PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
MUTTHOHAROH
NIM. B75212064
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Mutthoharoh, 2016, Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, Skripsi program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci: Pencak Silat dan Harga Diri orang Madura.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni pertama, bagaimana peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Kedua.apa yang melatarbelakangi adanya pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dengan melihat kenyataan tentang pencak silat dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ini adalah teori Struktural Fungsional Talcont Parsons dan Robert K. Merton.
ABSTRACT
Mutthoharoh, 2016, Pencak Silat and Self-Esteem Madurese Kwanyar In thevillage of West District Kwanyar Bangkalan,Thesis program of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya.
Keywords: Pencak Silat and Self-Esteem Madurese.
Issues examined inthis study, there are three: first, how themartial arts role in maintaining dignity forthe people in the village Kwanyar West Madura District
Kwanyar Bangkalan. True .who behind their martial arts indignity for people in
the village Kwanyar West Madura District Kwanyar Bangkalan.
The method used is a qualitative method of file collection techniques of
observation, interviews, and documentation. The theoryused to look at the reality of martial artsand self-esteem Madurese Village West Kwanyar Bangkalan District Kwanyar this isthe theory of Structural Functional Talcont Parsons and Robert K. Merton.
From theresults of this study found that: (1) Pencak silat in maintaining self-esteem that is asacknowlege in order to protect them selvesfrom attack opponents and obstacles of life,the other also serves to alert themselves tothe virtue not for vanity, (2) Pencak silat hasits own value in society in their social
interaction activity it is aculture that is still preserved culture, self-esteem often
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI .... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTRAR TABEL ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang masalah ... 1
B. Rumusan masalah... 8
C. Tujuan peneliatian ... 8
D. Manfaat penelitian ... 9
E. Penelitian terdahulu ... 9
F. Definisi konsep ... 13
G. Metode Penelitian... 17
2. Lokasi dan waktu penelitian... 18
3. Pemilihan subjek penelitian ... 18
4. Tahap-tahap penelitian ... 20
5. Teknik pengumpulan data ... 20
6. Teknik analisis data ... 21
7. Teknik pemeriksaan keabsahan data ... 22
H. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II : TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL ... A. Struktural Fungsional - Talcont Parsons ... 26
B. Struktural Fungsional – Robert K. Merton ... 32
BAB III : PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA A. Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ... 39
1. Letak Geografis ... 40
2. Keadaan Sosial Dan Budaya ... 46
3. Kengiatan Sosial Keagamaan ... 46
B. Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura... 50
1. Pencak Silat Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ...
50
a. Sejarah Adanya Pencak Silat ... 56
b. Peran Pencak Silat Dalam Masyarakat ... 61
1. Pencak Silat Di Tinjau dari Seni Budaya ... 74
2. Pencak Silat Ditinjau Dari Bela Diri ... 74
3. Pencak Silat Di Tinjau Dari Sarana Pendidikan Mental Kerohanian ... 75
c. Kengiatan Pencak Silat ... 68
1. Ziarah Kubur ...
3. Tasyakuran ...
4. Menghadiri Undangan Kemantenan ...
5. Jadwal Latihan ...
2. Harga Diri Orang Madura Di Kwanyar Barat
Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ... 55
a. Cara Mempertahankan Harga Diri Orang Madura... 77
b. Yang Melatar Belakangi Adanya Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura ... 79
1. Pencemaran/ Pelecehan Harga Diri ... 79
2. Merebut Istri Orang/ Perselingkuhan ... 80
3. Permasalahan Harta/ Warisan ... 81
4. Menyinggung Perasaan Seseorang……….. 81 5. Kesalah-Fahaman ... 82
6. Kurangnya di Hargai ... 82
7. Bertingkah Laku yang Kurang Pantas... 83
c. Korelasi Temuan Lapangan Dengan Teori Fungsional Struktur ... 84
BAB IV PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki sifat kemampuan untuk mempertahankan hidup
dari serangan lawan, atau kemampuan menjaga diri dari gangguan orang lain,
itulah yang di katakan sebagai ilmu bela diri.
Cara manusia mempertahankan diri dari serangan atau gangguan
orang lain merupakan sifat yang alami, dilakukan dengan cara yang ia miliki
atau kuasai melalui proses latihan.
Indonesia memiliki seni bela diri asli yang disebut Pencak Silat.
Setiap daerah di Indonesia memiliki seni bela diri masing-masing. Semua itu
merupakan warisan yang di berikan secara turun temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Pada zaman penjajahan pencak silat digunakan oleh para pejuang untuk merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah. Dengan ilmu bela diri para pejuang melakukan penyeranga n terhadap penjajah yang memiliki senjata modern.
Para penjuang melawan penjajah hanya mengandalkan tangan kosong dan senjata seadanya, mereka berbekal kemampuan seni bela diri namun memiliki semangat juang yang tinggi, sehingga dengan gagah berani mereka berjuang melawan penjajah tanpa pamrih, dan rela berkorban demi harkat derajat bangsa Indonesia.
Tidak sedikit para pejuang yang gugur di medan juang. Namun dengan bekal seni bela diri terutama pencak silat dan peralatan sederhana seadanya mereka mampu menggetarkan para penjajah, sehingga para penjajah merasa gentar menghadapi para pejuang.1
1
prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan beladiri tinggi.
2. Zaman penjajahan Belanda, pemerintah belanda tidak memberi kesempatan perkembangan perkembangan pencak silat atau beladiri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahnya.
3. Zaman penjajahan Jepang, pencak silat dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, atas anjuran Shimitsu dilakukan pemusatan aliran pencak silat. Di seluruh Jawa secara serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah.
4. Zaman kemerdekaan, pencak silat di pelajari secara turun temurun di lingkungan keluarga. Melalui panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat indonesi, maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) yang di ketuai ole MR. Wongsonegoro. Program utama IPSI adalah mempersatukan aliran-aliran dari kalangan pencak silat di seluruh Indonesia. Selain itu IPSI juga mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukkan pelajaran pencak silat ke sekolah-sekolah.
Arti silat itu sendiri adalah gerak bela diri yang sempurna, bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, dan menghindarkan diri/manusia dari beladiri atau bencana. Dewasa ini, istilah pencak silat mengandung unsure-unsur olahraga, seni, beladiri, dan kebatinan.2
Di zaman yang semakin berkembang ini, Desa Kwanyar Barat
merupakan sebuah Desa yang berada di kawasan Kecamatan Kwanyar.
Aktivitas para leluhur dari nenek moyang terdahulu mempunyai budaya seni
pencak silat sampai sekarangpun tetap di lestarikan kendatipun untuk menjaga
diri dari seragan musuh sebagai benteng maupun mempertahankan harga diri.
Berawal dari sejarah bangsa Indonesia tentang pencak silat yang dapat
mempertahankan hidupnya dari tantangan alam sehingga berbagai bentuk
2
3
gerakan yang menirukan hewan seperti : gerakan macan , harimau, kera, ular
dan burung elang.
Pencak silat maupun bela diri semakin berkembang dari suku-suku
Indonesia dalam berburu hingga berperang dengan keanekaragaman bentuk
dalam penggunaannya meliputi parang, perisai, dan tombak, adapun ciri khas
di Desa Kwanyar Barat, kendatipun dalam bela diri menggunakan cruit/arit
dan pedang bahkan pisau, Desa Kwanyar Barat termasuk Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan Madura.
Secara geogafis, pulau Madura terletak di sebelah timur laut pulau
Jawa. Selat Madura di sebelah barat dan selatan menjadi pemisah antara pulau
Madura dan Jawa. Selat Madura menghubungkan laut Jawa dan selat Bali.
Sedangkan di sebelah timur dan utara, berbatasan dengan selat Bali dan Laut
Jawa.3
Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik,
stereotipikal, dan stigmatic. Penggunaan istilah khas menunjuk pada
pengertian bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang
tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain. Keunikan budaya Madura
pada dasarnya banyak dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisis geoegrafis dan
topografis dan lahan pertanian tadah hujan yang cenderung tandus sehingga
cara mempertahankan kehidupannya lebih banyak melaut sebagai mata
pencaharian utamanya.
3
4
Sikap orang Madura yang dengan mudah dapat tersinggung harga
dirinya, dan melampiaskannya dengan melakukan tindakan kekerasan, oleh
etnik lain dinilai sebagai stereotip negative. Penggunaan inilah stereotip dalam
etnografi diartikan sebagai konsepsi mengenai sifat atau karakter suatu
kelompok etnik berdasarkan prasangka subjektif yang tidak tepat oleh
kelompok etnik lainnya. Prilaku dan pola kehidupan kelompok etnik Madura
tampak sering dikesankan atas dasar prasangka subjektif oleh orang luar
Madura. Kesan demikian muncul dari suatu pencitraan yang tidak tepat, baik
berkonotasi positif maupun negatif.
Upaya mengenal masyarakat Madura yang di katakan keras dan tegas,
kiranya penting untuk membuat penegasan tentang konsep keras dan tegas
dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku orang Madura. Barangkali
yang selalu muncul dari pikiran, sikap, dan tindakan orang Madura adalah
“ketengasan” bukan “kekerasan”. Dua kata benda yang berasal dari kata sifat
“tegas” dan “keras” yang dikaitkan dengan sikap dan prilaku ini harus di
bedakan secara konseptual maupun praktis. “keras” menunjukkan sifat prilaku
berkebalikan dengan prilaku “lembut” sehingga segala sesuatu harus dihadapi
dengan penuh emosi, mengabaikan akal budi dan etika sopan santun (asal
kemauannya dituruti). Pada konteks “tegas” mengandung makna prilaku
memegang prinsip yang diyakini sehingga tidak dengan mudah
terombang-ambing oleh kondisi dan situasi sekelilingnya.
Prasangka subjektif itulah yang sering kali melahirkan persepsi dan
5
sepihak yang ternyata keliru karena subjektivitasnya. Menurut perspektif
budaya , setiap kelompok etnis berpeluang memiliki penilaian dan justifikasi
subjketif-stereoptipikal dari kelompok etnik lainnya yang didefinisikan atas
dasar false generalization atas parsialitas perilaku yang ternyata tidak
representatif. Jika pandangan subjektif itu tidak mampu terjembatani secara
arif dan efektif maka kesalahpahaman cenderung dan mudah muncul yang
kemudian bermuara pada konflik etnik atau budaya.4
Keaneka-ragaman budaya tentunya apabila di lestarikan pastinya
selalu berkembang dan terus menambah keindahan, Salah satunya seni
kebudayaan di Desa Kwanyar Barat yakni seni bela diri ataupun sering di
sebut pencak silat dalam segi personal yang mempunyai kengunaan sebagai
benteng kewaspadaan diri, untuk melawan musuh, maupun dalam segi
pergroup sebagai penghibur di acara kemantenan.
Sehingga ada seorang penerus pencak silat yang menghidupkan
kembali, berawal dari keprihatinan budaya pencak silat yang memudar di
karenakan generasi pencak silat yang mengetahui tentang ilmu bela diri
dulunya seorang perantau, kini Beliau menetap di desa Kwanyar Barat untuk
meneruskan aktivitas nenek moyangnya menghidupkan kembali pencak silat
yang sejak dulu sudah ada.
Berawal dari satu group yang terdiri dari beberapa anggota seperti
anak usia remaja, bahkan ada kecil yang masih menempuh pendidikan TK
4
6
(Taman kanak-kanak), anggota pencak silat bukan hanya lelaki saja melainkan
perempuan juga tertarik dan bersedia menjadi anggota pencak silat.
Para anggota pencak silat di Kwanyar semakin hari semakin
bertambah pula, dengan keunikan budaya tersendiri sehingga semakin banyak
pula tambahan dalam peranggotaan kini group pencak silatpun mempunyai
dua perguruan (2 group) dalam satu desa yang dapat di artikan semakin
banyak warga Desa Kwanyar Barat menyukai ilmu bela diri atau pencak silat
karena selain di pelajari ilmu bela diri guna sebagai mempertahankan hidup
dari ganasnya jagat raya ini juga terdapat interaksi yang baik dari antar
personal.
Interaksi yang terjalin dengan baik antar ketua maupun anggota sehingga
mudah dalam pencapaian tujuan bersama yakni menjaga diri dengan ilmu bela
diri, maupun dapat bermanfaat pula dari segi individu dari kerasnnya alam.
Seperti kesenjangan interaksi yang menyinggung harga diri yang di
pertahankan oleh masing-masing individu. Harga diri merupakan usaha untuk
menjaga kehormatannya dengan niatan menjalankan kebenaran dan ketulusan
dalam prinsip. sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pencak silat
dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi
orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten
7
2. Apa yang melatarbelangi adanya pencak silat dalam mempertahankan
harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan ?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri
bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan
2. Untuk mengetahui yang melatarbelakangi adanya pencak silat dalam
mempertahankan harga diri bagi orang Madura di desa Kwanyar Barat
kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk penambahan khasanah
kepustakaan di bidang keperdataan, khususnya tentang pencak silat dan
harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan.
2. Dari segi praktis, penelitian ini sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran
dan masukan bagi para pihak yang berkepentingan khususnya bagi
masyarakat untuk mengetahui pencak silat dan harga diri orang Madura di
8
E. Penelitian Terdahulu
1. Skripsi Yetiika Putri, ( Universitas diponogoro semarang)
berjudul “ HUBUNGAN ANTARA INTIMASI PELATIH ATLET
DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET IKATAN
PENCAK SILAT INDONESIA ( IPSI) SEMARANG.” Dengan rumusan
masalah, apakah ada hubungan antara intimasi pelatih atlet terhadap
kecemasan bertanding dan seberapa besar sumbangan efektif intimasi
pelatih atlet terhadap tingkat kecemasan bertanding pada atlet pencak
silat. Serta bagaimana prediksi korelasi antara intimasi pelatih atlet dengan
kecemasan betanding”? Temuannya yakni, Skala Intimasi Pelatih-Atlet ini
terdiri dari 50 aitem dengan perbandingan proporsional bobot pada empak
aspek dalam skala ini tidak sama. Aspek pengungkapan diri (self
disclosure) memiliki bobot yang lebih banyak dibandingkan dengan tiga
aspek lainnya. Pemberian bobot lebih pada aspek ini berdasarkan pada
pendapatnya Atwater (1983), yang mengatakan bahwa self
disclosuremerupakan pusat intimasi serta adanya dua aspek yang
menunjang self disclosure, yaitu timbal balik dan ketertarikan.Hubungan
yang akrab antara pelatih dengan atlet dapat dilihat, seperti diungkapkan
oleh tiga orang atlet pada wawancara tanggal 24 November 2006.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang atlet tersebut,
diperoleh bahwa pelatih bagi mereka bukan hanya sebagai pelatih tapi
lebih dari itu, juga sebagai tempat berbagi perasaan di saat kurangsiap atau
9
lainnya. Pelatih bagi mereka juga sebagai motivator dan sumber dukungan
sosial di saat mereka merasa tertekan menghadapi pertandingan.
Terbentuknya kepercayaan dan keyakinan bahwa pelatih adalah orang
yang dapat membantunya untuk mengatasi kecemasannya, akan
menimbulkan suatu persepsi atlet terhadap pelatih bahwa pelatihadalah
seorang motivator, tempat memperoleh dukungan sosial dan fasilitator
sehingga pelatih tidak dirasakan sebagai seorang yang memberikan
tekanan dalam menghadapi pertandingan.
Suparmi dan Setiono (2000) mengatakan bahwa pada saat mengalami
masalah-masalah psikologis, seseorang akan mendapatkan dukungan
sosial justru karena adanya intimasi dalam hubungan yang di jalin. Jadi
keterikatan dengan judul “ pencak silat dan harga diri orang madua di
desa kwanyar barat kecamatan kwanyar kabupaten bangkalan. Mempunyai
kesamaan pembahasan tentang pencak silat yang mempunyai interaksi
hubungan antar masyarakat dan anggota.
2. “ PENGARUH KENGIATAN PENCAK SILAT PAGAR NUSA
TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SMP AL-ISLAH GUNUNG
ANYAR SURABAYA”
oleh Ahmad Habibi fakultas Tarbiyah jurusan pendidikan agama
islam IAIN sunan Ampel Surabaya ( 2006), Dengan rumusan masalah :
bagaimanakah pelaksanaan pelatihan kengiatan pencak silat pagar nusa di
10
pengaruh pencak silat pagar nusa terhadap kedisiplinan siswa di SMP Al-
islah?
Hasil analisis menggunakan metode presentase di ketahui bahwa
pelaksanaan kengiatan pencak silat pagar nusa di SMP Al-islah tergolong
baik (89,7%), hasil analisis dengan prosentase juga di ketahui bahwa
kedisiplinan siswa SMP Al-Islah tergolong baik ( 78%), adapun hasil
analisis sebesar 0,5,7 yang berarti ada pengaruh kengiatan pencak silat
pagar nusa terhadap kedisiplinan siswa SMP Al-Islah.
Titik persamaan dengan judul ini yakni memberikan penjelasan
maupun pemahaman tentang pencak silat dan titik perbedaanya yakni
kaintannya hubungan dengan kediplinan dan harga diri.
3. Ami Dwi Margono (2014) jurusan psikologi fakultas dakwah IAIN sunan
Ampel surabaya dengan judul skripsi “ HUBUNGAN HARGA DIRI DAN
DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR”.
Analisis Regresi berganda di peroleh korelasi , a) nilai signifikan harga
diri dan dukungan teman sebaya dengan prestasi belajar 0,361 > 0,50
maka dapat di katakana bahwa hubungan harga diri dan dukungan teman
sebaya dengan prestasi belajar di tolak karena tidak cukup kuat dan
tergolong rendah, b) 0,002 nilai signifikan prestasi belajar dengan harga
diri sebesar 0,492 karena signifikan > 0,05 maka Ho di terima yang berarti
Ha di tolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi
11
dukungan teman sebaya 0,104 nilai signifikan sebesar 0,118 karena
signifikan > 0,005 maka Ho Diterima yang berarti Ha di tolak, artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan
dukungan teman sebaya, korelasi untuk harga diri dengan dukungan teman
sebaya 0,548 nilai signifikan dan dukungan teman sebaya sebesar 0,000
karena signifikan< 0,05 maka Ho di tolak yang berarti Ha di terima.
Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan dukungan
teman sebaya.
persamaan dengan judul ini menjelaskan definisi harga diri akan tetapi
perbedaannya yakni harga diri dalam lingkup teman sebaya dan harga diri
orang Madura yang melingkup secara luas.
4. BUDAYA JAWA SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI DALAM
PELESTARIAN NILAI-NILAI ISLAM (STUDI KASUS DI
PADEPOKAN MACAN PUTIH DUSUN BARON TIMUR DESA
BARON KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK).
Ini adalah skripsi dari Fakultas Dakwah Dan ilmu Komunikasi
jurusan Sosiologi di IAIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2013. Atas nama
Happy Amidana Asrori, karya penulis ini mempunyai yakni membahas
pencak silat dan berteorikan yang sama yakni struktur fungsional Parsons
menempatkan A,G,I,L sebagai tolak ukur atas terciptanya keseimbangan
12
system social, system kepribadian, dan organism prilaku, serta
menggunakan metode penelitian kualitatif juga.
Perbedaanya di pembahasan budaya Jawa sebagai media sosialisasi
dalam pelestarian nilai-nilai islam, sedangkan saya focus pada harga diri
orang Madura yang di kaitkan dengan seni pencak silat yang mempunyai
ilmu bela diri sebagai alat eksitensi untuk mempertahankan harga diri serta
guna sebagai pelindung untuk kewaspadaan diri sertapula bisa menolong
seseorang apabila sewaktu-waktu bisa di gunakan secara hal positif dari
ganasnya dunia jagat raya ini.
F. Definisi Konsep
1. Pencak silat
Pencak silat adalah olah raga bela diri yang memerlukan konsentrasi. Seni bela diri pencak silat, selain menciptakan manusia-manusia yang memiliki tubuh yang sehat dan kuat, juga akan menciptakan manusia-manusia yang berjiwa ksatria, seperti yang terkandung dalam motto men sana in corporesano yang artinya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Orang-orang yang berlatih ilmu bela diri pencak silat dituntut untuk memiliki kekuatan tubuh yang kuat, karena dengan memiliki tubuh yang kuat itu mereka akan mampu mengikuti semua bentuk latihan ilmu pencak silat.
Pencak silat selain untuk bela diri, juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk berolahraga, karena dalam pencak silat anda akan dituntut untuk mengerakkan seluruh tubuh, dan dalam pencak silat akan dapat :
a. Mendorong/merangsang kekuatan fisik dan mental tiap orang b. Membangkitkan kekuatan fisik dan mental orang
c. Mengembangkan dan membina kekuatan fisik dan mental tiap orang.
d. Menggerakkan otot-otot besar, sebab setiap gerakan dalam pencak silat selalu menggunakan otot-otot besar.
membuat tubuh bagus, juga dapat membuat diri memiliki keterampilan untuk menjaga diri dari gangguan orang lain.5
Ada pengaruh budaya china, agama hindu, dan islam dalam
pencak silat. Biasanya di setiap daerah Indonesia mempunyai aliran
pencak silat yang khas. Misalnya daerah Jawa Barat terkenal dengan
aliran cimande dan cikalong, di Jawa Tengah ada aliran merpati putih,
dan di Jawa Timur ada aliran perisai diri.6
Pencak silat merupakan kepandaian berkelahi, seni bela diri
khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang
untuk pertandingan atau perkelahian. Ilmu bela diri ini ternyata
sangatlah bermanfaat untuk ke depannya bukan hanya sebagai
penghibur penonton di saat acara pengantinan saja, melainkan menjadi
keahlian tersendiri dalam segi kewaspadaan diri guna untuk
mempertahankan harga diri kearah yang positif.
2. Harga Diri Seorang Madura
tiang peyangga kuatnya tradisi Madura tak lepas dari
14
maksudnya lebih baik mati daripada menanggung malu. Ungkapan
ini berlaku untuk mempertahankan martabat, hak dan harga diri
sebagai orang Madura.7 Sedangkan harga diri merupakan kesadaran
akan berapa besar nilai yang di berikan kepada diri sendiri.8 Ketika seseorang berusaha untuk menjaga kehormatan maka harga diri
akan muncul kehormatan adalah kesetian dalam menjalankan
kebenaran yang akhirnya melahirkan martabat yang membuat
seorang menjadi terhormat sedangkan harga diri merupakan wujud
dari keinginan untuk tetap terhormat.
Terhormat adalah sebuah tindakan untuk menjaga martabat
dengan melakukan tindakan berdasarkan asas kebenaran dan
tatanan sehingga mempunyai sikap yang di terima oleh masyarakat,
dengan mewujudkan sikap timbal balik serta saling menghargai
orang lain sebaik mungkin. Bukan karena jabatan, kekuasaan dan
kekayaan tetapi karena penghargaan sebagai sesama manusia,
sehingga tidak ada kata mengenal seseorang sebelah mata, namun
pada hakekatnya manusia itu adalah sama.
Antara pencak silat dan harga diri mempunyai keterikatan
yakni berupa aksi dari pencak silat karena adanya konflik harga diri
memang tidak semuanya akan tetapi beberapa warga di desa
7
https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf-=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=harga+diri+orang+madura,dIakses tgl 2 November 2015. Jam 17: 50
8
15
Kwanyar Barat yang menggunakan ilmu bela diri untuk
mempertahankan harga diri sedangkan kalangan orang Madura
sangat antik dengan kesenjangan harga diri.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
karena pendekatan kualitatif lebih tepat untuk mengidentifikasi
permasalahan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu “Pencak
silat dan harga diri orang Madura (studi di Desa Kwanyar Barat
Kecamatan Kwanyar Kecamatan Bangkalan).”Peneliti juga bermaksud
memahami situasi sosial secara lebih mendalam, menemukan konsep,
hipotesis dan teori.9Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan
pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada
memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Peneliti
ingin mengetahui gambaran secara lengkap mengenai Pencak Silat Dan
Harga Diri Orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan.
Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif yang mengutip Bogdandan Taylor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Hal ini berarti penekanannya adalah pada usaha untuk menjawab pertanyaan adalah melalui cara-cara berpikir informan dan argumen. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga
9
16
fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha
mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti, dan lengkap.10
2. Lokasi dan Waktu penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Ada 2 (dua) perguruan pencak silat
yakni Cakraningrat Cendana dan Gagak Hitam di pilih karena Lokasi
ini sesuai dengan kriteria yang dimaksud di dalam penelitian yang
berjudul “Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura di Desa
Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”.Waktu
yang digunakan peneliti dalam pengambilan data yang berkaitan
dengan penelitian ini berkisar antara bulan November sampai
Desember tahun 2015.
3. Pemilihan Subyek Penelitian
Subyek penelitian kali ini merupakan para anggota pencak silat di
2 (dua) perguruan pencak silat yakni Cakraningrat Cendana dan Gagak
Hitam serta warga masyarakat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan yang merupakan penduduk asli Desa
Kwanyar atau yang telah lama tinggal dan menetap. Berikut ini nama -
nama yang sebagai sumber data dari penelitian ini tertera dalam tabel.
10
17
Tabel 1.1
Data Informan
No. Nama Status
1 Roset Anggota ke-2nya
2 Ach.Rifqi Anggota ke-2nya
3 Syaiful Rizal Anggota ke-2 nya
4 Ainul yakin Anggota gagak hitam
5 Syamsudin Anggota ke -2nya
6 Roy Anggota cakraningrat cendana
7 Risqi Anggota cakraningrat cendana
8 No Anggota ke-2nya
9 Andri Anggota cakraningrat cendana
10 Bedhok Anggota cakraningrat cendana
11 Nurhidayati Anggota ke-2 nya
12 Ibu Fatima Masyarakat
13 Ust. Hasyem Masyarakat
14 Rodiyah Masyarakat
15 Ummi Kulsum Masyarakat
16 KH. Mustofa Sujai Tokoh ulama’
17 Much. Hamzah Masyarakat
18 Rosed Pelatih 1 cakraningrat cendana
18
20 Sholihin Pelatih gagak hitam
Keterangan : anggota - anggota gagak hitam dan cakraningrat cendana
4. Tahap-tahap Penelitian
Dari uraian langkah-langkah penelitian terdahulu, maka sebetulnya
dapat dikelompokan kedalam tiga tahapan penelitian sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan (persiapan)
b. Tahap pelaksanaan penelitian
c. Tahap penulisan laporan penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data antara lain:
a. Metode Observasi (pengamatan)
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.11 Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan mengamati situasi yang terjadi di Desa Kwanyar Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Pengamatan dapat dilakukan secara
terlibat maupun tidak terlibat.
b. Metode wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
11
19
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu.12
Wawancara dilakukan langsung dengan informan, dalam peneltian
ini data yang diteliti adalah lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan data,
dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan, alat perekam suara, dan
kamera. Daftar pertanyaan yang diajukan berisi pertanyaan seputar tema
yang diteliti. Alat rekam suara digunakan untuk mereka mungungkapan
yang dikemukakan informan. Hasil rekaman kemudian didengar
berulang-ulang melalui pencatatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan
data. Kamera digunakan untuk mengambil gambar yang terkait dengan
pencak silat dan harga diri tersebut.
6. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan data mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di
temukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di
sarankan oleh data.13
Setelah rangkaian data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data
dengan prosedur dan teknis pengolahan sebagai berikut:
a. Melakukan pemilahan dan penyusunan klarifikasi data
b. Melakukan penyuntingan data dan pemberian kode data untuk
membangun kinerja analisis data
12
Deddy mulyana,metodologi penelitian kualitatif,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2008) hlm 180
10.
20
c. Melakukan konfirmasi data yang memerlukan verifikasi data dan
pendalaman data
d. Melakukan analisis data sesuai dengan konstruksi pembahasan hasil
penelitian
7. Teknik pemeriksaan keabsahan data
Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggung
jawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau
mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini,
langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali
keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan
keterangan yang dilakukan.
a. Fokus dan ketekunan
Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang
dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui tentang Pencak Silat Dan
Harga Diri Orang Madura di desa kwanyar barat kecamatan kwanyar
Kabupaten Bangkalan. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada
sasaran objek yang diteliti, hal ini diperlukan agar data yang digali tidak
melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.
b. Trianggulasi
21
dalam hal bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur tampaknya menjadi strategi yang baik untuk menambah kekuatan, keluasan, dan kedalaman suatu penelitian.14
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika merupakan panduan mengenai pembahasan dalam
setiap bab penelitian. Dalam setiap penelitian perlu adanya sistematika
pembahasan yang tujuannya mempermudah mengetahui isi dari tiap-tiap
bab. Penelitian yang berjudul“Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura
di desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”.
Untuk mempermudah dalam mengetahui pembahasan dari setiap bab
penelitian diatas, maka perlu adanya pengorganisasian mengenai
sistematika pembahasan diantaranya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar
belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan
masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat
penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang definisi
konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan
digunakan dalam penganalisa masalah. Definisi konsep harus digambarkan
14
22
dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevan siteori yang akan
digunakan dalam menganalisis masalah.
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini penyajian data dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Deskripsi umum objek penelitian
Dalam bagian ini objek penelitian harus dipaparkan, peneliti akan memberikan
gambaran tentang berbagai hal misal, letak geografis Desa Kwanyar Barat ,
Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
b. Deskripsi hasil penelitian
Dalam bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian dan
menjawab dari rumusan masalah yang di dasarkan atas hasil pengamatan,
wawancara, dokumentasi, dan lain-lain.
c. Analisis Data
Dalam bagian ini yaitu tentang pemaparan temuan yang di dapat dan
melakukan konfirmasi dengan teori yang telah ada.
BAB IV PENUTUP
Bab ini mengemukakan tentang ke simpulan dan saran. Selain itu dalam
penutup juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta
23
BAB II
TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons)
Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori
structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif fungsional bagi
sistem “ tindakan “ yaitu skema AGIL. Fungsi adalah suatu gugusan
aktivitas yang di arahkan untuk memenuhi satu atau beberapasistem.
Persons percaya ada empat ciri A (adaptasi) , G, (goal attainment),
pencapain tujuan, I ( integrasi), L(latensi) atau pemeliharaan pola.1.
Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan ke empat fungsinya tersebut :
1. Adaptasi : sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar, ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.
2. Pencapaian tujuan : sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya.
3. Integrasi : sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Itu pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A,G,L)
4. Latensi (pemeliharaan pola). Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.
Parsons mendesaian skema AGIL agar dapat di gunakan pada semua level sistem teoritisnya (salah satu contoh dari hal ini dapat di baca dalam paulsen dan Feldman,1995). Dalam pembahasan di bawah ini tentang ke empat sistem tindakan, kita akan menjabarkan bagaimana parson menggunakan AGIL.
1
24
Apabila dii kaitkan dengan penelitian saya yang berjudul pencak silat
dan harga diri orang Madura, dengan konsep AGIL parsons tentang sebuah
system antara lain:
1. Fungsi adaptasi berguna untuk penyesuain anggota pencak silat
terhadap masyarakat dari segi seni budaya maupun social
kengiatan yang lainnya
2. Fungsi goal dalam perwujudan seni budaya yang di lestarikan
maupun di kembangkan
3. Fungsi integrasi saat terjadi interaksi antara pelatih, angggota, dan
masyarakat menjadi hubungan yang baik dan kompak, sehingga
tercapailah tujuan yang hendak di capai
4. Fungsi latensi pada saat budaya itu di kembangkan dengan baik
sehingga bersama – sama melestarikan serta mempertahankan agar
tetap terus berkembang.
Organisme behavorial adalah sistem tindakan yang menangani fungsi
adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mengubah dunia luar. Sistem
kepribadian menjalankan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan
tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang di gunakan untuk
mencapainya. Sistem sosial menangani fungsi integrasi dengan mengontrol
bagian-bagian yang menjadi komponennya. Akhirnya, sistem kultural
menjalankan fungsi latensi dengan membekali aktor dengan norma dan
25
Tabel 1.2
Meringkas struktur sistem tindakan akan skema AGIL.
L I
SISTEM KULTURAL SISTEM SOSIAL
ORGANISME BEHAVIORAL SISTEM KEPRIBADIAN
A G
Struktur Sistem Tindakan Umum
Sistem Tindakan. Gagasan Parsons tentang sistem tindakan secara
menyeluruh. .
1. Lingkungan Tindakan : realitas hakiki
2. Sistem kultural
3. Sistem sosial
4. Sistem kepribadian
5. Organisme behavoral
6. Lingkungan tindakan: lingkungan fisik atau organik.
Parsons menemukan jawaban masalah tatanan ini dalam struktural
fungsional, yang dalam pandangannya berkisar dalam serangkaian asumsi
berikut
1. Sistem memiliki tatanan dan bagian-bagian yang terngantung satu sama
lain
2. Sistem cendarung memiliki tatanan yang memelihara dirinya, atau
26
3. Sistem bisa jadi statis atau mengalami proses perubahan secara tertata
4. Sifat baru bagian sistem berdampak pada kemungkinan bentuk bagian lain.
5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan mereka
6. Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental yang diperlukan bagi
kondisi ekuilibiun sistem.
7. Sistem cenderung memelihara dirinya yang meliputi pemeliharaan batas
dan hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan, kontrol variasi
lingkungan, dan konrol kecenderungan untuk mengubah sistem dari
dalam.
Keempat sistem tindakan merupakan alat analitis untuk menganalisis
dunia nyata.
Sistem Sosial. Konsepsi parsons tentang sistem sosial di mulai dari level mikro, yaitu interaksi antara ego dengan alter ego, yang di definisikan
sebagai bentuk paling dasar dalam sistem sosial, ia tidak banyak menganalisis
level ini, meski ia memang berpendapat bahwa ciri-ciri sistem interaksi ini
hadir dalam bentuk yang lebih kompleks yang di ciptakan oleh sistem sosial.
Parsons mendefinisikan sistem sosial sebagai berikut :
Sistem sosial terdiri dari beragam aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik atau
lingkungan, aktor yang cenderung termotivasi ke arah “ optimisasi “kepuasan“ dan yang hubungannya dengan situasi mereka, termasuk
hubungsn satu sama lain, didefinisikan dan diperantarai dalam bentuk sistem simbol yang terstruktur secara kultural dan dimiliki bersama. 2
2
27
Sistem kultural. Parsons menyebut kebudayaan sebagai kekuatan utama yang mengikat berbagai elemen dunia sosial, atau, dalam
bahasanya, sistem tindakan. Kebudayaan memerantai interaksi antara
aktor dan mengintegrasikan kepribadian dengan sistem sosial, kebudayaan
memiliki kapasitas tertentu, paling tidak, untuk menjadi komponen sistem
lain, jadi, dalam sistem sosial, kebudayaan menumbuh dalam norma dan
nilai, sedangkan dalam sistem kepribadian, kebudayaan diinternalisasikan
oleh aktor ke dalam dirinya, namun sistem kultural bukan sekedar bagian
dari sistem lain: ia juga memiliki eksitensi terpisah dalam bentuk stok
pengetahuan sosial, simbol, dan gagasan. Aspek-aspek sistem kultural ini
memang terdapat dalam sistem sosial dan kepribadian, namun tidak
menjadi bagian darinya.
Sistem kepribadian. sistem kepribadian tidak hanya di kendalikan oleh sistem kultural, namun juga oleh sistem sosial. Ini berarti Parsons
tidak memberi sistem kepribadian tempat yang independen :
Pandangan saya adalah bahwa, kendati konteks utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan kebudayaan melalui sosialisasi, kepribadian menjadi sistem independen karena hubungannya dengan organismenya sendiri dan melalui keunnikan pengalaman hidupnya sendiri : sistem kepribadian bukanlah sekedar epifenomena.
Organisme Behavioral. Meski memasukkan organisme behavioral sebagai salah satu sistem tindakan, namun Parsons tidak terlalu panjang
28
merupakan sumber energi bagi seluruh sistem. Meski di dasarkan pada
bangunan genetis, organisasinya di pengaruhi oleh proses pengondisian
dan pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan individu. Organisme
behavioral jelas merupakan sistem bekas dalam karya Parsons, namun
paling tidak ada alasan lain selain bahwa ia mengantisipasi adanya minat
pada sosiobiologinya dan sosiologi tubuh (B.Turner, 1985) di kalangan
beberapa orang sosiolog.
B. Struktural Fungsional (Robert K. Merton)
Robert K.Merton seorang pentolan teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola instutional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial dan sebagainya. Hampir semua penganut ini perkecendrungan untuk memusatkan perhatiannya kepada fungsi suatu fakta sosial terhadapa fakta sosial yang lain. Hanya saja menurut Merton pula, sering terjadi pencampuradukan antara motif-motif subjektif dengan pengertian fungsi. Padahal perhatian struktural fungsional harus lebih banyak di tujukan kepada fungsi-fungsi di bandingkan motif-motif.
Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep – konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (eguilibrium).3
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang
terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling
menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi dalam satu bagian
akan membawa perubahan pula terhadap perubahan yang lain. Asumsi
dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional
3
29
terhadap yang lain. Sebaliknya kalau ada fungsional maka struktur itu
tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.
Penganut teori ini cendrung untuk melihat hanya kepada
sumbangan suatu sistem yang lain dan karena itu mengabaikan
kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau sistem dapat beroperasi
menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim
penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur
adalah fungsional bagi seluruh masyarakat.
Dengan demikian pada tingkat tertentu umpamanya peperangan,
ketidaksamaan sosial, perbedaan ras, bahkan kemiskinan “ diperlukan”
oleh suatu masyarakat.perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan
dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik, penganut teori struktural
fungsional memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara
menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangaan.
Kendati Merton dan Parsons di kelompokkan ke dalam struktural
fungsional, ada sejumlah perbedaan penting antara keduanya, untuk satu
hal, kalau persons mendukung terciptanya teori besar dan mencakup
seluruhnya, Merton lebih memilih teori-teori yang terbatas, dan pada
30
Model Struktural Fungsional, Merton mengkritik apa yang di lihatnya sebagai tiga postulat dasar amalisis fungsional sebagaimana di
kembangkan oleh antropologi seperti Malinowksi dan Radcliffe-Brown.4
Yang pertama adalah pustulat kesatuan fungsional masyarakat.
Postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktek social
budaya standart bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan
maupun bagi individu dalam masyarakat. Pandangan ini mengandung arti
bahwa berbagai bagian system social pasti menunjukkan tingginya level
integrasi. Namun, Merton berpandangan bahwa meskipun hal ini berlaku
bagi masyarakat kecil dan primitif, generalisasi ini dapat di perluas pada
masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks.
Fungsionalisme universal adalah postulat kedua. Jadi, dinyatakan
bahwa semua bentuk dan struktur social cultural memiliki fungsi positif.
Merton berpendapat bahwa ini bertentangan dengan apa yang kita temukan
di dunia nyata. Jelas bahwa tidak semua struktur, adat istiadat, gagasan,
keyakinan, dan lain sebagainya, memiliki fungsi positif. Sebagai contoh,
nasionalisme buta bisa jadi sangat disfungsional di dunia yang tengah
mengembangkan persenjataan nuklir.
Yang ketiga adalah postulat indispensabilitas. Argumennya adalah
bahwa seluruh aspek standar masyarakat tidak hanya memiliki fungsi yang
positif namun juga merepsentasikan bagian-bagian tak terpisahkan dari
4
31
keseluruhan. Postulat ini mengarah pada gagasan bahwa seluruh struktur
dan fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Tidak ada
struktur dan fungsi yang dapat bekerja sebaik yang sekarang ada di dalam
masyarakat. Kritik Merton, mengikuti Parsons, adalah bahwa paling tidak
kita harus bersedia mengakui bahwa ada alternatif struktural dan
fungsional di dalam masyarakat.
Pandangan Merton adalah bahwa seluruh postulat fungsional tersebut
bersandar pada pernyatan nonempiris yang di dasarkan pada system
teoritik abstrak. Minimal, menjadi tanggung jawab sosiolog untuk
menelaah setiap postulat tersebut secara impiris. Keyakinan Merton adalah
bahwa uji empiris, bukan pernyataan teoritis, adalah sesuatu yang krusial
bagi analisis fungsional. Inilah yang mendorongnya untuk
mengembangkan “paradigma’ analisis fungsional sebagai panduan ke arah
pengintegrasian teori dengan riset.
Dari sudut pandang tersebut Merton menjelaskan bahwa analisis
structural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi,
masyarakat, dan kebudayaan. Ia mengatakan bahwa objek apa pun yang
dapat di analisis secara structural – fungsional harus “ merepresentasikan
unsure - unsur standar (yaitu, yang terpola dalam berulang)” . Ia menyebut
hal tersebut sebagai “ peran social, pola – pola institusional, proses social,
organisasi kelompok, struktur social, alay control social, dan lain
32
Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifest dan fungsi laten.
Kedua istilah tersebut juga merupakan tambahan penting bagi analisis fungsional, secara sederhana fungsi manifest adalah yang di kehendaki, sementara fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki. Tindakan mengandung konsekuensi yang di kehendaki atau maupuan yang tidak di kehendaki.
Konsekuensi yang tidak diantisipasi, dan fungsi-fungsi laten tidaklah sama. Fungsi laten adalah suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi, sesuatu yang fungsional bagi system yang di rancang. Namun
ada dua jenis konsekueansi tak terantisipasi lain: “hal – hal disfungsional bagi system yang telah ada, dan itu semua mencakup disfungsi laten,” dan
“ hal- hal yang tidak relavan dengan system yang mereka pengaruhi secara
fungsional atau disfungsional … konsekuensi – konsekuensi non
fungsional”.
Merton menjelaskan bahwa tidak semua struktur social tidak dapat di ubah oleh bekerjanya system social, Beberapa bagian system social kita dapat dihapuskan. Ini membantu teori fungsional mengatasi salah satu bisa konservatifnya. Dengan mengakui bahwa beberapa struktur dapat di ubah, fungsionalisme membuka jalan bagi perubahan social penuh makna. Masyarakat kita, misalnya, dapat saja terus ada (dan bahkan di perbaiki) ketika diskriminasi terhadap berbagai kelompok minoritas dihapuskan5.
Jika di kaitkan dengan penelitian saya yang mencangkup tentang
pencak silat dan harga diri orang Madura dalam konsep Merton yaitu :
1. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat di amati yang menuju adaptasi
atau penyesuaian dalam suatu sistem. Seperti pencak silat yang berfungsi
untuk penjaga diri dari kewaspadaan segala bahaya keras dunia.
2. Disfungsi terjadi ketika kesabaran itu muncul sehingga seseorang yang
mempunyai ilmu bela diri/pencak silat tidak mengapllikasikannya
terhadap keadaan yang menyinggung maupun pelecehan harga diri
maupun semacamnya.
5
33
3. Fungsi manifest ketika sesuatu itu di kehendaki penuh dengan segala
rancangan yang memang sudah di rencanakan sehingga hasilnya pun
sesuai dengan ke inginan, misalnya ada pelecehan harga diri dengan
menyelesaikan secara baik- baik, maupun secara kekeluargaan apabila
masih ada ikatan kekerabatan tentunya dengan fikiran yang jernih dan
saling menghargai satu sama lain pendapat maupun prilaku seseorang
sehingga menghasilkan keadaan yang damai karena saling mempunyai
sifat mengerti dari watak seseorang masing-masing.
4. Fungsi laten ini terjadi pada saat keadaan yang tidak di kehendaki secara
tidak di sengaja hal yang tak di inginkan itu terjadi menyinngung harga
diri dengan cara “ngongein” yakni mendatangi ke rumah maupun mencari
seorang yang menjadi provokator timbulnya permasalahn dengan adanya
emosi yang besar padahal hanya ingin menyampaikan saja maka terjadilah
percekkokan.atau perkelahian.
5. Keseimbangan (eguilibrium) dengan melihat keadaan yang terjadi dapat menyeimbangkan bagaimana pola- pola ataupun tahapan- tahapan cara
menyelesain suatu permasalahan sehingga dapat menemukan jalan keluar
(solusinya).
Teori ini sebagai pisau analisis berkaitan dengan judul pencak silat dan
harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan di karenakan adanya fungsi tersendiri dari dalam
34
Skema 2.1
Pola pikir Teori Struktural Fungsional
Sistem tindakan
Organisme behavioral- fungsi adaptasi, sistem kepribadian menjalankan pencapain tujuan, sistem sosial menangani fungsi integrasi, dan fungsi sistem kultural menjalankan fungsi latensi membekali aktor dengan norma dan
35
BAB III
PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA
A. Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan
Bangkalan berasal dari kata ’’Bhengkah’’ dan ’’La’an” yang
artinya “mati sudah”. Istilah ini di ambil dari cerita legenda tewasnya
pemberontak sakti Ke’lesap yang tewas di madura sebelah barat yaitu kota
Bangkalan.1 Kabupaten Bangkalan terletak di ujung barat Pulau Madura. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa
di utara, Kabupaten Sampang di timur serta selat Madura di selatan dan
barat. Luas wilayah adalah 1.260,14 km dan terletak di antara kordinat 112
40’06’’- 113 08’04’’ Bujur timur serta 6 51’39’’-7 11’39’’ lintang selatan.
2
Berdasakan astronomis pulau Madura terletak pada koordinat, 70
-0’ lintang utara dan 1130
-20’ Bujur Timur. Panjang pulau Madura kurang
lebih 160 km dan jarak yang terlebar pulau sebesar 40 km.3
Meski terpisah dari jawa, saat ini, secara administratif pulau
Madura terrnasuk wilayah Jawa Timur. Total luas wilayahnya (termasuk
pulau-pulau kecil) kurang lebih 5.300 km2. Jumlah penduduknya hampir
1
Http://sraksruk.blogspot.com/2012/10/sejarah-kab.bangkalan-jawa-timur.htmI?m=1, Akses tgl 10/12/2015
2
Kabupaten Bangkalan dalam angka 2014, Badan Pusat Statistik kabupaten Bangkalan, catalog BPS 1102001. 3526
3
36
mencapai 4 juta jiwa ( tepatnya 3.711.433 juta jiwa, data BPS Jawa Timur
tahun 2008).
Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten, yakni Bangkalan,
Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Adapun rincian luas keempat
kabupaten: Bangkalan 1.260 km2, Sampang 1.233 km2, Pamekasan 792 km2, Sumenep 1.989 km2.
1. Letak Geografis
Kabupaten Bangkalan terletak di ujung barat pulau Madura. Ibu kotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini berbatasan dengan laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta selat Madura di selatan dan barat. Luas wilayahnya adalah 1.260,14 km2 dan terletak di atara koordinat 1120
40’06” Bujur Timur serta 60 51 ‘39’’
-70 11’39’’ Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sampang, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan selat Madura.4
Di lihat dari topografinya, Bangkalan berada pada ketinggian 2-100 m di atas permukaan air laut. Wilayah yang terletak di pesisir pantai, seperti kecamatan Sepuluh, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2-10 m di atas permukaan air laut. Untuk wilayah yang terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100 m di atas permukaan air laut.
Sebagai daerah penghubung kabupaten lain di pulau Madura dengan pulau jawa, Bangkalan mempunyai pelabuhan di daerah kamal. Di mana setiap harinya terdapat layanan kapal fery yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (melalui pelabuhan Ujung). Selain itu, kini terdapat jembatan Nasional Suramadu (Surabaya-Madura). Dengan panjang 5.438 m, jembatan suramadu sampai saat ini merupakan jembatan terpanjang Indonesia. Hal ini menjadikan Bangkalan sebagai salah satu kawasan perkembangan Surabaya serta tercangkup dalam lingkup gerbang kertosusila. Kawasan Gerbang Kertosusila merupakan kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia.5
4 Samsul Ma’arif. (2015).
Madura sejarah panjang Madura dari kerjaan, kolonialisme
sampai kemerdekaan.: Araska. Yogyakarta. Hlm 24
5
37
Berdasarkan hasil komposisi penduduk, di ketahui kabupaten
Bangkalan mengalami pertumbuhan penduduk yang terus meningkat
setiap Tahun nya. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin 2013
No. Kelompok Umur Penduduk laki-laki
Penduduk perempuan
jumlah
1 Bangkalan 2012 439.054 479.948 919.002
2 Bangkalan 2011 435.643 476.220 911.863
3 Bangkalan 2010 433.206 473.555 906.761
4 Bangkalan 2009 423.751 473.630 897.381
5 Bangkalan 2008 422.792 464.371 887.163
6 Bangkalan 2007 421,781 453,431 875.212
7 Bangkalan 2006 420.697 451.569 872.266
8 Bangkalan 2005 419. 871 450.564 870.435
9 Bangkalan 2004 398.432 445.317 843.749
10 Bangkalan 2003 390. 230 436.028 826. 258
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan.6
Jumlah populasi penduduk yang terus bertambah di Bangkalan juga
mempengaruhi komposisi pemeluk agama. Meskipun masyarakat Bangkalan
6 Badan Pusat Statistic Kabupaten Bangkalan. “Kabupaten bangkalan dalam angka”
38
mayoritas beragama islam namun tidak menutup ruang untuk para penganut
agama yang lain.
Tabel 3.2
Pemeluk Agama di Kabupaten Bangkalan
Agama Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Islam 945.419 939.825 939.941
Katolik 521 1.067 1.059
Hindu 105 119 116
Bundha 58 61 63
Konghucu n.a n.a n.a
Kristen n,a n.a n.a
Lain-lain 1.475 1.496 1.505
Bangkalan merupakan Kabupaten yang mana penduduknya
mayoritas Islam, namun tidak lepas dari sejarah perkembanganya yang
saat itu Syaikhona Kholil menjadi pelopor pesatnya perkembangan
peradaban Islam di Bangkalan, hingga saat ini masyarakat Bangkalan
masih melanjutkan perjuangan beliau dan menjadikan peradaban sosial
budaya sebagaimana yang diharapkan yaitu sosial budaya yang Islami.7
7Satuan kerja sementara hulu migas “pemetaan sosial daerah
40
Sumber Data : dari Desa setempat masing-masing8.
Sedangkan di Desa Kwanyar Barat jumlah wajib KTP terdiri dari laki – laki
berjumlah 1, 951 sedangkan perempuan 1, 793 totalnya 3, 744 dan jumlah
penduduk ber KTP, laki- laki 1, 246 dan perempuan 1, 250 sehingga
berjumlah 2, 496.
8
41
Gambar 3.1.1
Peta Lokasi Penelitian
Sumber : Sekretaris Desa Kwanyar Barat9
9
42
2. Keadaan Sosial Dan Budaya
Desa Kwanyar Barat berada di pesisir pantai bengitu pula dekat
dengan Suramadu, sehingga pendapatan mata pencaha rian masyarakatnya
dominan seorang nelayan, pedangang ikan, produk kerupuk udang,
pembuatan petis udang, pencari ikan karang, ada juga profesi sebagai
guru, polisi, serta militer, ahli kesehatan, hanya dapat di hitung beberapa
orang saja. Bengitu pula ada yang merantau kebeberapa luar Negara
seperti Malaysia, Saudi Arabia, Thailan, Singapore, Brunai, Taiwan,
Amerika Serikat, dls, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Terdapat pula kengiatan organisasi seperti Karang Taruna dengan
mengisi kengiatan social,dan ibu PKK yang di dalamnya terdapat program
nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan, (PNPM – MP)
Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Sedangkan di lihat dari
sarana pendidikan terdapat pula 2 bangunan tempat pendidikan SD
(Sekolah Dasar), yakni terdiri dari SDN Kwanyar Barat 01 dan SDN
Kwanyar Barat 02.
Tak lepas dari kebudayaan orang Madura sering kali saya
menemukan perayaan pernikahan dengan pasangan pengantinnya hanya
lulusan SD saja bisa terjadi hal tersebut di karenakan adanya factor
ekonomi maupun perjodohan serta timbulnya factor cinta tak heran pula
43
serta masyarkat Desa Kwanyar Barat maupun orang Madura pada
umumnya “dari pada berduaan berpacaran mending dinikahkan”. Kalimat
ini tentunya menunjukkan bahwa memang menjaga seorang keturunan
berjenis kelamin wanita lebih berat daripada lelaki untuk mempertahankan
kehormatan keluarganya.
Bengitu pula di sela- sela waktu Desa Kwanyar Barat juga terdapat
hiburan setiap tahun di hari lebaran idul fitri sampai idul ketupat yakni
berupa adanya lokasi pantai rongkang yang menjadi momentum tempat
aneka pasar/bazar serta hiburan juga terdapat menyewahan perahu dari
Kwanyar sampai ke Kenjeran Surabaya, uniknya acara pertahunan ini
pengunjungnya ramai sekali hingga orang luar Madura pun mendatangi
karena mempunyai jiwa yang penasaran untuk mengunjunginya.
Bukan hanya adanya hal itu saja melainkan ada penyewahan
delman bagi anak kecil maupun yang dewasa untuk mengelilingi kawasan
Kecamatan Kwanyar agenda ini hanya ada di waktu lebaran idul fitri
sampai idul adha dan di bulan maulid Nabi. Konon katanya, keberadaan
hiburan delman ini bermula dengan pengunjung yang sedang berziarah ke
sesepuh makam Kwanyar yakni Sunan Cendana terletak di depan pasar
Kwanyar biasanya setiap lebaran ramai pengunjung dan juga di bulan
maulid Nabi karena dulu di makam Sunan Cendana banyak sekali binatang
monyet sehingga anak kecil dari pengunjung merasa ketakutan hingga
menangis pada akhirnya di hibur dengan delman yang mengelilingi desa
44
Selain itu ada pula yang lain juga Sering mengadakan lomba hias
perahu dan perlombaan balapan mengendarai perahu dari warga setempat
dan hal ini sudah menjadi budaya di Desa Kwanyar Barat ini tentunya
menyenangkan sekali sebagai hiburan.
3. Kengiatan Sosial Keagamaan
Suasana di Desa Kwanyar Barat dapat di katakan kalangan yang agamis
religious, di karenakan masih ada rutinitas budaya keislaman yang masih
dilestarikan seperti: diba;an setiap hari rabu, yasinan setiap hari kamis,
munaqiban, serta acara pengajian maupun haddatan, masyarakatnya selalu
kompak dalam hal kengiatan apapun memang mayoritas masyarakatnya islam.
Masih terlihat juga acara selamatan khaul para sesepuh, selamatan kehamilan,
kelahiran maupun tahlilan kematian, serta tayakuran, dll.
Tabel 3.4
Data Sarana Tempat ibadah.
No. Tempat Ibadah Jumlah
1. Masjid 2
2. Musholla/Langgar Tak terhinga
3. Tempat pendidikan
Qur’an
10
4. Pendidikan Madrasah 4
Sumber: profil Desa Kwanyar Barat10
10
45
Tempat ibadah yang ada di Desa Kwanyar Barat Kecamatan
Kwanyar ini sarana masjid ada 2 tempat yakni di gag masjid terletak di
pertengahan masyarakat dan satunya di pinggir pantai rongkang yang terletak
di pesisir laut. Bengitu pula adanya mushola yang tak dapat di hitung di
karenakan setiap rumah rata- rata terdapat musholla atau yang sering di sebut
orang Madura “ langger / kabejengen” . sedangkan tempat pendidikan al
-Qur’an ada di beberapa tempat yang berjumlah 8 terdiri dari:
1. kediaman ibu nyai Halima yang santrinya hanya khusus perempuan saja,
2. Di ustad Anwar yang santrinya perempuan dan laki- laki
3. Ibu nyai Im santrinya perempuan saja
4. Kyai Hj Kholil santrinya perempuan dan laki-laki
5. Kyai Hj. Mustofa Suje’i santrinya hanya laki-laki saja
6. Kyai Hj. Muhammad Suje ‘i santrinya perempuan dan laki-laki
7. Ustad Hj. Amrini Santrinya perempuan dan laki-laki
8. Kyai Hj. Abdul Bakhri Santrinya hanya laki-laki saja
9. Ustad Suud santrinya perempuan dan lelaki
10.Ustad Ansori santrinya perempuan saja.
Adapun sarana pendidikan Madrasah di Desa Kwanyar Barat yakni
ilmu yang mengenai keagamaan terdiri dari 4 bangunan dan lokasinya
diantaraya pertama, Madrasah Ummu Khotijah pendidikan di mulai dari
ibtidaiyeh sampai wusto di jalan koncel selatan. Kedua, di Madrasah Tholibin
di Bangungen utara yang terdapat pendidikan madrasah. Ketiga, pesantren
46
pantai Rongkang. Dan keempat, Madrasah Tarbiyatus Subban dengan
pendidikan ibtidaiyeh di Mangkain.
B. PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA
1. Pencak Silat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan
Pencak: permainan mempertahankan diri dengan kepandaian
menangkis, mengelak dan lain sebagainya,11 silat: kepandaian berkelahi dengan ketangkasan menyerang dan membela diri12.
Tangkisan adalah upaya pembelaan yang di lakukan dengan adanya
kontak serangan lawan. Teknik ini memerlukan adanya kekuatan otot-otot
Dalam menahan benturan dengan serangan lawan. Tujuan utama dari
tangkisan, yaitu:
a. Mengalihkan serangan, menahan dari lintasannya
b. Membendung, menahan serangan dalam kondisi darurat.13 Pencak silat tersebut merupakan seni budaya yang sampai sekarang
masih di kembangkan oleh masyarakat di Desa Kwanyar Barat tidak mau
ketinggalan zaman prihal tentang seni kebudayaan. Berawal dari adanya
pendekar di Kwanyar yang di anggap sebagai sesepuh pelatih pencak silat
untuk mempelajari ilmu bela diri.
11
Ira.M, Lapidus, Kamus umum Bahasa Indonesia,( 1982 Jakarta: Balai Pustaka), hal 729 12
Ibid., 946. 13