• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Supervisi Klinis

2.1.1.1 Pengertian Supervisi Klinis

Supervisis

klinis

sebagai

suatu

sistem

instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor

yang berhubungan secara langsung dengan guru atau

kelompok

guru

untuk

memberikan

dukungan,

membantu, dan melayani guru untuk meningkatkan

hasil kerja guru dalam mendidik para siswa (Sagala,

2010). Menurut Acheson dan Gall (1987 : 3) yang

dikutip Sagala (2010) supervisi klinis adalah suatu

proses yang interaktif, berkenaan dengan suatu gaya

mengajar yang berbeda. Agar proses supervisi klinis

menjadi efektif, maka antara supervisor dengan guru

bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan memiliki

ide, emosi dan tindakan untuk pengembangan

profesional guru dari preservice atau inservise.

2.1.1.2 Karakteristik Supervisi Klinis

Karakteristik mendasar supervisi klinis kajian

Acheson dan Gall (1987 :14) yang dikutip Sagala (2010)

adalah :

(2)

1. Meningkatkan kualitas ketrampilan intelektual dan perilaku mengajar guru secara spesifik

2. Membantu para guru untuk mengembangkan ketrampilan menganalisis proses pembelajaran, terampil dalam mengujicobakan, mengadaptasi dan memodifikasi kurikulum dan terampil menggunakan teknik-teknik mengajar.

3. Meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk merubah kepribadian guru

4. Perencanaan dan analisis berpusat pada pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi

5. Konferensi berkaitan dengan sejumlah isu-isu penting mengenai pembelajaran yang relevan bagi guru yang mendorong untuk berubah

6. Konferensi sebagai umpan balik menitik beratkan pada analisis konstruktif dan penguatan terhadap pola-pola yang gagal

7. Observasi itu didasarkan bukti, bukan berdasarkan nilai subtansial atau nilai keputusan yang tidak benar

8. Siklus perencanaan, analisis dan pengamatan secara berkelanjutan dan bersifat kumulatif 9. Merupakan proses memberi dan menerima yang

dinamis di mana supervisor dan guru adalah kolega yang meneliti untuk menemukan pemahaman yang saling mengerti bidang pendidikan

10. Berpusat pada analisis pembelajaran

11. Guru secara individual memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan menilai isu-isu, meningkatkan kualitas pengajaran dan mengembangkan gaya mengajar personal guru 12. Proses supervisi dapat diterima, dianalisis dan

dikembangkan lebih banyak sama dengan keadaan pengajaran yang dapat dilakukannya,

(3)

13. Seorang supervisor memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis kegiatan supervisinya dalam hal yang sama dengan analisis evaluasi guru tentang pembelajarannya. Berdasarkan kajian Acheson dan Gall dapat ditegaskan bahwa karakteristis supervisi klinis adalah untuk memperbaiki cara mengajar, ketrampilan intelektual, dan bertingkah laku yang spesifik, pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi yang dilakukan melalui tahapan siklus.

2.1.1.3 Tujuan Supervisi Klinis

Dalam Sagala (2010), Acheson dan Gall (1987 : 1)

mengatakan tujuan dari supervisi klinis adalah

pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik,

membantu guru mengembangkan kemampuan dan

strategis, mengevaluasi guru, membantu guru untuk

berperilaku yang baik sebagai upaya pengembangan

profesional para guru, dengan suatu penekanan pada

peningkatan kecakapan guru dalam mengajar pada

ruangan kelas.

2.1.1.4 Prosedur Supervisi Klinis

a. Proses

Supervisi klinis merupakan suatu proses

memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini

supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan

mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan

pendidikan (Sagala, 2010).

Achesom dan Gall (1980) dalam Sagala (2010)

mengemukakan pada dasarnya kegiatan supervisi

(4)

klinis terdiri dari tiga fase (1) Planing conference, (2)

Classroom observation, dan (3) Feedback converence.

Model susunan supervisi klinis yang dikemukakan oleh

Acheson dan Gall menjadi rujukan dalam proses

pelaksanaan supervisi klinis.

Selanjutnya berdasarkan kegiatan supervisi klinis

yang dikemukakan Acheson dan Gall, maka prosedur

supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses

berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu :

tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan

tahap pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut

memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor,

yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan balikan

(Bolla, 1984). Tiga tahapan tersebut adalah :

(1) Tahap Pertemuan Pendahuluan (Planing conference)

Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana ketrampilan yang akan diobservasi dan dicatat. Suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor dan guru partner di dalam suasana kerjasama yang harmonis. Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu :

a. Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah selanjutnya dibicarakan

b. Mereviu rencana pelajaran serta tujuan pelajaran

c. Merivu komponen ketrampilan yang akan dilatih dan diamati

(5)

d. Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang menjadi perhatian utamanya

e. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan, dibicarakan bersama antara guru dan supervisor. Kesepakatan-kesepakatan tentang perhatian utama serta cara perekamannya merupakan semacam kontrak yang merupakan rambu-rambu yang mengatur perwujudan peranan kedua belah pihak di dalam pelaksanaan supervisi klinis yang bersangkutan.

(2). Tahapan Pengamatan mengajar (Classroom observation)

Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen ketrampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara obyektif, lengkap dan apa adanya tingkah laku guru ketika mengajar, berdasarkan komponen

ketrampilan yang diminta oleh guru untuk direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan

mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.

(3). Tahapan Pertemuan Balikan (Feedback converence)

Sebelum pertemuan balikan di laksanakan maka supervisor mengadakan analisis pendahuluan tentang hasil rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini. Pada pertemuan balikan supervisor hendaknya berusaha menganalisis dan menginterpretasikan tentang data hasil rekaman tingkah laku guru waktu mengajar. Langkah-langkah utama tahap ini adalah :

a. Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan.

(6)

c. Meriviu target ketrampilan serta perhatian utama guru

d. Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya guru.

e. Menunjukkan data hasil rekaman dan memberi kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut.

f. Bersama mengintepretasi data rekaman.

g. Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut.

h. Menyimpulkan hasil dengan melihat rekaman apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tercapai.

i. Menentukan bersama-sama atau mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

b. Kriteria dan Teknik

Dalam melaksanakan proses supervisi klinis

melalui tiga tahap kegiatan, diperlukan kriteria serta

teknik tertentu, agar proses supervisi klinis dapat

berjalan lancar. Kriteria dan teknik tersebut dijelaskan

oleh Bolla (1984) sebagai berikut :

(1) Kriteria dan Teknik Pertemuan Pendahuluan

a. Mengadakan pertemuan dengan guru dalam suasana yang menyenangkan.

b. Menentukan bersama segi yang harus diamati selama pelajaran berlangsung dan cara mencatat hasil observasi.

(7)

c. Supervisor dapat menanyakan pengalaman penampilan masa lalu untuk melihat segi-segi atau sub-ketrampilan yang akan diperbaiki atau disempurnakan.

(2) Kriteria dan Teknik Observasi

Fungsi utama observasi adalah berusaha “menangkap” apa yang terjadi selama pelajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat secara tepat mengingat kembali pelajaran atau bagian dari pada pelajaran dengan tujuan mengadakan analisis yang obyektif. Ide pokok adalah

mencatat apa yang terjadi dan bukan reaksi

supervisor tentang apa yang terjadi. Suatu rekaman yang disimpan dengan baik akan bermanfaat dalam analisis dan komentar kemudian.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hubungan ini adalah :

a. Kelengkapan catatan

Usaha mencatat sebanyak mungkin yang dikatakan atau dilakukan selama pelajaran berlangsung. Hasilnya akan merupakan bukti-bukti dan bagi guru dan supervisor untuk dikemukakan pada waktu bersama-sama menganalisis apa yang telah terjadi selama pelajaran berlangsung. Semakin spesifik yang digambarkan, semakin berarti analisis supervisor.

b. Fokus

Supervisor harus memiliki aspek-aspek ketrampilan yang akan dicatat. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan pesetujuan guru sebelumnya yaitu di dalam pertemuan pendahuluan, yang sebagaimana telah dikemukan sebelumnya diwujudkan dalam bentuk semacam kontrak.

(8)

c. Menyesuaikan observasi dengan periode perkembangan mengajar guru.

Fokus observasi ditujukan kepada aspek-aspek yang lebih diinginkan guru misalnya, jika guru mempunyai kesulitan mengadakan transisi dalam pelajaran, maka hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu difokuskan dalam observasi.

d. Mencatat komentar

Walaupun proses mencatat harus seobyektif mungkin, supervisor sering ingin mencatat komentar-komentarnya agar supaya tidak terlupakan. Cara yang terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan memisahkan komentar dari catatan tentang proses pengajaran. Catatan ini ditempatkan pada tepi format observasi atau dengan menggunakan tanda kurung.

e. Pola mengajar

Sangat bermanfaat untuk mencatat pola tingkah laku mengajar tertentu dari guru, misalnya dalam memberikan penguatan atau dalam mereaksi terhadap pertanyaan siswa untuk dibicarakan dalam pertemuan balikan.

f. Membuat guru tidak merasa gelisah.

Untuk meredakan atau menghilangkan perasaan gelisah guru pada saat observasi, maka dalam pertemuan pendahuluan supervisor harus mengatakan secara jelas bahwa yang akan dicatat hanya hal-hal yang disepakati tentang apa yang akan diobservasi atau dicatat.

(3) Kriteria dan Teknik Balikan

Fungsi balikan dalam hubungannya dengan supervisi klinis adalah untuk menolong guru mempertimbangkan perubahan atau lebih tepat peningkatan dalam tingkah laku mengajar. Balikan

(9)

bagaimana guru mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai maksud tersebut, maka balikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Lebih bersikap deskriptif daripada evaluatif Balikan hendaknya lebih deskriptif daripada evaluatif karenanya memberikan gambaran yang terperinci tentang penampilan guru selama mengajar, bukan menilai penampilan guru. Gambaran yang terperinci akan membantu guru menyadari kemampuannya tanpa merasa dihakimi, sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan kemampuannya. Lagi pula dengan menghindari bahasa yang lebih bersifat evaluatif akan terkurangi reaksi atau sikap defentif guru.

b. Bersifat spesifik

Kurang tepat apabila kepada seorang guru dikatakan bahwa cara ia memberi penguatan kurang tepat, sebab dengan cara demikian guru belum/tidak mengetahui dalam segi apa ia memberi penguatan secara tidak tepat misalnya apakah penguatan verbal, gerakan badan atau lainnya.

c. Memenuhi kebutuhan baik supervisor maupun guru

Balikan tidak akan bermanfaat apabila ia hanya memenuhi kebutuhan supervisor sebagai pemberi balikan dan mengabaikan kebutuhan guru sebagai penerima balikan tersebut.

d. Ditujukan untuk tingkah laku guru yang dapat dikendalikannya.

Seorang guru akan mengalami frustasi apabila ia diingatkan tentang sesuatu kekurangan yang berada di luar kemampuannya untuk mengatasi atau memecahkannya, misalnya supervisor menegur karena tubuhnya yang pendek sehingga ia sukar menguasai kelas dengan baik. Untuk hal ini tentu guru tidak dapat berbuat apa-apa.

(10)

e. Isi balikan merupakan permintaan guru dan bukan yang diada-adakan oleh supervisor. f. Tepat waktunya.

Balikan akan lebih bermanfaat apabila segera diberikan sesudah pelaksanaan mengajar. g. Harus terkomunikasikan secara jelas kepada

guru. Untuk melakukan hal ini maka guru diminta untuk mengatakan kembali apa yang menjadi target serta perhatian utamanya guna dibandingkan dengan yang dimaksud oleh supervisor.

h. Apabila balikan itu diberikan oleh kelompok, maka guru dan supervisor harus mempunyai kesempatan untuk mencocokkannya dengan yang diberikan oleh kelompok untuk menguji ketepatan balikan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui apakah balikan tersebut merupakan kesan satu orang atau merupakan kesan orang lain juga.

i. Harus dapat menolong guru memperhatikan kelebihan-kelebihannya untuk mengembangkan gaya mengajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diberi penguatan untuk cara mengajar yang efektif tersebut.

j. Hendaknya dimulai dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau segi-segi yang kuat, baru kemudian mendiskusikan segi-segi yang menimbulkan masalah baginya.

k. Data balikan dalam bentuk instrumen observasi harus disimpan dengan baik oleh supervisor dan merupakan catatan mengenai perkembangan ketrampilan mengajar guru, seperti kartu status pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu dapat digunakan bila diperlukan.

Dari sebelas kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa balikan merupakan suatu cara dan alat untuk memberikan pertolongan . Ia merupakan mekanisme yang bersifat korektif bagi guru untuk melihat sampai seberapa jauh penampilan tingkah lakunya di dalam

(11)

merupakan suatu sarana dalam menetapkan identitas seseorang karena secara tidak langsung pertanyaan : “Siapakah sebenarnya saya ini ?”

2.1.1.5

Peranan

dan

Kualifikasi

Seorang

Supervisor

a.

Peranan Supervisor

Menurut Bolla (1984) peranan seorang supervisor

adalah menciptakan kerja sama yang memungkinkan

pertumbuhan keahlian dan kepribadian orang yang

diajak bekerja sama. Agar dapat memainkan peranan

seperti tersebut di atas, seorang supervisor diharapkan

mampu melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Mendiagnosis dan menilai

Dalam hal ini supervisor membantu guru untuk mendiagnosis dan menilai kebutuhan-kebutuhannya dalam bentuk kekurangan-kekurangan yang dirasakan.

b. Merencanakan

Membantu guru dalam merencanakan tujuan dan sasaran berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya, memilih strategi, serta menyediakan sumber-sumber baik berupa material maupun sumber manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

c. Memberi motivasi

Membantu guru dalam menciptakan dan menjaga suasana kerja sama bagi kepentingan kedua belah pihak.

d. Memberi penghargaan dan melaporkan kemajuan Tugas seorang supervisor di samping membantu guru adalah menyimpan dan menyediakan data kemajuan guru, kemudian memberikan penguatan/ penghargaan, serta memberitahukan kemajuan mereka.

(12)

b. Kualifikasi Supervisor

Menurut Bolla (1984) seorang supervisor yang

baik harus memiliki beberapa syarat berikut :

a. Mempunyai keyakinan bahwa guru memiliki kemampuan atau potensi untuk memecahkan masalahnya sendiri dan mengembangkan dirinya.

b. Berkeyakinan bahwa guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak mencapai tujuan yang diinginkannya.

c. Memiliki kemampuan untuk menanyakan kepada orang lain dan dirinya sendiri tentang asumsi dasar serta keyakinan akan dirinya. d. Mempunyai komitmen dan kemauan untuk

membuat rekan gurunya merasa penting, dihargai, dan maju.

e. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membina hubungan yang akrab serta hangat dengan semua orang tanpa pandang bulu.

f. Memiliki kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfaatkan pengalaman-pengalaman guru sebagai sumber untuk membuatnya berusaha mencapai tujuan. g. Memiliki antusiasme dan keyakinan akan

supervisi klinis sebagai proses kegiatan yang terus-menerus untuk melayani pertumbuhan, dan perkembangan pribadi serta profesi guru. h. Memiliki ketrampilan di dalam berkomunikasi,

mengobservasi, dan menganalisis tingkah laku guru ketika mengajar.

i. Mempunyai suatu komitmen untuk mengembangkan dirinya sendiri serta berkeinginan keras untuk terus memperdalam bidang supervisi.

(13)

2.1.2 Kinerja Mengajar Guru

Mengajar adalah salah satu dari sekian profesi

yang paling terlihat dan signifikan di dunia. Sebagai

suatu profesi, mengajar merupakan dasar kemajuan di

negara manapun, sehingga guru begitu penting dalam

fungsi sistem pendidikan yang efektif serta peningkatan

kualitas proses pembelajaran. Pekerjaan menjadi guru

memiliki banyak tuntutan serta banyak tantangan.

Para guru dituntut untuk bisa menjadi sumber

intelektual, emosional, serta secara fisik untuk bisa

efektif di dalam kelas (Hanif, 2004).

Begitu pentingnya profesi guru, sehingga ada

tuntutan di dalam kinerja guru. Ada banyak sumber

evaluasi kinerja guru, contohnya oleh kepala sekolah,

rekan kerja atau siswa. Penilaian kinerja guru oleh para

siswa merupakan teknik yang paling umum digunakan,

karena siswa berada pada posisi yang unik untuk

menilai hal-hal yang relevan dengan pengajaran yang

kompeten, seperti gaya mengajar, ketepatan ,

kemampuan pengelolaan dan sebagainya (Scriven,

1996) dalam Hanif (2004). Alemoni (1981) dalam Hanif

(2004) mendukung penilaian siswa terhadap kinerja

guru, karena siswa merupakan sumber utama

informasi tentang pembelajaran dan lingkungan kelas,

termasuk kemampuan guru, kompetensi, serta

ketrampilan dalam komunikasi.

Menurut

Hanif

(2004)

faktor-faktor

yang

menentukan

kinerja

guru

adalah

ketrampilan

mengajar, ketrampilan pengelolaan, kedisiplinan dan

(14)

keberaturan, serta kemampuan interpersonal. Pada

dasarnya ada 6 faktor penilaian kinerja yang

berdasarkan pada tinjauan literatur serta opini penilai.

Fator-faktor

ini

dikatagorikan

sebagai

kualitas

mengajar, gaya mengajar, kemampuan tentang mata

pelajaran, ketrampilan pengelolaan, kedisiplinan dan

keberaturan, dan ketrampilan interpersonal. Namun

dalam penelitian secara analisis empiris hanya

memperlihatkan 4 faktor saja yang berkaitan dengan

kualitas mengajar, gaya mengajar, pengetahuan

tentang mata pelajaran, dan ketrampilan mengajar.

Empat faktor inilah yang merupakan kinerja mengajar

guru.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala

kinerja mengajar guru dari instrumen penelitian kinerja

guru yang dilakukan oleh Hanif (2004). Skala Performa

Kerja Guru (SPKG) atau kinerja guru yang dibuat oleh

Hanif (2004) terdapat 25 item yang sudah teruji

validitas dan reliabilitasnya. Instrumen ini penulis

gunakan untuk mengetahui skala kinerja mengajar

guru yang menjadi observasi penulis. Dari instrumen

skala kinerja dari penelitian Hanif (2004), penulis

hanya mengambil skala kinerja mengajar sebanyak 15

item yang hanya mengukur kinerja mengajar guru.

2.2 Kerangka Pemikiran

(15)

pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi,

manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung

pada kemampuannya. Sehubungan dengan itu, kepala

sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi,

membangun, mengkoreksi, dan mencari inisiatif

terhadap jalannya seluruh kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan di lingkungan sekolah.

Untuk

meningkatkan

kualitas

pembelajaran

seorang kepala sekolah harus mampu meningkatkan

kinerja mengajar guru. Kepala sekolah sebagai seorang

pemimpin

sekolah

harus

mampu

memberikan

pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru

tergerak untuk melaksanakan tugasnya secara efektif,

sehingga kinerja mengajar mereka akan lebih baik.

Kinerja mengajar guru dapat meningkat jika ada

program dari kepala sekolah untuk selalu memantau

dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajarannya. Oleh

karena itu pendekatan supervisi klinis secara terencana

dan terprogram merupakan langkah yang tepat untuk

dilakukan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dibuat kerangka

pemikiran sebagai berikut :

(16)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Peningkatan Kinerja Mengajar

Guru Melalui Pelaksanaan Supervisi Klinis

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, di mana rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data

(Sugiyono, 2013).

(17)

Berdasarkan kerangka berpikir yang penulis buat,

maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ho

= supervisi klinis dapat meningkatkan

secara signifikan kinerja mengajar guru

Ha

= supervisi klinis tidak dapat meningkatkan

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini digunakan sistem Self Assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang sesuai dengan undang-

Kuadran ini merupakan prestasi Divisi Jasa Layanan Laboratorium LT- IPB Bogor dalam memberikan pelayanan dan karenanya atribut-atribut kualitas jasa yang mempengaruhi

Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti pada saat melaksanakan Peraktek Kerja Lapangan (PKL) di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) pada bulan September sampai November 2013,

Sarwono (2012:30-31) menjelaskan bahwa remaja akhir (late adolescence) merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal,

menembakkan pertanyaan kepada kelompok Y yang ada di hadapannya. Setelah itu minta siswa Y untuk berpindah di sebelah kiri. 9) Kelompok siswa Y yang telah kebagian menjawab

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi data dan trianggulasi metode, dengan model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi model Context, Input, Process, Product

Perkuliahan sakubun ini menekankan pada keterampilan menulis mahasiswa dalam menyampaikan ide sehingga dapat menghasilkan tulisan dalam bentuk poster, memo dan pengumuman,

Formula alternatif menghasilkan alokasi DAK terbesar seperti yang ditunjukan pada Tabel 18, sebagian besar ke daerah-daerah dengan KKD yang rendah sekali dan juga