Perubahan Konstruksi Material Berlapis Menjadi Nano-Struktur MCM-41 (Hens Saputra &Anwar Mustafa)
PERUBAHAN KONSTRUKSI MATERIAL BERLAPIS
MENJADI NANO-STRUKTUR
MCM-41
Hens Saputra &Anwar Mustafa
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri Proses Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
e-mail: awestafa@yahoo.com Abstract
A material of MCM-41 has a specific surface area of till 1000 m2lg. During the synthesis of MCM-41, the concentration of surfactant which was used to construct the material must be controlled carefully, if the addition of surfactant is greater than the Critical Micelle Concentration (CMC), most probably the material of MCM-50 will be formed, which has a layering structure. The layering structure is easy broken if the process of calcinations was applied and formed the amorf structure. Therefore, in order to ameliorate this drawback is by changing the structure, namely from the layering structure to the hexagonal structure (MCM-41). The mechanism used to change the structure was by adding silica. The penetration process of silica (Si) to the layering construction (MCM-50) has been performed by a vapor infiltration method and triethylortosilicate solution at 120 C during 2 hours. To remove the surfactant and to form the pore, the calcinations process has been applied at 500 C during 5 hours. In this experiment, the characteristics of product (Silica MCM-41) was done as well, such as to observe it by using Scanning Electron Microscope (SEM), adsorption-desorption isothermal with nitrogen gas and temperature of 77 K, also to analyze it by using Spectrophotometer FTIR. Based upon the results of characterization showed that the nano-structure of MCM-41 material produced had a good stability at high temperature and surface area (BET) about 1100 m2/g so that it was potentially to be applied as an inorganic membrane which is resistant to high temperature, also as support material for catalyst.
Kata kunci : Konstruksi, material, Nano-struktur MCM-41
PENDAHULUAN
Proses pembuatan material nanostruktur telah mendapatkan perhatian para peneliti secara serius akhir-akhir ini karena prospek aplikasinya yang luas pada skala komersial, antara lain sebagai bahan pendukung katalis, pembuatan membran, filler, bahan sensor dan lain-lain. Salah satu hasil dari --.
nanoteknologi, peneliti dari Mobil Oil Amerika Serikat menemukan material yang disebut dengan kelompok M41 S yaitu terdiri dari struktur heksagonal (MCM 41) dan struktur kubik (MCM 48). Sejak pertama kali dipublikasikan pad a tahun 1992, kedua struktur material tersebut menjadi sangat populer dan dapat memberikan semangat baru kepada para peneliti di bidang material, khususnya anorganik. Keunikan dari kedua struktur tersebut adalah luas permukaan dan volume pori yang sangat fantastik, yaitu
sekitar 1.000 m2/g dan 1,02 cm3/g. Sedangkan ukuran porinya dapat diatur mulai dari 1 hingga 3 nm. Dengan memanfaatkan luas permukaan dan struktur pori yang terdapat pada kelompok material M41 S tersebut maka potensi aplikasinya menjadi sangat luas antara lain sebagai supporting catalyst dan membran.
Luas permukaan yang besar dapat memberi keuntungan apabila diaplikasikan sebagai supporting catalyst karena memungkinkan kontak antar muka zat-zat yang akan direaksikan menjadi lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan konversi reaksinya. Karakteristik lainnya yang menarik adalah struktur yang dapat dibuat secara teratur, baik yang memiliki sistim aliran satu dimensi maupun sistem aliran tiga dimensi seperti MCM-48 sehingga dapat memungkinkan adanya aliran yang berkelak kelok. Kondisi tersebut dapat
M.P.I. Vol.1 NO.3. Desember 2007,45 - 50
menyebabkan adanya aliran turbulen yang menguntungkan bila diaplikasikan sebagai katalis atau pendukung katalis. Apabila diaplikasikan sebagai material membran anorganik diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya pore blocking, karena aliran dapat dibelokkan ke arah lain bila terjadi sumbatan.
Proses pembentukan material MCM-41 dan MCM-48 sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter proses, antara lain konsentrasi template organik yang digunakan (surfaktan), perbandingan konsentrasi silika, temperatur, dll.Apabila konsentrasi surfaktan terlalu tinggi maka dapat terbentuk material MCM-50, yaitu suatu material yang dikelompokkan dalam M41S juga dengan struktur berlapis. Terbentuknya struktur berlapis ini tidak menguntungkan, karena luas permuakaan yang rendah dan strukturnya akan rusak setelah dikalsinasi yaitu runtuhnya lapisan-Iapisan silika akibat proses dekomposisi lapisan surfaktan. Pada penelitian ini telah dilakukan proses konversi material MCM-50 menjadi MCM-41,sehingga diharapkan dapat memperbaiki karakteristik material yang telah terlanjur terbentuk menjadi MCM-50, dimana terbentuknya struktur berlapis tersebut dipengaruhi oleh kondisi proses seperti yang telah dibahas di atas. C16TAB NaOH Aquadest TEOS WASHING ~ DRYING MCM-41 MCM-41
BAHAN DAN METODE PENELlTIAN Bahan dan Peralatan Proses
Bahan yang digunakan pada penelitian nu antara lain tetraethyl ortosilikat (TEOS) dan tetramethyl ortosilikat sebagai sumber silikat, cethyltrimethyl ammonium bromida (C16TAB) sebagai template organik dan katalis NaOH serta pelarutaquadest.
Peralatan proses yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu unit mixing dan vapour infiltration. Mixing dilakukan pada temperatur ruang dan tekanan atmosferis dengan kecepatan pengaduk 200 rpm. Peralatan untuk prosesvapour infiltration berupavessel tertutup yang tahan panas, terbuat dari stainless steel. Pada bagian dalam (ruang reaksi) terbuat dari teflon yang mudah dilepas dari frame. Bahan teflon berguna untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan-bahan kimia yang digunakan dengan dindingframe. Metode
Metode penelitian tru terdiri dari penyiapan larutan induk, proses vapour infiltration dan kalsinasi.
MCM-50 TEOS
Gambar 1.
Perubahan Konstruksi Material Berlapis Menjadi Nano-Struktur MCM-41 (Hens Saputra & Anwar Mustafa)
Proses penyiapan larutan induk yaitu pencampuran antara surfaktan, pelarut dan
katalis. Pembuatan material standar MCM-41
dilakukan dengan perbandingan molar
surfaktan/silika O,1-0,O,S dan NaOHITEOS
O,1-0,3S.
Pembuatan material dengan struktur
MCM-SO dibuat dengan perbandingan
surfaktan/silika lebih dari 0,7 dan
NaOHITEOS lebih dari O,S.Diagram proses
pembuatan material standar MCM-41 dan struktur berlapis MCM-SO dapat dilihat pada
Gambar 1.
Proses konversi struktur MCM-SO
menjadi MCM-41 dilakukan pada ruang
tertutup, temperatur 120 QC selama 2 jam.
Selanjutnya kalsinasi pada temperatur 600
QCselama 1 jam.
Karakterisasi
Material yang dihasilkan dianalisis
menggunakan X-ray diffraction (XRD) untuk
menganalisis strukturnya sebelum dan
sesudah proses konversi dengan metode
vapour infliltration maupun proses kalsinasi.
Pengamatan partikel dilakukan dengan
scanning electron microscope (SEM),
dilakukan pula analisis menggunakan FTIR.
Analisis distribusi ukuran pori dan luas
permukaan (BET surface area) dilakukan
menggunakan data adsorpsi-desorpsi
isotherm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan struktur berlapis MCM-50 menjadi MCM-41
Setelah proses vapour infiltration yang
dilakukan pada material MCM-SO diperoleh
struktur MCM-41. Keberhasilan perubahan
struktur tersebut dapat diketahui melalui
analisis dengan XRD seperti yang terlihat
pada Gambar 2. ,-... ::s «i '--' >-. .<::l tIl ~ MCM-50 ~ c:: B ..5
j\
r MCM-41 1 2 3 4 S 6 7 8 2theta (degrees) Gambar 2.Grafik XRD Struktur MCM-SODan MCM-41 Hasil Konversi
Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui
bahwa material dengan struktur berlapis
MCM-SOdapat diubah menjadi MCM-41. Ciri
struktur MCM-SO adalah terlihatnya
pengulangan grafik pada 2 theta 2,S dan S.
Sedangkan pada struktur MCM-41 yang
dihasilkan grafik pada daerah 2 theta S tidak
terlihat lagi. Mekanisme perubahan struktur
tersebut dapat dijelaskan melalui Gambar 3.
Pada Gambar 3.a terlihat ilustrasi struktur
MCM-SO sebelum dilakukan proses vapour
infiltration. Tampak jelas adanya susunan
material yang berlapis anatara surfaktan dan
silika. Apabila dilakukan kalsinasi maka
surfaktan akan terdekomposisi menjadi
gas-gas antara lain CO2, O2 dan uap H20
-....
kemudian meninggalkan sistem. Hal ini
mengakibatkan hilangnya suatu lapisan yang tersusun oleh surfaktan tersebut, sehingga
lapisan silika akan runtuh dan terjadi struktur
amorfase. Pada waktu proses vapour
infiltration, Si akan menyisip ke seluruh
bagian material sehingga terjadi pelapisan
pada seluruh bagian material tersebut, baik
sisi surfaktan maupun silika. Apabila proses
pelapisan terjadi secara sempurna maka
seluruh permukaan surfaktan telah terlapisi
oleh silika (Gambar 3.b). Pada waktu
dikalsinasi seluruh surfaktan akan
terdekomposisi dan meninggalkan sistem,
sehingga tersisa komponen silika yang
M.P.1.Vol.1 NO.3.Desember 2007, 45 - 50
(a)
Gambar 3.
Mekanisme Perubahan Struktur MCM-50 Menjadi MCM-41
(b)
Luas permukaan, volume pori dan
distribusi ukuran pori
Hasil analisis adsorpsi-desorpsi
isothermal menggunakan gas nitrogen pada 77 K, diketahui adanya struktur mesoporus pada material MCM-41 (Gambar 4).
Gambar 4 memperlihatkan grafik adsorpsi-desorpsi isotherm powder MCM-41 yang dihasilkan. Terjadi peningkatan volume nitrogen yang teradsorpsi pada daerah antara tekanan relatif 0,2 hingga 0,4. Hal ini menunjukkan adanya pori dengan struktur mesoporus. Tidak terlihat adanya hysteresis
700 500 500 ''''!
'"
E 400 .2••
e ~ 0 300/
> :200 100o
pada grafik, mengindikasikan struktur pori yang seragam pada bagian luar maupun bagian dalamnya. Hasil analisis BET surface
area multi point diketahui BET surface area:
1.300 m2/g dan volume pori 1,03 cm3/g.
Distribusi ukuran pori dengan metode BJH
dapat dilihat pada Gambar 5. Distribusi ukuran pori yang sempit pada material MCM-41 dengan ukuran pori rata-rata 2,4 nrn.
Spesifikasi tersebut menciptakan potensi untuk diaplikasikan sebagai supporting
katalis maupuan bahan baku pembuatan membran.
.Q. ad;orp1 en
.•..desorpt ion
o
0.1 0.2 0.3 OA 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Relatrve preS$yre (P/po)[-]Gambar4.
Perubahan Konstruksi Material Berlapis Menjadi Nano-Struktur MCM-41 (Hens Saputra &Anwar Mustafa) 0.20 0.10 0.05 10 Gambar 5.
Grafik SistribusiUkuran Pori Dengan Metode BJH
0,00
o 2 3
Sebagai bahan supporting katalis, BET
surface area yang luas memungkinkan untuk
terjadinya kontak antara zat-zat pereaksi
menjadi lebih besar frekwensinya sehingga
diharapkan dapat meningkatkan konversi
reaksi yang diharapkan. Sebagai bahan baku
pembuatan membran, adalah merupakan
salah satu persyaratan penting untuk
memperoleh produk membran yang memiliki selektivitas tinggi sangat dipengaruhi oleh distribusi ukuran porinya.
KESIMPULAN
• Struktur berlapis MCM-50 dapat
dikonversi menjadi struktur heksagonal
MCM-41 dengan metode vapor
infiltration.
• Stabilitas struktur MCM-41 sangat baik,
tahan terhadap temperatur yang tinggi,
sedangkan MCM-50 mudah rusak pada
suhu kalsinasi.
• BET surface area sampel MCM-41 yang
dihasilkan adalah 1.300 m2/g dan volume
456
Oiameter film]
7 8 9
pori 1,03 cm3/g. Distribusi ukuran pori
yang sempit merupakan indikasi tingkat
keseragaman pori yang balk, ukuran
rata-rata pori adalah 2,4 nrn.
• Berdasarkan karakteristik tersebut, maka
material MCM-41 berpotensi untuk
dijadikan sebagaisupporting catalyst dan
bahan untuk membuat membran.
DAFTAR PUSTAKA
--.. 1. Saputra, H., Synthesis and
Characterization of Zirconium-containing
Nanoporous Silica Membranes s Osaka
University, Japan, hal.8-10, 33-35,2003
2. Saputra, H., Pemanfaatan silikat untuk
pembuatan membran nanofiltrasi tahan
panas berstruktur hexagonal (MCM-41),
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Edisi Khusus, BPPT, Hal 343-347. 2003.
3. Saputra, H., Pembuatan dan
Karakterisasi Membran Silika-Alumina
MCM-41 Hidrophobik dan Hidrophilik
M.P.I.Vol.t No.3.Desember 2007,45 - 50
Prosiding Seminar Nasional Viable
Manufacturing System 2004, UII,
Yogyakarta, Hal 539-544, 2004.
4. Kresge, C.T., M.E. Leonowicz, W.J.
Roth, J.C. Vartuli, J.S. Beck, Ordered
mesoporous molecular sieves
synthesized by a liquid-crystal template
mechanism, Nature 359 710-712,1992.
5. Nishiyama, N., A. Koide, Y. Egashira,K.
Ueyama, Mesoporous MCM-48
membrane synthesized on a porous
stainless steel support, Chem.
Commun., hal.2147-2148A, 1998.
6. Burggraaf,J., Cot,L., Membrane Science
and Technology Series,4, Elsevier,
Netherlands, 1997.
7. H. G. Karge, J. Weitkamp, Molecular
Sieve 1,Springer, Germany, 1998.
RIWAYAT PENULlS
Hens Saputra, Lahir di Gisting, 18 April
1972. Lulus sarjana Teknik Kimia UPN
"Veteran" Yogyakarta tahun 1995.
Menamatkan Pendidikan Master Bidang
Chemical Engineering di Osaka University
Japan pada tahun 2003. Saat ini bekerja
sebagai peneliti di Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Industri Proses
(P3TIP), Deputi BidangTeknologi Industri
Rancang Bangun dan Rekayasa, BPPT.
Anwar Mustafa. Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, tanggal 18 September 1960, lulus
sarjana Teknik Kimia UPN "Veteran"
Yogyakarta tahun 1986 dan Master of
Engineering, Kagoshima University, Japan.
pada tahun 1995. Saat ini bekerja sebagai
peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri Proses, Deputi Bidang
Teknologi Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa, BPPT.