• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERUMUSKAN PEDOMAN DAN KERANGKA BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MERUMUSKAN PEDOMAN DAN KERANGKA BIMBINGAN DAN PENYULUHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MERUMUSKAN PEDOMAN DAN KERANGKA

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

Drs. Kgs. H. M. Daud, M.Hi

(Widyaiswara Madya BDK Palembang)

ABSTRAK

Pedoman adalah alat untuk menunjukkan arah, atau kumpulan ketentunan dasar yang memberi arah, atau pedoman dapat berarti hal-hal pokok yang menjadi dasar pegangan. Kata bimbingan adalah kata kerja yang berarti, pimpinan, asuh dan tuntunan, jadi bimbingan berarti petunjuk atau penjelasan cara mengerjakan sesuatu tuntunan, pimpinan. Kerangka berarti garis besar suatu gejala atau kejadian yang akan dibuat dalam laporan lengkap dan resmi. Penyuluh asal kata dari suluh, yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi. Pada hakikatnya peran penyuluh agama tidak jauh berbeda dengan tugas pendidik atau guru, bahkan cakupan penyuluh lebih luas yaitu suatu komunitas masyarakat yang majemuk, bisa jadi pada lingkungan masyarakat yang mengikuti pendidikan formal, pendidikan non formal, pendidikan informal, pendidikan berbasis masyarakat, pendidikan anak usia dini dan lain sebagainya.

A. PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2006, mengenai visi Departemen Agama, pada bagian pertama dan kedua menyebutkan, meningkatkan kualitas bimbingan, pemahaman, pengamalan dan pelayanan kehidupan beragama dan meningkatkan penghayatan moral dan etik keagamaan. Seiring dengan misi Departemen Agama tersebut, maka keberadaan, peran, fungsi dan tugas penyuluh agama menjadi sangat penting, signifikan dan strategis, karena penyuluh agama adalah aparat terdepan dan sebagai ujung tombak, untuk menyampaikan pesan-pesan agama, bimbingan dan pesan-pesan pembangunan atau reformasi kepada masyarakat luas melalui pintu dan bahasa agama. Di tengah-tengah situasi seperti sekarang ini, perkembangan masyarakat yang demikian besar dan demokratis, di era reformasi dan keterbukaan sekarang, ini, maka kehadiran penyuluh agama yang

(2)

profesional dan handal sangat dibutuhkan,

Kita mengetahui bahwa sasaran penyuluh agama itu, begitu komplek, majemuk, beragam, baik dari segi budaya, latar belakang pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya. Meskipun dari segi jumlah penyuluh agama saat ini, dirasakan sangat jauh dari memadai, bisa kita bayangkan menurut Badan Pusat Statistik, bahwa penduduk Bangsa Indonesia yang beragama Islam, hampir mencapai dua ratus juta orang, yang tersebar dari berbagai kepulauan, sedangkan jumlah penyuluh agama fungsional yang kita miliki sampai sekarang baru mencapai 4.086 empat ribu delapan puluh enam orang. Natun jika dikelola dengan rapi, efesien, efektif dan manajerial yang baik serta didukung dengan anggaran yang memadai khususnya sektor agama dari APBN, maka para penyuluh agama akan memberikan kontribusi yang sangat besar dan signifikan untuk terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, sejahtera dan cerdas serta saling menghormati antara sesama pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa, bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun, tentu saja mutu, kualiatas diri atau pribadi para penyuluh serta penyampaian dan lain sebagainya, harus terus ditingkatkan, seiring dengan pesatnya perkembangan era globalisasi dan perkembangan masyarakat yang semakin maju dan berani. Sebab jika tidak, maka peran dan keberadaan para penyuluh agama akan ketinggalan dan ditinggalkan masyarakat, dengan demikian keberadaannya, kurang mempunyai banyak arti dalam upaya membangun dan mengembangkan potensi masyarakat, agar menjadi manusia yang kuat imannya, bertaqwa kepada Allah. SWT. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang menghormati demokrasi dan bertanggung jawab. Untuk itu sebagai bahan dan pertimbangan yang matang dan mutlak sangat diperlukan tersedianya berbagai aspek penyempurnaan rumusan pedoman dan kerangka bimbingan dan penyuluhan. Terutama bagi jabatan fungsional penyuluh agama ahli madya.

B. PENGERTIAN

(3)

merumuskan pedoman dan kerangka bimbingan dan penyuluhan. Menurut kamus bahasa Indonesia yang terbaru, rumus berarti ringkasan, atau pernyataan simpulan, tentang azas pendirian, ketetapan dengan kalimat yang ringkas dan tepat. Pedoman adalah alat untuk menunjukan arah, atau kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah, atau pedoman dapat berarti hal-hal pokok yang menjadi dasar pegangan. Kata bimbingan adalah kata kerja yang berarti, pimpinan, asuh dan tuntunan, jadi bimbingan berarti petunjuk atau penjelasan cara mengerjakan sesuatu tuntunan, pimpinan. Kerangka, rangka berarti rancangan, rencana, skema, jadi kerangka berarti garis besar suatu gejala atau kejadian yang akan dibuat dalam laporan lengkap dan resmi. Adapun rangka acuan yang sering dibuat oleh para penyuluh adalah, dasar pemikiran dalam melakukan suatu pekerjaan yang berkaitan, dengan teori atau hipotesis. Penyuluh asal kata dari suluh, yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi seperti obor dan lain lain, menyuluh berarti menerangi, sedangkan penyuluh kata benda berarti pemberi penerangan, atau penunjuk jalan, sedangkan masyarakat yang disuluh adalah pesuluh. Kata Penyuluhan adalah proses, cara perbuatan menyuluh, bisa juga pemberi penerangan. Jadi menurut hemat penulis yang dikehendaki dari tema ini adalah terwujudnya rancangan dasar untuk memberikan arah yang spesifik mengenai bimbingan dan penyuluhan bagi rumpun penyuluh agama fungsional ahli tingkat madya.

Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 dan Nomor 178 Tahun 1999 menyebutkan, Penyuluh adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberikan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.

Demikian juga ditegaskan pada Keputusan Menteri Agama tersebut mengenai tugas penyuluh, yaitu melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.

C. PERAN STRATEGIS PENYULUH

(4)

Undang Undang dasar 1945 yang mengamanatkan kepada pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistim pendidikan nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada hakikatnya peran Penyuluh agama tidak jauh berbeda dengan tugas pendidik atau guru, bahkan cakupan penyuluh lebih luas yaitu suatu komunitas masyarakat yang majemuk, bisa jadi pada lingkungan masyarakat tersebut terdapat masyarakat yang mengikuti pendidikan formal, pendidikan non formal, pendidikan informal, pendidikan jarak jauh, pendidikan berbasis masyarakat, pendidikan anak usia dini dan lain sebagainya.

Sebagai pembimbing umat :

Jika kita perhatikan fenomena kondisi aqidah umat kita, di era reformasi dan keterbukaan ini, menunjukan adanya indikasi yang kuat, bahwa umat kita masih dangkal dan sangatlah rawan, banyak terjadi pendangkalan aqidah dimana-mana, maraknya bermunculan tumbuh dan berkembang aliran-aliran dan paham sempalan, yang muncul dari dalam negeri maupun yana masuk dari luar negeri bahkan adanya indikasi tim pemurtadan terhadap pemeluk agama Islam, dengan di iming-imingi berbagai bentuk, mulai dari ekonomi, lowongan pekerjaan, pemberian kesehatan secara cuma-cuma, pernikahan antar agama dan lain sebagainya. Dengan demikian menjadi sangat penting dan urgen untuk mendapatkan perhatian khusus bagi pemerintah dalam hal ini Departemen Agama dan partisipasi masyarakat terhadap peningkatan dan pencerahan peran dan fungsi penyuluh, yang terjun dilapangan.

Sebagai panutan :

Sebagaimana tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, disebutkan Pendidikan agama adalah untuk membangun sikap mental peserta didik, untuk bersikap dan berprilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, madiri, percaya diri, kompetitif, koperatif, tulus dan bertanggung jawab Juga sebagai penyuluh agama, yang merupakan bagian integral

(5)

dari aparat Departemen agama, perlu mengacu kepada tata nilai yang telah ditetapkan Departemen Agama, yang dikenal dengan sebutan, Ikhlas beramal, amanah, profesional, kebersamaan, keteladanan dan taat azas. Demikian juga secara sadar harus melaksanakan kode etik pegawai Departemen Agama, yang menyebutkan. Menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan bangsa, Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat, Bekerja dengan jujur, adil dan amanah, Melaksanakan tugas dengan disiplin, profesional dan inovatif, serta setia kawan dan bertanggung jawab atas kesejahteraan korp.

D. RUMUSAN PEDOMAN PENYULUHAN

Predikat Penyuluh Agama Ahli Madya, adalah klsifikasi yang paling tinggi diantara tingkatan Penyuluh ahli, sebagaimana telah ditetapkan, berdasarkan kepada Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara. Nomor 574 dan Nomor 178 Tahun 1999, menyatakan bahwa Penyuluh Ahli terdiri dari tiga tingkatan, yang pertama Penyuluh Ahli Pertama, Penyuluh Ahli Muda dan yang ketiga Penyuluh Ahli Madya. Dalam bagian tulisan ini secara spesifik kepada Penyuluh ahli Madya, karena sasarannya atau kelompok binaannya, adalah insan cendikia, berpendidikan tinggi, para birokrat, atau pejabat, organisasi profesi, seperti profesi dokter, ahli hukum, pimpinan corporate, badan usaha milik negara, para manajer perusahaan swasta, perhimpunan Huffazul Qur'an, dan lain sebagainya.

Penyampaian materi penyuluhan, tentu berbeda dengan komunitas yang lebih rendah, disampaikan secara konseptual, terpadu, dikemas secara ilmiyah, sesuai dengan ketentuan disiplin ilmu. Untuk mendorong kepada pemahaman tersebut, seperti yang kita kenal, disebutkan dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghazali, beliau membagi katagori orang yang berpuasa menjadi tiga bagian, pertama disebut puasa orang awam, yang kedua disebut puasa, khusus dan yang ketiga yang paling tinggi adalah yang disebut khususul khusus, kalau boleh saya katakan inilah pridikat penyuruh agama ahli madya, dimana masing masing unsur ketiga tersebut berbeda-beda terminologinya, tentu yang lebih berat adalah predikat yang ketiga, karena itu yang paling utama dan paling mulia.

(6)

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah, tata cara menyampaikan pesan-pesan da'wah, dan tema-tema yang diangkat, sebagaimana yang telah disebutkan dalam pedoman, seperti konsep al-Qur'an mengenai lingkungan hidup, pelestarian alam, ekosistim, khilafah, etika sosial, pergaulan internasional, perbankan syariah, masalah alqital, tahkim, firqah-firqah dalam Islam dan pembaharuan pemikiran Islam, yang ke semua ini dikaitkan dengan suatu perwujudan bahwa agama Islam itu sebagai rahmatan lil alamin. menaruh kepedulian yang tinggi, untuk kemaslahatan diberbagai sektor bagi kehidupan umat manusia.

E. PEDOMAN BIMBINGAN

Al-Qur'an surat An Nahl ayat 125, ada tiga metode bimbingan yang dapat digunakan oleh penyuluh agama dalam memberikan materi dan bimbingan. Allah berfirman “serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan nasehat yang baik, dan bertukar pikiranlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. Dalam buku fiqhud da'wah, karangan Muhammad Nasir, Syekh Muhammad Abduh menyatakan, bahawa juru da'wah, penyuluh agama dalam memberikan bimbingan kepada umat terdiri atas tiga cara, yang harus disikapi dilaksanakan secara berbeda pula, antara lain :

1. Golongan cendikiawan yang cinta kebenaran, berpikir kritis, dan cepat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil dengan hikmah, yaitu penyampaian da'wah yang diperkuat dengan alasan alasan, dalail dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.

2. Golongan awam, yaitu kalangan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, mereka ini dipanggil dengan mauizah hasanah yaitu berupa anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.

3. Golongan antara keduanya, yaitu kalangan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka ini dipanggil dengan Wajadilhum billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran secara sehat, guna mendorong untuk berpikir dan dengan cara yang lebih baik.

(7)

Ketiga metode diatas dapat disimpulkan sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw, beliau menyebutkan “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal kecerdasan mereka masing-masing, hadist riwayat Bukhari Muslim.” Dengan demikian pada tingkatan bilhikmah ini, penyuluh agama ahli madya harus melakukan pendekatan secara hikmah, berdasarkan analisis kriteria materi, retorika atau ritme dan kemasan kritis yang lebih tajam dalam mengupas materi da'wah. Adapun katagori Hikmah bagi penyuluh agama ahli madya, unsur materi da'wah, inti sari, tematik, unsur teknik aplikatif, komunitas audence yang dihadapi, agar disesuaikan, unsur suasana ruang dan kondisi, serta penggunaan teknologi informasi da'wah sebagai penunjang dan alat bantu.

Membuat hipotesa dan analisis secara mendalam dalam menyusun dan menetapkan metode materi bimbingan dan penyuluhan, dihadapkan kepada tingkat kecerdasan, tingkat alam pikiran dan perasaan obyek da'wah, bagi penyuluh agama ahli madya yang sasarannya antara lain kelompok cendikiawan, perlu memperhatikan bantuk materi bimbingan, dan mengambil pedoman kepada sabda Rasulullah saw. Beliau bersabda “kami diperintah supaya berbicara kepada manusia menurut kadar akal mereka masing masing.

F. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian tersebut diatas, ternyata masih banyak sekmen-sekmen yang perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan nyata secara serius, terutama bagi penyuluh agama ahli madya, dan klasifikasi penyuluh agama lainnya, yang pada intinya, antara lain menyangkut perbaikan ketenagaan, kelembagaan, materi dan metode, kurikulum dan silabus, sarana dan prasarana, manejerial dan anggaran sektor agama yang memadai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

DAFTAR PUSTAKA

DR. H. M. Bambang Pronowo, Drs. H. Ahmad Husni, Drs. H. Mustain, Pedoman

(8)

Kementerian Agama Kantor Wilayah Propinsi Sumatera Selatan.

Hasjmy. A, 1991 Dakwah Islamiyah Bertugas Membangun Manusia dan Masyarakat, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Suryana (2003), inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk memperkaya dan meningkatkan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama. 2) Kunjungan kedua, waktu 6 hari setelah persalinan. a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.. b) Evaluasi

Dari potensi tersebut, Provinsi Jawa Tengah tidak hanya mampu memenuhi betuhan pangan penduduknya, akan tetapi di setiap daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah juga masih

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: (1) Menentukan kelas riset; (2) Memberikan tes kepada siswa yang menjadi subjek penelitian

Agar tidak menyulitkan, sebaiknya field-field yang ada dalam kotak tersebut dihapus saja dengan menekan tombol Delete atau bisa juga memanfaatkan field tersebut namun Anda

Proses difusi ini berlangsung secara terns menerns sehingga diharapkan kondensasi pacta dasar tabung tidak akan terjadi, jika jangkauan semburan daD kemampuan naik udara

Selan tu, pemerntah juga berkewajban untuk membna penngkatan produks dan konsums proten hewan dalam mewujudkan ketersedaan pangan bergz sembang bag

2 Ap Apak akah ah gu guru ru pe pemb mbim imbi bing ng me memi mili liki ki perhitungan jam kegiatan pelayanan perhitungan jam kegiatan pelayanan konseling di sekolah ekivalen