• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

PADA BURSA EFEK INDONESIA

Ria Manurung

email: yoanita_74@yahoo.com

Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Yos Sudarso Purwokerto

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of the infla tion, IBC interest rate, a nd excha nge rate on CSPI. The research wa s conducted on the Indonesia Stock Exchange (ISE) by using sa mple of 72 consisted of the entire variable monthly data during 2010 to 2015 with the selection of the sa mple through a non probability sa mpling method by purposive sa mpling method and the da ta were ana lyzed with multiple linear regression analysis techniques. Based on the analysis found inflation, IBC interest rates, a nd excha nge ra tes simulta neously a ffect the CSPI. The Inflation and IBC interest rates partially significa nt negative effect on the CSPI, this means an increase in infla tion and IBC interest rates ma y result decrea se value of CSPI. Excha nge ra tes partially significa nt positive effect on CSPI. This means that the increase occurred in excha nge ra tes ca n increase the value of CSPI.

Abstrak: : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, suku

bunga SBI, dan kurs terhadap IHSG. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan sampel sebanyak 72 terdiri dari data bulanan seluruh variabel selama tahun 2010 sampai 2015 dengan pemilihan sampel melalui metode non probability sampling yaitu dengan metode purposive sampling dan data dianalisis dengan teknik analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan inflasi, suku bunga SBI, dan kurs secara simultan berpengaruh terhadap IHSG. Inflasi dan Suku bunga SBI secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, hal ini berarti peningkatan inflasi dan suku bunga SBI dapat mengakibatkan penurunan nilai IHSG. Nilai Kurs secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Hal ini berarti peningkatan yang terjadi pada nilai kurs dapat meningkatkan nilai IHSG.

Kata kunci: Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

PENDAHULUAN

Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan dunia yang ditandai dengan kebangkrutan beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat, hal ini terjadi karena dipicu krisis kredit perumahan, produk sekuritas. Krisis ini ikut memengaruhi perekonomian Indonesia, salah satu indikatornya yaitu jatuhnya harga saham di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan IHSG menunjukkan pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal.

Analisis ekonomi memiliki integrasi yang sangat kuat terhadap keadaan pasar modal (Kudal, 2010). Menurut para pakar ekonomi, kinerja suatu pasar modal mempunyai hubungan yang kuat dengan lingkungan ekonomi makro. Ada beberapa faktor atau variabel ekonomi yang dapat memengaruhi harga saham antara lain pertumbuhan GDP, produksi industri, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, pengangguran dan anggaran defisit (Sunariyah, 2006). Tandelilin (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor makro ekonomi secara empiris telah terbukti mempunyai pangaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara.

(2)

karena suku bunga mampu memengaruhi perekonomian secara umum. Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pasar modal (Manurung, 2009). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen keuangan yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat dengan menggunakan acuan suku bunga SBI, (Rismawati, 2013). Suku bunga SBI merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh BI sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh Indonesia. Suku bunga merupakan salah satu variabel yang dapat memengaruhi harga saham. Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan memengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan suatu investasi, karena secara umum perubahan suku bunga SBI dapat memengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit di masyarakat, (Amin, 2012). Jika Suku bunga deposito meningkat maka investor cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk deposito karena dapat menghasilkan return

yang besar dengan resiko yang lebih kecil dan sebaliknya. Dalam penelitian ini suku bunga SBI menggunakan data suku bunga SBI bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Nilai tukar rupiah merupakan perbandingan nilai atas harga rupiah dengan harga mata uang asing, masing-masing negara memiliki nilai tukarnya sendiri yang mana nilai tersebut merupakan perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang disebut dengan kurs valuta asing (valas), (Pratikno, 2009). Informasi nilai tukar rupiah terhadap US dolar umumnya sangat diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, karena US dolar cenderung digunakan oleh perusahaan secara umum untuk melakukan pembayaran bahan produksi dan transaksi bisnis-bisnis lainnya. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya berpengaruh terhadap laba suatu perusahaan, karena perusahaan yang menggunakan bahan produksi dari luar negeri akan mengalami peningkatan nilai hutang apabila nilai rupiah terhadap mata uang asing menurun atau terdepresiasi, nilai tukar juga sangat berpengaruh bagi

perusahaan yang ingin melakukan investasi, karena apabila pasar valas lebih menarik daripada pasar modal maka umumnya investor akan beralih investasi ke pasar valas, oleh karena itu perubahan nilai tukar akan berpengaruh terhadap harga saham di pasar modal. Dalam penelitian ini nilai tukar yang digunakan adalah kurs tengah US dollar terhadap rupiah, karena US dollar umumnya digunakan sebagai pilihan investasi valas oleh perusahaan, karena nilainya yang relatif lebih stabil dan merupakan mata uang yang paling banyak beredar di masyarakat dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Inflasi merupakan kecenderungan harga naik secara terus menerus atau dapat diartikan sebagai penurunan nilai uang secara menyeluruh, makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang. Inflasi yang sangat tinggi dapat mengganggu perekonomian secara umum karena selain dapat menurunkan daya beli karena penurunan nilai mata uang juga dapat meningkatkan resiko penurunan pendapatan riil masyarakat. Dalam investasi, inflasi yang tinggi mengakibatkan investor lebih berhati-hati dalam memilih dan melakukan transaksinya, sehingga investor cenderung menunggu untuk berinvestasi sampai keadaan perekonomian kondusif untuk menghindari resiko-resiko yang mungkin ditimbulkan oleh inflasi yang tinggi. Dalam penelitian ini menggunakan data inflasi berdasarkan consumer price indeks. Indeks ini berdasarkan pada harga dari satu paket barang yang dipilih dan mewakili pola pengeluaran konsumen (Raharjo, 2010).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari berdasarkan harga penutupan di bursa efek pada hari tersebut. IHSG merupakan cerminan kinerja saham-saham seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), (Sunariyah, 2006).

(3)

perekonomian Indonesia di pasar modal. Periode penelitian yang dilakukan selama 6 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 yang merupakan periode setelah terjadinya krisis global yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia.

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh inflasi, suku bunga, dan kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, berikut ini ditampilkan tabel yang berisi data IHSG antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

Tabel 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2010

– 2015

Tahun IHSG Perkembangan (%)

2010 3409 34,53 2011 3942 15,64

2012 4317 9,51

2013 4274 -1,00

2014 5227 22,30

2015 4911 -6,05

Sumber : SEKI-Bank Indonesia, 2016

Dari uraian pada latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Bagaimana pengaruh Suku Bunga

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI)?

3. Bagaimana pengaruh Kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI)?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh :

1. Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Investor

Sebagai informasi mengenai Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Perubahan Kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi investor dan calon investor dalam memutuskan untuk berinvestasi dengan menggunakan variabel-variabel yang diteliti.

2. Bagi Manajer Investasi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan pengembangan ilmu manajemen khususnya keuangan mengenai kajian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dipengaruhi oleh Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Perubahan Kurs.

Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang (Suparmoko, 2009). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Suku Bunga

(4)

juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan dana dari pemilik modal (Suseno, 2008). Bagi investor bunga deposito menguntungkan karena suku bunganya relatif lebih tinggi dibandingkan bentuk simpanan lain, selain itu bunga deposito tanpa resiko (risk free). Kebijakan bunga rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih investasi dan konsumsi dari pada menabung, sebaliknya kebijakan meningkatkan suku bunga simpanan akan menyebabkan masyarakat lebih senang menabung daripada melakukan investasi atau konsumsi.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat Suku Bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme “BI rate” (Suku Bunga SBI), yaitu mengumumkan target Suku Bunga SBI yang diinginkan Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa tertentu. Hal ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan (BI, 2014).

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System.

Kurs

Menurut Thobarry (2009) nilai tukar suatu mata uang asing adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara asing lainnya. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari proses valuta

asing. Istilah valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya seperti deposito bank atau surat sanggup bayar yang diperdagangkan.

Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta asing disebabkan adanya perubahan permintaan dan penawaran dalam bursa valuta asing. Besarnya nilai tukar akan memengaruhi harga barang yang diperdagangkan, sekaligus berpengaruh terhadap besarnya investasi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

(5)

Indeks = 100). Perhitungan IHSG adalah sebagai berikut:

Indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa. Dua macam indeks yang digunakan di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga Saham Individual yang mencerminkan perkembangan harga suatu saham dan Indeks Harga Saham Gabungan yang mencerminkan perkembangan pasar secara keseluruhan. Harga saham yang digunakan dalam perhitungan indeks di bursa adalah harga saham yang terjadi di pasar reguler.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama sekali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik saham biasa maupun saham preferen. Indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk melihat perubahan mengenai harga dalam waktu dan tempat yang sama atau berlainan. Indeks adalah ukuran statistik yang biasanya digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan perbandingan nilai suatu variabel tunggal atau nilai suatu kelompok variabel. Menurut Jogiyanto (2009:174) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang sudah dihitung dan disusun sehingga menghasilkan trend, di mana angka indeks adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membandingkan kejadian perubahan harga saham dari waktu ke waktu.

Faktor-faktor yang memengaruhi nilai IHSG antara lain indikator ekonomi, harga minyak dunia, kondisi ekonomi global dan kestabilan politik suatu negara. Terdapat pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian di negara Indonesia, yakni pengaruh terhadap keadaan Indeks Bursa Saham Indonesia. Kepemilikan asing yang masih mendominasi dengan porsi 66% kepemilikan saham di BEI, mengakibatkan bursa saham rentan terhadap keadaan finansial global karena kemampuan finansial para pemilik modal tersebut (Chen, 2012).

Hasil studi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

Witjaksono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (studi kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009)” menunjukkan bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG

Setiawan (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)” menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG.

Kurniawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Indeks Nikkei 225 Dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Lestari (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Dan BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” menunjukkan bahwa BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

Taufik (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, BI Rate Dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” menunjukkan bahwa inflasi, BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG sedangkan Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadapa IHSG.

Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Nilai Pasar (jumlah saham tercatat) x harga terakhir IHSG = x 100

(6)

Gambar di atas menunjukkan bahwa inflasi, Suku Bunga SBI dan kurs berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. H2 : Ada pengaruh Suku Bunga SBI terhadap IHSG pada Bursa Efek Indonesia

METODE

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder, yang diakses dari web

www.idx.co.id yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2010 - 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling

dengan beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu merupakan: (1) salah satu indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), (2) indeks harga saham yang mencerminkan harga seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), (3) Indeks harga saham periode 2010 - 2015.

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tentang inflasi, Suku Bunga SBI, kurs (Rupiah terhadap dollar AS), sedangkan sampel yang diambil adalah data selama periode 2010-2015 sebanyak 72 bulan yaitu mulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2015.

Definisi Operasional Variabel 1. Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor (Suparmoko, 2009).

Inflasi dalam penelitian ini adalah inflasi per bulan yang diukur dengan satuan prosentase (%).

2. Kurs

Menurut Dahlan Siamat (2007), Kurs atau nilai tukar (kurs) adalah harga dalam negeri dari uang luar negeri (asing). Kurs dalam penelitian ini adalah nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika per bulan yang diukur dengan satuan Rupiah.

3. Suku Bunga

Suku Bunga yang dimaksud adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yaitu kebijakan suku bunga yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Dahlan Siamat, 2007). Suku Bunga SBI dalam penelitian ini adalah inflasi per bulan yang diukur dengan satuan prosentase (%).

4. IHSG

IHSG mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Maksud dari gabungan itu sendiri adalah kinerja saham yang dimasukkan dalan perhitungan lebih dari satu, bahkan seluruh saham yang tercatat di bursa efek tersebut (Sunariyah, 2006).

Metode Analisis Data

1. Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Test)

a. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

b. Uji F (F Test)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat.

2. Uji Hipotesis (t test)

Uji hipotesis individual yaitu untuk menguji pengaruh secara individual variabel bebas yang terdapat dalam persamaan regresi terhadap nilai variabel terikat.

Varibel Independen (X) Varibel Dependen (Y)

H1

Inflasi (X1)

H2

Suku Bunga (X2)

IHSG (Y)

Kurs (X3) H3

(7)

a. Dependent Variable: IHSG (Y)

3. Analisis Regresi Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, apakah masing-masing variabel bebas berhubungan positif atau negatif (Gujarati, 2007:92). Persamaan Regresi Berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y : IHSG a : Konstanta

X1 : Inflasi b : Koefisien regresi parsial X2 : Suku Bunga e : Faktor di luar model X3 : Kurs

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kelayakan Model

1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dilakukan berdasarkan tabel berikut :

Berdasarkan literatur dan pengalaman Empiris, maka dapat dijelaskan hal-hal Sebagai berikut :

Tabel 3.1 Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of the Estimate

1 .742a .551 .536 801.906

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square = 0,536 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh ketiga variabel bebas (inflasi, suku bunga dan kurs) terhadap IHSG sebesar 53,6% sedangkan yang 46,4% dipengaruhi faktor lainnya diantaranya kondisi perekonomian, politik dan faktor lainnya.

2. Uji Simultan (Uji F)

Berdasarkan tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai F hitung.

Tabel 3.2 Nilai F hitung Model Sum of

Squares

df Mean Square

F Sig.

1 Regression

Residual

Total

67945032. 30

3 2264834 4.100

35.220 .000a

55302603. 30

86 643053.5 27 12324763

5.60

89 .000

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung = 35,220 > F tabel = 2,76 dan angka signifikansi = 0,000 < α = 0,05 sehingga signifikan (Ho ditolak dan Ha diterima).

Berdasarkan hasil uji koefisien dan uji F di atas dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Koefisien Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) Inflasi (X1) Suku Bunga (X2)

Kurs (X3)

4808.010 835.112 5.757 .000

157.214 59.970 .318 2.622 .010

-1183.942 158.159 -.976 -7.486 .000

.603 .071 .699 8.517 .000

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

1. Pengujian hipotesis pengaruh inflasi terhadap IHSG (H1)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai t hitung yaitu 2,622

> t tabel = 2,000 dan angka signifikansi = 0,010 > α = 0,05 sehingga tidak signifikan (Ho ditolak dan Ha diterima). Dengan demikian hipotesis H1 yaitu bahwa inflasi berpengaruh terhadap IHSG terbukti. 2. Pengujian hipotesis pengaruh Suku

Bunga terhadap IHSG (H2)

(8)

(Ho ditolak dan Ha diterima). Dengan demikian hipoesis H2 bahwa Suku Bunga berpengaruh terhadap IHSG terbukti.

3. Pengujian hipotesis pengaruh kurs terhadap IHSG H3)

Nilai t hitung yaitu sebesar 8,517 > t tabel = 2,000 dan angka signifikansi = 0,000 < α = 0,05 sehingga signifikan (Ho ditolak dan Ha diterima). Dengan demikian hipoesis H3 bahwa kurs berpengaruh terhadap IHSG terbukti.

Analisis Regresi Berganda

Persamaan regresi dalam penelitian ini: Y = 4808,010 + 157,214X1 - 1183.942X2 + 0,603+ e

Berdasarkan persamaan di atas dapat dilakukan interpretasi sebagai berikut : 1. Koefisien regresi b1 = 157,214

(signifikan) mempunyai arti bahwa kenaikan inflasi sebesar 1% akan menaikkan IHSG sebesar 157,214 (faktor lain dianggap tetap). 2. Koefisien regresi b2 = -1183,942

(signifikan) mempunyai arti bahwa kenaikan sebesar 1% akan menurunkan IHSG sebesar 1183,942 (faktor lain dianggap tetap).

3. Koefisien regresi atau b3 = 0,603 (signifikan) mempunyai arti bahwa kenaikan kurs sebesar Rp 1,- akan menaikkan IHSG sebesar 0,603 (faktor lain dianggap tetap).

Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif (b1 = - 157,214) dan signifikan (sig.= 0,010) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan inflasi sebesar 1% akan menaikkan IHSG sebesar 157,214. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Taufiq (2015), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG dan Setiawan (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Namun tidak sesuai dengan hasil penelitian Kurniawan (2013) yang menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Suku Bunga berpengaruh negatif (b2 = -1183,942) dan signifikan (sig. = 0,000) terhadap IHSG, sehingga diinterpretasikan bahwa kenaikan sebesar 1% akan menurunkan IHSG sebesar 1183. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Lestari (2015) d a n Taufiq (2015) yang menunjukkan bahwa Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

Kurs berpengaruh positif (b2 = 0,603) dan signifikan (sig.= 0,000) terhadap IHSG. Sehingga diinterpretasikan bahwa akan menaikkan IHSG sebesar 0,603. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Witjaksono (2012), dan Taufiq (2015) yang menunjukkan bahwa Kurs berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil analisis regresi linier berganda dan hasil uji t, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Variabel inflasi, suku bunga, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Sedangkan variabel kurs berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

SARAN

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini adalah:

1. Para investor perlu memperhatikan fluktuasi inflasi, suku bunga SBI dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Hal ini harus dilakukan karena hasil analisis membuktikan bahwa ketiga faktor tersebut signifikan memengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dengan demikian investor akan dapat menghindari kerugian akibat jatuhnya IHSG yang berdampak pada jatuhnya harga saham secara umum dan sebaliknya dapat meraih keuntungan jika dapat memprediksi dampak positif fluktuasi inflasi, suku bunga SBI dan kurs terhadap IHSG.

(9)

makro ekonomi lain yang dapat memengaruhi IHSG seperti Indeks Dow Jones.

DAFTAR RUJUKAN

Amin M. Zuhdi, 2012. Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku bunga SBI,Nilai Kurs Dollar dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Pergerakan IHSG di BEI (Periode 2008-2011). Jurnal Faculty Economic and Bisnis Universitas Brawijaya, pp: 1-17.

Chen Nai Fu R.R., 2012. Economic Forces and the Stock Market. The Journal of Business, 59(3), pp: 383-403.

Dahlan Siamat, 2007. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: LPFE-UI

Gujarati D.N, 2007. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi 3, Jilid 2.

Terjemahan oleh Julius A. Mulyadi. Jakarta: Erlangga.

Jogiyanto Hartono, 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.

Kudal Pallavi, 2010. Impact of Macro Economic Variable on Indian Stock Market and Strategies for Investor.

Tirpude’s Journal of Business Research, 4 (1), pp: 39-55.

Kurniawan Yohanes J., 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Harga minyak dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Jurnal Ekonomi dan bisnis. Pp: 1-20.

Lestari A.R., 2015. Pengaruh Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, dan Suku bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie Vol 3, No. 02.

Manurung Jonni J., dan Adler H., 2009.

Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Pratikno Deddy, 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI Dan Indeks Dow Jones Terhadap

Pergerakan IHSG di BEI. Jurnal Economic Universitas Sumatera Utara Medan, pp: 16-99.

Raharjo Sugeng, 2010. Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham di BEI. Jurnal Ekonomi Surakarta. pp: 1-16.

Rismawati, 2013. Pengaruh Pertumbuhan Aset, Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Kebijakan Deviden Dan Nilai Perusahaan di BEI. Skripsi Sarjana Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali. Setiawan Aditya, 2012. Pengaruh Inflasi,

Tingkat Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal: STIE Dharmaputra Semarang.

Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP Stim YKPN.

Suparmoko M., 2009. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta, Penerbit: Andi. Suseno Astiyah S., 2008. Inflasi. Jakarta:

Bank Indonesia.

Tandelilin Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.

Taufiq M. & Kefi B. S., 2015. Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Jurnal Dosen STIE Dharmaputra Semarang 2015.

Thobarry Achmad Ath. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008).

Gambar

Tabel  1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2010
Gambar 1.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.2 Nilai F hitung Model Sum of df

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyusun skripsi ini

30 (Revisi 2007) klasifikasi sewa didasarkan pada sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee, dan pada

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak pernah melakukan pemeriksan IVA, walaupun sudah ada dukungan dari petugas kesehatan karena wanita usia

A STUDY ON THE PROCEDURES OP INVESTIGATION AS SEEN IN JOHN GRISHAM’S NOVELTHE SUMMONS’*. Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi lema Skripsi

Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam memahami skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI POHON ALBA DENGAN SISTEM NYINOM DALAM PERSPEKTIF

Adapun kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.Pelayanan dikatakan baik

Uji lanjut berganda duncan menunjukkan perendaman auksin selama 60 menit memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain pada parameter tinggi tunas

Badan Tenaga Nuklir, Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi.. Seleksi mutan genjah pada populasi M 2 tanaman padi varietas Kuriak Kusuik dan Randah