• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

2.1.1 Pengertian sampah

Sampah padat merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dan telah dibuang (Osei-mensah, P., dkk. 2014) atau sampah merupakan benda yang tidak terpakai, tidak disenangi dan telah dibuang yang berasal dari kegiatan manusia (Mubarak, W. I dan Chayatin, N. 2009) serta menurut American Public Health Association dalam bukunya Sumantri, A. (2015), sampah merupakan sesuatu yang telah digunakan, tidak terpakai dan telah dibuang yang berasal dari hasil kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengertian sampah mempunyai batasan-batasan seperti adanya suatu benda atau zat padat serta bahan, adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan aktivitas manusia, benda/zat padat/bahan tersebut tidak dipakai dan telah dibuang, dan pembuangan dilakukan dengan cara yang diterima oleh umum.

2.1.2 Penggolongan sampah berdasarkan sumbernya

Menurut Babayemi, J.O dan Dauda, K.T (2009) Sampah yang terbentuk dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan sumber keluaran sampah.

(2)

a. Sampah pemukiman penduduk/ sampah rumah tangga

Sampah yang keluar dari area penduduk/ rumah tangga biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa orang yang tinggal di dalam area pemukiman, jenis sampah yang biasanya dihasilkan adalah sisa makanan, sampah kering, abu dan sisa tumbuhan.

b. Industri

Industri yang dimaksud adalah perusahaan yang melakukan suatu proses sehingga dalam prosesnya tersebut mengeluarkan sampah, sampah yang biasa dihasilkan adalah sampah basah, sampah kering dan sampah berbahaya. c. Tempat umum/ tempat perdagangan

Tempat umum merupakan tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan dan termasuk juga tempat perdagangan, sampah yang biasa dihasilkan adalah sisa makanan, sampah kering, dan lainnya.

d. Pertanian

Merupakan tempat yang digunakan untuk bercocok tanam seperti kebun, ladang, dan sawah. Sampah yang biasanya dihasilkan adalah tumbuhan yang sudah membusuk dan pembungkus pupuk atau pembasmi hama.

e. Sarana umum

Tempat yang dimaksud ialah rumah sakit, sekolah, tempat hiburan, tempat rekreasi, dan lainnya. Tempat-tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah kering.

(3)

2.2 Jenis-Jenis Sampah Padat

Menurut Sumantri, A. (2015), sampah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti sebagai berikut :

a. Berdasarkan zat kimia

1. Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, daun, sayur, buah dan lainnya.

2. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang tidak mudah membusuk seperti kaleng, besi, plastik, gelas dan lainnya.

b. Berdasarkan ciri sampah

1. Garbage, dimana sampah ini terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat. Karena mudah terurai/membusuk maka jenis sampah ini sering kal menimbulkan bau yang tidak sedap.

2. Rubbish, merupakan jenis campuran sampah yang terdiri dari zat organik dan anorganik.

3. Ashes, merupakan jenis sampah hasil pembakaran dari industri.

4. Street sweeping, merupakan sampah yang berasal dari jalan akibat aktivitas mesin maupun manusia.

5. Dead animal, merupakan jenis sampah yang berasal dari bangkai binatang yang mati akibat kecelakaan oleh manusia atau alami.

6. House hold refuse, merupakan jenis sampah campuran seperti

garbage,ashes dan rubbish yang berasal dari pemukiman.

7. Abandoned vehicle, merupakan jenis sampah yang berasal dari bangkai kendaraan.

(4)

8. Demolision waste,merupakan jenis sampah yang berasal dari sisa-sisa bangunan.

9. Sampah industri, merupakan sampah yang berasal dari pertanian, perkebunan dan industri.

10. Santage solid, merupakan jenis sampah yang terdiri dari benda-benda solid biasanya bersifat organik yang berasal dari pintu masuk pengolahan limbah cair.

11. Sampah khusus, merupakan jenis sampah yang memerlukan penangan khusus.

2.2.1 Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah

Menurut Osei-mensah, P. dkk (2014) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu :

a. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk mempengaruhi jumlah sampah, karena semakin banyak penduduk maka aktivitas dari manusia semakin meningkat. Aktivitas yang dimaksud adalah pendidikan, pekerjaan dan lainnya.

b. Sosial ekonomi dan budaya

Sosial ekonomi mempengaruhi jenis sampah yang akan ditimbulkan karena masyarakat dengan sosial ekonomi yang sama mengonsumsi makanan yang sama sehingga menghasilkan sampah yang sama, sedangkan budaya mempengaruhi jumlah sampah dimana jumlah sampah yang terbentuk tergantung dari apa yang dilakukan oleh masyarakat.

(5)

c. Waktu

Jumlah sampah yang terbentuk tergantung pada waktu seperti harian, mingguan, bulanan dan bahkan tahunan.

d. Jenis rumah

Perbedaan rumah pada suatu populasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis sampah yang akan terbentuk seperti sampah pada rumah sederhana akan berbeda dengan rumah yang mempunyai beberapa fasilitas di dalamnya. e. Jenis kegiatan

Perbedaan kegiatan pada suatu populasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis sampah seperti sampah dari aktivitas industri akan berbeda dari sampah dari aktivitas rumah tangga.

f. Musim

Musim mempengaruhi jenis dan jumlah sampah karena jumlah dan jenis sampah musim hujan sangat berbeda dengan jumlah dan jenis sampah musim panas.

g. Sistem pengelolaan yang digunakan

Dari semua faktor yang ada, faktor ini yang paling berpengaruh pada jumlah sampah yang ada. Misal pengangkutan sampah dengan menggunakan gerobak akan memperlambat pengelolaan sampah dan menyebabkan terjadinya penumpukan sampah.

(6)

2.2.2 Komposisi sampah padat

Menurut Das, S., dkk (2013) bahwa sampah padat yang terbentuk terdiri dari beberapa sampah yaitu :

a. Logam seperti kaleng, paku, besi dan lainnya.

b. Kertas seperti koran, majalah, karton, buku dan lainnya.

c. Plastik seperti botol plastik, gelas plastik, pembungkus plastik dan lainnya. d. Kaca seperti gelas kaca, lampu, dan lainnya.

e. Garbage seperti sisa makanan, sayuran, buah dan lainnya.

Selanjutnya komposisi sampah padat tersebut dikelompokkan oleh Osei-mensah, P. dkk (2014) menjadi organic waste (sayuran, sisa makanan, daun dan lainnya), Recyclable waste (kertas, kaca, plastik, logam dan lainnya), soiled waste (kain dan lainnya), dan toxic waste (alat rumah sakit dan lainnya).

2.3 Pengolahan Sampah Terpadu

Menurut Rizal, M. (2011) umumnya ada beberapa tahapan dalam pengelolaan sampah padat yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan akhir akhir/pemusnahan. Namun, dalam pengolahan sampah terpadu terjadi beberapa kegiatan tambahan seperti pemilahan, penggunaan ulang, dan pengolahan sebelum pengolahan akhir (BPLHD Provinsi DKI Jakarta, 2011). Adapun kegiatan yang terjadi pada pengolahan sampah terpadu yaitu :

a. Pengumpulan

Sampah yang terbentuk dari aktivitas manusia dikumpulkan dalam suatu wadah atau tempat sementara sebelum dibawa ke tempat pengolahan,

(7)

menurut Sumantri, A. (2015), sebaiknya tempat pengumpulan sampah sementara harus memenuhi persyaratan seperti konstruksi harus kuat dan tidak boleh bocor, memiliki penutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan serta ukuran tempat sampah yang sesuai sehingga mudah diangkut.

Dari tempat pengumpulan tersebut selanjutnya sampah akan dibawa ke rumah sampah/dipo, adapun menurut Sumantri, A. (2015) pembangunan dipo harus memenuhi beberapa persyaratan seperti dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah, memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah, memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat serta binatang lain masuk ke dalam dipo, ada keran air untuk membersihkan tangan, tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus, dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

b. Pemilahan

Tujuan pemilahan sampah adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin sampah yang masih bisa digunakan, dimanfaatkan ataupun memiliki nilai ekonomi. Pemilahan sampah disesuaikan dengan jenis sampah yaitu organik, anorganik dan residu.

c. Pengolahan

Pengolahan yang dilakukan di tempat pengolahan sampah terpadu adalah pengolahan sampah organic, dimana sampah organik diolah menjadi pupuk kompos sehingga mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

(8)

d. Pengangkutan

Menurut Sumantri, A. (2015), Setelah sampah dari pemukiman/masyarakat terkumpul di dipo, selanjutnya sampah tersebut diangkut menuju tempat pengolahan atau tempat pembuangan akhir.

e. Pengolahan akhir/pemusnahan

Merupakan tahap akhir dalam pengelolaan sampah, dalam tahap ini sampah yang diolah merupakan residu sampah yang harus dimusnahkan. Biasanya teknik pengolahan yang dilakukan menggunakan pembakaran (Incenerator)

2.4 Jenis-Jenis Teknologi Pengelolaan Sampah

Menurut Surjandari, I. dkk (2009), bahwa jenis pengolahan sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara/model yaitu :

a. Pengolahan sampah dengan kompos

Merupakan suatu strategi yang menggunakan sampah yang mudah membusuk, sampah ditumpuk pada suatu tempat tertentu dan dibiarkan membusuk/terjadi proses degradasi alami. Produk akhir dari proses ini dapat dijadikan sebagai pupuk alami, cara ini biasanya menggunakan sampah organik.

b. Pengolahan sampah dengan recycle.

Merupakan suatu strategi pengolahan sampah dengan memanfaatkan kembali barang-barang yang telah terbuang, adapun proses yang terjadi adalah pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk bekas pakai. Cara ini biasanya digunakan untuk memanfaatkan

(9)

sampah anorganik, dengan menggunakan strategi akan meningkatkan pendapatan pekerja.

c. Pengolahan sampah dengan incenerator

Merupakan suatu strategi pengolahan sampah dengan cara membakar sampah, sampah yang dibakar merupakan sampah kering dan mampu terbakar habis. Strategi ini berpotensi menyebabkan pencemaran, karena pembakaran menghasilkan dioksin yang merupakan senyawa kimia berbahaya.

Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa sampah padat dapat dikelola dengan lebih baik seperti :

a. Pengolahan sampah sebagai biogas

Sampah organik yang ditumpuk dalam waktu lama akan menghasilkan beberapa gas yang disebut biogas, gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai energi terbaharukan. Biogas yang dihasilkan oleh tumpukan sampah organik mengandung sekitar 50-70% gas metana dan 30-50% gas karbon dioksida, untuk memaksimalkan produksi biogas maka dapat dilakukan beberapa tahapan seperti hydrilysis, acidogenesis, acetogenesis dan methanogenesis (Muzenda, E. 2014).

b. Melakukan reuse, reduce dan recycle melalui bank sampah

Untuk memaksimalkan proses pengolahan sampah dengan prinsip reuse,

reduce dan recycle maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,

Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah. Menurut Novianty, M.(2014)

(10)

penghasilan tambahan dan meningkatnya derajat kesehatan dari adanya bank sampah.

2.5 Partisipasi Masyarakat

2.5.1 Pengertian partisipasi

Menurut Jeniffer, R. dkk (1998) partisipasi merupakan terlibatnya pihak-pihak yang mempengaruhi dan mengendalikan inisiatif pembanguunan sedangkan menurut Nasdian (2006), partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif yang diambil oleh warga komunitas sendiri dengan menggunakan sarana dan prasarana. Cohen dan Uphoff dalam Rosyida, I., dkk (2011) membagi partisipasi kedalam beberapa tahapan yaitu :

a. Tahapan pengambilan keputusan

Tahap ini dapat diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat yang diadakan oleh pemberi program, tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahapan terpenting dalam suatu program, karena inti dari program adalah pelaksanaan dari program, wujud nyata partisipasi pada tahap ini dibagi menjadi tiga yaitu sumbangan pikiran, sumbangan materi dan tindakan sebagai anggota program.

c. Tahap evaluasi

Partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksaan program selanjutnya.

(11)

Tahap ini dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat, selain itu dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan maka manfaat akan semakin besar dirasakan.

2.6 Tingkatan Partisipasi

Arnstein dalam Wicaksono (2010) membagi tingkatan partisipasi menjadi beberapa tingkatan yaitu :

a. Manipulasi (manipulation)

Merupakan tingkatan partisipasi masyarakat yang paling rendah, karena hanya nama yang dipakai sebagai anggota. Dalam hal ini tidak ada peran serta masyarakat secara langsung karena anggota hanya bersifat sebagai alat publikasi.

b. Penyembuhan (therapy)

Tingkatan partisipasi yang hanya melibatkan masyarakat sebagai pendengar pasif, dalam kegiatannya hanya bertujuan untuk mengubah pola pikir masyarakat yang ikut didalamnya.

c. Pemberian informasi (informing)

Tingkatan partisipasi yang hanya bersifat pemberitahuan kepada masyarakat, dalam tingkatan partisipasi ini lebih menekankan informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

d. Konsultasi (consultation)

Tingkatan partisipasi yang mengundang opini masyarakat terhadap sesuatu, partisipasi ini sering digunakan untuk melakukan penilaian terhadap masyarakat dan metode yang sering digunakan adalah survei tentang arah

(12)

pikiran, pertemuan lingkungan masyarakat dan mendengar pendapatt masyarakat.

e. Perujukan (placation)

Tingkatan partisipasi yang menempatkan masyarakat yang dianggap mampu kedalam anggota, walaupun usul masyarakat kadang diperhatikan namun suara masyarakat sering tidak didengar karena kedudukan masyarakat masih relatif rendah.

f. Kemitraan (partnership)

Tingkatan partisipasi yang terbentuk atas kesepakatan bersama dan berbagi tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah yang dihadapi.

g. Pelimpahan kekuasaan (delegated power)

Tingkatan partisipasi yang memberikan kekuasaan kepada anggota dan memberikan kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana atau program tertentu.

h. Masyarakat yang mengontrol (citizen control)

Tingkat partisipasi dimana segala sesuatu dikendalikan oleh masyarakat termasuk kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan.

(13)

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Desa Kesiman Kertalangu Kota Denpasar

2.7.1 Karakteristik masyarakat

Dalam penelitian ini, karakteristik yang diteliti dari masyarakat adalah umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Suroso, H. dkk (2014) diketahui bahwa tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna dengan keaktifan dalam berpartisipasi.

2.7.2 Pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah

Pengetahuan adalah kesan dimana dalam pikiran manusia sebagai hasil dalam penggunaan panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (belifes), takhayul

(superstitious), maupun penerapan-penerapan yang keliru atau (miss informations) Mulasari, Surahma A. (2013), sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil seseorang yang telah melakukan penginderaan terhadap objek melalui panca indra sehingga mengalami suatu perubahan pengetahuan. Menurut Toxonomy Bloom dalam notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki tingkatan yang berbeda yaitu :

a. Tahu yang merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah dimana tahu merupakan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Cara untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

(14)

b. Memahami yang merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu objek secara benar dan dapat mengimplementasikannya secara luas.

c. Aplikasi yang merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari sesuai dengan situasi kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis yang merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau komponen-komponen dan masih memiliki kaitan satu sama lain.

e. Sintesis yang merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan komponen/bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi yang merupakan suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi/penelitian terhadap suatu objek.

Pengetahuan yang ada di masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana menurut Budiman (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, informasi, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

2.7.3 Pengetahuan masyarakat tentang bank sampah

Dalam penelitian ini, bank sampah disediakan sebagai fasilitas yang digunakan untuk menampung sampah anorganik. Selain bank sampah, fasilitas yang harus ada sebagai penunjang adalah adanya tempat penampungan sampah sesuai dengan jenis sampah, adanya sarana pengangkut sampah dan adanya bank sampah sebagai pengumpul akhir sampah anorganik. Menurut Setyowati, R., dkk (2013) ketersediaan fasilitas tempat sampah merupakan langkah awal untuk pemilahan sampah plastik yang berhubungan dengan perilaku hidup. Peningkatan partisipasi dapat terjadi apabila masyarakat merasa diuntungkan seperti dapat meningkatkan ekonomi,

(15)

peningkatan ekonomi masyarakat dari pengolahan sampah dapat dilakukan dengan metode bank sampah (Sofiana, M. dkk, 2015).

2.7.4 Sikap masyarakat tentang pengolahan sampah

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap objek atau stimulus. Menurut Toxonomy Bloom dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap memiliki beberapa tingkatan yaitu menerima merupakan suatu kemampuan untuk mempertahankan stimulus, merespon merupakan suatu kemampuan untuk memberikan jawaban, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan, menghargai merupakan suatu kemampuan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu permasalahan dan bertanggungjawab merupakan kemampuan untuk menanggung risiko atas pilihan yang dibuat.

Sikap yang ada dimasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana Azwar (2013) menjelaskan bahwa ada enam faktor yang dapat mempengaruhi sikap di masyarakat yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh budaya, media mas, lembaga pemdidikan/agama dan emosional.

2.7.5 Sikap masyarakat tentang bank sampah

Merupakan respon masyarakat terhadap bank sampah meliputi mekanisme bank sampah dan sampah yang dapat ditabung di bank sampah, dimana sikap masyarakat sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya partisipasi masyarakat terhadap program (Fahruddin, dkk 2014).

(16)

2.7.6 Perilaku masyaakat

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan semua tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung. Perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dijelas menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) bahwa perubahan perilaku dipengaruhi oleh tiga kelompok faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Merupakan faktor yang dapat memfasilitasi seseorang untuk melalukan suatu tindakan, faktor pendukung mencakup umur, status sosial, ekonomi, pendidikan, SDM, serta sarana dan prasarana untuk terjadinya suatu tindakan/perilaku.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Merupakan faktor yang memperkuat seseorang untuk melakukan suatu tindakan/perilaku, faktor penguat mencakup keluarga, tokoh masyarakat dan lainnya.

2.7.7 Sosialisasi pengolahan sampah

Dalam penelitian ini, Sosialisasi yang dimaksud adalah pemberian sosialisasi pada tahap awal perencanaan program. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simanullang, L. J. dkk (2013), dari pengujian empiris diketahui bahwa partisipasi

(17)

masyarakat pada tahap perencanaan berpengaruh pada terhadap pelaksanaan kegiatan. Adanya pengaruh tahap perencanaan terhadap partisipasi masyarakat disebabkan karena pada tahap perencanaan dimulai dengan sosialisasi.

2.7.8 Dukungan tokoh masyarakat

Dukungan tokoh masyarakat dalam penelitian ini adalah sebagai orang yang memiliki wewenang dan mampu sebagai penggerak masyarakat atau penghubung petugas TPST-3R ke masyarakat, tokoh masyarakat yang dimaksud meliputi kepala desa, kelian banjar dan kepala lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Surotinojo, I (2009), tokoh masyarakat memiliki pengaruh yang bermakna dalam tingkat partisipasi masyarakat.

2.7.9 Regulasi tentang pengolahan sampah

Untuk menciptakan lingkungan yang bersih maka diperlukan suatu peraturan yang mengatur masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya, peraturan tersebut diselenggarakan atas beberapa asas seperti asas bertanggung jawab, keberlanjutan dan manfaat (Dinas Kebersihan Jakarta, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan perbedaan penelitiaan yang dilakukan Paina dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yang mana pada penelitian Paina meneliti tindak tutur komisif khusus

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

1) Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama didepan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga.. sama dengan atau lebih

Sedangkan contoh tanaman yang dalam satu tanaman terdapat lebih dari satu umbi adalah tanaman singkong atau sering satu tanaman terdapat lebih dari satu umbi adalah

Beberapa konsep ulul albab di atas merupakan hal yang sangat penting yang akan diwujudkan oleh Pendidikan Islam sebagai sebuah tujuan, karena menurut hemat penulis bahwa

Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi walaupun

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk