TIRTONEGORO KLATEN
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma D3 Keperawatan
DISUSUN OLEH : SULIATIK NIM. P14051
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017
i
TIRTONEGORO KLATEN
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma D3 Keperawatan
DISUSUN OLEH : SULIATIK NIM. P14051
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017
ii
Nama : Suliatik
NIM : P14051
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : ”Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Sectio
caesarea Dengan Nyeri Akut di ruang Melati 1 RSUP
dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.”
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Juli 2017 Yang Membuat Pernyataan
Materai 6.000
SULIATIK P14051
iii
CAESAREA DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MELATI 1 RSUP
dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep.)
Oleh : SULIATIK P14051 Surakarta, Juli 2017 Menyetujui, Pembimbing
Anita Istiningtyas, S.kep.,Ns.,M.Kep NIK. 201087055
iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI
Telah diuji pada tanggal : 04 Agustus 2017
Dewan Penguji :
Ketua : (...)
1.
Anggota : (...)
v
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh : Nama :
NIM : Program studi : Judul Karya Tulis Ilmiah :
Suliatik P14051
D3 Keperawatan
Asuhan Keperawatan pada ibu post partum
Sectio caesarea dengan nyeri akut diruang
Melati 1 RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Telah di ujikan dan di pertahankan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Di tetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : 04 Agustus 2017
DEWAN PENGUJI
Ketua : Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep (...…...…) NIK. 200981037
Anggota : Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep (...…...…...) NIK. 201087055
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Sectio caesarea Dengan Nyeri Akut di ruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan sekaligus sebagai dewan penguji yang telah memberikan masukan serta bimbingan terkait Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah membimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Sugeng Toto dan Ibu Suliyem, yang selalu mendoakan, selalu menyayangi dengan sepenuh hati, selalu menjadi inspirasi,
vii
memberikan yang terbaik dan memberi semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Kakakku tersayang Puji Astutik dan Diana yang telah memberikan dukungan dan semangat selama ini.
8. Teman-temanku Ignatia, Shinta, Atnatika dan teman Mahasiswa Program D3 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang memberikan support serta semangatnya.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, Juli 2017 Yang Membuat Pernyataan
SULIATIK P14051
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN. ... iii
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN. ... v
KATA PENGANTAR. ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR SKEMA ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Batasan Masalah... 4 1.3 Rumusan Masalah ... 4 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum ... 5 1.4.2 Tujuan Khusus ... 5 1.5 Manfaat 1.5.1 Teoritis ... 6 1.5.2 Praktis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Sectio caesarea ... 8
2.1.2 Post Partum ... 8
2.2 Etiologi ... 9
2.2.1 CPD (Chepalo Pelvik Disproportion) ... 9
2.2.2 PEB (Pre-eklamsi Berat) ... 9
ix
2.2.4 Bayi Kembar ... 10
2.2.5 Faktor Hambatan Jalan Lahir ... 10
2.2.6 Letak Janin ... 10
2.3 Klasifikasi ... 12
2.4 Patofisiologi ... 14
2.5 Penatalaksanaan ... 17
2.5.1 Penatalaksanaan Medis... 17
2.5.2 Perawatan Post Operasi ... 17
2.6 Komplikasi ... 18 2.7 Asuhan Keperawatan ... 19 2.7.1 Pengkajian ... 19 2.7.2 Diagnosa Keperawatan ... 24 2.7.3 Perencanaan ... 25 2.8 Implementasi ... 32 2.9 Evaluasi ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Penelitian ... 33
3.2 Batasan Istilah ... 33
3.3 Partisipan ... 34
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.5 Pengumpulan Data ... 35
3.6 Uji Keabsahan Data... 35
3.7 Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ... 37
4.2 Pengkajian ... 37
4.2.1 Identitas Klien ... 37
4.2.2 Identitas Penanggung jawab ... 38
x
4.2.4 Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu ... 40
4.2.5 Pemeriksaan Umum ... 43 4.2.6 Head to toe ... 43 4.2.7 Pemeriksaan Penunjang ... 45 4.2.8 Terapi Medis ... 46 4.3 Analisa Data ... 47 4.4 Diagnosa Keperawatan ... 48 4.5 Intervensi ... 49 4.6 Implementasi ... 51 4.7 Evaluasi ... 56 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan ... 59 5.1.1 Pengkajian ... 59 5.1.2 Diagnosa Keperawatan ... 63 5.1.3 Intervensi Keperawatan ... 64 5.1.4 Implementasi Keperawatan ... 66 5.1.5 Evaluasi ... 71
BAB VI KESIMPULAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 75
6.2 Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 2.1 Pathway Post Sectio caesarea ... 16
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Lampiran 2. Askep
Lampiran 3. Lembar Konsultasi Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah sectio caesarea (SC)berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010). Menurut Amru sofian, (2011) SC adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata SC sebuah negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira – kira 11 % sementara rumah sakit swasta lebih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh Negara selama tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya, S. 2010).
Angka persalinan melalui SC di Amerika Serikat telah meningkat empat kali lipat, dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada tahun 1985. Insidensi operasi SC dalam masing-masing unit obstetrik bergantung pada populasi pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40 persen dari semua
kelahiran, karena SC telah ikut mengurangi angka kematian perinatal. Angka persalinan SC yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et al., 2010). Pada kasus SC angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam, disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan SC (Kulas, 2008).
Angka kejadian sectio caesareadi Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002, sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Grace, 2007). Survei Nasional tahun 2009, 921.000 persalinan dengan sectio dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan.
Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama atau kegagalan proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi berat, ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak lintang, letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Angka persalinan dengan SC di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) masih tinggi, sehingga angka ini harus ditekan dengan
upaya tindakan SC berdasar indikasi, peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai indikasi SC yang tepat (Selawati L, 2013). Menurut Solehati & kosasih, (2013), masalah yang biasanya muncul setelah dilakukannya operasi SC antara lain: terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari, perdarahan, infeksi pada luka, infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada kandung kemih, tromboflebitis dan gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi, maka masalahnya menjadi panjang dan dapat menimbulkan masalah baru seperti: pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi usus, kesulitan penggunaan otot untuk sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC masalah yang sering muncul setelah tindakan operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri adalah pengalaman sensori tidak menyenangkan. (Smeltzer, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pratiwi (2010) pada pasien post SC di RS Al-Islam Bandung, nyeri pasien post SC adalah 43,33% dengan nyeri sedang dan 56,67% dengan nyeri hebat.
Salah satu metode untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi adalah terapi relaksasi autogenik (Asmadi, 2008). Relaksasi autogenic adalah teknik atau usaha yang disengaja diarahkan pada kehidupan individu baik psikologis maupun somatic menyebabkan perubahan dalam kesadaran melalui auto sugesti sehingga tercapailah keadaan rileks (Kang et al, 2009).
Berdasarkan data Rekam Medis yang didapatkan diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten, post sectio caesarea termasuk
salah satu kasus terbesar di Ruang Melati 1. Angka kejadian persalinan dengan post sectio caesareamerupakan 10 besar urutan kasus yang ada di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten yang berada di Provinsi jawa tengah,oleh karena banyaknya kasus post sectio caesarea tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 dalam mengurangi nyeri akut pada ibu postpartum sectio caesareadiruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
1.2 BATASAN MASALAH
Masalah pada studi kasus ini mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum Sectio caesarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Ibupost partumSectio caesareadengan nyeri akut diruang Melati 1di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten”.
1.4 TUJUAN
1.4.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan penerapan asuhan keperawatan ibu post partum Sectio caesareadengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum sectio casarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum sectio casarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum sectio
casarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP
dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum sectio
casarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP
dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Keperawatan pada ibu post partum sectio casarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
1.5 MANFAAT
1.5.1 Manfaat Teoritis
1) Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum sectio
casarea dengan nyeri akutdiruang Melati 1 di RSUP
dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2) Sebagai wacana untuk study kasus berikutnya dibidang kesehatan terutama dalam mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum sectio casarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
1.5.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Klien
Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam asuhan keperawatan dengan post partumsectio caesarea.
2) Bagi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
sebagai kontribusi untuk pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan asuhan keperawatan khususnya pada ibu dengan post partum sectio caesarea.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumbangan pemikiran, acuan, dan kajian yang lebih mendalam pada ibu dengan post partumsectio ceasarea. 4) Bagi Perawat
sebagai kontribusi untuk meningkatkan ilmu dan ketrampilan seorang perawat dalam asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan post partumsectio caesarea.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Sectio caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat badan di atas 500 gram. (Mitayani, 2009).Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Amru sofian, 2011).
2.1.2 Post Partum
Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai
dengan organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2011). Post Partum merupakan masa pemulihankembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum kehamilan. Lama Post
Partum ini antara 6-8 minggu. (Solehati & Kosasih, 2015 yang
2.2 Etiologi Sectio caesarea
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
2.2.1 CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2.2.2 PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
2.2.3 KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
2.2.4 Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
2.2.5 Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
2.2.6 Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
2.3 Klasifikasi
Secara umum tindakan sectio caesarea dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis (Mochtar R, 2002), yaitu:
1) Sectio Transperitonealis Profunda
Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan/kelebihan cara ini anatara lain seabagai berikut: a) Perdarahan insisi tidak banyak.
b) Penjahitan luka lebih mudah
c) Penutupan luka dengan reperitonial yang baik d) Bahaya peritonitis tidak besar
e) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritonium
f) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di kemudian hari
Kelemahan/kerugian adalah sebagai berikut:
a) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat menyebabkan putusnya ateri uterina.
b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi 2) Sectio caesarea Peritoneal
Insisi dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio caesarea transperitonialis profunda misalnya, melekat erat uterus pada dinding perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan yang banyak. Kelebihan:
a) Mengeluarkan janin lebih cepat.
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. c) Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.
Kekurangan:
a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdomial karena tidak ada reperitonealisasi yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan. 3) Sectio caesarea Peritoneum
Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan infeksi pembedahan ini jarang dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning. b) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.
Berdasarkan saat dilakukan sectio caesarea dapat dibagi atas: a) Sectio primer: direncanakan pada waktu antenatal care.
b) Sectio sekunder: tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu sulit. 4) Sectio caesarea Hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi: a) Antonia uteria.
b) Plasenta accrete. c) Myoma uteri.
d) Infeksi intra uteri bera.
2.4 Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
Skema 2.1
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan
sectio caesarea (Prawirohardjo, 2007) yaitu:
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat.
3) Pemberian analgetik dan antibiotik.
4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam
5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setalah pembedahan.
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain.
7) Perawatan luka: insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.
8) Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyarakatkan hipovolemia.
2.5.2 Perwatan Post Operasi 1) Perawatan awal
3) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
4) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi. 5) Transfusi jika diperlukan.
6) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R, 2002) adalah sebagai berikut:
1) Infeksi puerperal (nifas).
a) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
c) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intra partal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan tepat.
2) Perdarahan disebabkan karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka. b) Antonia uteri.
c) Perdarahan pada placental bed.
3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonealisasi terlalu tinggi.
4) Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
2.7 Asuhan Keperawatan 2.7.1 Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
a) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
3) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang keperawatan kehamilan sekarang. b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien dengan post sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer kateter yang sebelumnya telah terpasang.
e) Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
g) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri,
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
k) Pola keyakinandan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
4) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017)meliputi : a) Keadaan umum
Keadaan umum biasanya lemah. b) Tingkat Kesadaran
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg. Nadi : Nadi meningkat >80x/menit.
Suhu : Suhu meningkat >37,5 C. Respirasi : Respirasi meningkat. 5) Pemeriksaan Head to toe
Pemeriksan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :
a) Kepala : Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut dan keadaan kulit kepala.
b) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit. c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat
konjungtiva merah segar atau merah pucat, sklera putih atau kuning.
d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor. e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak. f) Lidah : Bersih atau kotor.
g) Bibir : Lembab atau kering.
h) Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoid atau tidak.
i) Abdomen : Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka operasi adakah perdarahan,
berapa tinggi fundus uterinya, bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.
j) Dada : Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercosta, pernafasan tertinggal, suara
wheezing, ronchi, bagaimana irama dan
frekuensi pernapasan
k) Payudara : Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran ASI.
l) Genetalia : Adaoedemaatautidak, adakah pengeluaran lochea dan bagaimana warnanya.
m) Ekstermitas:Simetris atau tidak, ada oedem atau tidak.
2.7.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis (00132).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004).
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesarea (00126).
4) Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen (00011).
5) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret akibat penurunan reflek batuk (00032).
6) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI (00104).
2.7.3 Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis. Tujuan : Nyeri dapat teratasi (00132).
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, diharapkan klien dapat mengontrol nyeri (Pain Control) (1605):
a) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri. b) Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, dan tindakan pencegah nyeri.
c) Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
Menunjukkan tingkat nyeri (Pain Level) (2102):
a) Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh. b) Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan
lamanya episode nyeri.
c) Klien mengatakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang. d) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
e) Ekspresi wajah tenang. Intervensi:
Manajemen nyeri (Pain Management) (1400):
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
b) Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi (misalnya: Nafas dalam, teknik distraksi, atau massage).
c) Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan dari nyeri yang telah digunakan.
d) Tingkatkan istirahat yang cukup.
Pemberian analgetik (Analgetic Administration):
a) Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
b) Berikan obat dengan prinsip 6 benar. c) Cek riwayat alergi obat.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004). Tujuan: untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam resiko infeksi dapat diatasi dengan kriteria hasil :
Kriteria Hasil:
(Immune Status) (0702):
a) Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. b) Suhu tubuh normal (36,5-37 C).
c) Nadi normal (70-80x/menit).
Intervensi:
Pengendalian infeksi (Infection Control) (6540):
a) Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, keadaan luka post operasi, kondisi vulva, kelelahan dan malaise). b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya:
usia lanjut, status imun menurun, dan malnutrisi).
c) Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi.
d) Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesarea (00126).
Tujuan: klien akan mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan caesarea.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien dapat :
Kriteria Hasil:
Knowledge: disease process (1803):
a) Klien mengatakan paham tentang perawatan melahirkan caesarea.
b) Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
c) Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat tentang perawatan melahirkan caesarea.
Intervensi :
Teaching: disease process (5602):
a) Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi, dan pentingnya diet nutrisi.
b) Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana. c) Jelaskan bahwa lochea dapat berlanjut selama 3-4 minggu,
berubah dari merah ke coklat sampai putih.
d) Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latihan keras sampai diizinkan oleh dokter.
e) Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.
4) Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen (00011).
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan masalah konstipasi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Bowel elimination (0501):
a) Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari. b) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi.
c) Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi d) Feses lunak dan berbentuk.
Intervensi :
Bowel Training (0440):
a) Monitoring tanda dan gejala konstipasi. b) Monitoring bising usus.
c) Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi. d) Ajarkan klien untuk konsumsi makanan yang berserat tinggi e) Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi konstipasi. 5) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sekret akibat penurunan reflek batuk (00032). Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, klien menunjukkan bersihan jalan nafas efektif dengan status pernafasan adekuat.
Kriteria Hasil :
Respiratory status: Airway Patency (0415) a) Klien mudah untuk bernafasan. b) Tidak ada sianosis, tidak ada dispneu. c) Saturasi O2 dalam batas normal. d) Jalan nafas paten.
e) Mengeluarkan sekresi secara efektif.
f) Klien mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal.
Intervensi :
Airway Management (3140):
a) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.
b) Auskultasi bunyi nafas, area penurunan ventilasi atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan.
c) Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suksion sesuai kebutuhan.
d) Atur posisi klien untuk mengurangi dyspneu.
e) Monitor status respirasi dan oksigenasi sesuai kebutuhan. f) Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
cairan.
6) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI (00104).
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien dapat:
Breastfeding Maintenance (1002):
a) Kemantapan pemberian ASI: bayi perlengkatan bayi yang sesuai pada dan proses menghisap dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian ASI.
b) Kemantapan pemberian ASI: IBU: kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat dengan tepat dan menyusu dari
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian ASI.
c) Pemeliharaan pemberian ASI: keberlangsungan pemberian ASI untuk menyediakan nutrisi bagi bayi/todler.
Intervensi:
Breasteding Irrigation (0550):
a) Evaluasi pola menghisap/menelan bayi.
b) Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui. c) Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari
bayi (misalnya reflex rooting, menghisap dan terjaga). d) Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan menghisap
secara efektif.
e) Pantau ketrampilan ibu dalam menempelkan bayi keputing.
f) Pantau integritas kulit puting ibu.
g) Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar susu dan mastitis.
h) Pantau kemampuan untuk mengurangi kongesti payudara dengan benar.
2.7 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan bedasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain (Mitayani, 2009).
2.8 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Miyatani, 2009).
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Studi kasus ini adalah studi untuk mengekplorasi masalah asuhan keperawatanpada ibu post sectio casarea dengan nyeri akut diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah (atau dalam versi kuantitatif disebut sebagai definisi operasional) adalah pernyataan yang menjelaskan istilah - istilah kunci yang menjadi fokus studi kasus.
Batasan istilah pada asuhan keperawatan pasien yang mengalami
post sectio caesarea diruang Melati 1 di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro
Klaten, maka penulis hanya menjabarkan konsep post sectio caesarea beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi yang disusun secara naratif.
Pasien post sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan persyaratan, bahwa rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 mg (Solehati & Kosasih, 2015).
Masalah keperawatan yang tak lepas pada pasien dengan post sectio
caesarea salah satunya adalah nyeri akut. Nyeri akut adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internasional Association for the Study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2012).
3.3 Partisipan
Partisipan dalam studi kasus adalah 2 klien (2 kasus) dengan masalah asuhan keperawatan dan diagnosis medis yang sama yaitu pada ibu post sectio casarea dengan nyeri akut.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penyelenggaraaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post section caesarea. Dilaksanakan di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah selama 2 minggu pada tanggal 22 Mei - 3 Juni 2017.
3.5 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan :
1) Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riawyat penyakit dahulu, riawyat penyakit keluarga, riwayat kesehatan lingkungan. Pola kesehatan fungsional yang meliputi 11 pola gordon (Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolik, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif-perseptual, pola istirahat tidur, pola persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola mekanisme koping, pola nilai dan keyakinan.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan Head To
Toe dengan pendekatan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi).
3) Studi Dokumentasi yang meliputi dari pemeriksaan diagnostik dan penunjang lainnya.
3.6 Uji Keabsahan Data
Keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tingggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan/tindakan, sumber innformasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan oleh peneliti adalah : 1) Pengumpulan data
Data dikumpulksn dari hasil WOD (wawancara, observasi, studi dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, catatan terstruktur dalam bentuk catatan asuhan keperawatan.
2) Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3) Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.
4) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secaa teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi keperawatan.
37
BAB IV HASIL
4.1. Gambaran Lokasi Penambilan Data
Pengambilan data (studi kasus) ini dilakukan di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten khususnya di Ruang Melati 1 dengan melakukan Asuhan Keperawatan pada ibu post partum Sectio caesarea pada 2 klien yaitu Ny. S dan Ny. S.
4.2. Pengkajian
4.2.1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien
Klien 1 Klien 2
Tanggal pengkajian 25.05.2017 28.05.2017
Tanggal masuk RS 24.05.2017 27.05.2017
Identitas Klien Ny. S Ny. S
Alamat Klaten Klaten
Umur 23 tahun 35 tahun
No RM 864xxx 101xxx
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMK
Pekerjaan IRT IRT
Suku bangsa Jawa Jawa
Diagnosa Post SC+Solutio
Placenta,Gemeli
Post SC+Prolong Latent Phase
4.2.2. Identitas Penanggung Jawab
Tabel 4.2 Identitas Penanggung Jawab
Identitas Klien 1 Klien 2
Nama Tn. Z Tn. F
Alamat Klaten Klaten
Umur 34 tahun 30 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan D3 SMP
Hub. Dengan klien Suami Suami
4.2.3. Riwayat Kesehatan
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan
Riwayat Klien 1 Klien 2
Keluhan utama Ny.S mengatakan nyeri pada
luka post SC
Ny.S mengatakan nyeri pada luka post SC
Riwayat kesehatan sekarang
Ny.S mengatakan riwayat obstetri dengan G2 P1 A0 dengan kelahiran aterm usia kehamilan 37 minggu. Klien datang dari VK IGD ke Melati 1 jam 14.00 WIB tanggal 24.05.2017 dengan program Post SC + Solutio placenta, Gemeli dan terpasang infus RL 20 tpm, dan kateter urine. Klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah ketika bergerak, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri dibagian luka post SC, skala 5 dan nyeri hilang timbul. Klien mengatakan gatal pada luka post SC dan klien mengatakan takut bergerak dan terlihat ADL klien dibantu oleh orang lain.
Ny.S mengatakan riwayat obstetri dengan G2 P1 A0 dengan kelahiran aterm usia kehamilan 36 minggu. Klien datang dari VK IGD ke Melati 1 jam 13.35 WIB tanggal 27.05.2017 dengan program Post SC + Prolong Latent Phase dan terpasang infus RL 20 tpm, dan kateter urine. Klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah ketika bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
dibagian luka post SC, skala 4 dan nyeri hilang timbul. Klien mengatakan sedikit panas dibagian luka post SC.
Riwayat menstruasi Ny.S mengatakan menarche
pada usia 12 tahun dengan siklus teratur, lama menstruasi 3-7 hari, tidak ada masalah menstruasi, dalam sehari klien hanya mengganti pembalut 2x, nyeri haid hebat kadang muncul pada hari pertama.
Ny.S mengatakan menarche pada usia 12 tahun dengan siklus teratur, lama menstruasi 3-7 hari, tidak ada masalah menstruasi, dalam sehari klien hanya mengganti pembalut 2x, nyeri haid hebat kadang muncul pada 2 hari pertama.
Riwayat kontrasepsi Ny. S mengatakan menggunakan KB suntik
Ny. S mengatakan menggunakan KB suntik
Riwayat penyakit dahulu Ny.S mengatakan kelahiran
dengan SC merupakan pertama kali Ny.S lakukan, sebelumnya Ny.S
melahirkan spontan.
Ny.S mengatakan ini merupakan kelahiran kali kedua dengan SC, sebelumnya klien juga pernah melakukan SC.
Riwayat kesehatan keluarga
Ny.S mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan seperti jantung, paru, DM, atau Hipertensi.
Ny.S mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan seperti jantung, paru, DM, atau Hipertensi.
Genogram Ket : : Laki - laki. : Perempuan. X : Meninggal. : Garis keturunan. : Pasien. : Tinggal serumah.
4.2.4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
Tabel 4.4 Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
Riwayat Klien 1 Klien 2
Status Obstetri G2 P1 A0 G2 P1 A0
Penggunaan obat selama kehamilan
Ya, obat dari bidan. Ny.S mengatakan tidak tahu nama obatnya.
Ya, obat dari bidan. Ny.S mengatakan tidak tahu nama obatnya.
Adaptasi kehamilan Ny.S mengatakan reaksi
suami dan keluarga terhadap kelahiran bayi sangat baik.
Ny.S mengatakan reaksi suami dan keluarga terhadap kelahiran bayi sangat baik.
Riwayat persalinan Ny.S mengatakan memiliki
3 anak.
Ny.S mengatakan memiliki 2 anak.
Anak 1
Perempuan, persalinan spontan, ditolong oleh dokter dan masih hidup.
Perempuan, persalinan SC, ditolong oleh dokter dan masih hidup.
Anak 2
Perempuan, persalinan SC, ditolong oleh dokter dan masih hidup.
Perempuan, persalinan SC, ditolong oleh dokter dan masih hidup.
Anak 3
Laki-laki, persalinan SC, ditolong oleh dokter dan masih hidup.
-
Kebutuhan dasar manusia
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan kesehatan itu penting.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan harus benar-benar
memperhatikan kesehatan.
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan kesehatan itu penting.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan ingin lekas sembuh dan pulang kerumah.
Pola nutrisi dan metabolik
A: Ny.S mengatakan BB: 79kg, TB: 160cm, B: HB: 15,3 ribu/µl C:tidak ada gangguan pencernaan, tidak ada gangguan penelanan, gigi utuh, tidak ada karies gigi. D:klien mengatakan makan 3xsehari, 1 porsi habis, dengan nasi, sayur, lauk. Minum kurang lebih 1000mL
A: Ny.S mengatakan BB: 79kg, TB: 160cm, B: HB: 15,3 ribu/µl C:tidak ada gangguan pencernaan, tidak ada gangguan penelanan, gigi utuh, tidak ada karies gigi. D:klien mengatakan makan 3xsehari, 1 porsi habis, dengan nasi, sayur, lauk. Minum kurang lebih 1000mL
Pola aktifitas dan Latihan
Sebelum dirawat:
Ny.S mampu melakukan semua kemampuan diri secara mandiri.
Sebelum dirawat:
Ny.S mampu melakukan semua kemampuan diri secara mandiri.
Selama diraHwat:
Ny.S melakukan aktifitas secara :
Mandiri : makan dan minum dan ROM. Dengan alat: toileting Dibantu orang lain : mandi, berpakaian, mobilitas di atas tempat tidur, berpindah.
Selama dirawat:
Ny.S melakukan aktifitas secara :
Mandiri : makan dan minum dan ROM.
Dengan alat: toileting Dibantu orang lain : mandi, berpakaian, mobilitas di atas tempat tidur, berpindah.
Pola eliminasi Sebelum dirawat:
Ny.S BAB 1x sehari, tidak ada keluhan.
Ny.S BAK 5x sehari, cair, kuning bening, tidak ada keluhan
Selama dirawat:
Ny.S belum BAB, tidak ada keluhan.
Ny.S BAK menggunakan kateter urine, cair, kuning pekat, tidak ada keluhan.
Sebelum dirawat:
Ny.S BAB 1x sehari, tidak ada keluhan.
Ny.S BAK 5x sehari, cair, kuning bening, tidak ada keluhan
Selama dirawat:
Ny.S belum BAB, tidak ada keluhan.
Ny.S BAK menggunakan kateter urine, cair, kuning pekat, tidak ada keluhan.
Pola istirahat tidur
Sebelum dirawat:
Ny.S tidur siang selama 2-3 jam, tidur malam 7-8 jam, tidak menggunakan pengantar tidur, tidak ada keluhan.
Selama dirawat:
Ny.S tidur siang selama 4-5 jam, tidur malam 8-9 jam, tidak menggunakan pengantar tidur, tidak ada keluhan.
Sebelum dirawat:
Ny.S tidur siang selama 2-3 jam, tidur malam 7-8 jam, tidak menggunakan pengantar tidur, tidak ada keluhan.
Selama dirawat:
Ny.S tidur siang selama 4-5 jam, tidur malam 8-9 jam, tidak menggunakan pengantar tidur, tidak ada keluhan.
Pola hubungan peran
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga dan tetangganya, Ny.S berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan tetap berhubungan baik dengan keluarganya dan pasien sekitar, Ny.S berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga dan tetangganya, Ny.S berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan tetap berhubungan baik dengan keluarganya dan pasien sekitar, Ny.S berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Pola penanggulangan stress
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan tidak ada tekanan dalam hidup baik dengan keluarga, tetangga, dan temannya.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan tidak ada tekanan dalam hidup baik dengan keluarga, tetangga, teman dan pasien sekitar.
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan tidak ada tekanan dalam hidup baik dengan keluarga, tetangga, dan temannya.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan tidak ada tekanan dalam hidup baik dengan keluarga, tetangga, teman dan pasien sekitar.
Pola sensori dan kognitif Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan tidak ada gangguan dengan panca indra dan sensasi nyeri.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dibagian luka post SC, skala 5 dan nyeri hilang timbul.
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan tidak ada gangguan dengan panca indra dan sensasi nyeri.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dibagian luka post SC, skala 5 dan nyeri hilang timbul.
Pola persepsi dan konsep diri
Citra diri:
Ny.S mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang tidak disukai.
Identitas diri:
Ny.S mengatakan dirinya adalah seorang perempuan yang sudah berkeluarga.
Peran diri:
Ny.S mengatakan dirinya adalah seorang ibu bagi anaknya dan istri bagi suaminya.
Ideal diri:
Ny.S mengatakan sudah sangat ideal karena sekarang sudah melahirkan anaknya.
Harga diri:
Ny.S mengatakan semua keluarga dan tetangga sangat menghargainya.
Citra diri:
Ny.S mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang tidak disukai.
Identitas diri:
Ny.S mengatakan dirinya adalah seorang perempuan yang sudah berkeluarga.
Peran diri:
Ny.S mengatakan dirinya adalah seorang ibu bagi anaknya dan istri bagi suaminya.
Ideal diri:
Ny.S mengatakan sudah sangat ideal karena sekarang sudah melahirkan anaknya.
Harga diri:
Ny.S mengatakan semua keluarga dan tetangga sangat menghargainya.
Pola reproduksi dan sosial
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan dirinya adalah ibu beranak 1. Ny.S mengatakan menggunakan KB suntik
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan dirinya
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan dirinya adalah ibu beranak 1. Ny.S mengatakan menggunakan KB suntik
Selama dirawat:
adalah ibu beranak 3. Ny.S mengatakan menggunakan KB suntik
adalah ibu beranak 2. Ny.S mengatakan menggunakan KB suntik
Pola keyakinan dan spiritual
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan
beragama islam dan selalu beribadah.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan beragama islam dan tidak beribadah selama di RS.
Sebelum dirawat:
Ny.S mengatakan beragama islam dan selalu beribadah.
Selama dirawat:
Ny.S mengatakan beragama islam dan tidak beribadah selama di RS.
4.2.5. Pemeriksaan Umum
Tabel 4.5 Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Keadaan umum Baik Baik
Tingkat Kesadaran E4 V5 M6 , Composmentis E4 V5 M6 , Composmentis
TTV TD:100/70 mmHg N : 84 kali/menit T : 36,5 OC RR : 20 kali/menit TD:120/70 mmHg N : 80 kali/menit T : 36,5 OC RR : 20 kali/menit 4.2.6. Head To Toe
Tabel 4.6 Head To Toe
Head To Toe Klien 1 Klien 2
Kepala Mesoshepal. Mesoshepal.
Muka Tidak pucat. Tidak pucat.
Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, tidak ada ganguan mata.
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, tidak ada ganguan mata.
Hidung Bersih, tidak ada sekret, tidak
ada polip.
Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip.
Gigi Bersih, tidak ada caries. Bersih, tidak ada caries.
Lidah Bersih. Bersih.
Bibir Lembab Lembab
Telinga Simetris, bersih. Simetris, bersih.
Payudara
Simetris, bersih, puting susu menonjol, mampu
mengeluarkan ASI.
Simetris, bersih, puting susu menonjol, mampu
mengeluarkan ASI.
Dada
Jantung
Inspeksi IC tidak nampak, tidak ada jejas
atau lesi.
IC tidak nampak, tidak ada jejas atau lesi.
Palpasi Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi Sonor. Sonor.
Auskultasi Vesikuler. Vesikuler.
Paru-paru
Inspeksi
Paru-paru nampak
pengembanga pada dada kanan kiri sama, tidak ada jejas, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
Paru-paru nampak pengembanga pada dada kanan kiri sama, tidak ada jejas, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
Palpasi Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi Sonor. Sonor.
Auskultasi Vesikuler tidak ada suara
wheezing.
Vesikuler tidak ada suara wheezing.
Abdomen
Inspeksi Terdapat luka sayat melintang
sepanjang ±10 cm.
Terdapat luka sayat melintang sepanjang ±12 cm.
Auskultasi Bising usus 10 kali/menit Bising usus 9 kali/menit
Palpasi Terdapat nyeri tekan area post
SC, TFU 2 JBP.
Terdapat nyeri tekan area post SC, TFU 2 JBP.
Perkusi Thympani Thympani
Genetalia Terpasang kateter, bersih,
lochea rubra.
Terpasang kateter, bersih, lochea rubra.
Ekstremitas
Variabel (Kanan/kiri)
Klien 1 Klien 2
Atas Bawah Atas Bawah
Kekuatan otot 5/5 5/5 5/5 5/5
ROM Aktif/aktif Aktif/aktif Aktif/aktif Aktif/aktif
Perunahan bentuk
tulang -/- -/- -/- -/-
Perubahan akral Hangat Hangat Hangat Hangat
Udema -/- +/+ -/- +/+
Capilary refil <2 detik <2 detik <2 detik <2 detik
4.2.7. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai
normal Satuan
Klien 1 Klien 2
Tanggal hasil lab Tanggal
25.05.2017 Tanggal 28.05.2017 Hematologi Darah rutin Hemoglobin 12.7 13.0 12.0-16.0 g/dl Eritrosit 4.08 4.06 4.20-5.50 ribu/µl Lekosit 17.2 15.3 4.8-10.8 ribu/µl Trombosit 100 187 150-450 ribu/µl Hematrokit 38.0 38.3 37.0-52.0 % MCV 93.1 94.2 80.0-99.0 fL MCH 31.1 32.9 27-31 fL MCHC 33.4 33.9 33.0-37.0 g/dl Diff count Neutrofil 83.9 85.1 50-70 % Limfosit 11.1 7.6 20-40 % MXD 5.0 7.3 1.0-12.0 % RDW 13.8 18.6 10.5-15.0 %
4.2.8. Terapi medis
Tabel 4.8 Terapi Medis
Tanggal Jenis terapi klien 1 Dosis terapi klien 1 Fungsi terapi klien 1 Jenis terapi klien 2 Dosis terapi klien 2 Fungsi terapi klien 2 Klien 1 25.05.20 17 Klien 2 28.05.20 17 Inf. RL 20 tpm Untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh . Inf. RL 20 tpm Untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh . Inj.Ceftri axon 1 gr/ 12jam Mengobati dan mencegah infeksi yg disebabkan oleh bakteri. Inj.Ceftri axon 1 gr/ 12jam Mengobati dan mencegah infeksi yg disebabkan oleh bakteri. Klien 1 26.05.20 17 Klien 2 29.05.20 17 Inf. RL 20 tpm Untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh . Inf. RL 20 tpm Untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh . Cefadrox ill 500mg/ 12jam Untuk infeksi berat oleh organisme gram positif. Cefadrox ill 500mg/ 12jam Untuk infeksi berat oleh organisme gram positif. Asam mefenam at 500 mg/8 jam Untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Asam mefenam at 500 mg/8 jam Untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Klien 1 27.05.20 17 Klien 2 30.05.20 17 Inf. RL 20 tpm Untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh . Inf. RL 20 tpm Untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh . Cefadrox ill 500mg/ 12jam Untuk infeksi berat oleh organisme gram positif. Cefadrox ill 500mg/ 12jam Untuk infeksi berat oleh organisme gram positif. Asam Mefenam at 500 mg/8 jam Untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Asam Mefenam at 500 mg/8 jam Untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
4.3. Analisa Data
Tabel 4.9 Analisa Data
Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
Kl ien 1 25.05. 2017 DS.
Ny.S mengatakan nyeri pada luka bekas post SC.
P : nyeri bertambah ketika banyak bergerak,
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R :nyeri dibagian perut, S :skala nyeri 5, T :nyeri hilang timbul. DO.
Ekspresi wajah nampak menahan nyeri. TD:100/70 mmHg N : 84 kali/menit T : 36,5 OC RR : 20 kali/menit Nyeri akut (00132) Agen cidera fisik (post SC) DS.
Ny.S mengatakan tidak bisa beraktifitas secara mandiri. DO.
Sakit saat digerakkan & klien terlihat tampak bergantung pada keluarga. Hambatan mobilitas fisik (00085) Ketidaknyama nan DS.
Ny.S mengatakan terdapat sayatan pada perut bekas post SC. DO.
Terdapat luka bekas post SC dibagian perut.
Leukosit klien : 12.2 ribu/µl Luka tertutup dengan perban
Resiko infeksi (00004) Kl ien 2 28.05. 2017 DS.
Ny.S mengatakan nyeri pada luka bekas post SC.
P : nyeri bertambah jika banyak bergerak,
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R :nyeri dibagian luka post SC, S :skala nyeri 5,
T :nyeri hilang timbul.
Nyeri akut (00132)
Agen cidera fisik (post SC)
DO.
Ekspresi wajah nampak menahan nyeri. TD:120/70 mmHg N : 80 kali/menit T : 36,5 OC RR : 20 kali/menit DS.
Ny.S mengatakan tidak bisa beraktifitas secara mandiri. DO.
Sakit saat digerakkan & klien terlihat tampak bergantung pada keluarga. Hambatan mobilitas fisik (00085) Ketidaknyama nan DS.
Ny.S mengatakan terdapat sayatan pada perut bekas post SC. DO.
Terdapat luka bekas post SC dibagian perut.
Leukosit klien : 15.3 ribu/µl. Luka tertutup dengan perban.
Resiko infeksi (00004)
4.4. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Klien 1 1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik (00132)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan (00085)
3. Resiko infeksi (00004)
Klien 2 1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik (00132)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan (00085)
4.5. Intervensi Tabel 4.11 Intervensi Klien No dx. Tujuan Intervensi Klien 1 1 Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam masalah nyeri hilang/berkurang dengan KH : Pain Control (1605): -Klien dapat mengontrol nyeri. -Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. -Nyeri berkurang dengan skala nyeri menjadi 1-0. -TTV dalam batas normal.
-Ekspresi wajah tenang.
Pain Management (1400):
-Kaji secara komprehensif tentang nyeri (PQRST)
-Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi
-Evaluasi tentang keefektifan tindakan dari nyeri yang telah dilakukan
-Tingkatkan istirahat yang cukup -Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik
2 Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan KH: -Klien menujukkan aktifitas fisik. -Klien mampu melakukan mobilitas secara mandiri. -Ajarkan ambulasi/ROM
-Bantu klien dengan ambulasi awal secara bertahap.
-Kolaborasi dengan keluarga.
3 Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan masalah resiko
infeksi dapat teratasi dengan KH: immune status (0702): -Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.
-Suhu tubuh normal (36,5-37 OC).
-Nadi normal (70-80kali/menit).
-Tekanan darah normal 120/70 mmHg).
Infection control (6540): -Pantau tanda/gejala infeksi. -Pantau suhu tubuh klien (TTV). -Perawatan luka secara tepat untuk perlindungan terhadap infeksi.