• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN. Bogor, Agustus Indah Ariyani NRP. A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERNYATAAN. Bogor, Agustus Indah Ariyani NRP. A"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Kajian Pengembangan Masyarakat Penguatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak di terbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir kajian pengembangan masyarakat ini.

Bogor, Agustus 2007

Indah Ariyani NRP. A 154034045

(2)

INDAH ARIYANI. Strengthening of Society Participation in Imbal Swadaya Program at Curug Village, Gunung Sindur District, Bogor Regency. Under guidance by DJUARA P. LUBIS and NINUK PURNANINGSIH.

Social participation in the development has important role. Participation happened was more caused by certain interest and done by the same people. Success of Imbal Swadaya Program (PIS) at Curug Village in implementation of pavement project that is able to stimulate society participation should be paid attention in order to sustain implementation of the next development program by self-help from society in supporting development at Curug.

The aim of this study is to know type of Society participation in implementation of PIS, to know the level of society participation, to know factors having effect of type and level society participation, to know the role of social and physical capital as strengthening of existing society participation in Curug and together with society to plan development program of society ability. The result expected from this study is to be able to give contribution of idea in empowerment society.

The result of this study shown that generally type of society participation emerged in PIS implementation covers participation in making decision, contribution of fund, physical activity, land, and using the result as well. The type participation of Curug society emerged is caused several factors, characteristic of individual people of Curug that effect availability of type and level participation, covering motivation, ability in organization, willingness. Management of this program as factor that influent external participation covering opportunity of participation, effectiveness of communication and leadership as well.

To strengthen participation is important to underline that society should aware to be responsible in development in their village. Program proposed covers increase of society participation, by increasing development communication in many activity such as religion study, society meeting like RT and RW . The next program proposed is to repair northen ring road of village by organizing both of financial sources, fund from society and grant of village development (PIS).

(3)

INDAH ARIYANI. Penguatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Di bimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan NINUK PURNANINGSIH.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan memiliki peran yang penting. Partisipasi yang terjadi lebih disebabkan karena kepentingan tertentu dan dilakukan oleh sedikit warga serta dilakukan oleh orang-orang yang sama. Keberhasilan Program Imbal Swadaya (PIS) di Desa Curug dalam pelaksanaan proyek pengaspalan jalan yang menunjukkan keberhasilan dalam merangsang swadaya masyarakat patut diperhatikan agar dalam pelaksanaan program pembangunan selanjutnya swadaya masyarakat tetap bisa sustain dalam mendukung pembangunan di Desa Curug.

Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PIS, mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PIS, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam PIS, untuk mengetahui peran modal sosial dan modal fisik sebagai bentuk penguatan partisipasi warga yang sudah ada di Desa Curug, dan bersama-sama masyarakat merancang program pengembangan kemampuan masyarakat. Hasil yang diharapkan dari kajian ini agar dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pemberdayaan masyarakat.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum bentuk partisipasi yang muncul pada saat pelaksanaan PIS meliputi partisipasi dalam pengambilan keputusan, menyumbangkan dana, menyumbangkan tenaga, mengorbankan tanah serta memanfaatkan hasil. Bentuk partisipasi warga Desa Curug yang muncul dalam pelaksanaan PIS tersebut tidak terlepas dari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Karakteristik Individu masyarakat Desa Curug yang melatarbelakangi munculnya bentuk dan tingkat partisipasinya meliputi di dalamnya motivasi warga, kemampuan berorganisasi dan kemauan berpartisipasi warga. Manajemen program sebagai faktor yang mempengaruhi partisipasi dari luar meliputi adanya kesempatan berpartisipasi, efektivitas komunikasi dan kepemimpinan.

Untuk menguatkan partisipasi, perlu ditekankan agar masyarakat merasa ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan di desanya. Program yang disarankan meliputi peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa melalui peningkatan komunikasi pembangunan desa di berbagai kegiatan kemasyarakatan seperti dalam pengajian-pengajian pertemuan-pertemuan RT dan RW. Program selanjutnya yang disarankan adalah perbaikan jalan lingkar utara desa melalui kegiatan pengelolaan dana dari masyarakat dan pengajuan usulan bantuan dana pembangunan desa melalui program imbal swadaya.

(4)

F

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

(5)

IMBAL SWADAYA DI DESA CURUG

KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR

INDAH ARIYANI

Kajian Pengembangan Masyarakat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada

Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Swadaya di Desa Curug Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor

Nama : Indah Ariyani Nrp : A 154034045

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengembangan Masyarakat

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada hamba-hambanya. Salam dan shalawat serta iringan doa kepada Muhammad Rasulullah saw.

Dalam proses penyiapan karya ilmiah ini, di samping merujuk pada sejumlah pustaka yang ada, penulis juga melakukan sejumlah diskusi dan mendapatkan masukan berharga dari berbagai pihak. Banyak masukan, kritik dan saran yang penulis terima demi penyelesaian karya ilmiah ini. Tema yang dipilih sejak bulan Nopember 2004 ini ialah partisipasi, dengan judul Penguatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS dan Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si selaku pembimbing. Di samping itu pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Syaifullah selaku Kepala Desa Curug beserta staf serta masyarakat Desa Curug yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami dan anakku tercinta serta seluruh keluarga besarku atas dukungan dan kasih sayangnya. Khusus kupersembahkan untuk almarhumah ibu, terima kasih untuk dorongan yang tak pernah berhenti selama ini. Juga kepada teman-teman di MPM semoga sukses selalu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2007

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo Jawa Tengah pada tanggal 2 Juni 1975 dari ayah H. Muhammad Ichwan dan ibu Hj. Worowati Hayuningsih. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara yang kesemuanya perempuan.

Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Surakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sebelas Maret Surakarta melalui jalur PMDK. Penulis memilih Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum UNS dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1998 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, dan tahun 2002 pindah tugas di Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri di Jakarta.

Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister profesional pada program studi pengembangan masyarakat pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) diperoleh pada tahun 2004. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari proyek CERD di Departemen Dalam Negeri.

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv

PENDAHULUAN ……… 1 Latar Belakang ……… 1 Rumusan Masalah ………... 4 Tujuan Kajian ………. 4 Kegunaan Kajian ………. 5 TINJAUAN PUSTAKA ………... 6 Partisipasi ……… 6 Jenis-jenis Partisipasi ……….. 8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Berpartisipasi ……….. 12

Arti Penting Partisipasi ………... 14

Keberlanjutan ……….. 15 Kemandirian ……… 16 Modal Sosial ………... 17 Modal Fisik ………. 17 Pembangunan Pedesaan ………. 18 Kerangka Pemikiran ……… 20 METODE KAJIAN ..……… 22

Lokasi dan Waktu Kerja Lapangan ………. 22

Metode Pengumpulan Data ………. 22

Penentuan Responden dan Informan ………... 23

Variabel, Indikator, Definisi Operasional, Parameter dan Pengukuran ………..……….. 23

(10)

PETA SOSIAL DESA CURUG ……….. 30

Lokasi ……….. 30

Kependudukan ……… 31

Struktur Masyarakat ……… 35

Kelembagaan Desa ………. 36

Kondisi pertanian ……… 39

Kondisi Non Pertanian ……… 39

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA ………….. …..…... 41

Deskripsi Kegiatan ……….. 41

Program P3SD-PIS di Desa Curug ………. 46

Pengembangan Ekonomi Lokal ……….. 47

Modal Sosial ……….………. 49

PARTISIPASI MASYARAKAT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ……… 50

Bentuk dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam PIS ……….. 51

Faktor-faktor Yang mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat ……… 55 Karakteristik Individu ……… 55 1. Motivasi ………..……….. 55 2. Kemampuan Berorganisasi ..………. 59 3. Kemauan Berpartisipasi ……….………….. 62 Manajemen Program ……..………..……….. 64 1. Kesempatan Berpartisipasi ………. 64 2. Efektivitas Komunikasi ……… 67 3. Kepemimpinan …….……… 70 Ikhtisar ……… 72

(11)

PENGUATAN PARTISIPASI MASYARAKAT ……… 75 Modal Fisik dan Modal Sosial ……… 75 Penyusunan program Pengembangan Masyarakat ……….. 77

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKSANAAN ……... 83

Kesimpulan ………. 83

Rekomendasi Kebijakan ………. 84

DAFTAR PUSTAKA 86

(12)

Halaman

1. Variabel, indikator, definisi operasional & parameter yang digunakan dalam mengolah data Penguatan partisipasi masyarakat di Desa Curug ……… 24 2. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Desa Curug Tahun

2003 ………

30 3. Jumlah Penduduk di Desa Curug Berdasarkan Golongan Usia

dan Jenis Kelamin Tahun 2003 ….………….……… 32 4. Persentase Penduduk Desa Curug menurut Jenis Pekerjaan Pada

Tahun 2002 dan 2003 ……….. ……….. 33 5. Kualitas Sumber Daya Manusia Dirinci menurut Pendidikan

yang Ditamatkan di Desa Curug Tahun 2003 ………... 35 6. Peruntukan dan Besaran Dana yang berasal dari APBD

Kabupaten Bogor Tahun 2003 ………..……… 43 7. Panjang Jalan di Desa Curug yang diselesaikan dengan swadaya

masyarakat Tahun 2003 ….………..……. 47 8. Jumlah (dalam rupiah) Partisipasi Masyarakat Desa Curug untuk

PIS Tahun 2003 ...……….

48 9. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden menurut

Bentuk Partisipasi di Desa Curug Tahun 2004 ……….

53 10. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan

Motivasi dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug Tahun

2004 ……….. 56

11. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kemampuan Berorganisasi dalam Program Imbal Swadaya di

Desa Curug Tahun 2004 ………... 59

12. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kemauan Berpartisipasi dalam Program Imbal Swadaya di

Desa Curug Tahun 2004 ………... 64

13. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kesempatan Berpartisipasi dalam Program Imbal Swadaya di

(13)

Efektivitas Komunikasi dalam Program Imbal Swadaya di

Desa Curug Tahun 2004 ………... 68

15. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kepemimpinan dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug

Tahun 2004 ………... 71

16. Hubungan antara Bentuk Partisipasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Warga pada saat pelaksanaan PIS ….

73 17. Permasalahan Umum Masyarakat dalam PIS, Program serta

Kegiatan Pembangunan Desa Curug ………. .……….

(14)

Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penguatan Partisipasi Masyarakat ……….. 21

(15)

Halaman

1. Proses/Mekanisme P3SD Pola Imbal Swadaya Tahun 2003 ... 88 2. Kerangka Tujuan Program Imbal Swadaya (PIS) ………... 89 3. Daftar Responden Penyusunan Kajian Pengembangan

Masyarakat Desa Curug Kecamatan Gunungsindur Kabupaten

Bogor ………... 90

4. Daftar Skor Variabel Tingkat Partisipasi dalam PIS …………... 91 5. Tingkat dan Bentuk Partisipasi yang Muncul pada saat PIS …... 92 6. Daftar Skor Variabel Karakteristik Individu pada Indikator

Motivasi ………... 93

7. Daftar Skor Variabel Karakteristik Individu pada Indikator

Kemampuan Berorganisasi ………. 94 8. Daftar Skor Variabel Karakteristik Individu pada Indikator

Kemauan Berpartisipasi ……….. 95 9. Daftar Skor Variabel Manajemen Program pada Indikator

Kesempatan Berpartisipasi ……….. 96 10. Daftar Skor Variabel Manajemen Program pada Indikator

Efektivitas Komunikasi ………...

97 11. Daftar Skor Variabel Manajemen Program pada Indikator

Kepemimpinan ………

98 12. Daftar Pertanyaan Penelitian (Pedoman Wawancara) ………… 99

(16)

Latar Belakang

Arti pembangunan masyarakat yang sebenarnya adalah pembangunan masyarakat dari bawah (bottom up), di mana masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki hak untuk berperan serta atau pun terlibat dalam pengembangan lingkungannya. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan ini meliputi keterlibatan baik dalam proses tahap penentuan tujuan maupun dalam pelaksanaan tindakan perubahan (Hikmat, 2001). Untuk konteks Indonesia, konsep pembangunan masyarakat lebih memungkinkan dengan menerapkan model pendekatan locality development (pembangunan lokal) yang bertumpu pada lokal geografis. Pendekatan pembangunan lokal ini diharapkan lebih mampu menggerakkan masyarakat yang memiliki kesamaan kebutuhan dan kepentingan dibandingkan dengan konsep wilayah yang lebih luas. Namun demikian, tidak semua masalah dapat diatasi di tingkat lokal sehingga perlu diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat di tingkat yang lebih luas (regional atau nasional). Kendala yang terjadi adalah peran pemerintah yang terkadang terlalu dominan dalam perencanaan pembangunan masyarakat sampai di tingkat lokal, sehingga tidak membawa titik temu antara program pembangunan masyarakat dan kebutuhan aktual masyarakat itu sendiri.

Jack Rothman, yang dikutip oleh Hikmat (2001), menuliskan bahwa pembangunan di tingkat desa bersumber pada satu pandangan bahwa perubahan-perubahan masyarakat dapat dicapai secara optimal bila ditempuh melalui partisipasi aktif yang luas dari seluruh masyarakat tingkat paling bawah (grassroot) dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tindakan-tindakan. Hasil yang ingin dicapai tidak hanya tujuan akhir, tetapi juga proses untuk mencapai tujuan akhir tersebut sehingga tujuan utamanya yakni mengembangkan kemampuan masyarakat dapat berfungsi secara integratif.

Sumartono (1984) mengemukakan bahwa, struktur dan kondisi permasalahan yang selalu ada di masyarakat salah satunya adalah kurang aktifnya partisipasi dari warga masyarakat. Hal-hal yang mempengaruhi keaktifan masyarakat dalam berpartisipasi di antaranya adalah adanya tradisi-tradisi yang

(17)

mengikat mereka, yang sifatnya cenderung tertutup dari pengaruh luar, adanya sikap kepatuhan pada pimpinan yang berlebih sedangkan pimpinan itu sendiri kurang memiliki sikap perubahan atau tidak responsif terhadap perubahan yang datang dari luar. Secara umum menurut Sumartono (1984), masyarakat memiliki pendidikan yang rendah sehingga hal ini berpengaruh terhadap kemampuan memahami berbagai persoalan yang ada di lingkungannya, dan berimbas pada kurangnya kemampuan dan kemauan untuk memecahkan persoalannya.

Pemerintah Kabupaten Bogor menekankan percepatan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional, yang sekaligus merupakan bagian penting dari latar belakang yang ada dalam Pedoman Umum Pelaksanaan Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Desa Pola Imbal Swadaya (P3SD-PIS). Wujud nyata dari komitmen tersebut adalah, digulirkannya P3SD-PIS yang selanjutnya disebut dengan Program Imbal Swadaya (PIS).

Hal lain yang melatarbelakangi digulirkannya program dimaksud adalah kemampuan anggaran yang sangat terbatas dan begitu besarnya jumlah prasarana dan sarana yang harus dibangun. Dalam buku Pedoman P3SD-PIS disebutkan bahwa dalam rangka otonomi daerah dan otonomi desa, PIS diharapkan menjadi media pembelajaran dan pengembangan kemampuan aparat pemerintah dan masyarakat, membangun kesadaran terhadap perubahan arah dan nafas pembangunan, serta mewujudkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Disebutkan pula di dalamnya bahwa salah satu tujuan dari program ini adalah menekankan pada peningkatan partisipasi dan kemampuan masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan.

Sebagai salah satu penyandang status desa yang berada di pinggiran kota Jakarta, Desa Curug mempunyai komposisi penduduk yang heterogen. Adanya kecenderungan sikap masyarakat yang bergeser menjadi kurang atau tidak peduli terhadap pembangunan di lingkungan adalah merupakan fenomena yang ada di setiap wilayah di pinggiran Kota Jakarta.

Keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di Desa Curug selalu diharapkan, namun pada program pembangunan desa

(18)

sebelumnya, berdasarkan hasil laporan perrtanggungjawaban kepala Desa Curug tahun 2002 disebutkan bahwa Daftar Usulan Rencana Proyek/kegiatan dari RW/RT melalui kepala dusun yang bersangkutan, belum berjalan dengan tertib sehingga menyulitkan penyusunan proyek/kegiatan pembangunan dalam APB-Desa. Beberapa program/proyek/kegiatan telah diupayakan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat yakni dengan memberikan stimulan dalam rangka menggali swadaya masyarakat.

PIS mengalami keberhasilan dalam pelaksanaan programnya. Artinya sesuai dengan tujuan PIS yakni menumbuhkan partisipasi dan swadaya masyarakat yang ada, maka dalam pelaksanaan PIS di Desa Curug ini memunculkan swadaya murni masyarakat yang apabila dinominalkan ternyata berjumlah besar.

Partisipasi masyarakat dalam konteks pembangunan desa mencakup keikutsertaan warga dalam proses pengambilan keputusan dan dalam penerapan program yaitu adanya pembagian keuntungan atau manfaat dari hasil pelaksanaan kegiatan serta keterlibatan warga dalam mengevaluasi kegiatan tersebut. Menurut Sumarjo dan Saharudin (2004) seseorang untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan ada tiga prasyarat, yaitu adanya kesadaran pada diri yamg bersangkutan tentang adanya kesempatan, dan adanya kemauan (sikap positif terhadap sasaran partisipasi), serta didukung oleh kemampuan (inisiatif untuk bertindak dengan komitmen dan menikmati hasilnya). Kemauan dan kemampuan merupakan potensi yang dimiliki oleh pelaku secara individu maupun kelompok. Kesempatan dipengaruhi oleh lingkungan dimana pelaku tinggal. Kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dipengaruhi oleh faktor tertentu terutama ketersediaan sarana dan prasarana fisik, kelembagaan (formal dan lokal), kepemimpinan (formal dan lokal), pengaturan dan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Dari potensi-potensi yang ada dalam masyarakat yang serba terbatas digalang dan dihimpun dalam suatu wadah kebersamaan yang mereka percaya dan hormati yaitu kelompok-kelompok swadaya usaha bersama, maka mereka akan mampu mengatasi masalah-masalah dengan kekuatan mereka sendiri.

(19)

Urgensi penguatan partisipasi di Desa Curug pada intinya adalah semakin bergesernya rasa kebersamaan warga dalam hal pembangunan di desanya. Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk kepentingan bersama selama ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang sama. Sedangkan kebanyakan orang lainnya selama ini hanya di sibukkan oleh kepentingan dirinya masing-masing. Keadaan yang demikian apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadikan kebersamaan yang sudah melembaga selama ini akan semakin terkikis. Faktor lain yang mempengaruhi partisipasi warga desa Curug adalah karena selama ini kesempatan yang diberikan untuk ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan adalah sangat terbatas, hal ini didukung dengan kebiasaan masyarakat yang hanya selalu menurut atau tunduk kepada tokoh-tokoh di desanya.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, secara terperinci masalah-masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat Desa Curug pada pelaksanaan PIS ? 2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Desa Curug pada pelaksanaan

PIS ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat pada pelaksanaan PIS tersebut ?

4. Bagaimana peran modal sosial dan modal fisik terhadap penguatan partisipasi warga yang sudah ada di Desa Curug ?

Tujuan Kajian

Tujuan pokok dari kajian ini adalah merumuskan strategi peningkatan partisipasi masyarakat melalui komunikasi antar stakeholder yang ada di Desa Curug dengan mengkaji model mediasi dan penyelesaian persoalan-persoalan masyarakat, yang biasa dilakukan oleh warga masyarakat, mengkaji tantangan dan hambatan pembangunan kapasitas diri masyarakat dalam berpartisipasi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengkaji arah penggalian informasi yang berujung pada rekonstruksi model dan strategi penguatan

(20)

masyarakat melalui partisipasi. Secara rinci tujuan yang akan dicapai adalah untuk :

1. Mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PIS. 2. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PIS.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam PIS.

4. Mengetahui peran modal sosial dan modal fisik sebagai bentuk penguatan partisipasi warga yang sudah ada di Desa Curug.

5. Bersama-sama masyarakat merancang program pengembangan kemampuan masyarakat.

Kegunaan Kajian

Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pemberdayaan masyarakat, yaitu :

1. Bagi masyarakat, hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi aktifitas warga dalam mengelola suatu kegiatan yang bersifat partisipatif. 2. Bagi pemerintah pusat dan daerah, hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai

bahan dalam penyusunan dan penyempurnaan kebijakan, misalnya tentang kondisi awal partisipasi masyarakat sebelum masuknya suatu program pembangunan.

3. Bagi akademisi dan praktisi pengembangan masyarakat, hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk kepentingan penelitian atau kajian lebih lanjut.

(21)

Partisipasi

Mengutip dari tulisan Tanjung (2003), definisi dari partisipasi adalah keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi sosial tertentu. Artinya, seseorang berpartisipasi dalam suatu kelompok kalau ia mengidentifikasikan dirinya dengan (atau ke dalam) kelompok tersebut melalui bermacam sikap “berbagi”, yaitu berbagi nilai tradisi, berbagi perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama, serta melalui persahabatan pribadi.

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat terdapat satu pernyataan dari Cruig dan Mayo yang dikutip oleh Tanjung (2003) bahwa “empowerment is road to participation” yang berarti bahwa pemberdayaan adalah jalan atau sarana untuk menuju partisipasi masyarakat. Karena itu dalam suatu upaya partisipasi maka tidak boleh mengabaikan peningkatan pemberdayaan masyarakat, karena pemberdayaan dan partisipasi merupakan dua hal yang saling berkait.

Tanjung (2003) menuliskan bahwa partisipasi dapat dinyatakan sebagai memberi manusia lebih banyak peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan pembangunan, yang berarti memperkuat manusia untuk mengerahkan kapasitas mereka sendiri, menjadi aktor sosial ketimbang subyek yang pasif, mengelola sumberdaya, membuat keputusan dan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Loekman (1995) menyatakan bahwa terdapat dua jenis partisipasi yang beredar di masyarakat. Definisi pertama diberikan oleh perencana pembangunan formal di Indonesia, yang mengartikan partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana / proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini pun diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Definisi kedua yang ada dan berlaku universal adalah partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat

(22)

antara perencana dengan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini ukuran yang dipakai untuk mengukur tinggi rendahnya partisipasi, selain kemampuan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan juga dilihat ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun diwliayah mereka. Selain itu juga diukur dengan ada tidaknya kemauan juga kemampuan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.

Madrie (1986) berpendapat ada beberapa hal yang penting yang merupakan eksistensi suatu partisipasi, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pada partisipasi terdapat adanya keterlibatan mental dan emosional dari

seseorang yang berpartisipasi.

2. Pada partisipasi terdapat adanya kesediaan dari seseorang untuk memberi kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.

3. Suatu partisipasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan berkelompok atau suatu komunitas dalam masyarakat.

4. Pada partisipasi akan diikuti oleh adanya rasa tanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan seseorang.

5. Pada partisipasi terkandung didalamnya hal yang akan menguntungkan bagi individu, artinya menyangkut adanya pemuasan akan tercapainya suatu tujuan bagi dirinya.

Tonny (2004) menyatakan bahwa partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif.

Dengan melihat definisi-definisi tentang partisipasi tersebut maka ada beberapa syarat untuk mencapai partisipasi dalam pembangunan, yaitu :

1. Adanya kesadaran dan kerelaan untuk terlibat dalam program atau kegiatan pembangunan secara ikhlas.

2. Adanya peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan pembangunan. 3. Adanya jaminan dalam memberikan kontribusinya dalam pembangunan.

(23)

4. Adanya kemauan, kemampuan dan tanggung jawab dalam ikut serta melestarikan dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai.

5. Adanya kerjasama dari aparat pemerintah dan anggota masyarakat dalam melakukan suatu program atau kegiatan pembangunan.

Jadi partisipasi masyarakat pada dasarnya menyarankan perlunya pemberian kesempatan masyarakat itu sendiri mendiskusikan keinginan mereka, merencanakan bersama, mengerjakan bersama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka tersebut. Berbagai pengertian partisipasi di atas pada dasarnya juga menggaris bawahi bahwa betapa pentingnya mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, terutama mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan yaitu dalam hal mengambil keputusan.

Madrie (1986) melihat timbulnya pertanyaan apakah mungkin dalam arti sesungguhnya bahwa setiap anggota masyarakat dalam suatu desa ikut dalam proses perencanaan pembangunan pedesaan. Dalam tulisan Madrie (1986) yang dikutip dari Margono Slamet mengemukakan tentang hakekat pembangunan sebenarnya adalah memberi kesempatan, kemungkinan-kemungkinan dan dorongan kepada setiap anggota masyarakat untuk melakukan usaha-usaha dalam rangka mereka memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk mencapai seluruh anggota masyarakat ini secara keseluruhan mempunyai kesempatan, mempunyai kemauan memiliki kemampuan dalam berusaha meningkatkan taraf hidup masing-masing.

Jenis-jenis partisipasi

Tidak semua partisipasi ada atas kesadaran dan inisiatif warga masyarakat itu sendiri tetapi juga bisa merupakan mobilisasi dari atas untuk mencapai tujuan pembangunan. Untuk hal yang terakhir tersebut dewasa ini tepatnya sejak perubahan sistem pemerintahan yang top down menjadi buttom up menjadi tidak berlaku lagi sepanjang perencanaan pembangunan desa. Kalaupun campur tangan dari pihak birokrat ada hanyalah sebatas pada program yang merupakan suatu gerakan masyarakat untuk melaksanakan proyek pembangunan.

(24)

Tanjung (2003) mengemukakan tentang adanya empat macam bentuk keterlibatan masyarakat yang menunjukkan adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan :

(1) Partisipasi dalam pembuatan keputusan, yaitu masyarakat terlibat dalam memutuskan program/proyek apa yang cocok/bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

(2) Partisipasi dalam penerapan kegiatan, yaitu masyarakat ikut serta dalam menerapkan program/proyek yang sudah ditetapkan oleh mereka sendiri. (3) Partisipasi dalam penikmatan hasil, yaitu masyarakat ikut memanfaatkan

hasil-hasil proyek yang telah mereka kerjakan.

(4) Partisipasi dalam evaluasi, yaitu masyarakat ikut mengevaluasi dan menilai berhasil tidaknya sebuah program/proyek yang mereka kerjakan.

Masih banyak klasifikasi jenis partisipasi masyarakat dalam pembangunan, Tanjung (2003) yang mengutip dari Uphof mengemukakan tentang dimensi dari partisipasi sebagai berikut, pertama adalah What yang meliputi didalamnya decision making, implementation, benefit dan evaluation. Kedua Who meliputi lokal residence, lokal reader government personel dan foreign personel. Dan yang ketiga adalah How yang di dalamnya tercakup basic of partisipation, form of partisipation, exient of participation serta effect of partisipation.

Pengertian What yakni mengacu pada partisipasi yang meliputi tahap-tahap yang diikuti masyarakat dalam pembangunan, yaitu :

(1) Tahap pengambilan keputusan. (2) Tahap pelaksanaan.

(3) Tahap pemanfaatan. (4) Tahap evaluasi.

Dalam suatu pembangunan yang baik, masyarakat haruslah dapat terlibat dalam keempat tahapan partisipasi tersebut. Masyarakat tidak hanya sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pemanfaatan hasil, serta dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang sudah dicapai. Misalnya dalam pembangunan jalan, masyarakat tidak hanya sebagai pemanfaat saja tetapi mereka perlu dilibatkan dalam pengambilan

(25)

keputusan untuk membangun jalan dan dalam pelaksanaan pembangunan jalan tersebut serta dalam mengevaluasinya, karena dalam pembangunan tersebut masyarakatlah yang lebih tahu tentang apa yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehingga mereka perlu dilibatkan dalam semua tahap pembangunan.

“ Who “ adalah dalam hal siapa yang berpartisipasi dalam pembangunan, tidak hanya aparat pemerintah saja tetapi juga melibatkan anggota masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat serta petugas asing yang bertugas memantau jalannya partisispasi. Dalam pembangunan agar dicapai hasil yang memuaskan maka keempat pelaku tersebut haruslah bekerjasama dan saling mendukung agar pembangunan dapat berhasil dengan baik.

Sedangkan untuk “ How “ mengacu pada pengertian bahwa partisipasi dilakukan melihat aspek dasar partisipasi, bentuk partisipasi, lingkup partisipasi dan akibat yang ditimbulkan dari partisispasi tersebut. Dalam berpartisipasi tidak hanya melihat akibat apa yang ditimbulkan dari suatu partisipasi tapi juga harus melihat bagaimana dasar partisipasi tersebut dilakukan. Karena itu partisipasi yang baik tidak hanya melibatkan salah satu pelaku pembangunan, namun juga harus melibatkan semua pelaku pembangunan dalam semua tahap partisipasi serta harus memperhatikan empat aspek tentang bagaimana partisipasi harus dilakukan.

Masih dalam tulisan Tanjung (2003) yang dikutip dari Widjaja (1976) menyatakan bahwa pengungkapan partisipasi memiliki beberapa ciri. Ciri yang pertama menurut tujuannya partisipasi dapat berupa mobilisasi yang bertujuan untuk mendukung apa yang telah ditetapkan dari atas dan partisipasi berupa saling penunjangan yakni partisipasi mengandung tidak hanya dukungan tetapi juga koreksi dan pengisian kekurangan.

Ciri kedua menurut frekwensinya yaitu partisipasi dapat dilakukan sekali-sekali saja serta frekwensi partisipasi dapat pula bersifat terus menerus (continue) secara periodik. Ciri ketiga adalah menurut langsung tidaknya yakni partisipasi secara langsung dilakukan sendiri oleh orang-orang yang berkepentingan dan partisipasi tidak langsung. Sedangkan untuk ciri yang keempat, menurut kelembagaannya yakni partisipasi dapat berupa perorangan, tanpa adanya lembaga, dapat berupa partisipasi massa di mana massa rakyat

(26)

digerakkan baik untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah (mobilisasi) maupun untuk menentang kebijaksanaan pemerintah (demonstrasi massa), dan dapat pula berupa partisipasi teratur melalui lembaga-lembaga menengah yang merupakan suara atau wakil dari pelbagai golongan rakyat.

Pembagian partisipasi secara lebih rinci dikemukakan oleh Margono Slamet dalam Lestari (1991), yaitu pembagian dilakukan berdasarkan derajat kesukarelaan, cara keterlibatan, keterlibatan di dalam berbagai tahap dalam proses kegiatan, tingkat organisasi, intensitas dan frekuensi kegiatan, ruang lingkup kegiatan, efektifitas, siapa yang terlibat dan gaya pada partisipasi.

Berdasar derajat kebebasan, partisipasi dibagi dalam partisipasi bebas dan terpaksa. Partisipasi bebas dapat dibagi lagi menjadi partisipasi spontan dan terbujuk. Partisipasi spontan terjadi bila individu mulai berperanserta berdasarkan keyakinan tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Partisipasi terbujuk terjadi bila individu mulai berpartisipasi setelah diyakinkan oleh pihak luar. Partisipasi terpaksa juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu terpaksa karena hukum dan karena kondisi sosial ekonomi. Partisipasi terpaksa karena hukum terjadi bila individu dipaksa melalui peraturan atau hukum tertentu. Partisipasi terpaksa karena sosial ekonomi terjadi bila individu terdesak masalah sosial ekonominya bila tidak berpartisipasi.

Menurut Madrie (1986) partisipasi dapat dibedakan lagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Partisipasi dalam menerima hasil-hasil pembangunan :

a. Mau menerima, bersikap menyetujui hasil-hasil pembangunan yang ada. b. Mau memelihara, menghargai hasil pembangunan yang ada.

c. Mau memanfaatkan dan mengisi kesempatan pada hasil pembangunan. d. Mau mengembangkan hasil-hasil pembangunan.

2. Partisipasi dalam memikul beban pembangunan : a. Ikut menyumbang tenaga.

b. Ikut menyumbang uang, bahan serta fasilitas lainnya. c. Ikut menyumbangkan pemikiran, gagasan dan ketrampilan. d. Ikut menyumbang waktu, tanah dan lain sebagainya.

(27)

3. Partisipasi dalam pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan : a. Ikut menerima informasi dan memberikan informasi yang diperlukan. b. Ikut dalam kelompok-kelompok yang melaksanakan pembangunan. c. Ikut mengambil keputusan tentang pembangunan yang akan dilaksanakan. d. Ikut merencanakan pembangunan dan melaksanakan kegiatan

pembangunan.

e. Ikut menilai efektivitas, efisiensi dan relevansi pelaksanaan program. Sesuai dengan pembagian partisipasi tersebut maka partisipasi dalam menerima hasil-hasil pembangunan tidak hanya dalam hal menyetujui hasil-hasil pembangunan yang ada tetapi juga mau memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan sehingga pembangunan akan dapat lestari dan berkesinambungan. Partisipasi dalam memikul beban pembangunan berarti masyarakat ikut berpartisipasi dalam menyumbangkan segala sumber daya yang mereka miliki baik uang, tanah, ketrampilan, ide, waktu dan lain sebagainya untuk menunjang tercapainya tujuan pembangunan. Dalam hal pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan warga masyarakat tidak hanya ikut serta menerima dan memberikan informasi tetapi juga ikut serta dalam organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok kemasyarakatan, ikut serta dalam pengambilan keputusan, dalam perencanaan dan evaluasi program pembangunan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi.

Ada beberapa faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi diantaranya adalah adanya kondisi yang kondusif untuk berpartisipasi. Sedangkan untuk faktor penghambat partisipasi menurut Tonny (2004) antara lain adalah masalah struktural. Masalah ini mengalahkan masyarakat lapisan bawah terhadap interset pribadi aparatur pemerintah yang lebih kuat. Faktor penghambat lain adalah adanya sikap masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu tergantung pada pemimpin sehingga masyarakat menjadi kurang kreatif.

Sumartono (1984) membagi faktor-faktor yang menunjang ataupun menghambat swadaya desa sebagai berikut :

(28)

1. Faktor yang menunjang :

a. Pimpinan desa yang memanfaatkan kerjasama dengan baik dengan tokoh-tokoh masyarakat yaitu setiap rencana kegiatan pembangunan dimusyawarahkan terlebih dahulu baik formal maupun informal menunjang semakin meningkatnya swadaya desa.

b. Potensi desa juga mempengaruhi karena dengan adanya pemasukan-pemasukan desa, dapat dipergunakan untuk memberikan perangsang dalam menggiatkan swadaya desa.

2. Faktor yang menghambat :

a. Pimpinan desa yang jarang memanfaatkan kerjasama dengan tokoh masyarakat kurang baik, yakni kurang intensnya pimpinan desa memusyawarahkan rencana kegiatan pembangunan dengan tokoh masyarakat baik melalui musyawarah desa, rapat RW/RT dan lainnya sehingga anggota masyarakat kurang mengerti tujuan dan arti pentingnya pembangunan bagi mereka, selain itu pula ditambah dengan tokoh masyarakat itu sendiri yang kurang aktif.

Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di daerah pedesaan, hal demikian dimungkinkan masih banyak masyarakat yang belum mempunyai peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan yang dapat disebabkan oleh ketradisionalan, oleh tingkat kemiskinan ataupun disebabkan oleh berbagai sikap pembelaan diri. Banyak daerah pedesaan yang cukup jauh dari pusat administrasi pembangunan yang menyebabkan daerah desa ini sebagian masyarakatnya belum mempunyai peluang atau belum berkemampuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan saja merupakan cara yang ditempuh dalam pendekatan kegiatan pembangunan, tetapi sekaligus merupakan tujuan dari pembangunan itu sendiri.

Loekman (1995) melihat kemauan pemerintah untuk memahami pentingnya partisipasi rakayat dalam pembangunan sebagai langkah yang maju, namun pelaksanaan konsep ini pun di lapangan masih mengalami beberapa hambatan. Yang pertama, adalah belum dipahaminya makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Definisi partisipasi yang berlaku di kalangan lingkungan aparat perencana dan pelaksana

(29)

pembangunan adalah kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah. Definisi ini mengasumsikan adanya subordinasi subsistem oleh suprasistem dan bahwa subsistem adalah suatu bagian yang pasif dari sistim pembangunan nasional. Hambatan kedua adalah reaksi balik datang dari masyarakat sebagai akibat dari diperlakukannya pembangunan sebagai ideologi baru yang harus diamankan dan dijaga dengan ketat. Persepsi ini mendukung asumsi bahwa subsistem adalah subordinate dari suprasistem dan memuat subsistem menjadi bagian yang benar-benar pasif. Reaksi balik tersebut berupa budaya diam dan keenggannan masyarakat untuk mengevaluasi proses pembangunan secara kritis dan terbuka. Disamping kedua hambatan tersebut, lemahnya kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan berakar pada banyaknya peraturan perundang-undangan yang meredam keinginan masyarakat untuk berpartisipasi.

Lestari (1991) menyebutkan dalam kajiannya ada beberapa faktor yang berhubungan dengan peran serta anggota masyarakat dalam pembangunan. Faktor ini dapat diamati sebagai faktor dalam yaitu faktor yang ada di dalam diri anggota masyarakat yang meliputi didalamnya pendidikan, ekonomi, keanggotaan organisasi, dan persepsi terhadap pembangunan. Dari hasil kajiannya ditemukan bahwa pada tingkat pendidikan memiliki korelasi positip dengan penginformasian rapat dan pembangunan desa, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan semakin aktip menginformasikan rapat dan pembangunan kepada anggota masyarakat yang lain. Sedangkan faktor luar yaitu hal-hal yang berada di luar diri anggota masyarakat diantaranya meliputi pembuat keputusan program pembangunan, program yang memberi peluang, penyebaran program pembangunan.

Arti Penting Partisipasi

Beberapa hal yang menyebabkan partisipasi masyarakat memiliki arti penting dikemukakan Madrie (1986), yaitu :

1. Pada suatu kegiatan pembangunan, jika berpartisipasi anggota masyarakat tersebut memanusiakan dirinya. Berpartisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari suatu interaksi dan komunikasi.

(30)

2. Alasan yang bersifat sosiologis, pembangunan merupakan suatu kegiatan yang berjangka panjang. Pembangunan perlu melibatkan banyak orang, karena tanpa hal tersebut maka jangkauan program pembangunan terbatas. 3. Partisipasi merupakan pernyataan hak warga negara untuk menyatakan

kehendaknya dan menentukan nasibnya.

4. Partisipasi memperbaiki serta meningkatkan kualitas dari berbagai tingkat kemampuan dan ketrampilan sehingga partisipasi merupakan syarat penting untuk perkembangan pembangunan.

5. Dengan berpartisipasi maka keberhasilan pelaksanaan pembangunan terjamin. 6. Partisipasi dalam menentukan program pembangunan berarti menjalin

kerjasama, sehingga akan menumbuhkan saling pengertian antar anggota masyarakat dengan golongan atas masyarakat tersebut.

7. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan mengembangkan ketrampilan anggota masyarakat yang bersangkutan, yang selanjutnya dapat merangsang masyarakat untuk bertindak produktif.

Tonny (2004) mengemukakan bahwa dengan adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi maka diharapkan masyarakat dapat mencapai kemandiriannya, yaitu kemandirian material, intelektual dan manajemen.

Menurut Tanjung (2003) bahwa arti penting partisipasi masyarakat dalam pembangunan, diantaranya adalah dengan adanya partisipasi maka dimungkinkan pelaksanaan pembangunan dapat terwujud selain itu juga dengan adanya partisipasi maka masyarakat dapat mencapai kemandirian mereka sendiri dalam meningkatkan kualitas kehidupan mereka.

Keberlanjutan

Gunardi (2004) menuliskan bahwa pemahaman keberlanjutan harus disertakan dalam konteks kegiatan pengembangan masyarakat, apabila pengembangan masyarakat bermaksud membangun tatanan sosial, ekonomi dan politik baru, maka struktur dan prosesnya harus berkelanjutan. Struktur yang berkelanjutan ini ditandai dengan pelembagaan pelaksanaan pengembangan masyarakat, tidak hanya di tingkat pelaksana proyek tetapi akhirnya beralih ke masyarakat. Sedangkan dalam prosesnya, kegiatan pengembangan masyarakat

(31)

tidak berhenti sebagai proyek semata, tetapi menjadi kegiatan yang terprogram dan selanjutnya kegiatan itu menjadi milik masyarakat. Indikasi dari keberlanjutan tercermin dari penggunaan barang-barang yang tidak dapat diperbarui siminimum mungkin bahkan kalau mungkin dihindari. Ciri lain dari keberlanjutan ialah pembatasan pertumbuhan.

Kemandirian

Menurut Tonny (2004) bahwa arti penting dari partisipasi adalah masyarakat diharapkan dapat mencapai kemandiriannya. Kemandirian disini dapat dikategorikan menjadi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian manajemen. Kemadirian material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan kebutuhan materi dasar serta cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis. Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh komunitas yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Kemandirian manajemen adalah kemempuan otonom untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan mereka.

Dalam konteks menciptakan masyarakat madani, prinsip kemandirian mempunyai arti penting. Kemandirian ini terkait dengan posisi komunitas yang sejauh mungkin tidak tergantung dari pemerintah. Pengertian tidak tergantung, bukan berarti negara tidak perlu melakukan intervensi kepada komunitas, tetapi lebih berarti tidak semua urusan diserahkan kepeda negara untuk menyelesaikannya, jika komunitas dapat menyelesaikannya.

Gunardi (2004) menyatakan bahwa kemandirian sering dijadikan tujuan jangka panjang atau visi suatu program pembangunan. Walau demikian, seringkali tujuan tersebut tidak semata harus terjadi dalam bentuk produk itu sendiri, tetapi lebih penting lagi melalui proses penyelenggaraan pembangunan. Proses yang ada hendaknya mendorong atau setidaknya tidak merusak kemandirian masyarakat. Untuk menjamin hal itu, masalah ini hendaknya sudah tertuang sejak dalam usulan proyek. Dalam menjalankan suatu pengembangan masyarakat, komunitas hendaknya didorong untuk menggunakan sumberdaya

(32)

miliknya sendiri ketimbang mengandalkan dukungan proyek atau sumbangan dari pihak luar masyarakat (komunitas). Kontribusi komunitas tidak hanya dalam bentuk tenaga, tetapi juga uang, ketrampilan teknis, sumber daya alam, dan lain-lain. Apabila sumberdaya lokal telah ada, tidak perlu mengadakan barang dari luar daerah. Oleh karena itu, tahap identifikasi potensi dan kebutuhan menjadi penting sekali, karena dapat menjadi ukuran sejauh mana tingkat kemandirian suatu komunitas.

Modal Sosial

Menurut Sugiyanto (2002), modal sosial merupakan kekuatan yang mampu membangun civil community yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian basis modal sosial adalah trus, ideologi dan religi. Selanjutnya modal sosial dapat dicirikan dalam bentuk kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan komunitas, dan dampak dari kerelaan ini akan menumbuhkan interaksi komulatif yang menghasilkan kinerja yang mengandung nilai sosial.

Sugiyanto (2002) mengutip dari tulisan Francis Fukuyama, mengilustrasikan modal sosial dalam trust, believe and vertrauen artinya bahwa pentingnya kepercayaan yang mengakar dalam faktor kultural seperti etika dan moral. Trust muncul maka komunitas membagikan sekumpulan nilai-nilai moral, sebagai jalan untuk menciptkan pengharapan umum dan kejujuran, ia juga menyatakan bahwa asosiasi dan jaringan lokal sungguh mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pembangunan lokal serta memainkan peran penting dalam manajemen lingkungan.

Modal Fisik

Pengertian modal fisik, menurut Tonny (2004) seperti yang jelas dari namanya, wujudnya dapat dipegang, dilihat, dinilai, diukur daya tahan dan kekuatannya dalam suatu proses produksi. Bentuknya dapat berupa sarana dan prasarana fisik. Akan tetapi perlu dilakukan pembedaan dari segi kepemilikan dan penguasaan : (1) modal fisik milik dan penguasaan pribadi.; (2) milik dan penguasaan kelompok terbatas; dan (3) penguasaan terbatas. Orang atau

(33)

kelompok dapat memperhitungkan modal fisik dalam wujudnya yang berbeda untuk memasukkannya dalam proses produksi.

Pembangunan Pedesaan.

Collier (1996) mengatakan bahwa ada pendekatan baru dalam pembangunan desa di Jawa. Masyarakat desa pada masa sekarang bukan lagi seperti stereotip “orang desa” yang ada dalam benak orang kota. Masyarakat Pedesaan bukanlah masyarakat yang hanya mengandalkan hidupnya pada pertanian tradisional, terbelakang, tidak mengenal teknologi, tidak memakai perhitungan ekonomi dan anggapan-anggapan negatif lain yang melekat pada mereka.

Dari hasil kajiannya selama dua puluh lima tahun di pedesaan di Jawa, maka hasil analisisnya menunjukkan bahwa telah terjadi sejumlah perubahan selama beberapa tahun terakhir yang menuntut suatu pendekatan baru dalam pembangunan. Tiga perubahan tersebut yakni :

1) Dari sebelumnya banyak buruh tani tuna kisma yang mempunyai sumber-sumber pendapatan yang amat terbatas , di mana kecil peluang untuk mendapatkan pekerjaan diluar desa ataupun dalam kegiatan di luar pertanian. Sumber daya di desa dapat menjamin kemanan pangan bagi seluruh penduduk desa. Perubahan sekarang,kebanyakan keluarga di desa tuna kisma setidak-tidaknya ada seorang yang bekerja di luar desa, di pabrik atau pekerjaan jasa. Dengan perubahan ini, jaringan pengamanan pangan tergeserdari desa ke tingkat keluarga.

2) Jika sebelumnya kemiskinan terdapat meluas baik dipedesaan maupun di kota di Jawa, kini kemiskinan dipedesaan Jawa terutama ditemukan di antara penduduk berumur tanpa anak dan di antara keluarga dengan kepala rumah tangga perempuan tanpa suami. Kemiskinan kini mungkin merupakan suatu masalah lebih nyata di kawasan perkotaan daripada di pedesaan di Jawa. Tambahan lagi tenaga kerja yang kurang pendidikan dan berasal dari pedesaan telah membawa kemiskinan mereka ke kota sewaktu bermigrasi ke kota-kota.

(34)

3) Jika sebelumnya bila ada masalah pembangunan hanya pemerintah yang mampu menanggulanginya dan berupaya memecahkannya. Kini terdapat alternatif lain di samping pemerintah, dengan demikian peran pemerintah di dalam pembangunan pedesaan di Jawa tidak sekuat di masa lalu.

Apabila ketiga asumsi tersebut benar, maka fokus pembangunan pedesaan di Jawa seharusnya pada program-program yang memberi dukungan pada prakarsa swasta, usaha kecil dan lokal. Hal ini berarti berkurangnya perhatian pada proyek-proyek prasarana besar yang menyita dukungan pemerintah dan telah menjadi pendorong utama pembangunan di masa lalu.

Hesti Lestari (1991) berpendapat bahwa pembangunan masyarakat desa harus menyentuh seluruh warga dalam bentuk daya usaha mereka. Bermaksud mengembangkan kemampuan pedesaan agar dapat berkembang atas kemampuan sendiri berdasar gotong royong mereka sendiri. Karena gotong royong melambangkan sikap mental dan sikap hidup anggota masyarakat pedesaan.

Pembangunan desa merupakan hal yang perlu dilaksanakan anggota masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian ada kewajiban bersama antara anggota masyarakat desa dengan pemerintah. Anggota masyarakat adalah objek sekaligus subjek pembangunan, dimana mereka perlu berkembang atas kekuatan sendiri. Pemerintahan diharapkan berperan sebagai pemberi bantuan, pengarahan, bimbingan dan pengendalian yang dapat meningkatkan usaha swadaya anggota masyarakat untuk tumbuh sendiri. Pada sistim menurut Madrie (1986) ini terdapat tiga unsur penting yang berperan serta , yakni :

1. Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan mewakili pemerintah dan juga pimpinan masyarakat desa itu, mengawasi agar peraturan dapat berjalan sebagaimana mestinya agar terjalin hubungan serasi dan harmonis antar warga dan melakukan musyawarah mengenai berbagai hal menyangkut kehidupan ataupun kegiatan pembangunan yang ada.

2. Pemuka masyarakat, seperti tokoh agama dan adat, karena agama dan adat dipakai sebagai pedoman dan norma-norma yang dapat memberi petunjuk dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi anggota masyarakat desa itu.

(35)

3. Anggota masyarakat desa, dengan menjalankan kewajiban dan melaksanakan hak-haknya sebagai warga desa.

Kerangka Pemikiran

Langkah strategis dan sangat mendasar dalam menyusun program pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah melalui pengamatan dan pendekatan secara holistik terhadap masyarakat melalui metode-metode partisipatif sehingga diperoleh pemahaman secara komprehensif tentang situasi sosial (budaya, ekonomi, politik, ekologi dan demografi) masyarakat. Langkah selanjutnya adalah memahami gambaran secara evaluatif terhadap program-program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan, baik program-program yang dilaksanakan berdasarkan aspirasi dan inisiatif masyarakat itu sendiri maupun program pengembangan masyarakat yang berasal dari pihak luar, termasuk pemerintah.

Melalui pemahaman secara komprehensif tentang gambaran situasi sosial masyarakat yang bersifat khas, maka secara langsung dapat diidentifikasi semua potensi sumberdaya lokal sebagai modal untuk menunjang keberhasilan rancangan program, sekaligus sebagai langkah identifikasi terhadap aspirasi, kepentingan, keinginan, harapan dan kebutuhan masyarakat.

Dalam pelaksanaan PIS di Desa Curug , sudah menunjukkan adanya bentuk atau jenis partisipasi dari masyarakat. Bentuk partisipasi yang sudah dilakukan di Desa Curug dalam pelaksanaan PIS ini antara lain berbentuk partisipasi dalam menyumbangkan pemikiran dalam perencanaan pembangunan, dan sumbangan dari masyarakat terhadap pembangunan baik dalam bentuk dana, tenaga bahkan dengan mengorbankan tanah sebagai hak milik mereka. Adanya bentuk-bentuk partisipasi ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi baik itu faktor internal dari individu itu sendiri maupun faktor eksternal. Faktor internal dari individu bisa dilihat langsung melalui karakteristik individu yang didalamnya meliputi motivasi, kemampuan individu dalam berorganisasi serta adanya kemauan untuk berpartisipasi. Sedangkan faktor eksternal dimaksud adalah manajemen program di mana meliputi adanya kesempatan berpartisipasi dari masyarakat serta keefektivan komunikasi yang

(36)

terjalin antar stake holder dan kepemimpinan menjadi faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi. Sesuai dengan tujuan PIS maka akhir dari kajian ini adalah ingin melihat sejauh mana peran dari modal sosial dan modal fisik yang ada di Desa Curug terhadap partisipasi masyarakat yang sudah ada, dalam kerangka penguatan partisipasi masyarakat di Desa Curug. Kerangka pemikiran tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penguatan Partisipasi Masyarakat

Karakteristik Individu : - Motivasi - Kemampuan Berorganisasi - Kemauan berpartisipasi Manajemen Program : - Kesempatan berpartisipasi - Efektivitas komunikasi - Kepemimpinan Penguatan Partisipasi : 1. Modal Sosial 2. Modal Fisik Bentuk Partisipasi

dalam Program Imbal Swadaya : 1. Menyumbangkan Pemikiran 2. Menyumbangkan Dana 3. Menyumbangkan Tenaga 4. Mengorbankan Tanah Milik 5. Memanfaatkan Hasil

(37)

Lokasi dan Waktu Kerja Lapangan.

Kerja lapangan dilaksanakan di Desa Curug, Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi di Desa Curug ini adalah karena Desa Curug sebagai salah satu pelaksana Program Imbal Swadaya dengan keberhasilannya memunculkan spontanitas swadaya masyarakat berupa pengaspalan empat ruas jalan kampung pada saat pelaksanaan Program Imbal Swadaya (PIS). Perbedaan tingkat partisipasi masyarakat yang diduga di sebabkan oleh karakteristik yang berbeda, menjadi menarik untuk dikaji dalam penulisan ini.

Waktu kerja lapangan dalam rangka penulisan kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan melalui 2 (dua) tahap. Tahap pertama mulai 22 Nopember 2004 sampai dengan 15 Januari 2005. Sedangkan tahap kedua mulai tanggal 7 Mei 2005 sampai dengan 14 Mei 2005.

Metode Pengumpulan Data.

Menurut jenisnya data dibedakan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif. Dalam pengumpulan data kuantitatif digunakan metode survei, artinya mewawancarai responden contoh dengan menggunakan kuesioner. Maksud contoh adalah anggota populasi yang diambil secara acak. Kuesioner disusun untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan kajian. Kuesioner ini berisi pertanyaan tentang fakta, pendapat dan sikap, informasi dan persepsi diri. Adapun jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah tertutup dan terbuka.

Data kualitatif berupa deskripsi dari subyek kajian yang diperoleh melalui wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan proses temu muka antara peneliti dengan subyek yang diteliti, sehingga peneliti memahami pandangan subyek peneliti tentang hidupnya, pengalamannya dan situasi sosial. Wawancara mendalam ini dilakukan dalam suasana kesetaraan, akrab dan informal.

(38)

Sumber-sumber data primer di dapat dari responden dan informan. Sedangkan sumber-sumber data sekunder diambil dari monografi desa serta buku-buku yang menyajikan data Desa Curug, kecamatan maupun kabupaten.

Di samping itu penelitian ini juga menggunakan catatan harian yang dipergunakan untuk mencatat peristiwa-peristiwa selama observasi serta hasil wawancara bebas dengan warga desa.

Penentuan Responden dan Informan

a. Penentuan responden dilakukan secara acak dengan kriteria jenis penghasilan dengan tahapan :

- Dipilih RW.02, RW.03 dan Rw.04, sebagai RW yang wilayahnya merupakan wilayah kerja program PIS tahun 2003. Warga RW inilah yang paling banyak berpartisipasi untuk program PIS.

- Dari setiap RW tersebut diambil enam warga sebagai responden.

- Dengan demikian terdapat 18 orang warga yang menjadi responden dalam penyusunan kajian ini, dan setiap responden diwawancarai secara mendalam.

b. Mekanisme penetapan informan adalah dengan menggunakan metode snowball, yakni dengan mencari keterangan tentang informan dari orang-orang yang sebelumnya telah dikenal. Selanjutnya mewawancarai calon informan untuk membandingkan antara keadaan informan yang senyatanya dan karakteristik mereka yang diinginkan, serta untuk mengetahui apa yang informan ketahui tentang realitas masyarakat yang ada, sehingga dapat diketahui seberapa besar peranannya dalam pembangunan dan pengaruhnya di desa. Semua wawancara dilakukan secara informal.

Variabel, Indikator, Definisi Opersional, Parameter dan Pengukuran

Setiap pertanyaan yang diajukan terhadap responden (warga yang dijadikan sampel) melalui kuesioner diberikan skor. Skor ini kemudian dihitung secara kumulatif dan diambil nilai rata-ratanya untuk dilakukan kategorisasi.

(39)

24 No. Variabel - Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran *) Keterangan

a b c d

I. BENTUK PARTISIPASI DALAM PIS :

1. Bentuk Partisipasi Tindakan yang dilakukan dalam kegiatan PIS

Terlibat/tidak dalam

menentukan dan memberikan bantuan dalam berbagai bentuk

1 2 3 4 Skor 1 = Menyumbang Pemikiran Skor 2 = Menyumbang Tanah Milik

Skor 3 = Menyumbang tenaga Skor 4 = Menyumbang Dana

2. Menyumbangkan Pemikiran

Tindakan yang diambil dalam menentukan keputusan

Terlibat/tidak secara langsung dalam menentukan

keputusan.

3 2 1 Skor 1 = Tidak terlibat Skor 2 = Kurang Terlibat Skor 3 = Terlibat Aktif Keterangan :

Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >= 3 Ktgr 1 = Rendah,

(40)

25 dicapai

- waktu tempuh

- ongkos yang dikeluarkan 3 4 2 3 1 2 1

Skor 1 = Lebih dari 15 menit Skor 2 = 15 menit

Skor 3 = Kurang dari 15 menit Skor 1 = Lebih dari Rp. 3000; Skor 2 = Rp. 3000;

Skor 3 = Rp. 2000; Skor 4 = Rp. 1000;

Keterangan :

Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >= 8 Ktgr 1 = Rendah,

bila skor total < 8 II. KARAKTERISTIK

INDIVIDU :

1. Motivasi Alasan seseorang untuk ikut terlibat dalam PIS

- Doromgam berpartisipasi - alasan berpartisipasi. 2 3 3 2 1 1 4 4 Skor 1 = Ajakan Skor 2 = Ikut-ikutan Skor 3 = Kemauan sendiri Skor 4 = Tanggung Jawab Bersama Skor 1 = Meningkatkan pendapatan Skor 2 = Memperlanacar pekerjaan

Skor 3 = Agar desanya maju Skor 4 = Harga tanah naik Keterangan :

Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >=8 Ktgr 1 = Rendah,

(41)

26 tidaknya dalam organisasi,

aktif tidaknya dalam berorganisasi, peran dalam organisasi

- aktif tidaknya dalam organisasi

- status dalam organisasi.

3

2 2

1

1 Skor 1 = Tidak pernah Skor 2 = Kadang-kadang Skor 3 = Aktif Skor 1 = Anggota Skor 2 = Pengurus Keterangan : Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >= 7 Ktgr 1 = Rendah,

bila skor total < 7

3. Kemauan

berpartisipasi

Adanya hubungan antara keinginan masyarakat untuk berpartisipasi baik dari dalam maupun dari luar dan pengaruh terhadap kebutuhan hidupnya dengan melihat tujuan dan manfaatnya bagi masyarakat.

- Pengaruh terhadap Kebutuhan sehari-hari

- Adanya dorongan dalam diri untuk berpartisipasi - Adanya dorongan dari luar

diri untuk berpartisipasi - Tujuan berpartisipasi dalam

pembangunan jalan - Ada tidaknya manfaat

langsung berpartisipasi 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 Skor 1 = Berpengaruh Skor 2 = Kurang

Skor 3 = Tidak berpengaruh Skor 1 = Tidak ada

Skor 2 = Ada Skor 1 = Tidak ada Skor 2 = Ada

Skor 1 = Lebih nyaman perjalanan Skor 2 = Lebih semangat bekerja Skor 1 = Tidak ada

Skor 2 = Ada Keterangan : Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >=11 Ktgr 1 = Rendah,

(42)

27 berpartisipasi masyarakat untuk

berpartisipasi, adanya toleransi terhadap keragaman bentuk.

- Adanya penggolongan dalam Masyarakat

- Adanya pelapisan dalam Masyarakat

- Ada tidaknya pengaruh tradisi terhadap bentuk partisipasi

- Ada tidaknya pengaruh norma terhadap bentuk partisipasi

- Sikap terhadap bentuk partisipasi. 1 1 1 1 4 2 2 2 2 3 2 1 Skor 2 = ketua RT/RW Skor 3 = Tokoh Masyarakat Skor 1 = Ada

Skor 2 = Tidak ada

Skor 1 = Ada Skor 2 = Tidak ada

Skor 1 = Mempengaruhi Skor 2 = Tidak mempengaruhi

Skor 3 = Mempengaruhi Skor 4 = Tidak mempengaruhi

Skor 1 = Tidak peduli Skor 2 = Biasa saja Skor 3 = Baik Skor 4 = Sangat baik Keterangan : Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >= 9 Ktgr 1 = Rendah,

(43)

28 - Kondisi hubungan

masyarakat dan kelembagaan yang ada - intensitas komunikasi - saluran komunikasi. 3 3 3 2 2 2 1 1 1

Skor 1 = Tidak baik Skor 2 = Kurang baik Skor 3 = Baik Skor 1 = Tidak pernah Skor 2 = Kadang-kadang Skor 3 = Rutin

Skor 1 = Tidak tahu Skor 2 = Melalui media

Skor 3 = Melalui kumpulan warga Keterangan :

Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >= 12 Ktgr 1 = Rendah,

bila skor total < 12 3. Kepemimpinan Sikap yang dimiliki oleh

penguasa wilayah serta kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain.

- Hubungan masyarakat dengan orang yang berpengaruh

- Keterlibatan dalam program. 3 3 2 2 1 1

Skor 1 = Tidak baik Skor 2 = Kurang baik Skor 3 = Baik Skor 1 = Terlibat Skor 2 = Kadang-kadang Skor 3 = Tidak terlibat Keterangan :

Ktgr 2 = Tinggi ,

bila skor total >= 6 Ktgr 1 = Rendah,

bila skor total < 6

Keterangan :

*) = Sesuai dengan daftar pertanyaan.

(44)

Metode Analisis dan Teknik Pengolahan Data

Data tentang variabel I sampai dengan III yakni tentang bentuk partisipasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis secara kuantitatif dengan tabulasi silang dan dijelaskan secara kualitatif.

Pengolahan pada data kuantitatif adalah dengan menggunakan skor pada setiap pertanyaan yang diajukan. Skor ini kemudian di hitung secara kumulatif dan diambil nilai rata-ratanya untuk dilakukan kategorisasi. Dari situ kemudian dibuat tabel frekwensi dan tabel silang.

Data penguatan partisipasi dianalisis secara kualitatif. Pengolahan data kualitatif adalah dengan reduksi dan penyajian data dalam bentuk teks naratif. Dengan reduksi data diharapkan dapat membentuk analisis yang lebih tajam dan terarah. Sedangkan penyajian data dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

(45)

Lokasi

Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat strategis karena dilalui jalur lintas kabupaten (lampiran 1. Peta Desa), dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rawa Kalong

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parung Kecamatan Parung 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Padurenan dan Desa Cidokom 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Curug Kodya Depok.

Wilayah Desa Curug terbagi atas dua dusun, yaitu Dusun I dan Dusun II, serta lima RW dan 10 RT. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar peta wilayah Desa Curug di Lampiran 1.

Luas wilayah Desa Curug adalah 567 hektar dengan kepadatan penduduk 1376 per kilometer, dan menurut penggunaannya atau pemanfaatannya terbagi sebagai berikut :

Tabel 2. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Desa Curug Tahun 2003

No. Penggunaan Luas (Ha) Persentase

1. Perumahan / Pemukiman dan Pekarangan 179,35 32,00

2. Sawah /empang 144,67 26,00 3. Ladang / huma 217,83 38,00 4. Jalan 18,00 3,00 5. Pemakaman / kuburan 1,85 0,30 6. Perkantoran 0,28 0,04 7. Lapangan olahraga 0,50 0,08

8. Tanah / bangunan pendidikan 3,14 0,50

9. Tanah / bangunan peribadatan 1,07 0,18

Jarak tempuh dari Desa Curug ke Ibukota Kecamatan Gunung Sindur kurang lebih delapan kilometer dengan waktu tempuh yang dapat dicapai kurang lebih 30 menit, sedangkan untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor jarak tempuhnya

(46)

32 Km dengan waktu tempuh satu jam, untuk ke Ibukota Propinsi Jawa Barat jarak tempuhnya sekitar 155 Km dengan waktu tempuh kurang lebih empat jam. Untuk waktu tempuh ke pusat fasilitasi terdekat (baik ekonomi, kesehatan, pemerintahan) dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan naik kendaraan umum. Perlu diketahui, ketersediaan angkutan umum yang menghubungkan Desa Curug dengan wilayah desa yang lain maupun untuk ke kota ada setiap saat. Untuk keluar dari perkampungan ke jalan raya tersedia banyak ojek, demikian pula apabila masyarakat akan pergi dengan tujuan manapun, sangat mudah untuk mendapatkan angkutan antar desa.

Kependudukan

Menurut Rusli (2004) profil penduduk suatu wilayah (daerah) dapat ditunjukkan antara lain oleh gambaran komposisi penduduk menurut berbagai karakteristik. Diantaranya karakteristik yang tergolong sangat penting adalah karakteristik umur dan jenis kelamin. Berbagai fenomena dalam kehidupan terkait dengan umur dan jenis kelamin. Umpamanya, fenomena biologis, ekonomi, sosial dan politik terkait dengan karakteristik umur dan jenis kelamin penduduk.

Jumlah penduduk Desa Curug sampai akhir 2003 tercatat seluruhnya berjumlah 7803 jiwa, terdiri dari 3842 jiwa laki-laki dan 3961 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2247 Kepala Keluarga. Apabila jumlah penduduk dirinci menurut golongan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel berikut ini memperlihatkan bahwa struktur penduduk menurut rasio jenis kelamin dan rasio beban tanggungan. Rasio jenis kelamin dihitung untuk penduduk keseluruhan, dan untuk setiap kelompok umur. Dari tabel tersebut rasio jenis kelamin yang didapat sebesar 96,99 dalam hal ini jumlah penduduk perempuan lebih besar 3,01 persen daripada penduduk laki-laki. Tingginya angka rasio beban tanggungan merupakan indikasi dari beratnya beban tanggungan penduduk yang produktif untuk menanggung penduduk yang tidak produktif. Rasio beban tanggungan tabel diatas adalah sebesar 40,06. Hal ini

(47)

berarti masih besar beban pembangunan yang harus di tanggung oleh penduduk usia produktif di Desa Curug ini.

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Desa Curug berdasarkan Golongan Usia dan Jenis Kelamin tahun 2003

No. Golongan Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 1. 0-4 374 333 551 2. 5-12 700 667 1367 3. 13-18 840 804 1644 4. 19-25 575 543 1118 5. 26-35 382 367 749 6. 36-45 331 332 663 7. 46-50 282 381 663 8. 51-60 193 385 578 9. 61-75 130 120 250 10. Lebih dari 75 35 29 64 Jumlah 3842 3961 7803

Sumber : Data Dasar Profil Desa Curug Tahun 2003

Besar angka kelahiran pada tahun 2003 mengalami kenaikan yakni sebesar 16,69 persen dibanding satu tahun sebelumnya. Angka kelahiran ini tidak mempunyai pengaruh langsung kepada semua umur, sedangkan untuk angka kematian dan migrasi berpengaruh pada semua umur.

Migrasi yang terjadi di Desa Curug lebih banyak disebabkan karena perpindahan keluar wilayah terutama ke Kota Jakarta. Mereka yang bermigrasi sebagian besar berprofesi sebagai karyawan swasta dan wiraswasta/pedagang Alasan migrasi yang terjadi adalah untuk mencari nafkah yang lebih baik di luar desa. Pada tahun 2003 ini menurut informasi yang di dapat, bahwa untuk penduduk yang meninggal dunia dan penduduk yang migrasi baik datang maupun pergi adalah sejumlah 164 jiwa.

(48)

Adapun keadaan mata pencaharian penduduk di Desa Curug ditampakkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Penduduk Desa Curug menurut Jenis Pekerjaan pada Tahun 2002 dan 2003.

No. Jenis Pekerjaan Persentase

Th.2002

Persentase

Th.2003

1. Pegawai Negeri Sipil 4,39 7,90

2. ABRI 0,34 1,11

3. Karyawan Swasta 5,15 3,97

4. Wiraswasta/Pedagang 12,88 5,91

5. Tani 24,44 27,09

6. Pemilik Usaha Kerajinan 4,10 0,48

7. Buruh Tani 26,45 44,15

8. Jasa Angkutan 3,22 9,10

9. Lain-lain 19,03 0,29

JUMLAH 100,00 100,00

Sumber : Data Dasar Profil Desa Tahun 2003

Tabel di atas menunjukkan bahwa perubahan persentase terbesar dari penduduk adalah yang bermata pencaharian sebagai buruh tani yakni sebesar 44,15 persen dari semula yakni sebesar 26,45 persen, yang terbagi baik sebagai buruh di peternakan, pertanian dan buruh di industri. Persentase penurunan mata pencaharian penduduk adalah pada mata pencaharian karyawan swasta, wiraswasta atau pedagang dan pemilik usaha kerajinan. Yang melatarbelakangi penurunan ini di antaranya adalah sulitnya modal dan pengadaan bahan baku bagi pedagang dan pemilik usaha kerajinan.

Meskipun penggunaan lahan terbesar setelah pemukiman adalah untuk persawahan, ternyata dari tabel di atas yang bermata pencaharian sebagai petani hanya sebesar 27,09 persen. Dan dari Tabel di atas ternyata menunjukkan bahwa mata pencaharian sebagai tani ternyata mengalami kenaikan, hal ini disebabkan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penguatan Partisipasi Masyarakat
Tabel 2. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Desa Curug Tahun 2003
Tabel 3.  Jumlah Penduduk di Desa Curug berdasarkan Golongan Usia dan Jenis  Kelamin tahun 2003
Tabel 4.  Persentase Penduduk Desa Curug menurut Jenis Pekerjaan pada Tahun  2002 dan 2003.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Bermutu Menurut Nurachmah (2001) ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh para manajer keperawatan di

Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah

Pekerjaan pemasangan rambu-rambu tambang yang harus dikerjakan oleh pihak kontraktor ataupun perusahaan yang meliputi : papan blok, pita elevasi, pita batas lahan, pita

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif, karena tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan stuktur, fungsi, dan makna, penelitian folklor

Maka siapa di antara mereka yang menzhalimi kami, niscaya kami akan membalas kezhaliman mereka dengan seutama-utamanya cara untuk membalas kezhaliman orang-orang zhalim. Jika

(2011) yang menyatakan bahwa masalah terbesar personal hygiene pada siswa SD Negeri Jatinangor adalah aspek kebersihan mulut dan gigi (88,9% tidak hygiene dan 11,1% hygiene), aspek

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Aku tidak akan kembali ke sana, melainkan mengendap-endap bersama dengan siswa lain yang lolos dari razia itu, dan berbelok ke arah kiri untuk menaiki tangga depan yang