• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB VI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

En a m

PENUT UP

Rangkuman dan Kesimpulan

Dari uraian sekaligus analisis hasil penelitian pada bagian Lima, dapat dirangkum sebagai berikut:

Dalam sebuah usaha pertanian, petani selalu dihadapkan dengan berbagai macam pilihan. Dimulai dari pilihan usaha pertanian, dalam hal ini pertanian kakao, yang dipilih oleh petani karena sudah dikenal dan diyakini memiliki prospek dan harga yang menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Karena hobi, dan melihat kesusksesan petani kakao lain di desa sendiri maupun di desa tetangga, ikut mendorong pilihan petani untuk memilih usaha tani kakao.

(2)

bertahan petani terhadap masalah-masalah seperti tanaman yang semakin tua, kurangnya biaya produksi, fluktuasi harga dan serangan hama adalah: melakukan peremajaan, pemangkasan yang benar dan penyemprotan hama yang rutin, serta melakukan proses pemupukan pada tanaman kakao miliknya.

(3)

terpaksa menanam komoditi baru di lahan perkebunan kakao. e) Keputusan memilih komoditi baru. Petani melakukan alih komoditi dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan rumah tangga yang lebih sejahtera. Pemilihan komoditi baru yang akan diusahakan dilakukan dengan beberapa perbandingan seperti umur tanaman dan kemudahan proses produksi.

Untuk melihat dan membandingkan kesejahteraan petani, salah satunya dapat dilihat dari ekonomi rumah tangga petani tersebut. Dari segi perumahan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah milik petani yang tetap dengan kakao lebih sederhana dibandingkan dengan petani alih komoditi. Jika dilihat dari sisi pendapatan per bulan, petani alih komoditi memiliki sumber pendapatan yang lebih banyak atau bervariasi dibandingkan dengan petani yang tetap dengan kakao. Petani yang tetap dengan kakao sumber pendapatannya hanya dari sektor pertanian saja. Sumber pendapatan yang lebih banyak tersebut, membuat total pendapatan keluarga petani alih komoditi jauh lebih besar dibandingkan dengan petani yang tetap dengan kakao. Oleh karena pendapatannya lebih tinggi, jika dikurangi dengan konsumsi keluarga maka petani alih komoditi akan memperoleh sisa kas rumah tangga yang lebih besar. Selain dari sumber pendapatan dan total pendapatan, keluarga petani alih komoditi memiliki aset seperti tanah yang luas dan juga memiliki ternak peliharaan, yang tidak dimiliki oleh sebagian besar petani yang tetap dengan kakao. Dari informasi tersebut terlihat pula bahwa faktor yang ikut mendorong petani melakukan alih komoditi adalah besarnya modal yang diperoleh dari sumber pendapatan yang bervariasi dari usaha keluarganya.

(4)

Proses pengolahan usaha pertanian kelapa sawit dimulai dari ketersediaan lahan. Setelah lahan siap, proses selanjutnya adalah pengajiran untuk mengatur jarak tanaman 8x8 atau 8x9 meter tergantung dari masing-masing petani. Ketika pengajiran selesai, bibit kelapa sawit yang telah dipersiapkan baik yang dibeli dari pihak perusahaan maupun dari hasil pembibitan petani itu sendiri langsung ditanam di lahan tersebut. Agar tanaman kelapa sawit yang ditanam cepat menghasilkan, diperlukan proses perawatan yang baik. Proses tersebut meliputi pemberantasan gulma yang dilakukan setiap empat bulan dan pemberian pupuk pada tanaman sebanyak dua kali dalam setahun. Jenis pupuk dan herbisida yang dipakai tergantung dari masing-masing petani. Jika tanaman kelapa sawit mendapatkan perawatan yang baik, maka dalam jangka waktu 3 tahun, tanaman tersebut sudah mulai menghasilkan. Proses pemanenan dilakukan setiap dua minggu dan hasil panen tersebut langsung dapat di jual kepada pedagang atau pabrik. Total biaya pemeliharaan kelapa sawit setiap tahunya dengan luas 3,5 ha adalah Rp. 4.925.000 per tahun.

(5)

pengumpulan, pengangkutan ke rumah petani dan karet tersebut siap untuk dijual.

Pendapatan petani kelapa sawit maupun karet yang peneliti wawancarai, belum mencapai titik maksimal karena tanaman miliknya masih tergolong muda dan kedua petani tersebut baru memulai proses pemanenan tahun 2013. Namun demikian kedua petani ini menaruh harapan yang besar pada usaha pertaniannya dan seiring peningkatan produksi dari waktu ke waktu, mereka pun meyakini bahwa usaha pertaniannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya.

Dari rangkuman hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Pada awalnya petani tertarik dan memilih kakao sebagai komoditi usaha pertanian utama karena komoditi tersebut sudah populer dikalangan masyarakat dan harganya pun cukup menjanjikan untuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka.

2. W alapun dihadapkan dengan masalah pertanian seperti hama penyakit kakao dan juga perkembangan komoditi perkebunan lain di Kecamatan M ori Utara, saat ini masih ada petani yang tetap memilih bertahan dengan usaha tani kakao. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan petani tersebut yaitu: hanya melanjutkan usaha tani kakao dengan merawat tanaman yang sudah ada dan telah dikerjakan selama bertahun-tahun, akses pemasaran kakao lebih mudah, terbatasnya sarana dan prasarana pertanian seperti jalan pertanian dan biaya untuk melakukan alih komoditi. Tanaman kakao juga mudah untuk diremajakan tanpa melakukan penanaman tanaman baru serta proses pengolahan tanaman tersebut cukup mudah dibandingkan dengan tanaman lain.

(6)

kakao, pemberantasan gulma yang rutin, pemangkasan dan pemupukan yang cukup.

4. Perkembangan komoditi perkebunan, mobilisasi manusia, akses jalan dan informasi yang semakin cepat dan luas, ikut mempengaruhi sebagian petani kakao untuk mengambil keputusan melakukan alih komoditi. Faktor yang mempengaruhi keputusan alih komoditi lainnya adalah masalah-masalah pada usaha pertanian kakao seperti panjangnya rantai produksi, serangan hama penyakit dan semakin meningkatnya biaya pemeliharaan. Tidak semua petani memiliki lahan yang luas untuk melakukan alih komoditi sehingga terpaksa menanam komoditi tersebut sebagai pengganti kakao. Selanjutnya untuk memilih komoditi pengganti, petani mempertimbangkan umur produktif dan proses pengolahan yang mudah dari komoditi baru yang akan diusahakannya.

5. Kondisi rumah tangga petani yang melakukan alih komoditi terlihat lebih sejahtera dibandingkan dengan petani yang tetap dengan kakao. Hal tersebut dibuktikan dengan perekonomian rumah tangga petani alih komoditi yang lebih baik. Para petani tersebut memiliki sumber pendapatan yang bervariasi dan juga memiliki banyak aset seperti tanah dan ternak. Oleh karena itu mereka mampu dan mau mengambil keputusan untuk melakukan alih komoditi. Keadaan itu berbeda dengan petani yang tetap mempertahankan kakao karena sebagian besar sumber pendapatannya hanya dari sektor pertanian.

(7)

7. Banyaknya masalah dari hulu sampai hilir yang belum terselesaikan pada usaha pertanian kakao, membuat popularitas tanaman ini sudah semakin menurun. Kondisi tersebut dipengaruhi pula oleh kehadiran dan popularitas komoditi kelapa sawit dan karet yang bagi para petani cukup menjanjikan secara ekonomi dibandingkan dengan kakao. Kakao tidak lebih menjanjikan secara ekonomi karena pendapatan yang diperoleh petani sangat kecil. Oleh karena itu, pantaslah jika petani-petani kakao kini beralih ke tanaman kelapa sawit dan karet yang berdasarkan pengamatan, lebih menjanjikan secara ekonomi dibandingkan dengan kakao.

I mplikasi Teoritis

(8)

sekarang lebih rendah dari kakao, umur tanaman karet lebih panjang dari kelapa sawit atau kakao, kurangnya hama penyakit kelapa sawit dan karet dibandingkan dengan kakao, pendapatan dan kehidupan petani kelapa sawit dan karet lebih baik dari petani kakao, maka para petani tersebut dengan percaya diri memilih atau memutuskan untuk beralih mengusahakan komoditi kelapa sawit atau karet (melakukan alih komoditi). Dengan keputusan tersebut, para petani berharap akan menyelesaikan masalah sebelumnya sehingga semakin dekat dengan tujuan mereka yaitu kehidupan rumah tangga yang lebih sejahtera.

Dari kacamata Samuel L. Pokin (Deliarnov 2006:156 & Singgih 1999:4), proses pengambilan keputusan di atas mengambarkan ciri petani yang rasional. Dikatakan rasional karena para petani tersebut secara individu mengambil keputusan dengan menentukan pilihan yang menurut mereka terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Para petani ini juga tetap berhati-hati, memperhitungkan untung rugi, memanfaatkan lahan untuk lebih produktif, dan berani menanggung resiko dalam pengambilan keputusan alih komoditi. Oleh karena itu penelitian ini dapat mendukung dan mengaminkan penelitian Pokin di Vietnam tentang petani yang rasional.

M enggunakan pandangan Atmosudirjo (1982:68-69) mengenai proses berpikir, peneliti beranggapan bahwa petani dalam penelitian ini juga menunjukkan petani yang memiliki pemikiran jangka panjang dan melihat jauh ke depan. M ereka melakukan alih komoditi sebagai jaminan kesejahteraan keluarganya di masa yang akan datang. Para petani ini juga dapat berpikir secara rasional dan sistematis karena secara runtut dan kompleks menyelesaikan sebuah masalah dengan melakukan pengumpulan informasi, kemudian melakukan pertimbangan-pertimbangan atau perbandingan-perbandingan baru kemudian mengambil keputusan untuk melakukan alih komoditi.

(9)

adalah produksi kakao milik mereka semakin menurun dan kenyataan bahwa petani kelapa sawit dan karet lebih sejahtera.

Bagaimana dengan keputusan petani yang tetap dengan usaha tani kakao?, apakah keputusan mereka rasional?. Serangan hama penyakit, dan umur tanaman merupakan masalah yang sama yang dihadapi oleh kelompok ini dengan kelompok sebelumnya. M asalah yang berbeda adalah tidak adanya sarana dan prasarana produksi seperti jalan dan biaya jika akan melakukan alih komoditi. Sama dengan petani sebelumnya dimana mereka dihadapkan dengan dua alternatif pilihan. Sebelum memutuskan memilih salah satu altenatif pilihan, mereka juga melalui proses berpikir atau pertimbangan, mengumpulkan berbagai informasi mengenai komoditi kelapa sawit atau karet, melakukan perbandingan tentang kelebihan dan kekurangan tanaman kelapa sawit, karet, dan kakao. M ereka menilai bahwa walapun rantai produksi kakao cukup panjang, namun proses produksi tersebut lebih mudah dikerjakan baik oleh orang berusia muda maupun tua, anak-anak atau orang dewasa, dibandingkan dengan kelapa sawit yang harus menggunakan tenaga kerja alhi dan bertenaga kuat. Apabila tanaman kakao sudah tua, dapat dilakukan peremajaan tanaman tanpa melakukan penanaman kembali dan hal ini tidak dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit dan karet. Dibandingkan kelapa sawit, tanaman kakao tidak begitu tergantung kepada pupuk, karena tanpa dipupuk tanaman tersebut tetap berbuah. Untuk mengatasi masalah hama dan penyakit tanaman kakao, petani mengatasinya dengan melakukan pemeliharaan yang intensif. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kelompok petani ini memutuskan untuk tetap mengusahakan tanaman kakao.

(10)

rasional (logis) dimana tidak memaksakan dirinya untuk melakukan alih komoditi karena pendapatannya hanya cukup untuk membiayai usaha pertanian kakao.

M enurut peneliti, walaupun masih merupakan petani yang rasional, akan tetapi ada perbedaan kelompok ini dengan kelompok sebelumnya (petani alih komoditi). Perbedaan tersebut adalah kelompok petani ini cenderung berpikir secara intuisi dan emosional dengan menggunakan pandangan Atmosudirjo (1982:68-69). Dia mengatakan, berpikir intuitif berarti mengikuti feeling yang diperoleh dari menjalani praktek dengan skema sistematis selama bertahun-tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani memprediksi bahwa harga komoditi kakao akan naik seiring dengan menyusutnya lahan perkebunan kakao akibat alih komoditi maupun alih fungsi lahan. M ereka berkaca dari pengalaman beberapa tahun yang lalu dengan komoditi cengkeh yang harganya rendah namun tiba-tiba sekarang harganya sangat tinggi. Peneliti sependapat dengan Atmosudirjo yang mengatakan bahwa berpikir intuitif hanya dapat dikembangkan dalam jangka waktu yang lama, sehingga akan menghambat para petani tersebut untuk mengikuti perkembangan yang ada di sekitarnya. Ada kecenderungan petani di Kecamatan M ori Utara lebih menujukkan sikap menunggu. Artinya, ketika melihat keberhasilan seorang atau beberapa orang petani dengan usaha satu komoditi, barulah petani lainnya menyusul atau ikut-ikutan menanam komoditi yang sama. Akibatnya petani yang baru menyusul tersebut telah jauh ketinggalan. Selain itu, para petani ini juga berpikir secara emosional karena mereka sedikit mengabaikan aspek-aspek lain seperti efisiensi lahan dan keuntungan ekonomi dimasa mendatang. Hal itu terlihat karena petani memilih tetap bertahan dengan usaha tani kakao karena tanaman tersebut terlanjur ada dan telah berjasa membantu mereka diwaktu lampau.

(11)

mengamini hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut yaitu penelitian M uda (2005) yang menemukan bahwakeputusan petani dalam memilih pola agroforest "napu" dipengaruhi oleh pengalaman berusaha tani, tenaga kerja, luas penguasaan lahan, pendapatan, jarak ke lokasi agroforest, dan yang paling berpengaruh adalah faktor topografi. Penelitian Hasibuan (2003) yang menemukan bahwa keputusan petani tambak untuk menerima dan menerapkan inovasi itam terjadi setelah petani melihat keberhasilan petambak lain, dimana kepercayaan petani terbangun dari realitas empiris kehidupan sekitarnya (faktor kepercayaan) dan juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan saprotan.

Selain beberapa penelitian di atas, beberapa penelitian lainnya seperti penelitian Santoso (2008) yang menemukan bahwa faktor harga komoditi wortel organik yang tinggi membuat petani cenderung memutuskan untuk mengusahakan komoditi tersebut dengan sistem pertanian organik. Purba (2009) menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tanaman perkebunan teh menjadi perkebunan kelapa sawit adalah harga TBS kelapa sawit lebih baik dari harga teh. Faktor lain yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah produktivitas teh yang menurun selama periode tahun 2000-2005 dengan rata-rata 61,55 ton per ha per tahun. Hasibuan (2011) juga menemukan faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tebu ke kelapa sawit adalah karena pendapatan usaha tebu mengalami kerugian per ha per musim tanam sedangkan usaha tani kelapa sawit menguntungkan per ha per tahun sehingga tingkat pendapatan usaha tani kelapa sawit lebih menguntungkan dari pada usaha tani tebu. Asni (2005) menemukan faktor yang signifikan mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat adalah pendapatan dan kesempatan menabung serta usaha tani kelapa sawit lebih efisien dibandingkan dengan usaha tani padi sawah.

(12)

komoditi lain yang harganya lebih rendah seperti kelapa sawit (Rp. 500-800 per kg) dan karet (Rp. 8.000 per kg). W alaupun petani sebenarnya memiliki peluang untuk melakukan alih komoditi dan mengetahui komoditi-komoditi tersebut lebih efisien dibandingkan kakao, para petani tersebut tetap memilih untuk bertahan dengan usaha tani kakao.

Penelitian yang dilakukan oleh Arief (2003) hampir sama dengan yang peneliti lakukan, namun dengan komoditi yang berbeda. Dalam penelitiannya mengenai pengambilan keputusan oleh petani di Desa Lubuk Baru, menemukan bahwa kondisi kebun damar di desa tersebut hampir mengalami kepunahan karena semakin sedikit petani damar yang mempertahankan kebun damarnya. Selain itu pengelolaan pertanian yang dilakukan petani tidak intensif. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang peneliti dapatkan dari kasus pertanian kakao. W alaupun banyak petani yang belum melakukan pengelolaan perkebunan kakao secara intensif dan sekarang banyak petani lain yang melakukan alih komoditi, perkebunan kakao di Kecamatan M ori Utara belum menujukkan ancaman kepunahan yang berarti, karena masih cukup banyak petani yang mempertahankan usaha perkebunan kakaonya.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi petani kakao untuk beralih atau tetap dengan kakao, memiliki banyak kesamaan dengan faktor yang menjadi pertimbangan petani untuk meninggalkan atau mempertahankan kebun damar dalam penelitian Arief (2003). Namun demikian ada beberapa faktor yang tidak dibahas secara mendalam bahkan tidak ditemui dalam hasil penelitian Arief yaitu rantai produksi dan ketersediaan prasarana produksi pertanian khususnya jalan pertanian.

I mplikasi Kebijakan

(13)

1. Sebelum menyusun dan melaksanakan sebuah kebijakan atau program pengembangan sektor pertanian, alangkah baiknya jika para pengambil kebijakan terlebih dahulu melakukan pemetaan potensi pertanian baik secara umum maupun secara khusus pada sub sektor perkebunan. Hal tersebut penting untuk dilakukan mengingat potensi, karakteristik wilayah dan petani yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di wilayah M ori Utara yang awalnya merupakan salah satu sentra perkebunan kakao ternyata potensial untuk perkembangan kelapa sawit dan karet. Namun demikian, tidak semua petani ingin bertahan dengan usaha tani kakao dan juga tidak semua petani tertarik untuk mengusahakan kelapa sawit atau karet. Dengan adanya pemetaan potensi perkebunan tersebut maka program-program pemerintah seperti pembagian bibit dan pupuk gratis akan lebih tepat sasaran dan menjawab harapan-harapan para petani.

2. Dengan pemetaan potensi pertanian, diharapkan pula program pengembangan pertanian akan lebih jelas. Program yang jelas dan tepat sasaran menggambarkan pemerintah atau para pengambil kebijkan yang pro petani. Kasus-kasus korupsi pada proyek pertanian yang tentunya mengorbankan petani-petani kecil diharapkan menjadi pelajaran berharga dan tidak perlu terjadi dalam pembangunan Kabupaten M orowali Utara khususnya pada pengembangan sektor petanian.

3. Tanaman kakao di Kecamatan M ori Utara sudah semakin tua sehingga produksinya perlahan-lahan menurun. Akan tetapi para petani masih berharap untuk terus mengembangkan komoditi ini. W alaupun program pembagian bibit gratis dan program peremajaan tanaman dengan cara entris sudah pernah dilakukan, namun program tersebut baru dinikmati oleh sebagian kecil petani. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao petani dan kemudian dapat meningkatkan pendapatannya, diperlukan peremajaan tanaman secara merata.

(14)

dan karet. Karena keterbatasan sarana dan prasarana produksi seperti jalan dan biaya pembelian bibit membuat keinginan tersebut belum tercapai. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan kesejahteraan hidup petani, perlu dilakukan pembukaan dan perbaikan infrastruktur jalan pertanian. Dengan lancarnya mobilitas petani di lahan pertanian, diharapkan akan meningkatkan efisiensi usaha pertanian tersebut. Pembagian bibit tanaman kelapa sawit atau karet, pupuk murah atau bahkan gratis secara adil dan transparan agar tidak timbul kecemburuan diantara para petani. Selain itu kemudahan akses terhadap permodalan seperti kredit dengan bunga rendah dari lembaga keuangan resmi akan sangat membantu petani dalam mengembangkan usaha pertaniannya.

5. M elihat banyaknya persoalan seperti serangan hama dan masalah pertanian lainnya, maka diharapkan kinerja para PPL yang ada di setiap kecamatan dan desa dapat lebih ditingkatkan melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan yang intensif kepada para petani.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemeriksaan awal TSS didapatkan kadar sebesar 7100 ppm, ini tentunya sudah melebihi nilai ambang batas yang sudah ditetapkan Baku Mutu Air Limbah Kegiatan

[r]

Pejabat Pengadaan Kegiatan Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor pada Dinas Perikanan Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi dan Penawaran

Berdasarkan hasil perhitungan sisa masa pakai kayu yang dilakukan terhadap kayu reng dan kaso penyusun struktur atap rumah tersebut, dapat diketahui bahwa sisa masa pakai kayu

orangtua hendaknya memilih lembaga pendidikan yang layak untuk anak,. sehingga hak-hak anak tetap terpenuhi dengan adanya pengganti

Faktor lainnya yang memberikan kontribusi positif selain pembelajaran berbasis masalah dengan scaffolding adalah kemampuan awal matematika, hasil analisi uji post hoc tukey

dalam pelaksanaan audit investigasi sangat dilarang memperlambat atau tidak melaporkan hasil audit investigasi kepada pihak yang berwenang, hal ini

diperlukan fungsi manajemen risiko yang baik agar risiko-risiko yang ada tidak.. menimbulkan “kejutan” dan tujuan organisasi dapat diyakini tidak