1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses tumbuh kembang, baik secara fisik, mental dan sosial. Proses tumbuh kembang terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain pada anak yang sehat diharapkan proses tumbuh kembang yang optimal.
Pertumbuhan pada anak adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bertambahnya volume dan struktur badan pada anak, salah satunya adalah pertumbuhan gigi pada anak. Menurut Soebroto (2009), gigi merupakan jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya dan penyakit ini dapat terjadi pada semua usia baik balita, anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah jenis makanan dan minuman yang manis, contohnya permen, bolu, coklat dan minuman bersoda.
2.014, didapatkan 55% karies. Tahun 2008 usia 5-74 tahun dari 350.000, didapatkan 100% karies. Di Brazil pada Tahun 2004 usia 12 tahun dari 1.151, didapatkan 53,6% karies. Tahun 2007 usia 0-5 tahun dari 1.487, didapatkan 40% karies. Usia 1-2 tahun dari 186, didapatkan 20% karies (Robert, 2009).
Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yaitu karies gigi menempati urutan tertinggi yaitu 45,68% dan termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05% (Zatnika, 2010). Khusus prevalensi terjadinya karies gigi pada anak-anak prasekolah yang telah diteliti sebanyak 25% karies gigi terdapat pada anak yang berusia 2 tahun dan hampir sebanyak dua pertiga dari seluruh anak berusia 3 tahun menderita karies gigi (Koswara, 2006).
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host, mikroorgnisme, substrat, dan waktu, yang saling berhubungan (Kidd and Bechal, 1991). Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, ekonomi, frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi dan kebiasaan makan kariogenik (Sihate, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Surakarta, jenis makanan paling disukai anak prasekolah adalah makanan yang berwarna mencolok, rasanya manis, dikemas menarik dan terdapat hadiah di dalamnya (Sugiyantoro, 2009). Selain itu iklan makanan di televisi juga menonjolkan karakteristik makanan meliputi rasa manis, sehingga anak-anak ingin untuk mencobanya. Pemilihan pola makan yang salah dapat menyebabkan timbulnya karies gigi pada anak. Hal ini juga dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya tentang jenis makanan yang sehat dan baik untuk dikonsumsi.
(Eni, dkk. 2003). Meskipun penyakit karies pada anak banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat perhatian dari orang tua. Orang tua umumnya beranggapan karies gigi terjadi khususnya pada gigi sulung dan akan tergantikan oleh gigi permanen nantinya. Orang tua kurang menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya sangat besar bila tidak dilakukan perawatan untuk mencegah karies gigi sejak dini pada anak (Machfoedz, 2005).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 06 Maret 2012 di TK Sang Timur, kepala sekolah mengatakan bahwa belum pernah ada penelitian mengenai kerusakan gigi pada anak usia prasekolah di TK tersebut. Jumlah murid secara keseluruhan di TK Sang Timur yaitu 54 orang anak yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas TK A berjumlah 27 orang anak dan TK B yang berjumlah 27 orang anak. Menurut informasi dari para guru anak-anak yang bersekolah di TK tersebut tidak diperkenankan untuk membeli makanan pada saat berada di sekolah karena sekolah tersebut menekankan peraturan sekolah untuk tidak membeli makanan di sekitar sekolah. Mereka hanya boleh membawa bekal yang disediakan orang tua dari rumah. Jika peraturan tersebut dilanggar maka akan dikenakan sanksi dari sekolah.
setelah makan hanya menyikat gigi setelah diingatkan oleh orang tua. Hasil angket juga menunjukkan anak masih harus selalu diingatkan untuk menggosok gigi, karena mereka belum menyadari secara dini manfaat dari kebersihan gigi dihubungkan dengan kesadaran anak tentang dampak dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis. Hasil angket juga menunjukkan bahwa ada beberapa orang tua yang kurang memperhatikan jika anaknya mengalami kerusakan gigi contohnya seperti gigi berlubang.
Sedangkan hasil observasi menunjukkan dari 20 anak di TK tersebut diketahui yang mengalami kerusakan gigi, terdiri dari karies gigi 15 anak, gangguan ukuran bentuk (crowding) 1 anak dan yang tidak mengalami kerusakan gigi hanya 4 anak saja. Peneliti, memilih TK Sang Timur karena berdasarkan hasil studi pendahuluan, menunjukkan bahwa dari 20 anak terdapat 15 anak yang mengalami karies gigi, hanya 4 anak saja yang tidak mengalami karies gigi, dan 1 anak saja yang mengalami gigi tidak beraturan.
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu : faktor-faktor apa yang dominan menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Sang Timur Salatiga.
1.3 Batasan Masalah
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Sang Timur Salatiga, yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, ekonomi, waktu menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi dan kebiasaan makan kariogenik.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Sang Timur Salatiga. 2. Menghitung prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Sang Timur Salatiga. 1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini secara praktis sebagai berikut : a. Bagi Sekolah
Memberikan informasi bagi TK Sang Timur Salatiga tentang faktor-faktor yang dominan mempengaruhi terjadinya karies gigi sehingga dapat dijadikan dasar untuk lebih meningkatkan kesehatan gigi dengan meminimalisasi faktor yang mempengaruhi.
b. Bagi Peneliti
c. Bagi Profesi Keperawatan