• Tidak ada hasil yang ditemukan

40PERDA NO 10 TAHUN 2005 RTRW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "40PERDA NO 10 TAHUN 2005 RTRW"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA PADANG

NOMOR 10 TAHUN 2005

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PADANG TAHUN 2004 - 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA PADANG,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan Kota Padang dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, masyarakat dan / atau dunia usaha;

c. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Barat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang;

d. bahwa Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Padang sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang Nomor 4 Tahun 1992 tanggal 16 April 1992 perlu disesuaikan;

e. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, huruf b dan huruf c, dan d perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 2004-2013.

Mengingat : 1. Undang- undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 20);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 nomor 104) ;

(2)

4. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3164);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);

11. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah ;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah ;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II;

15. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Penataan Ruang Kawasan Perkotaan

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG dan

WALIKOTA PADANG

MEMUTUSKAN :

(3)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Derah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kota Padang

2. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Padang

4. Kepala Daerah adalah Walikota Padang

5. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat 6. Provinsi adalah Propinsi Sumatera Barat

7. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan adalah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Padang

8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lainnya dalam melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya

9. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan, baik direncanakan maupun tidak

10. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang

11. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang

12. Pola Pemanfaatan Ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam

13. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional

14. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan

15. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan

16. Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan

17. Visi adalah suatu pandangan kedepan yang menggambarkan arah dan tujuan yang ingin dicapai serta akan menyatukan komitmen seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan kota

18. Tujuan adalah nilai-nilai dan kinerja yang mesti dicapai dalam pembangunan kota dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan

19. Strategi Pengembangan adalah langkah-langkah penataan ruang dan pengelolaan kota yang perlu dilakukan untuk mencapai visi pembangunan kota yang telah ditetapkan

20. Kota adalah kawasan perkotaan yang memiliki status administratif daerah kota sebagaimana diatur dalam UU Nomor 32 tahun 2004

21. Kawasan Permukiman adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukan bagi pengembangan permukiman atau tempat tinggal/ hunian beserta prasarana dan sarana lingkungan terstruktur 22. Kawasan Bangunan Umum adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukan bagi pengembangan

perkotaan, perdagangan, jasa, pemerintahan dan fasilitas umum/fasilitas sosial beserta fasilitas penunjangnya

23. Kawasan industri dan/ atau Pergudangan adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukan bagi pengembangan industri dan /atau pergudangan beserta fasilitas penunjangnya

(4)

25. Kawasan Wisata Budaya adalah kawasan dan /atau bangunan-bangunan yang memiliki nilai budaya dan nilai-nilai lainnya yang dianggap penting untuk dikembangkan dan /atau dilestarikan untuk kepentingan pendidikan,penelitian,dokumentasi dan kepariwisataan.

26. Intensitas Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan koofesien lantai bangunan, koofesien dasar bangunan dan ketinggian bangunan tiap kawasan /bagian kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kota

27. Koofesien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang kota

28. Koofesien Lantai Bangunan (KLB) adalah besar ruangan yang dihitung dari angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang kota

29. Ketinggian Bangunan (KB) adalah jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung mulai dari lantai dasar sampai lantai tertinggi

30. Kawasan Prioritas adalah kawasan yang diprioritaskan pembangunannya dalam rangka mendorong pertumbuhan kota kearah yang direncanakan dan/ atau menanggulangi masalah-masalah yang mendesak

31. Perbaikan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untruk memperbaiki struktur lingkungan yang telah ada, dan dimungkinkan melakukan pembongkaran terbatas guna penyempurnaan pola fisik prasarana sarana yang telah ada

32. Pemeliharaan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan yang ditujukan untuk mempertahankan kualitas suatu lingkungan yang sudah baik agar tidak mengalami penurunan 33. Pemugaran Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan yang ditujukan untuk melestarikan,

memlihara serta mengamankan lingkungan dan /atau bangunan yang memiliki nilai sejarah budaya dan/ atau keindahan/estetika.

34. Peremajaan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan mengadakan pembongkaran menyeluruh dalam pembaharuan struktur fisik dan fungsi

35. Pembangunan Baru adalah pola pengembangan kawasan pada areal tanah yang masih kosong dan / atau belum pernah dilakukan pembangunan fisik.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Ruang Lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang mencakup arahan dan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kota Padang meliputi batas-batas ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara seluas 1.414,96 km dengan rincian beserta uraiannya sebagaimana tercantum dalam buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang dan Album Peta yang merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(2) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang disusun untuk jangka waktu 10 tahun ( Tahun 2004 – 2013 )

Pasal 3

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dalam Pasal 2 meliputi :

1. tujuan pemanfaatan ruang wilayah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan yang diwujudkan melalui strategi pemanfaatan ruang wilayah untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas ;

2. rencana umum tata ruang wilayah ;

(5)

BAB III

ASAS, TUJUAN DAN STRATEGI Bagian Pertama

Asas dan Tujuan

Pasal 4

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun berasaskan :

1. pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan ;

2. keterbukaan, kebersamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

Pasal 5

Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah adalah untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program-program pembangunan Kota 10 tahun kedepan.

Bagian Kedua Strategi Pasal 6

Untuk mewujudkan tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan strategi penataan Ruang Kota sebagai berikut :

1. memanfaatkan dan mengembangkan ruang kota dengan memperhatikan potensi dan sumber daya yang ada untuk mendukung kegiatan di berbagai sektor ;

2. mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman, perkantoran, industri, perdagangan dan jasa keluar kawasan pusat kota ;

3. mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana transportasi dan utilitas kota; 4. mengembangkan kawasan prioritas guna mendukung pembangunan kota.

BAB IV

FUNGSI DAN ARAH PENGEMBANGAN KOTA Bagian Pertama

Fungsi Kota Pasal 7

Fungsi Kota ditetapkan sebagai :

1. pusat kegiatan perdagangan dan jasa; 2. pusat kegiatan pemerintah kota dan provinsi; 3. pusat kegiatan pariwisataan.

Bagian Kedua Arah Pengembangan Kota

Pasal 8

(6)

3. pengembangan fisik.

Pasal 9

(1) Arah pengembangan ekonomi sebagaimana dimaksud Pasal 8 huruf a ditujukan untuk;

a. menjaga fungsi Kota sebagai pusat kegiatan dan pusat orientasi kegiatan ekonomi di Propinsi Sumatera Barat;

b. mengembangkan sektor-sektor yang terkait dengan fungsi dan peranan Kota ;

c. memanfaatkan potensi sumberdaya laut agar dapat memiliki nilai tambah secara ekonomi;

(2) Arah penyebaran penduduk sebagaimana dimaksud Pasal 8 huruf b ditujukan untuk pemerataan distribusi penduduk ;

(3) Arah pengembangan fisik kota sebagaimana dimaksud Pasal 8 huruf c diarahkan ke bagian utara, timur dan selatan Kota.

BAB V

RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH Bagian Pertama

Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Paragraf 1

Umum Pasal 10

(1) Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang mencakup rencana struktur pemanfaatan ruang kota dan rencana pola pemanfaatan ruang kota sampai akhir tahun perencanaan;

(2) Rencana struktur pemanfaatan ruang kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. arahan pengembangan dan distribusi penduduk;

b. rencana sistem pusat-pusat pelayanan; c. rencana sistem jaringan transportasi; d. rencana sistem jaringan utilitas.

(3) Rencana pola pemanfaatan ruang kota sebagaimama dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk pemanfaatan ruang wilayah kota yang menggambarkan ukuran/luas, fungsi (budidaya, lindung, tertentu) serta karakter kegiatan manusia dan atau alam di dalamnya.

Paragraf 2

Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk

Pasal 11

(1) Arah pengembangan penduduk ditujukan untuk menjaga dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.

(2) Distribusi penduduk diarahkan pada wilayah kecamatan yang masih jarang penduduknya,yaitu wilayah Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Lubuk Kilangan, Pauh, Lubuk Begalung, dan Bungus Teluk Kabung.

Paragraf 3

(7)

(1) Rencana sistem Pusat-Pusat Pelayanan ini terdiri dari 1 (satu) Pusat Pelayanan Utama, 6 (enam) Sub Pusat Pelayanan Utama dan 6 (enam) Pusat Kegiatan.

(2) Rincian Lokasi, Fungsi dan Skala Pelayanan Pusat-pusat Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

RENCANA SISTEM PUSAT-PUSAT PELAYANAN KOTA PADANG TAHUN 2013

No. PUSAT PELAYANAN FUNGSI SKALA PELAYANAN

A. PUSAT PELAYANAN

UTAMA

1. Kawasan Pusat Kota  pusat kegiatan perdagangan/bisnis

 pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi

 pusat kegiatan sosial-budaya

 pusat kegiatan pariwisata,rekreasi dan hiburan

 Kota Padang

 Prov.Sumbar

 Regional

B. Sub-pusat Pelayanan Utama

1. Lubuk Buaya  pusat pelayanan ekonomi

 pusat pelayanan transportasi wilayah bagian utara

 pusat kegiatan sosial budaya

 Kota Padang

 Kab.Padang Pariaman

2. Air Pacah  pusat pelayanan transportasi darat (regional)

 pusat kegiatan ekonomi

 pusat pelayanan administrasi pemerintahan kota

 pusat pelayanan olahraga

 pusat kegiatan sosial-budaya

 Prov.Sumbar

 Kota Padang

 Regional

3. Bandar Buat  pusat pelayanan ekonomi

 pusat pelayanan transportasi wilayah bagian timur

 pusat kegiatan social-budaya

 Kota Padang

 Kab. Solok

4. Tabing  Pusat pelayanan ekonomi

 pusat kegiatan sosial-budaya

 Kota Padang

 Regional

5. Teluk Bayur  Pusat pelayanan transportasi (laut)

 pusat kegiatan bongkar-muat dan

impor- pusat pelayanan ekonomi

 pusat pelayanan transportasi wilayah bagian selatan

 Kota Padang

 Prov.Sumbar

(8)

 pusat kegiatan sosial-budaya

 pusat kegiatan pelatihan,penelitian & pengembangan

 pusat kegiatan studi dan kajian sosial-budaya

 Kota Padang

 Prov.Sumbar

 Regional

3. Pasar Baru  Pusat kegiatan ekonomi dan jasa  Kota Padang

4. Pasar Raya  Pusat pelayanan kegiatan bisnis

 pusat kegiatan rekreasi dan wisata

 pusat kegiatan sosial-budaya

 taman kota

 Kota Padang

 Prov.Sumbar

5. Gunung Padang  pusat pelayanan kegiatan pariwisata

 pusat pelayanan kegiatan transportasi laut inter-insuler

 Kota Padang

 Prov.Sumbar

 Regional

 Internasional

6. Sungai Pisang  pusat pelayanan kegiatan pariwisata  Kota Padang

 Prov.Sumbar

(1) Rencana sistem jaringan transportasi meliputi jaringan transportasi darat, jaringan transportasi laut dan jaringan transportasi udara.

(2) Rencana sistem jaringan transportasi kota disusun untuk mendukung fungsi kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.

(3) Tujuan pengembangan sistem jaringan transportasi kota adalah untuk :

a. meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke pusat pelayanan utama, sub-pusat pelayanan utama dan pusat pelayanan kegiatan;

b. memperkuat interaksi antar pusat-pusat pelayanan di dalam wilayah kota dan ke wilayah sekitar kota agar tercipta sinergi perkembangan wilayah;

c. meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemerataan pembangunan;

Pasal 14

(9)

(2) Pengembangan jaringan jalan raya dilakukan terhadap semua ruas jalan yang ada, baik jalan dengan fungsi Arteri, Kolektor maupun Lokal.

(3) Penentuan ruas-ruas jalan raya yang akan dikembangkan memperhatikan arah pengembangan Kota sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan Daerah ini.

Pasal 15

(1) Rencana sistem jaringan transportasi pelayanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) meliputi jaringan pelayanan terminal dan jalan/rel kereta api.

(2) Terminal Regional Bingkuang (TRB) ditetapkan sebagai terminal dengan pelayanan angkutan umum bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP).

(3) Terminal yang akan dikembangkan di Lubuk Buaya, Bandar Buat dan Bungus direncanakan sebagai terminal antara / transit angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP).

(4) Fungsi jalan/rel kereta api diarahkan sebagai salah satu alternatif angkutan moda transportasi darat.

Pasal 16

(1) Rencana sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) terkait dengan jaringan pelayanan atau rute pelayaran kapal penumpang, kapal barang dan kapal penangkap ikan.

(2) Sistem jaringan transportasi laut didukung oleh keberadaan Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Muaro dan Pelabuhan Bungus.

Pasal 17

(1) Rencana sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) terkait dengan jaringan pelayanan atau rute penerbangan dari/ke bandara yang ada.

(2) Sistem jaringan transportasi udara terkait dengan Bandara Tabing dan Bandara Internasional Minangkabau.

Paragraf 5

Rencana Sistem Jaringan Utilitas

Pasal 18

(1) Rencana sistem jaringan utilitas sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (2) huruf d meliputi rencana jaringan air bersih, drainase, jaringan listrik, dan telekomunikasi.

(2) Pengembangan sistem jaringan utilitas dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada semua penduduk kota, dalam bentuk kualitas yang baik, kuantitas yang memadai dan harga yang terjangkau.

(3) Rencana detail masing-masing utilitas disusun lebih lanjut dalam bentuk Rencana Induk Sistem Jaringan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(10)

Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Pasal 19

(1) Rencana pola pemanfaatan ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (3) dibagi dalam bentuk Rencana Pemanfaatan Kawasan Lindung dan Rencana Pemanfaatan Kawasan Budidaya.

(2) Rencana pemanfaatan kawasan lindung memperhatikan kondisi fisik dasar (topografi, kemiringan lahan, geologi, tanah, klimatologi dan hidrologi) dan hasil analisis daya dukung lahan.

(3) Rencana pemanfaatan kawasan lindung terdiri dari :

a. hutan lindung;

b. resapan air;

c. sempadan sungai;

d. sempadan pantai; e. sekitar mata air ;

f. hutan bakau ;

g. taman hutan raya;

h. cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

i. rawan bencana.

(4) Rencana pemanfaatan kawasan budidaya memperhatikan : perkembangan sosial-budaya, prospek pertumbuhan ekonomi, daya dukung fisik dan lingkungan, daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan, kondisi dan daya dukung lahan, penggunaan lahan eksisting dan kecenderungan perkembangan kota, batas kawasan lindung, kebijakan pembangunan dan tata ruang yang hendak dituju, serta perkembangan dan kebijakan pembangunan wilayah sekitar.

(5) Rencana pemanfaatan kawasan budidaya terdiri dari : a. perumahan dan permukiman;

b. perdagangan dan perniagaan/bisnis; c. industri;

d. perkantoran pemerintah dan swasta;

e. sarana pendukung transportasi (terminal, stasiun kereta api, pelabuhan, bandara dan areal parkir);

f. pertanian; g. pemakaman;

h. tempat pembuangan akhir sampah.

Bagian Ketiga

Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan Budi Daya dan Kawasan Tertentu

Paragraf 1 Umum

Pasal 20

Rencana pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan tertentu meliputi :

(11)

c. rencana pengembangan kawasan prioritas;

d. rencana penatagunaan tanah, air, udara dan sumberdaya lainnya; e. rencana pengembangan sistem prasarana transportasi;

f. rencana pengembangan sistem telekomunikasi dan energi;

g. rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan. Paragraf 2

Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

Pasal 21

Rencana pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf a terdiri dari Rencana Penanganan Lingkungan; Arahan Kepadatan Bangunan, dan Arahan Ketinggian Bangunan.

Pasal 22

(1) Rencana penanganan lingkungan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 meliputi penentuan kawasan-kawasan :

a. pengembangan baru; b. yang akan dikonversi; c. yang akan diremajakan;

d. pemukiman kembali (resettlement).

(2) Penentuan kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota

Pasal 23

(1) Arah kepadatan bangunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 meliputi tiga tingkatan kepadatan bangunan :

a. kepadatan tinggi; b. kepadatan sedang; c. kepadatan rendah.

(2) Kawasan dengan kepadatan bangunan tinggi diarahkan pada kawasan pusat kota, kawasan pusat pelayanan dan kawasan fungsional tertentu.

(3) Kawasan dengan kepadatan bangunan sedang diarahkan pada kawasan permukiman perumahan dikawasan pusat kota dan sekitarnya.

(4) Kawasan dengan kepadatan bangunan rendah diarahkan pada kawasan pinggiran kota.

(5) Pengaturan lebih terinci mengenai kepadatan bangunan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 24

(1) Arahan ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud Pasal 21 terkait dengan rencana pemanfaatan kawasan;

(12)

Paragraf 3

Rencana Pengelolaan Kawasan Fungsional dan Kawasan Tertentu

Pasal 25

(1) Sampai akhir tahun perencanaan tahun 2013 direncanakan pengembangan 10 (sepuluh) Kawasan Fungsional dan 2 (dua) Koridor Pengembangan, yaitu :

a. perkantoran pemerintahan kota; b. pendidikan limau manis;

c. sekitar bandara internasional minangkabau; d. eks bandara tabing;

e. pasar raya dan eks terminal lintas andalas; f. pelabuhan teluk bayur;

g. sekitar terminal regional bingkuang; h. padang industrial park;

i. wisata terpadu gunung padang; j. pesisir dan pulau-pulau kecil ; k. koridor jalan padang by-pass; l. koridor pantai padang.

(2) Pengelolaan kawasan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah mencakup pengaturan dan penentuan instansi dan/atau institusi yang bertanggungjawab dalam proses perencanaan kawasan, pelaksanaan dan pembiayaan pembangunan kawasan, pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan kawasan.

Paragraf 4

Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas

Pasal 26

(1) Pengembangan kawasan prioritas dilakukan dengan pertimbangan:

a. akan mempengaruhi perkembangan fisik kota, karena akan mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya;

b. akan mempengaruhi perkembangan ekonomi kota, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara signifikan, baik dalam bentuk meningkatkan aktifitas ekonomi, meningkatkan nilai tambah barang-barang produksi, maupun dalam memperluas lapangan kerja;

c. akan mendukung optimalisasi pemanfaatan lahan dan pemanfaatan sarana prasarana perkotaan;

d. dapat mendukung pengembangan kawasan yang berbatasan dengan wilayah sekitar, sehingga diperoleh keterpaduan dan keserasian pengembangan kawasan perbatasan.

(2) Direncanakan sampai tahun 2013 kawasan prioritas berada pada kawasan :

a. air pacah;

b. eks terminal lintas andalas;

c. perbatasan sekitar bandara internasional minangkabau;

d. eks bandara tabing;

(13)

f. pasar raya:

g. pasar induk anak air;

h. padang industrial park;

i. pasar lubuk buaya;

j. sepanjang pantai;

k. bandar buat;

l. kampus unand limau manis;

m. pasar baru;

n. teluk bayur;

o. industri maritim bungus;

p. koridor padang by-pass;

q. wisata sungai pisang;

r. perkantoran pemerintah kota padang.

(3) Kawasan prioritas sebagaimana dimaksud ayat (2) dikelompokkan menjadi 4 (empat) Sentra Pegembangan, yaitu :

a. sentra perkembangan pusat kota dengan pusat orientasi perkembangan Pasar Raya direncanakan sebagai Kawasan Perdagangan/Bisnis, Jasa dan Pariwisata;

b. sentra perkembangan utara dengan pusat orientasi perkembangan Air Pacah direncanakan sebagai Kawasan Perdagangan, Jasa dan Industri Pengolahan;

c. sentra perkembangan timur dengan pusat orientasi perkembangan Bandar Buat direncanakan sebagai Kawasan Perdagangan, Jasa dan Pendidikan;

d. sentra perkembangan selatan dengan pusat orientasi perkembangan Bungus direncanakan sebagai Kawasan Jasa, Industri Perikanan/Kelautan dan Pariwisata.

(4) Sebagai tindak lanjut dari RTRW ini, perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) pada masing-masing Sentra Perkembangan tersebut yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Paragraf 5

Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara dan Sumber Daya Lainnya

Pasal 27

(1) Untuk mengatasi masalah pertanahan, dan rencana alokasi pemanfaatan lahan untuk pembangunan, perlu dilakukan langkah penguasaan, penegasan dan pemberian hak atas tanah.

(2) Alokasi penggunaan tanah di wilayah Kota Padang, dikelompokan atas Kawasan Pusat Kota, Kawasan di luar Pusat Kota, Kawasan Pinggiran Kota, dan Kawasan tidak diizinkan untuk dibangun.

(3) Pelaksanaan pengembangan kawasan-kawasan tersebut dilakukan dalam bentuk mengendalikan dan mendorong perkembangannya.

Pasal 28

(14)

(2) Kebijakan dan tindakan penatagunaan air dilakukan dalam bentuk :

a. menetapkan pengelolaan setiap sumber daya air; b. perlindungan kawasan tangkapan air;

c. perencanaan dan pemanfaatan air yang terkoordinir; d. mencegah berdirinya bangunan di bantaran sungai;

e. menjaga sumber air dari pencemaran dan melakukan pemantauan kualitas air sungai secara berkala;

f. penelitian kualitas dan kuantitas air tanah dangkal;

g. menetapkan dan mengawasi kualitas sumberdaya air agar sesuai baku mutu air untuk masing-masing penggunaannya;

h. pengaturan pengambilan air bawah tanah;

i. perizinan bagi pengambilan air tanah dalam volume besar untuk industri;

j. pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumber-sumbernya dan daerah sekitarnya;

Pasal 29

(1) Penatagunaan udara dimaksudkan untuk menjamin keselarasan, keamanan dan keutuhan wilayah dan kelanjutan pembangunan.

(2) Kebijakan dan tindakan penatagunaan udara yang dilakukan dalam bentuk :

a. menjamin keamanan pemanfaatan ruang udara untuk kegiatan penerbangan, telekomunikasi dan frekuensi, kenavigasian, penginderaan jauh;

b. menjaga baku mutu udara;

c. menghindari pencemaran udara terutama untuk kawasan perumahan yang ditimbulkan oleh kegiatan industri;

d. pengamanan ruang udara di sekitar bandar udara sesuai ketentuan keselamatan operasional penerbangan.

Paragraf 6

Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Transportasi

Pasal 30

(1) Rencana pengembangan transportasi mencakup sistem prasarana transportasii darat, transportasi laut, dan transportasi udara.

(2) Pengembangan sistem prasarana transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dilakukan dalam bentuk :

a. mengoptimalkan fungsi Terminal Regional Bingkuang sebagai bagian utama dari sistem transportasi darat dengan pelayanan skala regional;

b. merealisasikan pengembangan Jalan Lingkar Timur (Bandar Buat - Limau Manis - Gunung Sarik - Lubuk Minturun - By-Pass);

c. secara bertahap terus mengembangkan Jalan Sepanjang Pantai Padang sampai ke jalan menuju ke Bandara Internasional Minangkabau;

(15)

f. menjadikan Kota Padang sebagai bagian dari pengembangan Sumatera Railway yang sedang dirintis oleh provinsi-provinsi di Pulau Sumatera;

g. melakukan kajian/studi yang komprehensif mengenai kontribusi Bandara Internasional Minangkabau, terhadap perkembangan Kota Padang;

h. mendorong pembangunan dan pengembangan Bandara Internasional Minangkabau sebagai bandara internasional yang dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sektor pariwisata;

i. mendukung pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur sebagai Pelabuhan Internasional;

j. menyusun strategi yang lebih tepat untuk kembali mengaktifkan kegiatan pelayaran penumpang nusantara di Pelabuhan Teluk Bayur;

k. menyusun rencana penataan dan pengembangan Pelabuhan Muaro agar dapat menjadi bagian dari pengembangan pariwisata dan pengembangan elemen kota.

Paragraf 7

Rencana Pengembangan Sistem Telekomunikasi dan Energi

Pasal 31

(1) Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan telekomunikasi ke seluruh wilayah kota.

(2) Menerapkan teknologi baru dalam pengembangan sistem telekomunikasi.

(3) Mendorong peningkatan peranan BUMN dan Swasta dalam membangun dan mengembangkan sistem telekomunikasi.

(4) Mengintegrasikan pengembangan jaringan telekomunikasi dengan pengembangan jaringan energi (listrik) dan pengembangan jaringan prasarana kota lainnya.

Pasal 32

(1) Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan energi (listrik) ke seluruh wilayah kota.

(2) Mengembangkan jaringan pelayanan ke kawasan-kawasan yang baru dikembangkan.

(3) Mengintegrasikan pengembangan jaringan energi (listrik) dengan pengembangan jaringan telekomunikasi dan pengembangan jaringan prasarana kota lainnya.

Paragraf 8

Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 33

(1) Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan meliputi : a. pengembangan sistem prasarana air bersih ;

b. pengembangan sistem prasarana pengelolaan sampah; c. pengembangan sistem prasarana sanitasi dan air limbah;

d. pengembangan sistem prasarana drainase dan pengendalian banjir. (2) Pengembangan sistem prasarana air bersih dilakukan dalam bentuk :

a. meningkatkan jaringan pelayanan;

b. meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas pelayanan .

(3) Pengembangan sistem prasarana pengelolaan sampah dilakukan dalam bentuk: a. memperluas cakupan pelayanan;

(16)

(4) Pengembangan sistem prasarana sanitasi dan air limbah dilakukan dalam bentuk:

a. membangun sistem sanitasi terpadu (communal on-site system) pada kawasan permukiman padat dan kawasan komersial;

b. mewajibkan setiap bangunan yang dihuni oleh penduduk atau digunakan untuk aktifitas tertentu, untuk dilengkapi dengan sanitasi dan pengolahan limbah yang memenuhi ketentuan; c. mewajibkan kegiatan industri dan kegiatan lain yang menghasilkan limbah cair berbau,

berbahaya dan beracun, untuk membangun instalasi pengolahan air limbah yang memenuhi ketentuan.

(5) Pengembangan sistem prasarana drainase dan pengendalian banjir dilakukan dalam bentuk: a. menata kembali sistem drainase yang ada, dengan membuat master plan drainase sesuai

dengan rencana penggunaan lahan;

b. pembangunan saluran/kanal-kanal dan kolam-kolam penahan laju air (pond / waduk); c. secara periodik, melakukan pemeliharaan kebersihan saluran drainase yang ada.

BAB VI

PENGENDALIAN PEMANFAATANRUANG

Pasal 34

(1) Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan dengan cara : a. melaporkan pelaksanaan pemanfaatan ruang;

b. memantau perubahan pemanfaatan ruang;

c. mengevaluasi konsistensi pelaksanaan rencana tata ruang;

d. pemberian sanksi hukum atas pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dilakukan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang.

Pasal 35

(1) Pelaksanaan pengawasan terhadap pemanfaaatan ruang dilakukan melaluii kegiatan - kegiatan pelaporan, pemantauan , dan evaluasi.

(2) Hasil pengawasan pemanfaatan ruang berupa temuan penyimpangan.

(3) Walikota wajib menyiapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk pemeriksaan dan penyidikan atas penyimpangan terhadap pemanfaatan ruang.

Pasal 36

(1) Penertiban pemanfaatan ruang di daerah dilakukan melalui penertiban langsung dan penertiban tidak langsung.

(2) Penertiban langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dilaksanakan melalui pemberian sanksi administrasi, sanksi pidana dan sanksi perdata.

(3) Penertiban tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dilaksanakan melalui antara lain :

a. pengenaan kebijakan pajak/retribusi;

(17)

BAB VII

HAK,KEWAJIBANDANPERAN-SERTAMASYARAKAT

Pasal 37

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah kota, masyarakat berhak :

a. berperan-serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

b. mengetahui secara terbuka Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang, dan rencana penataan ruang lainnya sebagai tindak-lanjut dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ini;

c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang; d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan

kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 38

(1) Untuk mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang sebagaimana dimaksud pada Pasal 37, masyarakat dapat mengetahui dari Lembaran Daerah, pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Kota pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah.

(2) Pengumuman atau penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diketahui masyarakat dari penempelan/pemasangan peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang yang bersangkutan pada tempat-tempat umum, Kantor Kelurahan dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut.

Pasal 39

(1) Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf c, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau kaidah yang berlaku.

(2) Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, menikmati manfaat ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan, dilaksanakan atas dasar kepemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 40

(1) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status tanah dan ruang udara semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan semua rencana tata ruang dengan hirarki yang lebih rendah, diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan, dengan tetap memegang hak masyarakat.

(18)

Pasal 41

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kota Padang, masyarakat wajib :

1. berperan serta dalam memelihara kualitas;

2. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang pemanfaaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

3. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Pasal 42

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dilaksanakan dengan memenuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan-aturan perundang-undangan.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekan masyarakat secara turun termurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan, estitika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

Pasal 43

Dalam pemanfaatan ruang di daerah , peran serta masyarakat dapat berbentuk:

1. pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama, adat atau kebiasaaan yang berlaku;

2. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang dikawasan pedesaan dan perkotaan;

3. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang;

4. konsolidasi pemanfaatan tanah air, udara dan sumber daya alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;

5. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota Padang ; 6. pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang dan/atau kegiatan menjaga,

memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pasal 44

(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaaatan ruang di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Kepala Daerah termasuk pengaturannya pada tingkat Kecamatan sampai dengan Kelurahan. (3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertib sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang .

Pasal 45

(19)

a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah Kota Padang termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang, dan/ atau ;

b. bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.

Pasal 46

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan di daerah disampaikan secara lisan atau tertulis mulai dari tingkat Kelurahan ke Kecamatan kepada Kepala Daerah dan pejabat yang berwenang.

BAB VIII

PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Pasal 47

Peninjauan kembali dan/atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah dapat dilaksanakan dalam waktu 5 (lima ) tahun sekali

BAB IX KETENTUAN PIDANA

Pasal 48

(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama- lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 50.000.000, 00 (lima puluh juta rupiah) dengan atau tidak merampas barang tertentu untuk Daerah, kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan perundang- undangan.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.

(3) Selain sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap pelanggaran dimaksud dapat dikenakan biaya paksaaan penegakkan hukum seluruhnya atau sebagian.

(4) Walikota menetapkan pelaksanaan dan besarnya biaya paksaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

BAB X PENYIDIKAN

Pasal 49

(1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Para Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaaan;

c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

(20)

e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan pekara;

h. mengadakan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik memberi tahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum , tersangka atau keluarganya ;

i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB XI

KETENTUANPENUTUP Pasal 50

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 10/PD/1983 tentang Rencana Induk Kota (RIK) Padang Tahun 1983/1984-2003/2004 dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1992 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Padang (Hasil Evaluasi dan Revisi Rencana Induk Kota (RIK) Padang Tahun 1983/1984-2003/2004); dinyatakan tidak berlaku lagi.

(2) Hal-hal yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 51

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Padang

Ditetapkan di Padang

pada tanggal 9 September 2005

WALIKOTA PADANG,

D t o

FAUZI BAHAR

Diundangkan di Padang

pada tanggal 9 September 2005

SEKRETARIS DAERAH KOTA PADANG

D t o

DRS.H.MUCHLISSANI

Pembina Utama Muda Nip. 410003886

(21)

PENJELASAN

PENJELASAN UMUM

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2004-2013 disusun karena beberapa pertimbangan, yaitu :

a. Adanya perkembangan dan perubahan Kota Padang sebagai akibat dari dinamika sosial-ekonomi-budaya yang berlangsung.

b. Berkembangnya prasarana dan fasilitas pelayanan sesuai dengan tuntutan perkembangan kebutuhan penduduk kota.

c. Berakhirnya periode perencanaan Rencana Induk Kota (RIK) Padang 1983-2003. d. Terjadinya perubahan-perubahan pola dan struktur tata ruang kota akibat adanya

perkembangan fungsi kota.

e. Terjadinya perubahan-perubahan eksternal dan otonomi daerah.

f. Dalam rangka implementasi otonomi daerah yang memerlukan kerjasama

pembangunan antar-wilayah perbatasan dalam bentuk pengintegrasian

perencanaan pembangunan.

Oleh karenanya RTRW Kota Padang Tahun 2004-2014 diharapkan dapat menghadapi perkembangan dan dinamika yang akan terjadi 10 tahun depan, melalui arahan dan kebijakan serta rencana-rencana yang berkaitan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kota.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 : Cukup jelas

Pasal 4 : Cukup jelas

Pasal 5 :

Sesuai dengan PP No. 17/1980, luas Kota Padang ditetapkan 694,96 km2 yang

keseluruhannya merupakan wilayah daratan. Namun dengan lahirnya UU No. 22/199 dan PP No. 25/2000, maka luas wilayah Kota Padang mengalami penambahan, akibat masuknya wilayah perairan sebagai wilayah Kota Padang. Pada tahun 2002 Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah mengeluarkan SK. No. 327/KPTS/2002 tentang 6 Pedoman Bidang Penataan Ruang, dimana di dalamnya telah diatur dan dijelaskan secara terinci mengenai pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Pedoman tersebut dijadikan sebagai acuan utama dalam proses penyusunan RTRW Kota Padang Tahun 2004-2013.

Selain itu juga digunakan standar-standar perencanaan yang lainnya, terutama dalam proses analisis dan perumusan rencana.

(22)

Sesuai dengan fungsi Kota Padang sebagai Pusat Kegiatan Industri dan Jasa, Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Pusat Kegiatan Pariwisata, maka arah pengembangan ekonomi harus dapat mendorong terlaksananya fungsi-fungsi tersebut.

Pemanfaatan potensi sumberdaya laut selama ini belum dilakukan secara optimal. Ke depan potensi tersebut harus dimanfaatkan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian kota.

Pasal 7 : Cukup jelas

Pasal 8

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis dan pembahasan dengan berbagai pihak, fungsi utama Kota perlu dipertajam sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada serta dinamika dan kecenderungan yang terjadi.

Sebelumnya fungsi utama Kota Padang adalah sebagai : a. Pusat Kegiatan Perdagangan, Jasa dan Industri

b. Pusat Kegiatan Pemerintahan Kota dan Provinsi c. Pusat Kegiatan Transportasi Darat, Laut dan Udara

Dan dalam RTRW Kota Padang Tahun 2004-2013 ditetapkan fungsi utama Kota Padang adalah sebagai

a. Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa

b. Pusat Kegiatan Pemerintahan Kota dan Provinsi c. Pusat Kegiatan Pariwisata

Untuk mewujudkan fungsi-fungsi tersebut dibutuhkan pengembangan sektor-sektor kegiatan :

a) Transportasi b) Industri

c) Pendidikan dan Kebudayaan d) Perumahan dan Permukiman e) Sarana dan Prasarana

f) Kelautan dan Perikanan g) Pertanian dan Peternakan

Pasal 9 : Cukup jelas

Pasal 10 : Cukup jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 12

Secara umum kebijakan pengembangan dan distribusi penduduk kota sampai akhir tahun perencanaan tahun 2013 adalah :

a) Menjaga dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.

b) Laju pertumbuhan penduduk rata-rata direncanakan sebesar 2,02% per-tahun. c) Jumlah penduduk pada tahun 2013 diperkirakan 915.000 jiwa.

d) Distribusi penduduk diarahkan pada wilayah kecamatan yang masih jarang penduduknya, yaitu Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Pauh, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

(23)

a. Bungus Teluk Kabung jumlah penduduk 25.700, laju pertumbuhan 2,20%/tahun

b. Lubuk Kilangan jumlah penduduk 53.000, laju

pertumbuhan 2,62%/tahun

c. Lubuk Begalung jumlah penduduk 110.000, laju pertumbuhan

2,26%/tahun

g. Padang Utara jumlah penduduk 73.600, laju pertumbuhan

0,60%/tahun

k. Koto Tangah jumlah penduduk 174.800, laju pertumbuhan 3,16%/tahun

Pasal 13

Cakupan, arahan fungsi dan skala pelayanan pusat-pusat pelayanan yang direncanakan adalah:

a) Pusat Pelayanan Utama

 Mencakup kawasan yang secara historis merupakan Pusat Kota Padang (Kec.

Padang Barat, Kec. Padang Utara, Kec. Padang Timur dan Kec. Padang Selatan).

 Fungsinya sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis, kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi, kegiatan sosial-budaya, kegiatan pariwisata, rekreasi dan hiburan.

 Skala pelayanan mencakup Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dan Regional.

b) Sub-Pusat Pelayanan Utama

Lubuk Buaya : Mencakup kawasan di bagian utara Kota Padang dan termasuk kawasan sekitar Bandara Ketaping.

Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Ekonomi (Pasar, Pusat

Koleksi-Distribusi produksi pertanian, dan RPH), dan Pusat Pelayanan Transportasi Kota Padang dan wilayah bagian utara (Kabupaten Padang Pariaman) dengan dukungan Sub-Terminal.

Air Pacah : Mencakup Kawasan Terminal Regional Bingkuang, Kawasan Pusat Perkan-toran Pemerintahan Kota Padang dan Kawasan Pusat Olahraga.

Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Transportasi (darat)

(24)

dan fasilitas sosial lainnya), dengan jangkauan pelayanan Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dan Regional.

Bandar Buat : Mencakup kawasan Lubuk Begalung sampai Indarung.

Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Ekonomi (Pasar dan

Pusat Koleksi-Distribusi produksi pertanian), dan Pusat Pelayanan Transportasi Kota Padang dan wilayah bagian timur (Kabupaten Solok) dengan dukungan Sub-Terminal.

Tabing : Mencakup kawasan Eks-Bandara Tabing (setelah aktifitas bandara dipindahkan ke Bandara Ketaping).

Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Ekonomi dalam bentuk

Pusat Kegiatan Niaga (Central Business District/CBD) dengan skala pelayanan lingkup Kota Padang yang didukung oleh penyediaan Mall, Plaza, Hotel, Pusat Perbelanjaan, dll.

Teluk Bayur : Mencakup kawasan sekitar Pelabuhan Teluk Bayur.

Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Transportasi (laut)

Regional dan Internasional.

Bungus : Mencakup kawasan di bagian selatan Kota Padang

Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Industri Perikanan dan

Kemaritiman, Pusat Pelayanan Ekonomi (Pasar dan Pusat Koleksi-Distribusi produksi perikanan), dan Pusat Pelayanan Transportasi Kota Padang dan wilayah bagian selatan (Kabupaten Pesisir Selatan) dengan dukungan Sub-Terminal.

c) Pusat Pelayanan Kegiatan

Anak Air : Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Ekonomi / Industri (Pasar Induk, Pusat Koleksi-Distribusi produksi pertanian, Kegiatan Industri Pengolahan) dengan jangkauan pelayanan Kota Padang dan wilayah Kabupaten Padang Pariaman.

Limau Manis : Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan Pendidikan dan Penelitian dalam bentuk Perguruan Tinggi, Pusat Kegiatan Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kegiatan Studi dan Kajian Sosial-Budaya dengan skala pelayanan Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dan Regional Pulau Sumatera.

Pasar Baru : Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan Sosial Ekonomi dengan skala pelayanan Kota Padang.

Pasar Raya : Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan Bisnis, Pusat Kegiatan Rekreasi dan Wisata, Pusat Kegiatan Sosial-Budaya dan Taman Kota, dengan skala pelayanan Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat.

Gunung Padang : Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan Pariwisata.

Sungai Pisang : Berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan Pariwisata dengan skala pelayanan lingkup Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Regional dan Internasional.

Pasal 14 : Cukup jelas

Pasal 15

Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya adalah : a) Jalan Arteri Primer

(25)

 Jl. Bukit Putus - Batas Pesisir Selatan, lebar jalan 18 m terdiri 2 jalur dan 2 lajur

 Jl. Lubuk Begalung - Batas Solok, lebar jalan 18 m terdiri dari 2 jalur dan 2 lajur

b) Jalan Arteri Sekunder

 Jl. Lingkar Barat. (sepanjang tepi pantai) ruas Muaro – Pasir Jambak - Ketaping, lebar jalan 18 meter terdiri dari 2 jalur dan 2 lajur

 Jl. Lingkar Timur (lingkar luar) ruas Bandar Buat – Limau Manis – Gunung Sarik

– Air Pacah – Lubuk Minturun – sampai ke Jl. By-Pass, lebar jalan 18 meter terdiri dari 2 jalur dan 2 lajur

 Ruas-ruas jalan lainnya yang ada dan fungsinya sebagai jalan arteri sekunder dengan rencana pengembangan berupa peningkatan kondisi dan atau pemeliharaan.

c) Jalan Kolektor Primer

Jl. Ahmad Yani, Jl. Rasuna Said., Jl. Sudirman, Jl. By Pass – Kurao, Jl. Pasar Raya, Jl. Raden Saleh, Jl. Proklamasi, Jl. Khatib Sulaiman, dan Jl. Patimura, lebar jalan 14 meter terdiri dari 2 jalur dan 1 – 2 lajur

d) Jalan Kolektor Sekunder

Seluruh ruas-ruas jalan kolektor sekunder yang ada dengan upaya penangangan dominan berupa pemeliharaan (periodik maupun rutin).

e) Jalan Lokal Primer

seluruh ruas-ruas jalan lokal primer yang ada dengan upaya penangangan dominan berupa pemeliharaan (periodik maupun rutin).

f) Jalan Lokal Sekunder

seluruh ruas-ruas jalan lokal sekunder yang ada dengan upaya penanganan berupa perbaikan/ peningkatan dan pemeliharaan (periodik maupun rutin).

Pasal 16

Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Padang yang dapat dikembangkan dimasa mendatang adalah ;

a. Jalur Padang – Padang Panjang - Solok – Sawahlunto - Muaro – Jambi - Bengkulu

b. Jalur Padang – Padang Panjang - Bukit Tinggi – Payakumbuh – Pekanbaru - Dumai

c. Jalur Padang – Pariaman – Sungai Limau –Pasaman

Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 20

Rencana pemanfaatan kawasan lindung terdiri dari :

a) Kawasan Hutan Lindung  Luas : 36.500 Ha

 Cakupan : Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Pauh, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

 Batasan pemanfaatannya adalah :

(26)

- Tidak diperbolehkan untuk dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya.

b) Kawasan Resapan Air

 Luas : 272 Ha

 Cakupan : Kecamatan Koto Tangah, Kelurahan Dadok Tunggul Hitam

kawasan antara Jalan By Pass dan Bandara Tabing dan daerah gambut dengan ketebalan 3 meter.

 Batasan pemanfaatannya adalah :

- Untuk tanaman-tanaman yang membantu mengurangi terjadinya aliran air permukaan (run-off).

- Sebagai Laras Retarding Basin atau waduk untuk penampungan air dan penanggulangan banjir.

c) Kawasan Sempadan Sungai

 Luas : Kawasan 50-100 meter di kiri/kanan sungai pada sungai di luar kawasan permukiman dan 10-15 meter untuk sungai di kawasan permukiman.

 Cakupan : Batang Kandis dan Batang Air Dingin, Batang Tarung dan Batang Logan di Kecamatan Koto Tangah, Batang Kuranji di Kecamatan Kuranji, Pauh, Nanggalo dan Padang Utara, Batang Balimbing di Kecamatan Kuranji, Batang Arau di Kecamatan Padang Selatan,

Batang Timbalun dan Sungai Pisang di Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

 Batasan pemanfaatannya adalah :

- Untuk tanaman yang dapat mencegah terjadinya erosi dan penggerusan sisi sungai.

- Sebagai jalan inspeksi dikawasan yang sudah terbangun.

d) Kawasan Sempadan Pantai

 Luas : Kawasan di sepanjang pantai 100 meter dari pantai ke arah darat dari titik pasang tertinggi

 Cakupan : Sepanjang pantai wilayah Kota Padang yang meliputi Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Selatan dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

 Batasan pemanfaatannya adalah :

- Untuk tanaman-tanaman yang dapat mencegah terjadinya erosi dan abrasi pantai, seperti tanaman bakau (mangrove).

- Sebagai ruang terbuka milik umum yang dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan objek wisata pada pantai yang landai dan memiliki panorama yang indah

e) Kawasan Sekitar Mata Air

 Luas : Kawasan sekitar sumber mata air yang ada

 Cakupan : Kawasan sekitar mata air sekurang-kurangnya 200 meter

disekitar mata air yang mempunyai manfaat penting dalam menjaga kelestarian fungsi mata air.

 Batasan pemanfaatannya adalah untuk tanaman-tanaman yang dapat

membantu penyerapan air.

f) Hutan Bakau

(27)

 Cakupan : Kawasan hutan bakau 64,45 Ha, kawasan terumbu karang 400 Ha dan rumput laut 77,58 Ha di perairan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

 Batasan pemanfaatannya adalah :

- Sebagai tempat berkembang biaknya biota laut dan pemijahan dan sumber makanan ikan.

- Pelindung pantai untuk mencegah abrasi pantai dan pelindung kegiatan budidaya di belakangnya

- Terumbu karang sebagai objek wisata yang menarik

- Rumput laut mempunyai nilai ekonomi yang diolah sebagai bahan makanan - Pengembangannya harus diawasi oleh Dinas Pertanian dan Dinas

Pariwisata.

g) Kawasan Taman Hutan Raya

 Luas : 120 Ha

 Cakupan : Taman Hutan Raya Bung Hatta di Kecamatan Lubuk Kilangan

 Batasan pemanfaatannya adalah :

- Sebagai pusat koleksi dan tumbuhan dan plasma nutfah serta satwa yang tergolong langka dan terancam kepunahan dan perlu dilindungi

- Sebagai pusat penelitian dan ilmu pengetahuan - Sebagai objek wisata alam

h) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

 Luas : 22 Ha

 Cakupan : Kecamatan Padang Barat yang meliputi kelurahan Kampung Pondok dan Kelurahan Berok Nipah dan Kecamatan Padang Selatan meliputi Kelurahan Belakang Pondok, Ranah Parak Rumbio, Pasa Gadang dan Kelurahan Batang Arau.

 Batasan pemanfaatannya adalah :

- Sebagai kawasan perdagangan dan campuran dengan tetap melestarikan bangunan kuno dan mempunyai nilai sejarah dan ilmu pengetahuan.

- Sebagai kawasan wisata budaya dan sejarah sejalan dengan

pengambangan kawasan wisata Gunung Padang.

- Menetapkan fungsi-fungsi baru yang mendukung pelestarian bangunan bangunan kuno dan sebagai objek wisata atau pengembangan ilmu pengetahuan.

i) Kawasan Rawan Bencana

 Luas : Bagian selatan dan timur wilayah Kota Padang

 Cakupan : Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kecamatan Lubuk Kilangan

dan Kecamatan Lubuk Begalung.

 Batasan pemanfaatannya adalah :

- Sebagai kawasan penyangga /perkebunan dengan tanaman-tanaman yang dapat mengikat struktur tanah dan mengurani terjadinya longsor dan erosi. - Pengembangannya harus diawasi oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan dan

Dinas Pekerjaan Umum.

Rencana pemanfaatan kawasan budidaya terdiri dari :

a) Kawasan Perumahan dan Permukiman

Lokasi kawasan perumahan/permukiman tersebar di seluruh kawasan

budidaya, yang terdiri kawasan permukiman individual dan kawasan permukiman/perumahan yang mengelompok dan terencana (real estat, perumahan, kompleks).

Luas kawasan perumahan dan permukiman dialokasikan ± 40% (9.000 Ha) dari

(28)

Kawasan potensial untuk pengembangan perumahan dan permukiman diperkirakan akan dapat menampung ± 2.000.000 jiwa penduduk.

Kawasan perumahan dan permukiman skala besar di atas 3 Ha (real estat, perumahan, kompleks) pengembangannya diarahkan ke wilayah bagian Utara (Kecamatan Koto Tangah), wilayah Timur (Kecamatan Kuranji, Pauh dan Lubuk Kilangan) dan wilayah bagian Selatan (Kecamatan Begalung).

b) Kawasan Perdagangan dan Perniagaan/Bisnis

Lokasi kawasan perdagangan tersebar di Sub-sub Pusat Pelayanan Utama (Lubuk Buaya, Air Pacah, Bandar Buat, Tabing dan Bungus), dan Pusat-pusat Pelayanan Kegiatan.

Lokasi kawasan bisnis dikembangkan di Pusat Pelayanan Utama (Kawasan Pusat Kota).

Pada titik-titik tertentu (hot-spot), kegiatan bisnis dikembangkan di Koridor Jalan Padang By-Pass, Koridor Jalan Sepanjang Pantai Padang, dan Jalan-jalan

Utama Kota, sejauh pengembangannya tidak bertentangan dengan

pemanfaatan kawasan di sekitarnya.

Pengembangan kawasan perdagangan dan perniagaan/bisnis akan didukung oleh penyediaan prasarana perkotaan yang memadai (suplai air bersih, jaringan drainase, pengelolaan air limbah, penanganan sampah, pasokan listrik dan jaringan komunikasi).

c) Kawasan Industri

Lokasi kawasan industri direncanakan di 3 tempat, yaitu Industri Pengolahan dan Manufaktur di Anak Air (Padang Industrial Park), Industri Rumah Tangga di Bandar Buat dan Industri Maritim di Bungus.

Pengembangan kawasan industri akan didukung oleh penyediaan prasarana perkotaan yang memadai, khususnya pengelolaan limbah dan pasokan listrik.

Kawasan Pelayanan Sosial-Budaya (pendidikan, kesehatan, peribadatan,

rekreasi, olah-raga dan fasilitas sosial lainnya)

Lokasi kawasan pelayanan sosial-budaya tersebar di seluruh kawasan

budidaya dan dipusatkan di pusat-pusat pelayanan sesuai dengan skala pelayanannya (kawasan fungsional, kecamatan dan kelurahan)

Kawasan pelayanan sosial-budaya dapat diintegrasikan dengan pengembangan

kawasan fungsional dengan fungsi komplementer.

d) Kawasan Perkantoran Pemerintah dan Swasta

Lokasi kawasan perkantoran tingkat provinsi di sepanjang Jalan Jend. Sudirman dan Jalan Khatib Sulaeman serta pada beberapa titik lainnya (lokasi eksisitng).

Lokasi kawasan perkantoran tingkat kota di Kawasan Air Pacah (Kelurahan Dadok Tunggul Hitam).

Lokasi kawasan perkantoran swasta dintegrasikan dengan kawasan

(29)

Perumahan/permukiman tersebar di seluruh kawasan budidaya, yang terdiri kawasan permukiman individual dan kawasan permukiman/perumahan yang mengelompok dan terencana (real estat, perumahan, kompleks).

Pengembangan kawasan perkantoran akan didukung oleh penyediaan

prasarana perkotaan yang memadai (suplai air bersih, jaringan drainase, pengelolaan air limbah, penanganan sampah, pasokan listrik dan jaringan komunikasi) serta aksesibilitas yang tinggi.

e) Kawasan Sarana Pendukung Transportasi (terminal, stasiun kereta api, pelabuhan, bandara dan areal parkir)

Lokasi kawasan sarana pendukung transportasi berupa Terminal

direncanakan terdiri dari Terminal Regional Bingkuang di Air Pacah seluas 17 Ha, Terminal Lokal/Kota di Lubuk Buaya seluas ± 5 Ha, di Bandar Buat seluas ± 5 Ha, di Bungus seluas ± 5 Ha.

Lokasi kawasan sarana pendukung transportasi berupa Stasiun Kereta Api tetap dipertahankan areal dan luasannya untuk mengantipasi pengembangan sarana angkutan kereta api dimasa mendatang.

Lokasi kawasan sarana pendukung transportasi berupa Pelabuhan Laut tetap

di Teluk Bayur pada areal seluas ± 25 Ha, di Muaro pada areal seluas ± 5 Ha dan Bungus pada areal seluas ± 5 Ha.

Lokasi kawasan sarana pendukung transportasi berupa Bandara terletak di luar wilayah Kota Padang (Bandara Ketaping), sehingga tidak perlu dialokasikan lahan tersendiri.

Lokasi kawasan sarana pendukung transportasi berupa Areal Parkir

direncanakan pada pusat-pusat pelayanan kota dan pada kawasan-kawasan fungsional yang direncanakan.

f) Kawasan Pertanian

Lokasi kawasan pertanian lahan basah dengan jaringan irigasi yang dipertahankan pada Kelurahan Batipuh, Kelurahan Lubuk Minturun, Kelurahan Kuranji, Kelurahan Lambung Bukit, Kelurahan Limau Manis, Kelurahan Baringin seluas (4.191 Ha). dan beberapa sawah non irigasi teknis di Lubuk Kilangan dapat dikonversikan bila diperlukan.

Pertanian lahan kering diarahkan tersebar pada beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh dan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung dan Bungus Teluk Kabung.\Pertanian Tanaman Tahunan/perkebunan diarahkan pada kawasan penyangga yang tersebar di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Pauh, Kecamatan Lubuk Kilangan, dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.

Perikanan yang terdiri dari perikanan air tawar yang tersebar dibeberapa kecamatan, serta potensi perikanan laut diseluruh zona perairan wilayah Kota Padang.

Luas pertanian lahan kering, ladang/kebun peternakan dan perikanan air tawar serta perkebunan/ tanaman tahunan diperkirakan seluas 10.600Ha. Pertanian lahan kering yang berupa kebun dan ladang dapat dikonversikan.

(30)

Lokasi pemakaman lama di Tunggul Hitam (± 9 Ha) akan dijadikan sebagai Taman Kota dan kawasan resapan air.

Lokasi Makam Pahlawan di Ulak Karang tetap (± 3 Ha) dipertahankan.

Lokasi pemakaman baru akan dikembangkan dengan sistem rayon, masing-masing di Kecamatan Koto Tangah (± 8 Ha) untuk Rayon Utara, di Kecamatan Pauh (± 7,5 Ha) untuk Rayon Pusat dan Timur dan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung (± 7,5 Ha) untuk Rayon Selatan.

h) Kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Lokasi kawasan TPA di Air Dingin pada lahan seluas ±30 Ha.

Sesuai dengan hasil proyeksi timbulan sampah Kota Padang, sampai akhir tahun perencanaan akan dialokasi lahan di lokasi yang baru di sekitar Air Dingin atau di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas ± 12 Ha.

Pasal 21 : Cukup jelas

Pasal 22 : Cukup jelas

Pasal 23

Rencana penanganan lingkungan meliputi :

a) Pengembangan Kawasan Baru

Kawasan pengembangan baru yang direncanakan adalah :

 Kawasan sekitar Bandara Ketaping untuk kegiatan-kegiatan ekonomi, jasa pelayanan, permukim-an/perumahan dan industri.

 Kawasan sekitar Terminal Regional Air Pacah untuk kegiatan ekonomi dan jasa pelayanan.

 Kawasan Perkantoran Pemerintahan Kota Padang.

 Kawasan Pusat Olahraga.

b) Kawasan Yang Dikonversi

Kawasan yang direncanakan untuk dikonversi adalah hingga akhir tahun perencanaan antara lain adalah :

 Kawasan pertanian dan semak belukar yang dikonvesi menjadi Kawasan Perkantoran Pemerintahan Kota Padang di Air Pacah.

 Kawasan penyangga di sekitar Kampus UNAND yang dikonversi menjadi Kawasan Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian.

 Beberapa kawasan pertanian yang tidak memiliki sistem irigasi teknis di Kecamatan Padang Timur (Kelurahan Andalas, Andalas Barat dan Kubu Marapalam), Kecamatan Lubuk Begalung (Kelurahan Anduring, Lubuk Begalung), Kecamatan Kuranji (Kelurahan Alai Parak Kopi, Ampang, Sungai

Lareh dan Belimbing) yang dikonversi menjadi kawasan

permukiman/perumahan secara bertahap dan Kecamatan Koto Tangah meliputi Kelurahan Batang Kabung, Pulai, Koto Tuo, Kampung Jambak dan Ganting.

c) Kawasan Yang Diremajakan

Kawasan yang diremajakan, baik dalam bentuk peningkatan kondisi bangunan, peningkatan kondisi lingkungan atau pembangunan kembali (restorasi) direncanakan di lokasi-lokasi :

 Kawasan Kota Tua Muaro

 Kawasan Permukiman Padat dan Kumuh di Ulak Karang dan Purus, Lolong dan

(31)

 Kawasan di sepanjang koridor jalan-jalan utama kota yang saat ini ditempati bangunan-bangunan tua yang tidak difungsikan.

d) Kawasan Pemukiman Kembali

Kawasan pemukiman kembali (resettlement) direncanakan di Padang Sarai untuk pemu-kiman nelayanan yang selama terdapat di sepanjang pantai Kawasan Pusat Kota (Purus dan Ulak Karang).

Pasal 24

Arahan kepadatan bangunan sampai akhir tahun perencanaan tahun 2013 adalah : a) Kawasan dengan Kepadatan Bangunan Tinggi

- Kepadatan bangunan rata-rata 50 unit/Ha. - Sebarannya di Kawasan Pusat Kota.

- Dukungan sarana fasilitas umum dan fasilitas sosial

- Dukungan prasarana jaringan jalan, drainase, air bersih, telepon dan listrik. b) Kawasan dengan Kepadatan Bangunan Sedang

- Kepadatan bangunan rata-rata 35 unit/Ha.

- Sebarannya di Kawasan SubPusat Pengembangan, dan kawasan diluar pusat kota.

- Dukungan sarana fasilitas umum dan fasilitas sosial.

- Dukungan prasarana jaringan jalan, drainase, air bersih, telepon dan listrik c) Kawasan dengan Kepadatan Bangunan Rendah

- Kepadatan bangunan rata-rata <20 unit/Ha. - Sebarannya Kawasan Pinggiran Kota

- Dukungan sarana fasilitas umum dan fasilitas sosial

- Dukungan prasarana jaringan jalan, drainase, air bersih, telepon dan listrik.

Pasal 25

Arahan ketinggian bangunan sampai akhir tahun perencanaan tahun 2013 adalah :

1) Kawasan Pusat Pelayanan Utama (Kawasan Pusat Kota) 1. Perkantoran/Pemerintahan

a) Perkantoran/Pemerintahan Jalan Utama Kota

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), 45%-60%

 Jumlah Lantai maksimum 8 lantai

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 3,6 – 4,8

b) Perkantoran di Jalan Kota

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 45%-60%

 Jumlah Lantai maksimum 4 lantai

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 1,8 – 2,4

2. Perdagangan dan Jasa

a) Perdagangan dan Jasa di Jalan Utama

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 60% - 75%

 Jumlah Lantai maksimum 4 lantai

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 2,4 – 3,0

b) Perdagangan dan Jasa di Jalan Kota

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 60% - 75%

 Jumlah Lantai maksimum 2 lantai

Referensi

Dokumen terkait

Temuan dalam penelitian ini adalah Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut membolehkan adanya putusan tentang calon independen dalam mencalonkan sebagai Kepala Daerah

Dari kelima faktor tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pengalaman, artinya siswa yang sering diberikan soal-soal pembuktian matematis akan lebih

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR.. APARTEMEN di

Dari hasil pengolahan data terdapat hubungan yang signifikan antara keahiian dalam memecahkan dan analisa masaiah terhadap penilaia kinerja dengan koefisien korelasi sebesar

Berdasarkan daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif

Pedurungan, Kota Semarang kemudian saksi PUJI masuk ke dalam rumah tersebut bersama-sama dengan Anak lalu saksi PUJI disuruh oleh Anak supaya saksi tiduran di jerami tempat untuk

Bunyi yang merambat secara airborne dapat berubah menjadi structureborne ketika terjadi resonansi pada elemen bangunan yang disebabkan oleh dua kemungkinan, yaitu

Setelah campuran coba yang dikoreksi menghasilkan Setelah campuran coba yang dikoreksi menghasilkan kelecakan dan mutu yang diinginkan, benda-benda uji harus