• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIGNIFIKANSI PENDIDIKAN GEREJA DALAM GEREJA LOKAL. Yusak Eka Putra Sihombing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIGNIFIKANSI PENDIDIKAN GEREJA DALAM GEREJA LOKAL. Yusak Eka Putra Sihombing"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

41

SIGNIFIKANSI PENDIDIKAN GEREJA DALAM GEREJA LOKAL

Yusak Eka Putra Sihombing

Pendidikan Kristen pada hakekatnya didasari oleh Alkitab yang diyakini orang-orang percaya adalah Firman Allah yang bersumber pada pengajaran Tuhan Yesus Kristus melalui amanat AgungNya dalam Matius 28: 19- 20 yaitu “ Pergilah, Jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”

I. Apa Pendidikan Kristen itu?

Istilah pendidikan didapat dari bahasa inggris “ Education” yang berasal dari bahasa Latin “ducere” yang berarti membimbing(to lead), ditambah awalan “e” yang artinya “keluar”(out). Jadi arti dasar dari kata pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar. Sedangkan Pendidikan Kristen itu sendiri dapat diartikan sebagai “ Pendidikan yang Kristen”(LeBar, Education That is Christian). Artinya pendidikan yang bercorak, berdasarkan, dan berorientasi Kristen (memiliki nilai-nilai kekristenan) yang membedakannya dengan pendidikan dalam arti secara umum 1(Strategi Pendidikan Kristen, hal 10).

Pendidikan kristen adalah aktivitas mengenal dan bersekutu dengan Allah, pengalaman menjadi serupa dengan karakter Allah dan melakukan kehendak Allah, maka pendidikan kristen berperan sebagai dasar, nilai dan kekuatan orang kristen2. Tanpa pendidikan kristen, hancurlah kehidupan manusia. Tanpa pendidikan kristen, hidup manusia tidak bernilai sama sekali. Tanpa pendidikan kristen, tidak ada kekuatan untuk hidup yang pantas dan berarti.

Ada Banyak Pendapat tokoh-tokoh pendidikan Kristen yang mendefinisikan mengenai Pendidikan Kristen. Berikut ini adalah beberapa pendapat para tokoh diantaranya: Robert W. Pazmino (1988) mengatakan; Pendidikan Kristen merupakan “usaha bersahaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, ketrampilan-ketrampilan, dan tingkah laku yang bersesuaian/konsisten dengan iman Kristen; mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh kudus, sehingga peserta didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus” (foundational Issue in Christian Education, hal. 81)

Menurut Hieronimus (345-420) Pendidikan Kristen adalah kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk mendidik jiwa sehingga menjadi bait Tuhan. Sedangkan C. L. J. Sherrill (1892-1957) berpendapat bahwa Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang bertujuan memperkenalkan Alkitab kepada pelajar, supaya mereka memiliki relasi khusus dan pribadi dengan Tuhan Secara mendalam, dan mampu menerima realitas kekuatan, kuasa, kasih penebusan dan ciptaan kembali oleh Allah dalam karya penyelamatan-Nya

1

Sijabat,B.Samuel, Strategi Pendidikan Kristen: Suatu Tinjauan Theologis-Filosofis. Yogyakarta:Yayasan Andi,1994.

2

(2)

42

Dari pernyataan pendapat para pakar pendidikan Kristen, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan kristen adalah proses menanamkan nilai-nilai rohani yang bersumber dari Alkitabiah terhadap peserta didik agar mereka mengalami transformasi kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah di dalam Kristus Yesus. Untuk mewujudkan transformasi nilai-nilai rohani, maka eksistensi gereja sebagai penyelenggara amanat Agung Tuhan Yesus Kristus di muka bumi ini, merupakan kebutuhan yang sangat penting dan mendesak. Dalam hal ini peran pemimpin rohani dan para pakar pendidikan kristen sangat penting dan menentukan terselenggaranya proses penerapan pendidikan kristen di dalam gereja lokal.

2. Mengapa Pendidikan Kristen di dalam Gereja itu Penting?

Pendidikan kristen adalah nilai hidup, pemikiran, kerja dan pelayanan orang percaya. Oleh karena kehidupan manusia berasal dari Allah sebagai sumber hidup, maka nilai hidup manusia pun berasal dari Allah. Hidup manusia bernilai apabila sesuai dengan kehendak Tuhan (theologis). Kehendak Tuhan adalah supaya manusia mengenal Allah, bersekutu dengan Allah, menjadi serupa dengan Dia dan melakukan kehendak-Nya. Nilai hidup manusia yang demikian menjadi jaminan bagi hidup yang akan ada di dalam kekekalan, tanpa pengalaman pendidikan kristen, tidak mungkin manusia memiliki nilai hidup, dan tidak mungkin manusia memiliki nilai kekekalan. Hidup manusia tidak bernilai tanpa pendidikan kristen artinya, tanpa mengenal Allah dan bersekutu dengan Allah, tanpa memiliki karakter yang serupa dengan Allah, tanpa melakukan kehendak Allah, maka hidup manusia menjadi tidak bernilai.

Demikian pula, pemikiran yang cemerlang, kerja yang berhasil, pelayanan kepada Allah dan manusia, tanpa pendidikan kristen yang dilandasi oleh Alkitab sebagai sumber dan dasar kebenaran, maka semuanya itu adalah tidak bernilai, kecuali mungkin hanya bernilai humanistik, pragmatis dan praktis.

Pendidikan kristen merupakan materi yang kuat dan sehat untuk pertumbuhan rohani menuju ke arah kedewasaan yang dikehendaki oleh Tuhan. Artinya, pendidikan kristen adalah makanan utama dan sehat untuk membuat orang kristen bertumbuh dan menjadi dewasa. Karena dengan mengenal Allah, bersekutu dengan-Nya, orang kristen akan menjadi serupa dengan Allah dalam hal karakter dan akan memiliki hati yang penuh dengan ketaatan dalam hal melakukan kehendak-Nya3.

Penerapan pendidikan Kristen dalam gereja lokal merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut unsur-unsur yang fundamental dari sebuah proses pendewasaan iman jemaat yang berdampak bagi pertumbuhan gereja lokal baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Rasul Paulus pernah menasehati anak rohaninya Timotius dalam rangka menerapkan pendidikan kristen kepada orang – orang yang percaya (II Timotius 2: 1-7) disebutkan: “...Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain”. Tentu pendidikan yang dimaksud di sini harus berangkat dari pengajaran yang

3 Boehkle,Robert., Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Jilid I,

(3)

43

Alkitabiah sebagai sumber, arah dan tujuan pendidikan dalam rangka memperlengkapi, membangun, dan mendewasakan hidup kerohanian jemaat (Efesus 4:11-16).

Pengertian pendidikan Kristen itu sendiri adalah suatu proses perubahan untuk memahami, mengerti, dan mewujudkan sebuah transformasi kehidupan rohani seseorang (jemaat/peserta didik) melalui peranan Roh Kudus yang sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab yaitu menjadi seperti Kristus (Galatia 2:19-21).

Pendidikan Kristen di dalam gereja lokal merupakan upaya Allah dan manusia (hamba Tuhan) yang dilakukan secara bersahaja dan berkesinambungan untuk memberikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan, sensitivitas serta tingkah laku yang konsisten dengan iman kristen. Sedangkan orientasi pendidikan yang diterapkan dalam gereja lokal harus mencangkup seluruh aspek potensi yang ada di dalam gereja dan salah satunya adalah sumberdaya manusia itu sendiri. Membangun pendidikan kristen dalam gereja lokal tidaklah semudah membalik telapak tangan, ini merupakan tantangan sekaligus tugas pokok bagi para pemimpin gereja (gembala sidang) yang memerlukan pertimbangan, kecermatan dan kehati-hatian dalam mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi yang ada demi tercapainya tujuan Allah atas gerejaNya di muka bumi.

3. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Kristen di dalam Gereja

Pendidikan kristen pada hakekatnya adalah untuk mencapai kualitas kerohanian peserta didik yang maksimal dan semakin bertambah-tambah sebagai akibat dari keberhasilan pendidikan yang disikapi secara benar dan utuh oleh seluruh pelaku pendidikan. Orang percaya yang bertumbuh adalah orang percaya yang memahami hakekatnya bertumbuh di dalam pemahaman dan penghayatan Firman Allah sebagai implikasi dari upaya penerapan pendidikan dan sikap responsif dari seluruh potensi dan sumberdaya manusia yang ada dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan upaya yang tepat dan relevan dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi bersama antara pemimpin rohani dan jemaat, antara lain:

1. Dalam menyusun kurikulum pendidikan, harus melibatkan semua pihak (Pimpinan gereja dan seluruh jemaat dlsb.) sesuai dengan semangat dan tujuan pendidikan Kristen itu sendiri.

2. Pemimpin rohani dan peserta jemaat harus mempunyai komitmen secara vertikal maupun horisontal di dalam bentuk struktur, program dan pola kerja yang rapi dan tertib, dimana semua merasa terlibat dan dibutuhkan dalam proses pendidikan. 3. Membuat platform yang jelas mengenai sasaran dan tujuan pendidikan

4. Gereja / Sinode harus mempersiapkan materi atau kurikulum dengan baik, sehingga seluruh sumberdaya manusia yang ada dapat terlayani secara maksimal.

5. Mengadakan fellowship secara berkala dan teratur sebagai bentuk evaluasi dan silaturahmi, antara pemimpin rohani dan seluruh jemaat.

6. Menegakkan disiplin dan komitmen bersama untuk mematuhinya, sehingga penerapan pendidikan dapat berjalan seimbang, teratur dan terarah demi tercapainya tujuan dan kehendak Allah bagi gerejaNya.

7. Dibutuhkan kualitas seorang pemimpin yang memiliki karakter Kristus yang dapat dipercaya, cakap mengajar, loyal dan tanggung jawab yang telah teruji. misal: tidak

(4)

44

mementingkan diri sendiri (flp 2:3,4), rendah hati (I Pet 5:6), setia (Mat 24:46), cerdik dan tulus (Matius 10:16), dlsb.

8. Pemimpin rohani harus memiliki komitmen dan usaha yang gigih untuk membantu jemaat secara moril maupun materiil, agar proses pendidikan kristen dapat terwujud demi tercapainya amanat Agung Tuhan Yesus Kristus (Matius 28:18-20).

Beberapa hal yang sangat penting untuk diantisipasi agar dalam menerapkan pendidikan kristen dalam gereja lokal dapat berjalan efektif, maksimal dan terarah, maka harus memperhatikan beberapa faktor penyebab kegagalan yang antara lain; adanya faktor internal, eksternal dan kepribadian pemimpin dalam gereja lokal.

a. Faktor internal itu antara lain;

1. Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya PK di dalam gereja

2. Kurangnya sumberdaya manusia yang mampu dan mau terlibat dalam PK 3. Tidak adanya platfom yang jelas dari pemimpin gereja untuk menekankan PK 4. Tidak tersedianya sarana dan prasarana penunjang PK

5. Kemampuan dan latar belakang pendidikan jemaat yang berbeda-beda b. Faktor eksternal antara lain;

1. Sulitnya mengurus perijinan pendirian gereja

2. Pandangan yang sempit dari orang-orang yang ada dilingkungan gereja (masyarakat) terhadap pendidikan kristen, karena dianggap kristenisasi

3. Organisasi / Sinode Gereja belum siap dengan kurikulum baku

4. Pemimpin gereja menganggap belum begitu penting untuk menerapkan PK di dalam gereja.

c. Faktor kepemimpinan antara lain mencakup; 1. Latar belakang pendidikan dan status sosial

2. Kurang mendapat dukungan moril dan materiil dari sinode 3. Tidak memiliki visi dan misi yang jelas

4. Lebih fokus kepada penggembalaan dari pada Pendidikan Kristen 5. Tidak memiliki kemampuan manajemen yang memadai.

Dalam implementasinya, Pendidikan Kristen harus mendapat prioritas penting di dalam gereja, khususnya umat kristen yang hidup di tengah-tengah kemajemukan agama, suku dan bahasa, agar Pendidikan Kristen yang telah diamanatkan Tuhan atas gerejaNya dan yang telah didukung oleh Pemerintah melalui UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 dan PP 55tahun 2007 dapat terlaksana sebagaimana metinya. Untuk itu pada Bab II berikut, pembahasan Implementasi Pendidikan Kristen di gereja lokal akan membahas tentang 1. Tugas Utama Pendidikan Kristen, 2. Pentingnya Pendidikan Kristen Dalam Gereja Lokal, 3. Sikap Gereja Terhadap Pendidikan Kristen, 4. Tujuan Pendidikan Kristen, dan pada Bab III Solusi Bagi Implementasi Pendidikan Kristen.

Tugas Utama Pendidikan Kristen

Dalam implementasinya Pendidikan Kristen di dalam gereja lokal, memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab utama yang antara lain;

(5)

45

1. Membawa jemaat untuk mengalami proses perubahan hidup menjadi murid Yesus yang berkualitas (Mat 4:19; 28: 18-20)

2. Membawa jemaat untuk hidup berpusat pada Kristus, melalui aspek pengenalan, pengertian, dan pemahaman terhadap kehendak Allah.(Hosea 4:6; Flp 3:10-14)

3. Membawa jemaat untuk mentaati dan mengasihi Firman Tuhan (2 Kor 3:17,18; Mzm 1:1-3)

4. Mendidik jemaat untuk hidup bergantung pada Kristus dan bukan keadaan (Flp 4:4; 2 Kor 5:6-7; 4:16-18)

5. Membawa jemaat untuk memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, saudara seiman dan sesama di tengah-tengah kemajemukan suku, agama, sosial, dan budaya yang ada disekitarnya(Ef 1:3-14; 2:1-10; 4:17; 5:22).

1. Pentingnya Pendidikan Kristen di dalam Gereja

Kehadiran pendidikan Kristen di dalam gereja lokal menjadi amat penting agar orang-orang percaya dapat hidup dan mengaplikasikan imanya dalam hidup sehari-hari. Pengikut-pengikut Kristus tidak boleh tertutup atau menghindarkan diri dari dunia sekitarnya, melainkan dengan penuh keberanian dan berlandaskan kasih mendemonstrasikan kasih Allah ditengah-tengah dunia. Kehadiran orang-orang percaya haruslah dapat menjadi terang dan garam di tengah-tengah lingkungannya(Matius 5:13-16). Gereja bersama dengan para ahli pendidikan agama Kristen terus bergumul agar pentingnya PAK dalam gereja lokal, dapat dikelola dengan baik dan menjadi sarana penting dalam pembentukan spiritualitas peserta didik (jemaat ataupun masyarakat disekitarnya), bukan hanya berfokus pada masa kini saja, melainkan tertuju pada masa depan. Kajian terhadap pendidikan agama kristen terus dilakukan, baik menyangkut; kurikulum, kualitas guru, metode, dan strategi belajar mengajar, sehingga dengan hadirnya pendidikan agama kristen dalam gereja lokal akan lebih efektif bagi pertumbuhan iman jemaat, terlebih bagi kelangsungan pertumbuhan gereja baik secara kualitas maupun kuantitas di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. 2. Sikap Gereja Terhadap Pendidikan Kristen

Seiring dengan bertambahnya jumlah jiwa-jiwa dalam gereja (secara kuantitas), maka tidak menutup kemungkinan akan muncul masalah - masalah baru yang multi dimensi berkaitan dengan kebutuhan yang dihadapi jemaat baik secara individu maupun kelompok. Untuk itu peranan pemimpin gereja sebagai pendidik harus benar - benar dapat mengakomodasi kebutuhan - kebutuhan jemaat secara menyeluruh yang salah satunya melalui Pendidikan Agama Kristen dalam gereja lokal, sehingga sekecil apapun masalah yang dihadapi jemaat dapat dideteksi sejak dini untuk segera di atasi.

Kepemimpinan, sumber daya manusia, sarana dan pra sarana, serta manajemen gereja adalah unsur-unsur penting dalam menerapkan pendidikan kristen di gereja, sedapat mungkin diupayakan secara maksimal dan efektif dalam menyikapi adanya gejolak masalah di tengah-tengah kemajemukan masyarakat dalam agama, sosial dan budaya . Oleh sebab itu para pimpinan gereja sebagai pilar dan ujung tombak PAK harus mewaspadai adanya hal-hal penting yang bisa menjadi hambatan dan hal-halangan gereja dalam menyelenggarakan PAK di tengah-tengah masyarakat yang majemuk , sehingga pertumbuhan iman jemaat dapat tercacapai secara maksimal sebagaimana tujuan utama pendidikan kristen. Dalam hal

(6)

46

ini harus disadari bersama bahwa sesungguhnya penerapan pendidikan kristen tidak terlepas dari peran serta semua pihak baik faktor pendidik (gembala sidang) maupun peserta didik (jemaat) untuk terlibat bersama-sama secara aktif dan proaktif. Peran serta kedua belah pihak harus berjalan seimbang, konsisten dan tetap terarah. Untuk itu dibutuhkan adanya komitmen dan kompetensi sumberdaya manusia yang dapat berperan aktif untuk bersama-sama memberikan kontribusi berarti bagi usaha pencapaian tujuan dan sasaran pendidikan itu sendiri. Sehingga seberat apapun situasi dan kondisi yang dihadapi gereja dalam kaitan pertumbuhan gereja baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan dapat diatasi bersama-sama yang melibatkan seluruh potensi yang dimiliki oleh gereja lokal. Berikut ini ada beberapa kendala yang dihadapi oleh gereja, yang apabila tidak diantisipasi atau disikapi dengan baik, maka akan dapat menimbulkan masalah dalam upaya memaksimalkan potensi jemaat yang harus segera di atasi, yaitu;

1. Ketidak beraturan perencanaan program pendidikan di dalam gereja 2. Keterbatasan daya(kemampuan) dan tenaga pendidik

3. Lesunya tingkat partisipasi jemaat dalam mengikuti dan merealisasikan maksud penerapan pendidikan dalam hidupnya

4. Materi pendidikan yang diterapkan kurang maksimal dalam memenuhi kebutuhan jemaat 5. Tidak adanya tindaklanjut dalam pembimbingan dan pendampingan sebagai bentuk

penerapan pendidikan

6. Kesenjangan sosial, kesejahteraan, sikap dan aktivitas antara jemaat dan gembala sebagai pendidik

7. Adanya ketidaktaatan dan ketidakdisiplinan jemaat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya

3. Tujuan Pendidikan Kristen di dalam Gereja

Dalam implementasinya, tujuan Pendidikan Kristen memiliki beberapa tugas dan tanggungjawab utama yang antara lain;

1. Membawa jemaat untuk mengalami proses perubahan hidup menjadi murid Yesus yang berkualitas (Mat 4:19; 28: 18-20)

2. Membawa jemaat untuk hidup berpusat pada Kristus, melalui aspek pengenalan, pengertian, dan pemahaman terhadap kehendak Allah.(Hosea 4:6; Flp 3:10-14)

3. Membawa jemaat untuk mentaati dan mengasihi Firman Tuhan (2 Kor 3:17,18; Mzm 1:1-3)

4. Mendidik jemaat untuk hidup bergantung pada Kristus dan bukan keadaan (Flp 4:4; 2 Kor 5:6-7; 4:16-18)

5. Membawa jemaat untuk memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, saudara seiman dan sesama di tengah-tengah kemajemukan suku, agama, sosial, dan budaya yang ada disekitarnya(Ef 1:3-14; 2:1-10; 4:17; 5:22).

Solusi Bagi Penerapan Pendidikan Dalam Gereja

Penerapan pendidikan kristen dalam gereja lokal pada hakekatnya adalah untuk mencapai kualitas kerohanian jemaat yang maksimal sekaligus kuantitas jemaat yang semakin bertambah-tambah sebagai akibat dari keberhasilan pendidikan yang disikapi secara benar dan utuh oleh seluruh jemaat. Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang

(7)

47

memahami hakekatnya bertumbuh di dalam pemahaman dan penghayatan Firman Allah sebagai implikasi dari upaya penerapan pendidikan dan sikap responsif dari seluruh potensi dan sumberdaya manusia (jemaat) yang ada dalam gereja. Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan solusi yang tepat dan relevan dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi bersama antara pendidik (gembagal sidang) dan jemaat sebagai peserta didik, antara lain:

a. Dalam menyusun kurikulum pendidikan, harus melibatkan semua pihak yang sesuai dengan kompetensinya (misal: Majelis/Diaken, aktivis/Pengurus gereja)

b. Pendidik dan peserta didik harus mempunyai komitmen secara vertikal maupun horisontal di dalam bentuk struktur, program dan pola kerja yang rapi dan tertib, dimana semua anggota merasa terlibat dan dibutuhkan dalam proses pendidikan.(misal; struktur Pengurus, Jadual Kegiatan Ibadah, AD/ART gereja setempat, dll.)

c. Membuat platform yang jelas mengenai sasaran dan tujuan pendidikan (misal: visi misi gereja)

d. Materi atau kurikulum di sesuaikan dengan klasifikasi usia jemaat, sehingga seluruh sumberdaya manusia yang ada dapat terlayani secara maksimal.Misalnya melalui pelayanan sekolah minggu (PAUD), Komsel (untuk keluarga), Youth Fellowship (Pemuda Remaja), Pelayanan Wanita, Pelayanan Pria dan Pelayanan Lansia dlsb.

e. Membuat inovasi-inovasi bentuk-bentuk kegiatan pelayanan, contoh: Ibadah Padang / reatreat (kegiatan ibadah di luar gereja), workshop-worskshop dengan topik-topik yang menarik minat jemaat untuk terlibat di dalamnya, KKR, Praise and Worship, kegiatan bakti sosial bersama masyarakat (bagi-bagi sembako, pengobatan gratis, kerja bakti, dll.).

f. Mengadakan fellowship secara rutin dan teratur sebagai bentuk evaluasi dan silaturahmi, antara pendidik (gembala sidang) dan jemaat.

g. Menegakkan disiplin gereja dan berkomitmen bersama untuk mematuhinya, sehingga penerapan pendidikan dapat berjalan seimbang, teratur dan terarah demi tercapainya tujuan dan kehendak Allah bagi gerejaNya.Contoh : tepat waktu dalam segala kegiatan pelayanan.

h. Dibutuhkan kualitas seorang pemimpin yang memiliki karakter Kristus yang dapat dipercaya, cakap mengajar, loyal dan tanggung jawab yang lebih dari jemaat.misal: tidak mementingkan diri sendiri (flp 2:3,4), rendah hati (I Pet 5:6), setia (Mat 24:46), cerdik dan tulus (Matius 10:16), dlsb.

i. Pimpinan gereja bersama majelis memiliki komitmen dan usaha yang gigih untuk membantu peserta didik secara moril maupun materiil, agar proses pendidikan kristen dalam gereja lokal dapat terwujud demi tercapainya amanat Agung Tuhan Yesus Kristus (Matius 28:18-20).

PENUTUP Kesimpulan :

1. Melalui penerapan kurikulum pendidikan yang Alkitabiah secara efektif, berkesinambungan, dan tepat sasaran, maka akan menghasilkan gereja yang kuat, dinamis dan tetap eksis sepanjang waktu

(8)

48

2. Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang menghargai pentingnya PAK serta menjalankan tugas pokok gereja dengan komitmen hubungan yang harmonis secara vertikal (Gembala/jemaat dengan Allah) maupun horisontal (antar internal jemaat dan eksternal/masyarakat).

3. Melalui penerapan pendidikan kristen yang tepat dan terarah, maka gereja dapat meminimalisir setiap masalah dan kekurangan yang ada serta mampu menjawab setiap tantangan yang datang dari luar (eksternal) maupun tantangan dari dalam (internal) gereja.

4. Melalui peranan pemimpin yang berkarakter, berkharisma, berkomitmen serta komunikatif, maka penerapan pendidikan dalam gereja akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan, demi terwujudnya kehendak Allah atas gerejaNya

Sumber Pustaka:

1. Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000

2. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1986 3. Boehkle, Robert. Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek Pendidikan Agama

Kristen. Jilid I, II.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

4. Buchari, Muchtar. Teknik-Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Jakarta: Keluarga Mahasiswa Bapemsi, 1967

5. Dave Meier, Panduan Kreatif Dan Efektif Merancang Program Pendidikan Dan

Pelatihan. Bandung: Kaifa, 2002

6. Homrighausen, E.G dan Enklaar, I.H. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPH Gunung Mulia, 2009.

7. Manaransyah, A., Diktat Pendidikan Kristen Dalam Keluarga, Batu 2011.hal 35

8. Sijabat,B.Samuel, Strategi Pendidikan Kristen: Suatu Tinjauan Theologis-Filosofis. Yogyakarta:Yayasan Andi,1994

Referensi

Dokumen terkait

dengan anemia, tiga (3) masalah keperawatan yang berurutan sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer,

Hasil pada Tabel 6 menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan mengenai efektivitas intervensi antara siswa berjenis kelamin laki – laki dan perempuan berdasarkan skala bagian

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa produk terbaik dihasilkan dari kombinasi perlakuan perendaman biji jagung selama 24 jam dan persentase substitusi tempe

Siti Muthoharoh juga pelajar Wahid Hasyim mengemukakan pendapatnya bahwa ”isi rubrik majalah Tebuireng sudah sangat bagus dan sesuai dikonsumsi oleh siapa saja, karena pesan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) terdapat perbedaan antara motivasi belajar dan hasil belajar antara siswa yang

[r]

The anatomy and diameter of the ostium, the status of the mucous membrane of the frontal sinus and recess, and the nature of the pathology may have an impact on the outcome of

Ditinjau dari: (1) hasil validasi LKS tergolong pada kategori sangat baik, sehingga LKS dapat dikatakan layak dilihat dari aspek kevalidan; (2) hasil angket tergolong