• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH (R3) DI KAWASAN PASAR BESAR KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH (R3) DI KAWASAN PASAR BESAR KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH (R3) DI KAWASAN

PASAR BESAR KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN

ARSITEKTUR EKOLOGIS

WASTE MANAGEMENT PLACE (R3) IN BATU CITY’S BIG

MARKET WITH ECOLOGICAL ARCHITECTURE APPROACH

Jenisa Karenata Zabrina Ruslin

1

, Dr. Ir. Dermawati Ds, MTA

2

,

Ir. Dwi Rosnarti, MT

3 1, 2 Universitas Trisakti, Jakarta

3Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta

1jenisa052001600031@std.trisakti.ac.id, 2dermawati@trisakti.ac.id, 3dwi.r@trisakti.ac.id,

ABSTRAK

Menjadi satu perhatian serius dalam kondisi kebersihan dan ketersedian tempat pengelolaan sampah yang efektif untuk menangani permasalahan yang ada di Kota Batu khususnya di Kawasan Pasar Besar Batu. Pengelolaan sampah berbasis R3 merupakan satu upaya menangani masalah sampah di kota besar. Sistem R3 merupakan kegiatan mengurangi (Reduce), menggunakan kembali (Reuse) dan mendaur ulang sampah (Recycle). Sistem pengelolaan sampah R3 mampu mengurangi volume sampah, dan menghadirkan nilai ekonomi. Sistem ini harus dilengkapi dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Tujuan penelitian ini menganalisa ketersediaan tempat pengelolaan sampah yang layak dengan sistem R3 untuk diterapkan pada kawasan Pasar Besar Batu. Metode yang dilakukan merupakan metode kuantitatif berupa tabel, gambar, skematik, dan pendekatan deduktif. Analisis studi menunjukkan bahwa hampir seluruh TPS memerlukan standar ruang dengan prinsip arsitektur ekologis dan proses pengelolaan sampah yang ideal menggunakan sistem R3.

Kata kunci : Tempat Sampah, R.3, Ekologis.

ABSTRACT

It is a serious concern in the cleanliness and availability of an effective waste management site to deal with problems in Batu City, especially in the Pasar Besar Batu area. R3-based waste management is an effort to deal with waste problems in big cities. The R3 system is an activity to reduce (Reduce), reuse (Reuse) and recycle waste (Recycle). The R3 waste management system is able to reduce the volume of waste, and provide economic value. This system must be complemented by the availability of facilities and infrastructure. The purpose of this study is to analyze the availability of a proper waste management site with the R3 system to be applied to the Pasar Besar Batu area. The method used is a quantitative method in the form of tables, figures, schematics, and deductive approaches. The study analysis shows that almost all TPS require spatial standards with ecological architectural principles and an ideal waste management process using the R3 system.

Keywords : The Place of Waste, R.3, Ecological.

A. PENDAHULUAN

Sampah masih menjadi salah satu masalah yang dianggap rumit bagi Indonesia, terutama di kota-kota besar. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah sampah terus bertambah sejalan dengan

perkembangan pembangunan fisik serta peningkatan jumlah populasi penduduk di suatu area. Selain itu masyarakat memiliki paradigma bahwa sampah adalah barang kotor yang tidak dapat mendatangkan manfaat. Kebiasaan

(2)

masyarakat yang tidak disiplin untuk membuang sampah dengan bijak menjadi salah satu faktor tambahan yang memperburuk permasalahan sampah di Indonesia.

Selain tindakan pengurangan sampah, kita harus memperhatikan hal pokok lainnya yaitu tindakan terhadap sampah yang telah terkumpul. Sayangnya kedua hal tersebut sering kali tidak diperhatikan serius oleh masyarakat maupun pemerintah. Sehingga terjadi peningkatan volume sampah dan penumpukan yang luar biasa di tempat-tempat penampungan akhir.

Sampah yang dibuang dan ditimbun tersebut akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi. Selain mengganggu keindahan visual, aroma yang tidak sedap muncul dari hasil proses pembusukan tersebut. Selain mendatangkan nilai ekonomi, kegiatan pengelolaan sampah dengan sistem R3 dapat mendatangkan perubahan lebih baik pada kondisi lingkungan.

A.1 Rumusan Masalah

Volume sampah dari tahun ke tahun di Kota Batu terus meningkat. Hal ini terjadi karena sistem pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat setiap hari masih dirasa kurang. Sampah-sampah ini diberasal dari berbagai kegiatan pertanian, pasar, rumah tangga dan industri. Penyumbang sampah terbesar di Kota Batu berasal dari Pasar Besar Batu, sampah yang dihasilkan sebagian besar adalah sampah buah dan sayur.

A.2 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana ketersediaan tempat pengelolaan sampah yang ideal di Kawasan Pasar Besar Batu?

2. Bagaimana proses pengelolaan sampah hasil pasar?

A.3 Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan tempat pengelolaan sampah yang ideal di Kawasan Pasar Besar Batu berdasarkan prinsip ekologis.

2. Mengaplikasikan proses pengelolaan sampah yang baik untuk menangani sampah hasil pasar.

A.4 Manfaat Penelitian

1. Menjadi referensi atau pengetahuan baru di bidang akademis, sehingga hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan diteliti lebih lanjut dikemudian hari untuk kepentingan akademis.

2. Penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan diimplementasikan secara langsung di dalam bidang praktisi.

B. STUDI PUSTAKA

B.1 Pengelolaan Sampah Berbasis R3

Kegiatan teratur dengan sistem dan berkelanjutan yang terdiri dari pengurangan dan penanganan sampah dapat dikatakan sebagai kegiatan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah sepatutnya dilakukan sejak dari sumbernya dengan menggunakan pendekatan sistem 3R. Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga dapat dikurangi secara mandiri (reduce), menggunakan kembali barang-barang yang memiliki nilai

reuse dan mendaur ulang sampah di tempat

pengelolaan sementara (recycle) merupakan prinsip sistem R3.

Komposisi sampah di Kawasan Pasar Besar Batu sebagian besar adalah sampah organik. Terdapat beberapa sistem daur ulang yang dapat dilakukan untuk menangani

(3)

keberadaan sampah organik tersebut, antara

lain dengan menggunakan sistem

pengomposan skala individual, komunal

maupun kawasan. Sedangkan untuk

pemanfaatan kembali sampah baik organik maupun anorganik dapat menggunakan sistem bank sampah. Untuk pengurangan sampah anorganik dapat menggunakan teknik-teknik sederhana seperti mengurangi hingga tidak menggunakan sama sekali kantong plastik di berbagai toko atau pasar yang ada.

Sistem pengelolaan sampah mula-mula dilakukan dengan pengumpulan sampah dari berbagai sumber sampah. Lalu sampah yang terkumpul dipisah sesuai dengan jenis sampahnya. Teknik pengelolaan sampah kemudian dapat dilakukan dengan (1) Pencacahan, (2) Pemadatan. (3) Pengomposan atau komposting dan (5) Daur ulang sampah untuk yang bersifat an-organik.

1. Pencacahan merupakan kegiatan memotong atau mengurangi ukuran sampah dari ukuran semula menjadi lebih kecil dan mudah diolah di tahap selanjutnya. Teknik ini sangat berguna untuk proses pengomposan sampah sayur dan buah.

2. Pemadatan sampah berguna agar volume sampah semula menjadi berkurang, sehingga dapat menghemat ruang yang ada Ketika sampah diangkut ke TPA.

3. Pengomposan atau komposting merupakan teknik yang menggunakan proses biologis dan hasil yang diperoleh dapat berupa kompos atau pupuk tanaman.

4. Daur ulang sampah an-organik merupakan segala upaya dengan teknik tertentu sehingga dapat mengubah sampah selain tumbuhan, daun, sayur atau sampah

organik lainnya, menjadi material baru dengan nilai jual baru.

Lokasi pengomposan dengan system menumpuk harus dekat dengan TPS yang ada, atau dekat dengan Transfer Depo. Hal ini guna mempermudah mengangkut sisa-sisa sampah yang tidak dapat dikomposkan (residu) hasil dari pengomposan tersebut dan kemudian dibawa ke TPA. Lahan minimal untuk pengomposan adalah 94 m² – 112 m². Kapasitas produksi hasil dari pengomposan adalah minimal 3 m³/hari atau sama dengan 600kg sampah/hari atau sama dengan 1 cetakan/hari. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kurang lebih adalah 4 orang dengan jam kerja efektif selama 7 jam.

Selain itu juga dibutuhkan penataan ruang yang baik untuk pengomposan sampah. Penataan ruang lokasi pengomposan sebagai berikut :

Tabel 1. Peruntukan Ruang Pengomposan

No Kebutuhan Ruang Luas minimal (m²) 1 Area Pencurahan dan pemilahan 9 2 Area Pengomposan 54

3 Area Tempat barang (cetakan) 4 4 Area Penyaringan dan pengemasan 9 5 Gudang 12 6 Kantor 6 Jumlah 94

(Sumber : Modul Pengolahan Sampah Berbssis 3R, PUPR Bandung, 2010)

B.2 Tipologi Pasar

Berdasarkan pada SNI No. 8152 Tahun 2015 tentang Pasar Rakyat, klasifikasi pasar dapat dibagi berdasarkan (a) Kegiatan

transaksi, dan berdasarkan (b)

(4)

Klasifikasi Pasar Berdasarkan Kegiatan Transaksi :

(1) Pasar Rakyat: Pasar yang kegiatan transaksi jual beli dilakukan secara langsung atau tatap muka, dan dapat melalui proses tawar menawar harga. (2) Pasar Modern: Pasar yang kegiatan

transaksi jual beli bisa secara langsung maupun secara virtual. Selain itu pasar modern tidak bisa melalui proses tawar menawar mengenai harga barang yang dijual.

Klasifikasi Pasar Berdasarkan

Kepemilikannya: (1) Pasar Pemerintah (2) Pasar Swasta

(3) Pasar Liar, dengan aktivitasnya di luar kuasa badan hukum.

B.3 Arsitektur Ekologis

Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya yang kemudian dipelajari dan dijadikan suatu ilmu dapat disebut sebagai ilmu ekologis. Sedangkan praktitk pembangunan yang berwawasan lingkungan, dimana manusia mengusahakan untuk memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin dapat disebut sebagai Arsitektur Ekologis. Di dalam arsitektur berkelanjutan, bahan atau material yang tersedia tidak boleh lebih cepat habis dari pada tersedianya kembali bahan tersebut. Selain itu menggunakan energi secara bijak, dan mengubah sampah menjadi energi baru merupakan karakteristik dari arsitektur ekologis.

Arsitektur ekologis harus menunjukkan adanya perhatian terhadap lingkungan alam disekitarnya, serta memperhatikan medan sumber alam yang terbatas. Secara universal, arsitektur ekologis dapat dedefinisikan sebagai penciptaan lingkungan yang lebih

sedikit mengkonsumsi namun dapat lebih banyak menghasilkan kekayaan alam. Pada prinsipnya, arsitektur seharusnya tidak boleh melakukan tindakan merusak lingkungan yang ada disekitanya. Namun demikian, hal tersebut tidaklah dapat terlaksana seutuhnya. Oleh karena itu, dengan hadirnya konsep arsitektur ekologis, diharapkan dapat meminimalisir kerusakan lingkungan yang ada disekitarnya.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan menggunakan metode kuantitatif serta pendekatan deduktif. Metode kuantitatif adalah metode dengan memperhatikan data berupa fakta atau angka riil, bukan merupakan data yang mengandung nilai asumsi seseorang atau opini saja. Sedangkan pendekatan deduktif yang dimaksud adalah memusatkan penelitian ini pada penemuan dari masalah secara umum kemudian diperkecil hingga ke sub bagian khusus. Pada studi kasus Kawasan Pasar Besar Batu, informasi yang didapat merupakan data-data yang brasal dari narasumber dengan wewenang untuk menyampaikan informasi yang tepat.

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1.

Observasi Lapangan

Dalam rentan dan waktu yang telah ditentukan, pengamatan langsung atau observasi menuju lapangan dilakukan untuk mendapatkan data yang riil sesuai dengan kebutuhan. Teknik observasi partisipasi dilakukan melalui interaksi sosial terhadap partisipan, yaitu pelaku kegiatan di Kawasan Pasar Besar Batu, baik masyarakat lokal ataupun pengurus daerah.

(5)

2.

Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan melihat, membaca, mempelajari, kemudian data yang berhubungan dengan obyek penelitian di simpan dalam satu catatan atau diabadikan menjadi suatu gambar dapat disebut sebagai teknik dokumentasi.

3.

Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada umumnya secara spontan dan fleksibel, sehingga dapat menyesuaikan kondisi dan situasi yang ada saat tanya jawab dengan narasumber terkait.

D. HASIL PENELITIAN

D.1 Ketersediaan Tempat Pengelolaan Sampah Sementara Terpadu di Kawasan Pasar Besar Batu

Berdasarkan pada konteks luasnya, Pasar Besar Batu merupakan pasar induk milik pemerintah yang membutuhkan TPST skala

lingkungan/kawasan, untuk mampu

mengelola sampah hasil pasar tersebut terutama sampah sayur dan buah.

Jenis ruang yang dibutuhkan dalam TPST adalah ruang komunal, area uloading dan area pemilahan, area komposing, fasilitas penunjang lainnya seperti ruang peralatan atau gudang, toilet, dan ruang jaga.

Gambar 4.1

Kebutuhan Ruang dan Fasilitas pada TPST (Sumber: Data Olahan Pribadi, 2020)

Gambar 4.2

Rencana Gambar Layout pada TPST (Sumber: Data Olahan Pribadi, 2020) D.2 Proses Pengelolaan Sampah Hasil Pasar

Pengolahan sampah di Kawasan Pasar Besar Batu dimulai dengan pengangkutan sampah dari setiap bangunan pasar, kawasan sekitar dan jalanan menuju TPST yang tersedia. Ketika sampah tiba di TPST, sampah

yang masuk dilakukan pemilahan

menggunakan conveyor pemilah, lalu pemilahan kembali melalui tenaga manusia

Skematik 4.1

Skema Pengumpulan Sampah (Sumber : Data Olahan Pribadi, 2020) Pengelolaan secara fisik dilakukan dengan memotong atau mengurangi ukuran sampah, hal tersebut dilakukan agar lebih

(6)

mudah diolah, terutama untuk proses pengomposan sampah sayur, buah, atau sisa makanan lainnya.

Skematik 4.2

Pemilahan dan Pengelolaan Sampah (Sumber : Data Olahan Pribadi, 2020) Proses pengomposan sampah organik dilakukan melalui pembusukan (proses biologis) yang terkendali. Hasil dari pengomposan dapat berupa pupuk, kompos, sisa makanan untuk pakan ternak dan sampah kering yang dapat bernilai ekonomis. Kemudian sisa-sisa sampah yang tidak dapat dikomposkan atau disebut dengan residu dilakukan kepadatan atau densitas agar volumenya berkurang, lalu diikat dan diangkut untuk dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

E. KESIMPULAN

E.1 Ketersediaan Ruang dan Fasilitas pada TPST

Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pembuatan desain arsitektural pada bangunan TPS berbasis 3R, antara lain :

i. Perhitungan luas ruangan atau area yang dibutuhkan. Kebutuhan ruang tersebut

antara lain pemilahan, pengomposan, mesin, gudang, dll (ruang penunjang seperti toilet dan kantor);

ii. Rencana dengan hasil kesepakatan pilihan teknologi yang akan diterapkan. Hal ini guna menyangkut kebutuhan ruang atau area yang akan dibangun. iii. Peletakan atau layouting ruang untuk

masing-masing area kerja.

iv. Pemilihan pondasi yang akan dipakai berdasarkan beban terhitung dengan jenis tanah yang ada;

v. Pemilihan desain arsitektural bangunan TPST disesuaikan dengan asas dan prinsip arsitektur ekologis, termasuk ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup.

vi. Pemilihan struktur dan material pada bangunan TPST yang akan dibangun. vii. Pemilihan spesifikasi mesin untuk

pencacah, pengayak dan motor angkut yang akan dioperasikan.

E.2 Pengelolaan Sampah Hasil Pasar

Upaya yang dilakukan dalam menangani sampah hasil pasar tradisional secara teknis dimulai dari tahap pengumpulan sampah dari para pedagang. Pengumpulan sampah diambil oleh petugas dan dikumpulkan dalam gerobak. Pada lorong pasar yang padat pedagang, pengambilan sampah dapat menggunakan wadah lalu dibawa ke TPST untuk diolah sesuai dengan jenis sampah. Sampah hasil pasar seperti sampah sayur dan buah dapat dijadikan kompos, pupuk, maupun pakan ternak. Sedangkan sampah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan nilainya dapat disebut dengan residu dan selanjutnya diangkut ke TPA.

(7)

DAFTAR RUJUKAN

Frick, H. 2007. Dasar-dasar Arsitektur

Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.

Kementrian PUPR. 2010. Modul Pengolahan

Sampah Berbasis 3R. Bandung

Kementerian PUPR. 2016. Petunjuk Teknis

TPS 3R Tempat Pengolahan Sampah 3R Tahun 2016. Jakarta

SNI No. 8152 Tahun 2015. 2015. Pasar Rakyat. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

- 2016. “Undip Kelola Sampah Secara Mandiri dengan TPST”

http://lpmmomentum.com/2016/04/un dip-kelola-sampah-secara-mandiri-dengan-tpst/. Di akses tanggal 15 Mei 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Budidaya ikan Kerapu dapat dilakukan dengan sistem keramba jaring apung yang dipasang di laut, sistem ini memiliki kelemahan yaitu sulit untuk diwujudkan di

Voditelj rada: Student: Prof.dr.sc.. Izjavljujem da sam završni rad izradio samostalno, služeći se literaturom i znanjem stečenim tijekom studija. Zahvaljujem se

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan aktivitas belajar siswa (2) mendeskripsikan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran (3) menemukan

Hal ini dibuktikan dengan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dan menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada bank umum konvensional dan bank umum

Sebagai hasil dari penelitian ini adalah bahwa kesalahan yang banyak dilakukan mahasiswa adalah dalam memahami makna dari definisi himpunan dalam bentuk simbol

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor CAMEL, yaitu kecukupan modal yang memadai, kualitas aktiva produktif yang baik, manajemen yang

Dalam penelitian ini, penulis hanya menguraikan pengembangan media berupa alat peraga origami modular dan jobsheet pada materi bangun ruang sisi datar khususnya limas dan

keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini. Derivatif diklasifikasikan sebagai liabilitas