135
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT
BAGI SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 7 SALATIGA
Prajna Martha
Sutra Asoka Dewi
Ary Kurnia Astuti
Donald Samuel
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan Model Kemnis & Mc Taggart ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi persamaan kuadrat bagi Siswa Kelas VIIIH SMP Negeri 7 Salatiga dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match . Hasil belajar siswa perlu ditingkatkan karena pada tahap pra siklus, nilai rerata siswa adalah 31 dengan ketuntasan sebesar 0%. Kondisi ini masih di bawah KKM. Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada Siklus I dilakukan selama 2 pertemuan dengan nilai rerata yang diperoleh adalah 63 dan terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 36%. Nilai rerata yang diperoleh selama 2 siklus masih dibawah KKM dikarenakan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi persamaan kuadrat. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Siklus II dilakukan selama 2 pertemuan dan mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 46% dengan ketuntasan sebesar 82% dimana nilai rerata sebesar 80. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi persamaan kuadrat bagi Siswa Kelas VIIIH SMP Negeri 7 Salatiga.
Kata kunci: hasil belajar, metode pembelajaran kooperatif tipe make a match, persamaan kuadrat
PENDAHULUAN
Matematika mempunyai peran penting dalam segala aspek kehidupan yang membuat matematika tidak terlepas dari proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran matematika adalah tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Proses pembelajaran matematika pada hakikatnya melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa (Suherman, 2003: 71).
136
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar yang dilihat dari sisi guru. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Pada hakikatnya, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan-kemapuan siswa setelah aktivitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar. Oleh karena itu, hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami pembelajaran [5].
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan pada tanggal 15 Januari 2015 dengan Bapak Jaka M.,S.Pd selaku Guru matematika di SMP N 07 Salatiga menunjukkan bahwa siswa kelas VIII H mengalami kesulitan dalam mengkaitkan konsep dan struktur matematika di dalam proses pembelajaran. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab bahwa hasil pelajaran matematika masih belum memuaskan di kelas VIII H SMP N 07 Salatiga. Bapak Jaka juga menyampaikan bahwa permasalahan yang terjadi di kelas VIII H adalah kurangnya minat siswa saat mengikuti proses pembelajaran matematika yang menjadikan sebagian siswa bercanda sendiri dan kurang memperhatikan sehingga proses pembelajaran kurang efektif. Ketertarikan dalam pembelajaran yang kurang, mengakibatkan siswa tidak antusias mengikuti proses belajar mengajar sehingga tidak semua siswa memahami materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data yang dikumpulkan dari nilai pretest materi persamaan kuadrat, seluruh siswa atau 100% siswa kelas VIII H SMP N 07 Salatiga sebanyak 23 siswa diketahui nilainya belum dapat memenuhi KKM yaitu 70 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 31.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dan kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok[1].
Salah satu faktor yang menyebabkan matematika terasa sulit bagi siswa adalah keabstrakan matematika, sehingga siswa sulit untuk membayangkan apa yang dipelajari[2]. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Jaka, kondisi ini juga dialami oleh siswa kelas VIII H SMP N 7 Salatiga pada materi persamaan kuadrat. Hal tersebut membuat ketidakberhasilan dalam mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Selain itu, kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan memilih model pembelajaran juga mempengaruhi. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan semangat belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah satu alternatif model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif learning tipe Make A Match.
137
Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Persamaan Kuadrat bagi Siswa Kelas VIII H SMP N 7 Salatiga semester II tahun ajaran 2014/2015”.
METODE
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2012: 2) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu objek penelitian di kelas tersebut. Penelitian ini adalah penilaian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran dikelas, dengan cara melakukan proses tindakan agar dapat memperbaiki atau meningkatkan hasil pembelajaran[7]. Penelitian ini berfokus pada proses pembelajaran di kelas. Tindakan yang dilakukan guna meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi persamaan kuadrat pada peserta didik kelas VIII H di SMP N 07 Salatiga.
Adapun model PTK yang akan peneliti gunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus priral berikutnya[7].
Waktu penelitian dilakukan pada jam efektif saat mata pelajaran matematika. Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari empat kali pertemuan yaitu pra siklus, pretest, perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, posttest dan pemantapan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Observasi, digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses pembelajaran yang berlangsung dengan model pembelajaran tipe make a match. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, (2) Tes merupakan alat untuk mengumpulkan data kuantitatif. Soal tes memuat aspek-aspek pemahaman konsep matematika dan penilaiannya sesuai dengan pedoman penilaian yang telah ditetapkan. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep matematika peserta didik kelas VIII H di SMP N 07 Salatiga pada materi persamaan kuadrat dari siklus I ke siklus berikutnya, dan (3) Dokumentasi digunakan sebagai penguat data yang diperoleh selama observasi. Dokumentasi berupa dokumen hasil pekerjaan peserta didik, daftar nilai peserta didik, serta dokumentasi yang berupa foto-foto pelaksanaan pembelajaran maupun aktivitas peserta didik saat proses pembelajaran model pembelajaran tipe make a match berlangsung.
HASIL
138
siswa. Mereka mulai antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran sampai siklus I berakhir. Siklus ini ditutup dengan pemberian post-test pada siswa. Hasilnya, 8 anak dinyatakan tuntas dan 14 siswa belum tuntas dengan nilai rerata kelas sebesar 63.
Melihat hasil pada siklus I, maka dilaksanakanlah siklus II. Pada siklus II ini, sekali lagi disampaikan materi persamaan kuadrat dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match kemudian diberikan post-test pada akhir siklus. Hasilnya, 18 anak dinyatakan tuntas dan 4 siswa belum tuntas dengan nilai rerata kelas sebesar 80.
Dengan melihat kenaikan rerata kelas pada ketiga siklus yang dilakukan, maka dapat terlihat bahwa penyampaian materi persamaan kuadrat dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match sangatlah efektif bagi siswa. Berikut adalah tabel dari kenaikan rata-rata kelas VIIIH SMP Negeri 7 Salatiga Indonesia.
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus
Dari tabel diatas, dapat dibuat sebuah grafik yang menunjukkan perbedaan presentase ketuntasan dari pra siklus sampai siklus II.
Grafik 1. Perbandingan hasil belajar siswa
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus, siklus I sampai siklus II. Peningkatan terlihat pada persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang meningkat dan rata-rata kelas yang meningkat pula. Siswa yang mencapai KKM bermula dari tidak ada siswa yang tuntas meningkat menjadi 36% dari 22 siswa atau 8 siswa, selanjutnya meningkat kembali pada siklus II yang awalnya 36% menjadi 82% dari 22 siswa atau 18 siswa dinyatakan tuntas. Tingkat ketuntasan pada siklus II telah mencapai indikator ketuntasan penelitian yaitu 75% bahkan melebihi. Oleh karena itu, berdasarkan hasil belajar pada siklus II dapat simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dinyatakan berhasil.
No. Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Tuntas 0% 36% 82%
2 Tidak Tuntas 95% 64% 18%
3 Tidak Mengikuti Tes 5% 0% 0%
Rata-rata Kelas 31 63 80
Nilai Tertinggi 65 85 97,5
139
Berdasarkan hasil diatas, peneliti menganalisis penyebab peningkatan hasil pembelajaran siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan saat penyampaian materi. Sebagian besar siswa mengalami peningkatan yang signifikan selama berlangsungnya siklus I hingga siklus II.
PEMBAHASAN
Berdasarkan Sebagian besar siswa mengalami peningkatan yang signifikan, oleh karena ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan awalnya siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal persamaan kuadrat dikarenakan siswa belum beradaptasi dengan situasi pembelajaran bersama guru yang baru serta kurangnya minat dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Siswa mengalami kenaikan rata-rata kelas setelah dilakukan pembelajaran Kooperatif tipe make a match dari 31, 63 kemudian 80.
3. Model pembelajaran Kooperatif tipe make a match mendorong siswa untuk menyelesaikan soal dengan terciptanya model pembelajaran yang menyenangkan dimana siswa dapat bermain sekaligus belajar. Dengan penerapan pembelajaran ini siswa dapat lebih tertarik dalam pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar. 4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat menjadikan siswa
lebih aktif pada saat pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat pada saat pembelajaran berlangsung dimana siswa lebih berani untuk bertanya, maju mempresentasikan di depan kelas, dan aktif dalam kelompok.
Temuan ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar matematika, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, pada pelaksanaan siklus 1 diperoleh hasil 8 siswa atau 36% dari 22 siswa tuntas dan 14 siswa atau 64% siswa belum tuntas. Berdasarkan tingkat ketuntasan pada siklus I maka dapat dikatakan bahwa siklus I belum berhasil dan dilakukan siklus II. Pelaksanakan siklus II dihasilkan bahwa ketuntasan siswa meningkat menjadi 18 siswa atau 82% dari 22 siswa tuntas dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 70. Tingkat ketuntasan siklus II dapat dijadikan kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi persamaan kuadrat bagi siswa VII H SMP N 7 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2014/2015 meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAIKEM. Jogjakarta: DIVA Press Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
140
Nana, Sudjana, 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ridwan, dkk.2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match Pada Mata Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. PGSD FKIP Universitas Pakuan
.http://ejournal.unpak.ac.id/download.php?file=mahasiswa&id=717&name=Jurnal%
20Ridwan%20PGSD%20037108006.pdf. Diunduh 10 Februari 2015 pukul 22.16 WIB
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Triast, Ayu. 2013. Model Pembelajaran Make A Match. Tersedia pada:
http://www.slideshare.net/ayutriast/model-pembelajaran-make-a-match (diunduh