• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

MUTTHOHAROH

NIM. B75212064

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Mutthoharoh, 2016, Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, Skripsi program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Pencak Silat dan Harga Diri orang Madura.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni pertama, bagaimana peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Kedua.apa yang melatarbelakangi adanya pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dengan melihat kenyataan tentang pencak silat dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ini adalah teori Struktural Fungsional Talcont Parsons dan Robert K. Merton.

(6)

ABSTRACT

Mutthoharoh, 2016, Pencak Silat and Self-Esteem Madurese Kwanyar In thevillage of West District Kwanyar Bangkalan,Thesis program of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya.

Keywords: Pencak Silat and Self-Esteem Madurese.

Issues examined inthis study, there are three: first, how themartial arts role in maintaining dignity forthe people in the village Kwanyar West Madura District

Kwanyar Bangkalan. True .who behind their martial arts indignity for people in

the village Kwanyar West Madura District Kwanyar Bangkalan.

The method used is a qualitative method of file collection techniques of

observation, interviews, and documentation. The theoryused to look at the reality of martial artsand self-esteem Madurese Village West Kwanyar Bangkalan District Kwanyar this isthe theory of Structural Functional Talcont Parsons and Robert K. Merton.

From theresults of this study found that: (1) Pencak silat in maintaining self-esteem that is asacknowlege in order to protect them selvesfrom attack opponents and obstacles of life,the other also serves to alert themselves tothe virtue not for vanity, (2) Pencak silat hasits own value in society in their social

interaction activity it is aculture that is still preserved culture, self-esteem often

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI .... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTRAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah... 8

C. Tujuan peneliatian ... 8

D. Manfaat penelitian ... 9

E. Penelitian terdahulu ... 9

F. Definisi konsep ... 13

G. Metode Penelitian... 17

(8)

2. Lokasi dan waktu penelitian... 18

3. Pemilihan subjek penelitian ... 18

4. Tahap-tahap penelitian ... 20

5. Teknik pengumpulan data ... 20

6. Teknik analisis data ... 21

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data ... 22

H. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II : TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL ... A. Struktural Fungsional - Talcont Parsons ... 26

B. Struktural Fungsional – Robert K. Merton ... 32

BAB III : PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA A. Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ... 39

1. Letak Geografis ... 40

2. Keadaan Sosial Dan Budaya ... 46

3. Kengiatan Sosial Keagamaan ... 46

B. Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura... 50

1. Pencak Silat Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ...

50

a. Sejarah Adanya Pencak Silat ... 56

b. Peran Pencak Silat Dalam Masyarakat ... 61

1. Pencak Silat Di Tinjau dari Seni Budaya ... 74

2. Pencak Silat Ditinjau Dari Bela Diri ... 74

3. Pencak Silat Di Tinjau Dari Sarana Pendidikan Mental Kerohanian ... 75

c. Kengiatan Pencak Silat ... 68

1. Ziarah Kubur ...

(9)

3. Tasyakuran ...

4. Menghadiri Undangan Kemantenan ...

5. Jadwal Latihan ...

2. Harga Diri Orang Madura Di Kwanyar Barat

Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ... 55

a. Cara Mempertahankan Harga Diri Orang Madura... 77

b. Yang Melatar Belakangi Adanya Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura ... 79

1. Pencemaran/ Pelecehan Harga Diri ... 79

2. Merebut Istri Orang/ Perselingkuhan ... 80

3. Permasalahan Harta/ Warisan ... 81

4. Menyinggung Perasaan Seseorang……….. 81 5. Kesalah-Fahaman ... 82

6. Kurangnya di Hargai ... 82

7. Bertingkah Laku yang Kurang Pantas... 83

c. Korelasi Temuan Lapangan Dengan Teori Fungsional Struktur ... 84

BAB IV PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Surat Izin Penelitian

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki sifat kemampuan untuk mempertahankan hidup

dari serangan lawan, atau kemampuan menjaga diri dari gangguan orang lain,

itulah yang di katakan sebagai ilmu bela diri.

Cara manusia mempertahankan diri dari serangan atau gangguan

orang lain merupakan sifat yang alami, dilakukan dengan cara yang ia miliki

atau kuasai melalui proses latihan.

Indonesia memiliki seni bela diri asli yang disebut Pencak Silat.

Setiap daerah di Indonesia memiliki seni bela diri masing-masing. Semua itu

merupakan warisan yang di berikan secara turun temurun dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

Pada zaman penjajahan pencak silat digunakan oleh para pejuang untuk merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah. Dengan ilmu bela diri para pejuang melakukan penyeranga n terhadap penjajah yang memiliki senjata modern.

Para penjuang melawan penjajah hanya mengandalkan tangan kosong dan senjata seadanya, mereka berbekal kemampuan seni bela diri namun memiliki semangat juang yang tinggi, sehingga dengan gagah berani mereka berjuang melawan penjajah tanpa pamrih, dan rela berkorban demi harkat derajat bangsa Indonesia.

Tidak sedikit para pejuang yang gugur di medan juang. Namun dengan bekal seni bela diri terutama pencak silat dan peralatan sederhana seadanya mereka mampu menggetarkan para penjajah, sehingga para penjajah merasa gentar menghadapi para pejuang.1

1

(11)

prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan beladiri tinggi.

2. Zaman penjajahan Belanda, pemerintah belanda tidak memberi kesempatan perkembangan perkembangan pencak silat atau beladiri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahnya.

3. Zaman penjajahan Jepang, pencak silat dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, atas anjuran Shimitsu dilakukan pemusatan aliran pencak silat. Di seluruh Jawa secara serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah.

4. Zaman kemerdekaan, pencak silat di pelajari secara turun temurun di lingkungan keluarga. Melalui panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat indonesi, maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) yang di ketuai ole MR. Wongsonegoro. Program utama IPSI adalah mempersatukan aliran-aliran dari kalangan pencak silat di seluruh Indonesia. Selain itu IPSI juga mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukkan pelajaran pencak silat ke sekolah-sekolah.

Arti silat itu sendiri adalah gerak bela diri yang sempurna, bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, dan menghindarkan diri/manusia dari beladiri atau bencana. Dewasa ini, istilah pencak silat mengandung unsure-unsur olahraga, seni, beladiri, dan kebatinan.2

Di zaman yang semakin berkembang ini, Desa Kwanyar Barat

merupakan sebuah Desa yang berada di kawasan Kecamatan Kwanyar.

Aktivitas para leluhur dari nenek moyang terdahulu mempunyai budaya seni

pencak silat sampai sekarangpun tetap di lestarikan kendatipun untuk menjaga

diri dari seragan musuh sebagai benteng maupun mempertahankan harga diri.

Berawal dari sejarah bangsa Indonesia tentang pencak silat yang dapat

mempertahankan hidupnya dari tantangan alam sehingga berbagai bentuk

2

(12)

3

gerakan yang menirukan hewan seperti : gerakan macan , harimau, kera, ular

dan burung elang.

Pencak silat maupun bela diri semakin berkembang dari suku-suku

Indonesia dalam berburu hingga berperang dengan keanekaragaman bentuk

dalam penggunaannya meliputi parang, perisai, dan tombak, adapun ciri khas

di Desa Kwanyar Barat, kendatipun dalam bela diri menggunakan cruit/arit

dan pedang bahkan pisau, Desa Kwanyar Barat termasuk Kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan Madura.

Secara geogafis, pulau Madura terletak di sebelah timur laut pulau

Jawa. Selat Madura di sebelah barat dan selatan menjadi pemisah antara pulau

Madura dan Jawa. Selat Madura menghubungkan laut Jawa dan selat Bali.

Sedangkan di sebelah timur dan utara, berbatasan dengan selat Bali dan Laut

Jawa.3

Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik,

stereotipikal, dan stigmatic. Penggunaan istilah khas menunjuk pada

pengertian bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang

tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain. Keunikan budaya Madura

pada dasarnya banyak dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisis geoegrafis dan

topografis dan lahan pertanian tadah hujan yang cenderung tandus sehingga

cara mempertahankan kehidupannya lebih banyak melaut sebagai mata

pencaharian utamanya.

3

(13)

4

Sikap orang Madura yang dengan mudah dapat tersinggung harga

dirinya, dan melampiaskannya dengan melakukan tindakan kekerasan, oleh

etnik lain dinilai sebagai stereotip negative. Penggunaan inilah stereotip dalam

etnografi diartikan sebagai konsepsi mengenai sifat atau karakter suatu

kelompok etnik berdasarkan prasangka subjektif yang tidak tepat oleh

kelompok etnik lainnya. Prilaku dan pola kehidupan kelompok etnik Madura

tampak sering dikesankan atas dasar prasangka subjektif oleh orang luar

Madura. Kesan demikian muncul dari suatu pencitraan yang tidak tepat, baik

berkonotasi positif maupun negatif.

Upaya mengenal masyarakat Madura yang di katakan keras dan tegas,

kiranya penting untuk membuat penegasan tentang konsep keras dan tegas

dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku orang Madura. Barangkali

yang selalu muncul dari pikiran, sikap, dan tindakan orang Madura adalah

“ketengasan” bukan “kekerasan”. Dua kata benda yang berasal dari kata sifat

“tegas” dan “keras” yang dikaitkan dengan sikap dan prilaku ini harus di

bedakan secara konseptual maupun praktis. “keras” menunjukkan sifat prilaku

berkebalikan dengan prilaku “lembut” sehingga segala sesuatu harus dihadapi

dengan penuh emosi, mengabaikan akal budi dan etika sopan santun (asal

kemauannya dituruti). Pada konteks “tegas” mengandung makna prilaku

memegang prinsip yang diyakini sehingga tidak dengan mudah

terombang-ambing oleh kondisi dan situasi sekelilingnya.

Prasangka subjektif itulah yang sering kali melahirkan persepsi dan

(14)

5

sepihak yang ternyata keliru karena subjektivitasnya. Menurut perspektif

budaya , setiap kelompok etnis berpeluang memiliki penilaian dan justifikasi

subjketif-stereoptipikal dari kelompok etnik lainnya yang didefinisikan atas

dasar false generalization atas parsialitas perilaku yang ternyata tidak

representatif. Jika pandangan subjektif itu tidak mampu terjembatani secara

arif dan efektif maka kesalahpahaman cenderung dan mudah muncul yang

kemudian bermuara pada konflik etnik atau budaya.4

Keaneka-ragaman budaya tentunya apabila di lestarikan pastinya

selalu berkembang dan terus menambah keindahan, Salah satunya seni

kebudayaan di Desa Kwanyar Barat yakni seni bela diri ataupun sering di

sebut pencak silat dalam segi personal yang mempunyai kengunaan sebagai

benteng kewaspadaan diri, untuk melawan musuh, maupun dalam segi

pergroup sebagai penghibur di acara kemantenan.

Sehingga ada seorang penerus pencak silat yang menghidupkan

kembali, berawal dari keprihatinan budaya pencak silat yang memudar di

karenakan generasi pencak silat yang mengetahui tentang ilmu bela diri

dulunya seorang perantau, kini Beliau menetap di desa Kwanyar Barat untuk

meneruskan aktivitas nenek moyangnya menghidupkan kembali pencak silat

yang sejak dulu sudah ada.

Berawal dari satu group yang terdiri dari beberapa anggota seperti

anak usia remaja, bahkan ada kecil yang masih menempuh pendidikan TK

4

(15)

6

(Taman kanak-kanak), anggota pencak silat bukan hanya lelaki saja melainkan

perempuan juga tertarik dan bersedia menjadi anggota pencak silat.

Para anggota pencak silat di Kwanyar semakin hari semakin

bertambah pula, dengan keunikan budaya tersendiri sehingga semakin banyak

pula tambahan dalam peranggotaan kini group pencak silatpun mempunyai

dua perguruan (2 group) dalam satu desa yang dapat di artikan semakin

banyak warga Desa Kwanyar Barat menyukai ilmu bela diri atau pencak silat

karena selain di pelajari ilmu bela diri guna sebagai mempertahankan hidup

dari ganasnya jagat raya ini juga terdapat interaksi yang baik dari antar

personal.

Interaksi yang terjalin dengan baik antar ketua maupun anggota sehingga

mudah dalam pencapaian tujuan bersama yakni menjaga diri dengan ilmu bela

diri, maupun dapat bermanfaat pula dari segi individu dari kerasnnya alam.

Seperti kesenjangan interaksi yang menyinggung harga diri yang di

pertahankan oleh masing-masing individu. Harga diri merupakan usaha untuk

menjaga kehormatannya dengan niatan menjalankan kebenaran dan ketulusan

dalam prinsip. sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pencak silat

dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi

orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten

(16)

7

2. Apa yang melatarbelangi adanya pencak silat dalam mempertahankan

harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan ?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri

bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan

2. Untuk mengetahui yang melatarbelakangi adanya pencak silat dalam

mempertahankan harga diri bagi orang Madura di desa Kwanyar Barat

kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk penambahan khasanah

kepustakaan di bidang keperdataan, khususnya tentang pencak silat dan

harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan.

2. Dari segi praktis, penelitian ini sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran

dan masukan bagi para pihak yang berkepentingan khususnya bagi

masyarakat untuk mengetahui pencak silat dan harga diri orang Madura di

(17)

8

E. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi Yetiika Putri, ( Universitas diponogoro semarang)

berjudul “ HUBUNGAN ANTARA INTIMASI PELATIH ATLET

DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET IKATAN

PENCAK SILAT INDONESIA ( IPSI) SEMARANG.” Dengan rumusan

masalah, apakah ada hubungan antara intimasi pelatih atlet terhadap

kecemasan bertanding dan seberapa besar sumbangan efektif intimasi

pelatih atlet terhadap tingkat kecemasan bertanding pada atlet pencak

silat. Serta bagaimana prediksi korelasi antara intimasi pelatih atlet dengan

kecemasan betanding”? Temuannya yakni, Skala Intimasi Pelatih-Atlet ini

terdiri dari 50 aitem dengan perbandingan proporsional bobot pada empak

aspek dalam skala ini tidak sama. Aspek pengungkapan diri (self

disclosure) memiliki bobot yang lebih banyak dibandingkan dengan tiga

aspek lainnya. Pemberian bobot lebih pada aspek ini berdasarkan pada

pendapatnya Atwater (1983), yang mengatakan bahwa self

disclosuremerupakan pusat intimasi serta adanya dua aspek yang

menunjang self disclosure, yaitu timbal balik dan ketertarikan.Hubungan

yang akrab antara pelatih dengan atlet dapat dilihat, seperti diungkapkan

oleh tiga orang atlet pada wawancara tanggal 24 November 2006.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang atlet tersebut,

diperoleh bahwa pelatih bagi mereka bukan hanya sebagai pelatih tapi

lebih dari itu, juga sebagai tempat berbagi perasaan di saat kurangsiap atau

(18)

9

lainnya. Pelatih bagi mereka juga sebagai motivator dan sumber dukungan

sosial di saat mereka merasa tertekan menghadapi pertandingan.

Terbentuknya kepercayaan dan keyakinan bahwa pelatih adalah orang

yang dapat membantunya untuk mengatasi kecemasannya, akan

menimbulkan suatu persepsi atlet terhadap pelatih bahwa pelatihadalah

seorang motivator, tempat memperoleh dukungan sosial dan fasilitator

sehingga pelatih tidak dirasakan sebagai seorang yang memberikan

tekanan dalam menghadapi pertandingan.

Suparmi dan Setiono (2000) mengatakan bahwa pada saat mengalami

masalah-masalah psikologis, seseorang akan mendapatkan dukungan

sosial justru karena adanya intimasi dalam hubungan yang di jalin. Jadi

keterikatan dengan judul “ pencak silat dan harga diri orang madua di

desa kwanyar barat kecamatan kwanyar kabupaten bangkalan. Mempunyai

kesamaan pembahasan tentang pencak silat yang mempunyai interaksi

hubungan antar masyarakat dan anggota.

2. “ PENGARUH KENGIATAN PENCAK SILAT PAGAR NUSA

TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SMP AL-ISLAH GUNUNG

ANYAR SURABAYA”

oleh Ahmad Habibi fakultas Tarbiyah jurusan pendidikan agama

islam IAIN sunan Ampel Surabaya ( 2006), Dengan rumusan masalah :

bagaimanakah pelaksanaan pelatihan kengiatan pencak silat pagar nusa di

(19)

10

pengaruh pencak silat pagar nusa terhadap kedisiplinan siswa di SMP Al-

islah?

Hasil analisis menggunakan metode presentase di ketahui bahwa

pelaksanaan kengiatan pencak silat pagar nusa di SMP Al-islah tergolong

baik (89,7%), hasil analisis dengan prosentase juga di ketahui bahwa

kedisiplinan siswa SMP Al-Islah tergolong baik ( 78%), adapun hasil

analisis sebesar 0,5,7 yang berarti ada pengaruh kengiatan pencak silat

pagar nusa terhadap kedisiplinan siswa SMP Al-Islah.

Titik persamaan dengan judul ini yakni memberikan penjelasan

maupun pemahaman tentang pencak silat dan titik perbedaanya yakni

kaintannya hubungan dengan kediplinan dan harga diri.

3. Ami Dwi Margono (2014) jurusan psikologi fakultas dakwah IAIN sunan

Ampel surabaya dengan judul skripsi “ HUBUNGAN HARGA DIRI DAN

DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR”.

Analisis Regresi berganda di peroleh korelasi , a) nilai signifikan harga

diri dan dukungan teman sebaya dengan prestasi belajar 0,361 > 0,50

maka dapat di katakana bahwa hubungan harga diri dan dukungan teman

sebaya dengan prestasi belajar di tolak karena tidak cukup kuat dan

tergolong rendah, b) 0,002 nilai signifikan prestasi belajar dengan harga

diri sebesar 0,492 karena signifikan > 0,05 maka Ho di terima yang berarti

Ha di tolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi

(20)

11

dukungan teman sebaya 0,104 nilai signifikan sebesar 0,118 karena

signifikan > 0,005 maka Ho Diterima yang berarti Ha di tolak, artinya

tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan

dukungan teman sebaya, korelasi untuk harga diri dengan dukungan teman

sebaya 0,548 nilai signifikan dan dukungan teman sebaya sebesar 0,000

karena signifikan< 0,05 maka Ho di tolak yang berarti Ha di terima.

Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan dukungan

teman sebaya.

persamaan dengan judul ini menjelaskan definisi harga diri akan tetapi

perbedaannya yakni harga diri dalam lingkup teman sebaya dan harga diri

orang Madura yang melingkup secara luas.

4. BUDAYA JAWA SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI DALAM

PELESTARIAN NILAI-NILAI ISLAM (STUDI KASUS DI

PADEPOKAN MACAN PUTIH DUSUN BARON TIMUR DESA

BARON KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK).

Ini adalah skripsi dari Fakultas Dakwah Dan ilmu Komunikasi

jurusan Sosiologi di IAIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2013. Atas nama

Happy Amidana Asrori, karya penulis ini mempunyai yakni membahas

pencak silat dan berteorikan yang sama yakni struktur fungsional Parsons

menempatkan A,G,I,L sebagai tolak ukur atas terciptanya keseimbangan

(21)

12

system social, system kepribadian, dan organism prilaku, serta

menggunakan metode penelitian kualitatif juga.

Perbedaanya di pembahasan budaya Jawa sebagai media sosialisasi

dalam pelestarian nilai-nilai islam, sedangkan saya focus pada harga diri

orang Madura yang di kaitkan dengan seni pencak silat yang mempunyai

ilmu bela diri sebagai alat eksitensi untuk mempertahankan harga diri serta

guna sebagai pelindung untuk kewaspadaan diri sertapula bisa menolong

seseorang apabila sewaktu-waktu bisa di gunakan secara hal positif dari

ganasnya dunia jagat raya ini.

F. Definisi Konsep

1. Pencak silat

Pencak silat adalah olah raga bela diri yang memerlukan konsentrasi. Seni bela diri pencak silat, selain menciptakan manusia-manusia yang memiliki tubuh yang sehat dan kuat, juga akan menciptakan manusia-manusia yang berjiwa ksatria, seperti yang terkandung dalam motto men sana in corporesano yang artinya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Orang-orang yang berlatih ilmu bela diri pencak silat dituntut untuk memiliki kekuatan tubuh yang kuat, karena dengan memiliki tubuh yang kuat itu mereka akan mampu mengikuti semua bentuk latihan ilmu pencak silat.

Pencak silat selain untuk bela diri, juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk berolahraga, karena dalam pencak silat anda akan dituntut untuk mengerakkan seluruh tubuh, dan dalam pencak silat akan dapat :

a. Mendorong/merangsang kekuatan fisik dan mental tiap orang b. Membangkitkan kekuatan fisik dan mental orang

c. Mengembangkan dan membina kekuatan fisik dan mental tiap orang.

d. Menggerakkan otot-otot besar, sebab setiap gerakan dalam pencak silat selalu menggunakan otot-otot besar.

(22)

membuat tubuh bagus, juga dapat membuat diri memiliki keterampilan untuk menjaga diri dari gangguan orang lain.5

Ada pengaruh budaya china, agama hindu, dan islam dalam

pencak silat. Biasanya di setiap daerah Indonesia mempunyai aliran

pencak silat yang khas. Misalnya daerah Jawa Barat terkenal dengan

aliran cimande dan cikalong, di Jawa Tengah ada aliran merpati putih,

dan di Jawa Timur ada aliran perisai diri.6

Pencak silat merupakan kepandaian berkelahi, seni bela diri

khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang

untuk pertandingan atau perkelahian. Ilmu bela diri ini ternyata

sangatlah bermanfaat untuk ke depannya bukan hanya sebagai

penghibur penonton di saat acara pengantinan saja, melainkan menjadi

keahlian tersendiri dalam segi kewaspadaan diri guna untuk

mempertahankan harga diri kearah yang positif.

2. Harga Diri Seorang Madura

tiang peyangga kuatnya tradisi Madura tak lepas dari

(23)

14

maksudnya lebih baik mati daripada menanggung malu. Ungkapan

ini berlaku untuk mempertahankan martabat, hak dan harga diri

sebagai orang Madura.7 Sedangkan harga diri merupakan kesadaran

akan berapa besar nilai yang di berikan kepada diri sendiri.8 Ketika seseorang berusaha untuk menjaga kehormatan maka harga diri

akan muncul kehormatan adalah kesetian dalam menjalankan

kebenaran yang akhirnya melahirkan martabat yang membuat

seorang menjadi terhormat sedangkan harga diri merupakan wujud

dari keinginan untuk tetap terhormat.

Terhormat adalah sebuah tindakan untuk menjaga martabat

dengan melakukan tindakan berdasarkan asas kebenaran dan

tatanan sehingga mempunyai sikap yang di terima oleh masyarakat,

dengan mewujudkan sikap timbal balik serta saling menghargai

orang lain sebaik mungkin. Bukan karena jabatan, kekuasaan dan

kekayaan tetapi karena penghargaan sebagai sesama manusia,

sehingga tidak ada kata mengenal seseorang sebelah mata, namun

pada hakekatnya manusia itu adalah sama.

Antara pencak silat dan harga diri mempunyai keterikatan

yakni berupa aksi dari pencak silat karena adanya konflik harga diri

memang tidak semuanya akan tetapi beberapa warga di desa

7

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf-=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=harga+diri+orang+madura,dIakses tgl 2 November 2015. Jam 17: 50

8

(24)

15

Kwanyar Barat yang menggunakan ilmu bela diri untuk

mempertahankan harga diri sedangkan kalangan orang Madura

sangat antik dengan kesenjangan harga diri.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

karena pendekatan kualitatif lebih tepat untuk mengidentifikasi

permasalahan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu “Pencak

silat dan harga diri orang Madura (studi di Desa Kwanyar Barat

Kecamatan Kwanyar Kecamatan Bangkalan).”Peneliti juga bermaksud

memahami situasi sosial secara lebih mendalam, menemukan konsep,

hipotesis dan teori.9Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan

pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada

memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Peneliti

ingin mengetahui gambaran secara lengkap mengenai Pencak Silat Dan

Harga Diri Orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan.

Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif yang mengutip Bogdandan Taylor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Hal ini berarti penekanannya adalah pada usaha untuk menjawab pertanyaan adalah melalui cara-cara berpikir informan dan argumen. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga

9

(25)

16

fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha

mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti, dan lengkap.10

2. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan

Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Ada 2 (dua) perguruan pencak silat

yakni Cakraningrat Cendana dan Gagak Hitam di pilih karena Lokasi

ini sesuai dengan kriteria yang dimaksud di dalam penelitian yang

berjudul “Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura di Desa

Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”.Waktu

yang digunakan peneliti dalam pengambilan data yang berkaitan

dengan penelitian ini berkisar antara bulan November sampai

Desember tahun 2015.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian kali ini merupakan para anggota pencak silat di

2 (dua) perguruan pencak silat yakni Cakraningrat Cendana dan Gagak

Hitam serta warga masyarakat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan

Kwanyar Kabupaten Bangkalan yang merupakan penduduk asli Desa

Kwanyar atau yang telah lama tinggal dan menetap. Berikut ini nama -

nama yang sebagai sumber data dari penelitian ini tertera dalam tabel.

10

(26)

17

Tabel 1.1

Data Informan

No. Nama Status

1 Roset Anggota ke-2nya

2 Ach.Rifqi Anggota ke-2nya

3 Syaiful Rizal Anggota ke-2 nya

4 Ainul yakin Anggota gagak hitam

5 Syamsudin Anggota ke -2nya

6 Roy Anggota cakraningrat cendana

7 Risqi Anggota cakraningrat cendana

8 No Anggota ke-2nya

9 Andri Anggota cakraningrat cendana

10 Bedhok Anggota cakraningrat cendana

11 Nurhidayati Anggota ke-2 nya

12 Ibu Fatima Masyarakat

13 Ust. Hasyem Masyarakat

14 Rodiyah Masyarakat

15 Ummi Kulsum Masyarakat

16 KH. Mustofa Sujai Tokoh ulama’

17 Much. Hamzah Masyarakat

18 Rosed Pelatih 1 cakraningrat cendana

(27)

18

20 Sholihin Pelatih gagak hitam

Keterangan : anggota - anggota gagak hitam dan cakraningrat cendana

4. Tahap-tahap Penelitian

Dari uraian langkah-langkah penelitian terdahulu, maka sebetulnya

dapat dikelompokan kedalam tiga tahapan penelitian sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan (persiapan)

b. Tahap pelaksanaan penelitian

c. Tahap penulisan laporan penelitian

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data antara lain:

a. Metode Observasi (pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki.11 Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan mengamati situasi yang terjadi di Desa Kwanyar Barat Kecamatan

Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Pengamatan dapat dilakukan secara

terlibat maupun tidak terlibat.

b. Metode wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

11

(28)

19

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu.12

Wawancara dilakukan langsung dengan informan, dalam peneltian

ini data yang diteliti adalah lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan data,

dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan, alat perekam suara, dan

kamera. Daftar pertanyaan yang diajukan berisi pertanyaan seputar tema

yang diteliti. Alat rekam suara digunakan untuk mereka mungungkapan

yang dikemukakan informan. Hasil rekaman kemudian didengar

berulang-ulang melalui pencatatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan

data. Kamera digunakan untuk mengambil gambar yang terkait dengan

pencak silat dan harga diri tersebut.

6. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan data mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di

temukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di

sarankan oleh data.13

Setelah rangkaian data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data

dengan prosedur dan teknis pengolahan sebagai berikut:

a. Melakukan pemilahan dan penyusunan klarifikasi data

b. Melakukan penyuntingan data dan pemberian kode data untuk

membangun kinerja analisis data

12

Deddy mulyana,metodologi penelitian kualitatif,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2008) hlm 180

10.

(29)

20

c. Melakukan konfirmasi data yang memerlukan verifikasi data dan

pendalaman data

d. Melakukan analisis data sesuai dengan konstruksi pembahasan hasil

penelitian

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggung

jawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau

mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini,

langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali

keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan

keterangan yang dilakukan.

a. Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang

dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui tentang Pencak Silat Dan

Harga Diri Orang Madura di desa kwanyar barat kecamatan kwanyar

Kabupaten Bangkalan. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada

sasaran objek yang diteliti, hal ini diperlukan agar data yang digali tidak

melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.

b. Trianggulasi

(30)

21

dalam hal bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur tampaknya menjadi strategi yang baik untuk menambah kekuatan, keluasan, dan kedalaman suatu penelitian.14

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan panduan mengenai pembahasan dalam

setiap bab penelitian. Dalam setiap penelitian perlu adanya sistematika

pembahasan yang tujuannya mempermudah mengetahui isi dari tiap-tiap

bab. Penelitian yang berjudul“Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura

di desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”.

Untuk mempermudah dalam mengetahui pembahasan dari setiap bab

penelitian diatas, maka perlu adanya pengorganisasian mengenai

sistematika pembahasan diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar

belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan

masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat

penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang definisi

konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan

digunakan dalam penganalisa masalah. Definisi konsep harus digambarkan

14

(31)

22

dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevan siteori yang akan

digunakan dalam menganalisis masalah.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini penyajian data dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Deskripsi umum objek penelitian

Dalam bagian ini objek penelitian harus dipaparkan, peneliti akan memberikan

gambaran tentang berbagai hal misal, letak geografis Desa Kwanyar Barat ,

Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

b. Deskripsi hasil penelitian

Dalam bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian dan

menjawab dari rumusan masalah yang di dasarkan atas hasil pengamatan,

wawancara, dokumentasi, dan lain-lain.

c. Analisis Data

Dalam bagian ini yaitu tentang pemaparan temuan yang di dapat dan

melakukan konfirmasi dengan teori yang telah ada.

BAB IV PENUTUP

Bab ini mengemukakan tentang ke simpulan dan saran. Selain itu dalam

penutup juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta

(32)

23

BAB II

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons)

Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori

structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif fungsional bagi

sistem “ tindakan “ yaitu skema AGIL. Fungsi adalah suatu gugusan

aktivitas yang di arahkan untuk memenuhi satu atau beberapasistem.

Persons percaya ada empat ciri A (adaptasi) , G, (goal attainment),

pencapain tujuan, I ( integrasi), L(latensi) atau pemeliharaan pola.1.

Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan ke empat fungsinya tersebut :

1. Adaptasi : sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar, ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.

2. Pencapaian tujuan : sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya.

3. Integrasi : sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Itu pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A,G,L)

4. Latensi (pemeliharaan pola). Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

Parsons mendesaian skema AGIL agar dapat di gunakan pada semua level sistem teoritisnya (salah satu contoh dari hal ini dapat di baca dalam paulsen dan Feldman,1995). Dalam pembahasan di bawah ini tentang ke empat sistem tindakan, kita akan menjabarkan bagaimana parson menggunakan AGIL.

1

(33)

24

Apabila dii kaitkan dengan penelitian saya yang berjudul pencak silat

dan harga diri orang Madura, dengan konsep AGIL parsons tentang sebuah

system antara lain:

1. Fungsi adaptasi berguna untuk penyesuain anggota pencak silat

terhadap masyarakat dari segi seni budaya maupun social

kengiatan yang lainnya

2. Fungsi goal dalam perwujudan seni budaya yang di lestarikan

maupun di kembangkan

3. Fungsi integrasi saat terjadi interaksi antara pelatih, angggota, dan

masyarakat menjadi hubungan yang baik dan kompak, sehingga

tercapailah tujuan yang hendak di capai

4. Fungsi latensi pada saat budaya itu di kembangkan dengan baik

sehingga bersama – sama melestarikan serta mempertahankan agar

tetap terus berkembang.

Organisme behavorial adalah sistem tindakan yang menangani fungsi

adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mengubah dunia luar. Sistem

kepribadian menjalankan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan

tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang di gunakan untuk

mencapainya. Sistem sosial menangani fungsi integrasi dengan mengontrol

bagian-bagian yang menjadi komponennya. Akhirnya, sistem kultural

menjalankan fungsi latensi dengan membekali aktor dengan norma dan

(34)

25

Tabel 1.2

Meringkas struktur sistem tindakan akan skema AGIL.

L I

SISTEM KULTURAL SISTEM SOSIAL

ORGANISME BEHAVIORAL SISTEM KEPRIBADIAN

A G

Struktur Sistem Tindakan Umum

Sistem Tindakan. Gagasan Parsons tentang sistem tindakan secara

menyeluruh. .

1. Lingkungan Tindakan : realitas hakiki

2. Sistem kultural

3. Sistem sosial

4. Sistem kepribadian

5. Organisme behavoral

6. Lingkungan tindakan: lingkungan fisik atau organik.

Parsons menemukan jawaban masalah tatanan ini dalam struktural

fungsional, yang dalam pandangannya berkisar dalam serangkaian asumsi

berikut

1. Sistem memiliki tatanan dan bagian-bagian yang terngantung satu sama

lain

2. Sistem cendarung memiliki tatanan yang memelihara dirinya, atau

(35)

26

3. Sistem bisa jadi statis atau mengalami proses perubahan secara tertata

4. Sifat baru bagian sistem berdampak pada kemungkinan bentuk bagian lain.

5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan mereka

6. Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental yang diperlukan bagi

kondisi ekuilibiun sistem.

7. Sistem cenderung memelihara dirinya yang meliputi pemeliharaan batas

dan hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan, kontrol variasi

lingkungan, dan konrol kecenderungan untuk mengubah sistem dari

dalam.

Keempat sistem tindakan merupakan alat analitis untuk menganalisis

dunia nyata.

Sistem Sosial. Konsepsi parsons tentang sistem sosial di mulai dari level mikro, yaitu interaksi antara ego dengan alter ego, yang di definisikan

sebagai bentuk paling dasar dalam sistem sosial, ia tidak banyak menganalisis

level ini, meski ia memang berpendapat bahwa ciri-ciri sistem interaksi ini

hadir dalam bentuk yang lebih kompleks yang di ciptakan oleh sistem sosial.

Parsons mendefinisikan sistem sosial sebagai berikut :

Sistem sosial terdiri dari beragam aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik atau

lingkungan, aktor yang cenderung termotivasi ke arah “ optimisasi “kepuasan“ dan yang hubungannya dengan situasi mereka, termasuk

hubungsn satu sama lain, didefinisikan dan diperantarai dalam bentuk sistem simbol yang terstruktur secara kultural dan dimiliki bersama. 2

2

(36)

27

Sistem kultural. Parsons menyebut kebudayaan sebagai kekuatan utama yang mengikat berbagai elemen dunia sosial, atau, dalam

bahasanya, sistem tindakan. Kebudayaan memerantai interaksi antara

aktor dan mengintegrasikan kepribadian dengan sistem sosial, kebudayaan

memiliki kapasitas tertentu, paling tidak, untuk menjadi komponen sistem

lain, jadi, dalam sistem sosial, kebudayaan menumbuh dalam norma dan

nilai, sedangkan dalam sistem kepribadian, kebudayaan diinternalisasikan

oleh aktor ke dalam dirinya, namun sistem kultural bukan sekedar bagian

dari sistem lain: ia juga memiliki eksitensi terpisah dalam bentuk stok

pengetahuan sosial, simbol, dan gagasan. Aspek-aspek sistem kultural ini

memang terdapat dalam sistem sosial dan kepribadian, namun tidak

menjadi bagian darinya.

Sistem kepribadian. sistem kepribadian tidak hanya di kendalikan oleh sistem kultural, namun juga oleh sistem sosial. Ini berarti Parsons

tidak memberi sistem kepribadian tempat yang independen :

Pandangan saya adalah bahwa, kendati konteks utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan kebudayaan melalui sosialisasi, kepribadian menjadi sistem independen karena hubungannya dengan organismenya sendiri dan melalui keunnikan pengalaman hidupnya sendiri : sistem kepribadian bukanlah sekedar epifenomena.

Organisme Behavioral. Meski memasukkan organisme behavioral sebagai salah satu sistem tindakan, namun Parsons tidak terlalu panjang

(37)

28

merupakan sumber energi bagi seluruh sistem. Meski di dasarkan pada

bangunan genetis, organisasinya di pengaruhi oleh proses pengondisian

dan pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan individu. Organisme

behavioral jelas merupakan sistem bekas dalam karya Parsons, namun

paling tidak ada alasan lain selain bahwa ia mengantisipasi adanya minat

pada sosiobiologinya dan sosiologi tubuh (B.Turner, 1985) di kalangan

beberapa orang sosiolog.

B. Struktural Fungsional (Robert K. Merton)

Robert K.Merton seorang pentolan teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola instutional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial dan sebagainya. Hampir semua penganut ini perkecendrungan untuk memusatkan perhatiannya kepada fungsi suatu fakta sosial terhadapa fakta sosial yang lain. Hanya saja menurut Merton pula, sering terjadi pencampuradukan antara motif-motif subjektif dengan pengertian fungsi. Padahal perhatian struktural fungsional harus lebih banyak di tujukan kepada fungsi-fungsi di bandingkan motif-motif.

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep – konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (eguilibrium).3

Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang

terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling

menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi dalam satu bagian

akan membawa perubahan pula terhadap perubahan yang lain. Asumsi

dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional

3

(38)

29

terhadap yang lain. Sebaliknya kalau ada fungsional maka struktur itu

tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.

Penganut teori ini cendrung untuk melihat hanya kepada

sumbangan suatu sistem yang lain dan karena itu mengabaikan

kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau sistem dapat beroperasi

menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim

penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur

adalah fungsional bagi seluruh masyarakat.

Dengan demikian pada tingkat tertentu umpamanya peperangan,

ketidaksamaan sosial, perbedaan ras, bahkan kemiskinan “ diperlukan”

oleh suatu masyarakat.perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan

dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik, penganut teori struktural

fungsional memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara

menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangaan.

Kendati Merton dan Parsons di kelompokkan ke dalam struktural

fungsional, ada sejumlah perbedaan penting antara keduanya, untuk satu

hal, kalau persons mendukung terciptanya teori besar dan mencakup

seluruhnya, Merton lebih memilih teori-teori yang terbatas, dan pada

(39)

30

Model Struktural Fungsional, Merton mengkritik apa yang di lihatnya sebagai tiga postulat dasar amalisis fungsional sebagaimana di

kembangkan oleh antropologi seperti Malinowksi dan Radcliffe-Brown.4

Yang pertama adalah pustulat kesatuan fungsional masyarakat.

Postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktek social

budaya standart bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan

maupun bagi individu dalam masyarakat. Pandangan ini mengandung arti

bahwa berbagai bagian system social pasti menunjukkan tingginya level

integrasi. Namun, Merton berpandangan bahwa meskipun hal ini berlaku

bagi masyarakat kecil dan primitif, generalisasi ini dapat di perluas pada

masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks.

Fungsionalisme universal adalah postulat kedua. Jadi, dinyatakan

bahwa semua bentuk dan struktur social cultural memiliki fungsi positif.

Merton berpendapat bahwa ini bertentangan dengan apa yang kita temukan

di dunia nyata. Jelas bahwa tidak semua struktur, adat istiadat, gagasan,

keyakinan, dan lain sebagainya, memiliki fungsi positif. Sebagai contoh,

nasionalisme buta bisa jadi sangat disfungsional di dunia yang tengah

mengembangkan persenjataan nuklir.

Yang ketiga adalah postulat indispensabilitas. Argumennya adalah

bahwa seluruh aspek standar masyarakat tidak hanya memiliki fungsi yang

positif namun juga merepsentasikan bagian-bagian tak terpisahkan dari

4

(40)

31

keseluruhan. Postulat ini mengarah pada gagasan bahwa seluruh struktur

dan fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Tidak ada

struktur dan fungsi yang dapat bekerja sebaik yang sekarang ada di dalam

masyarakat. Kritik Merton, mengikuti Parsons, adalah bahwa paling tidak

kita harus bersedia mengakui bahwa ada alternatif struktural dan

fungsional di dalam masyarakat.

Pandangan Merton adalah bahwa seluruh postulat fungsional tersebut

bersandar pada pernyatan nonempiris yang di dasarkan pada system

teoritik abstrak. Minimal, menjadi tanggung jawab sosiolog untuk

menelaah setiap postulat tersebut secara impiris. Keyakinan Merton adalah

bahwa uji empiris, bukan pernyataan teoritis, adalah sesuatu yang krusial

bagi analisis fungsional. Inilah yang mendorongnya untuk

mengembangkan “paradigma’ analisis fungsional sebagai panduan ke arah

pengintegrasian teori dengan riset.

Dari sudut pandang tersebut Merton menjelaskan bahwa analisis

structural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi,

masyarakat, dan kebudayaan. Ia mengatakan bahwa objek apa pun yang

dapat di analisis secara structural – fungsional harus “ merepresentasikan

unsure - unsur standar (yaitu, yang terpola dalam berulang)” . Ia menyebut

hal tersebut sebagai “ peran social, pola – pola institusional, proses social,

organisasi kelompok, struktur social, alay control social, dan lain

(41)

32

Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifest dan fungsi laten.

Kedua istilah tersebut juga merupakan tambahan penting bagi analisis fungsional, secara sederhana fungsi manifest adalah yang di kehendaki, sementara fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki. Tindakan mengandung konsekuensi yang di kehendaki atau maupuan yang tidak di kehendaki.

Konsekuensi yang tidak diantisipasi, dan fungsi-fungsi laten tidaklah sama. Fungsi laten adalah suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi, sesuatu yang fungsional bagi system yang di rancang. Namun

ada dua jenis konsekueansi tak terantisipasi lain: “hal – hal disfungsional bagi system yang telah ada, dan itu semua mencakup disfungsi laten,” dan

“ hal- hal yang tidak relavan dengan system yang mereka pengaruhi secara

fungsional atau disfungsional … konsekuensi – konsekuensi non

fungsional”.

Merton menjelaskan bahwa tidak semua struktur social tidak dapat di ubah oleh bekerjanya system social, Beberapa bagian system social kita dapat dihapuskan. Ini membantu teori fungsional mengatasi salah satu bisa konservatifnya. Dengan mengakui bahwa beberapa struktur dapat di ubah, fungsionalisme membuka jalan bagi perubahan social penuh makna. Masyarakat kita, misalnya, dapat saja terus ada (dan bahkan di perbaiki) ketika diskriminasi terhadap berbagai kelompok minoritas dihapuskan5.

Jika di kaitkan dengan penelitian saya yang mencangkup tentang

pencak silat dan harga diri orang Madura dalam konsep Merton yaitu :

1. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat di amati yang menuju adaptasi

atau penyesuaian dalam suatu sistem. Seperti pencak silat yang berfungsi

untuk penjaga diri dari kewaspadaan segala bahaya keras dunia.

2. Disfungsi terjadi ketika kesabaran itu muncul sehingga seseorang yang

mempunyai ilmu bela diri/pencak silat tidak mengapllikasikannya

terhadap keadaan yang menyinggung maupun pelecehan harga diri

maupun semacamnya.

5

(42)

33

3. Fungsi manifest ketika sesuatu itu di kehendaki penuh dengan segala

rancangan yang memang sudah di rencanakan sehingga hasilnya pun

sesuai dengan ke inginan, misalnya ada pelecehan harga diri dengan

menyelesaikan secara baik- baik, maupun secara kekeluargaan apabila

masih ada ikatan kekerabatan tentunya dengan fikiran yang jernih dan

saling menghargai satu sama lain pendapat maupun prilaku seseorang

sehingga menghasilkan keadaan yang damai karena saling mempunyai

sifat mengerti dari watak seseorang masing-masing.

4. Fungsi laten ini terjadi pada saat keadaan yang tidak di kehendaki secara

tidak di sengaja hal yang tak di inginkan itu terjadi menyinngung harga

diri dengan cara “ngongein” yakni mendatangi ke rumah maupun mencari

seorang yang menjadi provokator timbulnya permasalahn dengan adanya

emosi yang besar padahal hanya ingin menyampaikan saja maka terjadilah

percekkokan.atau perkelahian.

5. Keseimbangan (eguilibrium) dengan melihat keadaan yang terjadi dapat menyeimbangkan bagaimana pola- pola ataupun tahapan- tahapan cara

menyelesain suatu permasalahan sehingga dapat menemukan jalan keluar

(solusinya).

Teori ini sebagai pisau analisis berkaitan dengan judul pencak silat dan

harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar

Kabupaten Bangkalan di karenakan adanya fungsi tersendiri dari dalam

(43)

34

Skema 2.1

Pola pikir Teori Struktural Fungsional

Sistem tindakan

Organisme behavioral- fungsi adaptasi, sistem kepribadian menjalankan pencapain tujuan, sistem sosial menangani fungsi integrasi, dan fungsi sistem kultural menjalankan fungsi latensi membekali aktor dengan norma dan

(44)

35

BAB III

PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA

A. Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan

Bangkalan berasal dari kata ’’Bhengkah’’ dan ’’La’an” yang

artinya “mati sudah”. Istilah ini di ambil dari cerita legenda tewasnya

pemberontak sakti Ke’lesap yang tewas di madura sebelah barat yaitu kota

Bangkalan.1 Kabupaten Bangkalan terletak di ujung barat Pulau Madura. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa

di utara, Kabupaten Sampang di timur serta selat Madura di selatan dan

barat. Luas wilayah adalah 1.260,14 km dan terletak di antara kordinat 112

40’06’’- 113 08’04’’ Bujur timur serta 6 51’39’’-7 11’39’’ lintang selatan.

2

Berdasakan astronomis pulau Madura terletak pada koordinat, 70

-0’ lintang utara dan 1130

-20’ Bujur Timur. Panjang pulau Madura kurang

lebih 160 km dan jarak yang terlebar pulau sebesar 40 km.3

Meski terpisah dari jawa, saat ini, secara administratif pulau

Madura terrnasuk wilayah Jawa Timur. Total luas wilayahnya (termasuk

pulau-pulau kecil) kurang lebih 5.300 km2. Jumlah penduduknya hampir

1

Http://sraksruk.blogspot.com/2012/10/sejarah-kab.bangkalan-jawa-timur.htmI?m=1, Akses tgl 10/12/2015

2

Kabupaten Bangkalan dalam angka 2014, Badan Pusat Statistik kabupaten Bangkalan, catalog BPS 1102001. 3526

3

(45)

36

mencapai 4 juta jiwa ( tepatnya 3.711.433 juta jiwa, data BPS Jawa Timur

tahun 2008).

Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten, yakni Bangkalan,

Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Adapun rincian luas keempat

kabupaten: Bangkalan 1.260 km2, Sampang 1.233 km2, Pamekasan 792 km2, Sumenep 1.989 km2.

1. Letak Geografis

Kabupaten Bangkalan terletak di ujung barat pulau Madura. Ibu kotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini berbatasan dengan laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta selat Madura di selatan dan barat. Luas wilayahnya adalah 1.260,14 km2 dan terletak di atara koordinat 1120

40’06” Bujur Timur serta 60 51 ‘39’’

-70 11’39’’ Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sampang, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan selat Madura.4

Di lihat dari topografinya, Bangkalan berada pada ketinggian 2-100 m di atas permukaan air laut. Wilayah yang terletak di pesisir pantai, seperti kecamatan Sepuluh, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2-10 m di atas permukaan air laut. Untuk wilayah yang terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100 m di atas permukaan air laut.

Sebagai daerah penghubung kabupaten lain di pulau Madura dengan pulau jawa, Bangkalan mempunyai pelabuhan di daerah kamal. Di mana setiap harinya terdapat layanan kapal fery yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (melalui pelabuhan Ujung). Selain itu, kini terdapat jembatan Nasional Suramadu (Surabaya-Madura). Dengan panjang 5.438 m, jembatan suramadu sampai saat ini merupakan jembatan terpanjang Indonesia. Hal ini menjadikan Bangkalan sebagai salah satu kawasan perkembangan Surabaya serta tercangkup dalam lingkup gerbang kertosusila. Kawasan Gerbang Kertosusila merupakan kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia.5

4 Samsul Ma’arif. (2015).

Madura sejarah panjang Madura dari kerjaan, kolonialisme

sampai kemerdekaan.: Araska. Yogyakarta. Hlm 24

5

(46)

37

Berdasarkan hasil komposisi penduduk, di ketahui kabupaten

Bangkalan mengalami pertumbuhan penduduk yang terus meningkat

setiap Tahun nya. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin 2013

No. Kelompok Umur Penduduk laki-laki

Penduduk perempuan

jumlah

1 Bangkalan 2012 439.054 479.948 919.002

2 Bangkalan 2011 435.643 476.220 911.863

3 Bangkalan 2010 433.206 473.555 906.761

4 Bangkalan 2009 423.751 473.630 897.381

5 Bangkalan 2008 422.792 464.371 887.163

6 Bangkalan 2007 421,781 453,431 875.212

7 Bangkalan 2006 420.697 451.569 872.266

8 Bangkalan 2005 419. 871 450.564 870.435

9 Bangkalan 2004 398.432 445.317 843.749

10 Bangkalan 2003 390. 230 436.028 826. 258

Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan.6

Jumlah populasi penduduk yang terus bertambah di Bangkalan juga

mempengaruhi komposisi pemeluk agama. Meskipun masyarakat Bangkalan

6 Badan Pusat Statistic Kabupaten Bangkalan. “Kabupaten bangkalan dalam angka”

(47)

38

mayoritas beragama islam namun tidak menutup ruang untuk para penganut

agama yang lain.

Tabel 3.2

Pemeluk Agama di Kabupaten Bangkalan

Agama Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

Islam 945.419 939.825 939.941

Katolik 521 1.067 1.059

Hindu 105 119 116

Bundha 58 61 63

Konghucu n.a n.a n.a

Kristen n,a n.a n.a

Lain-lain 1.475 1.496 1.505

Bangkalan merupakan Kabupaten yang mana penduduknya

mayoritas Islam, namun tidak lepas dari sejarah perkembanganya yang

saat itu Syaikhona Kholil menjadi pelopor pesatnya perkembangan

peradaban Islam di Bangkalan, hingga saat ini masyarakat Bangkalan

masih melanjutkan perjuangan beliau dan menjadikan peradaban sosial

budaya sebagaimana yang diharapkan yaitu sosial budaya yang Islami.7

7Satuan kerja sementara hulu migas “pemetaan sosial daerah

(48)
(49)

40

Sumber Data : dari Desa setempat masing-masing8.

Sedangkan di Desa Kwanyar Barat jumlah wajib KTP terdiri dari laki – laki

berjumlah 1, 951 sedangkan perempuan 1, 793 totalnya 3, 744 dan jumlah

penduduk ber KTP, laki- laki 1, 246 dan perempuan 1, 250 sehingga

berjumlah 2, 496.

8

(50)

41

Gambar 3.1.1

Peta Lokasi Penelitian

Sumber : Sekretaris Desa Kwanyar Barat9

9

(51)

42

2. Keadaan Sosial Dan Budaya

Desa Kwanyar Barat berada di pesisir pantai bengitu pula dekat

dengan Suramadu, sehingga pendapatan mata pencaha rian masyarakatnya

dominan seorang nelayan, pedangang ikan, produk kerupuk udang,

pembuatan petis udang, pencari ikan karang, ada juga profesi sebagai

guru, polisi, serta militer, ahli kesehatan, hanya dapat di hitung beberapa

orang saja. Bengitu pula ada yang merantau kebeberapa luar Negara

seperti Malaysia, Saudi Arabia, Thailan, Singapore, Brunai, Taiwan,

Amerika Serikat, dls, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Terdapat pula kengiatan organisasi seperti Karang Taruna dengan

mengisi kengiatan social,dan ibu PKK yang di dalamnya terdapat program

nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan, (PNPM – MP)

Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Sedangkan di lihat dari

sarana pendidikan terdapat pula 2 bangunan tempat pendidikan SD

(Sekolah Dasar), yakni terdiri dari SDN Kwanyar Barat 01 dan SDN

Kwanyar Barat 02.

Tak lepas dari kebudayaan orang Madura sering kali saya

menemukan perayaan pernikahan dengan pasangan pengantinnya hanya

lulusan SD saja bisa terjadi hal tersebut di karenakan adanya factor

ekonomi maupun perjodohan serta timbulnya factor cinta tak heran pula

(52)

43

serta masyarkat Desa Kwanyar Barat maupun orang Madura pada

umumnya “dari pada berduaan berpacaran mending dinikahkan”. Kalimat

ini tentunya menunjukkan bahwa memang menjaga seorang keturunan

berjenis kelamin wanita lebih berat daripada lelaki untuk mempertahankan

kehormatan keluarganya.

Bengitu pula di sela- sela waktu Desa Kwanyar Barat juga terdapat

hiburan setiap tahun di hari lebaran idul fitri sampai idul ketupat yakni

berupa adanya lokasi pantai rongkang yang menjadi momentum tempat

aneka pasar/bazar serta hiburan juga terdapat menyewahan perahu dari

Kwanyar sampai ke Kenjeran Surabaya, uniknya acara pertahunan ini

pengunjungnya ramai sekali hingga orang luar Madura pun mendatangi

karena mempunyai jiwa yang penasaran untuk mengunjunginya.

Bukan hanya adanya hal itu saja melainkan ada penyewahan

delman bagi anak kecil maupun yang dewasa untuk mengelilingi kawasan

Kecamatan Kwanyar agenda ini hanya ada di waktu lebaran idul fitri

sampai idul adha dan di bulan maulid Nabi. Konon katanya, keberadaan

hiburan delman ini bermula dengan pengunjung yang sedang berziarah ke

sesepuh makam Kwanyar yakni Sunan Cendana terletak di depan pasar

Kwanyar biasanya setiap lebaran ramai pengunjung dan juga di bulan

maulid Nabi karena dulu di makam Sunan Cendana banyak sekali binatang

monyet sehingga anak kecil dari pengunjung merasa ketakutan hingga

menangis pada akhirnya di hibur dengan delman yang mengelilingi desa

(53)

44

Selain itu ada pula yang lain juga Sering mengadakan lomba hias

perahu dan perlombaan balapan mengendarai perahu dari warga setempat

dan hal ini sudah menjadi budaya di Desa Kwanyar Barat ini tentunya

menyenangkan sekali sebagai hiburan.

3. Kengiatan Sosial Keagamaan

Suasana di Desa Kwanyar Barat dapat di katakan kalangan yang agamis

religious, di karenakan masih ada rutinitas budaya keislaman yang masih

dilestarikan seperti: diba;an setiap hari rabu, yasinan setiap hari kamis,

munaqiban, serta acara pengajian maupun haddatan, masyarakatnya selalu

kompak dalam hal kengiatan apapun memang mayoritas masyarakatnya islam.

Masih terlihat juga acara selamatan khaul para sesepuh, selamatan kehamilan,

kelahiran maupun tahlilan kematian, serta tayakuran, dll.

Tabel 3.4

Data Sarana Tempat ibadah.

No. Tempat Ibadah Jumlah

1. Masjid 2

2. Musholla/Langgar Tak terhinga

3. Tempat pendidikan

Qur’an

10

4. Pendidikan Madrasah 4

Sumber: profil Desa Kwanyar Barat10

10

(54)

45

Tempat ibadah yang ada di Desa Kwanyar Barat Kecamatan

Kwanyar ini sarana masjid ada 2 tempat yakni di gag masjid terletak di

pertengahan masyarakat dan satunya di pinggir pantai rongkang yang terletak

di pesisir laut. Bengitu pula adanya mushola yang tak dapat di hitung di

karenakan setiap rumah rata- rata terdapat musholla atau yang sering di sebut

orang Madura “ langger / kabejengen” . sedangkan tempat pendidikan al

-Qur’an ada di beberapa tempat yang berjumlah 8 terdiri dari:

1. kediaman ibu nyai Halima yang santrinya hanya khusus perempuan saja,

2. Di ustad Anwar yang santrinya perempuan dan laki- laki

3. Ibu nyai Im santrinya perempuan saja

4. Kyai Hj Kholil santrinya perempuan dan laki-laki

5. Kyai Hj. Mustofa Suje’i santrinya hanya laki-laki saja

6. Kyai Hj. Muhammad Suje ‘i santrinya perempuan dan laki-laki

7. Ustad Hj. Amrini Santrinya perempuan dan laki-laki

8. Kyai Hj. Abdul Bakhri Santrinya hanya laki-laki saja

9. Ustad Suud santrinya perempuan dan lelaki

10.Ustad Ansori santrinya perempuan saja.

Adapun sarana pendidikan Madrasah di Desa Kwanyar Barat yakni

ilmu yang mengenai keagamaan terdiri dari 4 bangunan dan lokasinya

diantaraya pertama, Madrasah Ummu Khotijah pendidikan di mulai dari

ibtidaiyeh sampai wusto di jalan koncel selatan. Kedua, di Madrasah Tholibin

di Bangungen utara yang terdapat pendidikan madrasah. Ketiga, pesantren

(55)

46

pantai Rongkang. Dan keempat, Madrasah Tarbiyatus Subban dengan

pendidikan ibtidaiyeh di Mangkain.

B. PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA

1. Pencak Silat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan

Pencak: permainan mempertahankan diri dengan kepandaian

menangkis, mengelak dan lain sebagainya,11 silat: kepandaian berkelahi dengan ketangkasan menyerang dan membela diri12.

Tangkisan adalah upaya pembelaan yang di lakukan dengan adanya

kontak serangan lawan. Teknik ini memerlukan adanya kekuatan otot-otot

Dalam menahan benturan dengan serangan lawan. Tujuan utama dari

tangkisan, yaitu:

a. Mengalihkan serangan, menahan dari lintasannya

b. Membendung, menahan serangan dalam kondisi darurat.13 Pencak silat tersebut merupakan seni budaya yang sampai sekarang

masih di kembangkan oleh masyarakat di Desa Kwanyar Barat tidak mau

ketinggalan zaman prihal tentang seni kebudayaan. Berawal dari adanya

pendekar di Kwanyar yang di anggap sebagai sesepuh pelatih pencak silat

untuk mempelajari ilmu bela diri.

11

Ira.M, Lapidus, Kamus umum Bahasa Indonesia,( 1982 Jakarta: Balai Pustaka), hal 729 12

Ibid., 946. 13

Gambar

Tabel 1.1
Tabel  1.2
 Tabel 3.1
  Tabel 3.2 Pemeluk Agama di Kabupaten Bangkalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

pelaksanaaan dan hasil kegiatan diklat OJT-I, IJT, dan OJT-II PERSIAPAN SIMULASI PRESENTASI PENGANTAR PELAKSANAAN SIMULASI ORESENTASI PENUTUP 14. Direktorat Pembinaan

Dalam klasifikasi, klasifikasi ini dibangun dari satu set contoh pelatihan dengan label kelas. Metode klasifikasi biasanya menggunakan pengamatan terhadap data yang

 Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.  Obstruksi

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Model Guided Discovery Terhadap Kesadaran Metakognitif dan Hasil Belajar

(lampiran 9), dan lembar observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran (lampiran 10). 4) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti selaku pengajar dan

Pengaruh perlakuan fungisida awalnya juga rendah dan pengaruhnya baru tampak pada pengamatan ke-3, yang menunjukkan bahwa penyemprotan yang dilakukan apabila terjadi

Hasil penelitian di atas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur’aini (2011) yang mengatakan terdapat hubungan yang bermakna antara stress karena

Pemilihan konfigurasi jenis Co-Axial ini mengacu pada pendapat (Topfl, 2006) bahwa konfigurasi letak dari elektroda yang berdasarkan coaxial treatment chamber