PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN YANG
TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE
2016-2020
Yuna Noviyanti1, Widiastuti., S.Kom., M.Ak2 Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
Email : yunanoviyanti27@gmail.com1, widyatommy01@gmail.com2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisi pengaruh inflasi, suku bunga,dan nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah explanatory
research. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini
dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel sebanyak 60 terdiri dari data bulanan seluruh variable selama periode tahun 2016 sampai tahun 2020. Metode analisis yang digunakan yaitu uji asumsi klasik,uji hipotesis dan uji regresi linier berganda. Hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa secara parsial variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan, variable suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan dan variable nilai tukar rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini dibuktikan dengannilai t-hitung yang lebih besar darinilai t-tabel dengan nilai signifikansi dibawah nilai α.
Kata kunci : IHSG, Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah
Abstract
This study aims to determine and analyze the effect of inflation, interest rates, and the rupiah exchange rate on the composite stock price index (JCI). This research is a quantitative research. This type of research is explanatory research. The source of data in this study is secondary data. This research was conducted at the Indonesia Stock Exchange using a sample of 60 consisting of monthly data on all variables for the period 2016 to 2020. The analytical methods used were classical assumption test, hypothesis testing and multiple linear regression test. The results of the research concluded that partially the inflation variable had a significant negative effect on the joint stock price index, the interest rate variable had a significant negative effect on the joint stock price index and the rupiah exchange rate variable had a significant positive effect on the joint stock price index. This is evidenced by the t-count value
which is greater than the t-table value with a significance value below the value.
Keywords : JCI, Inflation, Interest Rate, Rupiah Exchange Rate
PENDAHULUAN
Investasi merupakan salah satu
sarana dalam meningkatkan
kemampuan untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat
ini dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan dimasa yang
akan datang. Pihak-pihak yang
melakukan investasi disebut sebagai investor. (Salim, 2010:223).
Salah satu pilihan berinvestasi dapat dilakukan melalui pasar modal. Aktivitas dalam pasar modal pada dasarnya mencerminkan suatu keadaan ekonomi suatu keadaan ekonomi suatu negara yang dilihat dari gabungan saham atau yang dapat disebut indeks harga saham gabungan (IHSG).
Tandelilin (2001:211)
menyatakan bahwa terdapat beberapa variabel yang memengaruhi fluktuasi harga saham yang tercermin di dalam Indeks Harga Saham Gabungan, yaitu inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah. Faktor makro ekonomi tersebut
akan memberikan reaksi positif
maupun negatif kepada indeks harga saham di pasar modal. makro ekonomi juga dapat memberikan dampak pada
pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan.
Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan yang dipengaruhi faktor inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah dapat dilihat dari data grafik di bawah ini:
Gambar 1.1 Pergerakan Nilai IHSG, Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pergerakan nilai indeks harga saham gabungan, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi.
Inflasi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi harga saham di pasar modal. Tandelilin (2010:342) menyatakan bahwa inflasi
adalah kecenderungan terjadinya
peningkatan harga produk-produk
yang beredar di masyarakat secara
keseluruhan. Terjadinya inflasi
mengakibatkan beberapa efek dalam perekonomian, salah satunya kegiatan investasi pada saham. Inflasi membuat investor sebagai pemodal menurunkan minat investasinya kepada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
sehingga berpengaruh terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham
Gabugan.
Menurut Bank Indonesia
(www.bi.co.id) tingkat bunga atau BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau atance
kebijakan moneter yang diteteapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Suku bunga juga memengaruhi fluktuasi harga saham di bursa efek. Kenaikan suku bunga yang signifikan bisa memperkuat rupiah, tapi Indeks Harga Saham Gabungan akan mengalami penurunan karena investor lebih suka menabung di bank.
Apabila suku bunga mengalami
peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan, begitu juga
sebaliknya ketika suku bunga
mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena dengan tingginya suku bunga,
menyebabkan rupiah melemah.
Sebaliknya apabila suku bunga
mengalami penurunan maka investor akan kembali berinvestasi pada pasar modal, karena posisi Indeks Harga
Saham Gabungan mengalami
peningkatan.
Menurut Thobrry (2009) nilai tukar suatu mata uang asing adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara asing lainnya. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Istilah valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya seperti deposito bank atau suatu sanggup bayar yang diperdagangkan.
Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif mata
uang dalam negeri meningkat.
Perubahan nilai tukar valuta asing
disebabkan adanya perubahan
permintaan dan penawaran dalam bursa valuta asing. Besarnya nilai tukar akan memengaruhi harga barang
yang diperdagagkan, sekaligus
berpengaruh terhadap besarnya
investasi.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Menurut Jogiyanto (2013:147) “Harga Saham Gabungan (IHGS) merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung dengan menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka yang diolah
sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan untuk membandingkan
kejadian yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu.”
Sunariyah (2003 : 147), Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek.
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Tanggal 10 Agustus 1982 ditetapkan sebagai hari dasar (nilai Indeks = 100). Perhitungan IHSG adalah sebagai berikut:
Inflasi merupakan indikator ekonomi yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode. Adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan naiknya biaya produksi. Inflasi dimaksudkan adalah suatu keadaan dimana senantiasa turunnya mata nilai mata uang karena mneingkatnya jumlah uang yang
beredar tidak diimbangi dengan
peningkatan persediaan barang
(Efni,2013).
Sukirno (2010:14)
memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi merupakan
fenomena kenaikan harga terus
menerus secara berkelanjutan. Hal ini dikarenakan jumlah uang yang beredar lebih banyak daripada jumlah barang yang ditawarkan. Sehingga membuat harga barang menjadi lebih mahal.
Inflasi dihitung berdasarkan Indeks
Harga Konsumen (IHK)
(Djohanputro 2008:150) yaitu: ( ) ( )
( )
Keterangan:
Inf (t) : Inflasi bulan t
IHK (t) : Indeks Harga Konsumen
bulan t
IHK (t-1): Indeks Harga Konsumen bulan t-1
Menurut Thobarry (2009:46) kurs merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian
terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi
berjalan maupun variabel-variabel
makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang
yaitu pendekatan moneter dan
pendekatan pasar. Dalam pendekatan
moneter,nilai tukar mata uang
didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.
Menurut Sadono Sukirno
(2011:397) nilai tukar adalah: “Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian
terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar b arga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. agi neraca transaksi
berjalan maupun variabel-variabel
makro ekonomi yang lainnya”.
Pengukuran nilai tukar dalam penelitian ini menggunakan kurs tengah, seperti yang dijelaskan oleh Sadono Sukirno (2011:411) kurs tengah, yaitu: “Kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang telah ditetapkan oleh bank sentral pada saat tertentu”.
Untuk mendapatkan kurs
tengah sendiri menurut Mahyus
Ekananda (2014:201) nilai kurs tengah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Kb : Kurs beli
Kurs Tengah= Kb+Kj 2
Kj : Kurs jual
Hipotesis
Hipotesis 1 : Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Hipotesis 2 : Pengaruh Suku Bunga
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
Hipotesis 3 : Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Mulyanto dan
Wulandari (2010:23) penelitian
kuantitatif adalah : “suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan
metode pengujian statistik”.
Model pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah dan indeks
harga saham gabungan (IHSG).
Sampel pada penelitian ini adalah data inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah
dan indeks harga saham gabungan (IHSG) selama periode 2016-2020 mulai dari Januari tahun 2016 sampai dengan Desember tahun 2020 yaitu sebanyak 60 sampel.
Uji regresi linier berganda berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi (X1), suku bunga (X2), dan nilai tukar rupiah (X3) terhadap indeks harga saham gabungan (Y) sebagai variable terikat kedalam
bentuk persamaan regresi.Hasil
analisis utama adalah nilai koefisien
korelasi (R), nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan
(Adjusted R-Square), dan persamaan regresi linier berganda:
Dimana :
Y= Indeks Harga Saham Gabungan a= Konstanta
bX1= Koefisien regresi inflasi bX2= Koefisien regresi suku bunga bX3= Koefisien regresi nilai tukar rupiah
e= margin of error
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas dirancang untuk
menguji apakah model regresi
confounding atau residul berdistribusi normal. H1 H2 H3 Inflasi (X1) Suku Bunga (X2)
Nilai Tukar Rupiah (X3)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.1 didapatkan hasil signifikan dari uji normalitas pengaruh variabel X terhdap Y sebesar 0,351 dimana hasil tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa uji tes normalitas pada
penelitian tersebut berdistribusi
normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Diketahui ketiga Variabel
tersebut memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Sedangkan untuk nilai Tolerance ketiga variabel memiliki nilai lebih dari 0,10. Karena nilai Tolerance dari ketiga variabel lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari ketiga variabel lebihkecil dari 10 maka dapat
dikatakan tidak terjadi multikolineritas pada ketiga variabel bebas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedasitas
Berdasarkan uji
heteroskedastisitas pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa variabel Inflasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,412, variabel Suku Bunga
dengan nilai signifikansi sebesar
0,396, dan variabel Nilai Tukar dengan nilai signifikansi sebesar 0,196. Ketiga variabel memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam penelitian ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan uji Autokorelasi pada tabel 4.4, diperoleh nilai D
sebesar 1,826. Nilai ini akan
dibandingkan dengan nilai tabel
dengan mwnggunakan signifikan 5%, jumlah samel 60 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k=3), DU sebesar 1,6889. Oleh karena nilai DU sebesar 1,6889 lebih kecil daripada nilai D sebesar 1,826, nilai D sebesar 1,826 lebih kecil dari 4-DU (4-1,6889) atau 1,6889 < 1,826 < 2,3111. Hasil One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 71,41549758
Most Extreme Differences
Absolute ,120
Positive ,079
Negative -,120
Kolmogorov-Smirnov Z ,932
Asymp. Sig. (2-tailed) ,351
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Coefficients
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Inflasi ,168 5,968 Suku Bunga ,132 7,577 Nilai Tukar ,336 2,979 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 369,380 270,936 1,363 ,178 Inflasi 17,159 20,750 ,260 ,827 ,412 Suku Bunga -15,810 18,467 -,304 -856 ,396 Nilai Tukar -,021 ,016 -,291 -1,309 ,196 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,992a ,985 ,984 73,30346 1,826
ja. jPredictors: j (Constant), Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga jb. jDependent jVariable: IHSG
analisis ini menunjukan bahwa tidak ada autokorelasi.
Pengujian Regresi Linier Berganda
Tabel 4.5
Uji Regresi Linier Berganda
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa hasil persamaan model estimasi adalah sebagai berikut:
Y = 7243,248 - 96,802X1 –
502,213X2 + 0,096X3 + e
Persamaan regresi diatas dapa
dijelaskan sebagai berikut:
a. a = 7243,248, artinya jika nilai inflasi (X1), suku bunga (X2), dan nilai tukar (X3) adalah 0, maka indeks harga saham gabungann (Y) sebesar Rp 7243,248.
b. Koefesien regresi variabel
inflasi (X1) sebesar 96,802.
Menyatakan bahwa setiap
penambahan 1% inflasi akan
menurunkan indeks harga
saham gabungan sebesar Rp 96,802.
c. Koefesien regresi variabel
suku bunga (X2) sebesar 502,213. Menyatakan bahwa setiap penambahan 1% suku
bunga akan menurunkan
indeks harga saham gabungan sebesar Rp 502,213.
d. Koefesien regresi variabel
nilai tukar (X3) sebesar 0,096.
Menyatakan bahwa setiap
penambahan Rp 1 nilai tukar akan meningkatkan indeks harga saham gabungan sebesar Rp 0,096.
Pengujian Hipotesis
Uji Parsial (Uji T) Tabel 4.6
Hasil Uji Parsial (Uji T)
Hasil perhitungan dari tabel di atas dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji T terhadap variabel (X1)
inflasi didapatkan Thitung
sebesar (-2,978) > Ttabel sebesar
2,00172 dengan tingkat
signifikansi t sebesar 0,004 dimana sig t lebih kecil dari 5% (0,004 < 0,05), maka secara
parsial variabel inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap pergerakan IHSG. 2. Uji T terhadap variabel (X2)
suku bunga didapatkan Thitung
sebesar (-17,362) > Ttabel
sebesar 2,00172 dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,000 dimana sig t lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05), maka secara parsial variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap pergerakan IHSG. 3. Uji T terhadap variabel (X3)
nilai tukar rupiah didapatkan Thitung sebesar (3,891) > Ttabel Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig 1
(Constant) B Std. Error Beta
7243,248 424,368 17,068 ,000 Inflasi -96,802 32,502 -,120 -2,978 ,004 Suku Bunga -502,213 28,925 -,789 -17,352 ,000 Nilai Tukar ,096 ,025 ,111 3,891 ,000 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7243,248 424,368 17,068 ,000 Inflasi -96,802 32,502 -,120 -2,978 ,004 Suku Bunga -502,213 28,925 -,789 -17,362 ,000 Nilai Tukar ,096 ,025 ,111 3,891 ,000
sebesar 2,00172 dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,000 dimana sig t lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05), maka secara parsial variabel nilai tukar
rupiah berpengaruh positif
signifikan terhadap pergerakan IHSG.
Koefisien Determinasi (R2)
Digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dalam melihat hubungan pengaruh antara dua variabel dalam melihat
hubungan pengaruh antara dua
variabel yaitu variabel independen (inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah) dan variabel dependen (indeks harga saham gabungan).
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai Adjusted R Square
(Koefisien Determinasi) dari tabel hasil uji determinasi menunjukan nilai sebesar 0,984 atau 98,4%. Hal ini menunjukan bahwa variabel dependen indeks harga saham gabungan (Y)
dapat dijelaskan oleh variabel
independen inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah (X) sebesar 98,4% sementara sebesar 1,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model regresi.
PEMBAHASAN
Pengaruh Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Variabel inflasi (X1)
berpengaruh negatif signifikan
terhadap indeks harga saham
gabungan, hasil ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Ria Manurung yang berjudul
“Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia” terbit Jurnal Ekonomi,Volume 19,
Nomor 4, Oktober 2019 hasil
penelitian ini menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan
terhadap indeks harga saham
gabungan.
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Variabel tingkat suku bunga (X2) berpengaruh negatif signifikan
terhadap indeks harga saham
gabungan, hasil ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ardelia Rezeki Harsono dan Saparila
Worokinasih dalam artikel yang
berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017” terbit di Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 60 No. 2 Juli 2018 hasil penelitian ini menyatakan bahwa suku bunga secara parsial berpengauh negatif signifikan
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Variabel Nilai tukar rupiah (X3) berpengaruh positif signifikan
terhadap indeks harga saham
gabungan, hasil ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh I Putu Marta Edi Kusuma dan Ida Bagus Badjra dalam artikel yang
jModel jSummary jMode l jR jR Square jAdjusted R Square jStd. Error of the Estimate 1 ,992a ,985 ,984 73,30346
berjudul “Inflasi, JUB, Nilai Kurs
Dollar, Dan Pertumbuhan GDP
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek
Indonesia” terbit di E-Jurnal
Manajemen Unud, Vol.5, No. 3, 2016:
1829-1858 hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel nilai kurs
dollar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Yang
Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2020” dengan rumusan dan pembahasan analisis maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil uji parsial yang dilakukan pada hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel
inflasi berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan, 2. Dari hasil uji parsial yang
dilakukan pada hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan.
Hal ini berarti adanya
penambahan nilai suku bunga maka akan terjadi penurunan
nilai indeks harga saham
gabungan. Suku bunga
berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan.
3. Dari hasil uji parsial yang dilakukan pada hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar rupiah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan.
Saran
Adapun saran yang penguji ajukan yaitu sebagai berikut:
1. Bagi investor atau calon
investor di Bursa Efek
Indonesia yang berinvestasi atau ingin berinvestasi di pasar
saham diharapkan untuk
memperhatikan perubahan
yang terjadi pada inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah dalam mengambil keputusan investasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya
sebaiknya menambahkan faktor
pertumbuhan PDB, jumlah
uang beredar, indeks dow jones, indeks SHCOMP, dan indeks nikkei 225 sehingga
dapat mengembangkan
penelitian ini. Jumlah sampel juga sebaiknya ditambah pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sunariyah. (2006). Penerbit
Pengetahuan Pasar Modal.
Edisi Kelima. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Tandelilin, E. (2001). Analisis
Investasi Dan Manajemen Fortofolio. Yogyakarta: BPFE.
Ria Manurung. (2019). Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga Dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek
Indonesia. Jurnal
Ekonomi,Volume 19, Nomor 4. Harsono, A. R & Worokinasih, S. (2018). Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.
Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), Vol. 60 No. 2.
Kusuma, I. P & Badjra, I. B. (2016).
Inflasi, JUB, Nilai Kurs Dollar, Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Manajemen Unud, Vol.5, No. 3, 2016: 1829-1858
Website Resmi Bank Indonesia.