• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XV/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XV/2017"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

rtin

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 63/PUU-XV/2017

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983

TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH

TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR

16 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERATURAN

PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 5

TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MENJADI UNDANG-UNDANG

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

MENDENGARKAN KETERANGAN PRESIDEN DAN DPR

(III)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 63/PUU-XV/2017 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang [Pasal 32 ayat (3a)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Petrus Bala Pattyona ACARA

Mendengarkan Keterangan Presiden dan DPR (III)

Senin, 16 Oktober 2017, Pukul 11.15 – 11.58WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Arief Hidayat (Ketua)

2) Anwar Usman (Anggota)

3) I Dewa Gede Palguna (Anggota)

4) Manahan MP Sitompul (Anggota)

5) Saldi Isra (Anggota)

6) Aswanto (Anggota)

7) Maria Farida Indrati (Anggota)

8) Wahiduddin Adams (Anggota)

9) Suhartoyo (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Joel Robinson

2. Muniar Sitanggang 3. Mathias Manafe 4. Wiwin Windiantina 5. Denny Zul Syafardah B. Pemerintah:

1. Yunirwansyah

2. Tio Serepina Siahaan 3. Erwin Fauzi

(4)

1. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 63/PUU-XV/2017 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum.

Pemohon, siapa yang hadir? Silakan.

2. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG

Baik, Yang Mulia. Selamat pagi semuanya. Kami dari Pihak Pemohon yang hadir, saya sendiri Muniar Sitanggang, Pak Denny, Pak Joel, Pak Mathias, dan Ibu Wiwin.

3. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Terima kasih. Dari DPR tidak ada … tidak hadir karena bertepatan dengan rapat-rapat internal yang tidak bisa ditinggalkan, surat bertanggal 13 Oktober yang ditandatangani oleh Kepala Badan Keahlian DPR. Dari Pemerintah yang mewakili presiden, siapa yang hadir? Silakan.

4. PEMERINTAH: ERWIN FAUZI

Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah yang hadir, saya sendiri Erwin Fauzi dari Kementerian Hukum dan HAM. Kemudian Pak Didik Hariyanto (Kepala Bagian Bankum I Kementerian Keuangan). Kemudian, Kepala Biro Bantuan Hukum, Ibu Tio Serepina Siahaan. Dan selanjutnya, Pak Yunirwansyah (Direktur Peraturan Perpajakan II) yang sekaligus nanti akan membacakan keterangan presiden. Terima kasih, Yang Mulia.

5. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Agenda kita pada hari ini adalah mendengarkan keterangan dari DPR dan presiden. Karena DPR tidak hadir, maka satu-satunya agenda adalah mendengarkan keterangan dari Pemerintah yang diwakili. Silakan, Pak … Pak siapa tadi?

6. PEMERINTAH: ERWIN FAUZI

Yunirwansyah.

SIDANG DIBUKA PUKUL 11.15 WIB

(5)

7. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Pak Yunirwansyah. Silakan, Pak.

8. PEMERINTAH: YUNIRWANSYAH

Assalamualaikum wr. wb.

9. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Waalaikumsalam wr. wb. 10. PEMERINTAH: YUNIRWANSYAH

Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat pagi. Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jakarta.

Pada kesempatan ini, izinkanlah saya membacakan keterangan Pemerintah dalam hal ini keterangan presiden atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan hormat. Yang bertanda tangan di bawah ini. Nama, Yasonna H. Laoly (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.) Yang kedua, nama, Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan). Dalam hal ini, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak untuk dan atas nama Republik Indonesia untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia, untuk selanjutnya disebut Pemerintah.

Perkenankanlah saya menyampaikan keterangan presiden, baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu-kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan atas permohonan pengujian constitutional review ketentuan Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, selanjutnya disebut dengan Undang-Undang KUP. Terhadap; pertama, Pasal 27 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selanjutnya disebut undang-undang … UUD 1945. Yang dimohonkan oleh Petrus Bala Pattyona, S.H., M.H., C.L.A., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama sendiri, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon. Sesuai registrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 63/PUU-XV/2017 tanggal 5 September 2017 dan perbaikan permohonan tanggal 2 Oktober 2017.

(6)

Selanjutnya, perkenankanlah Pemerintah menyampaikan keterangan atas permohonan pengujian Undang-Undang KUP sebagai berikut.

Pertama. Pokok permohonan Pemohon.

1. Bahwa ketentuan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP yang memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban penerima kuasa wajib pajak, menurut Pemohon berpotensi merugikan hak konstitusi Pemohon karena bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (2), dan Pasal 28D ayat (1) yaitu hak atas pekerjaan, penghidupan yang layak, hak untuk bekerja, serta mendapat imbalan, hak atas pengakuan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum karena Pemohon yang berprofesi sebagai advokat tidak dapat menjalankan pekerjaan selaku kuasa dari wajib pajak.

2. Bahwa dalam kedudukan sebagai advokat, Pemohon merasa tidak dapat menjalankan pekerjaan, telah kehilangan hak untuk menjalankan imbalan dan perlakuan yang adil, serta hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai penerima kuasa karena adanya kewenangan mutlak dari Menteri Keuangan untuk menentukan persyaratan serta pelaksanaan sebagai penerima kuasa.

3. Bahwa Pemohon menganggap berlakunya ketentuan a quo juga melanggar Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, selanjutnya disebut Undang-Undang Advokat. Dimana dalam Pasal 1 ayat (1) dinyatakan, “Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang ini atau Undang-Undang Advokat. Persyaratan sebagai advokat telah dipenuhi oleh Pemohon.

Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Yang kedua, kedudukan hukum atau legal standing Pemohon. Terhadap kedudukan hukum atau legal standing dari Pemohon, Pemerintah memberikan penjelasan sebagai berikut.

1. Bahwa dalam permohonannya, Pemohon bertindak dalam kedudukannya sebagai seorang advokat dan pembayar pajak, yang menanggap berlakunya ketentuan a quo menimbulkan kerugian bagi Pemohon karena tidak dapat melaksanakan pekerjaanya sebagai kuasa wajib pajak. Dimana hal tersebut disebabkan oleh ketentuan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP yang mendelegasikan ketentuan mengenai persyaratan menjadi kuasa wajib pajak dalam peraturan menteri keuangan.

(7)

2. Bahwa ... yang kedua. Bahwa menurut Pemerintah tidak terdapat hubungan sebab akibat atau causaal verband antara keberlakuan ketentuan a quo dengan kerugian yang didalilkan dialami oleh Pemohon. Karena:

a. Bahwa dalam memahami ketentuan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP, tidak dapat dilepaskan dari ketentuan Pasal 32 ayat (3) KUP. Dimana di dalam penjelasannya menyatakan bahwa ayat ini memberikan kelongaran dan kesempatan bagi wajib pajak untuk meminta bantuan pihak lain yang memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas namanya membantu dan melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak. Sehingga, secara keseluruhan dapat diartikan bahwa Undang-Undang KUP telah menetapkan bahwa kuasa wajib pajak haruslah memahami masalah perpajakan.

b. Bahwa Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP yang dimohonkan pengujiannya oleh Pemohon, merupakan norma tambahan pasca perubahan Undang-Undang KUP yang memuat pendelegasian pengaturan lebih lanjut secara teknis, mengenai persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa wajib pajak. Yang sekaligus juga menegaskan bahwa ketentuan penjelasan Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP masih memerlukan pengaturan lebih lanjut secara teknis.

c. Bahwa berdasarkan pendelegasian tersebut, Menteri Keuangan kemudian menetapakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.03/2014 tentang Persyaratan serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa, selanjutnya disebut dengan PMK 229/2014.

d. Bahwa keberatan Pemohon atas berlakunya ketentuan a quo karena dalam praktik yang dialaminya, Pemohon ditolak menjadi kuasa wajib pajak. Karena bukan konsultan pajak berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), dan ayat (2) PMK Nomor 229 Tahun 2014. Dimana hal tersebut tidaklah secara langsung disebabkan oleh ketentuan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP yang hanya memuat norma pendelegasian saja.

e. Bahwa ketentuan-ketentuan dalam PMK 229/2014 semata-mata melaksanakan amanat Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP, yang menghendaki bahwa kuasa wajib pajak haruslah mampu membantu melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak, sehingga tidak justru merugikan si wajib pajak itu sendiri. Oleh karena itu, muncullah open legal policy pemerintah untuk mengatur bahwa kuasa wajib pajak haruslah memahami masalah perpajakan dan menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

(8)

f. Bahwa permasalahannya yang dikemukkan oleh Pemohon, bukanlah isu konstitusionalis ... konstitusionalitas, melainkan isu penerapan norma. Dimana Pemohon sebagai seorang advokat tidak dapat mewakili wajib pajak karena belum memenuhi persyaratan selaku konsultan pajak yang diatur secara teknis dalam PMK Nomor 229/2014.

3. Bahwa berdasarakan hal-hal tersebut di atas, berlakunya ketentuan a quo sama sekali tidak mengakibatkan kerugian konstitusional bagi siapapun termasuk bagi Pemohon. Karena Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP, tidak memuat persyaratan yang membatasi seseorang untuk mendapat pekerjaan, melainkan hanya memuat norma pendelegasian saja. Oleh karena itu, menurut Pemerintah adalah tepat jika Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima atau niet ontvankelijke verklaard (NO).

Ketiga. Keterangan Pemerintah terhadap materi yang dimohonkan untuk diuji.

A. Landasan filosofis pengaturan bagi penerima kuasa.

1. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ditegaskan bahwa pajak dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.

2. Bahwa sifat memaksa dari pelaksanaan pungutan pajak tersebut dituangkan dalam undang-undang di bidang perpajakan. Antara lain adanya kewajiban dari wajib pajak untuk:

a. Mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya (vide Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang KUP).

b. Menghitung dan membayar pajak terhutang (vide Pasal 12 ayat (1) dan (2), Pasal 10 Undang-Undang KUP).

c. Melaporkan pembayaran pajak (vide Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP).

d. Bagi wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya juga akan dikenakan sanksi, mulai dari sanksi administrasi (vide Pasal 13 ayat (2), ayat (3), dan ayat (7) Undang-Undang KUP) sampai dengan sanksi pidana (vide Pasal 38 sampai ... dan Pasal 41C Undang-Undang KUP).

3. Bahwa selain bersifat memaksa, pelaksanaan pemungutan pajak juga bersifat mengendepankan prinsip keseimbangan, yakni membayar pajak, mendapat perlindungan hak-haknya melalui undang-undang juga.

4. Oleh karena itu, di dalam undang-undang di bidang perpajakan, selain dibebani kewajiban, wajib pajak juga diberikan hak antara lain:

a. Menerima pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak (vide Pasal 11 Undang-Undang KUP).

(9)

b. Menerima imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (vide Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang KUP).

c. Mengajukan gugatan (vide Pasal 23 Undang-Undang KUP). d. Mengajukan keberatan dan banding atas surat ketetapan pajak

(vide Pasal 25 Undang-Undang KUP).

e. Mengajukan permohonan banding atas surat keputusan keberatan (vide Pasal 27 Undang-Undang KUP).

5. Bahwa hukum pajak juga bersifat imperatif, yakni pelaksanaannya tidak dapat ditunda. Misalnya, pelaksanaan penanganan pajak tidak tertunda meskipun ada gugatan atau adanya pembatasan waktu dalam hal pengajuan keberatan atas surat ketetapan pajak (vide Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang KUP).

6. Bahwa dari beberapa karakteristik atas pelaksanaan pemungutan pajak tersebut di atas, dapat disimpulkan dalam pemenuhan kewajiban dan pelaksanaan hak di bidang perpajakan, warga negara dalam hal ini wajib pajak perlu diberikan pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang hukum pajak. Karena apabila tidak, akan dapat berakibat hukum sebagaimana telah disebutkan di atas.

7. Bahwa dalam rangka memberikan kemudahan dan kepastian hukum bagi wajib pajak untuk melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakan, maka pembuat undang-undang dalam hal ini Undang-Undang KUP memandang perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan mengenai persyaratan atau kriteria, serta pelaksanaan hak dan kewajiban seorang kuasa yang akan mewakili wajib pajak agar tidak merugikan wajib pajak. 8. Secara filosofis, pengaturan mengenai persyaratan atau kriteria

serta pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang kuasa yang akan mewakili seseorang di bidang tertentu, hakikatnya agar penerima jasa dapat terlindungi hak-haknya. Hal ini juga tercermin dari berbagai ikatan profesi yang juga mewajibkan anggotanya untuk memiliki keahlian khusus.

9. Dengan demikian tidak berlebihan apabila terdapat pengaturan yang mewajibkan bagi kuasa wajib pajak untuk memenuhi syarat tertentu.

B. Landasan sosiologis pengaturan bagi penerima kuasa.

Bahwa ... satu. Bahwa berdasarkan pendapat Victor Thuronyi, selaku Senior Consul Taxation IMF dan Frans Vanistendael selaku Head European Tax College dalam bukunya Tax Law Design and Drafting tahun 1996 regulation of tax professionals, menyatakan bahwa sangat sulit untuk melaksanakan suatu sistem perpajakan dengan baik jika tidak melibatkan penasihat perpajakan. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar wajib pajak sulit untuk memahami seluruh peraturan perpajakan dengan tepat karena dinamis dan rumitnya peraturan

(10)

perpajakan tersebut. Dalam konteks ini diperlukan seorang penasihat perpajakan atau tax advisor untuk menjadi kuasa wajib pajak, agar wajib pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.

Yang kedua. Dengan memberikan layanan konsultasi kepada wajib pajak agar pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan sesuai peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, maka keberadaan tax advisor menjadi bagian penting dari kepentingan publik.

Oleh karena itu, Victor Thuronyi dan Frans Vanistendael menyatakan, “Negara memiliki kepentingan untuk memberikan perlindungan dan pengaturan atas keberadaan dan kegiatan tax advisor. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi wajib pajak dari tax advisor yang tidak kompeten atau tidak memahami peraturan perpajakan.” Dalam hal ini kepentingan negara untuk melindungi wajib pajak sama dengan perlindungan atas kepentingan publik lainnya, seperti contohnya perlindungan atas konsumen.

Yang ketiga. Dengan mempertimbangkan kepentingan negara dan publik, sebagaimana dimaksud pada angka 2 di atas, Pemerintah dan DPR melalui Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2000[Sic!] memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut mengenai persyaratan menjadi kuasa wajib pajak dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pengaturan lebih lanjut dimaksud tentunya masih dalam koridor kepentingan negara untuk melindungi kepentingan wajib pajak. Di antaranya untuk menentukan kualifikasi atau persyaratan yang diperlukan untuk menjadi kuasa, sehingga setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kuasa wajib pajak, hak dan kewajiban kuasa wajib pajak, serta pengaturan lebih lanjut dalam rangka profesionalisme dan akuntabilitas kuasa wajib pajak.

Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang kami hormati.

C. Penjelasan Pemerintah atas permohonan uji materiil ketentuan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sehubungan dengan dalil dan anggapan Pemohon dalam permohonannya, Pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut. 1. Bahwa pasal yang dimohonkan pengujiannya oleh Pemohon,

selengkapnya menyatakan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP, persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

2. Bahwa Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP yang dimohonkan pengujiannya oleh Pemohon, memberikan pendelegasian dalam

(11)

peraturan Menteri Keuangan untuk mengatur persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa wajib pajak. Oleh karena itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) PMK 229/2014.

3. Bahwa hirarki dan pendelegasian peraturan perundang-undangan diperlukan karena ketentuannya lebih tinggi hanya mengatur ketentuan yang bersifat umum, sedangkan ketentuan yang bersifat teknis didelegasikan ke peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Pendelegasian tersebut diatur dalam Lampiran 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang menyatakan bahwa pendelegasian kewenangan mengatur dari undang-undang kepada menteri pemimpin lembaga pemerintah nonkementerian atau pejabat yang setingkat dengan menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat teknis administratif.

4. Bahwa Mahkamah Konstitusi dalam beberapa putusannya, antara lain Putusan Nomor 128/PUU-VII/2009 tanggal 11 Maret 2010 dan Putusan Nomor 12/PUU-XII/2014 tanggal 19 Maret 2015 pernah memutus konstitusionalitas mengenai pendelegasian wewenang undang-undang untuk mengatur lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Dalam beberapa putusan tersebut, Mahkamah Konstitusi antara lain mempertimbangkan sebagai berikut.

a. Bahwa pendelegasian wewenang undang-undang untuk mengatur lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya adalah suatu kebijakan pembentuk undang-undang, yakni DPR dengan persetujuan pemerintah selaku legal policy. Sehingga dari sisi kewenangan kedua lembaga itu tidak ada ketentuan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dilanggar, artinya produk hukumnya dianggap sah. Pengaturan lebih lanjut dalam peraturan pemerintah, keputusan Menteri Keuangan, keputusan dirjen pajak, di samping untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dengan segera supaya ada landasan hukum yang lebih rinci dan operasional, sekaligus juga merupakan diskresi yang diberikan oleh undang-undang kepada Pemerintah yang dibenarkan oleh hukum administrasi (vide Perkara 3.15.1 Putusan Nomor 128/PUU-VII/2009 tanggal 11 Maret 2010, pada halaman 160).

b. Bahwa pengaturan dengan peraturan di bawah undang-undang dapat dibenarkan atau konstitusional apabila memenuhi syarat, yaitu delegasi kewenangan tersebut berasal dari undang-undang dan pengaturan dengan peraturan di bawah undang-undang tidak

(12)

bersifat mutlak, melainkan hanya terbatas merinci dari hal-hal yang telah diatur oleh undang-undang (vide Perkara 3.14.2 Putusan Nomor 12/PUU-XII/2014 tanggal 19 Maret 2015, pada halaman 137).

5. Bahwa berdasarkan kewenangan tersebut, Menteri Keuangan menetapkan PMK 229/2014 tentang Persyaratan serta Pelaksana Hak dan Kewajiban Kuasa yang mengatur mengenai hak ... yang mengatur mengenai wajib pajak yang dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, yang mana kuasa dimaksud meliputi konsultan pajak dan karyawan wajib pajak (vide Pasal 2 ayat (4) PMK 229/2014).

6. Bahwa seorang kuasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. a. Menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

b. Memiliki surat kuasa khusus dari wajib pajak yang memberi kuasa.

c. Memiliki nomor pokok wajib pajak.

d. Telah menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan tahun pajak terakhir, kecuali terhadap seorang kuasa yang tahun pajak terakhir belum memiliki kewajiban untuk menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan, dan terakhir

e. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Hal itu diatur dalam Pasal 4 PMK 229/2014.

7. Bahwa untuk menjadi kuasa dari wajib pajak, sangat wajar apabila dipersyaratkan kuasa wajib pajak menguasai ketentuan antara lain peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang ditunjukkan dengan memiliki izin praktik konsultan pajak. Mengenai kewenangan direktur jendral pajak sebagai pejabat yang memberikan izin praktik, hal itu juga logis dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan conflict of interest yang dikait-kaitkan dengan aspek pemeriksaan pajak (vide Pasal 5 ayat (1) PMK 229/2014).

8. Bahwa ketentuan a quo tidak hanya berlaku bagi Pemohon, namun berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali, yakni seluruh wajib pajak yang menunjuk kuasa haruslah seseorang yang memahami masalah perpajakan dan menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan atau yang kita kenal sebagai konsultan pajak.

9. Penguasaan atas hukum dan teknis perpajakan, sebagaimana disebut dalam Pasal 4 PMK 229/2014 juga harus dipenuhi bukan hanya oleh konsultan pajak yang menjadi kuasa wajib pajak, namun juga bagi karyawan yang menjadi kuasa wajib pajak. Bahwa karyawan wajib

(13)

pajak sebagai seorang kuasa dianggap menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, apabila memiliki:

a. Sertifikat brevet di bidang perpajakan yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan kursus brevet pajak.

b. Ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan sekurang-kurangnya tingkat diploma 3 yang diterbitkan oleh perguruan tinggi negeri atau swasta dengan status terakreditasi A. Atau

c. Sertifikat konsultan pajak yang diterbitkan oleh panitia penyelenggara sertifikat konsultan pajak (vide Pasal 5 ayat (2) PMK 229/2014).

Dengan demikian, sangat jelas bahwa pengaturan terkait kuasa wajib pajak untuk memiliki kredibilitas keilmuan perpajakan berlaku bagi siapa saja yang ingin menjadi kuasa wajib pajak, baik konsultan maupun karyawan. Yang dimaksudkan justru untuk menjaga kepentingan wajib pajak dengan benar.

10. Bahwa dengan menjalankan kewenangan tersebut, berarti Kementerian Keuangan telah melaksanakan asas hukum pemerintahan yang baik, yakni memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak.

11. Bahwa pengaturan persyaratan dalam ketentuan tersebut sama sekali tidak melanggar hak konstitusi Pemohon yang berprofesi sebagai advokat. Pengaturan persyaratan bagi kuasa wajib pajak dalam ketentuan a quo hanyalah persyaratan teknis yang dimaksudkan agar apabila wajib pajak dalam memenuhi kewajiban dalam melaksanakan haknya di bidang perpajakan, diwakili oleh pihak yang benar-benar kompeten di bidang perpajakan, sehingga wajib pajak tidak dirugikan. Mengingat segala tindakan penerima kuasa akibat hukumnya menjadi tanggung jawab wajib pajak yang bersangkutan. 12. Bahwa dengan demikian, dapat disimpulkan maksud dan tujuan

pembuat undang-undang memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut salah satu persyaratan untuk menjadi kuasa wajib pajak yang telah dimuat secara umum dalam Penjelasan Pasal 31 Undang-Undang KUP. Dengan demikian, sangat jelas bahwa pengaturan yang ditetapkan dalam PMK 229/2014 telah sejalan dengan Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP dan dimasukkan sebagai wujud perlindungan kepada wajib pajak. Apabila tidak dipersyaratkan yang demikian, maka dikhawatirkan penerima kuasa sama sekali tidak memiliki keahlian di bidang perpajakan, sehingga pada akhirnya yang dirugikan adalah wajib pajak itu sendiri. 13. Bahwa dapat Pemerintah sampaikan, ketentuan dalam PMK 229/2014

sebagai penjabaran dari Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP, memberi kesempatan yang sama kepada siapa pun untuk dapat menjadi konsultan pajak asalkan telah memenuhi persyaratan yang

(14)

sudah ditetapkan. Tidak ada pembatasan bagi siapa pun untuk berprofesi sebagai konsultan pajak, tidak terkecuali pula Pemohon. 14. Bahwa apabila Ketentuan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP

dinyatakan tidak berlaku sebagian atau seluruhnya, maka tujuan menambahkan ayat (3) huruf a dalam Pasal 32 menjadi tidak tercapai. Sehingga pelaksanaan kesempatan wajib pajak menunjuk kuasa tidak mempunyai aturan teknis yang sesungguhnya sangat diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban wajib pajak.

Keempat. Petitum.

Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian constitutional review ketentuan a quo terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat memberikan putusan sebagai berikut.

1. Menyatakan bahwa Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum atau legal standing.

2. Menolak permohonan pengujian Pemohon point seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian permohonan … saya ulangi, atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian Pemohon tidak dapat diterima atau niet ontvankelijk verklaard.

3. Menerima keterangan presiden secara keseluruhan.

4. Menyatakan ketentuan Pasal 32 ayat (3a) Undang-Undang KUP tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia diucapkan terima kasih. Jakarta, 16 Oktober 2017, Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Keuangan, tertanda tangan Sri Mulyani Indrawati. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, tertanda tangan Yasonna H. Laoly.

Demikian, Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, saya ucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan. Assalamualaikum wr. wb.

11. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Waalaikumsalam wr. wb. Terima kasih. Silakan duduk kembali, Pak. Dari meja Hakim ada? Pak Suhartoyo, saya persilakan Yang Mulia. 12. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Ya, terima kasih, Pak Ketua Yang Mulia. Saya ke Pemerintah, ya, ke DP … sori, khususnya ke Kementerian Keuangan atau presidenlah.

(15)

Begini, Pak, ada dua hal yang menarik dari penjelasan tadi. Yang pertama, saya ingin sampaikan dulu tentang peraturan Menteri Keuangan, ya, mungkin ini juga belum tentu menjadi wilayahnya Mahkamah Konstitusi untuk terlalu jauh masuk ke sana, tapi ada yang menarik.

Jadi, di depan keterangan dari Pemerintah mengatakan bahwa persyaratan untuk menjadi kuasa, itu harus strict. Artinya bahwa seseorang harus betul-betul punya kemampuan di bidang perpajakan. Kemudian, juga tadi mengatasnamakan kepentingan negara di atas segala-galanya itu. Bahkan unsur pemberlakuannya secara memaksa pun dibawa-bawa juga. Artinya, begini, tapi di belakang mengatakan bahwa sebenarnya PMK itu tidak membatasi. Tapi kalau saya cermati di PMK-nya itu mengatakan bahwa Pasal 2 ayat (4), ya, Pak, kalau tidak salah kan, siapa yang bisa menjadi kuasa itu? Di situ adalah konsultan pajak dan karyawan pajak. Jadi, ada sesuatu yang agak kontradiksi. Kenapa kalau siapa pun boleh, sepanjang yang bersangkutan adalah menguasai bidang perpajakan, seperti buka scop seperti itu? Sehingga apalagi konsultan hukum, para advokat ini yang hari-hari memang dia mendampingi klien, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang kepentingannya dijamin oleh undang-undang, sehingga menjadi tertutup.

Bahkan ini kalau saya mencermati permohonan Pemohon itu kan sampai yang bersangkutan mengajukan gugatan ke berbagai pengadilan ini. Bahkan di NO terus. Karena itu, di satu sisi memang PMK mengatakan bahwa siapa pun boleh, sepanjang menguasai bidang perpajakan. Sementara di sisi lain mengatakan bahwa Pasal 2 ayat (4) itu strict hanya karyawan pajak dan konsultan pajak. Kalau konsultan hukum yang menguasai bidang perpajakan, masih mungkin terbuka kesempatan untuk teman-teman dari advokat. Dan bisa juga orang lain secara perorangan sepanjang dia menguasai, bisa sebenarnya. Itu persoalan yang ... yang kemudian menjadi trigger sebenarnya.

Tapi kalau pada hari ini yang ingin saya sampaikan kepada Pemerintah. Barangkali Mahkamah ingin pandangan atau penjelasan tambahan dari Pihak Presiden Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Keuangan. Begini, Bapak, persoalan seseorang akan memberikan hak pribadinya yang sangat privat, yang sangat personal, personal right di situ ada dijamin Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kepada pihak lain yang juga sifatnya privat, pribadi, perseorangan juga yang mestinya juga dijamin undang-undang.

Kenapa ketika ada perubahan undang-undang ini, saya ingin pandangan dari Pemerintah nanti, memorie van toelichting-nya atau reasoning-nya apa, kemudian membuka peluang itu? Hak-hak sifatnya yang sangat mendesak ... mendasar, personal right tadi, kemudian kok diserahkan kepada peraturan menteri? Mestinya minimal undang-undang. Peraturan pemerintah pun masih bisa diperdebatkan. Ini

(16)

sebagai trigger, sebagai induknya ini, Bapak. Artinya, ternyata apa? Di belakang muncul anak-anaknya seperti itu, pembatasan yang ada. Karena memang kemudian memberi ruang yang seluas-luasnya kepada Menteri Keuangan untuk membuat aturan pelaksanaan.

Kalau aturan pelaksanaan misalnya tata cara pembuatan surat kuasa, tata cara beracara di dalam mengajukan ... di dalam apa ... mengajukan proses keberatan-keberatan diatur dengan undang ... dengan peraturan pelaksanaan, mungkin. Tapi kalau ini mengatur tentang persyaratan pelaksanaan dan ... pelaksanaan hak dan kewajiban, itu sangat erat sekali dengan hak-hak dasar itu. Mestinya yang itu yang harus.

Memang kadang-kadang kita kalau mendengar penjelasan tadi secara normatif, kayaknya enggak ada yang salah. Bawa saja ke Mahkamah Agung, ini kan peraturan menterinya yang salah. Tapi ada himpitan dengan persoalan bagaimana mengejawantahkan hak yang sifatnya personal, hak yang sifatnya asasi, kemudian bisa diserahkan dengan mudah oleh peraturan di bawah undang-undang. Itu yang kemudian ... memang benar tadi Bapak katakan bahwa dari sistem atau tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan, mungkin tidak salah. Tapi substansinya yang kemudian bisa kita kemudian kita persoalkan.

Nanti mohon diberi pandangan kami, Bapak, Mahkamah ... Mahkamah, kenapa kok ini bisa? Padahal di Pasal 32 yang aslinya, ayat (3) itu sudah ... sudah menjelaskan begini, “Orang, pribadi, atau badan dapat menunjuk kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Ini sudah bisa dengan cara ini mengatur tentang tata cara bagaimana prosedur mengajukan ketika orang sudah menjadi ... mendapatkan kuasa.

Tadi kan syarat utama yang Bapak ajukan tadi kan, orang harus mendapat kuasa, ya kan? Kemudian, orang itu ada kapabil ... capable di bidang perpajakan. Ini pemohon katanya, kalau tidak salah dan tidak bohong, ketika itu Pak Petrus sendiri mengatakan, “Lawyer yang sudah punya sertifikat perpajakan.” Dicantumkan dalam ... dilampirkan di bukti, enggak? Nah, itu. Itu menjadi perhatian kita.

Jadi, jangan kemudian Pemerintah mendua di sini. Di satu sisi siapa pun boleh, tapi di PMK-nya yang bentuknya konkret adalah membatasi, hanya karyawan pajak dan konsultan pajak. Coba kalau dibuka, skip saja. Konsultan hukum yang menguasai bidang perpajakan. Itu pun juga menurut saya masih membatasi. Siapa pun, personal right, Pak. Kalau saya orang tidak mampu, saya memberi kuasa kepada saudara saya, pasti lebih-lebih akan dilarang. Orang advokat saja dilarang. Padahal saudara saya ini sudah juga mengetahui tentang bidang perpajakan.

(17)

Ini. Jadi mohon dicermati. Ini bukan sekadar bahwa ini seolah-olah bahwa ini kan peraturan menterinya, sehingga mesti bawa ke ... ini Pak Petrus ini sudah menunjukkan bukti punya Sertifikat Brevet AB di bidang perpajakan, dia advokat. Advokat dijamin untuk mewakili sebagai kuasa hukum, baik di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. Masa peraturan menteri mengalahkan undang? Belum undang-undang yang lain, Pak. Mungkin hari ini baru advokat, mungkin besok ada lagi pihak yang kemudian ... ya, itu Mahkamah ingin pandangan itu dari Pihak Presiden, khususnya Kementerian Keuangan yang secara teknis menguasai itu. Dan dari Kementerian Hukum dan HAM, bagaimana kaitannya dengan persoalan konstitusionalitas hak setiap warga negara meskipun dalam konteks wajib pajak.

Barangkali itu, Pak Ketua. Terima kasih. 13. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, Prof. Saldi, silakan. 14. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA

Terima kasih, Pak Ketua. Saya tadi juga mau ... apa ... minta penjelasan Pemerintah soal memahami ... apa namanya ... peraturan perundang-undangan atau secara keseluruhan memahami soal perpajakan. Tadi sudah dikatakan bagaimana kalau ada advokat yang sudah memiliki syarat dia paham, sudah punya sertifikat seperti yang disebutkan tadi, itu satu hal.

Yang kedua, di dalam PMK itu kan eksplisit dikatakan bahwa yang bisa mewakili wajib pajak yang bermasalah itu kan konsultan pajak, lalu karyawan pajak. Nah, saya minta ... apa namanya ... Pemerintah memberikan penjelasan, apakah karyawan pajak yang mewakili pembayar pajak yang memerlukan jasa hukum soal pembayaran pajak, lalu dia minta bantu ke karyawan pajak sendiri. Apakah itu kemudian ... soal-soal keahliannya kita tidak perdebatkan, pastilah dia paham karena ... apa namanya ... walaupun tadi disebutkan belum tentu juga semua karyawan pajak bisa memenuhi itu, tapi untuk karyawan pajak yang memenuhi ketentuan yang dimaksud oleh PMK itu, apakah itu kemudian tidak akan terjadi semacam conflict of interest misalnya? Karena yang kita pahami secara umum kalau ada pemegang kuasa mewakili pemberi kuasa, biasanya kan posisinya berhadap-hadapan sebetulnya dengan pihak yang dituju untuk menyelesaikan masalah ini.

Nah, sekarang ada dalam ketentuan itu yang mengatakan, “Karyawan pajak yang mewakili pemberi kuasa.” Ini kan ... silakan kalau ada klarifikasi.

(18)

15. PEMERINTAH: TIO SEREPINA SIAHAAN

Mohon izin, Pak. Yang diatur karyawan dari wajib pajaknya, Pak. 16. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA

Oh, karyawan dari wajib pajak? Oke, kalau begitu. Kalau begitu, tadi disebutnya karyawan pajak, bukan karyawan wajib pajak, yang saya dengar tadi, nah itu.

Jadi kalau karyawan dari wajib pajak sih, saya tarik apa ... saya tarik apa ... pertanyaan itu. Tapi, saya minta penjelasan sebetulnya di luar soal pertama tadi ... apa ... soal kewajiban pajak. Soal orang yang menjadi kuasa, itu kan sebetulnya lebih kepada keyakinan orang yang memberi kuasa. Jadi, tidak selalu kalau orang tidak memiliki keahlian misalnya, kalau dia yakin, ya, sudahlah. Kan bisa saja nanti ... apa namanya ... keinginannya tidak bisa terpenuhi karena dia tidak paham dengan apa yang dia perjuangkan.

Nah, yang paling penting itu menurut saya adalah bagaimana kalau ada advokat yang memang dia paham soal perpajakan dan itu kan tidak ditampung dalam PMK itu sebetulnya. Dia tidak paham soal ... dia paham soal perpajakan tidak ditampung. Karena apa? Kemungkinan untuk masuk ke ruang itu kan dikunci rapat sebetulnya di dalam PMK itu. Ini memang kita bukan mau menguji ... apa namanya ... mau menguji PMK-nya, itu bukan wilayahnya Mahkamah Konstitusi. Tapi pada akhirnya kalau ketentuan itu melahirkan sesuatu yang bisa merugikan hak konstitusional warga negara, kan bisa saja nanti kita melihat kepada ketentuan yang memberikan atribusi atau ... apa namanya ... kewenangan kepada pembentuk peraturan yang lebih rendah dari undang-undang itu.

Itu pertanyaan saya. Terima kasih, Pak Ketua. 17. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Terima kasih, Prof. Saldi, ya.

Dari Pemerintah, akan direspons sekarang atau direspons secara tertulis untuk menambahkan keterangannya?

18. PEMERINTAH: ERWIN FAUZI

Akan tertulis, Yang Mulia, terima kasih. 19. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, ya, baik. Jadi nanti keterangan tertulisnya ditambahkan dengan apa yang sudah direspons Para Hakim.

(19)

Baik, sebelum saya akhiri, apakah Pemohon mengajukan ahli atau saksi?

20. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG

Siap, Yang Mulia. Rencananya kami akan mengajukan ahli. 21. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Berapa ahlinya?

22. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG

Yang sudah dipersiapkan mungkin tiga orang, Yang Mulia. 23. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Tiga orang. Ahli, ya?

24. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG Ya.

25. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, kalau begitu nanti pada sidang yang akan datang semuanya dihadirkan sekaligus.

26. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG

Ya, Yang Mulia, mohon izin. Mungkin ini ahli dari para advokat yang memang juga seperti yang sudah dijelaskan beberapa Majelis tadi bahwa kami ini sebenarnya juga kan para advokat (...)

27. KETUA: ARIEF HIDAYAT Itu ... kalau itu bisa saksi.

28. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG Kami ahli.

29. KETUA: ARIEF HIDAYAT

(20)

30. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG Baik, terima kasih, Yang Mulia.

31. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Tapi kalau keterangannya itu berhubungan dengan apa yang dia alami, itu ke arah saksi, kan? Ini ahli, ya?

32. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG Bukan. Kami … ahli, ya, ya.

33. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Kalau begitu nanti tiga orang ahli, ya, langsung sekaligus. Makalahnya bisa disampaikan ke Kepaniteraan, dua hari sebelum sidang yang akan datang, ya.

34. KUASA HUKUM PEMOHON: MUNIAR SITANGGANG Baik, baik, Yang Mulia.

35. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Pemerintah nanti juga anu … menyampaikan ahli, ya? Baik, kalau begitu.

36. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Pak Ketua?

37. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya.

38. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA

Ini karena Pemerintah mau me apa … mau membuat jawaban tertulis, mungkin juga kalau bisa, kita dibantu juga bahan tambahan. Apakah karakter yang seperti itu juga dianut oleh negara-negara lain dalam soal penyelesaian pajak? Jadi, kayak perbandingan di tempat-tempat lain, begitu. Terima kasih, Pak Ketua.

(21)

39. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, ini ada permintaan tambahan, ya, dari Prof. Saldi.

Baik, sidang yang akan datang, Senin, 30 Oktober 2017. Senin, 30 Oktober 2017, pada pukul 11.00 WIB, dengan mendengarkan keterangan DPR, kalau hadir, kemudian tiga orang ahli, yang makalahnya dua hari sebelum sidang disampaikan. Pada pukul 11.00 WIB, kita mulai. Ya, saya ulangi, Senin, 30 Oktober 2017, pada pukul 11.00 WIB.

Ada yang akan disampaikan lagi? Cukup, ya? Cukup. Dari Pemerintah, cukup? Jangan lupa keterangan tambahan secara tertulis segera disampaikan. Baik, kalau begitu sidang sudah selesai, terima kasih, dan ditutup.

Jakarta, 16 Oktober 2017 Kepala Sub Bagian Risalah,

t.t.d.

Yohana Citra Permatasari NIP. 19820529 200604 2 004

SIDANG DITUTUP PUKUL 11.58 WIB KETUK PALU 3X

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini, yaitu perbedaan kelas sosial yang ada pada cerpen “Perkawinan Mustaqimah” karya Zulfaisal Putera yang terbagi menjadi dua, yaitu golongan sangat

Dengan adanya modul pengembangan bimbingan kelompok untuk mencegah perilaku seks bebas pada peserta didik, diharapkan dapat membantu guru dalam memberikan

Dalam proses penelitian ini peneliti berperan langsung, bertindak sekaligus sebagai instrument dalam pengumpulan data, karena penelitian ini dilakukan dengan fokus

Untuk kegiatan sholat wajib dhuhur dan ashar berjamaah siswa berada di tanggung jawab pihak sekolah karena setiap waktunya sholat dhuhur dan sholat ashar siswa di

zingiberi asal Temanggung dan Boyolali yang telah disimpan dalam medium tanah steril selama enam tahun masih tumbuh dengan baik pada medium PDA dan memenuhi cawan Petri setelah

Pengkajian transtivitas terhadap pidato kampanye Ahok pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 menghasilkan tiga simpulan, yakni 1) seluruh tipe transitivitas

Sedangkan pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kedua cavum nasi sempit, sekret bening, konka inferior berwarna livide , terdapat massa lunak, bertangkai, bulat,

Populasi karang cenderung mengelompok pada kisaran 150-200 m dari garis pantai sisi selatan, sedangkan di sisi utara ditemukan pada kisaran 100-150 m dari garis pantai