• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis maslahah mursalah dan peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis maslahah mursalah dan peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

MAS}LAH}AH MURSALAH

DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011 TERDAHAP PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA

SEKARAN – LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh

ANDI HAKIM NASUTION NIM. C52212098

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Surabaya

(2)

ANALISIS

MAS}LAH}AH MURSALAH

DAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011 TERDAHAP PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA

SEKARAN – LAMONGAN

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh

ANDI HAKIM NASUTION

NIM. C52212098

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan ini merupakan penelitian yang akan menjawab permasalahan: 1) Bagaimana praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa

Sekaran - Lamongan? 2) Bagaimana analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan?

Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan analisis teknik kualitatif, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam data yang diperoleh tentang pendirian bangunan di atas sungai di

Desa Sekaran - Lamongan dalam mas}lah}ah mursalah dan Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2011. Kemudian dianalisis menggunakan pola pikir induktif

dengan menjelaskan teori yang berkaitan dengan mas}lah}ah mursalah dan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011. Setelah menjelaskan teori-teori yang akan dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran – Lamongan ini dilakukan oleh para pedagang yang tidak memiliki kios untuk berjualan dan modal yang dimiliki juga tidak terlalu banyak. Sehingga pedagang memilih memanfaatkan sungai dengan mendirikan bangunan berupa warung di atasnya untuk berjualan, hal ini sangat menguntungkan bagi pedagang, pegawai dan warga sekitar yang membutuhkan, di lain sisi pendirian bangunan ini belum memiliki izin mendirikan bangunan dari pejabat yang berwenang, yaitu Pemerintah Daerah.

Praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak pihak yang dapat mengambil

manfaat dari hasil usaha tersebut dan sudah memenuhi syarat-syarat mas}lah}ah

mursalah, di samping itu melanggar Peraturan Pemerintah karena tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan. Dengan demikian mendirikan bangunan di atas sungai adalah sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Peraturan Pemerintah, namun berhubung dengan banyaknya hajat hidup orang banyak maka diperbolehlkan dengan berbagai syarat yang tidak mengganggu lingkungan dan menimbulkan kerusakan.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 7

C. Rumusan Masalah... 9

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 13

H. Metode Penelitian... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB IIMA S}LA H}A H MURSA LA H DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI A. Mas{lah{ah Mursalah... 20

1. PengertianMas{lah{ah ...20

2. PengertianMas{lah{ah Mursalah ...22

3. Macam-MacamMas{lah{ah Mursalah...23

4. Landasan HukumMas{lah{ah Mursalah ...25

5. Syarat-Syarat Mas{lah{ah Mursalah...27

6. Pendapat Para Ulama’ tentangMas{lah{ah Mursalah...28

(9)

B. DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011

TENTANG SUNGAI ... 32

1. Pengertian Agraria ... 32

2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011... 34

BAB III PRAKTIK PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA SEKARAN-LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Sekaran - Lamongan ... 43

1. Keadaan Geografis ... 43

2. Kondisi Desa Sekaran - Lamongan ... 43

B. Praktik Pendirian Bangunan...48

1. Karakteristik Responden ... 48

2. Sejarah Awal... 48

3. Praktik Pendirian Bangunan ... 50

4. Faktor Pendirian Bangunan ... 51

5. Objek Bangunan... 53

6. Dampak Yang Ditimbulkan... 53

BAB IV ANALISIS MA S}LA H}A H MURSA LA H DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011 TERHADAP PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA SEKARAN - LAMONGAN A. Analisis Bangunan di atas Sungai di Desa Sekaran – Lamongan ... 56

1. Letak Bangunan ... 56

2. Dampak Lingkungan ... 57

3. Legalitas Bangunan... 58

B. Analisis Mas}lah}ah Mursalah terhadap pendirian bangunan di atas sungai di desa sekaran – lamongan... 59

C. Analisis Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Terhadap Pendirian Bangunan Di Atas Sungai Di Desa Sekaran - Lamongan ... 64

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... 75

B. SARAN ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakangg Masalah

Maqās}id al-syari>’ah adalah tujuan atau maksud dari pada syar’iah. Di kalangan para Ulama ada tiga pendapat yang berbeda. Yang pertama

pendapat dari Ibnu Taimiyah yang menyat bahwa tujuan dari pada turun nya

wahyu Allah SWT mengenai sebuah sistem di dalam Hukum Islam atau

Syariah adalah dalam rangka mencapai keadilan (al-adl). Pendapat yang

kedua menyat bahwa tujuan daripada syariah adalah untuk mencapai ke

bahagian yang abadi (Sa’adah haqiqiyah). Pendapat yang ketiga yaitu

pendapat dari Imam al-Ghazali yang mengat bahwa tujuan dari pada syariah

itu untuk mencapai dan merealisasikan manfaat dan semua kepentingan

(maslahah) yang begitu banyak untuk semua ummat manusia di dunia ini.

Hubungan antara Maqashid Syariah dengan mashlahah kaitannya

sangat erat sekali. karena tujuan daripada maqashid syariah itu sendiri adalah

untuk mencapai mashlahah. Para ahli fiqh Islam membagi cakupan lingkup

wilayah pembahasan fiqh (kaitannya dengan ijtihad) menjadi dua,yaitu

muamalah dan ibadah. Ruang ijtihad di bidang muamalah lebih luas daripada

(11)

2

bagian dari muamalah. Ekonomi syari’ahcukup terbuka dalam memunculkan

inovasi baru dalam membangun dan mengembangkan ekonomi syari’ah.

Oleh karena itu prinsip maslahah dalam bidang muamalah menjadi acuan dan

patokan yang sangat penting. Maslahah merup konsep terpenting dalam

pengembangan ekonomi syari’ah.

Firman Allah dalam surat al-Ma>i’dah ayat 2:

…                           

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerj) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya”1

Dalam ajaran Islam hubungan manusia dalam masyarakat agar tidak

terjadi saling merugikan harus dilakukan atas dasar pertimbangan yang

mendatangkan manfaat dan menghindarkan mud}harat. Karena itu, setiap

praktek muamalah harus dijalankan dengan memelihara nilai-nilai keadilan

dan menghindarkan unsur-unsur penganiayaan serta unsur-unsur penipuan.2

Perkembangan pada zaman modern seperti saat ini selalu ada

hal-hal baru dalam permasalahan muamalat. Jika ada suatu masalah dalam

muamalat pada zaman sekarang ini dan tidak ditemukan pada zaman dahulu

maka seseorang harus merujuk pada istinbat hukum Islam yaitu al-Qur’a>n,

1

Departemen Agama RI,A l-Qur’an dan Terjemahannya, (Depok: Cahaya Qur’an, 2008), 106. 2

(12)

3

as-Sunnah, al-Ijma, dan al-Qiyas. Pada dasarnnya hukum Islam itu hanya

bersumber pada al-Qur’a>n dan al-Hadits. Namun, setelah Islam semakin

berkembang, maka timbul berbagai macam istilah-istilah dalam penggalian

hukum Islam yang dimunculkan oleh para mujtahid, sehingga dikenal istilah

sebagai hukum primer dan hukum sekunder.

Hukum primer yaitu hukum-hukum yang telah disepakati oleh

jumhur ulama (al-Qur’a>n, as-Sunnah, al-Ijma, dan al-Qiyas) dan sumber

hukum sekunder yaitu sumber-sumber hukum yang masih diperselisihkan

pemakaiannya dalam menetapkan hukum Islam oleh para ulama (al-Istih{sa>n,

al-Mas{lah{ah al-Mursalah, al-Istish{a>b). Salah satu dari sumber hukum

sekunder dalam Islam dibahas secara lebih detail, yaitu Mas{lah{ah

Mursalah.

Secara umum mas{lah{ah mursalah adalah suatu kemaslahatan yang

tidak ada nash juz’i (rinci) yang mendukungnya, dan tidak ada pula yang

menolaknya dan tidak ada pula ijma’ yang mendukungnya, tetapi

kemaslahatan ini didukung oleh sejumlah nash melalui cara istiqra’(induksi

dari sejumlahnash).3

Mas{lah{ah mursalah merup sesuatu yang baik menurut akal, dengan

pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan atau yang disebut dengan

3

(13)

4

mas{lah{ah dan menghindari keburukan. Dengan demikian, prinsip umum

mas{lah{ah mursalahmenarik manfaat dan menghindari kerus bagi kehidupan.

Manusia boleh memanfaatkannya untuk kepentingan hidupnya,

seperti untuk dim dan diminum. Selama tidak ada larangan yang

menjelaskan kepada manusia untuk mengkonsumsi suatu man dan minuman

atau melakukan suatu tind, berarti hal tersebut halal dan dibolehkan. Namun,

Apabila ada nash yang melarangnya, berarti pada man dan minuman serta

tind itu mengandungmad{harat dan bahaya bagi kehidupan manusia sehingga

harus di tinggalkan. Begitu juga dalam hal pendirian bangunan di atas

sungai, apabila ada suatu praktik yang belum diketahui hukumnya, maka

boleh dlakukan asalkan tidak bertentangan dengannashdan maksud syara’.

Sebagaimana kaidah usul fiqh dalam hal ini berbunyi:

َ

ا

ْ

ُ

ِ

َ

ا ﻰ

ْ

ِ

ء

ِ

ا

َ

َ

ُ

َ

ُ

ل

ﺪ ﻟا

ِ

ُ

َ

َ

َ

ﺗ ﻰ

ْ

ِ

ِ

Artinya:

Hukum asal segala sesuatu adalah boleh sampai ada dalil yang

mengharamkannya.”4

Pemakaian Mas{lah{ah mursalah dirasa tepat untuk menganalisis

suatu permasalahan atau perbuatan yang tidak ada nashdanijma’nya namun

didalamnya mengandung kemaslahatan umat, dalam kasus ini adalah

pendirian bangunan di atas sungai.

4

(14)

5

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai pasal

57 menyat bahwa setiap orang yang melakukan kegiatan pada ruang sungai

wajib memperoleh izin, pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai wajib

memperoleh izin dari Menteri, Gubernur, Bupati atau Walikota sesuai

dengan kewenangannya.

Sebagai contoh yang terjadi di Desa Sekaran - Lamongan,

ketersediaan lahan kosong sangatlah sedikit, hal ini dikaren banyaknya

jumlah warga berbanding terbalik dengan kesediaan lahan yang ada,

sehingga harga tanah sangatlah mahal, harga tanah permeter perseginya di

atas satu setengah juta rupiah, sangat mahal untuk ukuran desa yang cukup

jauh dari kota dan jalan besar. Sehingga didirikanlah beberapa bangunan

berupa warung di atas sungai yang terletak di depan Desa Sekaran, untuk

menjalankan suatu usaha bagi mereka yang kurang mempunyai modal lebih,

dikaren mahalnya harga tanah.5

Di Desa Sekaran - Lamongan, terdapat 7 (tujuh) bangunan berdiri di

atas sungai, adapun jenis bangunan dan nama pemilik bangunan tersebut

sebagai berikut:

1. Warung nasi, dengan pemilik Bapak Sutari.

2. Warung kopi, dengan pemilik Bapak Sodikun.

5

(15)

6

3. Warung mi ayam, dengan pemilik Bapak Daus.

4. Warung bakso, dengan pemilik Ibu Musni.

5. Warung nasi goreng, dengan pemilik Bapak Karwo.

6. Warung mi ayam, dengan pemilik Ibu Tatik.

7. Warung soto, dengan pemilik Bapak Vian.

Berdasarkan fakta lapangan di atas menunjukkan bahwa pendirian

bangunan tersebut berhubungan erat dengan perekonomian masyarakat. Oleh

karena itu, peneliti ingin menganalisis secara mendalam mengenai kegiatan

tersebut dalam perspektif mas}lah}ah mursalah} , yaitu menetap hukum

pendirian bangunan di atas sungai dengan berdasar pada kemaslahatannya.

sebab kemaslahatan manusia, baik individu maupun kelompok ditentukan

oleh perkembangan lingkungan dan masa dimana mereka hidup.

Persoalan yang terjadi adalah ketidakjelasan legalitas hukum

terhadap pendirian bangunan tersebut, karena jika tidak sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai pasal 57 maka

otomatis bangunan tersebut adalah bangunan liar karena tidak memiliki izin

dari Pemerintah atau penguasa yang berwenang.

Meskipun pendirian bangunan di atas sungai memiliki manfaat,

tetapi boleh jadi kemanfaatan itu tidak sebanding dengan mudharat yang

(16)

7

harus dihilangkan lebih dulu dari pada menarik kemanfaatan.6

Pendirian bangunan di atas sungai di Desa Lamongan memiliki

sejumlah persoalan yang harus diberi solusi, anatara lain tentang legalitas

pendirian bangunan dari pejabat yang berwenang dan dampak adanya

bangunan bagi sungai dan masyarakat sekitar.

Sehingga berdasarkan uraian permasalahan tersebut, penulis tertarik

dan merasa bahwa masalah ini perlu analisis dan diangkat dalam sebuah

penelitian. Dari beberapa permasalahan di atas penulis ingin mengetahui

secara jelas penerapan pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran

-Lamongan dan ingin mengetahui analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas

sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan

cakupan yang dapat muncul dalam penelitian dengan melakukan ifrntifikasi

sebanyak-banyaknya, kemudian yang dapat diduga sebagai

masalah.7Berdasarkan pemaparan di atas, penulis mengidentifikasikan

beberapa masalah yang muncul dari penerapan pendirian bangunan di atas

6

A.Djazuli,Kaidah-kaidah Fikih,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 27. 7

(17)

8

sungai di Desa Sekaran - Lamongan, sebagai berikut:

1. Ketidakjelasan mekanisme praktik pendirian bangunan di atas sungai di

Desa Sekaran - Lamongan.

2. Bentuk objek pemanfaatan lahan di atas sungai di Desa Sekaran

-Lamongan.

3. Faktorfaktor pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran

-Lamongan.

4. Manfaat adanya bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

5. Dampak yang ditimbulkan dari pendirian bangunan di atas sungai di Desa

Sekaran - Lamongan.

6. Analisismas}lah}ah mursalahterhadap pendirian bangunan di atas sungai di

Desa Sekaran - Lamongan.

7. Analisis Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian

bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, untuk menghasilkan

penelitian yang lebih fokus pada judul di atas, penulis membatasi penelitian

ini meliputi:

1. Praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran

-Lamongan.

(18)

9

2011terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran

-Lamongan.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah memuat tentang pertanyaan yang dijawab

melalui penelitian.8 Berkaitan dengan masalah yang telah penulis batasi,

maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran

-Lamongan?

2. Bagaimana analisismas}lah}ah mursalahdan Peraturan Pemerintah Nomor

38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa

Sekaran - Lamongan?

D. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pij dalam rangka

menyusun dan melengkapi penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk

mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu juga

menentukan posisi pembeda dari penelitian ini baik dari aspek yang diteliti,

lokasi, dan objeknya. Dengan kajian pustaka ini diharapkan dapat mempunyai

andil yang besar dalam mendapatkan suatu informasi tentang teori yang ada

kaitannya dengan judul dalam penelitian ini. Sebagai berikut:

8

(19)

10

Pertama. Sebuah judul skripsi pada tahun 2016 yakni “ Studi

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Pemanfaatan Lahan Kosong di

Daerah Aliran Sungai ( Studi Kasus di Desa Bungah Kacamatan Bungan

Kabupaten Gresik” yang ditulis oleh Faisatul Hijriyah. Skripsi ini membahas

tentang pemanfaatn lahan kosong di daerah aliran sungai di Desa

Bungah-Gresik menurut Hukum Islam dan Hukum Positf, hasil penelitian

menunjukkan dibolehkannya pemanfaatan lahan dengan beberapa ketentuan

yang tidak melanggar syara’ atau aturan, dalam hal kepemilikan warga hanya

berstatus sebagai pemakai, bukan pemilik lahan.9

Kedua. Sebuah judul skripsi pada tahun 2015 yakni “Analisis

Hukum Islam dan Undang Undang No 5 Tahun 1990 Terhadap Pemanfaatan

Lahan Stren Kali Brantas (Studi Kasus Di Desa Lengkong Kecamatan

Mojoanyar Kabupaten Mojokerto)” yang ditulis oleh Hario Bachtiar Muslim.

Skripsi ini membahas tentang praktik pemanfaatan lahan stren kali brantas

yang dianalisis menggun ih{ya al-mawa>t dan UU No 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam.10

Ketiga. Sebuah judul skripsi pada tahun 2016 yakni “Alih Fungsi

9

Faisatul Hijriyah, “Studi Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Pemanfaatan Lahan Kosong di Daerah Aliran Sungai ( Studi Kasus di Desa Bungah Kacamatan Bungan Kabupaten Gresik)”. (Skripsi--UIN Suna Ampel Surabaya, 2016)

10

Hario Bachtar Muslim, “Analisis Hukum Islam dan Undang Undang No 5 Tahun 1990 Terhadap Pemanfaatan Lahan Stren Kali Brantas (Studi Kasus Di Desa Lengkong Kecamatan

(20)

11

Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Panglima Sudirman Gresik

Dalam Perspektif A l-H{uqūq” yang ditulis oleh Beta Aprilia. Skripsi ini

menjelaskan tentang praktek alih fungsi trotoar yang terjadi di Jalan

Panglima Sudirman dilakukan oleh para pedagang yang tidak memiliki lapak

untuk berjualan dan modal yang dimiliki juga tidak terlalu banyak. Sehingga

pedagang memilih menggun trotoar sebagai lapak mereka untuk berjualan,

hukum alih fungsi trotoar tersebut mubah boleh diambil manfaatnya asalkan

tidak sampai merugikan orang lain.11

Dengan adanya kajian pustaka di atas, hal ini jelas sangat berbeda

dengan penelitian yang penulis lakukan dengan judul “Analisis mas}lah}ah

mursalahdan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap terhadap

pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan”. Ketiga

penelitian terdahulu menjelaskan tentang pemanfaatan lahan umum untuk

melakukan suatu usaha atau kegiatan perekonomian dikaren kurangnya

modal, sedangkan penelitian ini fokus pada mekanisme pendirian bangunan

di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan dianalisis dengan mas}lah}ah

mursalahdan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

11

Beta Aprilia “Alih Fungsi Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Panglima

(21)

12

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam melakukan

penelitian ini penulis memiliki tujuan:

1. Mengetahui praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran

-Lamongan.

2. Mengetahui analisismas}lah}ah mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor

38 Tahun 2011terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa

Sekaran - Lamongan.

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian

Dengan tercapainya tujuan di atas, diharapkan hasil penelitian ini

mempunyai nilai tambah dan memberikan kemanfaatan bagi para pembaca

terutama bagi penulis sendiri. Adapun kegunaan hasil penelitian ini, antara

lain:

1. Kegunaan Teoritis, menambah khazanah keilmuan serta dapat dijadikan

acuan lagi bagi peneliti-peneliti atau kalangan yang ingin mengkaji

masalah ini pada suatu saat nanti.

2. Kegunaan Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat mas}lah}ah mursalah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011terhadap pendirian

(22)

13

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami beberapa

istilah yang ada di dalam penelitian ini, maka penulis memberikan

penjelasan atau definisi dari beberapa istilah sebagai berkut:

Mas}lah}ah Mursalah : Menetapkan hukum suatu perbuatan yag tidak

ada nashnya atau tidak ada ijma’nya dengan

berdasar pada kemaslahatan umat.

Peraturan Pemerintah :

Nomor 38 Tahun 2011

Peraturan Pemerintah Tentang Sungai yang

berisi tentang konservasi sungai,

pengembangan sungai dan pengendalian daya

rusak air sungai.

Pendirian Bangunan :

di atas Sungai Sekaran

Perbuatan mendirikan bangunan berupa warung

di atas sungai di Desa Sekaran – Lamongan.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)

yang dilakukan langsung di lapangan, yang dilaksanakan di Desa Sekaran

– Lamongan.

2. Pendekatan Penelitian

(23)

14

kualitatif bertujuan untuk menjelaskan dengan sedalam-dalamnya dengan

data sedalam-dalamnya.

3. Data yang dikumpulkan

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan

respoden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk

deskriptif atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang

dimaksud.12 Adapaun data yang dikumpulkan antara lain:

a. Data Primer

1. Data hasil wawancara dengan Kepala Desa Sekaran - Lamongan.

2. Dara hasil wawancara dengan pemilik bangunan di atas sungai di Desa

Sekaran - Lamongan.

b. Data Sekunder

1. Data tentang Desa Sekaran - Lamongan yang meliputi keadaan

umum, pembagian wliyahah, topografi dan klimatologi.

2. Data tentang sosial agama, budaya, ekonomi, ekonomi, pendidikan,

pemerintahan dan layanan kependudukan.

4. Sumber data

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

data yang bisa dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:

12

(24)

15

a. Sumber Primer

Sumber Primer ini merup data yang berasal dari sumber data

yang dikumpulkan dan juga berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung

Kepala Desa Sekaran, aparatus desa dan para pihak yang memiliki 7

(tujuh) bangunan di atas sungai di Desa Sekara-Lamongan.

b. Sumber Sekunder

Sumber Sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber

secara tidak langsung kepada pengumpul data.13 Data sekunder ini

dapat diperoleh dari beberapa informasi mengenai kasus-kasus yang

berkaitan pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran

–Lamongan, baik itu melalui website, blog, warga sekitar sungai,

orang lain dan dari dokumen-dokumen lainnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan

oleh dalam penelitian ini, peneliti menggun metode pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Observasi

13

(25)

16

Peneliti melakukan kunjungan lapangan terhadap obyek

penelitian. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi

langsung yang bisa dilakukan selama melangsungkan kunjungan

lapangan termasuk kesempatan-kesempatan selama pengumpulan data

yang lain seperti pada waktu wawancara.

b. Wawancara Mendalam(Depth Interview)

Wawancara mendalam diakukan terhadap sumber informasi yang

dianggap memiliki kompetensi dalam masalah yang diteliti. Dengan

demikian dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai

objek yang diteliti.14 Peneliti mencoba melakukan wawacara

dengan Kepala Desa dan para pihak yang memiliki bangunan di atas

sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, buku, surat kabar, dan lain sebagainya. Dengan

adanya dokumentasi dalam suatu penelitian maka dapat meningkatan

keabsahan dan penelitian lebih terjamin, karena peneliti betul-betul

melakukan penelitian ke lapangan secara langsung. 15 Adapaun data

yang didokumentasikan antara lain; transkrip, buku, arsip, foto dan

14

Masruhan,Metodologi Penelitian Hukum,(Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 238. 15

(26)

17

lain sebagainya yang berhubungan dengan pendirian bangunan di atas

sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

6. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik pengolahan data yang digun untuk mempermudah

dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Organizing, adalah menyusun kembali data-data yang telah didapat

dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncan dengan rumusan masalah secara sistematis.Peneliti

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis

dan menyusun data-data tersebut dengan sistematis untuk

memudahkan peneliti dalam menganalisa data.16

b. Editing,adalah memeriksa kelengkapan data. Teknik ini digun untuk

meneliti kembali data-data yang diperoleh.

c. A nalizing, adalah menganalisis data-data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta

yang ditemukan, yang akhirnya merup sebuah jawaban dari rumusan

masalah.

16

(27)

18

7. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah mengorganisasikan data yang terkumpul

yang meliputi catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,

dokumen (laporan, biografi, artikel).17 Setelah data di dapat dari

gambaran yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian, maka penulis

melakukan analisis dengan metode deskriptif analisis dan verifikatif yaitu

metode yang mencoba menggambarkan data yang ada sehingga diperoleh

suatu gambaran secara menyeluruh. Dalam hal ini yang dideskripsikan

adalah hal-hal yang berhubungan dengan pendirian bangunan di atas

sungai di Desa Sekaran - Lamongan, lalu menganalisinya dengan

mas{la{hah mursalahPeraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011.

Kemudian dilakukan verifikasi terhadap data yang ada untuk

memberi penafsiran yang akurat pada fakta-fakta yang ditemukan. Dalam

penelitian ini penulis memverifikasi bagaimana pendirian bangunan di

atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan, lalu menganalisinya dengan

mas{la{hah mursalahdan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011.

I. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan penelitian

terarah sesuai dengan bidang kajian untuk mempermudah pembahasan.

17

(28)

19

Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

Bab pertama pendahuluan yang terdiri dari latar belg masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, metode penelitian, definisi

operasional dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merup landasan mas{la{hah mursalah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

Bab Ketiga merup hasil penelitian yang berisi tentang gambaran

umum lokasi penelitian dan praktik pendirian bangunan di atas sungai di

Desa Sekaran - Lamongan.

Bab keempat merup analisa hasil peneliti lapangan yaitu analisis

mas{la{hah mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011

terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

Bab kelima kesimpulan, merup bagian akhir dari skripsi yang

berisikan tentang kesimpulan dari analisis permasalahan serta saran yang

(29)

BAB II

MAS{LAH{AH MURSALAH DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38

TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

A. Mas{lah{ah Mursalah

1. PengertianMas}lah}ah

Dari segi bahasa, kata mas}lah}ah adalah seperti lafzazh al-manfa’at, baik artinya maupunwajan-nya (timbangan kata), yaitu kalimat mashdar yang sama artinya dengan kalimat ash-Shalah, seperti halnya

lafazh al-manfa’at sama artinya dengan al-naf’u.18 Mas}lah}ah dalam bahasa Arab berarti perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia. Mas}lah}ah dalam arti yang umum yaitu setiap segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam arti menarik atau menghasilkan seperti menghasilkan keuntungan atau kesenangan dalam arti menolak atau menghindarkan dari mad}arat. Segala sesuatu yang mengandung kebaikan dan manfaat di dalamnya disebut dengan mas}lah}ah.19

Adapun pengertian mas}lah}ah secara terminologi, ada beberapa pendapat dari para ulama’, antara lain: Menurut Imam Ghazali (madzab syafi’i), mengemukakan bahwa : al- mas}lah}ah pada dasarnya adalah mengambil manfaat dan menolakke-mad}aratan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’. Yang dimaksud Imam Al-Ghazali manfaat dalam

18

Rachmat Syafe’i,Ilmu Ushul Fiqih,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), 117. 19

(30)

21

tujuan syara’ yang harus dipelihara terdapat lima bentuk yakni: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Dengan demikian

yang dimaksud mafsadah adalah sesuatu yang merusak dari salah satu diantara lima hal tujuan syara’ yang disebut dengan istilah Maqās}id al-Syari‘ah menurut al-Syatibi. Imam Ghazali mendefinisikan maslahat sebagai berikut :

Artinya:“Maslahat pada dasarnya ialah berusaha meraih dan mewujudkan

manfaat atau menolak ke- mad}aratan.20"

Senada dengan Imam Ghazali, Al-Kawarizmi menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan al- mas}lah}ah adalah memelihara tujuan syara’

dengan cara menghindarkan kemafsadahan dari manusia. Dari pengertian

tersebut, beliau memandang mas}lah}ah hanya dari satu sisi, yaitu menghindarkan mafsadat semata, padahal kemaslahatan mempunyai sisi

lain yang justru lebih penting, yaitu meraih manfaat.21

Sedangkan menurut Al-Thufi mas}lah}ah merupakan dalil paling kuat yang secara mendiri dapat dijadikan alasan dalam menentukan hukum syara’.22

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa mas}lah}ah merupakan tujuan dari adanya syariat Islam, yakni dengan memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan, serta memelihara harta.

20

Nasrun Haroen,Us}ul Fiqh 1,(Jakarta: Logos Publishing House, 1996), 114. 21

Amir Syarifuddin,Us}ul Fiqh Jilid 2…368. 22

(31)

22

2. PengertianMas}lah}ah Mursalah

Mas{lah{ah Mursalah menurut bahasa yaitu suatu kebenaran yang

dapat digunakan. Menurut Abu Zahrah dalam buku Ushul Fiqh,Mas{lah{ah Mursalah artinya mutlak (umum), menurut istilah ulama’ ushul adalah

kemashlatan yang oleh syar’i tidak dibuatkan hukum untuk mewujudkannya, tidak ada dalil syara’yang menunjukkan dianggap atau tidaknya kemashlahatan itu.23

Menurut ulama’ Syafi’iyah Mas{lah{ah adalah mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’, ia memandang bahwa suatu kemashlahatan harus sejalan dengan

tujuansyara’sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia. Al-Ghazali menjelaskan bahwa menurut asalnya maslahah itu berarti sesuatu yang mendatangkan manfaat (keuntungan) dan menjauhkan mudarat (kerusakan), namun hakikat darimaslahahadalah:

Artinya: “Memelihara tujuansyara’(dalam menetapkan hukum)”.24

Sedangkan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum itu ada lima,

yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Selain itu

al-Khawarizmi juga memberikan definisi yang hampir sama dengan definisi

al-Ghazali di atas, yaitu:

23

Abdul Wahah Khallaf,Ilmu Ushul Fiqih Cetakan ke-1(Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 110.

24

(32)

23

Artinya: “Memelihara tujuan syara’ (dalam menetapkan hukum) dengan

cara menghindarkan kerusakan dari manusia.”25

Mas{lah{ah Mursalah yaitu kemashlahatan yang keberadaannya

tidak didukung syara’ dan tidak pula dibatalkan atau ditolak syara’

melalui dalil yang rinci.26 Untuk menghukumi sesuatu yang tidak

dijelaskan oleh syara’ perlu dipertimbangkan faktor manfaat dan

mad}aratnya. Bila mad}aratnya lebih banyak maka dilarang oleh agama,

atau sebaliknya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah:

“berubahnya suatu hukum menjadi haram atau bergantung mafsadah atau

mas}lah}ah-nya”.27

Dari beberapa definisi tentangmas{lah{ah mursalahdan rumusannya

yang berbeda tersebut dapat disimpulkan bahwa mas{lah{ah mursalah itu

adalah suatu yang dipandang oleh akal sehat karena mendatangkan

kebaikan dan menghindarkan kerusakan pada manusia, yang sesuai

dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum.

3. Macam-macamMas{lah{ah

1. Dilihat dari sumbernya, sebagai berikut:

1. Kemashlahatan yang ditegaskan oleh Alqur’an dan Al-Sunnah, yang

disebut juga denganmashlahah mu’tabarah,kemashlahatan ini diakui

oleh para ulama, misalnyahifdu al-di>n , hifdulmal, hifdun nafsi, hifdu

nasldan hifdul ‘aql.

25

Amir Syarifuddin,Us}ul Fiqh Jilid 2…368. 26

Nasrun Haroen,Us}ul Fiqih…119. 27

(33)

24

2. Kemashlahatan yang bertentangan dengan nash yang qath’i. Kebanyakan ulama menolak kemaslahatan yang bertentangan dengan nashyangqath’i.

3. Kemaslahatan yang tidal dinyatakan oleh syara dan tidak ada dalil

yang menolaknya. Maka inilah yang dimaksud dengan mas{lah{ah mursalah. berarti kebaikan (mas}laḥah) yang tidak disinggung dalam

syara’, untuk mengerjakannya atau meninggalkannya, namun jika dikerjakan akan membawa manfaat.28

B. Dilihat dari kepentingannya, sebagai berikut:

1. Mas}laḥah Dharuriyah, yaitu kemashlahatan yang apabila ditinggalkan akan menimnulkan memadharatan dan kerusakan, karena itu mashlahah ini mesti ada terwujud. Ini kembali kepada yang lima; memelihara agama, jiwa,akal, keturunan dan harta.

2. Mas}laḥah Hajiyah, yaitu semua bentuk perbuatan dan tindakan yang tidak terkait dengan dasar (mas}laḥah dharuriyah), yang dibutuhkan juga oleh masyarakat tetap terwujud, dapat menghindarkan kesulitan dan menghilangkan kesempitan. Misalnya; dalam ibadah boleh qashar shalat, buka shaum bagi yang safar. Dalam adat, berburu, 62 makan, pakai yang indah-indah. Dalam muamalah, boleh jual beli salam. Dalam uqubah/ jinayat boleh menolak hudud karena subhat.

28

(34)

25

3. Mas}laḥah Tahsiniyah, yaitu mempergunakan semua yang layak dan pantas yang dibenarkan oleh adat kebiasaan yang baik dan tercakup

pada bagian mahasinul akhlak. Misalmya dalam hal ibadah menutupi aurat, menjaga najis, makai pakaian yang bain waktu akan shalat.

Dalam adat, menjaga adat makan dan minum. Dalam muamalah, tidak memberikan sesuatu melebihi batas kemampuan. Dalam uqubah, tidak berbuat curang dalam timbangan, tidak membunuh anak-anak, wanita dalam peperangan.29

4. Landasan HukumMaṣlaḥah Mursalah

a. Al-Qur’a>n

Berdasarkan istiqra’ (penelitian empiris) dan nash-nash al-Qur’a>n maupun hadist diketahui bahwa hukum-hukum syari’at Islam mencakup diantaranya pertimbangan kemaslahatan manusia.30

Sebagaimana firman Allah dalam surahY u@nusayat 57:

                      

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang

yang beriman”.31

Sebagaimana firman Allah dalam surah A l-Baqarahayat 185:

29

Ibid.,,113.

30

Moh Abu Zahrah,Us}ul Fiqih,(Mesir: Darul Araby, 1985), 423. 31

(35)

26  ...               …

Artinya :“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu. . . . ”32

Ayat tersebut terdapat kaidah yang besar, di dalam tugas-tugas

yang dibebankan akidah Islam secara keseluruhan, yaitu “memberikan

kemudahan dan tidak mempersulit”. Hal ini memberikan kesan kepada

kita yang merasakan kemudahan di dalam menjalankan kehidupan ini

secara keseluruhan dan mencetak jiwa orang muslim berupa kelapangan

jiwa, tidak memberatkan, dan tidak mempersukar.

b. Hadist

Najmuddi>n Sulaiman bin Abd al-Qawiy bin Abd al-Karim al-T{ufi

al-Hanbaly (al-T}ufi) menggunakan hadits riwayat Ibn Ma>jah dan Da>r

al-Qut}ni, Ima>m Mali>k al-Hakim dan al-Baihaqi, yang dikategorikan dalam

hadis hasan sebagai dasar hukum mas}lah}ah, landasan utama pendapatnya

adalah mendahulukannashdanijma>’.

:

.

.

.

.

.

Artinya: “Diriwayatkan dari Aby Sa’id Sa>ad bin Mali>k al-khudzi>y, r.a

sesungguhnya Rasulullah saw bersabda ‚tidak boleh

membahayakan diri sendiri maupun orang lain‚ hadits hasan

diriwayatkan oleh Ibnu Ma>jah dan dari Quthni dan selain

keduanya adalah masnad, dan meriwayatkan Ima>m Mali>k dalam

32

(36)

27

al-Muwa>t}o’, dari Amr bin Yahya dari ayahnya dari Nabi saw dinilai sebagai hadis mursal15 terputus pada Aba> Sa’id.”33 Al-Thufi berpendapat bahwa hadis tersebut mengandung makna

bahwa hukum Islam melarang segala bentuk kemad}aratan dari manusia.

Pendapatnya ini didasarkan pada pemahamnnya terhadap ayat Al-Qur’a>n

maupun hadis yang menggambarkan bahwa Allah memelihara dan

memprioritaskan ke-maṣlaḥahtanhambanya.34

5. Syarat-syaratMas{lah{ah Mursalah

Dalam menggunakan mas{lah{ah mursalah itu sebagai h{ujjah, para

ulama’ bersikap sangat hati-hati. Sehingga tidak menimbulkan

pembentukan syari’at berdasarkan nafsu dan keinginan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, Abdul Wahab Khallaf menyebutkan bahwa

syarat-syarat mas{lah{ah mursalah untuk bisa dijadikan sebagai h{ujjah,

sebagai berikut:35

A.Mas{lah{ah harus benar-benar membuahkan mas{lah{ah atau tidak

didasarkan dengan mengada-ngada, maksudnya ialah agar bisa

diwujudkan pembentukan didasarkan atas peristiwa yang memberikan

kemanfaatan bukan didasari atas peristiwa yang banyak menimbulkan

kemadharatan. Jika mas{lah{ah itu berdasarkan dugaan, atau hukum itu

mendatangkan kemanfaatan tanpa pertimbangan apakah masalah itu

33

Imam Malik bin Anas,A l W uwatha’ lil Imam Malik Jilid 2(Jakarta: Pustaka Azam, 2004),31. 34

Nasrun Haroen,Us}ul Fiqh 1…128. 35

(37)

28

bisa lahir dengan cara pembentukan tersebut. Misalnya, mas{lah{ahdalam hal pengambilan hak seorang suami dalam menceraikan istri.

B.Mas{lah{ah itu sifatnya umum, bukan bersifat perorangan. Maksudnya ialah bahwa kaitannya dengan pembentukan hukum terhadap suatu

kejadian atau masalah dapat melahirkan kemanfaatan bagi kebanyakan umat manusia, yang benar-benar dapat terwujud.

C. Pembentukan hukum dengan mengambil kemashlahatan ini tidak berlawanan dengan tata hukum atau dasar ketetapan nash dan ijma’. Seperti hal tuntunan kemashlahatan untuk mempersamakan hak waris antara laki-laki dengan perempuan, merupakan kemashlahatan yang tidak dibenarkan, sebab bertentangan dengannashyang telah ada.

D. Pembentukan mas{lah{ah itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh hukum-hukum Islam, karena jika bertentangan maka mas{lah{ahtersebut tidak dapat dikatakan sebagaimas{lah{ah.

E. Mas{lah{ah itu bukan mas{lah{ah yang tidak benar, dimana nash yang ada tidak menganggap salah dan tidak pula membenarkannya.

6. Pendapat Para Ulama’ tentangMas{lah{ah Mursalah

(38)

29

bukan darinash yang dirinci seperti yang berlaku dalam al-qiyas.Bahkan Imam Syathibi mengatakan bahwa keberadaan dan kualitas mas{lah{ah mursalah bersifat pasti, sekalipun dalam penerapannya bisa bersifat relatif.36

Alasan Jumhur Ulama’ dalam menetapkanmas{lah{ahdapat dijadikan h{ujjahdalam menetapkan hukum, antara lain adalah:

A. Hasil induksi terhadap ayat atau hadits menunjukkan bahwa setiap hukum mengandung kemashlahatan bagi umat manusia. Dalam hubungan ini, Allah berfirman dalam surat al-A nbiya>’ ayat 107 yang berbunyi:













Artinya:“Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk

menjadi rahmat bagi seluruh manusia.”37

Menurut jumhhur ulama’, Rasulullah tidak akan menjadi rahmat

apabila bukan dalam rangka memenuhi kemashlahatan manusia.

Selanjutnya, ketentuan dalam ayat ayat al-Qur’a>n dan sunnah

Rasulullah, seluruhnya dimaksudkan untuk mencapai kemashlahatan

umat manusia, di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, memberlakukan

mas{lah{ah terhadap hukum-hukum lain yang juga mengandung

kemashlahatan adalah legal.

36

Nasrun Haroen,Ushul Fiqh(Jakarta: Wacana Ilmu, 2011), 125-126.

37

(39)

30

B. Kemashlahatan manusia akan senantiasa dipengaruhi perkembangan tempat, zaman, dan lingkungan mereka sendiri. Apabila syari’at Islam

terbatas pada hukum-hukum yang ada saja, akan membawa kesulitan. C. Jumhur ulama’ juga beralasan dengan merujuk kepada beberapa

perbuatan sahabat, seperti ‘Umar ibn al-Khattab, sebagai salah satu kemashlahatan untuk melestarikan al-Qur’a>n dan menuliskan al-Qur’a>n pada satu logat bahasa di zaman ‘Utsman ibn ‘Affan demi

memelihara tidak terjadinya perbedaan bacaanal-Qur’a>nitu sendiri.38 Sebagian ulama’ berpendapat bahwa mas{lah{ah mursalah itu pengakuannya dan pembatalannya tidak berdasarkan saksi syara’. Oleh karena itu, mas{lah{ah mursalah tidak dapat dipakai sebagai dasar pembetukan hukum. Alasan mereka itu adalah:

1. Syari’atlah yang akan memelihara kemashlahatan umat manusia dengan nash-nash dan petunjuk qiyas. Sebab syar’i tidak akan menyia-nyiakan manusia.

2. Pembentukan hukum berdasar harus adanya mas{lah{ah merupakan terbukanya pintu nafsu antara para pemimpin, penguasa dan ulama’ fatwa (mufti).39

7. ObjekMas}lah}ah Mursalah

Memperhatikan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa lapangan mas}lah}ah mursalah selain berlandaskan hukum syara’ secara

38

Nasrun Haroen,Ushul Fiqh, ...125. 39

(40)

31

umum, juga harus diperhartikan ada dan hubungan antara satu manusia dengan manusia yang lainnya. Lapangan tersebut merupakan pilihan

utama untuk mencapai kemaslahatan. Dengan demikian segi ibadah tidak termasuk dalam segi tersebut.

Segi peribadatan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang tidak memberi kesempatan kepada akal untuk mencari kemaslahatan juznya dari setiap hukum yang ada didalamnya. Diantaranya, ketentuan syariat tentang ukuran had kifarat, ketentuan waris, ketentuan jumlah bulan dalam masa iddah wanita yang ditinggal mati atau diceraian suaminya.

Segala sesuatu yang telah ditetapkan ukurannya dan disyariatkan berdasarkan kemaslahatan yang berasal dari kemaslahatan itu sendiri, Allah sudah menjadikan syi’ar keagamaan yang satu dan mencakup seluruh manusia sepanjang zaman dan sepanjang waktu. Secara ringkas, dapat dikataan bahwa mas}lah}ah mursalah itu difokuskan terhadap lapangan yang tidak terdapat dalam nash, baik dalam Al-Qur’a>n maupun as-sunnah yang menjelaskan hukum-hukum yang ada penguatnya melalui suatu i’tiba>r. Hal ini difokuskan pada hal-hal yang tidak didapatkan adanyaijma’atauqiya>syang berhubungan dengan kejadian tersebut.

(41)

32

tidak dicabut dari akar shari’at dan tidak mengesampingkan nash-nash yangqat’}ibaikqat’}idari segisanadnya ataupundalalahnya.40

B. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai

1. Pengertian Agraria

Sebelum memaparkan mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, akan disinggung terlebih dahulu mengenai istilah agraria. Istilah agraria atau sebutan agraria dikenal dalam beberapa bahasa. Dalam

bahasa Belanda, dikenal dengan kata akker yang berarti tanah pertanian, dalam

bahasa Yunani kataagrosyang juga berarti tanah pertanian.41

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria atau yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang merupakan landasan hukum tanah nasional tidak memberikan definisi atau pengertian mengenai istilah agraria secara tegas. Walaupun UUPA tidak memberikan definisi atau pengertian secara tegas tetapi dari apa yang tercantum dalam konsideran, pasal-pasal dan penjelasanya dapat disimpulkan bahwa pengertian agaria dan hukum agraria dipakai dalam arti yang sangat luas. Pengertian agraria meliputi bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.42

Pengertian hukum agraria dalam UUPA adalah dalam arti

pengertian yang luas bukan hanya merupakan satu perangkat bidang hukum, tetapi merupakan kelompok berbagai bidang hukum, yang masing-masing 40

Moh Abu Zahrah,Us}ul Fiqih(Mesir: Da>rul ‘Araby, 1985), 437. 41

Urip Santoso,Hukum A graria dan hak-hak A tas T anah (Jakarta: Kencana, 2009), 1. 42

(42)

33

mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu yang termasuk pengertian agraria. Kelompok tersebut terdiri atas:43

a. hukum tanah, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tana dalam arti permukaan bumi.

b. hukum air, yang mengatur hak-hak penguasaan atas air.

c. hukum pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas bahanbahan galian yang dimaksudkan dalam undang-undang di bidang pertambangan.

d. hukum perikanan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan alam yang terkandung di dalam air.

e. hukum penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 UUPA.

Agraria dibentuk atas aturan dasar hukum adat yang berlaku pada tiap-tiap budaya yang ada di Indonesia. Hukum adat dijadikan sebagai dasar hukum berlakunya UUPA. Pernyataan ini ditegaskan pada Pasal 5.44

Pasal 5

Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan Sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang ini dan dengan peraturan perundang-undang lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.

43

Ibid., 8.

44

(43)

34

2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011

Pendirian bangunan acap kali menimbulkan masalah baru. Misalnya tidak adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pendirian bangunan pada daerah aliran sungai dan pendirian bangunan tidak sesuai dengan fungsinya. Pemerintah daerah juga tidak tinggal diam. Di beberapa daerah di Indonesia telah dilakukan tindakan tegas terhadap bangunan bermasalah.

Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Terdapat 7 bangunan di atas sungai di Desa Sekaran – Lamongan yang tidak memiliki kejelasan pendiriannya. Setiap bangunan harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan . Persyaratan administrasi bangunan gedung meliputi:45 Status Hak atas tanah, status kepemilikan bangunan, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi: persyaratan tata bangunan, dan persyaratan keandalan bangunan.

Pembangunan sekitar daerah aliran sungai dapat diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai. Adapun

45

(44)

35

kejadian mengenai sungai keseluruhan diatur dalam PP tersebut seperti halnya pembangunan bangunan di wilayah garis sempadan46. Garis sempadan

berfungsi sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar sungai dan kegiatan manusia tidak terganggu. Terkhusus sungai

bertanggul ataupun tidak bertanggul baik dalam kawasan perkotaan ataupun diluar kawasan perkotaan diatur mengenai batas sempadan, bahwa :

Pasal 9,

Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan :

a. Paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter);

b. paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); dan

c. paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter).47

Pasal 12,

Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf d ditentukan paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

Sekitar garis sempadan yang membatasi kegiatan manusia dengan ekosistem sungai diharapkan bersih dari bangunan yang akan mengurangi

tekstur tanah. Namun ketika masyarakat yang ingin memanfaatkan sekitar

46

Garis sempadan adalah garis maya kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai

47

(45)

36

lahan sekitar sungai harus mendapat izin terlebih dahulu dari bupati setempat sesuai pasal 57.

Konservasi sungai sangatlah penting bagi kehidupan dan nilai ekonomi mengingat tanda–tanda kelangkaan sumber daya alam sangatlah

menyolok. Berbagai tindakan yang sangat perlu, terkait hidup matinya manusia tidak khususnya dengan demikian pendekatan kultur masyarakat modern maupun tradisional perlunya ada sikap tidak difokuskan hanya pada bagian tertentu saja yang penting yang mempuyai daya tarik, dan sumber daya alam yang dianggap terancam. Amat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi ancaman terhadap sumber daya alam tersebut, tetapi jarang berhadapan langsung dengan masalah yang lebih mendasar dalam skala yang lebih luas yang berkaitan dengan hilangnya suber daya alam pada umumnya.

Pasal 22,

(1) Perlindungan sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b dilakukan melalui pembatasan pemanfaatan sempadan sungai.

(2) Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan tanggul dilakukan dengan larangan:

a. menanam tanaman selain rumput; b. mendirikan bangunan; dan

c. mengurangi dimensi tanggul.

(46)

37

Pasal 22,

(1) Pencegahan pencemaran air sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dilakukan melalui:

a. penetapan daya tampung beban pencemaran;

b. identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang masuk ke sungai;

c. penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan air limbah;

d. pelarangan pembuangan sampah ke sungai; e. pemantauan kualitas air pada sungai; dan f. pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.

(2) Pencegahan pencemaran air sungai dilaksanakan sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.48

Selain pencegahan pencemaran air yang berhubungan dengan pengendalian daya rusak air sungai (resapan dan banjir), pemerintah mengatur pengembangan sungai untuk berbagai kegiatan.

Pasal 30,

(1) Pengembangan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilakukan melalui pemanfaatan sungai.

(2) Pemanfaatan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi pemanfaatan untuk:

a. rumah tangga; b. pertanian;

c. sanitasi lingkungan; d. industri;

e. pariwisata; f. olahraga; g. pertahanan; h. perikanan;

i. pembangkit tenaga listrik; dan j. transportasi.

48

(47)

38

(3) Pengembangan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tidak merusak ekosistem sungai, mempertimbangkan karakteristik sungai, kelestarian keanekaragaman hayati, serta kekhasan dan aspirasi daerah/masyarakat setempat.49

Setiap kegiatan yang berhubungan dengan ruang saungai, pendirian bangunan di sekitar daerah aliran sungai wajib memperoleh izin, yang telah diatur dalam BAB IV yang berisi 4 Pasal, demi menjaga pengendalian daya rusak air, pengembangan sungai dan konservasi sungai.

Pasal 57

(1) Setiap orang yang akan melakukan kegiatan pada ruang sungai wajib memperoleh izin.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pelaksanaan konstruksi pada ruang sungai;

b. pelaksanaan konstruksi yang mengubah aliran dan/atau alur sungai;

c. pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai; pemanfaatan bekas sungai;

d. pemanfaatan air sungai selain untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada;

e. pemanfaatan sungai sebagai penyedia tenaga air; f. pemanfaatan sungai sebagai prasarana transportasi; g. pemanfaatan sungai di kawasan hutan;

h. pembuangan air limbah ke sungai;

i. pengambilan komoditas tambang di sungai; dan

j. pemanfaatan sungai untuk perikanan menggunakan karamba atau jaring apung.

Pasal 58

(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

49

(48)

39

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf g diberikan oleh instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang transportasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air.

(3) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf h diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan pemanfaatan aliran air dan pemanfataan air setelah mendapat rekomendasi teknis dari instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan kecuali untuk kawasan hutan yang pengelolaannya telah dilimpahkan kepada badan usaha milik negara di bidang kehutanan.

(4) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf i dan huruf j diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air.

(5) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf k diberikan oleh instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perikanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air.

Pasal 59,

Pemegang izin kegiatan pada ruang sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 wajib:

a. melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sungai; b. melindungi dan mengamankan prasarana sungai;

c. mencegah terjadinya pencemaran air sungai;

d. menanggulangi dan memulihkan fungsi sungai dari pencemaranair sungai;

e. mencegah gejolak sosial yang timbul berkaitan dengan kegiatan pada ruang sungai; dan

f. memberikan akses terhadap pelaksanaan pemantauan, evaluasi, pengawasan, dan pemeriksaan.

(49)

40

(1) Setiap pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dikenai sanksi administratif oleh pemberi izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(2) Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila pelaksanaan kegiatan pada ruang sungai yang dilakukan oleh pemegang izin menimbulkan:

a. kerusakan pada ruang sungai dan/atau lingkungan sekitarnya, wajib melakukan pemulihan dan/atau perbaikan atas kerusakan yang ditimbulkannya; dan/atau

b. kerugian pada masyarakat, wajib mengganti biaya kerugian yang dialami masyarakat.50

Dalam rangka hak bangsa dan Negara maka tidak ada tanah yang merupakan“res nullius”yang setiap orang dengan leluasa dapat menguasai

dan menggunakannya. Menguasai tanah tanpa ada landasan haknya yang diberikan oleh Negara atau tanpa izin pihak yang mempunyai tidak dibenarkan, bahkan diancam dengan sanksi pidana.51

Pengaturan mengenai Izin Mendirikan Bangunan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Peraturan Pemerintah 36/2005; “Setiap orang yang ingin mendirikan bangunan gedung harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan yang diberikan oleh pemerintah daerah

(Pemda) melalui proses permohonan izin (Pasal 14 ayat (1) dan (2) PP

36/2005)”. Permohonan IMB kepada harus dilengkapi dengan (Pasal 15 ayat (1) PP 36/2005):

50

Ibid.

51

(50)

41

a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah;

b. data pemilik bangunan gedung; c. rencana teknis bangunan gedung; dan

d. hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

Pemilik bangunan yang tidak memenuhi kewajiban persyaratan pendirian bangunan termasuk memiliki izin mendirikan bangunan dalam hal ini dapat dikenai sanksi administratif dikenakan sanksi penghentian sementara sampai dengan diperolehnya izin mendirikan bangunan gedung (Pasal 115 ayat (1) PP 36/2005). Pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung dikenakan sanksi perintah pembongkaran (Pasal 115 ayat (2) PP 36/2005). Selain sanksi administratif, pemilik bangunan juga dapat dikenakan sanksi berupa denda paling banyak 10% dari nilai bangunan yang sedang atau telah dibangun (Pasal 45 ayat (2) UUBG).

Apabila bangunan tersebut sudah terlanjur berdiri tetapi belum memiliki izin mendirikan bangunan. Berdasarkan Pasal 48 ayat (3) UUBG disebutkan bahwa; “Bangunan gedung yang telah berdiri, tetapi belum memiliki izin mendirikan bangunan pada saat undang-undang ini

(51)

42

mendapatkan sertifikat laik fungsi berdasarkan ketentuan undang-undang

ini.”

Pemilik bangunan wajib melengkapi izin mendirikan bangunan,

(52)

BAB III

PRAKTIK PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA SEKARAN – LAMONGAN

A. Gambaran Umum Desa Sekaran - Lamongan 1. Keadaan Demografis Desa Sekaran - Lamongan

Wilayah Desa Sekaran – Lamongan merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Lamongan dengan jarak tempuh ke Ibukota

Kabupaten sekitar 25 Km. Desa Sekaran - Lamongan memiliki

ketinggian tanah 5 M dari permukan air laut, yang memiliki luas

wilayah 589.557 Ha.53

Adapun batas-batas wilayah Desa Sekaran – Lamongan, sebagai

berikut:

a. Batas wilayah sebelah Utara : Desa Pangeaan

b. Batas wilayah sebelah Timur : Desa Ngayung

c. Batas wilayah sebelah Selatan : Desa Moro

d. Batas wilayah sebelah Barat : Desa Klagen Srampat

2. Keadaan Desa Sekaran - Lamongan

Desa Sekaran – Lamongan memiliki 26 RT dan 4 RW.

Berdasarkan data terakhir jumlah penduduk di wilayah Desa Sekaran

-Lamongan untuk penduduk laki-laki berjumlah 3.499 orang, sedangkan

53

(53)

44

penduduk perempuan berjumlah 3.484 orang. Sehingga jika dijumpai dari keseluruhan penduduk Desa Sekaran - Lamongan yaitu berjumlah

6.983 orang, yang terdiri dari 1.616 Kepala Keluarga (KK).54 a. Keadaan Sosial

Keadaan sosial masyarakat di Desa Sekaran - Lamongan cukup baik, karena selama ini memiliki jiwa kekeluargaan yang memang tertanam dan terbangun sejak lama antara warga yang satu dengan warga yang lainnya, baik dari pihak bapak-bapak, ibu-ibu maupun para remaja ataupun anak-anak muda. Hal ini terbukti ketika setiap diadakannya kegiatan sosial, seperti kerja bakti masal dan lomba agustusan, mereka saling bergotong royong untuk membersihkan dan meramaikan desa mereka. Tingkat keamanan yang ada di Desa Sekaan - Lamongan juga masih terkontrol dengan baik.

b. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Sekaran – Lamongan bisa dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tiap-tiap hari

keluarga yang memiliki fasilitas dalam memenuhi kebutuhan hidup,

baik yang berupa sandang, pangan maupun papan untuk ditempati.

Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat

Desa Sekaran – Lamongan yang terdiri dari berbagai macam sektor

pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keahlian masing-masing,

sebagai berikut :

54

(54)

[image:54.595.140.513.171.735.2]

45

Tabel 3:1

Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

1 Petani 692 Orang

2 Pegawai Negeri Sipil 116 Orang

3 Pedagang Keliling 6 Orang

4 Buruh Tani 171 Orang

5 Nelayan 17 Orang

6 Dokter Swasta 7 Orang

7 Bidan Swasta 1 Orang

8 Perawat Swasta 7 Orang

9 Pembantu Rumah Tangga 7 Orang

10 TNI 5 Orang

11 POLRI 4 Orang

(55)

46

S

Sumber: Diambil dari Buku Desa Sekaran tahun 2015.

Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Sekaran - Lamongan mencari rizki sebagai pengusaha kecil dan menengan karena Desa Sekaran – Lamongan mempunyai pasar yang

cukup ramai dan besar, yaitu Pasar Sekaran.55

c. Keadaan Pendidikan

Keadaan sosial pendidikan di wilayah Desa Sekaran –

Lamongan dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari data

penduduk menurut tingkat pendidikan umum.

Dari beberapa data yang telah diuraikan dapat disimpulkan

bahwa hampir semua penduduk Desa Sekaran - Lamongan adalah

orang yang pernah merasakan dunia pendidikan, sehingga dapat

dikatakan bahwa masyarakat Desa Sekaran – Lamongan mempunyai

ilmu yang cukup.

d. Keadaan Keagamaan\

Mayoritas masyarakat Desa Sekaran – Lamongan beragama

Islam bahkan seluruh penduduknya beragama Islam. Hal ini

menunjukkan bahwa agama Islam yang dianut oleh seluruh penduduk

sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sehingga corak

55

Ibid.

13 Karyawan Perusahaan Swasta 526 Orang

14 Karyawan Perusahaan

(56)

47

dan tradisi budaya yang dilatar belakangi ajaran Islam juga sangat menonjol dalam kegiatan kemasyarakatan.

Adapun tempat ibadah yang ada di wilayah Desa Sekaran -Lamongan berdasarkan data yang masuk terdapat 3 masjid dalam

kondisi baik dan terdapat 24 mushalla dengan kondisi baik.

Adapun kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di wilayah Desa Sekaran– Lamongan antara lain sebagai berikut:

1. Adanya pengajian agama untuk kaum muslimin dan muslimat

setiap sebulan sekali setiap hari Jum’at legi, diadakan di masjid.

2. Adanya rutinan doa yasin dan tahlil untuk bapak setiap hari kamis

malam dan ibu setiap hari rabu malam

Gambar

 Tabel 3:1

Referensi

Dokumen terkait

Posisi kepala yang berikutnya adalah posisi 7/8, dalam hasil fotonya posisi ini hanya memutar bidang imajinasi pada wajah model, dari posisi sebelumnya, sehingga tampilan wajah

Penyebab kenakalan remaja di Desa Peron diantaranya; (1) keluarga , orang tua yang kurang menjalin komunikasi dengan anak remajanya, sehingga perhatian dan

Melihat realita di negara Indonesia, bahwa terkadang ormas-ormas Islam pernah berselisih (berbeda pendapat) dengan pemerintah ataupun sesama ormas Islam yang lain

Suzuki Indomobil Motor

SAYYIDI ROHMAN : “ Penerapan Media Pembelajaran dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) di Kelas VIII

Dari data-data yang didapatkan dan observasi penulis dapat diketahui bahwa Dinas Sosial Kota Makassar sangatlah berperan penting untuk memberikan penyelesaian dari

Of all the medical benefits associated with adjustable beds, perhaps the most intriguing is its help with combating acid reflux.. Acid Reflux, or gastroesophageal reflux disease, is

Karena Tuan Be, membeli karya dengan harga murah dengan kualitas karya yang sangat baik pada awalnya karyapun dipasarkan di Jerman(Eropa pada umumnya) dengan harga murah