• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN UPAYA MENGATASINYA DI MTS TASWIRUL AFKAR SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN UPAYA MENGATASINYA DI MTS TASWIRUL AFKAR SURABAYA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Moch. Holilurrohman D01212035

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)

vii

Moch. Holilurrohman, D0121035. 2015. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Upaya Mengatasinya Di MTs Taswirul Afkar Surabaya.

Dosen Pembimbing : Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag.

Kata kunci : Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak dan upaya mengatasinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) Apa saja problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya, (2) Bagaimana Upaya mengatasi problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer atau utama yakni guru mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Taswirul Afkar Surabaya dan sumber data sekunder atau pendukung yakni data yang mendukung terhadap data primer seperti siswa dan pihak sekolah. Adapun mengenai pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi berperan serta, interview atau wawancara dan dokumentasi.

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. RuangLingkup dan Keterbatasan Penelitian. ... 10

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pembelajaran ... 13

B. Aqidah ... 16

1. Pengertian Aqidah ... 16

2. Ruang Lingkup Aqidah ... 18

3. Tujuan Aqidah ... 19

C. Akhlak ... 20

1. Pengertian Akhlak ... 20

2. Ruang Lingkup Akhlak ... 23

3. Tujuan Akhlak ... 25

D. Aqidah Akhlak ... 26

E. Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 27

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 27

2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 27

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 28

4. Dasar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 29

5. Nilai-nilai Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 30

6. Prinsip-prinsip Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 32

7. Prosedur Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 34

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 51

B. Lokasi Penelitian ... 52

C. Kehadiran Peneliti ... 53

D. Sumber Data ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 55

F. Teknik Analisa Data ... 57

G. Tahap-tahap Penelitian ... 58

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 61

1. Sejarah Berdirinya ... 61

2. Letak Geografis ... 63

3. Visi dan Misi Madrasah ... 63

4. Struktur Organisasi ... 65

5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 66

6. Keadaan Siswa ... 68

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 69

8. Kultur dan Lingkungan ... 70

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

1. Aspek Pembelajaran ... 74

2. Materi ... 74

3. Metode ... 76

C. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar

Surabaya ... 78

D. Analisis Terhadap Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di

MTs Taswirul Afkar Surabaya ... 80

E. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di

MTs Taswirul Afkar Surabaya ... 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran banyak ditemukan problematika di

dalamnya baik itu problematika guru, siswa maupun materi yang diajarkan.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkupan belajar dalam rangka pemberian bantuan oleh

pendidik agar dapat terjadi proses untuk memperoleh ilmu, pengetahuan,

penguasaan kemahiran, perubahan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan diri kepada peserta didik. Dengan demikian pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.1

Mengenai pembahasan tentang pembelajaran dan pendidikan maka akan

banyak ditemukan masalah didalamnya dan tidak akan selesai karena manusia

sebagai subjek dan objek dalam pendidikan selalu berkembang mengikuti

perkembangan zaman. Pada hakikatnya pendidikan adalah “usaha sadar

membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri

adalah pribadi yang utuh dan kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas.”2

Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan”

kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering

diartikan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Apabila diarahkan

1 Robbins, Stephen P, Perilaku Organisasi Buku I, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), h.69-79.

(11)

kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam maka harus berproses melalui

sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem

kurikuler. Apabila pendidikan dikaitkan dengan ajaran Islam maka hal tersebut

diarahkan kepada pendidikan Islam. “Pendidikan Islam adalah usaha orang

dewasa muslim yang bertakwa dimana ia melakukannya secara sadar,

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah

(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal

pertumbuhan dan perkembangannya.”3

Al Qur’an merupakan sumber pedoman bagi umat Islam. Sebagai

sumber pedoman Al Quran mengandung dan membawakan nilai–nilai yang

mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia. Sebagaimana firman

Allah dalam Al Qur’an:





Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”[QS. Az Zariyat : 56]4

Ayat tersebut menegaskan bahwa “tujuan Tuhan menciptakan jin dan

manusia adalah agar mereka menyembah kepada-Nya.” Itu berarti ibadah itu

mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia, baik berupa amal

perbuatan, pemikiran ataupun perasaan, yang senantiasa ditujukan kepada Allah

3 Prof. H.M Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta, PT Bumi Aksara, Mei 2014),h.22

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah, (Surabaya, CV. Pustaka Agung Harapan,

(12)

SWT. Tujuan Tuhan menciptakan manusia ini kemudian dijadikan sebagai

tujuan akhir dari kegiatan pendidikan Islam. Pada umumnya para ulama

berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah “untuk beribadah

kepada Allah SWT.”5

Dengan demikian pendidikan Islam menjadi landasan

utama yang didalam nya terdapat proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Oleh

karena itu proses pembelajaran seharusnya dilakukan dengan tepat agar tidak

terjadi masalah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk

meningkatkan mutu dalam proses belajar mengajar seperti penyampaian materi

dari sumber kemudian diberikan oleh guru dan diterima oleh siswa. Dalam

proses peneriman tersebut siswa diharapkan mampu menangkap materi yang

diterangkan oleh guru serta mampu memahaminya, Akan tetapi masalah akan

timbul apabila siswa kurang memahami materi dengan baik. Hal tersebut bisa

terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah kurang meresponnya siswa

terhadap materi yang disampaikan oleh guru, guru yang tidak mampu

memahami kondisi siswa atau pelajaran itu sendiri yang sulit dipahami oleh

siswa sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi tidak efektif. Siswa

hanya mendengarkan apa yang diberikan oleh guru tanpa memahami makna

yang terkandung didalam pelajaran tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut tidak

5 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di

(13)

boleh dibiarkan begitu saja. Perlu adanya upaya yang dilakukan baik itu oleh

guru dan pihak sekolah untuk mengatasinya.

Sekolah merupakan tempat dimana terjadinya proses pembelajaran.

Salah satu sekolah yang yang menjadi tempat berlangsungnya proses

pembelajaran adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs). Dalam hal ini peniliti

melakukan penelitian di MTs Taswirul Afkar mengenai problematika

pembelajaran didalamnya. MTs Taswirul afkar merupakan sekolah yang berada

di Surabaya. Sejarah singkat mengenai Taswirul Afkar adalah pada mulanya

berbentuk perkumpulan diskusi yang diprakarsai oleh KH. Mas Mansyur yang

pada waktu itu merupakan cabang dari perkumpulan Suryo Sumirat dalam

rangkah mempermudah mendapatkan izin dari pemerintah Belanda. Setelah itu

Taswirul Afkar menjadi Madrasah berkedudukan di wiliyah Ampel Suci

Surabaya. Pada tahun 1952 sehubungan dengan meningkatnya murid, maka

kegiatan pembelajaran di pindah ke jalan Pegirian 238 Surabaya sampai saat

ini.6

MTs Taswirul Afkar merupakan sekolah yang mengembangkan dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljamaah dan

melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. MTs Taswirul

Afkar merupakan tempat dimana terjadinya proses pembelajaran. Ilmu

6

(14)

pengetahuan diberikan kepada para siswa baik ilmu pengetahuan agama

maupun pengetahuan umum. Diantara ilmu pengetahuan yang diberikan adalah

Aqidah Akhlak. Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang

diajarkan di MTs Taswirul Afkar.

Guru Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar sudah berusaha

menyelenggarakan proses pendidikan dengan baik agar siswa dapat memahami

apa yang disampaikan oleh guru demi tercapainya tujuan pembelajaran. Akan

tetapi hal tersebut bertolak belakang dengan siswa. Masih ada siswa yang

kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan tidak memperhatikan

apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian

yang serius karena mata pelajaran yang diajarkan adalah Aqidah Akhlak.

Akhlak merupakan pembentukan sikap dan tingkah laku yang sangat penting.

Oleh karena itu pembelajaran Aqidah Akhlak diharapkan dapat membentuk

sikap dan tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Selain itu, tantangan bagi guru

adalah bagaimana menyajikan materi agar bisa ditangkap dengan baik oleh

siswa seperti menanamkan keimanan yang berada diluar jangkauan akal siswa.

Persoalannya adalah bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak dapat

berjalan dengan baik, mampu dipahami oleh siswa dan dipraktekkan dalam

kehidupan sehari–hari baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, hal

tersebut dikarenakan akhlak merupakan pembentukan sikap dan tingkah laku

yang sangat penting. Selain itu pembelajaran Aqidah Akhlak diberikan dengan

(15)

tidak terbatas oleh waktu dan bisa terjadi kapan saja. Dengan memperhatikan

hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “Problematika Pembelajaran

Aqidah Akhlak dan Upaya Mengatasinya di MTs Taswirul Afkar Surabaya.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peniliti menarik

beberapa rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apa problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar

Surabaya?

2. Bagaimana upaya mengatasi problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

Taswirul Afkar Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan problematka pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

Taswirul Afkar Surabaya.

2. Untuk mendeskripsikan upaya mengatasi problematka pembelajaran

(16)

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

evaluasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak serta bagaimana mengatasi

problem pada pembelajaran Aqidah Akhlak.

2. Bagi Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dan Sekolah .

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan evaluasi dan masukan

bagi guru mata pelajaran Aqidah Akhlak untuk penyelenggaraan

pembelajaran Aqidah Akhlak dan juga sebagai acuan untuk pengembangan

pembelajaran Aqidah Akhlak.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti penelitian ini memberikan beberapa kegunaan,

diantaranya adalah memberikan pengetahuan dibidang penelitian seperti

bagaimana teknik–teknik penulisan serta apa saja yang dilakukan dalam

melakukan penelitian. Selain itu penelitian ini memberikan pengalaman

bagaimana melakukan penelitian secara langsung ke tempat sekolah serta

mengidentifikasi masalah–masalah yang ada disekolah sebagai bahan

penelitian. Penelitian ini juaga memberikan manfaat bagi peneliti tentang

ilmu pengetahuan dibidang agama terutama Pendidikan Agama Islam

khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dengan melakukan

(17)

Akhlak di sekolah dan upaya mengatasinya sebagai bahan evaluasi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang Agama.

E. Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini dilakukan, Terdapat kajian yang membahas

tentang problematika pembelajaran di sekolah. Dengan demikian penelitian ini

bukanlah penelitian yang benar–benar baru. Oleh karena itu terdapat penekanan

penulisan dalam penelitian ini agar berbeda dengan penelitian-penelitian lain

yang terlebih dahulu sudah dilakukan. Dalam kaitannya dengan problematika

pembelajaran di sekolah, peneliti telah melakukan penelusuran terkait dengan

penelitian yang berhubungan dengan problematika pembelajaran terutama yang

berhubungan dengan kata kunci Aqidah Akhlak. Berikut adalah hasil

penelusuran yang dilakukan oleh peneliti :

1. Terkait dengan kata kunci problematika pembelajaran, peneliti telah

menemukan hasil penelitian skripsi mahasiswa Institut Agama Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya yakni: Problematika pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 36 Surabaya, Oleh Moch Basyir.

Temuan dari penelitian tersebut adalah Problematika pembelajaran

Pendidikan Agama Islam yang terjadi di sekolah tersebut terletak pada isi

materi serta media pembelajaran dan metode yang digunakan kurang

(18)

2. Terkait dengan kata kunci problematika akhlak, peniliti telah menemukan

menemukan hasil penelitian skripsi mahasiswa Institut Agama Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya yakni: Problematika pendidikan akhlak dan

upaya mengatasinya di Madrasah Aliyah Roudlotul Ulum Mojoduwur

Mojowarno Jombang, Oleh Nur Hadi.

Temuan dari penelitian tersebut adalah Metode pendidikan akhlak kurang

menyenangkan, keteladanan dari para guru dan warga masyarakat

madrasah dalam pemberian pendidikan akhlak masih kurang, pengaruh

teman yang kurang baik akhlaknya. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi problematika tersebut adalah memperbaiki proses pembelajaran

dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi

pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan

menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara sekolah, keluarga, dan

masyarakat sekitar.

3. Terkait dengan kata kunci problematika pembelajaran Aqidah Akhlak,

peniliti telah menemukan menemukan hasil penelitian skripsi mahasiswa

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yakni: Problematika

dan solusi pembelajaran Aqidah Akhlak pada materi iman kepada qadha

qadar dalam penanaman nilai–nilai kompetisi serta keimanan pada siswa

MTsN Model Pare Kediri, Oleh Fika Fitrotin.

Temuan dari penelitian tersebut adalah problematika pembelajaran Aqidah

(19)

pembelajaran, yakni dari faktor materi dan bahan ajar, guru, lingkungan

sosial dan peserta didik. Solusi yang dapat diambil dari pembelajaran

tersebut adalah memperbaiki bahan ajar, menciptakan lingkungan sosial

yang kondusif dan memberikan pandangan tentang nilai–nilai kompetisi

dan keimanan pada peserta didik.

Demikian hasil penelusuran peneliti terkait penelitian ini. Peneliti

memposisikan penelitian ini sebagai pelengkap dan evaluasi terhadap penelitian

sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah

penelitian sebelumnya membahas tentang pendidikan akhlak, yakni lebih

menekankan pembahasan pada akhlak peserta didik. sedangkan penelitian ini

lebih fokus terhadap pembelajaran yang dilakukan. Selain itu pada penelitian

terdahulu juga terdapat pembahasan problematika pembelajaran Aqidah Akhlak

yang lebih fokus pada materi qadha dan qadar, sedangkan penelitian ini lebih

banyak mendeskripsikan problematika pembelajaran Aqidah Akhlak secara

keseluruhan, bukan spesifik pada materi saja seperti penelitian terdahulu.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian.

Batasan masalah dalam ruang lingkup penelitian ini digunakan untuk

menghindari persepsi lain mengenai masalah yang menjadi kajian peniliti. Oleh

karena itu peneliti memberikan rambu-rambu sebagai berikut:

(20)

2. Masalah yang diteliti hanya problematika yang ada dalam pembelajaran

Aqidah Akhlak.

3. Objek yang diteliti adalah siswa dan guru pengajar Aqidah Akhlak di MTs

Taswirul Afkar Surabaya.

G. Sistematika Pembahasan

Peneliti menyusun sistematika pembahasan penelitian menjadi 5 Bab.

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

Bab Satu Pendahuluan, pada bab ini membahas tentang rancangan penelitian

secara umum. Terdiri dari sub-sub bab tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian

Terdahulu, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, dan Sistematika

Pembahasan.

Bab Dua Kajian Teori, pada bab ini membahas tentang pembelajaran dan

problematikanya dan materi Aqidah Akhlak (Pengertian, tujuan, ruang lingkup

dll).

Bab Tiga Metode Penelitian, pada bab ini terdiri dari pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik

pengumpulan data, tahap analisa data dan tahap-tahap penelitian.

Bab Empat Penyajian dan analisis data yang meliputi gambaran umum tentang

obyek penelitian, penyajian dan analisis data tentang problematika

(21)

Bab Lima Penutup, pada bab terakhir ini terdiri atas kesimpulan, saran-saran

(22)

13 BAB II KAJIAN TEORI

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN PROBLEMATIKANYA

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar adalah perubahan yang

terjadi pada tingkah laku potensial yang dianggap sebagai hasil dari

pengamatan dan latihan secara relatif. Adapun maksud dari pembelajaran disini

adalah suatu kegiatan untuk mengubah tingkah laku yang diusahakan oleh dua

belah pihak yaitu antara pendidik dan peserta didik sehingga terjadi komunikasi

dua arah.7

Menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan dan

reaksi terhadap lingkungan, apabila perubahan tersebut disebabkan

pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau

disebabkan obat-obatan, maka tidak dapat disebut belajar. Yang dimaksud

perubahan disini adalah mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku

yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman.8 Adapun menurut Benjamin

Bloom, belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif dan

7

A Partantopius., dan Dahlan Al Bary. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),h.95

8

(23)

psikomotorik agar mencapai taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat,

maupun makhluk Tuhan yang maha esa.9

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

merupakan aktivitas yang utama. Secara umum pembelajaran merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara

dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.10 Selain

itu pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang mana hal tersebut saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Adapun penjelasan dari unsur-unsur tersebut yakni:

1. Manusia yang terlibat di dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa,

guru dan tenaga lainnya.

2. Material berupa buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film dan

lain sebagainya.

3. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio

visual, komputer dan lain sebagainya.

4. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik

belajar, ujian dan sebagainya.11

9

Syaifurahman,M.Pd, Dra.Tri Ujiati,Manajemen Dalam Pembelajaran, (Jakarta, PT Indeks, 2013),h.58

10

Prof. Dr.H.Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani

Quraisy, 2004),h.7

11

(24)

Di dalam pembelajaran terdapat proses pembelajaran. Proses

pembelajaran ialah proses individu mengubah perilaku sebagai upaya dalam

memenuhi kebutuhannya. Artinya individu akan melakukan kegiatan belajar

apabila ia menghadapi situasi kebutuhan.12 Adanya kebutuhan akan mendorong

individu untuk mengkaji perilaku yang ada pada dirinya, apabila ia tidak bisa

memenuhi kebutuhan tersebut maka ia harus memperoleh perilaku dengan

proses pembelajaran.13

Adapun menurut Nana Sudjana, Sama halnya dengan belajar, mengajar

pun pada hakikatnya merupakan suatu proses, yakni proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada

tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan

kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Dengan demikian bila

hakikat belajar adalah “perubahan” maka hakikat belajar mengajar adalah

proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.14

Dari uraian yang telah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwasanya pembelajaran adalah proses perubahan baik perubahan tingkah

laku maupun pengetahuan dengan melalui interaksi antara guru dan peserta

didik yang di dalamnya terdapat unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

12

Ibid.,h.13

13

Ibid.,h.14

14

Drs. Syaiful Bahri Djamarah,M.Ag, Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka

(25)

perlengkapan dan prosedur yang mana hal tersebut saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran maka terdapat

pula komunikasi antara peserta didik dan guru sebagai pengajar yang mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Selain itu

pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses

pendidikan di sekolah.

B. Aqidah

1. Pengertian Aqidah

Aqidah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata dasar ‘aqada

ya’qidu ‘aqdan aqidatan yang berarti ikatan atau pejanjian. Artinya sesuatu

yang menjadi tempat hati yang mana hati terikat kepadanya.15 Setelah

berbentuk aqidah maka maknanya menjadi keyakinan. Adapun pengertian

aqidah secara istilah berarti perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh

hati sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh serta tidak

ada keraguan dan kebimbangan didalamnya. 16

Para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam mengenai

pengertian aqidah, diantaranya adalah sebagai berikut:

15

A. Zainuddin dan M. Jamhari I: Akidah dan Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),h.49

16

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Study Islam, (Surabaya: IAIN Sunan

(26)

a. Menurut Syaikh Thahir al-Jazairy

Aqidah Islamiyah adalah perkara-perkara yang diyakini oleh

orang-orang muslim yang berarti mereka teguh terhadap kebenaran

perkara-perkara tersebut.17

b. Menurut Hasan al-Banna

Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya

oleh hati, menentramkan jiwa dan menjadikan keyakinan yang tidak

ada keraguan dan kebimbangan yang mencampurinya.18

c. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazary

Aqidah adalah kebenaran yang secara umum dapat diterima oleh

manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah, yang mana hal tersebut

dimunculkan oleh manusia dalam hati dan diyakini secara pasti serta

terdapat penolakan terhadap sesuatu yang bertentangan dengan

kebenaran tersebut.19

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa aqidah adalah perkara-perkara yang wajib diyakini kebenarannya,

yang mana hal tersebut dapat diterima oleh manusia dan dapat

menentramkan jiwa manusia serta tidak ada keraguan didalamnya.

17

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Kalam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press

2011),h.6

18

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya.,Pengantar Study, Ibid.,h.58

19

(27)

2. Ruang Lingkup Aqidah

Adapun ruang lingkup pembahasan aqidah adalah sebagai berikut:

a. Ilahiyat, yaitu membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan

Allah SWT.

b. Nubuwat, yaitu membahas tentang segala hal yang berhubungan

dengan Nabi dan Rasul, termasuk membahas tentang kitab-kitab Allah,

mukjizat dan sebagainya.

c. Ruhaniyat, yaitu membahas tentang segala hal yang berhubungan

dengan alam metafisik seperti malaikat, iblis, jin, roh dan sebagainya.

d. Sam’iyyat, yaitu membahas segala hal yang dapat diketahui dari dalil

Naqli berupa Al Qur’an dan Sunnah seperti akhirat, syurga, neraka dan

lain sebagainya.20

Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia

merupakan dasar dari aqidah itu sendiri. Aqidah berkaitan dengan

keimanan yang merupakan pokok-pokok dari Aqidah Islam. Adapun ayat

Al-Quran yang memuat kandungan Aqidah Islam didalamnya adalah:

(28)

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata): "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya", dan mereka berkata: "Kami dengar dan Kami taat. Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”[QS Al Baqarah : 285]21

3. Tujuan Aqidah

Adapun tujuan dari aqidah adalah. :

a. Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ketuhanan yang ada

sejak lahir.

Sejak berada di alam roh, manusia sudah memiliki fitrah

ketuhanan, sebagaimana dalam firman Allah.



























Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya ketika itu kami lengah

terhadap ini.”[QS. Al A’raf : 172]22

21

Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah, (Surabaya, CV. Pustaka Agung Harapan,

2006),h.60

22

(29)

b. Menjaga manusia dari kemusyrikan

Besar kemungkinan bagi manusia untuk terperosok ke dalam

kemusyrikan, baik melakukan kesyirikan secara terang-terangan (syirik

jaly) maupun melakukan kemusyrikan yang bersifat

sembunyi-sembunyi di dalam hati (syirik khafy). Oleh karena itu diperlukan

tuntunan aqidah Islam untuk mencegah perbuatan tersebut.

c. Menghindari diri dari pengaruh akal yang menyesatkan

Akal merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT

terhadap manusia. Dengan akal tersebut manusia bisa lebih mulya dari

pada makhluk yang lainnya. Walaupun demikian, manusia sering

tersesat oleh akal pikirannya sendiri. Oleh karena itu akal pikiran

manusia perlu dibimbing oleh akidah Islam.23

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa Arab yang

diidentifikasikan dengan kata al a’dah yang memiliki arti kebiasaan.24

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak berarti budi pekerti atau

23

Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),h.16

24 Ahmad Warson Munawwir,

(30)

kelakuan.25 Kata akhlak lebih luas dari pada moral atau etika yang sering

dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak mencakup segi-segi kejiwaan

dan tingkah laku seseorang baik secara lahiriah maupun batiniah.26 Kata

akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk yang memiliki arti tabiat,

budi pekerti, kebiasaan, keperwiraan, kejantanan, agama, dan kemarahan.27

Adapun pengertian akhlak secara terminologi, para ulama memberikan

definisi-definisi yang bermacam-macam. Berikut adalah definisi-definisi

akhlak menurut para ulama:

a. Menurut Imam al-Gazali

Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa manusia yang dapat

menimbulkan perbuatan-perbuatan yang mudah dan gampang tanpa

memalui pemikiran terlebih dahulu.28

b. Menurut Ibn Miskawih

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong terhadap

perbuatan-perbuatan tanpa adanya pemikiran dan pandangan.29

25

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003),h.20

26 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2:

Muamalah dan Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999),h.73

27

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press 2011),h.1

28

Ibid.,h.2

29

(31)

c. Menurut Ahmad Amin,

Menurut sebagian ulama, akhlak adalah suatu kehendak yang

dibiasakan. Artinya apabila kehendak-kehendak tersebut telah menjadi

suatu kebiasaan maka itulah yang disebut akhlak.30

Dari berbagai definisi yang dikemukaan oleh para ulama diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwasanya adalah akhlak adalah suatu perbuatan yang

telah dibiasakan sehingga perbuatan tersebut muncul tanpa adanya

pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Akhlak juga memiliki keterkaitan dengan pendidikan moral.

Pendidikan moral berkenaan dengan pertanyaan tentang yang benar dan

yang salah dalam hubungan antar sesama manusia yang meliputi

konsep-konsep seperti harkat manusia, harga diri manusia, keadilan sosial,

kepedulian terhadap sesama manusia, persamaan hak, sikap saling

menghargai dan sebagainya. Tujuan dari pendidikan moral ini membantu

siswa agar memiliki tanggung jawab dalam memberikan pendapat, adil dan

matang mengenai orang lain.31

Apabila dikaitkan dengan perbuatan maka terdapat juga akhlak baik

dan akhlak buruk. Dasar untuk mengukur baik buruknya sifat seseorang

adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Apa yang baik menurut al-Qur’an dan as

-Sunnah, maka itulah yang dijadikan pegangan dan begitu pula sebaliknya

30

Ibid. h.3

31

(32)

apa yang buruk menurut al-Qur’an dan as-Sunnah maka itulah yang tidak

baik dan harus dijauhi.32

2. Ruang Lingkup Akhlak

Adapun ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut: 33

a. Akhlak terhadap Allah SWT

Yakni akhlak yang berhubungan terhadap khalik (sang

pencita) yaitu Allah SWT yakni dengan menjalankan apa yang

diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala apa yang

dilarang olehnya. Selain itu mencintai Allah dan mensyukuri apa

yang telah diberikan oleh serta mengagungkan Allah, senantiasa ingat

akan kebesaran Allah. Hal tersebut sangatlah penting bagi kehidupan

manusia karena bagaimana kehidupannya ditentukan dengan

hubungannya dengan Allah SWT. Apabila manusia taat terhadap

Allah SWT, maka Allah memberikan kebahagiaan baik di dunia

maupun di akhirat. Sebaliknya apabila manusia tidak taat terhadap

Allah SWT, maka kehidupannya akan sengsara baik di dunia maupun

di akhirat.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Setelah memperhatikan hubungannya dengan Allah SWT,

manusia juga harus memperhatikan hubungannya terhadap sesama.

32

M, Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang 1978),h.11

33

(33)

Tidaklah baik seseorang yang memiliki hubungan yang baik terhadap

Allah akan tetapi tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesama.

Hubungan yang baik ini bisa dilakukan dengan menjaga silaturrahmi,

saling menghormati, saling tolong menolong dan sebagainya. Dengan

demikian menjaga hubungan baik antara sesama manusia merupakan

hal yang penting karena manusia tidaklah mampu hidup sendiri tanpa

bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan antara sesama. Oleh karena itu sangat penting untuk

menampilkan akhlak yang baik terhadap sesama manusia.

c. Akhlak terhadap alam

Setelah manusia memperhatikan hubungannya terhadap Allah

dan terhadap sesama manusia, manusia juga harus memperhatikan

hubungannya dengan alam, yakni berusaha melindungi alam sekitar

dan menjaga kelestariannya. Hal tersebut dikarenakan alam adalah

makhluk Allah SWT yang juga berhak hidup sama seperti manusia.

Oleh karena itu alam harus dilindungi karena alam sebagai

lingkungan hidup manusia telah banyak memberikan manfaat bagi

kehidupan manusia, seperti air, udara, tumbuh-tumbuhan dan

sebagainya. Apabila manusia tidak bersikap ramah terhadap alam,

maka alam pun tidak akan bersikap ramah terhadap manusia. Apabila

hal tersebut terjadi maka manusia itu sendiri yang rugi. Akan banyak

(34)

banjir, tsunami, gempa bumi dan sebagainya. Oleh karena itu

manusia harus menjaga hubungannya dengan alam dengan menjaga

lingkungan dan kelestarian alam.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan pokok adalah agar setiap orang muslim memiliki budi

pekerti, tingkah laku dan adat istiadat yang baik sesuai ajaran Islam. Selain

tujuan yang diperoleh apabila seorang muslim berakhlak yang baik adalah:

a. Ridha Allah SWT.

Orang yang memiliki akhlak yang baik yang sesuai ajaran Islam,

senantiasa akan melaksanakan segala perbuatannya dengan hati yang

ikhlas dan semata-mata karena mengharap ridha Allah.

b. Kepribadian muslim

Orang yang memiliki akhlak yang baik yang sesuai ajaran Islam,

segala perbuatannya mencerminkan sikap ajaran Islam baik ucapannya

maupun pemikirannya.

c. Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan yang tercela

Dengan memiliki akhlak yang baik akan mendapatkan bimbingan dan

ridha Allah, serta akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji

yang seimbang antara kebaikan dunia dan akhirat serta terhindar dari

perbuatan tercela.34

34

(35)

Demikian penjelasan aqidah dan akhlak yang merupakan gabungan

dua kata yang memiliki pengertian tersendiri. Adapun Aqidah Akhlak

merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar lebih mengenal,

menghayati, dan mengimani Allah SWT, serta merealisasikan dalam

perilaku akhlak mulia dalam pengamalan dan pembiasaan.35 Aqidah

Akhlak merupakan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sebagai

bagian dari proses pembelajaran. Materi pelajaran (learning materials)

adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai

siswa dalam rangka pencapaian standard kompetensi setiap mata pelajaran

dalam satuan pendidikan tertentu. Dengan demikian materi pelajaran

merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran.36

D. Aqidah Akhlak

Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah sebagai peningkatan dari akidah dan akhlak

yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.

Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman

mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,

35

Departemen Agama RI , Kurikulum 2004 Standar Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Jendral

Kelembagaan Agama Islam, 2004),h.17

36

Prof.Dr.H.Wina Sanjaya,M.P.d, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

(36)

rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qadha dan Qadar yang dibuktikan

dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap

al-asma’ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri perilaku seseorang dalam

realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

E. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah proses perubahan baik perubahan

tingkah laku maupun pengetahuan dengan melalui interaksi antara guru dan

peserta didik di dalam kelas yang di dalamnya terdapat materi Akidah

Akhlak. Secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki

kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan

untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk

dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu,

bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi

dampak negatif dari era globalisasi yang melanda bangsa dan negara

Indonesia.

2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

(37)

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam

kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan

nilai-nilai aqidah Islam.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup pembelajaran dari mata pelajaran Aqidah Akhlak di

Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek aqidah terdiri atas dasar dan tujuan aqidah Islam, sifat-sifat

Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah,

Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qadha Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf,

taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu',

husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan

(38)

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah,

putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah,

dan namiimah.37

4. Dasar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia

merupakan sumber ajaran Islam. Dengan demikian sumber ajaran

Islam merupakan dasar segi religius dalam pelaksanaan pendidikan

akhlak. Adapun Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan

yang baik dalam pendidikan akhlak. Berikut adalah ayat-ayat

al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan pendidikan akhlak:





Artinya: “dan Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang

luhur.”[QS. Al Qalam : 4]38















Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

37

Permenag Nomor 2 Tahun 2008

38

(39)

dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”[QS. Al Azhab : 21]39











Artinya: Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata: "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” [QS. Fussilat : 33]40

5. Nilai-Nilai Pembelajaran Aqidah Akhlak.

Adapun untuk nilai-nilai akhlak yang dikembangkan di

sekolah/madrasah pada jenjang SMP/MTS adalah:

a. Berhati lembut, bekerja keras, tekun dan ulet, dinamis total dan

produktif, sabar dan tawakkal serta loyal, terbiasa beretika dalam

perilaku sehari-hari.

b. Terbiasa berpikir kritis, sederhana, sportif dan bertanggug jawab.

c. Terbiasa berperilaku qona’ah, toleran, peduli terhadap lingkungan dan

budaya serta tidak sombong, tidak merusak, tidak nifak dan beretika

baik dalam pergaulan.41

Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam Islam. Seorang

akan dapat dinilai dari caranya bertingkah laku dari akhlaknya. Islam

39

Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah,Ibid.,h.595

40 Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah,Ibid.,h.688

41

Abdul Majid, S.Ag.,M.Pd, Dian Andayani, S.Pd.,M.Pd, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(40)

memberikan tuntunan kepada manusia agar senantiasa memiliki akhlak

yang baik dan menjauhi perilaku tercela. Sebagaimana yang telah diajarkan

Luqmanul Hakim kepada anaknya untuk menjaga, memelihara dan

menampilkan akhlak yang mulia, saling mengasihi dan tidak berperilaku

sombong. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat Luqman

sebagai berikut:















Artinya: “dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena

sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan

diri.”[QS Luqman : 18]42

Adapun yang menjadi perhatian utama Luqman adalah hati, seperti

nasihatnya yang diriwayatkan oleh khalid ar-Ruba’i, beliau berkata

bahwasanya Luqman adalah seorang hamba sahaya yang berasal dari

negeri Habsyi. Suatu ketika tuannya menyerahkan seekor kambing

kepadanya dan berkata: “sembelihlah kambing ini dan berikan dua potong

daging yang paling baik untukku!” Lalu Luqman memberikan kepada

tuannya itu lidah dan hati. Kemudian tuannya menyerahkan lagi seekor

kambing lain dan berkata: “sembelihlah kambing ini dan berikan untukku

42

(41)

dua potong daging yang paling buruk. Lalu Luqman memberikan kepada

tuannya itu lidah dan hati. Lalu tuannya menanyakan tentang sebabnya

mengapa Luqman memberikan lidah dan hati tersebut. Lalu Luqman

menjawab, “tidak ada sesuatu yang lebih baik dari pada keduanya apabila

keduanya itu baik dan tidak ada yang lebih buruk dari keduanya apabila

keduanya itu buruk.43

Demikian penjelasan sebagian dari nasihat Luqmanul Hakim. Dari

beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya

sangat penting bagi seseorang untuk menjaga perbuatannya terutama dalam

menjaga lisan dan hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasanya

nilai pembelajaran akhlak yang terkandung dalam ajaran Islam adalah

memelihara dan menampilkan akhlak yang mulia, saling mengasihi dan

tidak berperilaku sombong serta mampu menjaga hati dan lisan.

6. Prinsip-prinsip Pembelajaran Aqidah Akhlak.

Sesuai dengan penjelasankan sebelumnya bahwa Aqidah Akhlak

merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Adapun pembelajaran PAI tidak sesederhana dalam proses

penyampaiannya. Akan tetapi jauh dari itu, fungsi dan peran PAI sampai

pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya. Oleh

karena itu pengembangan pembelajaran PAI memerlukan model-model

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan.

43

(42)

Begitu pula prinsip–prinsip yang menyokong pembelajaran PAI juga perlu

diperhatikan.44

Bahasa adalah alat komunikai antar manusia. Banyak ditemukan

perbedaan dalam cara-cara orang berbicara. Ada yang berbicara panjang

lebar akan tetapi informasi yang didapatkan sedikit. Ada pula yang

memperpanjang pembicaraan, sementara dia mengetahui bahwa hal itu bisa

diringkas tanpa menghilangkan sedikit pun inti pembicaraannya. Demikian

hal tersebut merupakan salah satu dari permasalahan pendidikan. Oleh

karena itu perlu adanya mencari cara terbaik sekaligus benar untuk

berkomunikasi dengan siswa. Adapun yang dapat dijadikan rujukan untuk

cara terbaik sekaligus benar dalam komunikasi adalah Rasulullah SAW.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah:

“Rasulullah tidak berbicara sambung menyambung seperti yang kalian

lakukan ini. Akan tetapi Rasulullah berbicara dengan terpisah-pisah dan

dengan jeda. Jika seseorang menghitung kata-katanya, tentu ia dapat

menghitungnya. Sedangkan jika Rasulullah mengucapkan satu kalimat, dia

mengulanginya sebanyak tiga kali agar dapat diingat.”

Adapun mengenai cara mendidik Rasulullah SAW memberikan

pengajaran melalui sabda beliau: “Allah akan memberikan rahmat kepada

orang tua yang membantu anaknya berbuat baik kepadanya. Yakni

44

Abdul Majid , S.Ag.,M.Pd, Perencanaan Pembelaran, Mengembangkan Standard Kompetensi Guru,

(43)

orangtua yang tidak menyuruh anaknya berbuat sesuatu yang sekiranya

anak itu tidak mampu mengerjakannya.”

Dari beberapa uraian diatas, maka terdapat prinsip yang dijadikan

pelajaran dari tindakan Rasulullah SAW dalam menanamkan akhlak

terhadap anak, yaitu:

a. Motivasi, segala ucapan Rasulullah SAW mempunyai kekuatan yang

menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan

mencapai tujuan.

b. Fokus, ucapannya ringkas dan langsung pada inti pembicaraan

sehingga mudah dipahami.

c. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu

yang cukup kepada anak untuk menguasainya.

d. Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada

kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.

e. Teladan, serasi antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan

niat yang tulus karena Allah.45

7. Prosedur Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus diorientasikan

pada fitrah manusia yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan ruh.

Ketiga dimensi tersebut haruslah dipelihara agar terwujud keseimbangan.

Untuk mewujudkan keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam

45

(44)

menentukan pendekatan, metode dan teknik.46 Berikut adalah

penjelasannya:

a. Pendekatan

Konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama Islam yang disajikan Depag (2004) meliputi:

1) Keimanan, mengembangkan peluang kepada peserta didik untuk

mengembangkan pemahaman adanya Tuhan.

2) Pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mempraktekkan pengamalan ibadah dan akhlak dalam

menghadapi tugas dan masalah kehidupan.

3) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

membiasakan perilaku dan sikap yang baik yang sesuai dengan

ajaran Islam dan budaya bangsa.

4) Rasional, usaha memberikan peranan rasio (akal) peserta didik

dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam

standard materi dan kaitannya dengan perilaku yang baik dan

buruk.

5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik

dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan

budaya bangsa.

46

(45)

6) Fungsional, menyajikan bentuk standard semua materi dari segi

manfaatnya bagi peserta didik dalam arti luas sesuai dengan

tingkat perkembangannya dalam kehidupan sehari-hari.

7) Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non agama

serta petugas lainnya maupun orangtua peserta didik sebagai

cermin manusia berkepribadian agama,47

b. Metode

Berikut adalah beberapa metode yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran Aqidah Akhlak:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara menyampaikan ilmu

pengetahuan secara lisan. Hendaknya ceramah mudah diterima,

mudah dipahami dan mampu menstimulasi pendengar (anak didik)

untuk melaksanakan hal yang baik dari isi ceramah yang telah

didengar.48 Adapun menurut Suryono, metode ceramah adalah

penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam

pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar

untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada

murid-muridnya.49 Adapun menurut Roestiyah N.K, metode ceramah

47

Ibid.,h.135

48

Ibid.,h.137

49

(46)

adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan

keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok

persoalan serta masalah secara lisan.50

Dalam pelaksanaan metode ceramah, guru bisa

menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar dan lain

sebagainya untuk menjelaskan urainnya. Dalam pelaksanaan

metode ceramah, peranan murid adalah mendengarkan dengan

teliti dan mencatat pokok-pokok penting tentang apa yang

disampaikan oleh guru.51

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan proses pengajuan

pertanyaan guru terhadap murid. Dalam metode tanya jawab, guru

pada umumnya berusaha menanyakan apakah siswa telah

mengetahui dan memahami materi yang disampaikan oleh guru

atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh siswa.52

3) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik sebagai

upaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau

lebih dimana masing-masing mengajukan argumentasinya untuk

memperkuat pendapatnya. Menurut Nana Sudjana, diskusi pada

50

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.137

51

Winarno Surachmat, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: C.V. Jemmars, 1965),h.76

52

(47)

dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman

untuk mendapat pengertian bersama tentang sesuatu yang lebih

jelas dan lebih teliti. Adapun tujuan metode diskusi menurut

Mulyani Sumantri adalah:

a) Melatih dan mengembangkan keterampilan peserta didik

dalam bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan

menyimpulkan bahasa.

b) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional.

c) Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam

memecahkan masalah.

d) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam

menentukan pendapat.

e) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.

f) Melatih peserta didik agar berani dalam berpendapat tentang

suatu masalah.53

Demikian tujuan dari metode diskusi yang mana hal tersebut

dapat digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

4) Metode Pemecahan Masalah (problem solving)

Metode pemecahan masalah atau problem solving

merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi

anak didik untuk berpikir dan memperhatikan tentang suatu

53

(48)

masalah dan menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk

memecahkan masalah tersebut.

Berikut adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam

metode pemecahan masalah atau problem solving:

a) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah

tersebut harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf

kemampuannya.

b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan membaca

buku-buku, bertanya, berdiskusi dan lain sebagainya

c) Menetapkan jawaban sementara dari jawaban tersebut dengan

didasarkan kepada data yang diperoleh.

d) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam

langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah

sehingga betul-betul yakin dengan jawaban tersebut.

e) Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada

kesimpulan terakhir mengenai masalah tersebut.54

5) Metode Kisah

Al-Qur’an dan al-Hadits banyak meredaksikan kisah untuk

menyampaikan pesan-pesannya. Metode yang digunakan dalam

pembelajaran agama seperti ini akan membuka kesan dalam jiwa

54

(49)

seseorang (anak didik). Menurut al-Nahwali dalam A. Tafsir

(2004:140) metode kisah sangat penting karena:

a) Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau

pendengar utuk mengikuti peristiwanya disertai dengan

renungan akan makna yang terkandung di dalamnya sehingga

akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau

pendengarnya.

b) Kisah Qurani dan Nabawi dapat menyentuh hati manusia,

karena dalam kisah tersebut menampilkan tokoh dalam

konteksnya yang menyeluruh. Dengan demikian pembaca

atau pendengarnya dapat merasakan kisah-kisah tersebut

seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.

c) Kisah Qurani dan Nabawi dapat mendidik rasa keimanan

dengan cara membangkitkan perasaan seperti khauf, ridha dan

cinta, mengarahkan seluruh perasaan dan melibatkan pembaca

atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara

emosional.55

6) Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasehati

Metode ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi

terhadap anak didik untuk mengerjakan yang ma’ruf dan menjauhi

55

(50)

yang munkar. Adapun wujud dari proses pemberian nasihat

terhadap anak didik bisa bersifat:

a) Memelihara, yakni membantu memelihara dan menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif agar anak didik dapat

tumbuh berkembang secara optimal.

b) Mencegah, yakni membantu mencegah terjadinya tindakan

anak didik yang kurang efektif dan efisien.

c) Menyembuhkan, yakni membantu memperbaiki kekeliruan

yang telah terjadi.

d) Merehabilitasi, yakni menindak lanjuti sesudah anak didik

memperoleh bimbingan untuk arah yang lebih baik.

7) Metode Suri Tauladan

Adapun konsep keteladanan ini sudah diberikan dengan

cara Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi

panutan dan suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Dengan

adanya metode suri tauladan ini, akan menumbuhkan hasrat bagi

orang lain untuk menirunya. Dengan adanya contoh baik berupa

ucapan, perbuatan dan tingkah laku akan memberikan kesan yang

baik bagi pendidikan anak serta memberikan kesan yang baik pula

dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.

Demikian beberapa metode yang dapat diterapkan dalam

(51)

memberikan kesan yang baik dalam proses pembelajaran sehingga

dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan oleh

guru.56

c. Teknik

Proses kegiatan mengajar tidaklah berdiri sendiri, melainkan

terkait komponen dan waktu. Berbagai metode yang dikemukakan

diatas selanjutnya perlu dikembangkan ke dalam teknik

pembelajarannya, seperti:

1) Teknik pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan

kecakapan kognitif, diantaranya dengan sorogan pada saat

mengaji/menghafal ayat-ayat al-Qur’an (seperti yang diterapkan di

pesantren-pesantren tradisional).

2) Teknik pembelajaran yang berorientasi pada psikomotor

diantaranya drill dan practice seperti berlatih dan mempraktekan

materi melafalkan huruf al-Qur’an.57

F. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak

Problematika berasal dari kata dasar problem yang berarti masalah dan

persoalan. Sedangkan problematika berarti hal yang menimbulkan masalah, hal

56

Ibid.,h.150

57

(52)

yang belum terpecahkan masalahnya.58 Demikian setelah dijabarkan hal-hal

mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak dan yang berhubungan dengannya

maka pembahasan selanjutnya adalah mengenai problematika yang terdapat

dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

Berbicara mengenai pembelajaran, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa substansi dari pembelajaran adalah belajar. Hal tersebut menunjukkan

bahwasanya pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan oleh guru

dalam mengkondisikan siswa untuk belajar. Artinya belajar untuk mengetahui,

memahami, menerapkan, menganalisis, menyintesis dan mengevaluasi bahan

pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

suatu proses pengkondisian siswa untuk aktif belajar di dalam kelas. Artinya

pembelajaran tidak hanya diartikan hanya sebatas pemberian materi kepada

siswa.

Oleh karena itu agar dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, guru

harus mengetahui aspek-aspek penentu dalam pembelajaran aktif. Berikut

adalah aspek-aspek pembelajaran aktif: 59

1. Guru

Seoarang guru harus mengetahui keunggulan dan kelemahannya

dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu

melakukan evaluasi atas kegiatan pembelajaran pada setiap akhir kegiatan

58

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.,Kamus Besar,Ibid.,h.896

59

Heru Kurniawan, Pembelajaran Menulis Kreatif berbasis Komunikatif dan Apresiatif, (Bandung: PT

(53)

pembelajaran. Dari sini guru harus selalu terbuka menerima kritik dan

penilaian demi peningkatan pembelajaran yang lebih baik.

2. Bahasa

Penyampaian materi dan informasi dalam bidang keilmuan tertentu

merupakan substansi dari pembelajaran. Penyampaian informasi tersebut

selalu menggunakan media bahasa. Untuk itu bahasa merupakan faktor

penting dalam pembelajaran.

3. Siswa

Siswa adalah individu yang akan diberi materi dalam pembelajaran.

Hal yang perlu diperhatian agar pembelajaran dapat berhasil adalah dengan

memahami karakteristik siswa.

4. Tujuan

Setiap pembelajaran yang dilakukan harus mempunyai tujuan, baik

itu tujuan intruksional yang sudah ditetapkan ataupun tujuan lain yang

secara tersirat dikehendaki oleh guru. Tujuan ini tentunya didasarkan pada

keadaan siswa, lingkungan, dan harapan guru.

5. Strategi Pembelajaran

Penjelasan aspek karakteristik guru, siswa, bahasa dan tujuan

merupakan bagian yang akan menjadi penentu dalam penentuan strategi

pembelajaran. Strategi inilah yang berposisi sebagai cara-cara yang akan

dilakukan oleh guru dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai

(54)

Demikian aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat

tercipta pembelajaran aktif. Selain itu guru juga harus menkondisikan

pembelajaran yang kondusif. Adapun problematika pembelajaran dapat muncul

apabila tidak terdapat pembelajaran aktif seperti uraian diatas.

Apabila terdapat pembelajaran tidak aktif dan tidak kondusif, maka hal

tersebut dapat berakibat fatal bagi keberlangsungan pembelajaran. Sehubungan

dengan hal tersebut Ronald Gross dalam bukunya yang berjudul Peak Learning

(1991) sebagai akibat dari praktik belajar yang tidak kondusif, beliau telah

mengidentifikasi enam mitos tentang belajar enam mitos tentang belajar, yaitu:

1. Belajar itu membosankan dan termasuk kegiatan yang tidak

menyenangkan.

2. Belajar hanya terbatas pada materi dan keterampilan yang diberikan

sekolah saja.

Gambar

Data Guru & Karyawan Tabel 1
Tabel 2 Daftar tabel jumlah siswa di MTs Taswirul Afkar Surabaya tahun ajaran
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

a. Kreativitas guru dalam mengajar aqidah akhlak dengan menggunakan metode pembelajaran yang variatif, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang diharapkan yaitu

1) Masih kurangnya sopan santun pada diri peserta didik SMP Progresif Bumi Shalawat baik dalam perbuatan maupun perkataan. Menurut Mahmud Yunus “Tujuan pendidikan akhlak

kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar. Karena pada umumnya guru Pendidikan Aqidah Akhlak dalam penyampaian materi Pendidikan Aqidah Akhlak yang hanya bersifat

Maskanah : “Pengaruh Disiplin Guru Aqidah Akhlak Terhadap Disiplin Belajar Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Satu Atap (SA)

Berdasarkan definisi istilah diatas yang dimaksud dengan “ Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penanaman Minat Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran Aqidah-Akhlak di

multi arah guru terhadap minat belajar Aqidah Akhlak siswa di MTsN

belajar dalam penelitian ini berupa nilai/prestasi belajar aqidah akhlak, yaitu nilai hasil tes pada materi akhlak tercela. Hasil belajar merupakan cerminan dari apa

tidak disebutkan objek pada pelaksanaan inovasi pembelajaran aqidah akhlak, sedangkan peneliti objek pada inovasi pembelajaran aqidah akhlak adalah siswa MTs kelas VII 5 Dwy Puspita