• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENOLAKAN WALI NIKAH TERHADAP CALON PENGANTIN KARENA ALASAN HASIL ISTIKHARAH : STUDI KASUS DI DESA GULBUNG KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENOLAKAN WALI NIKAH TERHADAP CALON PENGANTIN KARENA ALASAN HASIL ISTIKHARAH : STUDI KASUS DI DESA GULBUNG KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG

PENOLAKAN WALI NIKAH TERHADAP CALON PENGANTIN

KARENA ALASAN HASIL

ISTIKHA<RAH

(Studi Kasus di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang)

SKRIPSI

Oleh FAHRURROZI NIM: C31211117

UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari

n

ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga Islam

Surabaya

(2)

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENOLAKAN WALI

NIKAH TERHADAP CALON PENGANTIN KARENA ALASAN

HASIL

ISTIKHA<RAH

(Studi Kasus di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh:

Fahrurrozi NIM: C31211117

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari

n

ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga Islam

Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam Tentang Penolakan Wali Nikah

Terhadap Calon Pengantin Karena Alasan Hasil Istikha>rah (Studi Kasus di Desa Gulbung

Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang)” merupakan penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan tentang. 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang.? 2. Bagaimana analisis hukum Islam tentang penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang?

Data yang dihimpun dari telaah pustaka, interview bahwa yang terkait pelaksanaan penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif analitis, yakni sebuah metode yang menggambarakan dan menafsirkan data yang telah terkumpul dan menggunakan pola pikir deduktif, yakni dari sifat umum ke sifat khusus.

Dari penelitian tersebut menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa pelaksanaan penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang tersebut karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain karena hasil Istikha>rah lewat mimpi yang datang berupa burung gagak warna hitam, pemahaman keagamaannya berdasarkan norma yang didasari keyakinan yang dianut dan keagamaan mereka sangat tergantung pada apa yang disampaikan oleh guru maupun ulama yang dipatuhi, pada dasarnya pelaksanaan penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah diperbolehkan, karena hal tersebut belum melanggar aturan Islam dan merupakan usaha wali nikah untuk mencarikan calon pengantin yang baik menurut petunjuk Allah SWT dan Istikha>rah merupakan anjuran

dari Nabi Muhammad Saw yang hukumnya sunnah mu’akkad bagi yang melakukan hajat,

akan tetapi apabila hal tersebut mendatangkan kemudharatan yang lebih besar dan mendesak bahkan melakukan perzinaan, maka hal tersebut tidak diperbolehkan dengan berbagai pertimbangan.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Kajian Pustaka ... 13

E. TujuanPenelitian ... 14

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN DAN ISTIKHA<RAH... 22

A. Pengertian Perkawinan ... 22

1. Dasar Hukum Pekawinan ... 25

2. Syarat, Rukun ... 27

3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan ... 28

B. Wali dalam Perkawinan ... 30

1. Pengertian Wali ... 30

2. Dasar Hukum Adanya Wali ... 31

3. Macam-macam Wali ... 32

4. Syarat-syarat Wali ... 35

(8)

C. Salat Istikha>rah ... 38

1. Pengertian,Waktu, Hukum dan Pelaksanaan Salat Istikha>rah ... 38

2. Hajat Apa yang dimaksud ... 43

3. Anjuran salat Istikha>rah ... 43

4. Syarat- syarat Sebelum salat Istikha>rah ... 44

5. Hikmah Salat Istikha>rah ... 45

D. Mas{lah{ah Mursalah ... 46

1. Pengertian Mas{lah{ah Mursalah ... 46

2. Macam-macam Mas{lah{ah ... 47

3. Syarat- syarat Mas{lah{ah Mursalah ... 49

BAB III PERKARA ISTIKHA<RAH DI DESA GULBUNG KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG ... 50

A. Gambaran Umum Tentang Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang ... 50

1. Luas dan Batas Wilayah ... 50

2. Keadaan Penduduk di Desa Gulbung ... 51

a. Kondisi Pendidikan ... 51

b. Keagamaan Penduduk Desa Gulbung ... 53

c. Keadaan Ekonomi Penduduk Desa Gulbung ... 54

d. Keadaan sosial budaya ... 55

B.Praktik Penolakan Wali Nikah Terhadap Calon Pengantin Karena Alasan Hasil Istika>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang .... 56

1. Latar belakang Penolakan Wali Nikah Terhadap Calon Pengantin Karena Alasan Hasil Istika>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan ... 56

(9)

BAB IV ANALISI HUKUM ISLAM TERHADAP PENOLAKAN WALI NIKAH TERHADAP CALON PENGANTIN KARENA ALASAN HASIL ISTIKHA<RAH DI DESA

GULBUNG KECAMATAN PANGARENGAN ... 60

A.Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penolakan Wali Nikah Terhadap Calon Pengantin Karena Alasan Hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan ... 60

B.Analisis Hukum Islam Terhadap Penolakan Wali Nikah Terhadap Calon Pengantin Karena Alasan Hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan ... 61

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72 BIODATA PENULIS

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia dan menjadikannya khali>fah di

muka bumi, menciptakan karakter fisik manusia melalui pernikahan, agar

golongan manusia tetap eksis memposisikan pernikahan sebagai suatu

sistem hukum yang relevan dengan fitrah manusia.1 Pernikahan yang

mengikat laki-laki dan perempuan dalam lembaga berbentuk keluarga

diatur dalam syariat Islam sebagai bentuk aturan demi kesejahteraan

manusia. Kesejahteraan akan didapatkan jika manusia mendapatkan

kebahagiaan, ketenangan dan ketenteraman dalam hidupnya. Sebagaimana

dalam surat ar-Ru>m ayat 21:

                                  

Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.2

1Muhammad Zuhaily, Al-mu’tamad fil fiqhi asy-Sya>fi’i, (Penerjemah: Muhammad Kholison,

Fiqih Muna>kahat, Kajian Fiqih Pernikahan Dalam Perspektif Mazhab Sya>fi’i),(Surabaya: Imtiyaz, 2013), 20-21.

2 Departemen Agama Republik Indonesia, AlHidayah al-Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode

(11)

Berdasarkan firman Allah SWT di atas, maka secara tidak

langsung perkawinan memiliki fungsi ibadah, yakni sebagai perwujudan

dari ajaran Islam tentang jalinan hubungan yang sah antara laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrim untuk menjalin hubungan keluarga

layaknya suami-istri. Disebut sebagai fungsi ibadah karena merupakan

wujud pelaksanaan syari’at dan takdir Allah SWT.

Langgengnya kehidupan dalam perkawinan merupakan suatu

tujuan yang sangat diutamakan dalam Islam. Akad nikah diadakan untuk

selamanya dan seterusnya agar suami istri dapat mewujudkan rumah

tangga sebagai tempat berlindung, menikmati curahan kasih sayang dan

dapat memelihara anak-anaknya sehingga mereka tumbuh dengan baik,

oleh karena itu bisa dikatakan bahwa ikatan antara suami dan istri adalah

ikatan yang paling suci dan paling kokoh, sehingga tidak ada suatu dalil

yang dapat menunjukkan tentang kesuciannya yang begitu agung selain

Allah SWT sendiri yang menamakan ikatan perjanjian antara suami dan

istri tersebut dengan kalimat mi>tha>qan ghali>d}an (perjanjian yang kuat).3

Kebahagiaan masyarakat dapat dicapai dengan adanya ketenangan

dan ketentraman anggota dalam keluarganya. Keluarga merupakan bagian

masyarakat yang menjadi faktor terpenting dalam penentuan ketenangan

dan ketentraman masyarakat. Allah SWT menjadikan unit keluarga yang

dibina dengan pernikahan antara suami dan istri dalam membentuk

ketenangan dan ketentraman serta mengembangkan cinta dan kasih sesama

(12)

mayarakat.4Agama Islam memperhatikan masalah keluarga, mengarahkan

pembentukannya di atas landasan yang sehat dan sistem yang lurus, serta

pedoman-pedoman yang kokoh.

Untuk merealisasikan sebuah kesatuan dari masing-masing sifat

yang berbeda menjadi sebuah hubungan yang manusiawi, syari’at Islam

telah mengajarkan subuah ibadah yang sangat mulia, yakni perintah untuk

menikah. Menikah adalah satu fitrah manusia yang mempunyai nilai yang

mulia di mata Islam, menikah menjadi separuh kesempurnaan dari agama

kita. Menikah tidak hanya sekedar menyatukan dua insan yang berlainan

jenis dalam satu ikatan suci, akan tetapi menikah mempunyai begitu

banyak nilai lebih dari berbagai bentuk kemuliaan yang bisa kita raih di

dalamnya.

Manusia secara fitrah atau nature diciptakan tuhan dalam dirinya,

mempunyai kebutuhan jasmani, di antaranya kebutuhan seksual yang akan

dipenuhi dengan baik dan teratur dalam hidup berkeluarga.5Selain

merupakan sebuah fitrah, menikah merupakan sebagai bentuk penjagaan

manusia dari berbagai bentuk bahaya perzinaan dan maksiat-maksiat lain

yang mana semua bentuk kerusakan di muka bumi ini, banyak darinya

bersumber dari tidak terjaganya kemaluan dan harga diri manusia dalam

melakukan suatu hubungan yang diharamkan oleh Allah SWT.

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn Mas’u>d r.a.

beliau berkata:

4 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), 31.

(13)

َأ اَْ يَ ب َلاَق َةَمَقْلَع ْنَع َمْيِاَرْ بِإ ْنَع ِشَمْعَأا ْنَع َةَزََْ َِِْأ ْنَع ُناَدْبَع اََ ثدَح

ُه َيِضَر ِه ِدْبَع َعَم ْيِشْمَأ ََ

ْجوَزَ تَ يْلَ ف َةَءاَبلْا َعاَطَتْسا ِنَمُ َلاَقَ ف َملَس َو ِْيَلَع ُه ىلَص ِِّبلا َعَم ا ُك : َلاَقَ ف َُْع

ِرَصَبْلِل ضَغَأ ُنِإَف

ِب ِْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي ََْ ْنَمَو ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو

َ)ءاََِو َُل ُنِإَف ِِْْصل

َىراخبلا اورُ"

Artinya: ‚Abdan menceritakan kepada kami, dari Abi amzah dari

Al-A’masy dari Ibra>hm dari ‘Alqamah berkata: Ketika saya berjalan bersama ‘Abdillah r.a. maka ia berkata: Barang siapa yang telah

mampu untuk menikah, maka menikahlah karena nikah itu lebih menjaga pandangan, dan memelihara kemaluan. dan barang siapa yang tidak mampu maka berpuasalah, karena puasa merupakan

penawar.‛ (H.R al-Bukha>ri). 6

Imam al-Ghazali membagi tujuan dan faedah pernikahan kepada

beberapa hal, antara lain memperoleh keturunan yang sah yang akan

melangsungkan keturunan serta mengembangkan suku-suku bangsa

manusia, memenuhi tuntutan naluri hidup kemanusiaan, memelihara

manusia dari kejahatan dan kerusakan, membentuk dan mengatur rumah

tangga yang menjadi basis pertama dari masyarakat yang besar di atas

dasar kecintaan dan kasih sayang, menumbuhkan kesungguhan berusaha

mencari rezeki penghidupan yang halal, dan memperbesar rasa

tanggungjawab.7

Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan antara

laki-laki dan perempuan berdasarkan asas saling tolong-menolong di dalamnya

ada wilayah kasih sayang, cinta serta penghormatan. Seorang wanita

muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas dalam rumah tangganya

seperti mengatur rumah, mendidik anak dan menciptakan suasana yang

menyenangkan, supaya suami dapat menjalankan kewajibanya dengan baik

6 Abi ‘Abdillah Muhammad bin Isma>il Al-Bukha>ri, Sahih al-Bukha>>ri, Juz III, (Beirut: Da>r al-Kutb al-‘ilmiyyah, t.t), 438.

(14)

untuk kepentingan dunia dan akhirat.8 Sehingga dengan demikian,

hubungan antara laki-laki dan perempaun diatur secar terhormat dan

berdasarkan saling meridhai, dengan ucapan ijab dan qabul sebagai adanya

lambang adanya ridha-meridhai, dan dengan dihadiri oleh para saksi yang

menyaksikan para pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling

terikat. Bentuk perkawinan ini telah membentuk jalan aman pada sebuah

naluri, memelihara keturunan dengan baik dan menjaga rumah tangga

menjadi keluarga saki>nah, mawaddah, warah{mah yang diridhoi oleh Allah

SWT.

Oleh karena itu Islam mengatur secara jelas mengenai bagaimana

orang tua mencarikan seorang jodoh untuk putra putrinya yang terbaik

sehingga menjadi keluarga yang saki>nah, mawaddah, warah{mah, salah

satunya dengan meminta petunjuk kepada Allah SWT, yaitu dengan cara

salat Istikha>rah, salat Istikha>rah artinya adalah‛memilih atau minta

dipilihkan‛.9 Yaitu permintaan kepada Allah SWT agar berkenan

memberikan hidayah kepadanya menuju kebaikan.

Hukum salat sunnah Istikha>rah adalah sunnah Mu’akkad bagi

orang yang sedang menghajatkan petunjuk kepada Allah SWT. Doa

Istikha>rah ini dipanjatkan kepada Allah SWT setelah dia mengerjakan salat

sunnah dua rakaat. Sehingga apabila petunjuk tersebut baik, maka

menjadikan pernikahan tersebut menjadi keluarga yang saki>nah,

8 Syaikh Kamil Muhammad Uwaydah, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007), 379.

9 Ahmad Marson Munawwir, Kamus Lengkap al-Munawwir Arab Indonesia,(Surabaya: Pustaka

(15)

mawaddah, warah{mah, sebagai salah satu persyaratan membangun rumah

tangga yang ideal di dalam rumah tangga.

Sesungguhnya sebagai manusia mengakui bahwasanya manusia

merupakan makhluk yang sangat lemah di mata Allah SWT, sehingga

mereka membutuhkan bantuan atau pertolongan dari-Nya dalam semua

urusan mereka. Karena manusia tidak mengetahui tentang hal-hal yang

gaib atau hal-hal yang akan datang di masa depan, sehingga kita tidak bisa

mengetahui amalan yang akan mendatangkan kebaikan maupun amalan

yang akan mendatangkan keburukan bagi dirinya. Karenanya, terkadang

seseorang hendak mengerjakan suatau perkara apapun dalam kedaan ia

tidak mengetahui akibat yang akan lahir dari parkara tersebut. Maka

Rasulullah Saw mensyari’atkan adanya Istikha>rah, dalam rangka mencari

petunjuk Allah SWT .

Allah SWT berfirman dalam surat al-Qashash ayat 68-70:

                                                                   

(16)

Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu

dikembalikan‛.10

Muhammad ibn Ahmad al-Qurtubi berkata, ‚Sebagian ulama

Mengatakan ‚Tidak sepantasnya bagi seseorang untuk mengerjakan

sesuatu urusan dunia kecuali setelah meminta pilihan kepada Allah SWT

dalam urusan tersebut‛, yaitu dengan salat dua rakaat salat Istikha>rah.

Menurut Abu Ubaidah Masyhur ibn Hasan Mahmud Ibnu Salman

menyatakan bahwa para ulama sepakat sesungguhnya orang yang

beristikha>rah melakukan apa yang menjadi kelapangan atau kemantapan

dalam hatinya, bukan sekedar melalui mimpi atau orang lain, sebab ia

berdoa kepada Allah SWT melalui salat, sedangkan salat itu sendiri adalah

doa yang dengannya Allah SWT memilihkan sebuah kebaikan dari setiap

urusan, kemudian menyempurnakannya.11 Jika Allah SWT memberikan

kelapangan dada dan kemantapan hati seseorang maka Allah SWT akan

memberikan pula kemudahan untuk mendapatkan kebaikan, yang akhirnya

berbuah kebahagiaan. Akan tetapi, jika Allah SWT itu tidak menghendaki,

ketahuilah bahwa sesunggungnya itu juga sebuah kebaikan, dia harus ridha

dengan setiap ketentuan yang di taqdirkan oleh Allah SWT.

Selama ini jika seseorang mengalami kegundahan dalam memilih

sesuatu antara dua hal, dan dia ingin mengetahui yang terbaik di antara

keduanya, maka dia dapat melaksanakan salat Istikha>rah sebagai sarana

10 Departemen Agama Republik Indonesia, AlHidayah al-Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode

Angka...,394.

11 Masyhur ibn Hasan Mahmud ibn Salman ,Al-Qaulu al-Mubin Akhta’I al-Muslim , (Bandung:

(17)

untuk mendapatkan yang lebih baik di dalam hal apapun khususnya dalam

memilih calon suami atau istri yang shaleh dan shalehah, karena salat

Istikha>rah akan memberikan seseorang inspirasi untuk sampai kepada

keputusan yang membahagiakan khususnya di dalam rumah tangga agar

menjadi keluarga yang saki>nah, mawaddah, warah{mah.

Ada sebuah kasus yang berkaitan dengan masalah Istikha>rah hal

itu terjadi di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang.

Berdasarkan penelitian di lapangan yang dilakukan oleh penulis, bahwa di

desa tersebut terjadi masalah yaitu penolakan wali nikah terhadap calon

pengantin karena alasan hasil Istikha>rah. Problematika ini berawal dari

orang tua dari mempelai perempuan yang bernama Suhdi dan Syamsiyah

yang berprofesi sebagai petani yang menolak menikahkan putri

kandungnya yang bernama Kholiyatul Jannah dengan seorang laki-laki

yang bernama Ainur Rufiq putra dari pasangan Ahmad Jusuf dan Mukini

yang berprofesi sebagai nelayan.12

Suhdi menolak menikahkan putrinya karena alasan hasil Istikha>rah

buruk, mereka berpendapat bahwasanya hasil dari Istikha>rah yang mereka

lakukan buruk dan itu merupakan hasil final dari semua ikhtiyar yang

mereka lakukan meskipun dari salah satu calon suami maupun istri tersebut

sudah baik dari segi nasab, harta, kecantikan, dan agamanya baik sehingga

bisa di katakan sudah mampu lahir maupun batin dan sudah wajib untuk

melaksanakan pernikahan. Kemudian orang tuanya melakukan salat

12

(18)

Istikha>rah hasilnya buruk, orang tua tersebut akan menolak untuk

menikahkan anaknya sampai kapanpun, mereka mengatakan petunjuk dari

hasil Istikha>rah lewat mimpi yang mereka lakukan yang datang berupa

burung gagak warna hitam. 13

Menurut KH. Roip yang merupakan salah satu tokoh agama di

desa tersebut mengatakan bahwasanya apabila hasil dari Istikha>rah yang

datang berupa bangunan masjid, atau sesuatu yang berwarna putih, dan

hal-hal yang menyangkut pertanda sebuah kebaikan maka itu menandakan

suatu kebaikan di kemudian hari. Sedangkan apabila yang datang berupa

api, runtuhnya sebuah bangunan, burung yang berwarna hitam, ular,

kambing warna hitam dan berupa sesuatu yang berwarna hitam, maka itu

menandakan bahwa akan terjadi hal yang buruk dikemudian hari apabila

pernikahan tersebut dilanjutkan, akan terjadi sebuah perceraian.14

Akhirnya karena merasa tidak direstui oleh orang tuanya, maka

Kholiyatul Jannah melarikan diri dari rumahnya selama 5 bulan bersama

Ainur Rufiq yang merupakan pacarnya selama 3 tahun sehingga

mengakibatkan putrinya melakukan hubungan di luar pernikahan atau

melakukan zina hingga putrinya tersebut hamil 3 bulan, mereka beralasan

melakukan perzinaan tersebut agar bisa direstui oleh orang tuanya. Karena

sudah hamil 3 bulan.15 Maka boleh tidak boleh orang tuanya harus

13 Bapak Suhdi, Wawancara di kediaman, Gulbung, 22 Februari 2015.

14 KH.Roib, Wawancara di kediaman, Gulbung, 28 maret 2015.

(19)

menikahkan putrinya meskipun orang tua secara batin menolak pernikahan

tersebut.16

Sedangkan kasus serupa juga terjadi di Desa Gulbung Kecamatan

Pangarengan Kabupaten Sampang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh penulis, bahwa di desa tersebut terjadi masalah yang sama yaitu

penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil

Istikha>rah. Problematika ini berawal dari orang tua dari mempelai

perempuan yang bernama Nidin dan Sumiati yang berprofesi sebagai petani

yang menolak menikahkan putri kandungnya yang beranama Nurul Fitriani

dengan seorang laki-laki yang bernama Mashuri dari pasangan Muhyi dan

Sarifa yang berprofesi sebagai petani, mereka berpendapat bahwasanya

hasil dari Istikha>rah yang mereka lakukan buruk yakni berupa ular yang

mau melilit dan menggigit maka mereka tidak mau menikahkan anaknya.17

Akhirnya karena merasa tidak direstui oleh orang tuanya, maka

Nurul Fitriani melarikan diri dari rumahnya bersama Mashuri yang

merupakan pacarnya selama kurang lebih 1 tahun sehingga mengakibatkan

putrinya melakukan hubungan di luar pernikahan atau melakukan zina.18

Menurut bapak. Nidin dan Sumiati mengatakan‛ seandainya anak saya

Nurul Fitriani tidak terkena guna-guna atau ilmu pelet yang kuat pasti

tidak akan kabur dari rumah dan kejadiannya tidak akan seperti ini‛.19

Bukan hanya itu saja akibat yang ditimbulkan oleh penolakan wali nikah

16 Bapak Suhdi, Wawancara di kediaman, Gulbung, 22 Februari 2015.

17 Bapak Nidin, Wawancara di kediaman, Gulbung, 28 maret 2015.

18 Nurul Fitriani, Wawancara di kediaman, Gulbung, 28 maret 2015.

(20)

terhadap calon pengantin, tapi juga mengakibatkan anaknya menjadi

perawan tua, bahkan semenjak itulah anaknya tidak mematuhi perintah

orang tuanya dan berkata kotor kepada kedua orang tuanya.

Berdasakan latar belakang tersebut yang sudah dipaparkan di atas

maka penulis tertarik untuk membahasanya lebih mendalam, sehingga

permasalahan ini penulis rumuskan dengan judul. ‚Analisis hukum Islam

tentang penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil

Istikha>rah (Studi Kasus di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan

Kabupaten Sampang)‛.

Melalui judul ini penulis ingin mengetahui hukum sebenarnya

tentang penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil

Istikha>rah. Apakah hal ini sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam

yang membiarkan anaknya melakukan perzinaan, menjadi perawan tua dan

menentang kepada perintah orang tua karena alasan hasil Istikha>rah atau

ada hukum lain yang menolaknya karena alasan tersebut.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, maka

identifikasi masalah yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut:

1. Kebahagiaan dan kesedihan dalam rumah tangga

2. Kemampuan seseorang untuk membina rumah tangga

(21)

4. Istikha>rah sebagai media untuk mencari pasangan calon suami istri yang

baik menurut patunjuk dari Allah lewat mimpi.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penolakan wali nikah terhadap calon

pengantin karena alasan hasil Istikha>rah

6. Kasus tentang pelaksanaan sebelum terjadinya penolakan wali nikah

terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah

7. Pandangan hukum islam tentang penolakan wali nikah terhadap calon

pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan

pangarengan Kabupaten Sampang.

Dari beberapa masalah yang telah peneliti identifikasi tersebut,

dengan tujuan mempermudah dalam pembahasan yang akan diteliti maka

peneliti membatasi masalah tersebut sebagai berikut,

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penolakan wali nikah

terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung

Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang

2. Analisis hukum Islam tentang penolakan wali nikah terhadap calon

pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan

Pangarengan Kabupaten Sampang

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa

(22)

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penolakan wali nikah

terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung

Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang?

2. Bagaimana analisis hukum Islam tentang penolakan wali nikah terhadap

calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung

Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang?

D.Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini, pada dasarnya untuk

mendapatkan gambaran permasalahan yang akan diteliti dengan penelitian

sejenis yang mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya

sehingga diharapkan tidak adanya pengulangan materi penelitian secara

mutlak.

Sejauh penulis melakukan penelitian tentang kasus ini terhadap

karya-karya ilmiah yang berupa pembahasan mengenai penolakan wali

nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah setidaknya

ada satu karya tulis yang sedikit berhubungan tentang kasus Istikha>rah

yang penulis teliti. Skripsi pertama dengan judul ,‚ salat sunnah Istikha>rah

dalam perspektif hadis‛. Skripsi ini ditulis oleh Bahruddin (NIM:

106034001221) Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Skirpsi di atas menjelaskan masalah

untuk menganalisis hadis-hadis nabi yang berkaitan denga Istikha>rah,

(23)

dipertanggungjawabkan, kerena tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan

Hadis. 20

Adapaun skripsi ini membahas tentang analisis hukum Islam

terhadap penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil

Istikha>rah. Oleh karenanya judul ini masih baru, dan belum pernah dibahas

dan bukan merupakan duplikasi atau pengulangan dari karya ilmiah

terdahulu karena segi yang menjadi fokus kajiannya memang berbeda.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitian skripsi ini,

sebagaimana berikut:

1. Mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil

Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten

Sampang.

2. Mengetahui tentang analisis hukum Islam tentang penolakan wali nikah

terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung

Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfat

sekurang-kurangnya dalam 2 (dua) hal sebagai mana berikut:

(24)

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

mengenai bidang ilmu hukum keluarga Islam khususnya yang

berhubungan dengan hasil Istikha>rah dengan kaitanya dengan

menentukan calon suami maupun calon istri. Selain itu juga bisa dibuat

sebagai bahan acuan atau bahan pertimbangan bagi mahasiswa fakultas

hukum Islam apabila ada masalah yang berkaitan dengan hasil Istikha>rah

untuk menentukan calon suami maupun istri.

2. Secara praktis supaya dapat digunakan sebagai pedoman atau

pertimbangan bagi instansi atau orang yang berkepentingan dalam

menyelesaikan permasalahan yang kaitannya dengan Istikha>rah.

Misalnya untuk menentukan calon suami maupun istri, apakah calon

tersebut baik atau buruk maka diperlukan petunjuk dari Allah SWT

dengan salat Istikha>rah .

G.Definisi Operasional

Untuk menghindari terhadap penyimpangan pemahaman terhadap

skripsi ini, maka perlu adanya penjelasan yang dapat dipahami beberapa

istilah sebagaimana berikut:

Hukum Islam : Kaidah, aturan yang digunakan untuk

mengendalikan masyarakat Islam baik dari ayat

al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad saw.21 Dalam

penelitian ini yang digunakan sumber hukum

(25)

Islam adalah al-Qur’an, Hadis dan Mas{lah{ah

mursalah.

Penolakan Wali Nikah : Yang dimaksud adalah wali nasab atau orang

tua kandung yang menolak terhadap calon

pengantin untuk menikahkan anak kandungnya.

Istikha>rah : Secara bahasa artinya‛memilih atau minta

dipilihkan atau mencari pilihan.22 Istikha>rah di

sini yang dimaksud adalah meminta petunjuk

kepada Allah SWT melalui mimpi dengan

melakukan salat Istikha>rah yang dilakukan oleh

orang tua atau tokoh masyarakat untuk

medapatkan kejelasan hasil mengenai calon

suami maupun calon istri apakah baik atau buruk

yang menurut Allah SWT.

H. Metode Penelitian

1.Data yang Dikumpulkan

Supaya dalam pembahasan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan,

maka penulis membutuhkan data yang menunjukkan pelaksanaan kasus

penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil

Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang.

22 Ahmad Marson Munawwir,Kamus Lengkap al-Munawwir Arab Indonesia,(Surabaya: Pustaka

(26)

a. Alasan terjadinya penolakan wali nikah terhadap calon pengantin

karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan

Pangarengan Kabupaten Sampang.

b. Para pihak yang berkaitan dalam pelaksanaan penolakan wali nikah

terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah yaitu, para

pelaku Istikha>rah, tokoh agama atau para kyai dan sebagainya.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, adalah data

yang diperoleh dari sumbernya baik data primer dan data sekunder, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya23. Yakni para pelaku penolakan wali menikahkan anaknya

karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan Pangarengan

Kabupaten Sampang, yaitu, para pelaku Istikha>rah, tokoh agama atau

para kyai dan sebagainya.

b. Sumber Data Sekunder

Salah satu kegunaan sumber data sekunder adalah memberikan

kepada peneliti semacam petunjuk ke arah mana peneliti melangkah.24

Beberapa sumber data sekunder tersebut, di antaranya adalah:

1) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

2) Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah.

23 Sugiyino, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 9.

(27)

3) Abd Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syari’ah Dalam

Hukum Islam

4) Muhammad Baqir Haideri, Dahsyatnya Istikha>rah Cara Praktis

untuk ‛Curhat‛ Kepada Allah SWT Guna Meminta Petunjuk dan

Jalan Keluar Dari-nya

5) Bahruddin (NIM: 106034001221) ‚Salat Sunnah Istikha>rah Dalam

Perspektif Hadis ‛. Skripsi ini ditulis oleh Jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2011.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Interview

Yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.25 Dalam hal ini peneliti

dalam mencari keterangan data menggunakan pedoman wawancara,

sedangkan responden yang diwawancarai adalah para pelaku

Istikha>rah, wali, tokoh masyarakat, serta para pihak yang

bersangkutan.

b. Telaah Pustaka

Yaitu membaca dan menelaah bahan bacaan yang berkaitan

dengan judul penelitian. Hal ini sebagai pelengkap dari kedua teknis

(28)

di atas yang dapat dijadikan landasan teoritis terhadap permasalahan

yang dibahas.

4. Teknik Pengolaan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh dengan

memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang meliputi

kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan

serta relevansinya dengan permasalahan.26

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa

sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan

masalah.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data telah terkumpul baik itu data primer dan data sekunder

maka langkah berikutnya adalah teknik analisis data. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif

analitis dengan menggunakan pola pikir deduktif yang masih bersifat

umum ke sifat khusus..

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena

26 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004).

(29)

yang diselidiki.27 Metode ini dipergunakan untuk membahas permulaan

pembahasan dengan menggunakan teori-teori atau dalil-dalil yang bersifat

umum tentang penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena

alasan hasil Istikha>rah.

I. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam skripsi ini mempunyai alur pikiran yang

jelas dan terfokus pada pokok permasalahan, maka penulis menyusun

sistematika di dalam lima bab dari skripsi ini meliputi:

Bab I sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan

hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika

pembahasan.

Adapun bab II merupakan landasan teori yang membahas tentang

tinjauan penolakan wali menikahkan anaknya karena alasan hasil Istikha>rah

secara umun. Dalam ini akan dibahas dalam pembahasan, yaitu pengertian

perkawinan, Pengertian wali, dasar hukum adanya wali, syarat-syarat wali,

alasan diperbolehkan dan tidaknya menolak menjadi wali, dan Pengertian,

waktu, hukum dan pelaksanaan salat Istikha>rah, hajat apa yang di maksud,

anjuran salat Istikha>rah, syarat- syarat sebelum salat Istikha>rah, hikmah

salat Istikha>rah serta pengertian mas}lah}ah mursalah, macam-macam

mas}lah{ah, syarat-syarat mas}lah{ah mursalah.

(30)

Bab III Merupakan bab yang menguraikan data hasil penelitian,

berisi tentang deskripsi praktik penolakan wali nikah terhadap calon

pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung Kecamatan

Pangarengan Kabupaten Sampang.

Bab IV tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

penolakan wali nikah terhadap calon pengantin karena alasan hasil

Istikha>rah, serta analisis hukum Islam tentang penolakan wali nikah

terhadap calon pengantin karena alasan hasil Istikha>rah di Desa Gulbung

Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang

Bab V adalah bagian terakhir dari skripsi atau penutup yang

(31)

BAB II

TINJAUAN UMUM HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN DAN ISTIKHA<RAH

A.Tinjauan Umum Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan atau pernikahan merupakan sunnatullah yang berlaku

kepada seluruh ummat manusia bahkan terhadap semua makhlu ciptaan

Allah SWT. yang merupakan cara terbaik sebagai jalan untuk

berkembangbiak dan untuk melestarikan kelangsungan hidupnya.

Pernikahan akan berperan setelah masing-masing pasangan siap melakukan

peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan itu sendiri.

Dengan demikian, hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara

terhormat berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan yang berupa

pernikahan. Bentuk pernikahan ini memberikan jalan aman pada naluri

seksual untuk memelihara keturunan dengan baik dan menjaga harga diri

seorang wanita agar ia tidak laksana rumput yang bisa dimakan oleh

binatang ternak dengan seenaknya28

Dalam bahasa Indonesia, Perkawinan berasal dari kata dasar

‚kawin‛ yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan

jenis. Perkawinan disebut juga ‚pernikahan‛, berasal dari kata dasar nikah.

(32)

Nikah menurut arti bahasa: al-jam’u dan ad-d{amu yang berarti kumpul.29

Definisi yang hampir sama dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa kata

nikah berasal dari bahasa arab ‚nikahun‛ yang merupakan masdar atau asal

kata dari kata kerja (fi’il ma>d{i) ‚nakaha‛, sinonimnya‛tazawwaja‛,

kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata

nikah sering juga dipergunakan sebab telah masuk dalam bahasa

Indonesia.30

Menurut istilah hukum Islam, nikah adalah akad serah terima

antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu

sama lainnya, untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang

saki>nah serta masyarakat yang sejahtera. Zakiyah Darajat memberikan

definisi, perkawinan adalah akad yang mengandung ketentuan hukum

kebolehan hubungan kelamin dengan lafaz nikah atau tajwi>z atau yang

semakna keduanya.31 Dari pengertian tersebut perkawinan mengandung

aspek akibat hukum. Melangsungkan perkawinan ialah saling mendapat

hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang

dilandasi tolong menolong, dimana dengan adanya hal tersebut maka akan

terjalin hubungan kekeluargaan antara kedua belah pihak khususnya yang

melaksanakan pernikahan sehingga menjadi keluarga yang saki>nah,

mawaddah, warah}mah.

29 M.A Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 7.

30 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 11.

(33)

Menurut ‚ahli us}u>l‛,arti nikah terdapat 3 macam pendapat,yakni: 32

a. Menurut ahli us}u>l golongan Hanafi, arti aslinya adalah setubuh dan

menurut arti maja>zi adalah akad yang dengannya menjadi halal

hubungan kelamin antara pria dan wanita.

b. Menurut ahli us}u>l golongan Syafii, nikah menurut arti aslinya adalah

akad yang dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara

laki-laki dan wanita, sedangkan menurut arti maja>zi adalah setubuh.

c. Menurut Abul Qosim Azzajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm, dan

sebagian us}u>l dari sahabat Abu Hanifa mengartikan nikah

bersyarikat artinya antara akad dan bersetubuh.

Dalam kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan

tujuannya dinyatakan di dalam pasal 2 dan 3. Bahwa dalam pasal 2

perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat dan mi>tha>qan ghali>d}an (perjanjian yang kuat) untuk mentaati

perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dan di

dalam pasal 3 perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang saki>nah, mawaddah, warah{mah.33

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dikemukakan

bahwa pernikahan adalah suatu akad antara seorang laki-laki dan wanita

atas dasar kerelaan dan kesukaan antara kedua belah pihak, yang dilakukan

oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat yang telah ditetapkan syara’

32Abd Shomad, Hukum Islam Penomaan Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Islam. (Jakarta:

Kharisma Putra Utama 2012), 259.

33 Undang-Undang RI Nomer 1 Tahun 1974Tentang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya

(34)

untuk menghalalkan antara keduanya, sehingga satu sama lain saling

membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup di dalam rumah

tangga.34

2. Dasar Hukum Pekawinan

Nikah disyari’atkan oleh agama sejalan dengan hikmah manusia

diciptakan oleh Allah SWT yaitu dengan memakmurkan dunia dengan jalan

terpeliharanya perkembangbiakan ummat manusia, sedangkan para ulama

sepakat bahwa nikah itu disyari’atkan oleh agama.35

Sebagaimana dalam al-Qur an surat an-Nisa>’ ayat 1:

                                          

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah SWT menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah SWT memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah SWT yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.36

Allah SWT berfirman dalam al-Qur an surat an-Nu>r ayat 32:

                            

Artinya: dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah SWT akan memampukan mereka dengan

34 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat ,(Bandung: CV. Pustaka Setia,1999), 12.

35 Abd Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Islam ...,268.

36 Departemen Agama Republik Indonesia, AlHidayah al-Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode

(35)

kurnia-Nya. dan Allah SWT maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.37

Allah SWT berfirman dalam al-Qur an surat ar-Ru>m ayat 21:

                                  

Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.38

Dasar hukum perkawinan menurut Syafi’iyah tidak menekankan

hanya kepada kaidah hukuman sich-nya saja tetapi juga kepada segi agama,

pahala, dosa, dan moralnya, sesuai jiwa syari’at Islam. Lebih lanjut kita

tinjau dari hukum menikah dari kondisi perseorangan dengan berlandasan

pada kaidah us}u>l fikih yang berbunyi:‛ Hukum itu beredar atau berganti

-ganti menurut Illa-nya, ada Illah yang menjadikan adanya hukum dan tidak

ada Illah yang menjadikan tidak adanya hukum‛. Kaidah ini sesudah

diterapkan dalam hukum melaksanakan perkawinan ini. Yaitu

melaksanakan suatu perbuatan tetapi berbeda’Illah-nya mengakibatkan

berbeda pula hukumnya.39 Hukum menikah ditinjau dari kondisi

perseorangan adalah sebangai berikut:40

37 Ibid., 355.

38 Ibid., 407.

39 Abd Shomad,Hukum Islam Penormaan Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Islam ...,270.

(36)

a. Wajib, yaitu bagi sudah mampu kawin, nafsunya telah mendesak

dan takut terjerumus ke dalam perzinaan wajiblah ia kawin, karena

menjauhkan diri dari yang haram adalah wajib, sedang untuk itu

tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali dengan cara kawin.

b. Sunnah, yaitu bagi orang yang nafsunya sudah mendesak lagi

mampu kawin, tetapi masih dapat menahan dirinya dari berbuat

zina, maka sunnah baginya untuk kawin. Karena kawin baginya

lebih utama dari bertekun diri dalam beribadah, karena menjalani

hidup sebagai pendeta sedikitpun tidak di benarkan Islam.

c. Haram, yaitu seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin

dan lahirnya kepada istrinya serta nafsunyapun tidak mendesak,

maka haramlah ia kawin.

d. Makruh, yaitu bagi orang yang lemah syahwat dan tidak mampu

memberikan belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istrinya,

karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat.

e. Mubah, yaitu bagi seorang yang tidak mendesak bagi seorang yang

mewajibkan segera kawin atau karena alasan-alasan yang

mengharamkan untuk kawin, maka hukumnya mubah.

3. Syarat, Rukun

Rukun, yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau

tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam

rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wud{u>’, takbi>ratul

(37)

menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan, tetapi tidak termasuk dalam

dalam rangkaian pekerjaan itu seperti menutup aurat untuk shalat, dan sah

suatu pekerjaan yang memenuhi rukun dan syarat itu sendiri.41

Dalam pelaksanaan perkawinan terdapat syarat dan rukun

perkawinan seperti yang diatur dalam Kompilasai Hukum Islam sebagai

berikut:

a. Calon suami

b. Calon istri

c. Wali nikah

d. Dua orang saksi

e. Ijab dan qabul42

Sedangkan mahar tidak termasuk syarat dan rukunnya perkawinan,

tetapi merupakan kawajiban bagi pihak mempelai laki-laki yang boleh

dibayar tunai maupun cicilan (kredit)43

4. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Landasan perkawinan dengan nilai-nilai roh keIslaman yakni

saki>nah, mawaddah, dan warah{mah yang dirumuskan di dalan firman Allah

SWT surat ar-Ru>m ayat 21

41M.A Tihami,Fikih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada ,2009),12.

42 Undang-Undang RI Nomer 1 Tahun 1974Tentang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya

,.71.

(38)

                                 

Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 44

Keluarga yang dituju dengan adanya perkawinan adalah keluarga yang:

a. Saki>nah, artinya tenang.

b. Mawaddah, keluarga yang di dalamnya terdapat cinta, yang berkaitan

dengan hal-hal yang bersifat jasmani

c. Rah}mah, keluarga yang di dalamnya terdapat rasa kasih sayang, yakni

yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat kerohanian.45 Sedangkan

hikmah perkawinan di dalam Islam mengajarkan dan menganjurkan

nikah karena akan berpengaruh baik bagi pelaku sendiri, masyarakat,

dan seluruh ummat manusia.

Sebagaimana hikmah di dalam penikahan antara lain. 46

1) Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk

menyalurkan naluri seks dengan kawin badan jadi sehat, jiwa

jadi tenang.

2) Nikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta

44 Departemen Agama Republik Indonesia, AlHidayah al-Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode

Angka....,407.

45 Abd Shomad,Hukum Islam Penormaan Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Islam ...., 262.

(39)

memelihara nasab yang oleh Allah SWT sangat diperhatikan

sekali.

3) Nikah naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh untuk saling

melengkapi dalam suasana hidup dangan anak-anak dan akan

tumbuh rasa cinta dan kasih sayang.

4) Pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi rumah tangga,

sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas

tangung jawab antara suami-istri dalam menangani

tugas-tugasnya.

5) Perkawinan, dapat membuahkan, di antaranya: tali

kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara

keluarga, dan memperkuat hubungan masyarakat, yang

memang oleh Allah SWT di restui.

B.Wali dalam Perkawinan

1. Pengertian Wali

Secara etimologis :‛wali‛ mempunyai arti pelindung, penolong

atau penguasa. Dalam hal ini wali mempunyai banyak arti, antara lain.47

a. Orang yang menurut hukum (agama atau adat) diserahi mengurus

anak yatim serta hartanya sebelum anak itu dewasa.

b. Pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah (yaitu yang

melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki);

47

(40)

c. Orang yang shaleh (suci), penyebar agama.

d. Kepala pemerintah dan sebagainya.

Arti-arti wali di atas hanya saja dapat di sesuaikan dengan konteks

kalimat, sedangkan arti wali yang dibahas ini adalah wali dalam

pernikahan, yaitu yang sesuai dengan pin b.48 Wali merupakan rukun yang

harus ada di dalam perkawinan, tanpa adanya wali, perkawinan dianggap

tidak sah dan batal. Perwalian dalam pernikahan termasuk al-walayah ‘ala>

al-nafsi di mana perwalian ini pertalian dengan pengawasan terhadap

kepentingan yang berhubungan dengan permasalahan keluarga misalnya,

perkawinan, pemeliharaan anak, pendidikan anak, dan kesehatan aktifitas

anak yang hak pengawasannya pada dasarnya berada di tangan ayah, atau

kakek dan wali seterusnya.49

2. Dasar Hukum Adanya Wali

Allah SWT berfirman dalam surat al-Bagarah ayat 232:

                                                           

Artinya: dan apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah SWT

48 ibid., 90.

(41)

dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.50

Para ulama fikih berbeda pendapat di dalam masalah wali, apakah

menjadi syarat sahnya pernikahan apa tidak.? Menurut pendapat Imam

Malik bahwasanya tidak sah nikah tanpa adanya wali. Pendapat ini juga

dikemukakan oleh Imam Syafi’i. Sedangkan menurut Imam Abu Hnifa,

Zufar, Al-Sya’bi, dan Al-Zuhri berpendapat bahwa apabila seorang

perempuan melakukan akad nikah tanpa wali, sedangkan calon suaminya

sebanding, maka pernikahannya boleh. dan Abu Daud memisahkan antara

gadis dan janda dengan syarat adanya wali pada gadis dan tidak

mensyaratkannya kepada janda.51 Sedangkan umat Islam di Indonesia

memandang wali dalam suatu pernikahan merupakan salah satu rukun

dalam sebuah perkawinan. Apabila wali tersebut enggan dan tidak dapat

bertindak atau adanya sebab lain, sehingga hak untuk menjadi wali akan

berpindah kepada pihak lain.52

3. Macam-macam Wali

Para fuqaha berpendapat bahwa pembagian wali ada 4 yaitu:

a. Wali Nasab

Merupakan yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang

laki-laki yang memenuhi syarat hukum Islam, laki-laki-laki-laki, berakal dan baligh.53

50 Departemen Agama Republik Indonesia, AlHidayah al-Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode

Angka...,38.

51 M.A Tihami,Fikih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009),

91.

52 Imam Ghazali Said, budayatul mujtahid 2, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), 149.

53 Undang-Undang RI Nomer 1 Tahun 1974Tentang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya,

(42)

Wali nasab merupakan anggota dari keluarga laki-laki dari calon

mempelai perempuan yang mempunyai hubungan darah patrilinear dengan

calon mempelai perempuan. Seperti halnya urutan wali nikah sebagai

berikut.54

1) Ayah

2) Kakek dan seterusnya ke atas dari garis laki-laki

3) Saudara laki-laki sekandung

4) Saudara laki-laki seayah

5) Putra saudara laki-laki sekandung

6) Putra saudara laki-laki seayah

7) Saudara laki-laki ayah (paman) kandung

8) Saudara laki-laki ayah (paman) seayah

9) Saudara sepupu laki-laki kandung

10)Saudara laki-laki seayah. Apabila dari kesepuluh poin tidak ada

makan kewalian akan pindah ke wali hakim yang akan dibahas di

poin berikutnya.

b. Sultan atau Wali Hakim

Menurut pasal 23 KHI, wali hakim adalah wali yang diberi izin

oleh kepada negara, yang dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali

nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak di ketahui

tempat tinggalnya atau gaib atau adlal atau enggan. Maka dalam hal ini

54

(43)

wali hakim dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan PA

tentang wali tersebut.55

c. Wali Tah{ki>m

Wali tah{ki>m adalah wali yang diangkat oleh calon suami dan atau

calon istri. Adapun cara pengangkatannya adalah: Calon suami

mengucapkan tah{ki>m kepada seseorang dengan kalimat,‛ saya angkat

bapak atau saudara untuk menikahkan saya dengan si...(calon istri)

dengan mahar...dan putusan bapak atau saudara saya terima dengan

senang hati.‛ Setelah itu, calon istri mengucapkan hal yang sama.

Kemudian calon hakin itu menjawab,‛ saya terima tah{ki>m ini.‛ Wali

tah{ki>n terjadi apabila:

1) Wali nasab tidak ada.

2) Wali nasab gaib atau pepergian jauh sejauh dua hari agar

perjalanan, serta tidak ada wakilnya disitu.

3) Tidak ada Qadi atau pegawai pencatatan nikah, talak, dan rujuk

(NTR).

d. Wali Maula

Wali maula adalah wali yang menikahkan budaknya. Artinya,

majikannya sendiri. Laki-laki boleh menikahkan perempuan yang berada

dalam perwaliannya bilamana perempuan tersebut rela menerimanya.

(44)

Maksud perempuan di sini terutama adalah hamba sahaya yang berada di

bawah kekuasaanya.56

4. Syarat-syarat Wali

Wali nikah merupakan salah satu syarat sahnya pernikahan atau

unsur yang paling penting bagi mempelai wanita yang akan bertindak

untuk menikahkan. Ditetapkannya wali nikah sebagai rukun perkawinan

kerena untuk melindungi kepentingan wanita itu sendiri, melindungi

integritas moralnya serta memungkinkan terciptanya perkawinan yang

berhasil. Institut perwalian di dalam perkawinan lebih bersifat kewajiban

dari pada hak. Sedangkan pernikahan harus dilangsungkan dangan wali,

apabila dilangsungkan tidak dengan wali atau walinya bukan yang berhak

maka pernikahan tersebut tidak sah. Maka untuk menjadi seorang wali di

dalam perkawinan harus ada syarat yang telah ditentukan, syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh seorang wali antara lain57:

a. Berama Islam

b. Baligh

c. Laki-laki

d. Berakal sehat

e. Tidak dipaksa

f. Adil (bukan fasik)

g. Tidak dalam ihram atau umrah

h. Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya.

56 M.A Tihami,Fikih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap..., 98-99.

(45)

5. Alasan Diperbolehkan dan Tidaknya menolak menjadi Wali

Dalam hubungan kekeluargaan Islam sangatlah menjaga

keharmonisan antara hubungan anak dan orang tua yang yang harus tetap

dijaga dengan baik, oleh sebah itu apabila seorang anak perempuan yang

akan menikah dengan calon pilihannya hendaknya dengan persetujuan

kedua orang tua kandung, agar hubungan antara anak dengan orang tua

tetap terjalin dengan baik.

a. Calon suami beda agama atau non Islam

Di dalam hukum Islam apabila seorang laki-laki atau perempuan

menikah dengan laki-laki atau perempuan non Islam maka hukumnya

haram. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalan surat al-Baqarah

ayat 221:                                                                         

Artinya: dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah SWT mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.58

58 Departemen Agama Republik Indonesia, AlHidayah al-Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode

(46)

b. Calon suami cacat badan

Salah satu wali berhak menolak calon suami apabila calon suami

cacat badan. Sebab calon suami adalah pemimpin di dalam rumah tangga

dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap istri dan

anak-anaknya.

c. Wanita yang masih dalam pinangan orang lain

Meminang pinangan orang lain itu hukumnya haram, sebab berarti

menghalangi hak dan menyakiti hati pinangan pertama, memecah belah

hubungan kekeluargaan dan mengganggu ketentuan.59

d. Kafa’ah

Di dalam istilah fikih, ‚sejodoh‛ disebut ‚kafa’ah‛, artinya sama,

serupa, seimbang, atau serasi. Dalam hal ini kafa’ah lebih ditekankan dalam

hal keseimbangan, keharmonisan, dan keserasian, terutama dalam

agamanya, yaitu akhlak dan ibadahnya, karena kafa’ah dalam pekawinan,

merupakan faktor yang dapat mendorong terciptanya kebahagiaan suami

istri dan lebih menjamin keselamatan perempuan dari kegagalan atau

kegoncangan rumah tangga, sebab itu kafa’ah dianjurkan oleh Islam dalam

memilih calon suami atau istri meskipun tidak menjadi penentu sah atau

tidaknya perkawinan dan hal ini merupakan hak bagi wanita dan walinya.60

Maka seorang laki-laki dianjurkan untuk berhati-hati dalam

memilih istri, agar memperoleh perempuan yang baik dan beragama.

Demikian sebaliknya seorang wali harus berhati-hati dalam mencarikan

(47)

seorang jodoh untuk anak perempuanya, demi kemuliaannya. Hal ini

dimaksudkan agar para wali tidak memilih dan mencari menantu yang

tidak beragama serta tidak berakhlak. Karena seseorang yang dikatakan

baik dalam hal agama dan akhlaknya, ia akan baik pula dalam mempergauli

istrinya dan akan melepaskanya secara baik pula.

C. Salat Istikha>rah

1. Pengertian,Waktu, Hukum dan Pelasanaan Salat Istikha>rah

a. Pengertian salat Istikha>rah

Secara bahasa dari kata راخ -ريخ ت - هراتخا artinya‛ memilih atau

minta dipilihkan atau راختسا yang mencari pilihan.61 Menurut istilah salat

sunnah Istikha>rah ialah salah sunnat dua rakaat untuk memohon kepada

Allah SWT ketentuan pilihan yang lebih baik di antara dua hal atau lebih

yang belum jelas ketentuan baik atau buruknya oleh manusia, Karena

terkadang apa yang menurut pandangan manusia itu baik, balum tentu

menurut Allah SWT baik juga, demikian sebaliknya dalam memilih yang

terbaik. Hanya dialah yang maha tahu segala urusan manusia. Sementara

kita sebagai manusia diwajibkan barusaha, Allah-lah yang menentukannya,

di dalan hidup dan kehidupan ini masing-masing manusia

bermacam-macam pola ragam perihal dan keadaan.

Arti Istikha>rah menurut syari’at Islam, disebutkan ada dua makna

Istikha>rah, yaitu meminta kepada Allah SWT sesuatu kebaikan, sedangkan

61Ahmad Marson Munawwir, Kamus Lengkap al-Munawwir Arab Indonesia,(Surabaya: Pustaka

(48)

yang kedua meminta pilihan yang terbaik kepada-Nya.62 Dalam melakukan

Istikha>rah ada beberapa jenis yang harus dan pantas dilakukan manusia

untuk dijadiakn sebagai acuan di dalam memohon petunjuk kepada Allah

SWT di antaranya yaitu:63

1. Istikha>rah melalui doa

Makna sesungguhnya dari Istikha>rah adalah ‚memohon yang

terbaik kepada Allah SWT yang maha penyayang‛ yang mana intinya

merupakan suatu doa bergantung kepada-Nya, menyerahkan semua urusan

kepada Allah SWT, dan memiliki prasangka yang baik terhadap Allah

SWT merupakan syarat wajib sebelum memanjatkan suatu doa. Namun hal

yang paling pentig adalah seseorang akan memiliki kedamaian pikiran dan

tekad yang teguh ketika melakukan sesuatu.

2. Istikha>rah dengan meminta nasehat orang lain

Meminta nasehat kepada kepada orang yang beriman atau para

alim ulama yang memiliki kemampuan untuk memberikan nasehat

merupakan salah satu cara terbaik untuk meminta bantuan dan menambah

wawasan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan.

3. Istikha>rah Spiritual

Istikha>rah spiritual merupakan jenis hubungan spiritual dengan

Allah SWT. Istikha>rah ini dilaksanakan setelah meminta pendapat kepada

para alim ulama tidak membawa hasil. Maka, pada saat itu juga seseorang

62 Muhammad Abu Ayyash, Keajaiban Shalat Istikha>rah,(Jakarta: Qultum Media, 2008),16. 63 Muhammad Baqir Haideri, Dahsyatnya Istikha>ra Cara PraktisUntuk‛Curhat‛Kepada Allah

(49)

sebaiknya berdoa kepada Allah SWT dengan memohon yang terbaik sesuai

dengan kemantapan hati dan jiwanya. Hal ini dapat menjadi jawaban bagi

Gambar

 Tabel 1
  Tabel 3 Jumlah Gedung Sekolah di Desa Gulbung
  Tabel 4 Tingkat Pendidikan Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

Dengan didasarkan pada model Koon Keung Teddy tersebut akan dibuat kuisioner yang akan disebarkan di SMP Negeri 1 Jember yang akan menjadi dasar analisis mengenai hubungan

Sinambela (2016, 332-333) menyatakan bahwa disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja, terdapat hubungan yang signifikan di antara variabel disiplin kerja dengan

memunyai wewenang untuk bertindak, serta dapat dilaksanakan dan apabila dilaksanakan biayanya memadai. Selain itu, rekomendasi yang tepat meningkatkan/memperbaiki

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapatnya perubahan yang signifikan terhadap variabel-variabel penelitian pada toko kelontong sebelum dan sesudah munculnya

Hal ini disebabkan jalur edge merupakan jalur persimpangan antara kawasan restorasi dan middle hutan, sehingga memungkinkan beberapa jenis burung yang dijumpai di

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar ilmiah bagi Politeknik Negeri Balikpapan untuk membuka program studi D4 akuntansi manajerial dikarenakan minat yang cukup tinggi

Hasil analisis kualitatif dari kedua cuplikan udang baik yang berasal dari Muria maupun Krakal ada 4 unsur yang terdeteksi menggunakan spektrometri gamma dengan

Studi mengenai pengaruh tk pendapatan atau jenis kelamin (X) terhadap membeli tidaknya seseorang (Y) pada suatu produk yang dijual dengan harga tertentu... εi = peubah acak