• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM MENINGKATKAN KINERJA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM MENINGKATKAN KINERJA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2.80.1 UPAYA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM MENINGKATKAN KINERJA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Ray Ferza1), Eka Novian Gunawan2)Purwadi3), Adi Suhendra4)Herman Ya'aro Z Harefa5),

1,2,3,4,5)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendagri rayferza@gmail.com;

ekanoviangunawan@yahoo.com adisuhendra.pm@gmail.com

ABSTRAK

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri telah

mengupayakan sistem daring dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Sejauh ini sistem daring yang berkembang di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri adalah sebagai berikut: Portal litbang.kemendagri.go.id, PuJa Indah, Tuxedovation, e-library dan Open Journal System di kedua Jurnal Kementerian Dalam Negeri. Artikel ini bertujuan menganalisis upaya badan penelitian dan pengembangan kemendagri dalam meningkatkan kinerja dengan menggunakan sistem daring. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan menghasilkan simpulan bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri telah berupaya memanfaatkan sistem daring hanya saja belum mengarah pada identitas BPP Kemendagri sebagai penghasil Evidence Based Policy bagi Kemendagri.

Kata Kunci: Daring, Kinerja, .Evidence Based Policy I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Pada era revolusi industri 4.0, rutinitas manusia senantiasa didampingi oleh perangkat yang menginterkoneksikan jejaring internet dengan manusia dan fasilitas hidupnya. Sendi-sendi kehidupan manusia dari mulai bagaimana manusia berinteraksi, berpindah-tempat, dan berniaga tidak lepas dari fasilitas internet. Sebagai objek dari semangat zaman tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri dalam menjadi sistem pendukung (supportive system) bagi kinerja kementerian membutuhkan fasilitas teknologi internet. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, BPP Kemendagri telah mengkreasikan beberapa produk di wilayah kerjanya, antara lain portal litbang.kemendagri.go.id, PuJa Indah,Tuxedovation, Indeks Inovasi Daerah, e-Library dan Open Journal System Jurnal Kemendagri.

Dari sisi kinerja institusional, kinerja BPPKemendagri dilandaskan pada Permendagri No. 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri. Regulasi tersebut menjabarkan fungsi dari BPP Kemendagri, antara lain (a) menyiapkan kebijakan teknis, program, dan anggaran penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri; (b) melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri; (c) memantau, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri; (d) melaksanakan fasilitasi inovasi daerah; (e) mengoordinasikan dan menyinkronisasikan pelaksanaan penelitian dan pengembangan pemerintah daerah; (f) melaksanakan administrasi BPP; dan (g) melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Sementara berdasarkan data dari Laporan Kinerja BPP Kemendagri, persoalan kinerja terkait tidak sinkronnya antara hasil penelitian dengan kebutuhan kelembagaan masih menjadi perhatian, meskipun penggunaan teknologi sistem informasi diyakini

(2)

2.80.2 mampu menjawab permasalahan kinerja organisasi. Sebagai peneliti di lingkungan internal BPP Kemendagri, penting untuk menaruh atensi pada perkembangan kinerja kelembagaan BPP Kemendagri dalam menggunakan sistem daring. Dalam konteks itu, penelitian ini menekankan pokok permasalahan upaya BPP Kemendagri dalam meningkatkan kinerja dengan menggunakan sistem daring.

1.2 Tujuan Penelitian,

Penelitian ini bertujuan menganalisis upaya-upaya BPP Kemendagri dalam meningkatkan kinerja dengan menggunakan sistem daring.

II. STUDI PUSTAKA

Revolusi Industri 4.0

Istilah Industri 4.0, awal mulanya pada 2011 diperkenalkan di Jerman oleh pemerintah Jerman sebagai hasil dari inisiatif merumuskan strategi teknologi tinggi untuk menyambut 2020. Meskipun industri ini lebih ditekankan pada sektor ekonomi dan industri namun transisi nilai-nilai yang dibawa dalam revolusi industri dari 1.0 sampai ke 4.0 mengarah pada pergeseran paradigma cara bekerja organisasi, model-model berbisnis, dan produk teknologi. (Pereira and Romero 2017, 1207) Konsepsi mengenai industri 4.0 dan fitur-fitur kunci yang membentuk apa itu industri 4.0 juga belum baku. Dari sisi sudut pandang teknikal bahwa industri 4.0 perubahan lingkungan manukaftur yang identik dengan peningkatan digitalisasi, otomasi sebagai nilai tambah bagi peningkatan komunikasi yang timbul dari rantai nilai ekonomi digital. Meskipun demikian, interpretasi terhadapanya cukup banyak dan menjurus pada spesialisasi teknologi informasi. Secara umum, laju transformasinya dapat diterjemahkan sebagai kemajuan disrupsi teknologi yang menyeka batas-batas antara dunia virtual dan fisikal, para pekerja yang terintegrasi, mesin yang pintar, produk-produk yang pintar, sistem produksi dan proses bisnis yang pintar. Bagaimanapun, industri 4.0 akan digerakkan secara dominan oleh dua penggerak utama, yakni Cyber-PhysicalSystem dan Internet Of Thingsand Services. (Pereira and Romero 2017, 1213)

Lebih jauh Industri 4.0 dipandang sebagai „istilah payung‟ terhadap luasnya pengembangan teknologi yang menghasilkan pondasi bagi meningkatnya digitaliasi dalam bisnis. Berdasarkan metode pencarian melalui mesin pencari, komponen kunci tertinggi dari industri 4.0 adalah Internet Of Things, diikuti dengan Big Data, CPS, Smart Factory, Cloud Computing, Data Mining, Virtual Reality, dan seterusnya. (Kosacka-Olejnik and Pitakaso 2019, 481)

Dari sisi manajerial, seorang manajer harus memerhatikan keenam isu penting dalam menjalani revolusi industri 4.0, antara lain:

- Industri 4.0 akan memengaruhi setiap langkah dari perusahaan atau organisasi , sehingga menjadi penting untuk mengevaluasi maturitas (kedewasaan) digital dan tujuan dari digitalisasi pada beberapa tahun kedepan.

- Penting bagi suatu perusahaan atau organisasi untuk menciptakan pilot projects yang benar. Opsi-opsi yang mungkin adalah termasuk integrasi vertikal didalam satu atau dua proyek.

- Melakukan pemetaan yang mendetil mengenai kebutuhan dan kapabilitas organisasi.

- Memastikan untuk menjaga perhatian yang kuat pada peningkatan kepercayaan digital.

- Mengidentifikasi dan mengumpulkan data yang tepat , memakainya untuk tujuan yang benar, dan secara efektif menganalisis data-data dalam setiap pengambilan keputusan.

- Membangun perencanaan aktif yang menggunakan pendekatan ekosistem. Hal-hal tersebut penting untuk dilakukan karena industri 4.0 benar-benar mendigitalisasi dan mengintegrasikan seluruh proses dalam suatu organisasi. (Lee, Lee, and Chou 2017, 467)

(3)

2.80.3 Evidence Based Policy

Evidence based policy sebagai suatu upaya merupakan metode perumusan kebijakan dalam rangka menghindari kegagalan dan memaksimalkan potensi keberhasilan dari suatu proses kebijakan melalui pembelajaran kebijakan Beberapa elemen kunci dari EBP antara lain berbasiskan bukti/data; bertujuan minimalisasi kesenjangan antara ekspektasi pemerintah dengan aktualitas; kapasitas analitik kebijakan publik merupakan suatu determinan. (Howlett 2009, 157) Selain itu, dialog berkelanjutan antara peneliti dengan pengguna penelitian (pemerintah) merupakan fitur kunci yang harus dipenuhi untuk menghasilkan EBP yang sukses. (Elliott and Popay 2000)

Sebagai instansi kelitbangan, badan penelitian dan pengembangan berfungsi sebagai „pabrik‟ bagi evidence based policy atau organisasi yang bertanggungjawab dalam mengolah data menjadi evidence ilmiah bagi suatu kebijakan yang diambil oleh Kementerian Dalam Negeri.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kajian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan pengumpulan data sekunder berupa dokumen elektronik dan dokumen fisik yang dikumpulkan dari lokasi pengumpulan data. Metode Kajian Kualitatif mendemonstrasikan suatu pendekatan berbeda pada penelitian ilmiah daripada pendekatan kuantitatif. Metode Kualitatif bergantung pada teks dan data visual, Metode ini memiliki analisis yang unik pada tahap analisis data, dan bertaruh pada desain yang beraneka ragam untuk kemudian dilakukan triangulasi sebagai uji validasi (Creswell, 2014).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Internet di wilayah kerja BPP Kemendagri terdiri dari beberapa produk sebagai berikut:

Situs jaringan litbang.kemendagri.go.id

Portal ini merupakan laman utama dari sistem informasi berbasis jaringan milik BPP Kemendagri. Segala informasi dan pemberitaan mengenai aktivitas BPP Kemendagri serta info lainnya yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan dapat diakses melalui situs jaringan litbang.kemendagri.go.id. Aktivitasnya cukup up to date dan bisa dibuktikan secara waktu sebenarnya (realtime). Sebatas media informasi dan aksesibilitas data, portal ini dapat diandalkan. Pengunjung portal dapat mengunduh berbagai macam dokumen kinerja BPP Kemendagri.

Meskipun sudah memiliki tautan alamat website litbang seluruh daerah, situs jaringan komponen-komponen di Kemendagri, dan hubungi kami, portal ini tidak memiliki kapasitas berinteraksi untuk menunjang fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan menyimpan fungsi demikian. Hal ini amat disayangkan karena unsur ubikuitas (ubiquity) dari suatu produk daring yang memiliki sifat interaktif dan „dimana-mana‟ menjadi tidak terpenuhi. Fungsi interaksi dalam suatu portal bukan merupakan hal yang asing di tengah maraknya aplikasi sosial media yang selalu berkembang dari waktu ke waktu.

Padahal, berdasarkan pelaporan kinerja kemendagri dari tahun 2016-2018, koordinasi dan kerjasama selalu menjadi persoalan kinerja BPP Kemendagri. Selama ini solusi yang ditawarkan berdasarkan pelaporan tersebut hanya sebatas mengoptimalkan Unit Layanan Administrasi, suatu eksistensi fisikal dari subordinat organisasi bukan eksistensi digital dari suatu sistem daring.

Pusat Jejaring Inovasi Daerah

Pusat Jejaring Inovasi Daerah (Puja Indah) merupakan aplikasi layanan bagi para pemerintah daerah untuk mendaftarkan inovasi daerah, mendapatkan fasilitasi dalam berjejaring inovasi daerah, dan mendapatkan replikasi inovasi daerah dari Puslitbang

(4)

2.80.4 Inovasi Daerah Balitbang Kemendagri. Secara kelembagaan, aplikasi ini sebetulnya merupakan pendukung dari pelaksanaan fungsi unit eselon II Puslitbang Inovasi Daerah. Merujuk dari fiturnya yang sudah mendukung terwujudnya suatu interaksi maka PuJa Indah merupakan salah satu penerapan sistem daring di wilayah kerja BPP Kemendagri yang cukup baik secara konseptual. Melalui aplikasi ini, praktik inovasi daerah berhasil direplikasi 8 Kabupaten Tertinggal pada 2017 dan mendapatkan komitmen penerapan puja Indah bersama 50 daerah pada 2018. Replikasi yang ditawarkan adalah kumpulan beragam aplikasi layanan pemerintahan yang meliputi perizinan, kesehatan, pendidikan, komoditas, ketenagakerjaan, memperbarui kependudukan dan aspirasi DPRD.

Tuxedovation (Tutorial Exhibition Display of Innovation)

Pada 2019, sebagai suatu ikhtiar untuk menghadirkan terobosan dalam cara pembelajaran pemerintah daerah, BPP Kemendagri membuat Tuxedovation. Pada prinsipnya, aplikasi ini merupakan layanan kumpulan video inovasi daerah yang berasal dari unggahan daerah saat memasukkan instrumen penilaian Indeks Inovasi Daerah. Dari tayangan tersebut,Daerah-daerah dapat melihat bagaimana inovasi yang telah dikembangkan di seluruh Indonesia.

Portal ini juga diharapkan mampu memangkas ongkos operasional yang seharusnya dikeluarkan seperti biaya perjalanan dinas antar daerah karena para pemerintah daerah dapat belajar secara daring dalam medium video. Meskipun aksesibilitas portal ini hanya dibatasi pada pemerintah daerah, portal ini memungkinkan para pemerintah daerah satu dengan yang lain untuk berkomunikasi dan bersinergi untuk menerapkan praktik inovasi daerah.

Indeks Inovasi Daerah

Indeks ini adalah himpunan inovasi yang dilaporkan daerah kepada Menteri Dalam Negeri, sebagai bentuk pembaruan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tahapan pertama dari indeks inovasi daerah adalah tahapan penjaringan data, daerah memasukkan data tentang masing-masing inovasi daerah pada suatu sistem. Berikutnya, tahapan pengukuran dengan menggunakan sistem yang terkomputerisasi yang menilai berkas administrasi pemerintah daerah baik secara kualitas dan kuantitas bergantung pada 35 indikator yang sudah dirumuskan oleh tim Indeks Inovasi Daerah. Setelah tahapan pengukuran, indeks inovasi daerah juga menuntut dilakukannya tahapan presentasi sampai kepada tahapan validasi untuk menilai pemenang Innovative Government Award (IGA).

Indek inovasi daerah bertujuan untuk mendorong tingkat daya saing daerah juga berupaya untuk mewujudkan kemandirian daerah karena berdasarkan indeks tersebut akan dilakukan pemetaan terhadap daerah-daerah mana saja yang inovatif. Kemudian, daerah inovatif tersebut akan diberikan penghargaan melalui Innovative Government Award (IGA). Pada ajang ini daerah akan dinilai berdasarkan angka Indeks Inovasi Daerah yang terhimpun dalam sistem. Dari sistem ini akan diketahui hasil skor tertinggi, yang kemudian dinilai secara lebih lanjut oleh tim penilai dari kementerian dan lembaga terkait. Setelah itu, didapati daftar peraih IGA yang terdiri dari 5 besar provinsi terinovatif, 10 kabupaten terinovatif, 10 kota terinovatif, 3 daerah perbatasan terinovatif, dan 3 daerah tertinggal terinovatif.Selain itu indeks inovasi daerah juga berfungsi sebagai parameter layak atau tidak layaknya suatu inovasi daerah itu diimplementasikan.

Aplikasi Indeks Inovasi Daerah berkapasitas menghimpun data inovasi dari seluruh daerah, sejauh ini sudah ada 298 pemerintah daerah yang mengakses layanan tersebut. Pada 2018 sudah teridentifikasi 3718 Inovasi di 212 Daerah dengan penjabaran antara lain 698 inovasi tata kelola, 2142 inovasi pelayanan publik, dan 878 inovasi lainnya, Meskipun demikian, aplikasi ini masih terkendala dari sisi minimalnya evaluasi yang terindikasi dari masih terjadinya generalisasi nilai pada data yang memiliki kualitas berbeda dan sosialisasi yang kuran, terindikasi dari proporsi jumlah daerah baik provinsi

(5)

2.80.5 maupun kabupaten kota yang belum menginput data masih cukup besar dari tahun ke tahun.

e-Library.

Pada aplikasi ini, BPP Kemendagri telah mendigitalisasi layanan perpustakaan. Para pelaku literasi dapat melakukan pencarian buku-buku inventaris perpustakaan BPP Kemendagri dalam satu genggaman, dimana saja dan kapan saja. Kata kunci dari data buku yang kita cari dapat diproses untuk dilakukan pencarian melalui e-Library.

Aplikasi ini bertujuan sebagai sentra pengetahuan bagi perangkat kerja BPP Kemendagri. Hal ini menjadi sangat penting mengingat BPP Kemendagri sebagai organisasi yang memiliki bisnis inti di bidang penelitian dan pengembangan. Melalui aplikasi ini, pengunjung bisa mencari informasi seluruh koleksi buku tanpa harus berkunjung terlebih dahulu ke perpustakaan. Proses peminjaman danpengembalian juga diakomodasi ke dalam sistem, sehingga koleksi buku itu terjamin keamanannya.

Open Journal System

BPP Kemendagri menghadirkan aplikasi publikasi karya ilmiah. Pada awal 2016 Pusat Informasi, dan Dokumentasi (PID) BPP Kemendagri mengembangkan pengelolaan jurnal berbasis elektronik (e-journal). Kebijakan itu untuk menanggapi, Perdirjen DIKTI No. 17 Tahun 2016 tentang Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah lektronik dan Perka LIPI No. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Regulasi tersebut mengharuskan pengelolaan jurnal dilakukan secara elektronik jika hendak terakreditasi. Melalui pengelolaan berbasis elektronik, memungkinkan sebaran publikasi karya ilmiah lebih luas, tidak terbatas ruang dan waktu. Guna mewujudkan terbangunnya sistem tersebut, PID BPP Kemendagri memanfaatkan layanan Open Journal System (OJS). Produk open source dari Public Knowlegde Project (PKP) ini, khusus digunakan untuk mengelola jurnal elektronik. Aplikasi ini dinilai kompatibel dengan mesin pencari Google termasuk Google Scholar. Kondisi ini cukup menguntungkan, terlebih semenjak terbitnya Permenristekdikti No 9 Tahun 2018 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah. Regulasi itu mengatur proses akreditasi menjadi satu pintu di bawah kewenangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti), baik jurnal yang dikelola perguruan tinggi, maupun kementerian/lembaga seperti BPP Kemendagri. Sebelumnya, jurnal kementerian/lembaga berada di bawah pengelolaan akreditasi LIPI.

Pembahasan

Sebagai „pabrik‟ bagi EBP di Kementerian Dalam Negeri, BPP Kemendagri sewajarnya memanfaatkan momentum revolusi Industri 4.0 untuk meningkatkan kinerjanya sebagai penghasil EBP Kemendagri. Meninjau dari apa yang telah dihasilkan melalui beberapa produk layanan daring, BPP Kemendagri dapat dikatakan telah memanfaatkan momentum revolusi Industri 4.0 dalam meningkatkan kinerjanya meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Berangkat dari sifat sistem yang terbangun di era revolusi industri 4.0 yang mencakup keseluruhan proses bisnis, aplikasi seperti situs litbang.kemendagri.go.id belum membuka ruang bagi terjadinya digital sphere atau ruang komunikasi sebagaimana ditemui dalam fitur messenger media sosial. Padahal hal ini penting jika merujuk pada kunci kesuksesan EBP yang menuntut terbangunnya dialog berkelanjutan antara peneliti dan pengguna penelitian. (Elliott and Popay 2000) Begitupun halnya dengan amanat Permendagri No. 43 Tahun 2015 tentang Organisasi Tata Laksana Kementerian Dalam Negeri.

Pengembangan aplikasi seperti PuJa Indah, Tuxedovation, dan Indeks Inovasi sudah sangat baik dan memenuhi prakondisi dari Industri 4.0 dimana pola komunikasi dapat terbangun langsung di ruang digital. Meskipun demikian, pengembangan sistem daring di BPP Kemendagri baru berkutat pada pelaksanaan fungsi Puslitang Inovasi Daerah dalam PuJa Indah, Tuxedovation, dan Indeks Inovasi Daerah, dan Kesekretariatan. Fungsi sebagai penghasil EBP bagi Kemendagri sebetulnya lebih

(6)

2.80.6 melekat pada unit eselon II lain seperti Puslitbang Pembangunan dan Keuangan Daerah, Puslitbang Otonomi Daerah, Politik dan Pemerintahan Umum dan Puslitbang Administrasi Kewilayahan, Kependudukan, dan Desa. Pada titik ini, Arah pengembangan sistem daring untuk mendukung kinerja di BPP Kemendagri belum mengarah pada hakikat BPP Kemendagri sebagai penghasil EBPbagi Kemendagri.

V. KESIMPULAN

Upaya BPP Kemendagri dalam meningkatkan kinerja dengan menggunakan sistem daring sudah baik dan berkapasitas menghasilkan peningkatan kinerja. Hanya saja, pengembangan sistem daring di BPP Kemendagri perlu dilakukan reorientasi menuju fungsi BPP Kemendagri sebagai penghasil EBP bagi Kemendagri.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. 4th Edition. The New Zealand dental journal (Vol. 86). SAGE. https://doi.org/10.4135/9781849208956

Elliott, Heather, and Jennie Popay. 2000. “How Are Policy Makers Using Evidence? Models of Research Utilisation and Local NHS Policy Making.” Journal of

Epidemiology and Community Health 54 (6): 461–68. doi:10.1136/jech.54.6.461. Howlett, Michael. 2009. “Policy Analytical Capacity and Evidence-Based Policy-Making:

Lessons from Canada.” Administration Publique Du Canada 52 (2): 153–75. doi:https://doi.org/10.1111/j.1754-7121.2009.00070_1.x.

Kosacka-Olejnik, Monika, and Rapeepan Pitakaso. 2019. “Industry 4.0: State of the Art and Research Implications.” Logforum 15 (4): 475–85.

doi:10.17270/J.LOG.2019.363.

Lee, Ming-xuan, Yen-chun Lee, and C J Chou. 2017. “Essential Implications of the Digital Transformation in Industry 4.0.” Essential Implications of the Digital Transformation in Industry 4.0 76 (August): 465–67.

Pereira, A. C., and F. Romero. 2017. “A Review of the Meanings and the Implications of the Industry 4.0 Concept.” Procedia Manufacturing 13. Elsevier B.V.: 1206–14. doi:10.1016/j.promfg.2017.09.032.

Referensi

Dokumen terkait

transfusi darah, melaksanakan pola dan tata cara kerja pelayanan darah, melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan pelayanan darah; dan melakukan koordinasi

Pendekatan statistik yang digunakan dalam optimasi dengan menggunakan data experimen, hal ini menandakan tidak adanya model ketika sistem elektrokoagulasi mulai

Retribusi Izin Gangguan adalah Retribusi yang dikenakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan

(3) Pengelolaan pada Organisasi, Lembaga, Perusahaan, Negara; bahwa industri ini tidak bisa dikelola oleh perorangan atau amatiran, tetapi harus dikelola oleh

Penelitian ini menggunakan obyek bank sebagai obyek penelitian dengan pemikiran dan alasan bahwa (1) Bank adalah jenis perusahaan yang memfokuskan pada penggunaan informasi

Berdasarkan scoring Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) menunjukkan score >25 dengan kategori kinerja tidak baik, score Rasio Efektifitas Pendapatan Asli

20 Menyiapkan konsep undangan, agenda, bahan dan fasilitas rapat sesuai arahan Sekretaris KEPK dan memasukkan tanggal rapat ke dalam database pengelolaan protokol. Catatan

Dari tabel output hasil SPSS, nilai standardized coefficient beta variabel media cetak yaitu 0,070, artinya keputusan konsumen dalam memilih operator seluler