simbol-simbol Islam seperti cadar, jubah, jenggot, aktivitas keagamaan, para tokoh fanatik agama, dan organisasi keagamaan.

1.5.5 Teori S-O-R

S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

(13)

komunikan (Effendy, 2003:254). Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah Pesan (stimulus, S), Komunikan (organism, O), Efek (response, R)

Dalam proses perubahan persepsi dan sikap ditandai dengan adanya perubahan ketika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu: Perhatian, pengertian, dan penerimaan. Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar I Model S-O-R

Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organism dapat diterima atau ditolak. Jika pada proses selanjutnya terhenti, ini berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organism, maka tidak ada perhatian (attention) dari organism. Jika stimulus diterima oleh organism, dalam hal ini

Stimulus : Organism : • Perhatian • Pengertian • Penerimaan Respon : persepsi

(14)

mendapatkan perhatian dari organism, kemampuan dari organism inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya organism dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga terjadi kesediaan dalam mengubah sikap.

Sehubungan dengan penjelasan diatas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Stimulus : Stigma Terorisme dalam Film My Name is Khan. - Organism : 10 orang mahasiswa/mahasiswi FISIP.

- Response : Efek yang ditimbulkan para informan berupa persepsi.

I.5.6 Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2005:167). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). (Rakhmat, 2005:51).

Kimbal Young (Walgito, 1986:89) mengatakan, “persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek, baik fisik maupun sosial”. Pendapat Young ini sejalan dengan William James (Adi, 1994:55) yang mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita proses dari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian lainnya diperoleh kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

(15)

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. (Nawawi, 1995:40). Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:490).

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu : Persepsi Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara Terhadap Stigma Terorisme dalam Film My name is Khan.

I.7 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, indikator-indikator yang akan diteliti yaitu :

(16)

Tabel 1

Operasional Komponen

Komponen yang diteliti Komponen Operasional Persepsi Mahasiswa terhadap Stigma

Teroris dalam film My Name Is Khan

1. Stigma Teroris

a. Simbol-simbol agama b. Aktifitas keagamaan c. Organisasi keagamaan d. tokoh-tokoh agama 2. Unsur-unsur Film meliputi :

a. Content b. Durasi c. Plot/ alur d. Sutradara e. Talent 3. Perhatian a. Rasa Suka 4. Pengertian a. Pengetahuan b. Pemahaman 5. Penerimaan a. persepsi Positif b. persepsi negatif c. persepsi netral

(17)

I.8 Devinisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46), definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, definisi operasional berfungsi untuk memperjelas variabel-variabel. Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut :

“ Persepsi Mahasiswa Terhadap Stigma Terorisme dalam film My name is Khan”, meliputi :

1. Stigma terorisme adalah ciri negatif yang diidentikkan pada individu atau kelompok sebagai ajaran penyebar aksi teror. Adapun yang menjadi stigma teroris tersebut antara lain seperti simbol-simbol agama seperti; jubah, cadar, jilbab, dan lelaki berjenggot, aktifitas keagamaan, organisasi-organisasi keagamaan, tokoh-tokoh/pemuka agama yaitu orang yang berperan serta dalam menyebarkan ajaran agama.

2. Komponen atau unsur-unsur film meliputi :

• Content adalah isi atau bentuk cerita secara keseluruhan dari film tersebut

• Durasi adalah hitungan lamanya waktu sebuah tayangan film.

• Plot/ alur adalah jalan cerita dari film My Name Is Khan, apakah maju mundur atau sebaliknya ataupun tetap

• Sutradara adalah seseorang yang mengarahkan jalan cerita sebuah film. Sutradara dala film ini adalah Karan Johar.

(18)

• Talent adalah para pemeran yang menjadi tokoh dalam film My Name Is Khan.

3. Perhatian

• Rasa Suka adalah adanya rasa suka atau tertarik melihat film My Name is Khan secara keseluruhan.

4. Pengertian

• Pengetahuan adalah informan mengetahui tentang isi film My Name is Khan terhadap sigma terorisme kepada Islam

• Pemahaman adalah informan mengerti dan memahami isi film My Name is Khan atas sitgma terorisme kepada Islam.

5. Penerimaan

• Persepsi positif, tidak berpandangan terhadap Islam sebagai teroris.

• Persepsi negatif, berpandangan Islam sebagai teroris.

• Persepsi netral atau pasif, ragu-ragu dalam memberikan pendapatnya terhadap stigma teroris dalam film My name is Khan.

Referensi

Dokumen terkait

Perdamaian merupakan persetujuan antara para pihak atau dua belah pihak dengan menjanjikan sesuatu, memberikan ataupun menahan barang, mencegah adanya suatu

Dari ketika pokok pemikiran anti liberal yang diungkapkan oleh Adian Husaini ini dapat diketahui bahwa paham pluralisme, sekularisme dan hermeneutika Al-Quran yang

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya dengan hasil p < 0,05 ( p value= 0,004) yang berarti ada hubungan antara

Warna merah muda melambangkan bunga persik dan kacapiring, yang dipercaya bisa mengusir nasib sial.Pewarna merah yang dipakai berasal dari bunga kacapiring.Bunga

pengaruh karakteristik sosial ekonomi masyarakat terhadap keberhasilan pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM ) mandiri perkotaan adalah berhasil dengan

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Terkait dngan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran IPA antara siswa yang

Pengamanan produksi jagung di Sulawesi barat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya mengurangi kehilangan atau menurunnya hasil yang ada.Penurunan hasil