• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Landasan Teori

a. Teori X dan Y McGrego

McGregor mengemukakan dua pandangan mengenai manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y (positif). Individu yang bertipe X memiliki locus of control eksternal dimana mereka pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, berusaha menghindarinya dan menghindari tanggung jawab, sehingga mereka harus dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. Individu yang bertipe Y memiliki locus of control internal dimana mereka menyukai pekerjaan, mampu mengendalikan diri untuk mencapai tujuan, bertanggung jawab, dan mampu membuat keputusan inovatif (Robin dan Judge dalam Anugrah, 2012).

Auditor yang termasuk dalam tipe X jika mendapat tekanan ketaatan dan tugas audit yang kompleks dapat membuat judgment yang tidak tepat. Auditor tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai auditor, lebih suka menaruh keamanan diatas semua faktor yang dikaitkan dengan kerja, sehingga ketika mendapat tekanan ketaatan maupun menghadapi tugas yang kompleks maka mereka akan cenderung mencari jalan yang aman dan bahkan berperilaku disfungsional dalam membuat judgment. Sedangkan auditor yang termasuk dalam tipe Y dapat bertanggung jawab atas tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam

(2)

menjalankan tugas sebagai auditor. Auditor tidak akan terpengaruh meskipun ia mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks, sehingga dapat membuat judgment yang lebih baik dan tepat. b. Teori Peran (Role Theory)

Teori Peran (Role Theory) yang dikemukakan oleh Kahn et al. tahun 1964 sebagaimana yang disebutkan dalam Pfeffer (1982) bahwa teori Peran menekankan sifat individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang ditempatinya di lingkungan kerja dan masyarakat. Individu akan mengalami konflik dalam dirinya apabila terdapat dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada diri seseorang. Salah satu sumber stress yang pada umumnya dihadapi oleh banyak individu dalam setting pekerjaan adalah role stress (Fisher, 2001) atau job stress (Almer and Kaplan, 2002).

Tekanan dalam pekerjaan (role stress) menunjukkan seberapa luas ekspektasi serangkaian peran anggota organisasi menghadapi situasi yang mengandung tiga konstruk, yaitu: a) ketidakjelasan peran (ambiguity), b) ketidaksesuaian peran sehingga antar peran bertentangan satu dengan lainnya (conflict) dan c) beratnya tekanan dalam pekerjaan (overload) (Wolfe and Snoek, 1962).

Konflik peran terjadi ketika karyawan menghadapi ketidakcocokan harapan seperti kepatuhan pada satu ekspektasi akan membuatnya sulit atau tidak mungkin untuk secara efektif memenuhi ekspektasi yang lain

(3)

(Kahn et al. 1964), sementara ambiguitas peran muncul ketika karyawan tidak cukup informasi untuk kinerja yang efektif dari peran tertentu (Senatra, 1980). Role overload dinyatakan oleh Schick et al.(1990) terjadi ketika auditor memiliki beban pekerjaan sangat berat yang tidak sesuai dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki.

Teori peran tersebut mengasumsikan bahwa bila seorang auditor yang mandapatkan tekanan akan mengalami konflik dan konflik tersebut adalah sumber stress dari seorang auditor, sehingga cenderung dalam membuat judgmenet mereka akan membuat dibawah tekanan yang berakibat judgment yang dibuat tidak tepat dan tidak sesuai waktu yang telah ditetapkan. Berbeda dengan auditor yang tidak mendapat tekanan sehingga mereka yang tidak mendapat tekanan tidak akan mengalami stress dan mereka akan menghasilkan judgment yag tepat dan sesuai. 2. Auditing

a. Pengertian Auditing

Pengertian auditing menurut Arens et al.Terjemahan (2015), Auditing adalah sebagai berikut:

Pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menetukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 4) dalam Rifan Adil Prakoso (2015), Pengertian Auditing adalah:

(4)

Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

b. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAPI, 2011) yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

1) Standar umum

a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (seorang auditor dituntut untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran professionalnya secara cermat dan seksama.

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

(5)

c) Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3) Standar Pelaporan

a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada

ketidakkonsistenan penerapan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasan harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

(6)

c. Jenis Audit

Dalam (Sukrisno Agoes, 2013) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :

1) Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan standar Professional Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu.

2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan. Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap

(7)

penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operasinya.

Dalam (Sukrisno Agoes, 2013) Ditinjau dari jenis pemeriksaan,audit bisa dibedakan atas:

1) Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengertian efisien disini adalah, dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah ditetapkan atau berdaya guna. Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau berhasil/dapat bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ekonomis adalah dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang optimal atau dilaksanakan secara hemat.

2) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.

(8)

3) Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations).

4) Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.

d. Jenis-Jenis Auditor

Menurut Arens et al. yang telah diterjemahkan oleh Herman Wibowo (2015:15), mengemukakan tiga jenis auditor, yaitu:

1) Kantor Akuntan Publik (KAP)

KAP bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan

(9)

perusahaan lain yang cukup besar dan banyak perusahaan serta organisasi nonkomersial yang lebih kecil. Oleh karena luasnya penggunaan laporan keuangan yang telah diaudit dalam perekonomian Indonesia serta keakraban para pelaku bisnis dan pemakai lainnya, sudah lazim digunakan istilah auditor dan KAP dengan pengertian yang sama, meskipun ada beberapa jenis auditor. Sebutan KAP mencerminkan fakta bahwa auditor yang menyatakan pendapat audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai akuntan publik. KAP seringkali disebut audit eksternal atau audit independen untuk membedakannya dengan audit internal.

2) Auditor Internal Pemerintah

Auditor internal pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) guna melayani kebutuhan pemerintah. Porsi utama audi BPKP adalah dikerahkan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas operasional berbagai program pemerintah. Audit BPKP juga sangat dihargai dalam profesi audit.

3) Auditor Pajak

Direktorat Jendaral pajak bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab utamanya adalah mengaudit SPT wajib pajak untuk menentukan apakah SPT tersebut sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini murni

(10)

bersifat audit ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan itu disebut auditor pajak.

3. Audit Judgement

Makna judgement diterjemahkan sebagai pendapat, keputusan, dan pertimbangan. Menurut ISA 200 profesional judgement adalah penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing accounting dan standard etika, untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama berlangsungnya penugasan audit.

Menurut Jamilah, dkk (2007) audit judgement adalalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada penentuan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, status atau peristiwa lainnya. Judgement merupakan cara pandang auditor dalam menanggapi semua informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang dihadapi oleh auditor.

Hogart (1992) dalam Skripsi Wuri Restuningsih (2013) mengartikan judgement sebagai proses kongnitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgement merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilhan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgement tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Judgement merupakan suatu kegiatan yang selalu dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit

(11)

laporan keuangan dari suatu entitas. Judgement dalam audit tergantung pada kualitas dari keyakinan yang diperoleh melalui pengumpulan dan pengembangan bukti-bukti. Sementara itu, pengumpulan dan pengembangan bukti-bukti memerlukan upaya analisis atas fakta-fakta yang terjadi yang melatarbelakangi asersi yang sedang diaudit. Keyakinan hanya dapat didukung atas dasar sejauh mana seorang auditor dapat menjelaskan fakta-fakta dari bukti-bukti yang berhasil diurai. Dalam hal inilah kualitas diri dari setiap individu auditor juga mempengaruhi kualitas dari judgement yang dihasilkan. Setiap auditor dapat menghasilkan judgement yang berbeda untuk suatu penugasan audit yang sama. Sehingga auditor harus selalu mengasah kemampunnya karena semakin handal judgement yang diambil oleh auditor maka akan semakin handal pula opini audit yang dikeluarkan oleh auditor. 4. Tekanan Ketaatan

Tekanan ketaatan adalah jenis tekanan pengaruh social yang dihasilkan ketika individu dengan perintah langsung dari perilaku individu lain. Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk legitimasi power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena ada posisi khusus dalam stuktur hierarki organisasi Milgran (1974) dalam Hartanto dan Indra (2001). Dalam hal ini tekanan ketaatan diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor junior dari auditor senior atau atasan dan entitas yang diperiksa untuk melakukan

(12)

tindakan yang menyimpang dari standar profesionalisme. Intruksi atasan dalam suatu organisasi akan mempengaruhi perilaku bawahan karena atasan memiliki otoritas (Grediani dan Slamet, 2007).

Tekanan ketaatan ini timbul akibat adanya kesenjangan ekspektasi yang terjadi antara entitas yang diperiksa dengan auditor telah menimbulkan suatu konflik tersendiri bagi auditor. Dalam suatu audit umum (general audit atau opiniom audit), auditor dituntut untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan entitas untuk menghindari adanya pergantian auditor.

Pemberian opini wajar tanpa pengecualian tanpa bukti-bukti audit yang memadai, dapat berubah dari masalah standar audit (khususnya masalah standar pelaporan) ke masalah kode etik (independensi dan benturan kepentingan). Pemenuhan tuntutan entitas merupakan pelanggaran terhadap standar. Dan auditor yang tidak memenuhi tuntutan klien dianggap termotivasi untuk menerapkan standar audit (Theorodus, 2007).

Pada lingkungan Aparat Pengawasan Funsional Pemerintah (APFP) dalam (arti luas ) entitas tidak dapat mengganti auditornya karena auditor bekerja sesuai dengan fungsinya sebagai auditor pemerintah yang melakukan audit terhadap entitas di bawah pemerintah, seperti BUMN/BUMD. Secara tertulis belum terdapat peraturan yang membatasi bahwa auditor APFP yang telah melakukan audit beberapa kali pada satu entitas diganti. Tetapi demi menjaga idependensi biasanya instansi APFP membatasi auditor yang sama untuk melakukan audit maksimal 2 atau 3 kali audit dalam satu entitas. Tekanan

(13)

ketaatan pada lingkungan APFP lebih terfokus pada tekanan yang berasal dari atasan. Tekanan ini berupa perintah atasan kepada auditor yang memeriksa untuk merubah opini dengan mengabaikan bukti-bukti yang telah terkumpul agar bisa memberikan opini wajar tanpa pengecualian. Sangsi yang diberikan kepada auditor yang tidak mengikuti perintah atasan yaitu, auditor tersebut tidak akan diberi penugasan lagi di entitas tersebut. Sangsi tersebut lebih jauh lagi akan berdampak pada lambatnya kenaikan jenjang karir. Atasan termotivasi melakukan hal ini disebabkan adanya hubungan yang baik antara atasan dengan entitas yang diperiksa atau adanya imbalan yang diterima oleh atasan dari entitas tersebut. Contohnya terdapat aset bernilai material yang berasal dari penyertaan modal pemerintah pusat atau daerah yang telah digunakan oleh perusahaan. Atasan memerintahkan aset yang bernilai material di catat dulu oleh perusahaan karena jika dicatat itu akan berpengaruh pada opini yang dikeluarkan yaitu menjadi wajar dengan pengecualian.

a. Kepatuhan (Ketaatan) Terhadap Standar Akuntansi Keuangan

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011 : 410.1) kepatuhan (ketaatan) terhadap Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia:

“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia”.

Istilah Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang digunakan dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak tidak mengharuskan auditor untuk menyatakan

(14)

tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut.

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan go public di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, dan selanjutnya diatur dalam peraturan Badan Pemeriksa Pasar Modal tentang Kewajiban penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Badan Pemeriksa Pasar Modal. Hal ini sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).

b. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan (Ketaatan)

Menurut Feuer Stein, et all dalam Niven (2002:198) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:

a) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

(15)

negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

b) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu, biasanya orang cenderung malas melakukan pada tempat yang jauh. c) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program- program yang dijalankan. d) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi.

(16)

e) Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

f) Dukungan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan.

5. Kompleksitas Tugas

Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Kompleksitas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan (Jamilah, dkk 2007). Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity).

(17)

Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstuktur, membinggungkan,dan sulit (Sanusi dan iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas tinggi dan sulit, sementara yang lain mempresepsikannya sebagai tugas yang mudah (Jimbalvo dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dapat dipahami dan ambigu (Puspitasari, 2010). Kompleksitas dapat muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah. Baik dalam tugas – tugas yang utama maupun tugas – tugas yang lain. Pada tugas yang membingungkan, ambigu, dan tidak terstruktur, alternatif - alternatif yang ada menjadi tidak dapat didefinisikan sehingga tidak dapat memperoleh data dan tidak isa memprediksi output dari hasil data tersebut. Chung dan Monroe (2001) mengemukakan argumen yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan

b. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil) yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan.

Terdapat penelitian yang mengemukakan bahwasanya Kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah pengalaman dan pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh (Abdolmohammadi dan Wright 1987) dalam Jamilah, dkk (2007) yang menunjukkan bahwa semakin banyak pengetahuan, dan pengalaman auditor. Bisa dikatakan sebagai auditor senior. Di yakini bahwa auditor kurang berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan

(18)

yang lebih signifikan dibandinkan dengan auditor yang lebih berpengalaman dan melaksanakan tugas audit. Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa peningkatan kompleksitas tugas dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini dapat menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan seorang auditor menjadi tidak konsistensi dan tidak akuntanbilitas. Adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat oleh auditor.

6. Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini dibuat peneliti-peneliti terdahulu telah membuat penelitian yang berkaitan dengan tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengetahuan, persepsi etis dan juga audit judgement. Penelitian tentang hubungan tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan audit judgement dilakukan oleh Siti Jamilah, dkk (2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement sedangkan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto dan Indra (2001) yaitu tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit judgement.

Fitrianingsih (2011) meneliti tentang pengaruh gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Sampel penelitian ini adalah auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) Surakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender dan tekanan ketaatan tidak

(19)

berpengaruh terhadap audit judgment. Sedangkan kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

Anugrah (2012) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit judgment. Ada beberapa faktor yang tercantum dalam penelitian ini antara lain gender, pengalaman audit, keahlian audit, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gender, pengalaman audit, dan keahlian audit berpengaruh positif terhadap audit judgment yang diambil oleh auditor sedangkan tekanan ketaatan berpengaruh negative terhadap audit judgment. Untuk kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment yang diambil oleh auditor.

Penelitian lain dilakukan oleh Zulaikha (2006). Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh (main effect) signifikan terhadap keakuratan judgement . Ini menandakan bahwa auditor dalam situasi adanya tekananan baik dari atasan maupun klien akan cenderung membuat judgement yang kurang tepat, sedangkan pada situasi tugas yang kompleks tidak mempengaruhi auditor dalam pengambilan judgement untuk menentukan pendapat terhadap laporan hasil auditan.

Rahmawati Hanny Yustrianthe (2012). Peneliti ini secara empiris meguji beberapa faktor yang mempengaruhi audit judgement, faktor – faktor tersebut adalah gender, tekanan ketaatan, kerumitan tugas dan pengalaman. Responden dalam penelitian ini adalah para auditor pemerintah yang ada di jakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mendistribusikan 400 questionaire dengan tingkat respon sebesar 52,5%. Pengujian hypotesis yang

(20)

digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah bahwa tekanan ketaatan dan kerumitan pekerjaan sangat berpengaruh pada audit judgement. Sedangkan gender dan pengalaman tidak berpengaruh pada audit judgement. Hal tersebut bisa terjadi karena (1) Baik audit laki – laki maupun perempuan dituntut untuk profesional (2) Masa jabatan auditor yang tidak diimbangi oleh berbagai jenis penugasan audit dan berbagai jenis perusahaan yang telah diaudit dan diyakini memiliki dampak pada kekuatan penilaian yang dibuat oleh auditor.

Ni Luh Kadek Puput Raiyani dan I. D. G. Dharma Suputra (2014). Audit judgment memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesimpulan akhir. Sehingga akan berpengaruh pada pendapat yang akan dikeluarkan oleh auditor terutama penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, pengalaman, kompleksitas tugas dan Locus of Control terhadap audit judgment. Data yang digunakan adalah data primer menggunakan kuesioner sebagai instrumen teknik pengumpulan data yang disebarkan pada responden. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di Bali. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 65 kuesioner, sedangkan yang digunakan untuk analisis lebih lanjut sebanyak 48 kuesioner. Teknik analisis yang digunakan analisis linear berganda dan penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan, pengalaman, kompleksitas tugas, dan locus of control, mempunyai pengaruh signifikan secara silmultan dan parsial terhadap audit judgment.

(21)

Table 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti (tahun) Variable Hasil

Penelitian 1. Siti Jamilah,dkk (2007) Variable Independen Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Variable Dependen Audit Judgement Gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan judgement sedangkan tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit judgement 2. Hartanto dan Indra

,(2001) Variable Independen Tekanan Ketaatan Variabel dependen: Audit judgment Tekanan ketaatan secara signifikan berpengaruh terhadap audit judgement. Auditor yang Mendapat tekanan ketaatan, dan gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap judgement auditor yang mendapat tekanan ketaatan 3. Fitrianingsih (2011) Variable Independen gender, tekanan ketaatan dan kompleksias tugas. Variabel dependen: Audit judgment Gender, tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Kompleksitas tugas berpengaruh secara

(22)

No Peneliti (tahun) Variable Hasil Penelitian signifikan terhadap audit judgment 4. Anugrah (2012) Variabel Independen : gender, pengalaman audit, keahlian audit, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas Variabel dependen: Audit judgment Gender, pengalaman audit, keahlian audit berpengaruh positif terhadap audit judgment. Tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas berpengaruh negative terhadap audit judgment 5. Zulaikha,(2002) Variabel Independen : Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Variabel dependen: Audit judgment Sebagai auditor, peran ganda perempuan ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap akuratnya informasi yang diproses dalam membuat judgement. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh (main effect) signifikan terhadap keakuratan judgement. 6. Rahmawati, (2012) Variabel Independen : gender, pengalaman audit, tekanan

Hasil penelitian ini adalah bahwa tekanan ketaatan dan kerumitan pekerjaan sangat

(23)

No Peneliti (tahun) Variable Hasil Penelitian ketaatan dan kompleksitas tugas Variabel dependen: Audit judgment berpengaruh pada audit judgement

7. Ni Luh Kadek Puput Raiyani dan I. D. G. Dharma Suputra (2014) Variabel Independen : pengetahuan, pengalaman, kompleksitas tugas dan Locus of Control Variabel dependen: Audit judgment

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan, pengalaman, kompleksitas tugas, dan locus of control, mempunyai pengaruh signifikan secara silmultan dan parsial terhadap audit judgment.

B. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

1. Pengaruh Perbedaan Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgment

Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dalam keadaan ini, auditan bisa mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan auditor. Auditan bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Auditor secara umum dianggap termotivasi oleh etika profesi standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tuntutan auditan berarti melanggar standar. Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, bisa mendapatkan saksi oleh klien berupa kemungkinan penghentian

(24)

penugasan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pritta Amina Putri (2013) menunjukkan bukti bahwa auditor dengan Tekanan Ketaatan yang lebih kecil akan memberikan Audit Judgement yang lebih berkualitas dan Auditor yang mendapatkan perintah tidak tepat baik itu dari atasan ataupun dari klien cenderung akan berperilaku menyimpang. Tekanan ketaatan yang diterima oleh seseorang auditor dapat berbeda antara pria dan wanita mengingat adanya perbedaan secara psikologis. Pria pada umumnya tidak menggunakan seluruh informasi yang tersedia dalam mengelola suatu informasi, sehingga keputusan yang diambil menjadi kurang komprehensif ( Jamilah, dkk., 2007). Sedangkan wanita dalam mengelola suatu informasi cenderung lebih teliti dan menggunakan informasi yang lebih lengkap.

2. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment

Kompleksitas tugas merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja audit judgement. Pemahaman mengenai kompleksitas tugas audit yang berbeda dapat membantu para manajer membuat tugas lebih baik dan pelatihan pengambilan keputusan (Bonner, 2002). Jamilah, dkk. (2007) menjelaskan terdapat dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas, yaitu tingkat kesulitan tugas dan stuktur tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur tugas terkait dengan kejelasan

(25)

informasi (information clarity). Adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat oleh auditor. Berdasarkan teori motivasi X dan Y, apabila dihadapkan pada suatu tugas dengan kompleksitas yang tinggi auditor akan cenderung termasuk dalam tipe X.

Auditor tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya. Akibatnya auditor tidak mampu mengintegrasikan informasi menjadi suatu judgment yang baik. Teori penetapan tujuan oleh Edwin Locke juga menjelaskan bahwa auditor yang tidak mengetahui tujuan dan maksud dari tugasnya juga akan mengalami kesulitan ketika harus dihadapkan pada suatu tugas yang kompleks. Auditor tersebut tidak mengetahui sasaran apa yang harus dia capai dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat mempengaruhi keakuratan dari judgment yang diambilnya.

Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) dalam Skripsi Rifan Adil Prakoso (2015) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Auditor merasa bahwa tugas audit yang dihadapinya merupakan tugas yang kompleks sehingga auditor mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan tidak dapat membuat judgment profesional. Akibatnya judgment yang diambil oleh auditor tersebut menjadi tidak sesuai dengan bukti yang diperoleh. Dan perbedaan kompleksitas tugas dilihat dari perbedaan gendernya Wanita memiliki daya ingat yang tajam terhadap suatu informasi yang baru serta memiliki pertimbangan moral yang lebih tinggi daripada pria (Jamilah, dkk., 2007). Hal ini sesuai dengan temuan literatur psikologis

(26)

TEKANAN KETAATAN

kognitif dan pemasaran bahwa wanita lebih efisien dan efektif dalam memproses suatu informasi ketika menghadapi kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan. Argumen ini didukung oleh hasil penelitian dari Chung dan Monroe (2001), Rochmawati (2004), Ruegger dan King (1992).

Gambar 2.1 Model Konseptual C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan untuk di teliti yang sebenarnya perlu di uji secara empiris (uji statik). Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. H1 : Diduga tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgement. 2. H2 : Diduga kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgement.

KOMPLEKSITAS TUGAS

AUDIT JUDGEMENT

Gambar

Gambar 2.1  Model Konseptual  C.  HIPOTESIS

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Pihak perusahaan mengantarkan langsung limbah solid ini ke lokasi peternak, pemberian limbah solid harus dicampur dengan bahan pakan lainnya yang ada disekitar lokasi

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Bauran pemasaran dari suatu perusahaan tidak h a n y a m - cakup kegiatan menciptakan produk yang bermutu, menetapkan harga yang menarik dan mengusahakan agar dapat diraih de-

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Hal ini didukung oleh Guniarti (2014) yang menunjukkan leverage berpengaruh positif terhadap aktivitas hedging, sedangkan Ahmad dan Haris (2012) menunjukkan leverage

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I, siklus