• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Budidaya Jeruk Siam

Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai kapan dan di mana jeruk siam pertama kali di datangkan di Indonesia. Akan tetapi, ada daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya jeruk siam di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat.

Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung dari daerah asalnya seperti: jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam Palembang, siam Jati Barang dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk siam Pontianak dan siam Simadu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal.

Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman dan rasa yang sedikit berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya. Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya.

Pada umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara komersial mempunyai tinggi antara 2.5 s.d 3.0 m. Pohon tersebut biasanya berasal dari perbanyakan vegetatif (cangkokan atau okulasi). Untuk pohon yang berasal dari

(2)

okulasi, tingginya ditentukan oleh jenis batang bawah yang digunakan. Jeruk siam yang menggunakan batang bawah JC (Japanese citroen) biasanya memiliki tinggi sekitar 272.5 cm, lingkaran batang 16.8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197.5 cm. Sedangkan tanaman jeruk siam yang menggunakan RL (Rough lemon) biasanya memiliki tinggi sekitar 267.5 lingkar batang 31.9 cm, dan lebar tajuk 217.5 cm.

Kebanyakan varietas jeruk siam memiliki bentuk dan ukuran daun yang bisa di bedakan dari jenis jeruk lainnya. Bentuk daunnya oval dan berukuran sedikit lebih besar dari jeruk keprok Garut. Ukuran daunnya sekitar 7.5 cm x 3.9 cm dan memiliki sayap daun kecil yang berukuran 0.8 x 0.2 cm. Ujung daunnya agak terbelah, sedangkan bagian pangkalnya meruncing. Urat daunnya menyebar sekitar 0,1 cm dari tepi daun. Antara batang dengan daun dihubungkan oleh tangkai daun dengan panjang sekitar 1.3 cm. Tanaman jeruk siam biasanya berbunga sekitar bulan September s.d Nopember. Bentuk dan warna bunganya cukup menarik. Ukuran bunga kecil dan mungil dengan warna putih segar. Bentuk buahnya bulat dengan ukuran idealnya sekitar 5.5 cm x 5.9 cm.

Jeruk siam memiliki ciri khas yang tidak dimiliki jeruk keprok lainnya karena mempunyai kulit yang tipis sekitar 2 mm, permukaannya halus dan licin, mengkilap serta kulit menempel lebih lekat dengan dagingnya. Dasar buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya pendek, dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2.6 mm. Biji buahnya berbentuk ovoid, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 20 biji. Daging buahnya lunak dengan rasa manis dan harum. Produksi buah cukup berat dengan bobot berat perbuah sekitar 75.6 g. Satu pohon

(3)

rata-rata menghasilkan sekitar 7.3 kg buah. Panen biasanya dapat dilakukan pada bulan Mei – Agustus (Deptan 1994).

Untuk pertumbuhan yang baik, jeruk siam memerlukan iklim dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Jeruk siam dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 700 m dpl (di atas permukaan laut) sesuai dengan daerah asalnya di Muangthai. Ketinggian tempat penanaman berpengaruh jelas terhadap rasa. Penanaman di atas 900 dpl menyebabkan rasa buah jeruk siam menjadi sedikit asam (Deptan 1994).

Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang paling banyak dibudidayakan di indonesia. Dominasi pertanaman jeruk siam adalah sekitar 85% dari seluruh pertanaman jeruk yang ada di indonesia, diikuti oleh jeruk keprok sebesar 8%, jeruk pamelo 55% dan jenis jeruk lainnya sebesar 3% . Produksi jeruk siam Indonesia merupakan yang ke 3 terbesar di dunis setelah China dan Spanyol, sedang jeruk pamelo adalah urutan nomor 9 di dunia. Menurut Departemen Pertanian (2002) secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rutales

Family : Rutaceae Genus : Citrus

(4)

2.1.1 Syarat tumbuh tanaman jeruk siam

Tanaman jeruk siam dapat tumbuh pada ketinggian tempat sampai 1400 meter diatas permukaan laut. Ketinggian tempat tersebut sangat mempengaruhi kualitas serta rasa buah. Daerah penanaman jeruk siam sebaiknya menerima penyinaran matahari antara 50 s.d 60 % dengan perbedaan suhu siang dan malam lebih dari 10 %. Keadaan udara yang lembab akan lebih banyak menimbulkan serangan hama terutama kutu perisai dan kutu penghisap lainnya (TPPS, 1999 ).

Iklim yang sesuai untuk penanaman jeruk siam adalah iklim tipe B dan C berdasarkan penggolongan Smith dan Ferguson. Iklim tipe B memiliki 7-9 bulan basah dan 2 s.d 3 bulan kering, sedangkan tipe C memiliki 5 s.d 6 bulan basah dan 2 s.d 4 bulan kering. Idealnya pada iklim ini curah hujan berkisar 1500 mm/tahun, serta penyebarannya merata sepanjang tahun (Joesoef, 1993).

Tanaman jeruk mengkehendaki tanah yang gembur, subur dengan keadaan air tanah yang dangkal tapi tidak tergenang. Dengan demikian penanaman tanaman jeruk pada lahan yang miring akan lebih baik dibanding tanah yang datar. Tanah yang bersifat porous adalah kurang baik (Barus, 1992). Sentra jeruk di Indonesia tersebar di Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (SumateraUtara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi dan diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi (Deptan, 2012).

(5)

2.1.

2 Karakteristik jeruk dan penyebarannya

Indonesia merupakan negara tropis di mana berbagai jenis jeruk banyak dijumpai dan dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Bahkan beberapa jenis jeruk tersebut telah menjadi unggulan daerah maupun nasional seperti jeruk manis Pacitan dari daerah Pacitan, Jawa Timur, jeruk manis Waturejo dari Jawa Tengah, keprok Soe dari Nusa Tenggara Timur, Keprok Batu 55 dari Batu, Jawa Timur. Siam Madu, Keprok Maga, dan Beras Sitepu dari Medan, Sumatra Utara, Siam Pontianak dari Kalimantan Barat dan Pamelo Nambangan, Sri Nyonya, serta Magetan dari Magetan, JawaTimur (Martasari dan Mulyanto, 2008). Jeruk yang dikenal sebagai jeruk siam ini memiliki ciri antara lain buahnya berwarna hijau kekuningan, mengkilat, dan permukaannya halus. Ketebalan kulitnya sekitar 2 mm. Berat tiap buah sekitar 75.6gr. Bagian ujung buah berlekuk dangkal. Daging buahnya bertekstur lunak dan mengandung banyak air dengan rasa manis yang segar. Setiap buah mengandung sekitar 20 biji.

Daging Buah Jeruk merupakan sumber vitamin C yang sangat baik. Jus jeruk mengandung asam askorbat 20 s.d 60 mg per 100 ml. Vitamin lain yang tak kalah penting adalah vitamin A, tiamin, niasin, riboflavin, asam pantotenat, biotin, asam folat, inositol, dan tokoferol. Kandungan vitamin A berkisar antara 250-420 IU, tiamin 70-120 μg, asam folat 1.2 μg, dan inositol 135 mg setiap 100ml jus (BB Pasca panen, 2009). Jeruk dan kerabatnya termasuk ke dalam famili Rutaceae yang meliputi banyak genera, terdiri dari 7 sub famyli dan 130 genus (Roy dan Goldschmidt, 1996). Induk tanaman jeruk adalah subfamili Aurantioidae yang beranggotakan 33 genus.

(6)

Sub famili tersebut masih dibagi dalam beberapa rumpun dan anak rumpun. dasarnya, jeruk dapat dikelompokkan menjadi menjadi 3 berdasarkan manfaatnya, yaitu:

1. Primitif, yang belum dimanfaatkan.

2. Kerabat dekat jeruk yang sebagian telah dimanfaatkan.

3. Jeruk yang sebenarnya, yaitu yang telah dimanfaatkan dan dibubidayakan.

2.1

.3 Populasi (jarak tanam jeruk)

Jarak tanam merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Jarak tanaman adalah pengaturan pertumbuhan dalam satuan luas. Jarak tanam atau kerapatan tanaman merupakan bagian dari teknik bercocok tanam yang perlu diperhatikan secara serius agar pemanfaatan sumber daya lahan dapat digunakan secara maksimal. Selain itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal yang dapat meningkatkan perekonomian.

Pada sistem bercocok tanam, apa bila kerapatan tanaman (jumlah populasi) melebihi batas optimum, maka akan terjadi hambatan pertumbuhan tanaman akibat persaingan dengan tanaman lain. Semakin dekat jarak makin hebat pula persaingannya (Aryawijaya dalam Candrakirana; 1993).

2.1.4 Pola tanam

Pola tanam adalah urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun (Purba, 2008) yang secara umum dapat dibedakan menjadi pola tanam monokultur (monocropping) dan polikultur (multiple cropping). Pola tanam digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan produktivitas lahan dan meminimalkan serangan hama.

(7)

Dalam pola tanam dilakukan pengelolaan lahan sempit dengan pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan dan menganggap semua hasil tanaman merupakan produk utama untuk mengoptimalkan pendapatan dalam sebuah usahatani. (Andoko, 2008) 2.2 Konsep Kelayakan Finansial

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah, 1999).

Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variable harga yang dipakai adalah harga bayangan ( shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variable harga yang digunakan adalah data harga riil yang terjadi di masyarakat

(Soekartawi, 1995). 1. Net present value

Merupakan pengukuran berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai pasar investasi dan biaya yang dikeluarkan. Discounted cash flow valuation adalah proses penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa datang, untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV.

(8)

Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka investasi ditolak atau tidak layak. Menurut Sofyan (2002), NPV adalah nilai netto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan mengalami kerugian. Rumus yang digunakan dalam perhitungan net present value yaitu Ko i C B NPV n t t t t    

 0 (1 ) Dimana:

NPV = Nilai sekarang netto Bt = Benefit

Ct = Cost

n = Umur ekonomis

t = Tahun, mulai tahun 1 (pertama) Ko = Modal pada tahun 0.

Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah sebagai berikut:

a. Apabila NPV > 0, maka usahatani jeruk siam layak dilaksanakan. b. Apabila NPV < 0, maka usahatani jeruk siam tidak layak dilakukan.

c. Apabila NPV = 0, kemungkinan usahatani jeruk siam akan diterima dan ditolak, terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak. 2. Net benefit/cost ratio

Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. Net benefit/cost ratio menunjukan manfaat bersih yang diperoleh

(9)

setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya dan manfaat selama umur ekonomis, diukur dengan nilai uang sekarang, artinya dilakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Benefit Cost Ratio atau B/C ratio disebut juga dengan istilah “profitability index”. Selama B/C ratio ≥ 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila sebaliknya maka usulan proyek tersebut harus ditolak (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunakan dalam perhitungan net benefit/cost ratio adalah sebagai berikut:

Untuk Bt – Ct > 0 Untuk Bt – Ct < 0

Dimana:

Net B/C : Rasio benefit cost Net Bt-Ct : Dalam nilai mutlak

n : Umur ekonomis

t : 0 sampai n tahun

Penilaian kelayakan finansial berdasarkannet benefit/cost ratio, yaitu: a) Net B/C Ratio > 1, maka usahatani jeruk siam layak dilaksanakan.

b) Net B/C Ratio < 1, maka usahatani jeruk siam layak atau tidak dapat dilakukan.

c) Net B/C Ratio = 1, maka usahatani jeruk siam impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.

(10)

Merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:

IRR = ( )(2 1) 2 1 1 1 i i NPV NPV NPV i    Dimana:

NPV1 = Jumlah nilai NPV yang bertanda positif.

NPV2 = Jumlah nilai NPV yang betanda negatif.

i1 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda positif.

i2 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda negatif

2. Payback period

Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik (Sofyan 2002:19). Perhitungan didapat dari

(11)

perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut.

PP =initial investmentcash in flow atau PP = t + bc

Keterangan:

t = Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal. b = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1

c = Nilai net cash flow saat tahun ke-(t+1)

3. Analisis sensitivitas

Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan,dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya (Departemen Agribisnis IPB, 2015). Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untukmengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:

a. Memperbaiki cara pelaksanan proyek yang sedang berlangsung, sehingga dapat meningkatkan nilai net present value.

b. Mengurangi resiko kerugian dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan yang mesti diambil.

(12)

d. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya investasii, biaya bahan-baku, produksi, dan sebagainya.

e. Penurunan produktivitas siklus produksi.

f. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek / siklus produksi.

Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan terhadap suatu siklus produksi yang dilakukan, sekaligus untuk mengetahui pada tingkat mana proyek masih layak untuk dilaksanakan.

2.3 Kerangka Teoritis

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2008). Kerangka berfikir menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diteliti.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial dan kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli. Kelayakan finansial dilakukan dengan menghitung nilai Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost Ratio, Internal Rate of Return (IRR), Payback period dan Analisis Sensitivitas yang dibahas secara deskriptif kuantitatif. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk siam dibahas secara deskriptif kualitatif. Setelah hasil analisis dan kendala-kendala diketahui, maka dibuat kesimpulan yang akan direkomendasikan kepada petani jeruk siam. Secara rinci kerangka berfikir penelitian jeruk siam ini dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini.

(13)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Usahatani Jeruk Siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli

Petani Jeruk Siam

Usaha Perkebunan Jeruk Siam

Rekomendasi Analisis Kelayakan Usahatani:

1. Net Present Value (NPV) 2. Net Benefit/Cost Ratio 3. Internal Rate of Return (IRR) 4. Payback Period

5. Analisis Sensitivitas

Analisis deskriptif

Kesimpulan

Analisis Kendala-kendala yang dihadapi Petani jeruk Siam

Referensi

Dokumen terkait

REFOLIS ISKANDAR Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Peputra Masterindo (Kebun Laboi Jaya) untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan data yang diperlukan dalam penelitian tugas akhir mengenai Sistem Akuntansi Piutang Pada

Masyarakat yang membeli atau membangun jineng yang sama sekali tak ada kaitannya dengan budaya pertanian, lebih-lebih yang berkonteks sakral, menjadikan jineng sebagai

Mubaryanto (1998) mengatakan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak. Pendapatan rumah

Dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1992 tanggal 30 Oktober 1992 tentang Pedoman Pemungutan pajak Penerangan Jalan, maka Pemerintah

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan mayoritas responden menyatakan memiliki jaringan yang baik dengan rekan humas di instansi lain, yaitu dengan

Persamaan (1) ditunjang oleh data dari kandungan oksigen dalam tabung yang sudah berisi ikan, DO fish dan kandungan oksigen terlarut dalam tabung tanpa ikan, DO control.. DO fish

Pasaman Barat 90 Masjid Raya Nurul Iman Ophir Nagari Koto Baru Kab.. Pasaman Barat 91 Masjid Raya Kapa Utara Nagari