• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN AL-QUR'AN DAN HADIS KELAS X MA AL-MUNAWWAROH KEMBANGBAHU LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN AL-QUR'AN DAN HADIS KELAS X MA AL-MUNAWWAROH KEMBANGBAHU LAMONGAN."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KEMBANGBAHU LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh:

HANIK MASRUROH NIM. D51212119

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM

2013 PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN DAN HADITS KELAS

X MA AL-MUNAWWAROH KEBANGBAHU LAMONGAN

Oleh: Hanik Masruroh

NIM D51212119

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh lemahnya proses pembelajan yang masih terpaku pada paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru. Penelitian ini difokuskan untuk menjawab permasalahan mengenai implementasi pendekaan saintifi kurikulum 2013 dan faktor-faktornya serta bertujuan mendeskripsikan pendekatan saintifik melalui perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta faktor pendukung dan penghambat implementasi pendekatan saintifik pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits kelas X MA Al-Munawwaroh Kembangbahu.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Menggunkan jenis data kualitatif yang berupa kata atau gambar. Sumber primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits kelas X, peserta didik dan buku tentang pendekatan saintifik. Sedangkan data sekunder berasal dari literature yang menunjang dan lapangan. Teknik pengumpulan data meliput, observasi, dokumentasi dan tehnik interview. Data dianalisis menggunakan analisis konten (analisis isi).

Hasil penelitian menunjukan bahwa guru menyusun perencanan pembelajaran dengan mengkaji silabus yang ada, serta menyusun RPP dengan menjabarkan langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kerangkan pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya mengumpulkn informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan. Namun, dalam pelaksanaan pembelajarannya kurang maksimal. Mata pelajaran al-Qur’an dan Hadits yang dominan pada proses mengumpulkan informasi/mencoba belum diterapkan dengan baik. Faktor pendukung pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sarana prasarana yang memadai dan fator penghambatnya berasal dari guru yang kurang mengembangkan kegiatan pembelajaran, penggunaan metode yang kurang variatif dan siswa yang cenderung pasif dalam pembelajaran.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM. ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN. ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTRAR TRANSLITERASI. ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 9

(7)

D. Tujuan Penelitian. ... 12

E. Manfaat Penelitian. ... 12

F. Definisi Operasional... 13

G. Metode Penelitian ... 13

H. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan Teoritis Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 12

2. Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum 2013. ... 13

3. Landasan Dasar Kurikulum ... 13

B.Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada DalMata Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits 1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 12

2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik. ... 13

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik .. 13

4. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik. ... 13

5. Implementasi Pendekatan saintifik dalam Mata Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits ... 13

(8)

A. Jenis Penelitian ... 63

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 6

C. Teknik Pengumpulan Data ... 66

D. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Objek Penelitian ... 84

B. Penyajian Dan Analisis Data Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Dalam Mata Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits ... 88

C. Penyajian Data ... 84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dunia pendidikan sudah masuk ranah politik. Iklim perpolitikan yang kurang kondusif, bahkan cenderung mengarah pada kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan.1 Sebagaimana (Mulyasa : 2013) mengatakan

bahwa “kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang

berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya

serigkali dipolitisasi untuk kepetingan kekuasaan. Di sekolah: guru, kepala

sekolah, pengawas, dan peserta didik sangat berkepentingan, dan akan terkena

dampaknya secara langsung dari setiap perubahan kurikulum, termasuk

Kurikulum 2013”.

Bentuk nyata dari hal tersebut adalah berubah-ubahnya kurikulum. Berubahnya kurikulum dimaksudkan untuk pengembangan dan melakukan perbaikan dalam pendidikan., tetapi pada kenyataannya seringkali salah jalan atau pelaksanaannya tidak dimaksimalkan sehingga tujuan pengembangan kurikulum belum tercapai. Kondisi saat ini adanya Kurikulum 2013 dan Kurikulum KTSP

1

(10)

yang masih sama-sama berlaku membuat sebagian pelaku pendidikan dilema, padahal yang lebih utama ialah proses pembelajaran itu sendiri.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.2 Proses pembelajaran dikelas masih kurang mendapatkan perhatian. Belum semua guru melakukan inovasi pada kegiatan inti pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses yang didalamnya terdapat interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar 3 . Ketika pembelajaran masih terpusat pada guru berarti proses pembelajaran belum efektif karena masih terjadinya pembelajaran satu arah atau tidak terjadinya interaksi edukatif dalam pembelajaran. Interaksi antara guru dan murid harus salin terjalin agar dapat menunjang tercapainya hasil belajar siswa yang optimal.

Di abad 21, para siswa menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian sejalan dengan perkembangan lingkungan yang begitu pesat, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, social budaya, sehingga siswa dituntut untuk belajar lebih banyak dan proaktif agar mereka memiliki pegetahuan dan keterampilan yang memadai. 4 Untuk itu dirasa penting untuk memaksimalkan proses pembelajaran sehingga adanya keseimbangan kompetensi antara pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu E. Mulyasa (2013:2) juga berpendapat bahwa

2

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), 1

3

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 3. 4

(11)

“Dalam tatanan global Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama

untuk berkiprah dalam era kesejagatan khususnya globalisasi pasar bebas dilingkungan negara-negara ASEAN “ Era globlasisai telah berpengaruh besar sehingga pada kehidupan, menuntut adanya perubahan mendasar dalam dunia pendidikan. Adanya perubahan dalam pendidikan secara otomatis juga akan menuntut adanya perkembangan kurikulum. Yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran terutama pada kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran harus diperbaiki karena lemahnya proses pembelajaran yang terjadi. Karena proses pembelajarannya yang menentukan hasil atau capaian dari peserta didik.

Pengembangan kurikulum terjadi sebagai jawaban serius pemerintah dalam menghadapi tantangan di era globlasisasi. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan secara terus menerus. Kurikulum 2013 ialah kurikulum terbaru yang telah dirumuskan oleh pemerintah untuk membekali peserta didik untuk menghadapi perkembangan zaman dan tuntutan teknologi.

Kurikulum 2013 yang ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi, diharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang berartabat dan masyarakat memiliki nilai tambah (added value), dan nilai jual sehingga mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di kancah global. 5 Namun, Menteri Pendidikan dan

5

(12)

Kebudayaan Anies Baswedan telah menghentikan Kurikulum 2013 ditanggal 5 Desember melalui surat edaran untuk para kepala sekolah dengan ketentuan , pertama, menghentikan pelaksaaan Kurikulum 2013 yang baru menerapkan Krurikulum 2013 satu semester pada tahun ajaran 2014/2015 untuk kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Kedua, tetap menerapkan Kurikulum 2013 yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama tiga semester mulai dari tahun ajaran 2013/2014 dan menjadikan sekolah-sekolah tersbeut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan Kurikulum 2013.

Pada Kurikulum 2013 berorietasi pada tiga ranah yang dikehendakinya peningkatan dan keseimbangan diantara tiga ranah tersebut. Peningkatan dan kesemibangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampiln (skill), dan pengetahuan (Knowledge).6 Sebagaimana yang telah disepakati dalam standar nasional tiga kompetensi yakni kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan termasuk kualifikasi kompetensi lulusan.

Dalam pengembangan Kurikulum 2013 sebagai jawaban dari permasalahan yang terjadi yakni lemahnya proses pembelajaran ada pembaharuan proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 yakni terletak pada pembelajaran yang menggunakan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach). Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian

6

(13)

emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik). Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah atau saintifik dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan.7 Dengan menggunakan pendekatan saintifik diharapkan siswa memiliki kompetensi yang seimbang antara pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendekatan merupakan salah satu komponen penting pembelajaran, pendekatan pembelajaran merupakan penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi dengan suatu metode tertentu. Sehingga peserta didik dengan kompetensi yang memadai mampu bersaing di era globlasisai saat ini. Pembaharuan lainnya yang terlihat jelas dalam Kurikulum 2013 adalah pengunaan Penilaian Autentik (Authentic Assesment) untuk mengukur hasil belajar peserta didik.

MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan adalah salah satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015 di semester I dan pada semester II menggunakan Kurikulum 2013 hanya pada mata pelajaran rumpun PAI (Aqidah Akhlak, Fiqih Al-Qur’an Hadits, dan SKI) dan Bahasa Arab Sebagaimana intruksi dari Departemen Agama Madarasah masih dinjurkan menerapkan Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran rumpun Pendidikn Agama Islam dan Bahasa Arab. Madrasah ini terletak dikondisi pedesaan yang menarik

7

(14)

untuk diteliti tingkat proses pembelajaran yang sering dikatakan kondisi desa berbeda dengan dikota.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mantan Waka Kurikulum Bu Susi Hidayati, sebagai salah satu sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran khas Madrasah yakni Rumpun PAI Madrasah Aliyah AL-Munawwaroh Kembangbahu sudah menggunakan bahan ajar Kurikulum 2013, setiap guru juga membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, namun dalam pelaksanaannya proses pembelajarannya atau penerapan pendekatan saintifik masih belum maksimal. Hal ini terjadi karena paradigma pembelajaran terpusat para guru masih belum sepenuhnya dapat dirubah, sehingga murid belum bisa aktif dalam pembelajaran atau pembelajaran belum bisa terpusat pada guru.

(15)

Berdasarkan paparan diatas, Peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Maka dari itu Peneliti

mengajukan skripsi dengan judul “ Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum

2013 Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an dan HadisKelas X di MA Al-Munawwaroh

Kembangbahu Lamongan” Sebagai tugas akhir kuliah di Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadiskelas x di MA Al-Munawwarah Kembangbahu Lamongan?

2. Bagaimanakah faktor pendorong dan penghambat pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadiskelas x di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan?

C.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran

Al-Qur’an dan HadisKelas X di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan.

(16)

D.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadiskelas X di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan?

2. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadiskelas X di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan?

E.Manfaan Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Beberapa manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan teoritis terkait implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji tentang Kurikulum 2013 di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

(17)

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar guru lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik.

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refleksi dan acuan sekolah untuk membuat kebijakan terkait implementasi Kurikulum 2013.

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi terkait implementasi Pendekatan Saintifik dalam Penerapan Kurikulum 2013 di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan

d. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar serta keaktifan siswa, seiring dengan bertambah baiknya penerapan Pendekatan Saintifik yang dilakukan oleh guru.

F. Definisi Operasional

1. Implementasi Kurikulum

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “implementasi” berarti

pelaksanaan, penerapan.8

Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebjakan, atau inovasi dalam satu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

8

(18)

beruoa perubahan pengetahuan, keterampilan dan nilai atau sikap. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum yag tertulis dalam bentuk pembelajaran.9

Implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional maupun fisiknya. 10 Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.11 2. Pendekatan Saintifik

Pendekatan adalah Pendekatan saintifik merupakan metode ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaaan dan menjawbnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.12

Implementasi Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

9

Kusnandar, Guru Profesional Ipleentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 211.

10

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengebangan Kurikulum, (Bandung : PT Rosdakarya, 2007), hlm.238

11

Enco Mulyasa, Implementasi dan Pengembangan . . . , hlm. 99. 12

(19)

aktif dapat mengkonstruksikan suatu konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan megamat, merumuskan masalah, mengumpulkan data engan berbagai cara, kemudian menganalisa data, menarik kesimpulan dan, mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.13 Langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah dari proses mengamati, menannya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. 3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan capaian pedidikan dilakukan dengan dua strategi utama yaitu peningkatan efektivitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran disekolah.14

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK (competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangakan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.15

\

13

M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2014), 34.

14

Sholeh Hidayat, Perkembangan Kurikulum Baru, . . . , hlm. 116. 15

(20)

4. Al-Qur’an Hadist

Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadisadalah termasuk mata pelajaran dalam rumpun Pendidikan Agama Islam. Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadismerupakan unsur mata pelajaran pedidikan agama Islam di Madrsah iuntuk memahami Al-Qur’an dan Hadissebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi pandangannya sebagai petunjuk dan landasan dalam kehidupan sehari-hari.16

G.Sistematika Penulisan Skripsi

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi; Pendahuluan yang berisikan tentang, latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.

Bab kedua pembahasan difokuskan pada studi teoritis berdasarkan literature yang relevan dengan rumusan permasalah. Pada bab kedua ini mengupas implementasi pendekatan saintifik Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadisdi Madrasah Aliyah Al-Munawwarah Kembangbahu. Dari tinjauan Kurikulum 2013, Tinjauan Implementasi pendekatan saintifik Kurikulum 2013 dan mengenai mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits.

Bab ketiga metode penelitian meliputi: jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisa data.

16

(21)

Bab keempat merupakan penyajian dan hasil analisis data penelitian. Berisi analisis tinjauan pendidikan Islam terkait pendekatan saintifik dan rancangan pendekatan saintifik untuk mata pelajaran Al-Qur’an dn Hadits.

(22)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Tinjauan Teoritis Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum

2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Para ahli kurikulum telah memberikan sumbangsih pemikirannya dalam mendefinisikan kurikulum. Berbagai sudut pandang membuat beragamnya pengertian mengenai kurikulum. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan serta tuntunan zaman maka berkembang pula lah pengertian mengenai kurikulum. Adanya banyak pendapat mengenai pengertian kurikulum sehingga pengertian kurikulum dapat digolongan menjadi dua pandangan yaitu pandangan klasik atau lama dan pandangan modern atau baru. 1

Kata kurikulum merupakan suatu istilah yang muncul pertama kali dibidang olahraga. Secara etimologis kata curriculum yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat

berpacu”. Jadi arti dari dua kata tersebut ialah jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. 2

1

Oemar Hamalik, Managemen Pengembanhan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010)hal. 5.

2

(23)

Menurut pandangan klasik atau lama kurikulum sebagaimana dalam kamus webser disebutkan bahwasaannya kata kurikulum mengandung dua artian yaitu pertama, sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Kedua sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau departemen. kurikulum juga digambarkan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan untuk para guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk para peserta didiknya. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih luas lagi bahwasannya kurikulum klasik atau tradisional itu terdiri dari beberapa mata pelajaran dan kegiatan mengajar sebagai penyampaian kebudayaan pada generasi muda yang penyampaiaannya masih menggunakan system penuangan atau imposisi dan disini faktor minat dan kebutuhan siswa tidak dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum. Jadi kurikulum dalam arti klasik sebatas sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk memperoleh ijazah dan semua siswa diperlakukan sama karena tidak mempertimbangkan faktor minat dan kebutuhan siswa dalam penyusunannya. Sedangkan menurut pandangan baru atau disebut juga pendangan modern, seperti yang dikemukakan oleh Saylor dan Alexander bahwasanya

kurikulum dapat dirumuskan sebagai berikut “the total effort of the school to

going about desired outcomes in school and out-of school situasions.”3

Implikasi perumusan di atas bahwasanya kurikulum bersifat luas, karena

3

(24)

kurikulum itu menyangkut keseluruan upaya yang dilakukan oleh sebuah sekolah atau disini berarti lembaga pendidikan dalam mencapai hasil yang telah diinginkan, baik berupa hasil dalam lingkungan sekolah dan hasil diluar lingkungan sekolah atau didalam masyarakat. Sedangkan dari ahli lain yang masih digolongan menurut pandangan modern. Seperti yang dikemukakan oleh Romine merumuskan sebagai berikut “Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have

under direction of the school, whether in the clasroom or not.” dari

pengertian Romine dapat digaris bawai bahwasannya kurikulum bukan hanya terdiri atas mata pelajaran (courses), , tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Dan mempunyai sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru harus mengadakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi peserta didik.4 Pengertian menurut pandangan baru ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yag menyataka bahwa Kurikulum ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggraan kegiatan belajar mengajar.5 Inti dari adanya kurikulum ialah untuk mencapai tujuan pendidikan.

4

Ibid., hal. 21. 5

(25)

Kurikulum merupakan suatu rancangan dalam pendidikan yang memiliki posisi yang strategis, karena pada hakikatnya seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Agar suatu tujuan dapat diwujudkan diinginkan agar spesifik. Tiap mata pelajaran mempunyai sejumlah tujuan, seperti menghargai keindahan karya sastera. Namun tujuan serupa itu masih dianggap umum dan harus lagi rinci, dispesifikkan, sehingga berupa bentuk kelakuan yang dapat diamati dan dengan demikian dapat pula diukur taraf ketercapaiannya.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan capaian pedidikan dilakukan dengan dua strategi utama yaitu peningkatan efektivitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran disekolah.6 Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK (competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah

6

(26)

pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.7

Kurikulum 2013 dicetuskan sebagai tuntutan adanya pengembangan kurikulum karena pada kurikulu KTSP tidak lagi sejalan dengan tuntutan UU No. 20 Tahun 2003 pada bagian umum: antara lain ditegaskan bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Dan dijelaskan pada pasal 35, UU No. 20 Tahun 2003: menyatakan kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang disepakati.8

Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya diharapkan dengan kurikulum ini peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan serta mengaplikasikan ilmu pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sebgai wujud dalam perilaku sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan

7

Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 , (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya, 2013) , Hlm. 66.

8

(27)

masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara.9

Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan dan keseimbangan

soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. Pembaharuan proses pembelajaran Kurikulum 2013 terletak pada pembelajaran yang menekankan pada dimensi pedagogik modern, yaitu menggunakan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach). Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Daryanto, 2014: 59). Serta menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter, melalui tiga ranah kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Integrasi dilakukan dalam dua hal yakni yang pertama, sebagaimana yang tersebut diatas yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pebelajara. Kedua, terintegrasi bebagai konsep dasar yang berkaitan. 10 kurikulum yang terintregasi dimaksudkan proses pembelajaran yang mengarahkan peserta didik baik secara individual maupun secara klasikal aktif menggali dan menemukan konsep dan prinsip-prinsip secara

9

Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2013), hal. 15

10

(28)

holistik bermakna dan otentik, melalui pertimbangan itu maka berbagai pandangan dan pendapat tentang pembelajaaran terintegrasi, tapi semuanya menekankan pada penyampaian pelajaran yang bermakna dengan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.11

Proses pembelajaran yang menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan diharapkan mampu tercapai dengan menggunakan pendekatan saintifik (scientific Approach) pada proses pembelajaran terutama dalam kegiatan inti pelajaran yang mencakup lima langkah dalam pendekatan saintifik. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pencapaian serta pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan antara ranah satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. 12 Dengan demikian, proses pembelajaran secara holistik melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.

2. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

Menurut PP No. 32 Tahun 2013 mengenai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan, yang juga disebutkan dalam permendikbud No. 54 Tahun 2013 bahwa kualifikasi kemampuan lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan yang tertuang dalam beberapa standar dalam pencapaian standar kelulusan.

11

Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013, (Kota Pena, 2013), cet. 1. hal. 25

12

(29)

Kegunaan satndar kompetens kelulusan adalah sebagai acuan utama dalam pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik, standar sarana prasaraa, standar pengelolaan, standar pembiayaan.13

Salah satu bentuk pengembangan dalam kurikulum 2013 dengan dikembangkanya proses pembelajaran yang tertuang dalam standar proses yakni pada Permendikbud No. 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.14 Karakteristiknya dalam pencapaian standar proses yakni pembelajaran berpusat pada siswa, bukan lagi guru yang menjadi tokoh sentral dalam pembelajaran. Untuk itu, hal mendasar dari kurikulum 2013 salah satunya ialah mengenai pendekatan pembelajaran. Adanya pergeseran pendekatan yang memungkinkan dengan pendekatan ini tiga ranah

13

Permendikbud No. 54 Tahun 2013, Standar Kompetensi Lulusan Dasar dan Menengah,(Jakarta : Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), 1.

14

(30)

yang dikenal dengan taksonoi bloom akan tercapai secara utuh yakni dengan pendekatan ilmiah (siencific approach).

Proses pembelajaran dapat dipandang dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.15 Sehingga dengan demikian penerapan teori taksonomi bloom dalam pembelajaran dapat tercapai secara holistik.

Ada beberapa kriteria pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi beberapa hal sebagai berikut ini:16

a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan gurru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, peikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan asalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.

15

Kementrian Pendidika dan Kebudayaan 2013, Konsep Pendekatan Saintifik, (Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013,2013), hal.1.

16

(31)

d. Mendorong dan menginspirasi peserta didikmampu berpikir hipotetik dalam elihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu asama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta epiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Jadi dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik harus menyangkut kriteria-kriteria pembelajaran sehingga disebut ilmiah.

Menurut Permendikbud 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa kegiatan pendidikan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.

(32)

menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Dengan proses ilmiah bertujuan untuk mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan, apa yang diperoleh setalah peserta didik menerima materi pembelajaran.

3. Landasan Dasar Kurikulum 2013

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam Kurikulum 2013 terdapat dua hal yang dijadikan landasan,. Pertama, sebagaimana dasar yang dijadikan falsafah hidup bangsa Indonesia adalah filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan penididikan yang memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.17

Kedua, Landasan filosofi pendidikan juga berbasis pada nilai-nilai luhur,

nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat serta kurikulum yang berorientasi pada pengembangan kompetensi.18 Dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwasanya Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak

17

Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,... , Hlm. 64. 18

(33)

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan segenap potensi peserta

didik “ menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis sertabertanggung jawab. Dalam landasan filosofis kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubunganpeserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam disekitarnya.19Kurikulum 2013 dikembangkan dengan berlandasan filosofis pancasila dan berbasis nilai- nilai luhur, akademik serta kebutuhan peserta didik, maupun masyarakat sebagai dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

b. Landasan Yuridis

Landasan yang digunakan dalam payung hukum penyusunan dan pengembangan kurikulum 2013 ialah landasan yuridis.20

Landasan yuridis dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut 21:

19

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 4. hal. 98

20

M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013, ..., 29. 21

(34)

1) Pancasila dan Undang-undang 1945,

2) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, 4) Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi.

Serta RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum dan juga INPRES nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.

c. Landasan Konseptual22

22

(35)

1) Relevansi pendidikan (link and match)

2) Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter

3) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)

4) Pembelajaran aktif (student active learning) 5) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.

B. Implementasi Pendekata Saintifik Kurikulu 2013 dalam Mata Pelajaran

Al-Qur’an dan Hadis

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga sering kali orang bingung untuk membedakannya23. Seperti istilah pendekatan, strategi, metode pembelajaran. Yang harus dipahami disini adalah tentang konsep pendekatan agar tidak terjadi kebingungan diantara istilah-istilah dalam proses pembelajaran. Konsep pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sagat umum. Pendekatan merupakan konsep yang cakupannya luas mengenai proses pembelajaran. Pendekatan dikatakan demikian karena penentu dalam strategi pembelajaran yang digunakan.

23

(36)

Menurut salah satu ahli mendefinisikan pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk paa pandangan terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum,dan sebagai dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.24 Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.25

Dengan menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan agar pembelajaran memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Sebagaimana salah satu karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga implikasinya siswa mengonstruk konsep, hukum tau prinsip dengan

24

Ibid., 32.

25

(37)

kemampuannya sendiri. Jadi siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran.

Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang tercipta diarahkan untuk mendorong peserta dalam mencari tahu dari berbagai sumber. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Adanya perubahan pendekatan dengan pendekatan saintifik harus diawali dengan aktifnya guru untuk melatih siswa secara mandiri memahami dan melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga lambat laut tujuan pembelajaran yng guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa mampu tercapai dengan maksimal. Sehingga siswa semakin bertambah dewasanya atau semakin tingginya kelas siswa.

Ada beberapa teori belajar yang sangat relevan dengan pendekatan saintifik diantaranya teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.26

a. Teori belajar Bruner

Teori Bruner sering disebut dengan teori belajar penemuan (discovery

learning). Teori ini menekankan pada pengembangan pemikiran dan

penemuan sendiri oleh peserta didik. Menurut Bruner (dalam Suwarsono 2002: 25) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada empat hal pokok yang secara rinci

26

(38)

dijabarkan berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses-proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik.

Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik

dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Proses-prosesdiatas juga memenuhi kriteria sehingga pembelajaran dikatakan ilmiah.

b. Teori Piaget

(39)

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan itu terjadi menurut pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran dapat dijelaskan dengan model interaksi Piaget. Alur proses memperoleh pengalaman/pengatahuan dalam mengadaptasi lingkungan, seseorang (pembelajar) berusaha untuk mencapai struktur kognitif atau skemata yang stabil. Stabil dalam arti terjadi kesetimbangan antara assimilasi dan akomodasi yang oleh Piaget dinamakan ekuilibrasi.

Jadi menurut piaget seorang belajar tidak mungkin memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang baru sama sekali dan tidak diketahuinya,kecuali dengan memperoleh serta mengingat-ingat kembali pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya. Belajar itu tidak dapat terjadi kecuali dengan jaringan pengetahua yang telah dimiliki.

c. Vygotsky.

(40)

namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4). Belajar meruapakan suatu aktivitas psikologis maupun fisiologis.27 Jadi peserta didik bukan hanya melakukan aktivitas proses mental, akan tetapi juga melakukan aktivitas penerapan atau praktik. Dalam penerapan atau praktek inilah yang sesuai dengan teori Vygotsky yang menekankan peserta didik belajar menangani tugas-tugas yang masih ada dalam jangkauan sesuai dengan tingkat perkembangan.

Teori Piaget dan Vygotsky termasuk teori yang berpandangan kontrukvitivise. Dan implikasinya menurut Dahar. R.W (1990) menyatakan bahwa implikasi pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran yaitu

pertama, dalam mengajar guru harus memperhatikan pengetahuan awal siswa

yang dibawah dari luar sekolah. Kedua, mengajar bukan berati meneruskan gagasan/ide guru kepada siswa, melainkan merupakan suatu proses untuk mengubah gagasan/ide siswa yang sudah dimilikinya yang mungkin salah. Ausebel (1990 : 6) menyatakan bahwa jika pengajaran tidak mengindahkan

27

(41)

gagasan / ide yang dibawa siswa maka akan membuat miskonsepsi-miskonsepsi anak semakin kompleks dan stabil.

2. Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajarn dengan pendekatan saintik adalah sebagai berikut 28:

a. Untuk meningkatkan kemampua intelek, khususnya kemampuan berpikir siswa tingkat tingkat.

b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

c. Terciptanya kondisi pembelajran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

f. Untuk mengembangkan karakter siswa.

28

(42)

3. Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik

Adapun prinsip-prinsip pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut29 :

a. Pembelajaran berpusat pada siswa

b. Pembelajaran berbentuk student self concept.pembelajaran terhindar dari verbalisme.

c. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siwa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

d. Pembelajaran mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikir. e. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar pada siswa dan motivasi

mengajarguru.memberikan kesempatan kepada siswa untuk meltih kemampuan dalam komunikasi.

f. Adanya proses validasi terhadap konsep, huku, dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan

29

(43)

mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:30

a. Mengamati (observasi)

Langkah awal dalam pendekatan saintifik adalah mengamati. Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar.31 Dalam metode observasi ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. 32

Metode mengamati sangat bermanfaat mendorong rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Metode ini mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga peserta didik akan menemukan fakta berbentuk data yang objektif pula yang kemudian dianalalis sesuai dengan

30

Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Dalam Jabatan Kuota 2015, 88.

31

Ibid., M. Hosnan, hal. 39 32

(44)

perkembangan siswa. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Dalam kegiatan mengamati, gurudapat juga menampilkan video, gambar, miniatur tanyangan atau objek asli. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

Sebagai mana teori yang relevan dengan pendekatan saintifik yakni teori piaget, metode observasi membantu proses pengembangan kognitif siswa yang terangsang melakukn adaptasi kognitif. Proses adaptasi kognitif berupa akomodasi dan asimilasi yang bermanfaat dalam rangka menanamkan rasa cinta kepada lingkungan dan alam. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini :33

a. Menentukan objek apa yang akan diamati

b. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati

33

(45)

c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupunsekunder

d. Menentukan di mana tempat objek pengamatan

e. Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengematan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung.

b. Menanya

Langkah kedua dalam pendekatan saintifik ialah mengamati

(questioning). Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan

(46)

kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Berawal dari bimbingan guru diharapkan peserta didik mampu secara mandiri mengajukan pertanyaan tanpa dorongan dari seorang guru lagi.

Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Model pembelajaran questioning sebenarnya merupakan pengembangan metode tanya jawab. Menurut Sudirman

(1987:120) mengartikan bahwa “metode tanya jawab adalah cara

penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,

terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru”

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

(47)

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c. Mengumpulkan Informasi

Langkah ketiga dalam pendekatan saintifik adalah mengumpulkan informasi. Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam

(48)

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

(49)

yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. .

e. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok

peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

5. Al-Qur’an dan Hadis dalam Pendekatan Saintifik

(50)

sehari-hari.34 Di dalam GBPP SLTP dan SMU Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum tahun 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan pendidikan agama islam ialah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional”.35

Pembelajaran al-Qur’an Hadis bertujuan agar peserta didik gemar utuk membaca al-Qur’an dan Hadis dengan benar serta mempelajari kandungannya, memahami, meyakini kebenarannya dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam keseluruan aspek kehidupan.

Sedangkan fungsi dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis pada madrasah memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.

34

Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur’an Hadis (Jakarta : dirjen Bagais, 2004), hlm. 4

35

(51)

b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

d. Pembiasaan, yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadis sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.36

Dalam hal ini pendekatan saintifik yang salah satu bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya tetap harus digunakan dalam pembelajaran rumpun PAI dan Budi Pekerti dalam hal ini Al-Qur’an dan Hadis. Kriteria-kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus mampu diterapkan dengan baik walaupun dalam materi keagamaan yang tidak semua substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Namun pendekatan saintifik masih dapat digunakan dalam Al-Qur-an dan Hadis dengan langkah-langkah dalam pendekatan saintifik. Seperti halnya dalam proses mengamati

36

(52)

meski tidak semua secara konkret mampu diamati, setidaknya ada rujukan yang bisa diamati.

Dalam menggunakan langkah-langkah pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis dalam pendekatan saintifik sama halnya dengan pendekatan saintifik dalam mata pelajaran lainnya. Ada yang perlu ditekankan dalam pembelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam termasuk dalam mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis bahwasannya implementasi pendekatan saintifik pada Mata pelajaran rumpun PAI antara sebagai berikut37 :

1. Untuk materi sejarah islam, akidah-akhlak, dan Al-Quran-Hadis penerapan pendekatan saintifik lebih banyak pada kegiatan mengeksplore/ mengumpulkan infromasi dari pada kegiatan mencoba / eksperimen. Hal ini disebabkan karena karakteristik materi sejarah Islam, akidah-akhlak maupun Al-Quran-Hadis itu lebih cenderung kepada karakteristik materi fakta dan konsep.

2. Untuk materi Fiqih, penerapan pendekatan saintifik lebih banyak pada kegiatan eksperimen / mencoba daripada kegiatan mengeksplore /mengumpulkan informasi. Hal ini disebabkan karena karakteristik materi pelajaran fikih itu lebih banyak yang bersifat prosedur daripada yang bersifat fakta dan konsep.

37

(53)

Sebagaimana diatas bahwasannya dalam mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis langkah pembelajarannya ditekanka kegiatan mengumpulan informasi dari pada kegiatan mencoba. Pada kegiatan mencoba bisa ditungkan dengan mencari sumber atau informasi sebanyak-banyak dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dengan tetap menggunakan pembelajaran yang kooperatif learning. Adanya diskusi sebagai karakternya.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, kegiatan pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas pembelajaran, selain itu guru memiliki peran dalam setiap aktivitas. Pada penelitian ini, kegiatan pembelajaran dan peran guru menggunakan Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kegiatan pembelajaran dan peran guru dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel I

Tabel Deskripsi Kegiatan dan Peran Guru dalam KegiatanPembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik

Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Peran Guru

Mengamati Mengamati dengan indra (membaca,

mendengar, menyimak, melihat,

menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

(54)

Menanya Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi

tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin

Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,

mendemonstrasikan, meniru

bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan

memodifikasi/ menambahi/mengem- dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi

atau menghubungkan

fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan suatu fenomena sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan menyajikannya dalam bentuk kata-kata. Alasan lain peneliti menggunakan jenis penelitian ini adalah karena peneliti ingin melakukan penelitian pada kondisi yang alamiah berdasarkan hasil pengumpulan data observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi, dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna, makna disini ialah data yang sebenarnya atau data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik suatu yang tampak. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna.1

Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Kesimpulannya, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana implementasi Pendekatam saintifik dalam Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X Madrasah Aliyah

1

(56)

Al-Munawwaroh Kembangbahu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data yang diperoleh sebagai acuan untuk mendskripsikan implementasi Pendekatan Saintifik didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Data yang dikumpulkan meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, serta fkctor-faktor pendukung maupun penghambad penerapan Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013, yang kemudian disajikan dalam bentuk kata-kata.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis Data adalah pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka. Dengan kata lain segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan menyusun informasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, dalam penelitian ini memerlukan jenis data sebagai berikut:

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang penulis gunakan adalah: Jenis Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat dan gambar. Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini adalah:

1) Implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis

2) Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Al-Munawwaroh Kembangbahu 3) Letak geografis Madrasah Aliyah Al-Munawwaroh Kembangbahu 4) Keadaan Guru, karyawan dan peserta didik di Madrasah Aliyah

(57)

5) Struktur organisasi Madrasah Aliyah Al-Munawwaroh Kembangbahu b. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini meliputi : sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari2. Sumber data primer dalam penelitian ini menggunakan data utama dari berbagai Refrensi.

Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, peserta didik, dan buku tentang pendekatan saintifik. Meliputi 1 buku yaitu :

M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstul Dala Pembelajaran

Abad 21, Bogor :Ghalia Indonesia, 2014

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang diluar penyelidik sendiri meskipun yang dikumpulkan itu sesungguhnya merupakan data yang asli yang

2

(58)

terlebih dahulu perlu diteliti keasliannya 3 Dalam penelitian ini dokumentasi merupakan sumber data sekunder dan di samping itu buku-buku pendukung dari strategi kurikulum 2013 dan Pendektatan Saintfik, meliputi :

1) M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstul Dala Pembelajaran

Abad 21, Bogor :Ghalia Indonesia, 2014

2) Prof. Dr. H,. Enco Mulyasa, M. Pd., Pengembanga Da Impleetasi Kurikulum 2013, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013

3) M. Fadlillah, M.Pd.I, Implementasi Kurikulum 2013, Yogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2014

4) Sholeh Hidayat, Perkembangan Kurikulum Baru, Bandung : Rosda, 2013

Selain data yangdi tulis di atas, data juga dapat berupa internet dan lain-lainya yang mempunyai relevansi dengan tema ini. Yang dimaksud

sumber data dalam penelitian ini adalah “subjek dari mana data itu

diperoleh”.

Adapun data dalam penelitian ini berasal dari: a) Literature

Yaitu bahan –bahan yang bersifat teoritis bersumber dari buku–buku yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3

(59)

b) Lapangan

Yaitu sumber data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang terdiri dari data manusia dan sumber data non manusia

3. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data meruapakan langkah penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk menentukan data yang diperlukan, maka perlu adanya tehnik pengumpulan data , agar bukti – bukti dan fakta yang diperoleh sebagai data yang obyektif, valid serta tidak teruji penyimpangan-penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya. Dalam mengumpulkan data pada skripsi ini, peneliti menggunakan tehnik sebagai berikut:

1. Metode observasi

Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pegetahun. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarka data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati secara langsung dan mencatat tentang situasi yang ada4. Antara lain:

a. Letak geografis Madrasah Aliyah Al-Munawwaroh Kembangbahu

b. Sarana dan prasarana yang ada di Madrasah Aliyah Al-Munawwaroh Kembangbahu

4

(60)

c. Pelaksanaan implementasi Pendekatan saintifik kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis Kelas X

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi pasif. Observer hanya mengobservasi tidak berpastisipasi secara langsung. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data mengenai kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta faktor-faktor pendukung maupun penghambat yang ditemui selama proses pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis kelas X di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu.

Gambar

Tabel  Deskripsi  Kegiatan  dan  Peran  Guru  dalam KegiatanPembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik
Tabel Keadaan Guru dan Karyawan
       Tabel  IV. Keadaan Peserta Didik Kelas X
Tabel V.  Sarana dan Prasarana
+3

Referensi

Dokumen terkait

Inti pembahasan hubungan pendekatan klasikal dan Ḥ alaqah adalah untuk mengetahui perbedaan nilai siswa pada mata pelajaran Al-Qur ’ an antara siswa yang diberi

Disini peneliti mengambil tema tentang Implementasi penggunaan pendekatan behavioristik pada mata pelajaran PAI aspek Akidah akhlak materi tentang sikap ikhlas

Bedasarkan hasil wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Matematika “S”peneliti memperoleh tanggapan sebagai berikut; “Hambatan yang terjadi adalah sosialisasi kurikulum

Menurut pandangan Bapak, apakah guru mata pelajaran Alquran Hadis di Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan ini telah memiliki kompetensi dalam mengimplementasikan pendekatan

1) Untuk mengetahui pelaksanaan metode muraja`ah dan metode quesioner pada mata pelajaran tahfidz (menghafal) Al-Qur`an di kelas X SMA Swasta Islam Ulun Nuha

dan yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadis Kelas VIII MTs Islamiyah Palangka Raya. Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan

Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan pendekatan pembelajaran klasikal dan Ḥalaqah pada nilai mata pelajaran Al Quran siswa kelas 2 di SD

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Implementasi pembelajaran saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran