Konstruksi P
Islamic State Of Ira
Diajukan Kepad
Untuk Mem
Ge
M
PROGRAM STU
FAKUL UNIVERSITAS IS
si Pemberitaan Tentang Kelompok
raq and Syria (ISIS) di Media Tem
Republika.co.id
SKRIPSI
pada Universitas Islam Negeri Sunan Ampe
emenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Mem
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Mirza Azkia Muhammad Adiba
NIM.B01212040
TUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN IS JURUSAN KOMUNIKASI
ULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI S ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURAB
2016
pok Radikal
empo.co dan
pel Surabaya
emperoleh
.I)
ISLAM
ABSTRAK
Mirza Azkia Muhammad Adiba B01212040, 2016. Konstruksi Pemberitaan
Tentang Kelommpok Radikal Islamic State Of Iraq and Syria (ISIS) di Media Tempo.co dan Republika.co.id. Skripsi Program Studi Komunikasi dan penyiaran Islam Jurusan Komunikasi dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci: Konstruksi, Pemberitaan, ISIS, Media
Kasus kelompok radikal ISIS menjadi bahan pemberitaan beberapa media diluar atau dalam negeri, perbincangannya mengenai tindakan ISIS yang berupa kekerasan serta terorisnya. Bagi media ini merupakan bahan berita yang bagus untuk dikonsumsi oleh pembaca. Dalam penelitian ini akan mengupas bagaimana sebuah media mengkonstruksi isu tersebut kedalam sebuah berita dan pesan apa yang ingin disampaikan oleh media tersebut kepada pembaca. Serta menjawab apakah pesan yang ingin disampaikan dan bagaimana konstruksi berita yang digunakan Tempo.co dan Republika.co.id
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif interpretative dengan pendekatan analisis framing, Analisis framing yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan model framing yang digunakan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikannya dan menyampaikannya kepada khalayak. Teknik pengumpulan data ini diambil dari berita-berita mengenai kelompok radikal ISIS dari dua media online yakni, Tempo.co dan Republika.co.id pada bulan Mei 2015 dan sudah dipilih dengan secara baik..
Penelitian ini menghasilkan bahwasannya Tempo.co dan Republika.co.id sepakat bahwasannya kelompok radikal ISIS adalah kelompok yang berbahaya yang menggunakan segala cara untuk melakukan jihad, konstruksi berita yang dipakai dua media ini membangun sebuah pemikiran di masyarakat bahwa kelompok ISIS harus diwaspadai keberadaannya, pesan yang terselip juga demikian, kedua media tersebut memberikan informasi kepada masyarakat agar selalu berhati-hati dalam gerakan yang dilakukan oleh ISIS. Perbedaan diantara kedua media ini adalah kecenderungan Tempo.co lebih menyalahakan pemerintah Irak yang dinilai lambat dalam menangani penyerangan yang dilakukan ISIS, sedangkan Republika.co.id lebih bersikap netral dalam penyampaian beritanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakan ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Konseptual... 9
F. Sistematika Pembahasan ... 11
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Konstruksi Sosial Media Massa ... 14
1. Tahap Sebaran Konstruksi ... 14
2. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas... 15
a. Tahap pembentukan Konstruksi Realitas... 15
b. Pembentukan Konstruksi Citra ... 15
c. Tahap Konfirmasi... 16
3. Konstruksi Media Terhadap Realitas ... 16
B. Islam Radikal ... 17
1. Pengertian Islam Radikal ... 17
2. Faktor-Faktor lahirnya Islam Radikal ... 18
4. Radikal ISIS ...21
a. Sejarah ISIS ...21
b. Ciri-Ciri ISIS ...22
C. Media Massa dan Berita... 22
1. Media Massa ... 23
a. Pengertian Media Massa ... 23
b. Fungsi Media Massa ... 24
c. Macam-macam Media Massa ... 35
2. Berita ... 29
a. Pengertian Berita... 29
b. Perkembangan Berita ... 30
c. Jenis Beria... 30
d. Nilai Berita... 31
e. Sumber Berita ... 32
f. Penulisan Berita di Web ... 33
D. Dakwah Rahmatan Lil Alamin ... 33
1. Pengertian Dakwah ... 33
2. Dakwah Rahmatan Lil Alamain ... 34
E. Tipologi Islam di Media... 34
1. Tipologi Media Islam ... 34
2. Agama di Media Massa... 35
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 37
BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 38
1. Framing... 40
2. Framing ZhondangPan dan Gerald M. Kosicki... 42
B. Unit Analisis... 51
C. Tahapan Penelitian ... 52
D. Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV : PENYAJIAN DATA ANALIS DATA A. Deskriptif Obyek Penelitian...56
1. Republika.co.id ... 56
a. Sejarah Republika.co.id ... 56
b. Manajemen Redaksi ... 56
c. Profil Pembaca ... 58
d. Kontak Republika.co.id... 69
2. Tempo.co... 60
b. Visi dan Misi ... 63
c. Struktur Organisasi... 64
B. Penyajian Data ... 69
1. Berita Tempo.co ... 69
2. Berita Republika.co.id... 77
C. Analisa data... 82
1. Analisa Berita Tempo.co ... 82
2. Analisa Berita Republika.co.id ... 92
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 118
B. Saran... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 120
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 126
DAFTAR TABEL
Tabel I Kerangka Framing ... 44
Tabel II Judul-judul berita dari media Tempo.co... 60
Tabel III Judul-judul berita dari media Republika.co.id ... 60
Tabel IV Berita Tempo.co... 77
Tabel V Berita Republika.co.id... 83
Tabel VI Tabel Analisis Tempo.co ... 100
Tabel VII Tabel Analisis Republika.co.id... 109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa
aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat islam sangat
bergantuh dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Oleh
karena itu Al-Qur’an menyebutkan kegiatan dakwah dengan Absanu Qaula.
Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa menempati posisi yang begitu
tinggi dan mulia dalam kemajuan agama islam. Kita tidak dapat membayangkan
apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan.1
Dakwah juga dapat diartikan dengan suatu proses upaya mengubah suatu
situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses
mengajak manusia ke jalan Allah, yakni Al-Islam.2 Pengertian lain tentang
dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran
Allah (Islam), termasuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar untuk bisa
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.3
Dakwah merupakan aktualisasi atau realisasi salah satu fungsi kodrati
seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses pengkondisian agar
1
Didin Hafiduddin,Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema InsaniPress,1998), h. 79 2
Masdar Helmy,Da’wah dalam Alam Pembangunan ,(Semarang: Toha Putra, 1973), h. 31. 3
2
seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani dan
mengamalkan islam sebagai ajaran dan pandangan hidup (way of life).4
Umat Islam tentu meyakini misi rahmatan lil- ‘alamin sebab istilah itu
telah dinyatakan oleh AlQuran. Istilah rahmatan lil-‘alamin dipetik dari salah
satu ayat Al-Quran,
107. Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.5
Dalam ayat itu, “rahmatan lil-‘alamin” secara tegas dikaitkan dengan
kerasulan Nabi Muhammad SAW. Artinya, Allah SWT tidaklah menjadikan
Nabi SAW sebagai rasul, kecuali karena kerasulan beliau menjadi rahmat bagi
semesta alam. Karena rahmat yang diberikan Allah SWT kepada semesta alam
ini dikaitkan dengan kerasulan Nabi SAW, maka umat manusia dalam menerima
bagian dari rahmat tersebut berbeda beda. Ada yang menerima rahmat tersebut
dengan sempurna dan ada pula yang menerima rahmat tersebut tidak sempurna.
Radikalisme adalah kualitas atau pernyataan atau prinsip atau doktrin
politik atau perubahan sosial yang mengakar. Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat diketahui bahwa radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki
adanya perubahan pergantian terhadap suatu pemerintahan di masyarakat yang
dalam setiap aksinya menggunakan kekerasan, dan suka memaksakan kehendak.
4
Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episode M. Natsir & Azhar Basyir (Yogyakarta: Sipress, 1996), h. 205.
5
3
Radikalisme memiliki sejarah yang dimunculkan dengan sikap fanatik,
intoleransi, dan ekslusif dalam Islam pertama yang ditampakkan oleh kaum
Khawarij sejak abad pertama hijriyah. Radikalisme memiliki ciri yang melekat
yaitu sebagai berikut:
Pertama, Memperjuangkan Islam secara Kaffah, dimana syariat Islam
sebagai hukuman negara. Kedua, Mendasarkan praktek keagamaannya pada
orientasi masa lalu (safety). Ketiga, Cenderung memusuhi Barat, terutama
sekularisasi dan modernisasi. Keempat, Perlawanan terhadap liberalisme islam
yang tengah berkembang di Indonesia.6
Tahun 2011 sebagian pejuang asal Suriah dari Irak kembali ke Suriah
untuk melakukan tindakan kejam dari presiden Bashar Assad dengan
membentuk Jabhat Al Nusrah yang merupakan kelompok pejuang Suriah.
Ketika Suriah sudah mulai melepas beberapa kota,secara tiba-tiba Abu Bakar Al
Baghdady pada tahun 2013 bahwasannnya Jabhat Al Nusrah dihapus dan
dijadikan daulah Islam Irak dan syam (ISIS). Ketika Ayman Al Zawahiri
pemimpin Al qaida meminta ISIS untuk kembali ke Irak dan hanya mengakui
Jabhat Al Nusrah sebagai cabang resmi Al qaeda di Suriah maka ISIS menolak,
dan balik menuduh Al Qaedah dan ulama-ulama’ dengan tuduhan negatif.
Indonesia Negara dengan mayoritas penduduknya sebagian besar muslim
ternyata menjadi target ISIS. ISIS dikabarkan telah masuk di negara Indonesia
sejak bulan Juli 2014 lalu dengan kemunculan beberapa kelompok di Bundaran
HI yang melakukan aksi baiat pertama kali. Akan tetapi kemunculannya baru
6
4
diketahui di Indonesia, pada saat video dukungan sekelompok warga negara
Indonesia yaitu Abu Muuhammad Al Indonesi tampil berapi-api pada tanggal 8
Agustus 2014 berjudul ‘Join The Ranks’ atau Ayo Bergabung di unggah di
youtube . Kemunculannya yang tidak pernah diduga memberikan kabar buruk di
Indonesia sebagai negara kesatuan yang menjunjung tinggi akan persatuan dan
kesatuan ini.
Deklarasi pendukung ISIS yang pertama di Indonesia diketahui berawal
dari penjara Nusa Kambangan 18 Juli 2014, ketika 23 narapidana kasus
terorisme melakukan aksi baiat dan memasang bendera ISIS. Dua pekan
kemudian 4 Agustus 2014, di kota Malang muncul gerakan Ansharul Khilafah,
tapi sempat dibubarkan warga setempat.
Tokoh Gerakan Reformis Islam (Garis) dari Cianjur, Chep Hermawan,
yang mendeklarasikan ISIS di forum terbuka (Bunderan Hotel Indonesia, 16
Maret 2014). Chep bersama kawan-kawannya itulah yang menemui Ba’asyir di
LP Nusakambangan dan mengklaim telah mendapat restu. Tapi, klaim itu
dibantah oleh Ba’asyir. Lebih tegas lagi, Ali Fauzi selaku adik terpidana bom
Bali (Amrozi) menolak eksistensi ISIS di Indonesia.7
Chep menyatakan ISIS di Indonesia bukan gerakan radikal, tapi justru
ingin menangkal radikalisasi. Chep mengaku membiayai dan mengirim pemuda
warga Indonesia ke Suriah untuk bergabung dengan pasukan bersenjata ISIS,
tapi tak ingin perang terjadi di Indonesia. Dengan fakta kontradiksi itu,
7
5
pendukung ISIS di Indonesia bersifat individual dan sporadik, belum menjadi
kekuatan solid. Mungkin saja terjadi aksi kekerasan, seperti di daerah Poso,
Sulawesi Tengah. Namun, hal itu lebih disebabkan dampak konflik di masa lalu,
yang sayangnya belum dituntas ditangani aparat keamanan Pada era globalisasi
seperti sekarang ini,arus informasi yang aktual,akurat dan terpercaya merupakan
sesuatu yang sangat dibutuhkan. Kebutuhan itu akan terpenuhi jika media massa
menyajikan berita dan dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Dalam kamus besar bahasa Indonseia diuraikan bahwa media masa
sebagai sarana dalam penyebaran informasi kepada khalayak ramai, adapun
menurut Jalaludin Rahmat memaparkan bahwa media massa adalah media yang
digunakan untuk menyalurkan komunikasi seperti, televisi, radio, pers, ilmu, dan
sebagainnya. Dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai
perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan
pada situasi berjarak kepada khalayak dalam waktu singkat.8
Media massa memiliki fungsi atau peran yang sangat penting di tengah
masyarakat, dalam perjalanannya media menjadi salah satu factor yang merubah
pola kehidupan. Pengertian media massa adalah media yang khusus yang
digunakan untuk melakukan komunikasi masa. Media massa sebagai sarana
komunikasi antara manusia untuk penyebaran informasi dan gagasan. Adapun
maksud dan tujuan adanya media massa yang dibutuhkan oleh manusia, adapun
maksud secara universal seperti, Pertama, Peran media massa sebagai sarana
8
6
penyebaran informasi. Kedua, Peran media massa untuk kebutuhan hiburan.
Ketiga,Peran media massa untuk mendukung kegiatan pendidikan.
Media massa menyebarkan pesan-pesan yang mampu mempengaruhi
banyak khalayak yang mengkonsumsinnya dan mencerminkan kebudayaan
masyarakat, dan mampu menyediakan informasi secara simultan ke khalayak
luas, anonim dan hetrogen, membuat media bagian dari kekuatan institusional
dalam masyarakat.
Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat membuat surat
kabar cetak, televisi, radio hingga yang berbasis cyber menjadi ladang bisnis
yang potensial untuk dikelola, dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi
membuat pengaruh yang besar dalam pola komunikasi di masyarakat,dan
kebutuhan informasi juga mudah untuk didapatkan.
Penyampaian berita dalam sebuah berita menyimpan subjektivitas
penulis, bagi orang awam sebuah berita akan dianggap biasa saja, Dan sebuah
pesan yang ingin disampaikanpun juga dinilai ala kadarnya. Namun, berbeda
dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Maka akan menilai
lebih pemberitaan disebuah media, Maksud dari ini ialah setiap penulis memilki
atau menyimpan ideologis penulis. Setiap penulis bias saja memasukan ide-ide
meeka dalam analisis data-data yang diperoeh di lapangan. Gramsci menggap
bahwa media sebagai ruang dimana berbagai ideologi diprsentasikan9.
Alasan memilih media online Tempo.co karena media ini merupakan
media yang memiliki latar belakang yang netral, bukan media religius akan
9
7
tetapi tetap meceritakan berita-berita tentang keagamaan. Dan Republika co.id
berdiri dengan latar belakang cendikiawan muslim Indonesia.
Dalam versi cybernya tempo.co dan republika. co. id memiliki banyak
kolom, pada media tempo. co memiliki kolom-kolom seperti kolom nasional,
bisnis, metro, bola, sport, selep ,hingga berita tentang perkembangan dunia.
Sedangkan republika.co.id juga memiliki kelebihan pada kolom-kolom religi
seperti khazanah, meskipun ada kolom-kolom lain, seperti oto tek,news, leisure.
Ini menjadi daya tarik sendiri bagi peneliti, maka dari itu itu peneliti mencoba
mengambil pemberitaan tentang ISIS yang ada di Tempo.co. dan
Republika.co.id.
Dalam latar belakang berdiri berbeda itu peneliti ingin melihat perbedaan
sekalkigus persamaan yang nantinya akan dikonstruktasikan, Sehingga peneliti
menegrti kontruksi seperti apa yang dilakukan oleh dua media berlatar belakang
tersebut.
Pemberitaan yang palig popular beberapa waktu ini banyak berita
tentang kelompok radikal ISIS, Seperti banyak diketahui orang-orang ISIS
merupakan aliran kelompok yang ajarannya banyak bertentngan dengan ajaran
islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, ISIS sendiri berfiliasi kepada
ide-ide Ibnu Taimiyah dan ekstrimis Wahabi, Latar belakang inilah yang
mendorong ISIS berani untuk menghancurkan Ka’bah dan membongkar makan
8
B. Rumusan Masalah
Uraian sebelumnya adalah upaya untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang masalah yang akan diteliti. Maka perlu kiranya difokuskan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:
Bagaimana konstruksi pemberitaan tentang kelompok radikal ISIS di
media Tempo.co dan Republika.co.id serta pesan apa yang ingin disampaikan?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan materi dan rumusan yang telah terpaparkan diatas
maka penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut :
Mengetahui konstruksi pemberitaan tentang kelompok radikal ISIS di
media Tempo.com dan Republika.co.id serta pesan apa yang disampaikan.
D. Manfaat Penelitian
Sebagai sebuah kreatifitas akademis, maka penelitian ini diharapkan bisa
memberikan manfaat bagi penulis secara pribadi maupun bagi masyarakat pada
umumnya. Adapun manfaat yang diharapkan antara lain:
1. Manfaat Secara Teoritis
a.
Bagi pembaca, diharapkan melalui penelitian ini secara teori maupunlapangan dapat memberikan wawasan dan dapat mengembangkan diri
serta meningkatkan profesinalitas pembaca di bidang ilmu komunikasi
penyiaran islam.
b. Bagi peneliti, dari penelitian ini dapat memberikan tambahan keilmuan
tentang konstruksi berita serta pesan yang ingin disampaikan media
9
c. Dengan penelitian ini diharapkan Bentuk kontribusi dari penulis dalam
bidang keilmuan dan kepustakaan Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta bagi
masyarakat pada umumnya.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini nantinya bisa dijadikan pengalaman pribadi penulis
sendiri juga para pembaca.
b. Bagi Fakultas Dakwah Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya Khususnya
Prodi komunikasi Penyiaran Islam, penelitian ini bisa dijadikan
tambahan literature untuk pebinaan dan pengembangan Prodi.
E. Definisi Konseptual
Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih
yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan).10
Untuk mendapatkan pemahaman khusus dan menghindari kesalah pahaman
dalam menarik suatu makna dan persepsi setelah membaca judul yang telah
disajikan, maka disini penulis akan menjelaskan definisi konsep sesuai dengan
judul yang diangkat
10
10
1. Konstruksi Pemberitaan
Konstruksi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
susunan (Moel, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata
dalam kelompok kata.11
Tahap paling awal dari penyampaian berita adalah bagaimana
wartawan mepresepsikan/ fakta yang akan diliput. Berita adalah hasil akhir
dari proses kompleks menvortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa
tema-tema. Gagasan teori realitas social pertama kali diperkenalkan oleh
Peter Berger bersama Thomas Luckman dalam bukunya yang berjudulsocial
construction of rality12..
2. Radikal ISIS
ISIS merupakan singkatan Islamic State of Irak and Syiria adalah
gerakan keagamaan yang berupaya untuk menegakkan pemerintahan atau
negara yang berlandaskan sistem islam (Khilafah Islamiyah) yaitu kelompok
ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan berpedoman
kepada prinsip-prinsip jihad global (Ramdhany:2014). Kelompok ISIS
memiliki ciri Bendera bewarna hitam, hati yang keras (arogan dan sadis).
ISIS yang merupakan kelompok radikal baik itu Al-Qaeda, Taliban, Nusra,
Boko Haram, dan Asyabab merupakan gerakan yang selalu menghasilkan
11
Dapartemen Penidikan Nasional,kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,2005) hal 590
12
11
karya sadisme dan brutalisme. ISIS yang dikenal sebagai kelompok radikal
selalu menggunakan karya sadisme dan brutalisme.
3. Media Online
Media online merupakan media komunikasi yang pemamfaatannya
mengunakan perangkat internet. Media online tergolong media massa yang
populer dan bersifat khas. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa media online adalah media komunikasi yang memiliki
jaringan teknologi informasi. Sebagai media baru, internet dan produk
turunannya memiliki karakteristik khas dibanding dengan media
konvensional yang telah ada.
F. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan. Ada enam hal pokok yang perlu dikemukakan dalam
bab ini yaitu (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan
penelitian, (d) kegunaan penelitian (e) definisi konseptual, dan (f) sistematika
pembahasan. Hal-hal tersebut pada dasarnya sama dengan isi bagian
pendahuluan skripsi hasil penelitian kuantitatif dan kualitatif.13
Bab II Kajian Kepustakaan. Bab ini terdiri atas sub bab kajian teoritis
subtansial,pembahasannya diantaranya adalah (1) Konstruksi Sosial Realitas (2)
Islam Radikal (3) Media Massa dan Berita (4) Berita Islam di Media, kajian teori
analisis tekstual, dan kajian penelitian yang relevan.14 (1)“Konstruksi
Pemberitaan Tentang Negara Islam Indonesia (Analisis Framing Republika Dan
13
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Buku “Panduan Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam”, (Surabaya: Fakultas Dakwah, 2011), h. 37.
14
12
Kompas.” Oleh Mubarok dan Dwi Adjani, Fakultas Ilmu Komunikasi Unnisula,
Juli 2012. (2) Fenomena Radikalisme Gerakan Isis Di Indonesia ( Analisis Isi
Terhadap Berita Media Online mengenai Gerakan Isis di Indonesia). Oleh Devi
Aryani, Mahasiswa Fakultas Universitas Muhamaddiyah Surakarta, Februari
2015. (3) Konstruksi Realitas di Media Massa ( Analisis raming Terhadap
Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P Di harian Kompas dan
Republika). Oleh Donie Kadewanda, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Desember 2008.
Bab III Metode Penelitian. Bab III berisi tentang pendekatan dan jenis
penelitian yang dipakai, metode penelitian yang dipakai oleh peneliti. Dan pada
bab III ini akan membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis,
tahapan penelitian, dan teknik analisis data yang akan dipakai dalam
penelitian.15 dalam hal ini peneliti menggunakan analisis framing yang
dikemukakan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki
Bab IV Penyajian dan Analisis Data. Pada bab penyajian ini disajikan
berita-berita yang berasal dari media Tempo.co dan Republika.co.id yang tealah
dipilih. dan analisis data menggunakan metode analisis Framing menjelaskan
tentang Kontruksi pemberitaan tentang kelompok Radikal ISIS pada media
Tempo.co dan Republika.co.id pada periode Mei 2015.
Bab V Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban
langsung dari permasalahan. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus
15
13
sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan atau jumlahnya. Bagian
rekomendasi mengemukakan beberapa anjuran bagi kemungkinan
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Konstruksi Sosial Media Massa
Menurut Burhan Bungin, proses kelahiran konstruksi sosial media massa
berlangsung dengan melalui dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut.1
1. Tahap Menyiapkan Konstruksi
Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial2,
yaitu: (1) keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Artinya, media
massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk dijadikan sebagai
mesin penciptaan uang/pelipatgandaan modal. (2) keberpihakan semu
kepada masyarakat. Artinya, bersikap seolah-olah simpati, empati, dan
berbagaipartisipasi kepada masyarakat. (3) keberpihakan kepada
kepentingan umum.Artinya sebenarnya adalah visi setiap media massa.
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah
semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan
setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting
oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.3
1
Bungin, Burhan, 2006,Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat(Kencana: Jakarta) h 191
2
Ibid,.hh 205-206 3
✂ ✄
3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Tahap berikut sebaran konstruksi, di mana pemberitaan
(penceritaan) telah sampai pada pembaca dan pemirsanya (penonton),
yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap
yang berlangsung generic. Pertama, konstruksi realitas pembenaran;
kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan
konsumtif.4
b. Pembentukan Konstruksi Citra
Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang diinginkan
oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi citra yang dibangun
oleh media massa ini terbentuk dalam dua model; (1) model good news
(story)dan (2) modelbad news(story).5
c. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan
pemirsa (penonton) memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap
pilihanya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi
media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi
terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan
4
Ibid,.h 208 5
☎6
pembaca (penonton), tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan
mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.6
4. Konstruksi Media Terhadap Realitas
Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran
bebas, ia menjadi subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan
pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen
konstruksi sosial yang mendeinisikan realitas. pandangan semacam ini
menolak argument yang menyatakan seolah-olah sebagai saluran bebas.
Berita yang dibaca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya
menunjukkan pandangan sumber berita, melainkan dari konstruksi media itu
sendiri. Lewat berbagai instrument yang dimilikinnya, media ikut
membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.7
Bagi kaum konstruksionis, realitas bersiat subjektif. Realitas itu
hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta
konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Di sini tidak ada realitas
yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan
pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana
konsepsi ketika realitas itu bisa dipahami oleh wartawan yang mempunyai
pandangan berbeda.8
6
Ibid,.h 212 7
Eriyanto,Analisis framing,(Yogyakarta,September) 2009, h 26 8
17
Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda
dibandingkan positivis dalam media. Dalam pandangan positivis, media
dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan
dari komunikator ke penerima (khalayak). Media di sini dilihat murni
sebagai saluran, tempat bagaimana transaksasi pesan dari semua pihak yang
terlibat dalam berita. Pandangan semacam ini, tentu saja melihat media
bukan sebagai agen, melainkan hanya saluran.9
B. Islam Radikal
1. Pengertian Islam Radikal
Radikalisme dapat dimaknakan juga sebagai suatu sikap atau keadaan
yang mendambakan perubahan terhadap status quo dengan jalan
menghancurkannya secara totalitas, dan menggantinya dengan seseuatu yang
baru, yang sama sekali berbeda. Biasanya cara yang digunakan bersifat
revolusioner, artinya menjungkir-balikkan nilai-nilai yang ada secara drastis
lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.10
Secara sosiologis bisa diterangkan bahwa radikalisme kerap kali
muncul bila terjadi banyak kontradiksi dalam orde sosial yang ada. Bila
masyarakat yang mengalami anatomi atau kesenjangan antara nilai-nilai
dengan pengalaman, dan para masyarakat tidak mempunyai daya lagi untuk
mengatasi daya itu, maka radikalisme dapat muncul ke permukaan. Dengan
9
Ibid,.h 25 10
18
kata lain akan timbul proses radikalisme dalam lapisan-lapisan masyarakat11,
terutama di kalangan anak muda.
Kerangka Pemikiran Islam radikal12 tersebut pada dasarnya adalah
sebagai berikut, Islam harus menjadi dasar Negara, syariat harus diterima
sebagai konstitusi Negara, kedaulatan politik ada ditangan Tuhan, gagasan
tentang Negara-bangsa (nation-state) bertentangan dengan konsep umat yang
tidak mengenal bata-batas politik atau kedaerahan, dan prinsip syura
musyawarah berbeda dengan konsep demokrasi.
2. Faktor-Faktor Lahirnya Islam Radikal
Ada beberapa penyebab terjadinya radikal, pertama, lemahnya,
pengetahuan tentang hakikat agama dan kurangnya bekal untuk memahami
secara mendalam, mengetahui rahasia-rahasianya, memahami
maksud-maksudnya, dan mengenali ruhya.13 Kedua, penafsiran ayat-ayat kitab suci
yang terlepasdari konteks turunnya ayat tersebut14, jika ada dihubungkan
dengan fakta sejarah memang dapat dijumpai adanya kelompok-kelompok
dalam islam yang berpandangan Fundamentalis (radikalisme), walaupun
tidak sepenuhnya muncul sebagai reaksi terhadap modern, melainkan juga
karena latar belakang politik, teologi dan lain sebagainya.
11
Ibid,., h. 5 12
Zada, Khamami,Islam Radikal : Pergulatan Ormas-ormas Islam Garis Keras di Indonesi, (Jakarta Teraju) 2002 h 11
13
ibd ha 11 14
19
Ada empat faktor yang menyebabkan lahirnya kaum fundamentalis atau
radikalis: pertama, karena faktor modernisasi yang dapat dirasakan dapat
menggeser nilai-nilai agama dan pelaksanaannya dalam agama. Kedua, karena
pandangan dan sikap politik yang tidak sejalan dengan sikap dan politik
penguasa. Ketiga, karena tidak kepuasan mereka terhadap sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya yang berlaku di Indonesia. Keempat, karena sifat dan
karakter dari ajaran islam yang dianutnya cenderung bersifat rigid (kaku) dan
literlis.15
3. Ciri-Ciri Islam Radikal
Ciri-ciri radikalisme adalah fanatisme terhadap satu pendapat tanpa
mengakui adanya pendapat lain, fanati terhadap pemahamannya sendiri tanpa
memberikan tempat bagi pendapat lain yang jelas memberikan kemaslahatan
kepada manusia sesuai dengan tujuan-tujuan syariatt (maqasahid syar’i) dan
situasi zaman, dan tidak membuka dialog untuk orang lain membandingkan
pendapatnya dengan pendapat mereka untuk mengikuti yang lebih kuat
argumentasinya.16 Kedua, selalu menggunakan cara kekerasan, kendati ada
faktor-faktor yang menuntut kemudahan,dan mengharuskan orang lain untuk
melaksanakan apa yang tidak diwajibkan oleh Allah.17 Ketiga, sikap kasar
15
ibid h 23 16
ibid h 25 17
20
dalam bergaul, keras dalam metode berdakwah, pedas dalam berdakwah,
menyelisihi petunjuk Allah Swt, dan Rasulullah Saw18
Berpijak pada tataran sosiologis tersebut diatas radikalisme dapat
dicirikan dan ditandai oleh tiga kecenderungan umum.
Pertama, radikalisme merupakan respon terhadap kondisi yang
sedang berlangsung, biasanya respon tersebut muncul dalam bentuk evaluasi
penolakan atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat
berupa asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang dapat dipandang bertanggung
jawab terhadap kondisi yang ditolak. Kedua, radikalisme tidak berhenti pada
upaya penolakan, melainkan terus berupaya mengganti tatanan-tatanan tersebut
dengan suatu bentuk tatanan lain. Ciri ini menunjukkan bahwa di dalam
radikalisme terkadang suatu program atau pandangan dunia (world view)
tersendiri. Kaum radikal berupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebut
menjadi ganti dari tatanan yang sudah ada. Ketiga, kuatnya keyakinan kaum
radikalis terhadap kebenaran yang mereka bawa. Sikap ini pada saat yang sama
dibarengi dengan penafian kebenaran dengan sistem lain yang akan diganti.
Dalam gerakan sosial keyakinan tentang kebenaran program atau filosofi sering
dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang mengatasnamakan
nilai-nilai ideal seperti kerakyatan atau kemanusiaan, akan tetapi kuatnya keyakinan
18
21
ini dapat mengakibatkan munculnya sikap emosional yang menjurus pada
kekerasan19
4. Radikal ISIS
a. Sejarah ISIS
ISIS adalah sebuah kelompok dengan cita-cita membuat sebuah negara
yang berlandaskan syariat islam. Kelompok ini awalnya adalah binaan atau
ciptaan Al-Qaedah untuk wilayah Irak, akan tetapi dengan terjadinya konflik di
suriah, ISIS pun terlibat.20
Pada tanggal 9 April 2013 Abu Bakar Baghdadi mengumumkan melalui
sebuah rekaman bahwa pasukan Jabbah Nusroh adalah bagian dari Negara Iraq.
Dan mengganti penyebutan Jabbah Nusroh dengan nama Islam Iraq and Syam
(ISIS). Selang beberapa hari Abu Muhammad Al jaulaany sebagai pemimpin
jabbah Nusroh menjawab Pertanyaan Abu Bakar Baghdadi dalam rekaman,
dalam rekaman tersebut Ia menjelaskan tentang hubungan antara Islam Iraq
dengan Jabhah Nusroh21
Kemudian menyatakan penolakan Abu Bakar Baghdadi untuk
menggabungkan jabhah Nusroh kedalam Negara Islam Iraq yang dipimpin
Baghdadi. Setelah itu menyatakan pembai’atannya terhadap pasukan Al Qoidah
di Afganistan. Selang beberapahari setelah pimpinan Al Qoidah yang lainnya
19
Khamani Zada, Islam Radikal Pergulatan Ormas-ormas Islam Garis Keras di Indonesia, (Bandung, Teraju) 2002
20
Samantho, Ahmad Yanuana, ISIS dan Illluminati, (Jakarta,Phoenix Publishers),2014 h 29
21
Putra,Ali Musri Semjan, ISIS dalam Tinjauan Ahlussunnah, http://dzikra.com/isis-dalam-tinjauanahlussunnah,(
22
mendukung pernyataan penolakan terhadap pernyataan Abu Bakar Bagdadi.
Secara tegas Aiman Zawahiri sekitar bulan Noveber 2013 menyatakan ISIS
buakn bagian dari Al Qoedah dan Al Qoidah berlepas diridari ISIS yang kejam
dan bengis terhadap Sesama muslim. Bahkan para tokoh Al Qoedah di berbagai
Negara menyebut ISIS adalah kaum khawarij kontemporer karena sangat
ekstrim terhadap muslim diluar kelompok mereka, dengan sebutan murtad.
Adapun kesesatan ISIS yang paling fatal dan persis dengan sifat-sifat
khawarij, pertama, mengklaim pimpinan mereka adalah sebagai khalifah yang
wajib dibai’at dan di bai’ati oleh setiap muslim. Kedua, mengkafirkan setiap
muslim yang tidak mau membai’at khalifaj mereka. Ketiga, menghalalkan orang
yang tidak mau membai’at khilafah mereka. Keempat, mewajibkan setiap
muslim untuk mmembatalkan bai’at mereka kepada pimpinan Negara
masing-masing. Kelima, kebodohan mereka tentang ajaran agama terutamaperkara yang
berkaitan jihad dan khilafah.22
b. Ciri-Ciri ISIS
Gerakan ISIS memiliki cirri-ciri yang melekat pada kelompok ini yakni,
pertama, bendera berwarna hitam, kedua, kelompok yang lemah, ketiga, hati
yang keras (arogan dan sadis). Keempat, mengaku mendirikan daulah Islamiyah
yang bertujuan mendirikan Negara islam. Kelima, mengajak kepada Al-Qur’an.
Keenam,nama-nama mereka semuanya julukan atau alias, ketujuh, nama
23
keluarga mereka adalah nama daerah, kedelapan, memelihara janggut hingga
panjang.23
Menurut Abu MuhammadMaqdisi. Deklarasi Khilafah Abu bakar
al-Baghdadi ini memecah belah umat. Karena: (1) menghabisi setiap mujahidin
senior yang dianggap akan menjadi penghalang mereka untuk jihad di suriah, (2)
menjatuhkan kredibilats para ulama yang tak sepakat dengan meraka.(3)
mengarahkan peluru umat Islam; (4) menceraikan umat islam dari proyek islam;
(5) mendistrosi kemuliaan khilafah dengan perilaku mereka yang menyimpang
dan penuh kekerasan. Berdasarkan video yang dibuat sendiri, dalam dua versi:
(1) vodeo yang mendukung mereka bergabung dengan ISIS; (2) video mereka
yang menentang ISIS, dimana orang-orang yang menentangnya dieksekusi mati
secara kejam,sambil mendengarkan lagu-lagu nasyid. ISIS membunuh saudara
mereka sasama muslim yang tidak sependapat dengan mereka, baik ulama
maupun orang awam. 24
C. Media Massa dan Berita
1. Media Massa
a. Pengertian Media Massa
Media massa yang dalam bahasa inggris berpandan dengan kata
‘mass media’ yang bermakna alat penghubung. Media massa yang
bermakna alat penghubung. Sarana komunikasi itu dapat berupa surat
kabar, majalah, buku, radio, dan televisi. Jadi media massa mengarah
23 Ibid, 24
24
kepada alat yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi.25 Ada
pula pengertian lain Media massa adalah alat yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan pesan. Menurut Innis, teori dampak sosial
komunikasi massa terdiri dari dua bagian yakni lisan dan tertulis.26
b. Fungsi Media Massa
Dalam menyampaikan informasi media massa memiliki beberapa fungsi.
Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:27
a. Fungsi menyiarkan Informasi(to inform)
Merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak
pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena
memerlukan informasi mengenai beberapa hal, mengenai peristiwa
yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan
oleh orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan sebagainya.
b. Fungsi mendidik(to educate)
Sebagai sarana pendidikan massa, surat kabar dan majalah
untuk mengimbangi berita-berita berat dan artikel yang berbobot.
c. Fungsi menghibur (to entertain)
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar
dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat dan artikel yang
berbobot.
25
Junus, Husain &B anasuru Aripin,Jurnalistik Program pendidikan dasar bagi calon wartawan, (Solo: CV.Aneka) ,1996, h 47
26
Dan Nimmo,Kominikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) 1989, h 52
27
25
d. Fungsi Mempengaruhi (to influence)
Peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Fungsi mempengaruhi media massa secara implist
terdapat pada tajuk rencana dan artikel.
c. Macam-Macam Media Massa
Media massa dibagi dalam tiga bagian utama, diantarannya:
1. Jurnalistik Media Cetak
Media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal
dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan memilih
dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang
efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan untuk
menata, menempatkan, mendenjuk pada kemampuan untuk menata,
menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut
segi perwajahan. Media cetak meliputi surat kabar harian, surat kabar
mingguan, majalah.
2 Jurnalistik Media Elektronik Auditif
Media elektronik auditif atau jurnalistik radio siaran, lebih
banyak dipengaruhi dimensi verbal, tekhnologial, dan fisikal. Verbal,
berhubungan dengan kemampuan menyusun kata, kalimat, dan
paragraf secara efektif dan kounikatif. Teknologikal,berkaitan dengan
teknologi yang memungkinkan daya pancar radio dapat ditangkap
26
kaitannya dengan tingkat kesehatan fisik dan kemampuan
pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap pesan
kata atau kalimat yang disampaikan.
3 Jurnalistik Media Elektronik Visual
Jurnalistik media elektronik audio visual, atau jurnalistik
televise siaran, merupakan gabungan dari segi verbal, visual,
tekhnologikal, dan dimensi dramatikal. Vervbal, berhubungan dengan
kata-kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual, lebih
banyak menekankan pada nahasa gambar yang tajam, jelas, hidup,
memikat. Teknologikal, berkaitan dengan jangkau siaran, kualitas
suara dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi
penerima di rumah-rumah.Dramatikal, berarti bersinggungan dengan
aspek serta nilai dramatic yang dihasilkan oleh rangkaian gambar
yang dihasilkan secara simultan.28
4 Media Online/ Media Digital
Pengertian Media Online secara umum, yaitu segala jenis
atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan
teks, foto, video, dan suara.29
Pengertian Media Online secara khusus yaitu terkait dengan
pengertian media dalam konteks komunikasi massa. Media adalah
singkatan dari media komunikasi massa dalam bidang keilmuan
28
Ibid,hal 4-6. 29
27
komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas
dan periodisitas. Diantaranya, Pertama, Unlimited Space. Jurnalistik
Online memungkinkan halaman tak terbatas. Ruang bukan masalah.
Artikel dan berita bisa sepanjang dan selengkap mungkin, tanpa batas.
Kedua, Audience Control. Jurnalistik Online memungkinkan audiens
(reader, user, visitor) lebih leluasa memilih berita/informasi. Ketiga,
Nonlienarity.
Dalam Jurnalistik Online tiap berita berdiri sendiri sehingga
audiens tidak harus membaca secara berurutan. Keempat, Storage and
retrieval. Jurnalistik Online memungkinkan berita “abadi”, tersimpan
(terarsipkan) dan bisa diakses kembali dengan mudah kapan dan di
mana saja. Kelima, Immediacy. Jurnalistik Online menjadikan
informasi bisa disampaikan secara sangat cepat dan langsung.
Keenam, Multimedia Capability. Jurnalistik Online memungkinkan
sajian berita berupa teks, suara, gambar, video, dan komponen lainnya
sekaligus. Ketujuh, Interactivity. Jurnalistik Online memungkinkan
interaksi langsung antara redaksi (wartawan) dengan audiens, seperti
melalui kolom komentar dan sosial media sharing30.
MediaOnlinemerupakan media yang menggunakan internet.
Sepintas lalu orang akan menilai media Online merupakan media
elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam kelompok
tersendiri. Alasannya, media Online menggunakan gabungan proses
30
28
media cetak dengan menulis informasi yang di salurkan melalui
sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi
personel yang terkesan perseorangan.31
Ada lima prinsip dasar jurnalistik online yakni, pertama,
Keringkasan (brevity). Berita online dituntut untuk berifat ringkas,
untuk menyeseuaikan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannya
yang semakin tinggi. Pembaca memiliki sedikit waktu untuk membaca
dan ingin segera tahu informasi. Maka, jurnalisme online sebaiknya
berisi tulisan ringkas saja. Kedua, Kemampuan beradaptasi
(adaptability). Wartawan online dituntut agar mampu menyesuaikan
diri ditengah kebutuhan dan preferensi publik. Dengan adanya
kemajuan teknologi, jurnalis dapat menyajikan berita dengan cara
membuat berbagai keragaman cara, seperti dengan menyediakan
format suara (audio), video, gambar dan lain-lain dalam suatu berita.
Ketiga, dapat dipindai(scannability).32
Untuk memudahkan para audien, Situs-situs terkait dengan
jurnalistik online hendaknya memiliki sifat dapat dipindai, Agar
pembaca tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau
berita. Keempat, Interaktivitas (interactivity). Komuniksi dari publik
kepada jurnalis dalam jurmmalisme online sangat dimungkinkan
dengan adanya akses yang semakin luas. Pembaca atau viewer
dibiarkan untuk menjadi pengguna (user). Hal ini semakin penting
31
Yunus,Syarifudin, Jurnalistik Terapan, ( Jakarta:Ghalia Indonesia) 2004, h 32. 32
29
karena audien merasa dirinya dilibatkan, maka mereka akan semakin
dihargai dan senang membaca berita yang ada.Kelima,komunitas dan
percakapan(community and coversion). Mediaonline memiliki peran
yang lebih besar daripada media cetak atau konvensional lainnya,
yakni sebagai penjaring komunitas. Jurnalisme online juga harus
memberikan jawaban atau timbale balik kepada publik sebagai sebuah
balasan atas interaksi yang dilakukan public tadi.33
2. Berita
a. Pengertian Berita
Ada beberapa pengertian berita yang dikemukakan para pakar,
Berita merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup yang
mendasar. Ia merupakan sebuah naluri untuk mengetahui apa yang
terjadi di luar pengalaman langsung diri mereka sendiri. Mengetahui
peristiwa-peristiwa yang tidak bisa kita lakukan sendiri, ternyata
menghadirkan rasa aman,control percaya diri.34 Adapun pakar lain
seperti Dr. Willart C. Bleyer menjelaskan “Berita adalah sesuatu yang
termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar,
karena ia dapat menarik pembaca-pembaca tersebut.35
33
M. romli, jurnalistik Online: Jurnalistik masa depan 34
Kovach, Bill&Rosentiel, Tom.Sembilan Elemen Jurnalistik ,(Pantau, Jakarta) 2003 h 121 35
30
b. Jenis Berita
1. Straigh news report adalah laporan langsung menegenai suatu
peristiwa. Berita memmiliki nilai penyajian yang objektif tentang
fakta-fakta yang didapat dibuktikan.
2. Depth news report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan
straight news report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi
dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi
tambahan untuk peristiwa tersebut.
3. Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang
bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita
menyeluruh, sesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritik
sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (straight
news).
4. Interpretative news report lebih dari sekedar straight news dan
depth news. Berita interpretative biasanya memfokuskan sebuah
isu, masalah, atau peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus
beritanya masih berbicara menegnai fakta yang terbukti bukan
opini.
5. Investigation reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
dengan interpretative. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada
31
6. Feature story.Dalam feature, penulis mencari fakta untuk menarik
pembacannya, penulis feature menyajikan suatu pengalaman
pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor
daripada pentingnya informasi yang disajikan.
7. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat
mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa
fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam ditulis oleh tim,
disiapkan dengan matang, memerlukan waktu beberapa hari atau
minngu, dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar.
8. Editorial writingadalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini
yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi
pendapat umum.36
c. Nilai Berita
Nilai sebuah berita ditentukan seberapa jauh syarat-syarat yang
harus dipenuhinya, untuk menilai apakah suatu kejadian memiliki nilai
berita atau tidak, setidaknya harus mengandung nilai berikut:
1. Penting (significane) mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan orang banyak atau kejadiannya mempunyai akibat atau
dampak yang luas terhadapkehidupan khalayk pembaca.
36
32
2. Besaran (magnitude) sesuatu yang besar dari segi jumlah, nilai,
atau angka yang besar hitungannya sehingga pasti menjadi sesuatu
yang berarti dan menarik untuk diketahui oleh orang banyak.
3. Kebaruan (timelines) memuat peristiwa yang baru saja terjadi.
Karena kejadiannya belum lama, hal ini menjadi actual atau masih
hangat dibicarakan umum.
4. Aktual (terkini) berkaitan dengan tenggat waktu bahwa kejadian
tersebut bukan berita basi atau terlambat memenuhi waktu
pemuatan yang sudah ditetapkan pemimpin redaksi.
5. Kedekatan (proximity) memiliki kedekatan jarak (geografis)
ataupun emosional dengan pembaca. Termasuk kedekatan
profesi,minat,bakat,hobi, dan perhatian pembaca.
6. Ketermukaan (prominence) hal-hal yamg mencuat dari diri
seseorang atau seseorang atau sesuatu benda, tempat, atau kejadian.
Suatu peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang
dikenal oleh masyarakat menjadi berita penting untuk diketahui
oleh pembaca.
7. Sentuhan manusiawi(human interest)sesuatu yang menyentuh rasa
kemanusiaan menggugah hati, dan minat.37
d. Sumber Berita
Sumber berita adalah siapa saja yang dinilai mempunyai posisi
mengetahui atau berkompeten terhadap suatu fakta, peristiwa atau
37
33
kejadian,gagasan,serta data atau informasi yang bernilai berita.38
Sumber berita dapat diperoleh dimana-mana. Lebih tegasnya berita
dapat diperoleh dari dua sumber, yakni berita yang bersumber dari
alam dan berita yang bersumber dari manusia. Berita yang bersumber
dari alam adalah berita yang berhubungan dengan kejadian alam,
misalnya gunung meletus, hujan lebat, kemarau yang panjang,
halilintar menyambar pohon.39
e. Penulisan Berita di Web
Online Journalism yang merupakan penerapan jurnalistik
dalam system online adalah kegiatan pendokumentyasian narasi yang
melaporkan atau menganalisa fakta-fakta dan kejadian yang benar
terjadi, dipilih dan disusun oleh reporter, penulis, dan editor untuk
menceritakan sebuah kejadian/ peristiwa berdasarkan sudut pandang
utamanya. Jurnalistik secara tradisional dipublikasikan dalam format
cetak, disajikan lewat film dan broadcast pada televisi dan radio.
Dalam system Online masuk banyak venues, yang terkenal adalah
world Wide Web.40
D. Dakwah Rahmatan lil Alamin
1. Pengertian Dakwah
Dakwah merupakan fenomena keagamaan yang bersifat ideal normatif
sekaligus juga merupakan fenomena sosial yang rasional, actual dan
38
Ibid,h 54 39
Ibid,.,Junus Husain,Banasuru Aripin h 37 40
34
empiriss sunnatullah.41 Secara istilah secara umum dakwah adalah ajakan
atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik.42 Adapun pengertian
dakwah lainnya, diantaranya menurut Syekh Ali bin Shalil al-Mursyid,
dakwah adalah sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan,
dan petunjuk (agama); sekaligus menguak berbagai kebatilan beserta media
dan metodenya melalui teknik, metode, dan media yang lain.43 Abu Bakar
Atjeh, dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia
untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh
kebijaksanaan dan nasihat yang baik.44
2. Dakwah Rahmatan lil Alamin
Dakwah Rahmatan Lil Alamin adalah Dakwah yang tidak berorientasi
pada docrinal atau dakwah ideologis yang mendorong pengelompokan
masyarakat islam yang terkotak-kotak.45 Proses dakwah berbasis rahmatan
lil alamin merujuk pada surat al-kafirun sebagai dasar pijakan dalam
berdakwah dan sebagai inspirasi toleransi antar umat beragama.46
Dalam konsep Rahmatan lil alamin sosok kepribadian Nabi Muhamad
SAW menjadi contoh, karena kepribadian rasul terdapat hal-hal yang
membawa kemajuan, seperti, unsur rasionalitas, unsur kecerdasan, unsur
keseimbangan, unsur komprehensif.47
41
Anwar Arifin,Dakwah Kontemporer,hal 16 42
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010) hal 17 43
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hal 17 44
Ibid. 45
Zainudin,Dakwah Rahmatan Lil Alamin: Kajian Tentang Toleransi Beragama dalam Surat al-Kafirun,Jurnal Dakwah, Vol. X No 1, Januari-Juni, 2009, 27
46
Ibid, hal 20 47
35
E. Berita Islam di Media
1. Tipologi Media Islam
Secara umum, tipologi media massa di Indonesia dikategorikan
dalam dua macam, pertama, jurnalisme profetik, kedua, jurnalisme
provokatif. Tipe yang pertama mengarah pada idealisme bahwa jurnalisme
profetik mengupayakan penyebaran informasi dan berita dengan penggunaan
bahasa yang lebih ramah, santun, damai, menyejukkan dan dialogis. Dalam
konteks ini, isis kualitas berita lebih ditonjilkan ketimbang soal isu ideologi
islamisme semata.
Tipe yang kedua, jurnalisme provokatif. Tipe kedua ini dapat
dipahami dari pengguanaan bahasa dan penyajian berita yang dilakukan
oleh pimpinan dan redaksi media islam yang lebih cenderung kearah
normative, provokatif, intimidatif hingga anti dialogis.48
Agama dalam pengertian luas dipahami sebagai seperangkat
kepercayaan atau keyakinan yang memberi bimbingan terhadap seseorang
dalam melakukan tindakan tertentu. Melalui pengertian ini, agama dimilki
oleh hampir semua manusia bahkan mereka yang dianggap atheis.49
2. Agama di Media Massa
Agama bagi media massa adalah isu strategis yang menjadi instrument
untuk memobilisasi pembaca. Cara yang dilakukan adalah melalui produksi
48
Choirul Mafhud Ideologi Media Islam Indonesia Dalam Agenda Dakwah:Antara Jurnalisme Profetik dan Jurnalisme ProvokatifJurnal Dakwah Vol. XV, No.1 Tahun 2004 h 5-6.
49
36
dan reproduksi nilai-nilai ideologis yang bersumber pada pemahaman
agama. Dalam konteks Indonesia, pemahaman agama terbangun dalam
beberapa paham atau aliran yang secara umum terbagi dalam tiga spectrum
utama yaitu fundamentalis, modernis, dan liberal.50
Polarisasi pemahaman agama tersebut secara tidak langsung
berdampk pada pemisahan masyarakat agama dalam sekat-sekat ideologis
yang berbeda. Media massa dalam era industrialisasi saat ini lebih
berorientasi pada kepentingan ekonomi, kolaborasi dengan kelompok
ideologis tidak berarti bahwa proses produksi dan reproduksi media massa
juga bersifat ideologis. Produksi dan reproduksi wacana agama lebih
dijadikan sebagai simbol identifikasi atau bentuk komitmen kolaboratif
antara media massa dan kelompok ideologis. Proses simbolisasin ini secara
ekonomis akan memberikan keuntungan kapital bagi media massa dengan
keterjaminan pasar (pembaca) dari kelompok dan masyarakat yang memiliki
keterkaitan ideologi tertentu.51
Perkembangan isu ke-islaman yang direkam media massa cukuplah
banyak. Berbagai rekaman media ini memiliki variasi berita yang cukup
banyak, mulai dari kaitan antara Islam dengan kekerasan, islam dengan
politik, islam dengan hukum, islam dengan pendidikan, ekonomi, keluarga,
dan berbagai sektor lainnya. Selain berbagai kasus berkaitan dengan Islam
dengan pelaku Ormas Islam maupun individu, berita-berita tak kalah penting
50
Bahtiar Effendy,Islam dan Negara, Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia,(Jakarta:Paramadin),1998,h 194
51
37
adalah yang berkaitan dengan institusi pemerintahan maupun institusi politik
yang kemudian menyeret Islam sebagai latar belakang pemberitaan.52
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Konstruksi Pembeeritaan Media Tentang Negara Islam Indonesia (Analisis
Framing Republika Dan Kompas.” Oleh Mubarokdan Dwi Adjani, Fakultas
Ilmu Komunikasi Unnisula, Juli 2012)
Pada penelitian ini peneliti menjelaskan tentang berita tentang
Negara islam Indonesia, dan penelitian ini membahas tentang konstruksi
realita pemberitaan pada media republika dan kompas, yang mana media
tersebut memilih, menekankan, menggabungkan berita tertentu sehingga
peristiwa itu mudah dipahami oleh masayarakat, hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa Kompas dan Republika sepakat bahwa tindakan NII
adalah perbuatan maker sehingga harus ditumpas, konstruksi Kompas dan
Republika tentang NII dibedakan dari cara kedua menyusun fakta dan
mengambil dari narasumber. Kompas melengkapi pemberitaan dengan
analisa dan penelitian. Kompas melengkapi dengan narasumber resmi dari
berbagai kelompok dan pehabat Negara. sedangkan perbedaan dari
penelitian ini adalah peneliti mendekatkan pada apa yang tersaji pada tulisan
yang dimunculkan pada media tempo.co dan republika.co.id. sedangkan
persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan penelitiaan
kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis framing. Pada penelitian
ini peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya berita yang ada pada media
52
38
bukanlah saluran bebas nilai, justru media bertindak sebagai value ladent.
Berita media selalu dipenuhi selalu dipenuhi oleh kepentingan dari pihak
internal dan eksternal media.
2. Fenomena Radikalisme Gerakan Isis Di Indonesia. Oleh Devi Aryani,
Mahasiswa Fakutas Muhamadiyah Surakarta, Februari 2015 (Analisis Isi
Terhadap Berita pada MediaOnlinemengenai Gerakan ISIS di Indonesia)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semenjak kemunculan isis
di Indonesia gerakan isis lebih dikenal sebagai kelompok radikal berkedok
agama. Gerakan isis juga mengancam pada UUD 1945 sebagai hukum
tertinggi di Indonesia. Persamaan pada penelitian kali ini adalah sama-sama
membahas tentang kelompok radikal isis yang ada di media online, akan
tetapi yang menjadi pembeda pada penelitian kali ini adalah jenis
penelitannya,pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis isi. Dalam hasil
penelitian ini, peneliti dapat menemukan banyak fakta yang menunjukan
bahwasannya ISIS sudah banyak berkembang di Indonesia dan mulai
menyebar ancaman bagi Indonesia.
3. Konstruksi Realitas di Media Massa (Analisis Framing Terhadap
Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P Di Harian Kompas dan
Republika). Oleh Donie Kadewandana, Mahasiswa Komunikasi Dan
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
39
Hasil dari penelitian ini menghasilkan bahwa Kompas memandang
kehadiran Baitul Muslim Indonesia sebagai organisasi sayap, dapat
mendukung kemenangan PDI-P di Pemilu. Sejalan dengan Kompas,
Republika memandang hadirnya Baitul Muslimin Indonesia dapat
memperbaiki citra PDI-P dan dapat mendongkrak suara PDI-P di dalam
pemilu. Penelitian ini menggunakan penelitian paradigm kontruksionis,
dengan pendekatan kualitatif,sifat penelitiannya eksplantif,dengan analisis
data menggunakan model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Disini
sudah terlihat tentang perbedaan tentang penelelitian yang diambil oleh
peneliti pada skripsi kali ini yakni pada analisis yang dipakai, peneliti
menggunakan analisis framing punya Eriyanto, sedangkan
persamaanyayakni media yang diangkat yaitu republika yang lebih
menonjolkan latar belakang keislamannya. Hasil dari penelitian ini adalah
adanya upaya dari PDI-P untuk menggunakan media guna menagkat nama
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu
komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan
aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi
komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan
pendekatan atau prespektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena
atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk membedah
cara-cara ideoogi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini
mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita
agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk
menggiring interpretasi kahalayak sesuai perpektifnya.1Pada penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif interpretatif.
1. Framing
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa,aktor, kelompok
atau apa saja) yang dibingkai oleh media.2 Pada dasarnya framing adalah
metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa,
cara becerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang
dijadikan berita, hal ini merujuk pada bagaimana suatu media
1
Sobur Alex.Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk analisis wacana,analisis Simiotik, dan Analisis Framing.(Bandung:Remaja Rosdakarya,) 2006 hal 162
2
✞ ✟
membawakan berita yang dapat menarik pembaca, dalam penelitian ini
ISIS yang dijadikan objek berita. Analisis framing adalah analisis yang
dipakai untuk melihat bagaimana media mengkosntruksi realitas. Ada dua
esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa
dimaknai. Ini berhubungan dengan bagaimana yang diliput dan mana yang
tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan
dengan pemakaian kata,kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan.
Analisis framing mempunyai karateristik yang berbeda
dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif,
yang ditekankan adalah isi (concent) dari suatu pesan/teks komunikasi.
Sementara dalam analisa framing yang menjadi pusat adalah pembentukan
pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa
dikonstruksi oleh media.3
Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana
media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikannya dan
menyampaikannya kepada khalayak. Ada empat model analisis framing
menyajikan beragam cara pendekatan. Mengutip Jisuk woo, paling tidak
ada tiga kategori besar analisis framing, Yaitu: (1) Level makro struktural,
level framing ini dapat kita lihat sebagai pembingkaian dalam tingkat
wacana. (2) Level mikrostruktural, Elemen ini memusatkan perhatian pada
bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan dan bagian
3
✠ ✡
atau sisi mana yang dilupakan/dikecilkan. (3) Elemen retoris, elemen ini
memusatkan perhatian pada bagaimana fakta ditekankan.4
2. Framing Zhondangpan Pan dan Gerald M. Kosicki
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing
dengan pendekatan yang dikemukakan oleh Zhongpan Pan dan Gerald M.
Kosicki. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi framing yang saling
berkaitan.pertama, dalam kosnsepsi psikologi. Framing dalam konsep ini
lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada
dirinya sendiri. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif,
bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunujukkan
dalam skema tertentu. Framing disini dilihat sebagai penempatan
informasi dalam suatu konteks yang unik/khusus dan menempatkan
elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam
kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu/peristiwa
tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam
membuat keputusan tentang realitas. Pada konsep ini bagaimana seseorang
mampu mencari informasi pada dirinya sendiri mengenai berita atau
informasi tentang ISIS yang melekat pada diri seseorang. Kedua, konsep
sosiologis. Jika pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal
seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa
dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat
pada bagaimana konstruksi soisial atas realitas. Frame disini dipahami
sebagai proses seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan
4