• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEJADIAN AFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR ANTARA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RSUD GAMBIRAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN KEJADIAN AFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR ANTARA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RSUD GAMBIRAN."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

13

PERBEDAAN KEJADIAN AFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR ANTARA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RSUD GAMBIRAN

Dewi Nur Afifi

Dosen Program Studi DIV Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur

ABSTRAK

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Ada beberapa faktor pencetus terjadinya asfiksia yaitu eklampsia, gawat janin, solusio plasenta, plasenta previa, dan keadaan gawat ibu dan janin lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hubungan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir yang lahir normal dengan yang lahir dengan seksio sesarea di RSUD Gambiran Kota Kediri pada tahun 2016. Penelitian ini bersifat analitik retrospektif yang diambil dalam bentuk rekam medis dari di Sub.Bagian Neonatal RSUD Gambiran Kota Kediri periode Januari tahun 2015 – April tahun 2016. Besar sampel sebanyak 105 sampel yang dia,bil secara purposive sampling. Data diolah menggunakan SPSS versi 16.Uji statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis persalinan dan asfiksia neonatorum (P=000), dimana persalinan seksio sesarea dengan presentase terbesar pada bayi asfiksia yakni 60 bayi (57,1%). Adanya hubungan yang sangat bermakna antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia.Seksio sesarea dengan presentase terbesar dikarenakan kebanyakan dilakukan apabila ibu maupun janin dalam keadaan darurat misalnya gawat janin, eklamsia, preeklamsia, kelainan letak janin, panggul sempit, oligohidramnion, ketuban pecah dini, dan partus lama.

(2)

14

PENDAHULUAN

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis.

Ada beberapa faktor pencetus terjadinya asfiksia neonatorum yaitu faktor ibu (hipoksia, eklampsi, toksemia, hipotensi karena perdarahan, diabetes melitus, kelainan jantung, atau penyakit ginjal), faktor plasenta (gangguan pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, misalnya solusio plasenta atau plasenta previa), faktor fetus (janin terlilit tali pusat, tali pusat menumbung, dll), dan faktor persalinan (partus lama, kelahiran sungsang, kembar, seksio sesarea, dan proses persalinan abnormal lainnya).

Bayi yang mengalami asphyxia neonatorum bila tidak segera diberikan tindakan keperawatan, maka akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidupnya. Diperkirakan bahwa sekitar 27% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asphyxia neonatorum (Diakses pada 19 februari WHO., 2013. Causes of child mortality for the year 2010), Laporan WHO juga menyebutkan bahwa AKB kawasan Asia Tenggara merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah kawasan Afrika. Di tahun 2011, Indonesia merupakan negara dengan AKB tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per 1.000, dimana Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000, Kamboja 36 per 1.000 (WHO., 2012. Mortality and burden of disease: Child mortality).

Asfiksia merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai dampak pada periode neonatal baik di negara berkembang maupun di negara maju.Di negara maju angka kejadian asfiksia berkisar antara 1-1,5 % dan berhubungan dengan masa gestasi dan berat lahir. Di negara berkembang angka kejadian bayi asfiksia lebih tinggi dibandingkan di negara maju karena pelayanan

Korespondensi penulis.

Alamat E-mail: dewinurafifi@gmail.com

antenatal yang masih kurang memadai. Sebagian besar bayi asfiksia tersebut tidak memperoleh penanganan yang adekuat sehingga banyak diantaranya meninggal.

Hasil penelitian sebelumnya di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya periode Januari 2010 Juni 2011 didapatkan sebanyak 73,0 % dari jenis persalinan tindakan bayi mengalami asfiksia neonatorum, sedangkan 66,9% dari jenis persalinan normal bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum. Artinya jenis persalinan tindakan mempunyai resiko 5,471 kali lebih besar terhadap kejadian asfiksia neonatorum dibandingkan dengan persalinan normal. Penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaen., dkk tahun 2013 didapatkan bahwa bayi baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum dengan persalinan yang tertinggi yaitu dengan jenis persalinan seksio sesarea yakni 60 bayi (57,1%) dari 105 bayi, sedangkan yang terendah menggunakan jenis persalinan ekstraksi forceps yakni 2 bayi (1,9%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hubungan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir yang lahir normal dengan yang lahir dengan seksio sesarea di RSUD Gambiran Kota Kediri pada tahun 2016.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif. Tempat penelitian dilaksanakan di Sub.Bagian Neonatal RSUD Gambiran Kota Kediri bulan tahun 2016. Populasi bayi yang menderita asfiksia neonatorum yang dirawat di Sub.Bagian Neonatal RSUD Gambiran Kota Kediri periode Januari tahun 2015 – April tahun 2016. Sampel yang diteliti adalah data rekam medis bayi yang menderita asfiksia neonatorum yang dirawat di Sub.Bagian Neonatal RSUD Gambiran Kota Kediri periode Januari tahun 2015 – April tahun 2016. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus menentukan besar sampel Sehingga didapatkan jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian adalah 105.

Kriteria inklusi ialah bayi baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum. Kriteria ekslusi bayi dengan kelainan bawaan. Variabel bebas yaitu jenis persalinan, Indikasi persalinan. Variabel terikat yaitu asfiksia neonatorum. Cara kerja yaitu mengumpulkan data-data bayi yang menderita

(3)

22 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan pengelompokan data, membuat suatu urutan serta menyederhanakan data sehingga mudah dibaca. Tahapan analisa data dimulai dengan mengelompokan data sesuai dengan variabel yang diteliti. Selain itu juga digunakan cara pemberian skor pada tiap jawaban. Jawaban benar diberi skor (1), salah diberi skor (0). Hasil jawaban responden yang telah diberi nilai, dijumlahkan agar dapat menentukan prosentase untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga kesehatan tentang pola penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Kesehatan Kabupaten Blitar.

Persentase tersebut dapat ditentukan dengan rumus : ƩA x 100% Ʃ B Keterangan : Ʃ A = Skor Ʃ B = Nilai Total

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas untuk kuesioner yang digunakan sebagai instrument pengumpulan data, telah dijalankan di lokasi yang berlainan dengan lokasi penelitian yaitu di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. Sampel terdiri daripada 20 orang yang mempunyai karekteristik yang berbeda dan ada pula yang sama dengan responden yaitu mereka yang bertugas di bidang yankes seorang Apoteker, di bidang Umum seorang perencanan berlatar

belakang Sarjana Kesehatan Masyarakat, di bidang P2PSD beliau berlatar belakang Sarjana Kesehatan Masyarakat M.kes, dibidang Keuangan beliau berlatar belakang Sarjana Ekonomi tetapi pernah bertugas di IPFK.

Uji reliabilitas telah dilakukan untuk melihat indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang digunakan seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dapat dilakukan apabila seluruh butir pertanyaan dinyatakan telah valid.

(4)

25 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa klasifikasi seluruh responden berdasarkan lamanya bekerja sebagai pengelola obat di Puskesmas tersebut menunjukkan sebanyak 3 orang atau 12% adalah yang menjalani lama dalam bekerja kurang dari 5 tahun, sedangkan pengelola obat yang menjalani lama dalam bekerja antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun sebanyak 21 orang atau 84%. Dan pengelola obat yang menjalani lama dalam bekerja lebi dari 15 tahun terdapat 1 orang atau 4%.

2. Data Khusus

Data khusus dari penelitian ini adalah gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang pola penyimpanan obat sebagai tenaga pengelola obat dalam tugas kesehariannya yang selalu berkecimpung melakukan penyimpanan obat supaya tetap berkualitas atau bermutu baik dan aman sampai ke pengguna obat dalam hal ini pasien, dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan untuk 25 responden pada bulan Desember 2015 ringkasannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5 Data Tingkat Pengetahuan Nakes Tentang Pola Penyimpanan Obat

Berdasarkan tabel 4.5 Tingkat gambaran pengetahuan nakes tentang pola penyimpanan yang bertugas di puskesmas di bawah unit Instalasi Farmasi Kesehatan Kabupaten pada dimensi sub variabel teknis cara penyimpanan obat secara karakteristik berdasarkan pada suhu, kelembaban dengan no. Kuesioner 1 sampai dengan 10 mempunyai skor 191 dengan presentase 76,4% yang diinterpretasikan tinggi. Sedangkan sub variable pada sistem administrasi penyimpanan dengan berbagai macam metode dengan no.kuesioner 11 sampai dengan 20 mempunyai skor 201 dengan presentase 80,4% yang diinterpretasikan sangat tinggi. Maka, kriteria untuk tingkat gambaran pengetahuan nakes tentang pola penyimpanan obat tersebut dapat diinterpretasikan dengan presentase.

Persentase tersebut dapat ditentukan dengan rumus :

Keterangan : Ʃ A = Nilai Skor Benar

Ʃ B = Nilai Total Skor Maksimal Benar

Hasil tersebut dapat di interpretasikan dengan prosentase sebagai berikut:

ƩA

(5)

27 berdasarkan usia maka untuk usia 26 s/d 31 tahun lebih banyak jumlahnya disebabkan adanya perekrutan tenaga baru sedangkan untuk usia 38 s/d 49 tahun lebih sedikit dikarenakan adanya mutasi keluar kabupaten serta memasuki usia pensiun. Melihat dari hasil penelitian yang dilakukan dengan dikorelasi berdasarkan pendidikannya maka dari semua responden untuk lulusan D3 lebih banyak dikarenakan pada saat terakhir perekrutan tenaga tersebut dipersyaratkan minimal berijazah D3 Farmasi sedangkan untuk lulusan SMF dan yang lain lebih sedikit dikarenakan sisa perekrutan yang lama atau belum dipersyaratkan minimal D3 dan untuk Apoteker hanya diperuntukkan puskesmas dengan rawat inap yang lebih dari 10 tempat tidur. sedangkan pendidikan yang non kefarmasian masih menunggu perekrutan tenaga baru yang berbasis kefarmasian.

Untuk masa kerja kurang dari atau sama dengan 5 s/d 15 tahun lebih banyak dikarenakan adanya perekrutan tenaga baru dan masa kerja lebih dari 15 tahun hanya 1 orang karena sisa perekrutan tenaga yang lama.

Pada dimensi gambaran khusus pada pola penyimpanan obat yang mana dari kuesioner no 1 sampai dengan no 10 dalam sub variable cara penyimpanan obat berdasarkan karakteristik sediaan, bentuk sediaan, mekanis sediaan obat menunjukkan jawaban yang benar sejumlah 191 dari total pertanyaan sebanyak 250 soal ini menunjukkan kategori tinggi 76,4% sedangkan dalam menjawab soal no 11 sampai dengan 20

dalam sub variabel cara penyimpanan obat dalam hal administrasi dan metode yang lain menunjukkan menjawab yang benar sejumlah 201 benar dari total soal sebanyak 250 menunjukkan kategori sangat tinggi 80,4%.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui secara keseluruhan untuk pengetahuan tenaga kesehatan tentang pola penyimpanan obat yang baik sebanyak 392 dengan prosentase 78,4% menunjukkan interpretasi tinggi.

Untuk hasil dari penelitian ini menunjukkan interprestasi yang tinggi dikarenakan jumlah tenaga yang berbasis kefarmasian serta berdasarkan lama masa kerjanya sudah cukup.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan tingkat pengetahuan nakes tentang gambaran pola penyimpanan obat menunjukkan kategori Tinggi yaitu 78,4%. Dengan menunjukkan sub variabel tentang teknis cara penyimpanan obat berdasarkan karakteristik sediaan, bentuk sediaan, mekanis sediaan obat menunjukkan kategori Tinggi 76,4%, juga secara sub variabel tentang system administrasi penyimpanan dengan berbagai methode penggunaan kartu stoc obat, system FEFO dan FIFO, system alfabetis menunjukkan kategori sangat tinggi 80,4% Sehingga penyimpanan obat sudah berjalan dengan baik. Beberapa masukan untuk penelitian mendatang adalah perlu dilakukan penelitian yang lebih

(6)

28 menyeluruh tentang pengelolaan penyimpanan sediaan farmasi yang mencakup komponen tentang pengadaan obat, pendistribusian obat, ketersediaan obat, kadaluarsa, dan pemusnahan obat.

.

DAFTAR PUSTAKA

Ani ef, Moham mad. 1987. Il mu Meraci k Obat T eori Dan Prakti k. Yogyakart a : Gadj ah M ada Universit y Pres s.

Anonim. (wwwbi ofarm a.co.id ) 2014. Pentabio Vaksin DTP-HB-Hib. Bandung : PT. Biofarma

Ari kunt o, Suharsim i. 2010. Prosedur Peneli tian. Yogyakart a : Rineka Cipta.

Badan P erpust akaan dan Kearsipan Provi nsi J awa Tim ur. 2015. Modul Pembelaj aran Bimbingan T eknis Pengelolaan Arsi p Pemerintahan Kelur ahan /Desa. Surabaya : Badan P erpust akaan dan Kearsipan Depart em en Kes ehat an R epublik

Indonesi a. 1995. Far makope Indonesia. Edi si IV.J akart a: Depart em en Kes ehat an

Depart em en Kes ehat an R epublik Indonesi a. 2002. Pedoman supervise dan evaluasi obat publi c

dan perbekalan kes ehatan. J akart a : Departem en Kes ehatan

Depart em en Kes ehat an R e publik Indonesi a. 2005. St andar Sarana Penyi mpanan Obat Publi k Dan Per bekalan K es ehat an. J akarta : Depart em en Kes ehat an.

Depart em en Kes ehat an R epublik Indonesi a. 2005. Pedoman Pengelolaan Obat Publi k Dan Per bekalan K es ehat an. Edi si II.J akart a : Depart em en K es ehat an. Depart em en Kes ehat an R epublik

Indonesi a. 2005. Pedoman Penyel enggar aan Imunis asi. Jakart a : Depart em en Kes ehat an Depart em en Kes ehat an R epublik

Indonesi a. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas T erbatas. J akarta : Depart em en Kes ehat an.

Depa rt em en Kes ehat an R epublik Indonesi a. 2009 . Pedoman Pel atihan Imunis asi Das ar Bagi Pel aksana Imunis asi Di UPK Swasta. J akarta : Depart em en Kesehat an

Dinas Kesehatan Kabupat en Blit ar 2014. Profi l K es ehatan K abupat en Blitar . Blitar : Di nas Kes ehatan Kartono. 27 Maret 2015. Himbauan

Untuk Penyimpanan Produk Ethica Y aitu Epinefrin Inj eksi, Oxytocin

(7)

29 Inj eksi, Met hergin Injeksi Agar Ses uai Dengan K etent uan Y ang Benar. J akart a: PT Ethi ca Indust ri Fatrmasi

Hariono,Si anturi .(htt p//r epos itor y.usu.a c.i d/bits tr eam/123456789/ 27850/ 4/ Chapt er%2011.pdf ). 2011. Pengukur an Suhu dan Kel embapan Udar a. J ambi : Universit as J am bi Hart ati, Tri. (www.googl e.com ) . 2014.

Hasil Pemeri ksaan . Cikarang: PT.Brat aco

Kem entri an Kes ehat an. 2004 . Ped oman syarat ruang penyi mpanan obat. J akart a : Kement rian Kes ehatan Kem enteri an P endayag unaan Aparatur

Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia. 2012. Pedoman Penyusunan Standar Operas ional Pros edur (SOP). J akart a : Kemenpan

Nana S yaodih 2010. Met ode Peneliti an Pendidi kan. Bandung : PT R em aja Rosda Kar ya

Notoatmodjo,s. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Hadari Nawawi. 2005. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Prot ection, Vinci Fi re. 2015. J eni s Isi Tabung P em adam Kebakaran, (Online),(http: //vi nci fires em arang.

blogs pot .co.id/ 2015/ 05/j enis isi

-tabung-kebakaran), diakses 03 M ei

2015)

Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. J akart a : C V Haji M asagung

Gambar

Tabel 3.9 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Referensi

Dokumen terkait

kenyataan dilapangan siswa dapat melakukan prosedur matematika, akan tetapi konsep yang ada masih kurang dikuasai dengan baik.. Misalnya pada

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamdani (2010: 182) mengatakan inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan

Pada waktu demokrasi konstitusional muncul sebagai suatu program dan sistem politik yang kongkrit, yaitu pada akhir abad ke-19, dianggap bahwa pembatasan atas

hanya dapat memiliki satu proses adalah bahwa tidak semua proses hanya membutuhkan satu sumber daya,   untuk suatu proses yang   kompleks dibutuhkan banyak sumber daya pada saat yang

Pada penelitian ini akan dibuat sebuah aplikasi konfigurasi Asterisk VoIP server berbasis web yang dapat digunakan untuk konfigurasi Asterisk dengan menggunakan teknik

Penelitian ini dimulai dengan melakukan analisa sistem berjalan pada bagian tanaman,pengolahan dan pemasaran untuk mengetahui kebutuhan informasi yang diperlukan, dan

Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance yang diproksi dengan ukuran dewan komisaris terhadap kinerja keuangan perbankan. Untuk menemukan

Proses marinasi dengan asam cuka konsentrasi 5% selama 5 menit pada ikan Kakap merah yang paling disarankan digunakan di Masyarakat karena pita-pita protein pada