• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 212010104 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 212010104 Full text"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DILEMA TKW: PERSPEKTIF ETIKA BISNIS

Oleh:

KARTIKA ELCINDY TOGAS

NIM : 212010104

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan–persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

“Aku berjalan dengan impianku sendiri bukan dengan impian orang lain.

Di akhir jalan nanti,

usahaku dalam mengejar impian yang akan menghidupkanku

.”

Untuk permata hatiku, mentari jiwaku:

(6)

tuaku-SARIPATI

Tenaga kerja migran didefinisikan sebagai sebuah tindakan untuk ke luar negeri dengan tujuan utama bekerja. Dengan bekerja, seseorang akan mendapatkan upah dari hasil kerja. Hasil kerja para tenaga migran dinamakan remitan yang akan dikirimkan kembali ke negara asalnya kepada orang yang ditinggalkan. Remitan yang masuk ke Indonesia biasanya dipergunakan oleh keluarga TKI untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Lewat remitan yang diterima diharapkan dapat memutuskan lingkaran setan kemiskinan Indonesia. Namun, para TKI yang bekerja di luar negeri tidak lepas dari berbagai kasus dan pandangan-pandangan banyak pihak terkait utilitarisme nilai produktivitasnya. TKI yang didominasi adalah kaum perempuan dengan bekerja sebagai TLRT dipandang sebagai komoditas negara maupun berbagai pihak. Hal ini tidak lepas dari sebuah bisnis manusia lintas negara. Ekspor tenaga kerja dan melakukan berbagai kesepakatan adalah pandangan sistem ekonomi kapitalis saat ini. Dibutuhkan sebuah perspetif utilitarisme dari segi etika bisnis terkait TKW yang bekerja sebagai tata laksana rumah tangga. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder dari kumpulan informasi online sepanjang 5 tahun terakhir ini. Dari data yang terkumpul, dapat digambarkan menjadi sebuah bacaan yang relevant mengenai TKW yang dijadikan komoditas di pasar global.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan

penyertaan-Nya hingga pada akhirnya, melalui kata-kata yang terangkai penulis dapat

menyelesaikan penyusunan kertas kerja dengan judul “Dilema TKW: Perspektif

Utilitarisme”. Kertas kerja ini ditulis untuk menggambarkan keberadaan TKI sebagai

salah satu pemberi devisa terbesar Indonesia.

Penulis menyadari bahwa kertas kerja ini tidak lepas dari adanya

ketidaksempurnaan, sehingga kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun akan sangat berguna. Melalui hasil kertas kerja ini, diharapkan dapat

memberi manfaat serta menambah wawasan keilmuan dibidang ekonomi bagi banyak

pihak yang berkepentingan.

Salatiga, 15 Januari 2014

Penulis

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan

penyertaan-Nya hingga pada akhirnya, melalui kata-kata yang terangkai penulis dapat

menyelesaikan penyusunan kertas kerja ini dengan judul “Dilema TKW: Etika Bisnis”. Tulisan ini dibuat untuk menggambarkan perspektif konsep utilitarisme

melihat keberadaan para TKW yang bekerja sebagai TLRT dalam menyumbangkan

devisa ke Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian kertas kerja ini

tidak lepas dari kekurangan, bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu

untuk menyelesaikan tugas akhir ini, antara lain kepada:

1. Orang tua tercinta: Mama: Dra. Deitje Vora Pangemanan dan Papa: Drs.

Saputra Denny Togas, terima kasih atas kesempatan aku bisa melihat

dunia, doa yang selalu mengiringi hidupku, dan melalui cinta dan kasih

sayang yang tidak pernah berkesudahan menjadi semangatku menguntai

senyum untuk kalian.

2. Bapak. Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D., selaku dosen pembimbing

yang telah memberi ide, saran, dukungan, dan bimbingan.

3. Ibu Yenny Purwati SE., MBA, selaku wali studi yang selalu memberi

pengarahan dan kemudahan dalam menjalani kuliah.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan berbagai staf

pengajar fakultas lainnya yang telah mengajar dan memberikan berbagai

macam ilmu pengetahuan kepada penulis selama berkuliah.

5. Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis, staf Perpustakaan Umum,

dan juga berbagai pihak/unit UKSW yang membantu penulis selama kuliah

di FEB.

6. Keluarga besar dari mama dan papa, termasuk orang tua baptis yang berada

(9)

Indonesia. Khususnya buat om Prof. Ferdy Rondonuwu dan tante Helty

Mampouw beserta keluarga.

7. Sahabat-sahabat maupun teman-teman tersayang (teman yang berjumpa di

tanah Jawa dan tanah Sulawesi Utara) dan berbagai pihak yang secara

langsung dan tidak langsung selalu memberikan dukungan, doa, semangat

dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.

“Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali mengingat kamu. Dan

setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita” (Filipi 1:3-4). Bagaikan bunga edelweis, kalian akan selalu menjadi bagian terindah

dimemori hidupku dan terus mekar tanpa mengenal musim dihatiku.

Salatiga, 15 Januari 2014

Penulis

(10)

ABSTRACT

Migrant worker is an act of someone to work abroad. By working, someone will get paid. The payment is called remittance which is sent back to the worker’s original country as their family support. The remittance will be used by the family well to fulfill the needs. It is good for the economic country development, such a s Indonesia. Through remittance is hoped to brea k the vicious circle of poverty in Indonesia. The biggest number of imigrant workers are women who work as a housekeeper which is become country commodity and others. Nowdays, export of imigrant labor and its agreement has become the tren view of capitalist economic system. Therefore, it is necessa ry to have business ethics by utilitarism perspective related to Indonesia women migrant workers as a housekeeper. Data used in this resea rch is a secondary data from many collection by online information during this last 5 years. From the collected data be able to dra w into a relavant literature about Indonesian workers are used as a commodity in the global market.

Keywords: Women Labor, Housekeeper Commodities, Utilitarism

PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini lubang besar perekonomian indonesia adalah populasi yang sangat padat, kesempatan kerja yang terbatas, mutu sumber daya manusia yang memadai, tekanan ekonomi, perbaikan taraf hidup dan tatanan sistem

dunia yang mengglobal merupakan alasan dasar munculnya dimensi migrasi (Kristiani: 2010)1. Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 215 juta jiwa (BPS, 2010), masuk pada peringkat ke-111 dari 172 negara berkembang yang diukur berdasarkan Human Development Index (UNDP, 2010). BPS juga mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta jiwa (Kompas: 12 Februari 2011). Sebanyak 14% dari penduduk Indonesia yang memiliki jenjang pendidikan yang memadai masih membutuhkan pekerjaan. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling aktif dalam mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri. Alasan ekonomi adalah alasan utama seseorang bersedia menjadi Tenaga

1

(11)

Kerja Indonesia (TKI). Sampai pada tahun 2013, ada sekitar 6,5 juta TKI tersebar di 176 negara di dunia (Okezone: 10 Desember 2013). Lambatnya pertumbuhan sektor riil menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan angka pengangguran. (Kompas: 8 April 2009).

Melalui ini, dapat menguntungkan banyak agen penyalur tenaga kerja guna memanfaatkan jasa para pengangguran untuk dipekerjakan di luar negeri. Keuntungan lainnya juga dirasakan oleh berbagai pihak mulai dari diri sang TKI, keluarganya, organisasi-organisasi sosial, negara sendiri maupun negara tujuan (Anggreini: 2011)2. Untuk dapat bekerja di luar negeri, para calon TKI mempunyai proses tersendiri agar dapat dipekerjakan. Dengan tujuan utama memperoleh uang terjadilah sebuah transaksi penjualan jasa. Didukung dengan transportasi yang memudahkan banyak orang untuk bisa berpergian ke daerah lain, ikut memudahkan seseorang untuk mencapai tujuannya termasuk untuk bekerja. Oleh karena itu, tidak ada alasan tentang ukuran jarak dan waktu dimana dunia saat ini borderless3. Dunia yang semakin transparan ini, sudah biasa jika perempuan ikut bekerja. Sedikitnya ada 56,2 juta orang bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) di dunia. Sebanyak 80% dari itua adalah wanita, termasuk yang PRT yang bekerja bukan di negaranya sendiri4.

Perpindahan seseorang ke negara lain ini dengan tujuan bekerja memunculkan berbagai pandangan yang berbeda-beda. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan budaya dunia saat ini multikultural. Pandangan publik yang menyatakan bahwa TKI adalah mereka yang bekerja sebagai babu5 di negara lain sulit untuk diberi pengertian bahwa mereka adalah bekerja sebagai Tata Laksana Rumah Tangga (TLRT). Tata laksana yang bekerja demi bisa tercukupinya kebutuhan hidup lebih santun kedengarannya dan menciptakan pandangan tentang seorang TLRT jika dibandingkan dengan babu yang juga bekerja demi adanya timbal balik. Pandangan inilah yang akan dinilai dalam konteks migrasi yang selanjutnya dinamakan akulturasi dimana proses dan

2

Primawati Anggreini, 2011, Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke Malaysia. Sosiokonsepsia

Vol. 16 No. 02, Universitas Indonesia.

3

Sebuah istilah yang menyatakan tidak ada lagi suatu batasan: Susilo Wahyu, 2009, Buruh Migran

dalam Dekapan Globalisasi. Migrant Care.

4

Gajimu, http://www.gajimu.com/main/gaji/pekerja-rumah-tangga diakses pada 3 Januari 2014.

(12)

penyesuaian individu ke budaya baru (Eric B. Shiraev: 2012). Akulturasi yang melekat melalui perspektif konsep utilitarisme terhadap para TKI inilah yang memunculkan paradigma tidak tepat6 dalam memposisikan TLRT. Salah satu contoh pandangan kontra yang dimuat dalam harian kompas 16 Oktober 2013, menyatakan bahwa pemerintah kurang tanggap dalam menangani masalah migrasi tenaga kerja7 menciptakan citra pemerintah yang tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Perspektif konsep utilitarisme etika bisnis menilai secara normatif proses yang dilakoni seseorang dalam pekerjaannya. Banyaknya pihak yang terkait dalam proses penempatan TKI memunculkan sebuah pandangan budaya baru dalam menilai jasa seseorang atau produktivitas kegunaan seseorang dalam pemanfaatannya. Pandangan etika normatif khusus yang menilai tingkah laku seseorang dalam bidang pekerjaan yang menjadi cerminan terhadap suatu pekerjaan ataupun sebuah pencitraan terhadap segala sesuatu yang dikerjakan termasuk menilai bagaimana peran pemerintah, agen-agen penyalur serta keluarga para migran tenaga kerja.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kasus-kasus empirik mengenai TKW yang bekerja diluar negeri sebagai TLRT dari perspektif konsep utilitarisme etika bisnis.

KAJIAN LITERATUR

Kemiskinan dan Migrasi

Grow with poverty secara sederhana diartikan sebagai adanya pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan per kapita, namun pada saat yang sama sedang berlangsung proses pemiskinan (Abidin: 2011)8. Kesejahteraan

6

Hukum Online 2014, PRT Adalah Pekerja Bukan Pembantu. http://www.hukumonline.com/ diakses

pada 3 Januari 2013

7

Harian Kompas, 2013, Hukuman Mati Mengancam 265 TKI, ke Mana Pemerintah? 16 Oktober 2013.

http://nasional.kompas.com/read/2013/10/16/1218450/Hukuman.Mati.Mengancam.265.TKI.ke.Man a.Pemerintah diakses pada 25 November 2013

8

Harian Detik, 2011. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Indonesia

(13)

manusia tercermin dari masalah yang kompleks yang menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya (Haryati: 2011)9. Sebuah siklus yang dinamakan lingkaran setan kemisikinan dan keterbelakangan atau Vicious Circle of Poverty and Backwardness secara sederhana didefinisikan sebagai kondisi suatu masyarakat yang berada dan sulit untuk keluar dari kemiskinan dan penyebab kemiskinan itu sendiri10. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai masih kurang memperhatikan aspek kualitas, terutama dalam hal efisiensi, kesinambungan, dan pro kesempatan kerja mengakibatkan banyak penduduk yang menganggur dan berimplikasi langsung pada munculnya masalah yang lebih kompleks, yaitu kemiskinan, yang antara lain ditandai oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan penduduk yang rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan (Suparno: 2008)11. Fenomenom kemiskinan dari kaca mata Usman menyatakan bahwa kemiskinan berkaitan dengan berbagai dimensi kehidupan, hanya saja sering dikonsepsikan dalam konteks ketidakcukupan pendapatan dan harta12.

Pasal 27 D ayat (2) UUD 1945 mengandung dua makna yaitu memberi “hak”

kepada warga negara untuk memperoleh salah satu hak dasar manusia yaitu pekerjaan

dan membebani “kewajiban” kepada negara untuk memenuhinya. Dengan kata wajib,

maka negara tidak dapat menghindarinya meskipun tidak cukup sumber daya dan sumber dana di dalam negeri, serta harus mencari sumber-sumber tersebut sampai ke luar negeri (Suparno: 2008). Tindakan berpindah ke negara lain untuk tujuan bekerja disebut sebagai migrasi tenaga kerja13. Tenaga kerja yang berasal dari Indonesia

Roebyantho Haryati, 2011, Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE.

Penelitian Kementrian Sosial Republik Indonesia.

10

Kementrian Dalam Negeri RI, 2012, Konsepsi, Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kawasan Cepat

Tumbuh dan Kumuh, Direktorat Permukiman dan Perumahan, Bappenas.

http://www.kemendagri.go.id/ diakses pada 26 Desember 2013. 11

Suparno Erman, 2008. Penempatan dan Perlindungan TKI (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI). http://www.depnakertrans.go.id/, 27 Maret 2008. Diakses pada 28 Desember 2013.

12

Electronic Journal Unud http://ejournal.unud.ac.id/ diakses pada 11 Januari 2014.

13

(14)

dipandang sebagai suatu instrumen dalam memperbaiki keseimbangan pembayaran, dan merangsang tabungan dan investasi di daerah asal. Upah atau gaji adalah bagian dari kompensasi yang diterima oleh seorang pekerja (Nasution: 2009)14. Oleh karenanya dapat dikemukakan bahwa remitan menjadi komponen penting dalam mengkaitkan mobilitas pekerja dengan proses pembangunan di daerah asal. Melalui ini, remitan yang dikirimkan ke daerah asal biasanya kepada mereka yang adalah keluarga. Remitant sering dimanfaatkan untuk kebutuhan produktif dari pada kebutuhan konsumtif (Anggreini: 2011)15.

Komoditas Internasional

Bekerja di luar negeri, rawan dengan eksploitasi tenaga kerja yang memanfaatkan segala sesuatu dengan tujuan mendapatkan keuntungan materi maupun non-materi. Eksplotasi kepada manusia biasanya merupakan relasi kekuasaan, dimana adanya pihak yang memperalat memiliki daya kontrol atas pihak yang dijadikan alat, dan yang diperalat tidak memiliki daya untuk menolak, menghindari, atau keluar dari relasi tersebut. Dari perspektif hukum, pihak yang diperalat ini merupakan korban perbuatan eksploitatif/pemerasan. Berbagai paradigma kapitalis berkata manusia dijadikan komoditas layaknya barang yang diberdayakan banyak pihak untuk memperoleh uang (Topilus: 2013)16. Komoditas adalah sesuatu yang diperdagangkan antara benda berwujud atau tidak berupa barang, jasa, opini, intelektualitas, skill, dan sebagainya17.

Dalam dunia bisnis juga berlaku peraturan-peraturan yang dalam banyak hal

identik dengan etika. Etika adalah seperangkat “peraturan” yang membedakan prilaku

yang benar/baik dan yang salah/tidak baik; yang benar/baik disebut “etis” sedangkan

yang salah/tidak baik di sebut “tidak etis”. Etika Bisnis adalah aplikasi prinsip-prinsip

14

Nasution Ahmad Sanusi, 2009, Sistem Akuntansi Gaji dan Upah.

http://sanoesi.wordpress.com/2009/01/16/sistem-akuntansi-gaji-dan-upah/ diakses pada 28 Desember 2013

15

Primawati Anggreini, 2011, Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke Malaysia. Sosiokonsepsia

Vol. 16 No. 02, Universitas Indonesia.

16

Dalam Buruh dan Rakyat dalam Dekapan Kapitalis(me)

17

Ahira Anne, 2010. Pengertian Komoditas.http://www.anneahira.com/ diakses pada pada 12

(15)

etika umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis atau lebih ringkas adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis (Budiman: 2012)18. Etika sebagai sebuah ilmu menitikberatkan pada refleksi kritis dan rasional dalam menuntut orang. Adapun sebuah teori yang melihat segala sesuatu berdasarkan ultilis/manfaat yang sangat cocok dengan cost-benefit analysis. Hal ini dikarenakan pemikiran masyarakat luas apalah dari sisi ekonomi pasti mempertimbangkan cost and benefit ratio (Usman: 2013)19. Moral adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya yang diketahui dari penalran dan perilakunya sesuai dengan nila-nilai ajaran agama, budaya, keluarga, hukum, dan aturan lainnya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat (Angela: 2012,118)20.

Perlindungan TKI

UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, telah disebutkan bahwa yang disebut trafficking atau perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Sehingga melalui peraturan yang berlaku diharapkan dapat menghindari seseorang untuk tersakiti (Yosephus: 2009).

Keputusan seseorang untuk melakukan migrasi secara rasional bertujuan untuk memaksimalkan faedah (utilitas) yaitu memaksimalisasi pendapatan, dalam hal ini dibutuhkan human capital (misalnya pendidikan, keterampilan) juga

18

Majalah Berkat http://www.majalahberkat.com diakses pada 12 Januari 2014

19

Usmah Fandholy, 2013. Etika Bisnis dan Implementasinya. Diakses pada 3 Januari 2013

20

(16)

meminimalisasi resiko dan hambatan (Primawati: 2011)21. Sebagai teori etika, utililarisme sering pula disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar. Artinya bertindak dengan sedemikian rupa sehingga tindakan yang dihasilkan bisa memberikan kebaikan terbesar untuk banyak orang. Utilitarisme menempatkan kodrat manusia pada rasa sakit dan rasa nikmat (Yosephus: 2010. 91)22. Maka dari itu, hak dan kewajiban berlaku pada setiap individu terkait tenaga kerja. Dengan kewajiban negara untuk memenuhi hak kepada setiap pekerja peraturan terkait perlidungan terkait tenaga kerja Indonesia (TKI). Pasal 38 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia lebih menegaskan lagi bahwa warga negara juga berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya. Oleh karena itu, warga negara tidak dapat dilarang untuk bekerja dimana saja, termasuk di luar negeri sehingga berbagai pihak dilibatkan dalam proses penempatan TKI.

Adapun pihak swasta yang seperti Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) atau Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), Pengguna Jasa TKI, dan Mitra Usaha PJTKI. Melalui Undang-Undang No. 39 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (Pasal 5) menyatakan bahwa: Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri(Suparno: 2008)23. Proses penempatan yang melibatkan pihak pemerintah mulai dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN), dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI). Proses yang dilakonipun terdiri dari 3 proses, yaitu pra-penempatan; penempatan; dan pasca-penempatan. Pra-penempatan ini diakomodir oleh PJTKI/PPTKIS mulai dari proses rekrutmen dan seleksi, pendidikan dan pelatihan, pemeriksaan kesehatan, perjanjian kerja, pembekalan akhir pemberangkatan dan pemberangkatan. Proses rekrutmen PJTKI mengutus Petugas Lapangan (PL) dalam mencari para calon TKI yang diketahui oleh Disnakertrans melalui surat tugas. Masa

21

Primawati Anggreini, 2011, Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke Malaysia. Sosiokonsepsia

Vol. 16 No. 02, Universitas Indonesia.

22

Yosephus L Sinuor, 2010. Etika Bisnis: Pendekatan Filsafat Moral terhadap Pelaku Pebisnis Kontemporer. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

23

Suparno Erman, 2008. Penempatan dan Perlindungan TKI (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(17)

penempatan TKI dimana PJTKI/PPTKIS wajib bertanggungjawab atas perlindungan dan pembelaan terhadap hak dan kepentingan TKI di luar negeri bersama dengan para Mitra Usaha PJTKI dan Pengguna Jasa TKI. Selanjutnya pasca-penempatan adalah saat dimana PJTKI/PPTKIS bertanggung jawab atas kepulangan para TKI di negara asalnya. (Suharti: 2011)24.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini lebih banyak memanfaatkan studi literatur sebagai sumber utama penulisan. Proses untuk memulai kertas kerja ini dimulai dari mencari dan mengumpulkan berbagai literatur yang berhubungan dengan migrasi TKI dan etika bisnis terkait utilitarime. Penulis mencari bahan yang bisa didapatkan dari media elektronik dan media cetak. Pada awalnya penulis menggunakan mesin pencari

google untuk mendapatkan literatur elektronik dan sumber-sumber situs lainnya yang bisa diakses. Melalui mesin pencari ini, penulis mendapatkan berbagai informasi terkait dengan TKI tetapi sangat sedikit literatur yang terkait dengan utililarisme sehingga penulis mencari buku etika bisnis melalui perpustakaan UKSW untuk menambah informasi yang berhubungan.

Berbagai informasi yang didapati melalui itu termasuk dengan format pdf dimanfaatkan untuk mendapatkan berbagai jurnal online secara lebih mudah, penulis mencoba membaca semua informasi yang relevant terkait dengan topik penulisan kertas kerja ini. Data-data dengan basis utama dari berbagai jurnal penelitian yang dilakukan oleh banyak pihak termasuk melalui badan organisasi seperti Kementrian Sekretariat Negara RI; Kementrian Sosial RI; Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja, World Bank; Ceic Data, Badan Pusat Statistik, International Labor Organization (ILO), koran online seperti kompas.com; suarapembaruan.com; investor.com; vemale.com; detik.com, juga berbagai artikel online yang relevant selama 5 tahun terakhir ini (lebih lengkap terlampir dalam footnote pada setiap halaman). Dari literatur yang dibaca, penulis mengambil beberapa kata kunci penting dan mengolah kembali kata kunci tersebut menjadi sebuah kalimat tanpa melepaskan sumber literatur yang didapati penulis. Dalam

24

(18)

mengolah literatur tersebut, penulis menyaring informasi-informasi yang relevan dan mencoba menyatukan literatur lainnya yang seirama sehingga memudahkan penulis dalam membuat kesimpulan dari bacaan tersebut.

(19)

HASIL DAN ANALISIS

Latar Belakang Tenaga Kerja Indonesia

Sebuah publikasi dari Open Society International Migration Initiative (2013)25 menyatakan bahwa para pekerja yang bekerja di luar negeri dengan negara asal Indonesia didominasi oleh kaum perempuan yang memiliki latar belakang berasal dari kota-kota kecil atau desa-desa didukung dengan tamatan pendidikan sekolah dasar dan pengalaman kerja yang terbatas. Data BPS menyatakan bahwa pada 2013 pengangguran terbuka di Indonesia sebanyak 7,39 juta jiwa atau sebanyak 6,25% dari jumlah penduduk. Ekonomi bertumbuh dalam memberi ruang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Banyak orang harus bekerja karena tergiur dengan uang atau pun terpaksa menerima pekerjaan seadanya karena tekanan ekonomi dan demi kesejahteraan keluarganya dilihat mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga banyak kali dipekerjakan disektor infomal seperti pekerja rumah tangga (PRT), tukang masak, perawat anak/lanjut usia, maupun mengurus kebun/buruh. PRT atau TLRT merupakan profesi yang paling banyak dilakoni para TKI yang bekerja diluar negeri adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Departement of State Trafficking in Person (Ester: 2009)26. Pekerjaan yang bersifat jasa pada sektor domestik menangani urusan atau tata kelola pekerjaan rumah tangga inilah saat ini dikatakan sebagai Tata Laksana Rumah Tangga (TLRT) (Christiani: 2012)27. TLRT saat ini pun haruslah mempunyai persyaratan khusus. Hal ini dimaksudkan untuk mempekerjakan seseorang yang mampu menerima pekerjaan yang diperintahkan dan mampu menyelesaikan tugasnya. Dengan kemampuan yang dimiliki para calon TKW ini akan menjamin para Pengguna Jasa TKI mempekerjakan para TKW semestinya.

Penelitian Labour Force Situation (LFS) di Indonesia (2009) menyimpulkan hanya 14% dari total persentase pengangguran memiliki jenjang pendidikan sarjana

25

Farbenblum Bassina, Eleanor Taylor-Nicholson, Sarah Paoletti. 2013. Migra t Worker Access To

Justice Series: Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal, Studi Kasus Indonesia. New York: Open Society Foundation.

26

Ester Krisnawati, 2009. Produksi Feature Human Trafficking: Hanya Dinilai Dengan Rupiahkah Nilai Seorang Wanita.

27

(20)

dan diatasnya, selebihnya adalah mereka dengan tingkat pendidikan rendah, data ini didukung dengan penelitian International Organization for Migration (IOM) pada 2011 lalu (Ester: 2009)28. Orang yang tidak memiliki penghasilan cenderung tingkat

kesejahteraan hidupnya rendah sehingga identik dengan kemiskinan. “Kemiskinan akan mengancam kesejahteraan dimana-mana” adalah salah satu prinsip ILO mengentaskan kemiskinan demi terciptanya kesejahteraan manusia29. Maka dari itu, untuk mengatasi kemiskinan seseorang bekerja di luar negeri karena kesempatan kerja di dalam negeri sudah tidak tersedia. Didukung dengan harapan bergaji besar yang berbau mata uang asing menjadi tumpuan harapan para pencari kerja dalam meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik. Jika dibandingkan gaji TLRT diluar negeri dalam negeri berkisar sekitar Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000 sedangkan di negara sendiri dihargai Rp. 500.000 - Rp. 600.00030. Maka dari itu, melihat nominal upah yang besar, menjadi dasar dalam mempertimbangkan keputusan seseorang untuk bekerja.

Melalui pendidikan yang kurang memadai, memaksa mereka untuk tetap bekerja dengan upah yang rendah karena besarnya permintaan dari Pengguna Jasa TKI. Tidak heran jika melalui agen penyalur tenaga kerja kerapkali memanfaatkan TKI yang memiliki pengetahuan rendah untuk ditempatkan pada bidang pekerjaan tidak memerlukan kualifikasi yang sulit (Kompas: 13 April 2013). Dengan begitu tersedianya tenaga kerja untuk dipekerjakan disektor informal akan selalu ada dari Indonesia. Pekerja dengan latar belakang berasal dari keluarga tidak mampu ini akan mudah dibujuk oleh agen-agen penyalur tenaga kerja.

Proses Penempatan Pekerja Migran

Berbagai kasus kerapkali terjadi terkait keberadaan TKI dikarenakan proses yang dijalani tidak tepat (Lieli: 2011). Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan sulit jika langsung pergi merantau di daerah asing apalagi mereka yang adalah wanita. Melalui permintaan dari Pegguna Jasa TKI memanfaatkan agen-agen

28

Ester Krisnawati, 2009. Produksi Feature Human Trafficking: Hanya Dinilai Dengan Rupiahkah Nilai Seorang Wanita.

29

International Labour Organization. www.ilo.org. Diakses pada 22 November 2013.

30

Gajimu, 2013. http://www.gajimu.com/main/gaji/pekerja-rumah-tangga, diakses pada 4 Januari

(21)

penyalur kerja seperti PJTKI/PPTKIS untuk mencari tenaga pekerja yang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan yang ditawarkan kebanyakan untuk mereka yang bersedia menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) sehingga tidak memerlukan keahlian yang khusus. Dengan adanya permintaan, PJTKI/PPTKIS mendapatkan kesempatan untuk menarik tenaga kerja. Persediaan tenaga kerja di Indonesia dilihat dari banyaknya pengangguran wanita yang ada menjadikan Indonesia sebagai tujuan Pengguna Jasa TKI untuk produktivitas seseorang dalam bekerja. Sehingga para wanita ini khususnya kebanyakan dipekerjakan pada pekerjaan yang bergerak disektor informal yang membutuhkan ketrampilan TLRT. Menilai wanita sebagai tata laksana yang tepat dalam mengurus rumah, memasak, membersihkan, ataupun mengerjakan kegiatan rumah tangga lainnya lebih berkompeten dibandingkan para pria yang kebanyakan dipekerjakan sebagai buruh. Untuk itu, PJTKI/PPTKIS menjadi salah satu sarana untuk bisa memantapkan proses bagi para calon TKW memperoleh pekerjaan.

Penting menurut BNP2TKI agar semua TKI yang ingin bekerja di luar negeri bisa melalui jalur legal salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan agen-agen penyalur tenaga kerja yang tepat (BNP2TKI: 19 Desember 2008)31. Berbagai masalah bisa saja terjadi selama proses penempatan TKW. Selama proses yang dijalani tepat mulai dari pra-penempatan, penempatan sampai pada pasca penempatan keselamatan TKW. Sebaliknya, jika proses awalnya tidak tepat, maka eksploitasi bukanlah sebuah hal yang mustahil apalagi terhadap kaum perempuan. Sebuah lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden adalah Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) berfungsi sebagai pelaksana kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan (Suharti: 2011). Melalui jalur yang legal menjadi tugas BNP2TKI dalam mengawasi para calon TKW siap diberangkatkan dengan bekal yang memadai.

Manisnya promosi yang meyakinkan para TKW ini membuat mereka menghalalkan segala cara tanpa tahu konsekuensi yang dihadapi pastinya para TKW sudah gelap mata dengan upah yang nantinya akan diterima dengan campur tangan

31

BNP2TKI 2008. Buruh Migran Ajukan 10 Tuntutan, 19 Desember 2008

(22)

para agen-agen penyalur. Salah satu pemicu TKW ilegal dengan dimana para individu pencari kerja secara sukarela bersedia menambah usia sebenarnya menjadi lebih tua dengan maksud memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan32. Lebih-lebih lagi para calon TKW ini tidak tahu soal bagaimana proses penempatan TKW berjalan. Sehingga mereka pun sulit menilai/melihat agen-agen penyalur ini resmi atau tidak. Pastinya setiap pilihan pekerjaan yang dilakoni, mempunyai resikonya masing-masing. Resiko yang tinggi dengan beban kerja yang berat dialami oleh para pencari kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Oleh karena itu, berdirilah berbagai organisasi sebagai pengawas TKW dan juga PJTKI/PPTKIS dalam operasional penempatan seperti Migrant Care (BNP2TKI).

Melalui PJTKI/PPTKIS tempat para TKI mempersiapkan dirinya untuk bekerja (Kompas: 2013). Legal tidaknya TKW yang bekerja di luar negeri melalui atau tidak melalui agen-agen penyalur, tidak menutup kemungkinan luput dari permasalahan. Biasanya TKW yang terkena kasus adalah mereka yang tidak memiliki dokumen-dokumen lengkap dan maupun tidak memenuhi persyaratan kerja. Adapun Tim Pengawas TKI untuk memonitor proses penanganan perkara TKW. Melalui Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) 2008, diputuskan tidak ada lagi sekat-sekat antar instansi dalam negeri terkait pengiriman TKI33. Maksud lainnya juga dengan mempermulus penyelesaian masalah para TKI yang bisa saja terjadi bersifat lintas sektor, lintas negara, dan lintas kedaulatan hukum maupun kedaulatan negara. Hal ini dimaksudkan oleh sekat-sekat ini terkait penguatan status TKI yang bersumber dari dalam negeri sendiri.

Melalui agen-agen ini yang diketahui oleh orang awam adalah mereka yang sudah profesional mencarikan pekerjaan bagi orang lain dan pastinya di negara tujuan sudah memiliki jaminan yang pasti akan apa yang harus diperbuat para calon TKW. Namun, pemahaman yang tidak begitu dalam oleh para calon TKW ini menempatkan

dirinya mudah untuk menjadi ‘budak’ para agen-agen penyalur. Tanpa diketahui legalitas dirinya untuk bekerja maupun legalitas agen-agen yang akan mengakomodir

32

Contoh Kasus TKI asal Majelengka Jawa Barat pada Harian Kompas 18 Desember 2013.

33

BNP2TKI, 2009. Untuk Tingkatkan Perlindungan TKI, Lintas Instansi Setuju Optimalkan Koordinasi,

01 Januari 2009

(23)

para calon TKW untuk pergi ke luar negeri. Sebanyak 12.745 perusahaan di Indonesia melanggar norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan hanya 12.675 perusahaan yang menepatinya34. Dari data yang dimuat pada harian tempo 2013 lalu menunjukan bahwa lingkungan kerja suatu perusahaan yang bertika tidak lepas dari pencitraan dirinya terhadap publik. Melalui ini, berbagai perusahaan yang dikerucutkan lagi terhadap perusahaan PJTKI/PPTKIS tidak lepas dari masalah yang bisa saja terjadi termasuk praktek eksploitasi TKW. Olehnya, dengan banyaknya angka perusahaan di Indonesia yang melanggar K3, mencerminkan bagaimana kerja pemerintah yang belum maksimal sehingga berdampak terhadap peran PJTKI/PPTKIS dalam mengakomodir TKW bekerja di luar negeri35.

Dalam proses pra-penempatan terbagi atas 3 langkah yaitu: langkah pertama mulai dari rekrutmen yang harus memenuhi kualifikasi seperti cukup umur, persyaratan terkait berkas-berkas administrasi dan lain-lain yang persyaratan yang ditetapkan, selanjutnya proses seleksi dimana dokumen yang dimiliki oleh para calon TKW sesuai juga disertai dengan tes kesehatan dan tes psikologis yang akan menyatakan kelayakan kondisi tubuh calon TKW. Langkah kedua adalah pelatihan dan pendidikan yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN) swasta miliki PJTKI/PPTKIS ataupun BLK-LN milik pemerintah yang nantinya akan memberikan sertifikat sebagai salah satu pelengkap dokumen calon TKW, selanjutnya ada pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) yang dilaksanakan oleh BP3TKI dan jika dinyatakan memenuhi persyaratan maka para calon TKW berhak menandatangani perjanjian kerja untuk mendapatkan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTLN) sehingga selanjutnya dapat mengurus kelengkapan dokumen tahap akhir proses pra-penempatan. Ketiga, pengurusan dokumen dan proses pemberangkatan yang melibatkan berbagai pihak didalamnya. Mulai dari perizinan keluarga, kantor migrasi, dan berbagai pihak yang membantu kepengurusan dokumen. Kemudian jika dinyatakan lulus, maka TKW diberangkatkan oleh PJTKI yang sudah dibekali sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan Pengguna Jasa TKI di negara tujuan bekerja yang didalamnya menyertakan KBRI dalam kepengurusan panggilan kerja (Suharti: 2011).

34

Data BPS yang dimuat pada Harian Tempo, 2013.

35

Survei Migrant Care yang dilansir pada Kompas 8 April 2013 www.kompas.com diakses pada 22

(24)

Proses berlangsungnya pra penempatan ini memakan waktu paling cepat 1,5 bulan. Tidak heran para pekerja yang merasa sulit menjalani proses yang panjang lebih memilih cara yang intan untuk cepat selesai sehingga bisa segera bekerja. Dengan bekerja lebih cepat, para TKW ini akan merasa lebih nyaman dimana bisa mengirimkan upah kepada keluarganya lebih baik jika harus menuggu 1 bulan lagi. Namun, keputusan yang memilih instan ini menjadi sebuah masalah karena bekal yang dimiliki oleh TKW tidak terpenuhi. Memunculkan polimek baru dalam pencitraan kinerja pemerintah Indonesia dalam mengirimkan TKW ke luar negeri tanpa mengetahui upaya-upaya pemerintah terkait TKW ini agar layak. Keputusan yang terjadi pun tidak lepas dari persetujuan keluarga. Berasal dari keluarga yang memiliki pengetahuan yang sedikit akan sulit membedakan proses yang tepat dan sesuai seperti apa. Melalui PJTKI bisa meyakinkan pihak keluarga maupun calon TKW adalah sebuah garansi gratis untuk mempercayakan sebuah tubuh seseorang menjadi ancaman bagi para TKW berpendidikan rendah. Keyakinan yang ditanamkan bahwa melalui PJTKI/PPTKIS menjamin sebuah pekerjaan yang pasti di negara calon TKW bekerja. Hal ini menciptakan kesan PJTKI memonopoli proses pemberangkatan TKI, sehingga kondisi yang tidak sehat ini menciptakan dikotomi legal dan ilegal36. Maksudnya adalah pemahaman mengenai para warga negara Indonesia (WNI) yang bermaksud kerja di luar negeri haruslah melalui PJTKI/PPTKIS sehingga bisa dikatakan legal. Sedangkan tidak melalui PJTKI/PPTKIS dinyatakan ilegal. Terdapat sebanyak 545 PPTKIS dimana 213 perusahaan diberi sanksi pembekuan operasional perusahaan dikarenakan terbukti menyalahi aturan tidak memperpanjang dokumen maupun pengiriman TKI ke luar negeri yang tidak sesuai dengan prosedural dan perjanjian ijin kerja37.

Banyaknya kasus yang terjadi dimana kewajiban utama agen-agen penyalur tenaga kerja yang tidak mewadahi sebagaimana mestinya para TKI untuk layak bekerja di negara tujuan. Kelayakan yang dimaksudkan terkait dengan persiapan mengenai pembelajaran perbedaan budaya yang tidak lepas dari perbedaan bahasa. Padahal, sangatlah penting jika para TKW menguasai bahasa asing terutama bahasa

36

Harian Kompas, 2013, PJTKI Adalah Masalah Bukan Solusi. 13 April 2013.

http://nasional.kompas.com/read/2013/04/13/15343711/PJTKI.Adalah.Masalah..Bukan.Solusi diakses pada 27 November 2013

37

(25)

tujuan negara migrasinya demi meminimalisir masalah komunikasi38. Agar supaya tidak ada masalah sampai pada tingkat tindakan kriminal. Disamping itu proses penempatan para TKW dimana akan ditampung terlebih dalahulu untuk dilatih oleh agen Pengguna Jasa TKI sebelum dipekerjakan. Setelah dipekerjakan, tanggung jawab PJTKI/PPTKIS dalam melakukan monitoring kinerja bersama dengan pihak Pengguna Jasa TKI sedangkan pemerintah akan menerima laporan yang diberikan PJTKI. Seharusnya pemerintah tidak hanya menunggu adanya laporan. Banyak TKW yang pulang ke Indonesia disertai dengan luka-luka akibat disiksa. Melalui itu bisa menjadi alat pendeteksi bagi pemerintah bisa bertindak. Sebuah tulisan yang dimuat diharian tempo berbicara bahwa pemerintah akan turun tangan langsung jika masalah yang terjadi sudah tercium publik. Jika tidak, maka proses penyelesaian pun sangat sedikit pemerintah turut serta ingin membantu. Namun nyatanya setelah sampai di negara tujuan, PJTKI/PPTKIS dan Pengguna Jasa TKI lepas tangan tanpa melakukan monitoring kerja ataupun. Disertai dengan tindakan yang pasif dari perwakilan pemerintah Indonesia di KBBRI dibuktikan dengan tingginya para TKW yang dideportasi dari negara tempatnya bekerja.

Proses penempatan yang tidak benar-benar adanya perlindungan menjadi menjadi akar jatuhnya39 citra para TKW terkait pandangan berbagai pandangan yang tidak normatif. Kesempatan yang diberikan oleh para PJTKI/PPTKI adalah kepalsuan semata yang didukung oleh pemerintah. Dengan alasan sudah terlanjur tidak ada pilihan lain, jadi jalani saja. Jika dalam proses bekerjanya TKW ini ada masalah, maka sulit bagi TKW untuk mengadukan permasalahan yang terjadi. Padahal PJTKI/PPTKIS menjadi mediator dengan majikannya. Setelah masalah yang tidak selesaai karena hilangnya mediator, masalah bisa saja tercium oleh publik kemudian perwakilan pemerintah Indonesia menjadi ‘pahlawan kesiangan’ untuk turut campur tangan dalam penyelesaian. Hal ini wajar, karena pemerintah melalui BNP2TKI dibentuklah Crisis Center (CC) untuk mendata permasalahan-permasalahan TKI yang

38

BNP2TKI, 2009. TKI Harus Kuasai Bahasa Asing Senin, 05 Januari 2009

http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231.html?start=6260diakses pada 25 November 2013

39

Harian Kompas, 2013. PJTKI Adalah Masalah Bukan Solusi. 3 April 2013.

(26)

terjadi40. Dengan mendata permasalahan yang terjadi pemerintah berusaha menyelesaikan masalah. Tahap terakhir adalah pasca-penempatan dimana para TKW yang sudah habis masa kontraknya (biasanya 2 tahun) harus melapor kepada Pengguna Jasa TKI untuk pulang ke Indonesia atau memperpanjang kontrak kerja. PJTKI/PPTKIS akan mengetahui kepulangan para TKW dari KBBRI yang didalam proses ini mengurus kepulangan TKW. Namun, kebanyakan dari TKW yang mau pulang tidak melapor bahkan terhadap mereka yang ingin memperpanjang masa kontraknya menjadi tenaga kerja ilegal dikarenakan dokumen-dokumen yang dimiliki TKW sudah kadaluarsa. Oleh karena itu, berbagai negara yang memiliki TKW asal Indonesia yang bekerja di sektor informal kerapkali pulang karena terkena amnesti.

Selamat proses yang dijalani tepat adanya, maka polemik yang bisa saja terjadi ditempatnya bekerja menjadi minim. Sebaliknya jika proses yang dijalani tidak tepat, maka proses tersebut menjadi magnet penarik masalah. Menjadi pekerja migrasi mempunyai siklus tersendiri terhadap dampak pengangguran dan kesempatan kerja terkait perekonomian Indonesia. Saling memanfaatkan antara para TKW untuk perlindunga negara sangat diharapkan, untuk menjadi TKW diperlukan adanya agen-agen TKI yang menyediakan kesempatan kerja di luar negeri, selanjutnya pemerintah membutuhkan tambahan devisa demi pertumbuhan negara Indonesia, melalui keluarga yang setiap bulannya dapat mengirimkan uang kepada keluarganya dimanfaatkan untuk kegiatan produktif. Oleh karena itu kebutuhan akan satu dengan yang lain berhubungan dengan permintaan akan tenaga kerja di pasar dunia jasa sesuai untuk memanfaatkan para pengangguran Indonesia. Sehingga melalui badan-badan negara maupun berbagai pihak harus melindungi hak dan kewajiban warga negaranya dilingkungan tempatnya bekerja. Termasuk WNI yang menjadi TKW bukan di Indonesia. Sebuah pepatah dari Sulawesi Utara “Si Tou Timou Tumou Tou” (orang hidup untuk menghidupkan orang lain)41. Hal ini dimaksud dengan manusia tidak bisa hidup sendiri. Teori yang dikemukan oleh Darwin itu bahwa manusia adalah makhluk sosial terbukti dengan lingkaran yang menyatakan bahwa agen-agen penyalur TKW bisa kehilangan pemasukan dari TKW jika tidak ada para

40

BNP2TKI, 2008, Crisis Center Hadir Untuk Tangani Kasus TKI, 31 Desember 2008

http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/790-crisis-center-hadir-untuk-tangani-kasus-tki.html diakses pada 25 November 2013

41

(27)

pengangguran dari Indonesia untuk dapat dipekerjakan, sehingga negara bisa kehilangan salah satu sumber pemasukan devisa.

Upah Sebagai Devisa Negara

Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Kuwait adalah 5 negara tujuan terbesar TKI menurut data BNP2TKI 2011 dari hasil penelitian 50 negara. Melalui survei World Bank 2010 yang dikutip oleh investor.com (2011)42 bahwa remitant migran memberikan sumber daya financial bagi negara-negara berkembang peringkat kedua setelah FDI termasuk Indonesia. Setiap tahun kurang lebih 6,5 juta pekerja migran menyumbang devisa kepada negara sekitar Rp 70 triliun (Kompas: 19 Juli 2013). Remitant TKI yang diperoleh Indonesia mencapai Rp. 73 triliun yang dimuat pada data statistik untuk tahun 2013. Hal ini sangat baik dalam usaha peningkatan kesejateraan masyarakat dan pembangunan Indonesia. CEIC Data 2011, menyatakan diantara negara-negara berkembang yang tergabung dala G20 lainnya, Indonesia berada pada peringkat ke-6 terbesar dan ke-5 tercepat dalam pertumbuhan ekonomi tercepat didunia.

Bekerja di luar negeri terdengar enak ditelinga. Ditambah lagi dengan kemampuan seseorang yang bekerja di luar negeri dapat mengirimkan upahnya hasil bekerja untuk kebutuhan keluarganya di daerah asal. Bekerja di negeri orang pastinya memiliki suka duka tersendiri. Indonesia sebagai penyetor tenaga kerja paling besar di Asia pastinya memberikan kontribusi yang sangat besar bagi negara Indonesia. Dibuktikan dengan jumlah remitan tiap tahun yang masuk di Indonesia semakin meningkat43. Jika para TKI yang bekerja di Arab Saudi atau sebanyak 1,5 juta TKI dipulangkan ke Indonesia, maka akan menyumbang 1% pengangguran dari total angkatan tenaga kerja di Indonesia (Detik, 28 Juni 2011)44. Sebuah bacaan paradoks prestasi Indonesia menyatakan tenaga kerja migran bisa menjadi ancaman nasional dimana pengiriman tenaga kerja dengan berbagai prestasi oleh indonesia menduduki

42

Susanto Hari, 2011. ‘e ita si, Tetesa Berkah dari Para Pahla a De isa

http://www.investor.co.id/home/remitansi-tetesan-berkah-dari-para-pahlawan-devisa/19365 diakses pada 18 Desember 2013

43

Hindarto Stefanus Yugo, 2013. 6,5 Juta Tenaga Kerja Tersebar di 176 Negara.

http://www.okezone.com/ diakses pada 22 November 2013.

44

(28)

peringkat pertama yang salah satu nya adalah kekuatan ekonomi baru di Asia45. Hakekatnya, dalam datastatistik.com menjelaskan bahwa migrasi penduduk merupakan suatu refleksi yang melihat perbedaan pertumbuhan ekonomi dengan fasilitas pembangunan antar daerah termasuk antar negara.

Remitan yang dikirim oleh para TKI ini untuk keluarga mereka, biasanya dimanfaatkan untuk membuka peluang usaha/investasi di desanya masing-masing (Sutianingsih: 2013)46. Dengan begitu bisa menjaring pengangguran di daerah asal TKI. Jika diambil batas terbawah sebanyak 6 juta TKI yang pulang maka akan menyumbang 4% pengangguran dan mengurangi 70 triliun untuk pendapatan kas negara dari devisa. Ditambah lagi dengan kehidupan keluarga para migran yang dulunya mendapat suntikan dana terhenti sehingga bertambah pula masyarakat dengan pendapatan rendah, tidak mampu membiayai kehidupannya sendiri sampai bisa menambah kasus kriminalitas di Indonesia. Remitan sebagai objek seseorang/para TKW dengan keinginan yang besar untuk bisa dimiliki demi kepuasan diri menjadi sebuah keuntungan terhadap selera pasar oleh para Pengguna Jasa TKI. Menilik kehidupan yang menceritakan bahwa para TKW disiksa sampai terjadinya pelecahan seksual oleh majikannya bertahan dengan kehidupan yang seperti mengartikan bahwa TKW bekerja lebih dengan tubuhnya demi uang. Zaman modern saat ini bisa mengartikan prostitusi modern. Mengetahui dirinya sudah dilecehkan dan dengan keluar dari rumah majikannya berarti tidak adalagi uang untuk dapat dikirim kepada keluarganya. Disisi lain keluarganya sangat membutuhkan kiriman yang menjadi tumpuan harapan keluarga bisa membeli sekilo beras dari remitan yang didapati keluarga TKW. Para TLRT ini sudah bekerja melewati jalur yang semestinya. Alasan PJTKI/PPTKIS bisa saja melindungi pelanggan sehingga membiarkan hal seperti ini terjadi. Didukung dengan tidak tahunya pemerintah karena PJTKI/PPTKIS tidak melaporkan hasil monitoring bisa menggeserkan makna-makna kehidupan yang sepantasnya sehingga banyaknya pelanggaran K3 terjadi. Bekerja demi mendapatkan upah untuk memenuhi kebutuhan harus dijalankan seirima dengan norma-norma yang berlaku. Memanfaatkan TKW dalam proses kerjasama yang

45

Hizbut Tahir. 2013. www.hizbut-tahir.or.id diakses pada 23 November 2013

46

Sutianingsih, 2013, Remitansi dan Kompetensi TK.

(29)

dijalankan oleh PJTKI/PPTKIS, Pengguna Jasa TKI, negara dan berbagai pihak menjadikan uang dan jasa sebagai alat pertarungan bisnis. Dimana segala sesuatu memerlukan uang untuk bisa bertahan. Dengan kata lain, untuk bisa hidup menjadi lebih baik secara ekonomis TKW terkait erat dengan relasi yang bersifat sosial-ekonomistik (Yosephus: 2010).

Relasi yang terjadi pun bisa dilihat dari siklus yang saling terhubung sampai pada masalah sosial politik negara Indonesia sendiri. TKI dipandang sebagai ancaman negara memang ada benarnya. Negara Indonesia sendiri tidak lepas dari adanya penduduk47 didalamnya. Didalam perundang-undangan negara menjamin keselamatan rakyatnya. Sehingga jika terjadi masalah yang tidak diduga di tempat kerja negara akan turut membantu untuk melakukan diplomasi. Jika diplomasi yang dibuat tidak mencapai titik kesepatakan segala macam bentuk kerja sama bisa saja berakhir antara kedua negara tersebut kemudian menjadi ancaman kerjasama negara-negara lain yang berkaca terhadap kasus semacamnya yang menimbulkan berbagai paradigma terkait Indonesia. Tidak menutup kemungkinan Indonesia yang sementara berkembang baik tingkat perekonomiannya bisa menurun. Oleh karena itu, negara tetap membutuhkan pemasukan dari para TKW begitu juga TKW memerlukan adanya perlindungan hukum yang pasti dari negara. Perlindungan yang melingkupi segala proses penempatan TKI termasuk didalamnya pihak-pihak yang terkait. Berbagai pihak yang terkait pun memerlukan imbalan jasa demi keberlangsungan lingkungan kerjanya. Dengan demikian, para TKW ini setiap tahunnya menyumbang sekitar 18% pendapatan non-migas negara jika diasumsikan pendapatan non migas yang masuk di Indonesia berkisar Rp. 390 triliun.

Nominal besar kecilnya seorang TKI mengirim remitan tergantung dengan jenis pekerjaan yang dilakoninya48. Para TKW ini bersedia menguras keringatnya untuk mendapatkan upah kerja bahkan sampai pada tingkat kekerasan fisik dan mental yang untuk mengirimkan hasil jerih payahnya. Hasil inilah yang diberikan kepada keluarganya untuk bisa hidup lebih baik lagi ditengah kesulitan hidup

47

Penduduk atau warga negara suatu negara yang tinggal atau memiliki bukti kewarganegaraan tetapi memilih tinggal di derah lain.

48

Ardiansyah Wisnu, 2010. Mobilitas Penduduk dan Remitan Beserta Migrasi Penduduk.

(30)

himpitan kemiskinan (Susanto: 2011)49. TKW yang bekerja sebagai TLRT biasanya berasal dari latar belakang ekonomi keluarganya rendah, sehingga remitan yang diberikan TKW menjadi alat penyambung hidup keluarga yang ditinggalkan. Secara kasar bisa dikatakan bahwa TKI akan melakukan pengorbanan demi bisa memberikan devisa kepada negara (Ardiansyah: 2010)50. Hal inilah yang menjelaskan bahwa utilitarisme adalah pengorbanan tenaga seseorang demi memberikan kebahagiaan sebanyak-banyaknya daripada penderitaan kepada orang lain.

Polemik Tenaga Kerja Wanita Sebagai Pekerja Informal

Usaha dalam memperkuat perlindungan TKI yang bekerja di luar negeri sangatlah penting melalui peran pemerintah terkait keberadaan TKI di luar negeri. Akar permasalahan bisa terjadi karena kurangnya pengawasan pemerintah kepada instansi-instansi terkait untuk membekali para TKI yang bermaksud kerja di luar negeri. Termasuk didalamnya kurangnya pemberian pemahaman mengenai pentingnya dokumen-dokumen izin tinggal maupun izin kerja di luar negeri mengenai jatuh temponya. TKI adalah mereka Warga Negara Indonesia yang harus bekerja di luar negeri demi penghidupan yang lebih layak. Tanpa masyarakat Indonesia didalamnya maka tidak ada kata sebuah negara ataupun suatu pemerintahan. Suatu siklus yang berkesinambungan antara pemerintah dan TKI ini patutlah saling menjaga satu dengan yang lain demi kepentingan masing-masing pihak. Sampai pada akhir tahun 2013, ada 169 TKI yang terkena masalah hukum termasuk didalamnya sanksi hukuman mati di Malaysia (Kompas: 11 November 2013)51.

49

Susanto Hari, 2011. ‘e ita si, Tetesa Berkah dari Para Pahla a De isa

http://www.investor.co.id/home/remitansi-tetesan-berkah-dari-para-pahlawan-devisa/19365 diakses pada 18 Desember 2013.

50

Ardiansyah Wisnu, 2010. Mobilitas Penduduk dan Remitan Beserta Migrasi Penduduk.

http://www.wisnuardiansyah.wordpress.com/ diakses pada 18 Desember 2013.

51

Harian Kompas, 2013, Ke Malaysia, DPR Akan Panggil Seluruh Pengacara TKI Bermasalah 11 November

2013.http://nasional.kompas.com/read/2013/11/11/1841544/Ke.Malaysia.DPR.Akan.Panggil.Seluruh

(31)

Menteri Luar Negeri (menlu) Indonesia, dalam Kompas 17 Oktober 201352 menyatakan sejak 2011 ada 133 WNI yang terbebas dari hukuman mati. Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah Indonesia turut campur tangan melakukan diplomasi dengan negara tujuan. Namun, disisi lain ada kesan bahwa pemerintah membiarkan para TKI terlihat dengan belum selesainya kasus 245 WNI yang terancam hukuman mati di Luar Negeri (Malaysia, Arab Saudi, China, dan Iran). Menurut data dari menlu, sebanyak 64% kasus mendapat sanksi hukuman mati adalah kasus narkoba yang banyak didapati di Arab Saudi juga Malaysia, 29% kasus pembunuhan dan sisanya adalah tindakan kriminal lainnya termasuk praktek sihir. Dari usaha pembelaan yang dilakukan baru 52 WNI yang sudah lepas dari hukuman mati beralih menjadi hukum penjara. Dari data BNP2TKI yang diperoleh sepanjang tahun 2008, sebanyak 34.886 orang TKI yang berada di Malaysia dengan komposisi pria 25.064 orang, perempuan 9.344 orang dan anak-anak 478 orang dipulangkan. Sebelum dipulangkan ke Indonesia, para TKI ini diberi hukuman penjara yang didalamnya menerima hukuman cambuk karena dianggap tidak memiliki dokumen-dokumen yang lengkap termasuk sudah melewati batas izin kerja ataupun dipalsukan53.

Awal tahun 2014, dikejutkan dengan berita TKW Taiwan yang berasal dari Banyuwangi pulang ke Indonesia dengan kondisi koma. Kondisi Sihatul di Taiwan yang jam kerjanya melampaui jam normal dimana dia bangun jam 3 pagi kemudian tidur jam 10 malam karena harus mengurus 300 ekor sapi sendirian. Sihatul pun diduga dianaya selama 4 bulan, dia didapati koma setelah dipukul benda yang tumpul oleh majikannya54. Pertengahan 2013 seorang wanita asal Belu telah dipenjara selama 3 tahun untuk dihukum mati karena membela diri akibat disiksa menyebabkan majikannya terbunuh. Wilfrida Soik adalah korban trafficking yang saat diberangkatkan usia Wilfrida adalah 17 tahun, namun dipalsukan menjadi 21 tahun

52

Harian Kompas, 2013, Menlu: 133 WNI Terbebas Ancaman Hukuman Mati. 17 Oktober 2013.

http://nasional.kompas.com/read/2013/10/17/0850501/Menlu.133.WNI.Terbebas.Ancaman.Hukum an.Mati diakses pada 25 November 2013

53

BNP2TKI, 2009. Selama 2008, Malaysia Usir 34.886 TKI Ilegal, Jumat, 02 Januari 2009 http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/800-selama-2008-malaysia-usir-34886-tki-ilegal.html diakses pada 25 November 2013

54

(32)

oleh seorang calo yang diberangkatkan saat adanya moratorium TLRT ke Malaysia55. Berita lainnya datang dari Jepang, dimana sebanyak 1.800 TKI ilegal yang dengan alasan wisata namun menetap untuk bekerja. Hal ini sangat riskan karena hukum di

Jepang sangat ketat: “yang salah tetap dihukum”. Untuk itu, pemerintah berusaha

untuk membantu para TKI dengan cara persuasif menjadikan status mereka legal. Sama halnya di Hongkong, pemerintah setempat yang menolak izin tinggal permanen bagi TLRT walaupun sudah berpuluh tahun tinggal dan kerja sehingga berdampak pada nasib para TLRT yang sebagian besar berasal dari Indonesia dan Filipina (Kompas: 25 Maret 2013)56. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa para TKI yang meninggal bukan karena kekerasan misalnya Boiran TKI asal Madium yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia meninggal karena sakit darah tinggi (Kompas: 2013).

Sepanjang tahun 2013 ini, berbagai negara dengan tujuan TKI yang paling besar beramai-ramai menjaring para tenaga kerja asing yang tidak memiliki dokumen ataupun tidak memberikan izin tinggal permanen. Misalnya saja Malaysia pada 2011 lalu mencanangkan program 6P (pendaftaran, pemutihan, pengampunan, pemantauan, penguatkuasaan (pemberian sanksi), dan pengusiran) guna mendata para tenaga kerja tanpa dokumen untuk dipekerjakan kembali dan memulangkan kembali ke daerah asal. Dari hasil program 6P ini ada sebanyak 1,3 juta pekerja asing tanpa dokumen, ada 661.700 TKI yang ikut mendaftar dimana sebanyak 460.463 TKI gagal mendapatkan izin kerja sehingga mendapatkan status pendatang tanpa izin (Kompas: 19 Juli 2013)57. Adapun sebuah kebijakan Journey Performed Visa (JP Visa) oleh Malaysia sudah dicabut sejak 1 Oktober 2013 pada Joint Working Group antara Indonesia dan Malaysia. JP Visa ini kerapkali disalah gunakan sehingga memicu banyaknya TKI Ilegal. Oleh karena itu, dalam pencabutan JP Visa bahwa pemerintah

55

Harian Kompas, 2013, Wilfrida Diduga Korban Perdagangan Manusia.22 September 2013.

http://nasional.kompas.com/read/2013/09/22/1113478/Wilfrida.Diduga.Korban.Perdagangan.Manu sia diakses pada 27 November 2013

56

Harian Kompas, 2013, Hongkong Tolak Izin Tinggal PRT Asing. 25 Maret 2013.

http://internasional.kompas.com/read/2013/03/25/17110867/Hongkong.Tolak.Izin.Tinggal.PRT.Asin g diakses pada 27 November 2013

57

Harian Kompas, 2013, TKI Terancam Diusir. 25 Maret 2013.

(33)

Indonesia berupaya meningkatkan kualitas para TKI melalui pelatihan kerja diharapkan bisa menjadi komitmen pemerintah untuk meningkatkan ketrampilan dan kualitas kerja TKI agar dapat diandalkan dalam waktu 200 jam. Adapun usaha yang dilakoni pemerintah, melalui pertemuan komite kerja antara pemerintah Indonesia dan Malaysia yang diharapkan dapat memberikan jalan keluar bagi para TKI yang gagal memperoleh izin kerja (Antaranews: 6 September 2013)58.

Berbagai kebijakan yang dibuat negara untuk menjamin kelangsungan hidup warga negaranya. Sampai pada WNI yang bekerja diluar negeri termasuk perusahaan yang mengirim TKI tersebut. Namun, tanpa bekal pelatihan yang memadai tidak menjamin kehidupannya TKI di negara tujuan. Kemnakertrans juga membuat slogan

TKI “Jangan Berangkat Sebelum Siap" (JBSS) agar lebih mudah dalam meminimalisir masalah yang bisa saja terjadi. Kesiapan para TKI harusnya bisa diukur melalui 4 SIAP yaitu harus siap fisik dan mental, siap bahasa dan keterampilan, siap dokumen dan siap pengetahuan tentang negara tujuan. Pada 2013 lalu sebanyak 730.000 TKI di Arab Saudi terancam dideportasi karena dokumen-dokumen migrasi yang sudah overstayed/jatuh tempo dari masa amnesti, didalamnya melalui Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri sudah ada 101.067 orang WNI yang telah diberikan dokumen (Kompas: 5 November 2013)59. Sebagian yang dinyatakan gagal memperoleh dokumen, ditempatkan dilokasi penampungan dengan kondisi kekurangan logistik dengan perlakuan yang tidak pantas. Disisi lain, menilik realita yang dialami oleh TKI asal Ungaran-Jateng, Satinah (Kompas: 16 Oktober 2013). Ia dituduh mencuri 37.970 riyal dan membunuh istri majikannya. Setelah proses hukum yang dijalaninya, Satinah mendapat maaf dari pemerintah Arab Saudi namun harus membayar uang ganti. Dalam pembayaran ganti rugi ini, pemerintah menyiapkan dana untuk membantu namun tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan keluarga korban60. Kasus serupa oleh TKI asal Majalengka-Jabar,

58

Harian Antara, 2013, Malaysia Hapus Visa Kunjungan Cegah TKI Ilegal . 6 September 2013. http://www.antaranews.com/berita/394371/malaysia-hapus-visa-kunjungan-cegah-tki-ilegal diakses pada 27 November 2013

59

Harian Kompas, 2013, Ribuan TKI "Overstayers" di Arab Saudi Segera Dideportasi. 5 November

2013. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/07/19/0812432/TKI.Terancam.Diusir diakses

pada 27 November 2013 60

Harian Kompas, 2013, Hukuman Mati Mengancam 265 TKI, ke Mana Pemerintah? 16 Oktober

(34)

yang hanya bekerja 2 minggu terjerat kasus pembunahan majikannya di Arab Saudi sementara diperjuangkan kasusnya karena selalu disiksa dan tidak diberi gaji yang sesuai. Ia berangkat dengan bantuan seorang sponsor pencari TKI saat berusia 14 tahun (Kompas: 18 Desember 2013)61.

Melalui berbagai kasus diatas demi mendapatkan sesuap nasi TKI rela melakukan apa saja. Pada 2011 Indonesia menjadi pemasok prostitusi anak terbesar di Asia Tenggara termasuk menjadi urutan ketiga negara yang aktif mengirimkan perdagangan manusia didunia dalam 10 tahun ini (Hizbut-tahir.or.id). Pemanfaatan tenaga seseorang yang jika dicermati adalah keadaan yang sudah biasa terjadi namun, melampaui norma etika yang sewajarnya. Berdasarkan laporan Coalition Against Trafficking in women menyatakan khusus ASIA, sekitar lebih dari 1 juta perempuan Indonesia memasuki pasar seks global. Eksploitasi TKW seperti inlah yang harus dihentikan. Melalui iming-iming dipekerjakan sebagai TLRT para wanita malah dijadikan sasaran eksploitasi dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. PJTKI/PPTKIS adalah salah satu sarana TKW tereksploitasi. Merantau di negeri dengan tingkat ketrampilan yang tidak memadai mau tidak mau mendorong para kaum perempuan untuk menjadikan tubuh mereka sebagai mesin penghasil uang di pasar gelap. Andrea Dworkin seorang feminis yang memperjuangkan peraturan anti-pornografi, menyatakan bahwa dasar pornografi ialah adanya relasi eksploitatif antara laki-laki dan perempuan, dimana pada biasanya perempuan diletakkan sebagai komoditas atau benda (objek) untuk sekadar pemenuhan kebutuhan laki-laki; dan bahwa pornografi terbit dari posisi perempuan yang dikonstruksikan sebagai pihak yang lemah (Sylvia: 2008). Dari tirai komisi nasional perlindungan anak Indonesia dalam Women Section South ASIA (2012), ada sekitar 40.000-70.000 remaja perempuan yang menjadi korban perdagangan. Sedangkan para laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan karena tidak diakomodir secara tepat saat proses penempatan berlangsung memilih kerja menjadi buruh bangunan ataupun menjadi pengedar

http://nasional.kompas.com/read/2013/10/16/1218450/Hukuman.Mati.Mengancam.265.TKI.ke.Man a.Pemerintah diakses pada 25 November 2013

61

HarianKompas, 2013, Romana Kerap Disiksa Majikan dan Penampungnya di Malaysia. 25 Maret

2013.http://nasional.kompas.com/read/2013/12/18/2248546/Romana.Kerap.Disiksa.Majikan.dan.Pe

(35)

narkoba. Eksplotasi tenaga kerja dengan tujuan awal sebagai pekerja ilegal menempatkan human trafficking/perdagangan manusia menjadi sumber bisnis kejahatan ketiga terbesar setelah narkoba dan senjata (Ester: 2009)62. Tidak heran jika para wanita yang menganggur menjadi sasaran empuk para agen pencari TKW untuk dimanfaatkan.

Eksploitasi Tenaga Kerja Wanita

Para TKW yang bekerja di luar negeri tidak luput dengan legalitas status bekerjanya yang datang dengan berbagai alasan. Mulai izin wisata, dokumen-dokumen palsu, bahkan TKW yang dinyatakan ilegal karena sudah melewati ijin batas masa kerjanya. Sehingga TKW yang ilegal ini identik dengan eksploitasi dan mudah untuk dimanfaatkan para Pengguna Jasa TKI. PBB dalam penelitian IOM 2011 merumuskan perdagangan manusia sebagai perekrutan, transportasi, transfer, penyembunyian, dan penerimaan seseorang dengan menggunakan cara segala cara negatif (ancaman, paksaan, dll) dengan maksud mengontrol orang lain untuk tujuan eksploitasi. Sesampainya di negara tujuan, dokumen-dokumen para TKI ini diambil secara paksa sebagai bahan ancaman oleh para agen ataupun majikannya dengan tujuan mereka tidak bisa melarikan diri. Dalam kasus ini, mereka akan dipaksa bekerja diluar dengan kesepakatan tanpa bisa melawan, tanpa diberi makan, bahkan tanpa diberi gaji (Ester: 2009). Ibaratnya mereka diperas secara fisik dan mental jika adanya perlawanan. Sehingga melalui perlakuan kasar inilah yang disebut dengan stress akulturatif dari pengalaman yang diterimanya tidak menyenangkan (Shiraev: 2012). Disaat mereka mereka melarikan diri dari para agen maupun dari majikannya, mereka tidak mempunyai dokumen. Hal inilah yang memicu pertambahan TKW ilegal, walaupun mereka adalah TKW legal. Mengikuti semua permintaan majikan ataupun para agen menjadi harga yang harus dibayar para TKW ini untuk bertahan mendapatkan sesuap nasi. Bahkan harus meladeni hasrat majikan, mau tidak mau dilakukannya. Dengan pengalaman yang tidak mengenakan ini, para TKI khususnya TLRT yang didominasi oleh kaum perempuan mencari cara untuk bisa melawan termasuk melarikan diri dari tempatnya bekerja.

62

(36)

Melalui data Open Society International Migration Initiative (2013) yang menyatakan jumlah perempuan yang mendominasi pasar TKI diperhitungkan antara jumlah laki-laki yang lebih sedikit dan perempuan banyak sangatlah timpang. Sehingga dengan modal ketrampilan yang kurang memadai, para TKW ini memilih jalan pintas untuk bertahan hidup di negara orang. Tanpa memiliki bekal yang memadai, mereka yang adalah perempuan menjadikan prostitusi sebagai cara paling mudah menjual harga diri demi mendapatkan uang. Hal ini adalah sebuah penyebab dari kurangnya monitoring dari agen-agen penyalur bahkan pemerintah pada masa penempatan, akibatnya menjadikan para TKW mengalami kekerasan fisik dan mental kemudian melarikan diri dari tempatnya bekerja.

Suatu pandangan dari bahwa tubuh sebagai subkordinat ‘ekonomi politik seks’ melalui trafficking tumbuh karena lemahnya hukum/tidak ada hukum tentang perdagangan perempuan sehingga resiko yang harus dialami rendah63. Sejauh ini pula belum ada undang-undang yang mengatur migrasi tenaga kerja yang lebih jelas. Mereka yang rata-rata berada pada usia 12-3064 tahun menjadi sorotan utama ketika TKI yang bekerja di luar negeri adalah perempuan yang harus menghidupi keluarganya di daerah asal. Adapun penyalahgunaan para TKW ini oleh para agen penyalur. Sebanyak 42 TKW ilegal asal Indonesia tergiur dengan janji yang diberikan para agen pencari TKW akan dipekerjakan sebagai pelayan namun sesampainya di Malaysia dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial65. Sebuah pekerjaan yang tidak semestinya dilakukan mau tidak mau harus dilakoninya termasuk menjadi pelayan pemuas nafsu. Sampai pada akhir 2013 sebanyak 7 ribuan bayi lahir dari rahim para TKW hasil hubungan dengan pria-pria Timur Tengah66. Berontak artinya tidak mendapatkan makanan dan tidak memberikan makanan bagi keluarga yang ditinggalkannya. Sehingga, tidak ada pemasukan untuk negara. Padahal, mengirimkan tenaga kerja di luar negeri dapat membantu pemerintah mengurangi pengangguran, menambah devisa negara, membuka lapangan pekerjaan bagi orang

63

Andy Yentriyani, 2010. Politik Perdagangna Perempuan. Yogjakarta: Galang Press

64

Stop Trafficking, 2010. http://www.stoptrafficking.or.id. 31 Oktober 2013. Diakses pada 17 November 2013

65

Harian Republika, 2013. 42 TKW Indonesia Dipaksa Jadi PSK di Malaysia. Diakses pada 10 Januari 2013.

66

Metro News, 2013. 7 Ribuan Balita Anak TKW Segera Dipulangkan ke Indonesia.

(37)

lain melalui keluarga TKW yang ditinggalkan mendapat tambahan uang untuk membuka usaha, menyekolahkan anggota keluarganya dengan tujuan bertahan hidup. Sehingga adanya politik yang bermain diatas penderitaan para TKW ini menjadi sebuah sarana yang baik untuk mendapatkan uang yang lebih.

Melalui berbagai cara dan kesempatan, para pengangguran diberikan kesempatan untuk bekerja diluar negeri dengan bantuan agen-agen penyalur tenaga kerja. Namun, tanpa disadari semua TKW mempunyai peluang untuk bermasalah dengan hukum melalui berbagai proses yang dilakoninya. Berbisnis tingkat internasional dalam mengirimkan sebuah nyawa memiliki etikanya tersendiri tehadap manusia yang dianggap komoditas. Hal ini wajar saja, hanya manusia tergolong sebagai sosok yang bertubuh dengan memiliki nyawa dan kemampuan yang tidak dapat disamakan dengan robot ataupun barang lain. Barbatin dalam Etika Bisnis: pendekatan filsafat moral terhadap perilaku pebisnis kontemporer mengatakan bahwa sejauh mata memandang, segala sesuatu yang terlihat adalah objek. Sehingga objek apapun itu dapat dimanfaatkan untuk bertahan hidup maupun mendapatkan uang.

Kemudahan eskpor seseorang dalam artian pengiriman tenaga kerja untuk dimanfaatkan di dunia prostitusi salah satu akibat dari lemahnya implementasi UU. Suatu wacana dimana Indonesia dianggap mampu membantu negara barat keluar dari krisis ekonomi global namun tidak bisa membantu menyelesaikan lingkar setan dalam negeri sendiri67. Sehingga para TKW pun yang harus menyelesaikan lingkaran setan kemiskinan dengan tubuh sebagai lingkaran setan sistem kapitalis. Sistem kapitalis inilah yang melihat segala sesuatu dinilai dengan uang68. Oleh khalayak

umum dikatakan sebagai sebagai ‘budak’ modern oleh pemerintah termasuk

didalamnya para agen-agen pekerja yang menguras keringat masyarakat untuk mendapatkan uang dari para TKW demi pembangunan negara. TKW dijadikan komoditas sama seperti barang. Hal ini melanggar martabat manusia seperti yang

67

Andy Yentriyani, 2010. Politik Perdagangan Perempuan. Yogjakarta: Galang Press

68

Referensi

Dokumen terkait

juga sudah tidak perawan dari sebelum ia melakukan pekerjaan ini, tetapi pada. akhirnya partisipan ketagihan dan menjadikan partisipan bekerja seperti ini

mengambil keputusan untuk menikah atau berkeluarga pada usia mereka yang masih. remaja, di luar itu adanya konflik dengan orang tua berakibat pada pernikahan

Sumber tekanan yang dirasakan oleh partisipan tidak hanya kondisi mereka sebagai mahasiswa readmisi yang sudah terlalu lama dalam studi, tetapi juga adanya tekanan

Selain itu juga yang terpenting dalam website tersebut setiap orang dapat melakukan registrasi untuk menjadi member dan apabila sudah terdaftar menjadi member maka

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari pengalaman hidup sehari-hari orang Latuhalat dengan laut, mereka bisa melahirkan suatu cara

Gereja HKBP Nauli Dano Horbo harus memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada para orang miskin untuk menjadi subyek dalam pelayanan yang dilakukan gereja sehingga mereka

merupakan sebuah keyakinan yang mengajarkan tentang hidup dan kehidupan menurut orang toraja sejak dari nenek moyang mereka hingga saat ini masih tetap berakar

51 Dalam hal ini Gereja Toraja Jemaat Tilengko sudah melakukan analisis iman; pa’ wai mata bagi Gereja adalah bagian dari pelayanan kepada mereka yang berbeban berat, dimana