• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas implementasi pendekatan Savi (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) dalam meningkatan hasil belajar materi Fiqih siswa kelas X di Man Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas implementasi pendekatan Savi (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) dalam meningkatan hasil belajar materi Fiqih siswa kelas X di Man Surabaya."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, DAN INTELECTUAL) DALAM MENINGKATAN

HASIL BELAJAR MATERI FIQIH SISWA KELAS X DI MAN

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

ANNISAH ZAINIYAH

NIM. D71213082

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, DAN INTELECTUAL) DALAM MENINGKATAN

HASIL BELAJAR MATERI FIQIH SISWA KELAS X DI MAN

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan

DalamMenyelesaikanProgram Sarjana TarbiyahdanKeguruan

Oleh:

ANNISAH ZAINIYAH. NIM. D71213082

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Annisah Zainiyah D71213082, 2017, Efektivitas Implementasi Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) dalam Meningkatkan Hasil Belajar materi Fiqih Kelas X di MAN Surabaya.

Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran SAVI, Meningkatkan Hasil Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas implementasi pendekatan pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) dalam Meningkatkan Hasil Belajar materi Fiqih Kelas X di MAN Surabaya. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan Implementasi Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) sebagai variabel X dan Hasil Belajar materi Fiqih Kelas X di MAN Surabaya adalah variabel Y. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian... 8

D.Manfaat Penelitian... 9

E. Penelitian Terdahulu ... 9

(9)

G.Definisi Operasional ... 11

H. Hipotesis ... 14

I. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan tentang Pendekatan Pembelajaaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) ... 21

1. Pengertian Pendekatan pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) ... 21

2. Prinsip-prinsip Dasar Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) ... 22

3. Langkah-langkah Implementasi Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) ... 25

B.Tinjauan tentang Hasil Belajar ... 29

1. Pengertian Hasil Belajar ... 29

2. Indikator Hasil Belajar ... 32

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 33

4. Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar... 37

C.Tinjauan Ilmu Fiqih ... 40

1. Definisi Ilmu Fiqih ... 40

2. Tujuan Ilmu Fiqih ... 41

3. Ruang Lingkup Materi Ilmu Fiqih ... 41

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Profil Obyek Penelitian ... 46

1. Sejarah Sekolah MAN Surabaya ... 46

2. Identitas Sekolah ... 47

3. Visi dan Misi MAN Surabaya ... 47

4. Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah ... 48

5. Program-Program MAN Surabaya ... 49

6. Kegiatan-kegiatan MAN Surabaya ... 51

B. Metode Penelitian ... 57

1. Jenis-Jenis Penelitian ... 57

2. Rancangan Penelitian ... 59

3. Langkah-Langkah Penelitian ... 59

C. Populasi dan Sampel ... 60

D. Variabel, dan Indikator penelitian, ... 62

1. Variabel Penelitian ... 62

2. Indikator Penelitian ... 63

E. Jenis Data dan Sumber Data ... 64

1. Jenis Data ... 64

2. Sumber Data ... 65

F. Hipotesis ... 66

G.Teknik Pengumpulan Data ... 67

1. Metode Angket ... 68

(11)

3. Metode Observasi ... 69

4. Metode Wawancara ... 69

H. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data ... 76

1. Penyajian Data Observasi ... 76

2. Penyajian Data Wawancara ... 84

3. Penyajian Data Siswa ... 87

4. Penyajian Hasil belajar siswa ... 91

B. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis ... 93

1. Analisa Data Implemenasi Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) ... 93

2. Analisa Data Hasil Belajar Siswa ... 107

3. Pengujian Hipotesis ... 122

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Nama Guru ... 54

Tabel 3.2 Jumlah Data Siswa ... 56

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kelas... 76

Tabel 4.2 Nama-Nama Responden Peserta Didik ... 87

Tabel 4.3 Hasil Pre-test dan Post-Test Materi Perawatan jenazah kelas X ... 91

Tabel 4.4 Hasil Prosentase Angket Efektivitas Implementasi Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) ... 95

Tabel 4.5 Hasil Pre-Test Materi Perawatan Jenazah Siswa Kelas X .... 107

Tabel 4.6 Hasil Distribusi frekuensi Nilai Pre-Test siswa ... 112

Tabel 4.7 Hasil Post-Test Materi Perawatan Jenazah Siswa Kelas X .... 113

Tabel 4.8 Hasil Distribusi frekuensi Nilai Post-Test siswa ... 118

Tabel 4.9 Hasil Distribusi frekuensi Nilai Pre-Test dan Post-Test ... 121

Tabel 4.10 Paired Samples Statistics ... 122

Tabel 4.11 Paired Samples Correlations... 122

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian Variabel X Pendekatan

Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual Dan Intelectual) Lampiran 2 Angket Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual

dan Intelectual)

Lampiran 3 Pedoman Interview dari pihak kepala sekolah Lampiran 4 Pedoman Interview dari pihak guru

Lampiran 5 Pedoman Interview dari pihak siswa Lampiran 6 Hasil wawancara dari pihak kepala sekolah Lampiran 7 Hasil wawancara dari pihak guru

Lampiran 8 Hasil wawancara dari pihak siswa kelas X-IPA 2 Lampiran 9 Hasil wawancara dari pihak siswa kelas X-IPA 3

Lampiran 10 Hasil Angket Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 12 Surat Izin Penelitian

Lampiran 13 Surat Tugas

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat memenuhi tuntutan global. Pendidikan merupakan suatu wadah kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental, rasio, intelektual dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.

Pembelajaran proses transfer informasi guru kepada siswa, yang melibatkan berbagai tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil belajarnya menjadi lebih baik. Salah satu proses pembelajaran yang menekankan berbagai tindakan dan kegiatan adalah dengan menggunakan pendekatan tertentu. Pendekatan dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat mengembangkan dan meningkatkan aktivitas belajar yang dilakukan guru dan siswa.

(15)

2

mengantuk jika pendekatan dan metode yang digunakan guru tidak menarik atau tidak melibatkan gerak fisik peserta didik.

Dampaknya, sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan

antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

dimanfaatkan. Mereka sangat perlu untuk memahami konsep-konsep yang

berhubungan dengan tempat tinggal dan masyarakat pada umumnya di mana

mereka akan hidup. Peserta didik memiliki kesulitan memahami konsep

akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan. Adapun tujuan pembelajaran

yang diharapkan dapat tercapai melalui proses pembelajaran yang melatih

cara berfikir dan bernalar, mengembangakan aktifitas kreatif,

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.

Ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran. Usaha memperbaiki proses pembelajaran tersebut memerlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran, yakni pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi dan karakteristik siswa1. Pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap proses pelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum yang

1

(16)

3

didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.2

Secara umum ada beberapa pendekatan yang dilakukan ketika seseorang mengakses informasi, salah satunya adalah dengan pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berdasar Aktifitas (BBA). Belajar Berdasar Aktifitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan fikiran terlibat dalam proses belajar. Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaraan darah ke otak, dan dapat berpengaruh positif pada belajar3.

Belajar berdasar aktivitas secara umum jauh lebih efektif dari pada yang didasarkan dengan presentasi, materi, dan media. Alasannya sederhana, yaitu cara belajar itu mengajak orang terlibat sepenuhnya. Pembelajaran yang tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana-kemari. Menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Inilah yang dinamakan dengan belajar metode SAVI,

The accelerated learning adalah pembelajaran yang dipercepat.

Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu

2

Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), cet. Ke-1, 5. 3

(17)

4

berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik konsep

ini, Dave Meier, menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas

menggunakan pendekatan Somatic, auditory, visual dan intelectual (SAVI),

Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan

bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing

(belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual artinya learning by

observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan).

Intelectual adalah learning by problem solving and reflecting (bealajar

dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).

Keempat cara belajar ini adalah Proses pendidikan sesungguhnya dijalankan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia

yang (minimal) sanggup menyelesaikan persoalan lokal yang melingkupinya.

Artinya, setiap proses pendidikan seharusnya mengandung berbagai bentuk

pelajaran dengan muatan lokal yang signifikan dengan kebutuhan masyarakat.

Sehingga output pendidikan adalah manusia yang sanggup untuk memetakan

dan sekaligus memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat

dengan life skill yang ia dapatkan di bangku sekolahnya.

Dilihat dari relitasnya, hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran

Fiqih masih tergolong rendah. Hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan

melalui pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan SAVI. Suatu proses

belajar mengajar dikatakan berhasil, tentu setiap pendidik atau guru memiliki

(18)

5

dilaksanakan penilaian, salah satu fungsi penilaian ini untuk memberikan

umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar

mengajar.

Sekolah MAN Surabaya adalah salah satu sekolah yang

sudah menggunakan atau menerapkan pendekatan SAVI pada proses

pembelajaran mata pelajaran Fiqih. Uraian latar belakang di atas, maka dalam

hal ini penulisan skripsi mengambil judul:

“EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL DAN INTELECTUAL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH KELAS X DI MAN SURABAYA”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi pendekatan pembelajaran SAVI (somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) pada mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN Surabaya?

2. Bagaimana hasil belajar mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN Surabaya?

3. Bagaimana efektivitas pendekatan pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar mata pelajaran Fiqih kelas X MAN Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

(19)

6

umum tentang implementasi pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Fiqih

1. Untuk mengetahui implementasi pendekatan SAVI (somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) pada mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN Surabaya.

2. Untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN Surabaya.

3. Untuk mengetahui efektivitas implementasi pendekatan pembelajaran

SAVI terhadap hasil belajar mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN

Surabaya. D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang penulis lakukan terdapat beberapa manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara teoritis yaitu untuk pengembangan ilmu tentang penerapan pendekatan SAVI (somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) pada mata pelajaran Fiqih

(20)

7

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menerapkan pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) pada mata pelajaran Fiqih.

Keguanaan penelitian ini ditujukan kepada: a. Peserta didik

Pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) ini diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih

b. Guru

Pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) bisa menjadi solusi bagi guru dalam menemukan pendekatan yang tepat untuk peserta didik yang mempunyai gaya belajar berbeda dalam satu kelas

c. Peneliti

Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang banyak terkait pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dan dapat menerapkannya dalam masa mendatang sebagai upaya untuk mengajak siswa aktif dalam kelas.

d. Umum

(21)

8

E. Hipotesis penelitian

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian hipotesis itu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Hipotesis Awal (Hipotesis Nil)

Hipotesis awal merupakan hipotesis yang mengandung pernyataan menyangkal dan biasanya dilambangkan dengan (Ho).

2. Hipotesis Alternatif (Hipotesis Kerja)

Hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang mengandung pernyataan tidak menyangkal dilambangkan (Ha)

Adapun hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis awal yaitu implementasi pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) efektif meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN Surabaya

b. Hipotesis alternatif yaitu implementasi pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) efektif meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN Surabaya

F. Ruang lingkup dan Keterbasan Penelitian

(22)

9

1. Penelitian ini membicarakan tentang implementasi pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik

2. Penelitian ini membatasi pada mata pelajaran Fiqih

3. Siswa yang menjadi sasaran penelitian adalah kelas X di MAN Surabaya

4. Penelitan ini bertempat di MAN Surabaya

5. Kesimpulan penelitian ini merujuk pada metode dan hasil belajar peserta didik

G. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelurusan peneliti tidak menemukan penelitian dengan topik efektivitas implementasi pendekatan SAVI dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Fiqih di MAN Surabaya, hanya saja peneliti menemukan skripsi yang membahas tentang gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang memiliki kajian yang sama yaitu meningkatkan hasil belajar

(23)

10

Penelitian kedua pada 2013 mengenai Accelereted Learning adalah “Penerapan Accelereted Learning dengan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kompetensi Menggambar Busana”. Ditulis oleh Esther Mayliana mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitiannya menunjukkan bahwa Accelereted Learning sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar Kompetensi Menggambar Busana.

Penelitian ketiga pada tahun 2015 mengenai model pembelajaran VAK (Visual, Auditorial, dan Kinestetic) adalah “Penerapan Model VAK

(Visual, Auditorial, dan Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar IPA Materi Gaya pada siswa kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik”. Ditulis oleh Siti Usthum Amaliyah mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa model pembelajaran VAK sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

(24)

11

Surabaya. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa model pembelajaran AIR dapat meningkatkan prestasi belajar.

Hasil penelusuran yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa belajar dengan melibatkan seluruh anggota fisik dan menyatukannya dengan otak lebih efektif daripada mengajak peserta didik belajar dengan hanya duduk.

H. Definisi Operasional

1. Efektivitas

Menurut departemen pendidikan, efektivitas adalah keadaan yang berpengaruh, dapat membawa dan berhasil guna (usaha, tindakan)4. Sedangkan menurut saliman dan Sudarsono dalam kamus pendidikan mengungkapkan bahwa efektifitas adalah tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan5.

Efektivitas dapat diartikan sebagai sejauh mana hal-hal yang

direncanakan dapat terlaksana. Artianya bahwa, apabila hasilnya

menunjukkan prosentase yang besar atau paling tidak jauh dari

perencanaan, maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efektif

4

Dinas Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), 219

5

(25)

12

dan sebaliknya apabila hasilnya jauh dari perencanaan yang ada maka

dapat dikatakan hal tersebut tidak efektif.6

2. Implementasi

Implementasi didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide kelayakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan.maupun nilai dan sikap

3. Pendekatan SAVI (Somatic, Auditori, Visual dan Intelectual)

Somatic adalah Somatic berasal dari bahasa Yunani soma yang berarti tubuh jadi belajar somatis adalah belajar yang melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar7. Auditory adalah gaya belajar ini cenderung menggunakan pendengaran mendengar. Visual adalah gaya belajar melihat, mengamati dan menggambarkan. Intelectual adalah belajar dengan memecahkan masalah yang dimaksud 8.

Pendekatan SAVI untuk belajar menuntun kita belajar berdasarkan aktivitas (BBA) yang berarti bahwa kita belajar dengan bergerak aktif secara fisik dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam

6

Hendyat Soetopo, Pembinaan dan Perencanaan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 50.

7

Dave Meirer, The Accelerated Learning Handbook: Panduan kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Penelitian (Bandung:Kaifa, 2002), 92.

(26)

13

proses belajar. Belajar berdasarkan aktivitas (BBA) secara umum jauh lebih efektif daripada didasarkan pada presentasi, materi dan media alasannya karena mengajak orang terlibat sepenuhnya.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan atau kompetensi peserta didik baik kognitif, afektif dan psikomotorik yang telah dicapai melalui proses belajar mengajar9. Penilaian hasil belajar peserta didik pada hakikatnya suatu kegiatan yang dilakukan guru dengan menggunakan teknik dan alat penilaian tertentu untuk memastikan peserta didik sudah menguasai kompetensi yang telah dipelajari dan proses belajar mengajar yang dilakukan guru sudah efektif10.

5. Mata Pelajaran Fiqih

Fiqih adalah suatu ilmu yang mengkaji hukum syara’ yaitu firman

Allah yang berkaitan dengan aktifitas muallaf berupa tuntutan seperti wajib, haram, sunnah dan makruh atau pilihan yaitu mubah ataupun ketetapan sebab, syarat dan mani’ yang kesemuanya digalih dari dalil-dalilnya yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah melalui dalil-dalil yang terinci seperti ijma’ qiyas dan lain-lain11.

9

Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2014),62

10

Ibid, 68 11

(27)

14

I. Sistematika Pembahasan

Adapun sistemika pembahasan yang terdapat dalam penulisan laporan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatsan penelitian, penelitian terdahulu, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan

BAB II : LANDASAN TEORI

Terdiri dari tiga sub bab yakni bagian pertama mencakup kajian tentang pengertian pendekatan, pengertian pendekatn SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual), pedoman dalam pelakasanaan pembelajaran SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual). Bagian kedua mencakup tentang pengertian hasil belajar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dan tipe hasil belajar. Bagian ketiga mencakup tentang pengertian Fiqih, tujuan ilmu Fiqih, dan ruang lingkup Fiqih

BAB III : METODE PENELITIAN

(28)

15

letak geografis MAN Surabaya, sejarah singkat MAN Surabaya, visi dan misi MAN Surabaya, struktur organisasi MAN Surabaya, keadaan guru dan karyawan MAN Surabaya, keadaan siswa MAN Surabaya, sarana dan prasarana MAN Surabaya. Sub bab kedua berisi jenis penelitian, sumber data. SubBab ketiga berisi teknik penentuan subyek atau obyek penelitian yang terdiri dari populasi dan sample. Subbab keempat berisi teknik pengumpulan data. SubBab kelima berisi teknik analisis data.

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Terdiri dua sub bab yakni bab yang pertama tenatang bab kedua berisi penyajian data tentang penerapan metode SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual) di MAN Surabaya, data tenatang hasil pre test dan post test pada mata pelajaran Fiqih MAN Surabaya, dan Analisis data. BAB V : PENUTUP

Terdiri dari dua sub bab yakni kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA:

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, hubungan kedua variabel dan hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan diuraikan mengenai pendekatan pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual). Bagian kedua diuraikan mengenai hasil belajar peserta didik. Bagian ketiga tentang uraian mata pelajaran Fiqih. Bagian keempat tentang efektivitas implementasi Pendekatan pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik mata pelajaran Fiqih kelas X di MAN Surabaya.

A. Tinjauan tentang Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,

Visual dan Intelectual)

1. Pengertian Pendekatan Pembelajran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)

Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran12. Gaya belajar adalah cara untuk melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Peserta didik lebih suka belajar dengan gaya belajar mereka sendiri13. Gaya belajar berkaitan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa.

12

E. Mulyasa Kurikulum berbasis Kompetensi, (Bandung: Rineeka Cipta, 2003), 193. 13

(30)

16

Menurut Howard Gardner kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu. Berikut adalah kecerdasaan-kecerdasan yang dirumuskan oleh Howard Gardner14:

a. Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik secata total maupun tertutis. b. Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani

bilangan dan perhitungan, poh serta pemikiran logis dan ikniah.

c. Kecerdasan ruang-spasial adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-spasial secara tepat.

d. Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. e. Kecerdasan kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan tubuh

atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan atau perasaan. f. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan peka

terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain.

g. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri itu.

14

(31)

17

h. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengerti alam lingkungan dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan tersebut secara produktif.

i. Kecerdasan eksistensial adalah kepekaan atau kemampuan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi manusia

Kesembilan kecerdasan tersebut perlu dikembangkan secara maksimal sejak usia dini, Fiqih adalah salah satu mata pelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kecerdasan siswa. Peserta didik dapat belajar dengan gaya belajarnya sendiri jika guru dapat memilih pendekatan yang tepat. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu15.

Pendekatan pembelajaran mempunyai beberapa jenis yaitu16:

1. Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) 2. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik (studentcentered

approach)

3. Pendekatan agama yang memandang pendidikan dan pembelajaran sebagian dari nilai ibadah sehingga nilai-nilai agama mempengaruhi terhadap proses pembelajaran

15

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran (Jakarta:Kencana,2013),205. 16

(32)

18

Pendekatan secara konvensional cenderung membuat orang tidak aktif dalam jangka waktu yang lama dan terjadilah kelumpuhan otak. Belajar berdasar Aktivitas mengajak peserta didik belajar dengan bergerak. Cara belajar seperti ini akn lebih efektif daripada belajar konvensional. Alasannya belajar itu mengajak orang terlibat sepenuhnya. Gerakan fisik meningkatkan proses mental bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh (korteks motor) yang terletak tepat di bagian otak yang di gunakan untuk berfikir dan memecahkan masalah.

Peserta didik yang hebat mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Bayangkan saja jika peserta didik belajar dengan duduk di ruangan untuk jangka waktu yang lama dan yang terjadi adalah kelambatan dalam berfikir. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh peserta didik dengan bergerak kesana dan kemari tapi perlu menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelekual dan penggunaan indra secara optimal dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Pendekatan yang merujuk pada gerak fisik adalah pendekatan SAVI (Somatic, Auditorial, Visual dan Intelectual). SAVI mempunyai unsur-unsur sebagai berikut17:

a. Belajar Somatic

Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh, jadi belajar somatis berarti belajar dengan menggunakan indra peraba, kinestetik, dan melibatkan fisik serta menggerakkan tubuh saat belajar. Suatu penelitian neurologis telah membantah teori bahwa

17

(33)

19

fikiran dan tubuh adalah dua entitas yang terpisah. Temuan mereka menunjukkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh.Tubuh adalah pikiran, pikiran adalah tubuh. Keduanya merupakansatu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu. Jadijelaslah bila anda menghalangi gerak anda maka, juga akanmenghalangi jalannya fikiran anda. Untuk merangsang hubungan fikiran-tubuh18.

Contohnya adalah latihan, praktik, dan belajar dengan menggerakkan anggota tubuh. Cara belajar ini baik untuk pendidikan formal ataupun informal. Karenanya peserta didik lebih cepat belajar karena dengan menggerakkan anggota tubuh, maka memori yang tersimpan akan semakin banyak dan tahan lama karena makin banyak indera yang bekerja menerima impuls. Perlu digaris bawahi tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik tetapi dengan adanya pergantian antara aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik akan memperlancar proses pembelajaran19.

b. Belajar Auditory

Auditory berasal dari kata audio bersifat atau bersangkutan dengan pendengaran, yaitu belajar dengan mendengarkan suara dosen, guru, kaset, atau rekaman audio20. Sebagian orang yang belajar dengan cara ini cukup baginya belajar dengan hanya duduk mendengarkan dosen tanpa perlu mencatat. Fungsi otaknya lebih baik dalam menangkap informasi audio. Pikiran auditori kita lebih kuat

18

M. Djoko Susilo, Gaya belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: PINUS, 2006), 8. 19

Ibid., 9.

20

(34)

20

dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari, dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.

Merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Mintalah mereka membaca keras-keras secara dramatis, jika mereka mau, ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri

c. Belajar Visual

Visual yaitu Berkenaan dengan penglihatan, dapat dilihat dengan indera penglihatan21. Belajar visual adalah belajar dengan mengamati dan menggambarkan22. Pendekatan belajar ini mementingkan aspek bentuk dan gambar dalam mengolah dan menyimpan informasi. Ketajaman visual, lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain.

21

DjalinusSyah, dkk, Kamus Pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), 268.

22

(35)

21

Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat “melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah

atau sebuah buku atau program komputer. Pembelajaran visual belajar paling baik jika mereka dapat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar.

Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mereka mengamati situasi dunia nyata kemudian memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, proses atau makna yang dicontohkan23

d. Belajar Intelectual

Intelektual berasal dari kata Cerdas, dan berfikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, Yang mempunyai kecerdasan tinggi24. Belajar intelektual adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses belajar ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan pendekatan yang lain. Disini terjadi perkembangan pola pikir.

Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan Dave Meier dalam bukunya “The Accelerated Learning Handbook” bahwa intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk “berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf

23

Dave meier, The Accelerreted Learning. . ., 95. 24

(36)

22

baru, dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diharapkan menjadi kearifan. Pembelajaran dengan melihat terdapat pada QS Al-Anbiya ayat 16 sebagai berikut:

اَمَو

Jadi Pendekatan SAVI adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual yang menggunakan indera dan dapat berpengaruh besar pada proses pembelajaran

2. Prinsip-prinsip Dasar Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)

Prinsip diartikan sebagai dasar permulaan azaz. Implemenatsi adalah pengenaan, perihal atau mempraktekkan. Hasil penelitiannya, Dave Meier berpendapat bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatic (S), pendengaran atau auditory (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan ini ia mengajukan metode pembelajaran aktif yang disingkat SAVI – somatis, auditori, visual dan intelektual25. Prinsip-prinsip pokok dalam belajar SAVI, yakni:

a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh

25

(37)

23

Belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional), tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/fikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya

b.Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem otak/tubuh secara menyeluruh c. Kerjasama membantu proses belajar.

Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan dari pada yang kita pelajari dengan cara lain di manapun. Persaingan diantara pembelajar memperlambat pembelajaran tetapi kerjasama diantara mereka mempercepatnya. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya dari pada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri

(38)

24

dan bawah sadar, mental dan fisik), dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indera, jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang.

e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.

Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Pengalaman yang nyata atau konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih baik dari pada sesuatu yang hipotesis dan abstrak asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung dan menerjunkan diri kembali f. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.

Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar dan perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, Menyakitkan dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati

g.Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

(39)

25

3. Langkah-Langkah Implementasi Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual dan Intelectual)26

Berdasarkan prinsip SAVI, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI adalah sebagai berikut : a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat peserta didik, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar27. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan mudah disimpan.

Apapun kondisi guru pada saat mengajar harus dapat menarik minat peserta didik. Boleh dikatakan bila guru dapat menarik minat siswa sudah menunjukkan keberhasilan 40%. Jadi peserta didik yang sudah tertarik minatnya oleh keberadaan guru di kelas maka dengan sendirinya siswa tersebut akan mampu belajar mandiri yang akhirnya bisa mengikuti pelajaran dengan baik28.

Tujuan mempersiapkan pembelajar adalah sebagai berikut:

26

Ibid,103.

27

ibid, 105. 28

(40)

26

1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau resisten.

2) Menyingkirkan rintangan belajar.

3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar.

4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran.

5) Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berfikir, belajar, mencipta dan tumbuh.

6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.

Adapun unsur yang dapat mempersiapkan pembelajar untuk menerima pengalaman belajar diantaranya29:

a) memberikan sugesi positif,

b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada peserta didik,

c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna, d) membangkitkan rasa ingin tahu,

e) menciptakan lingkungan fisik yang positif, f) menciptakan lingkungan emosional yang positif, g) menciptakan lingkungan sosial yang positif, h) menenangkan rasa takut,

i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar,

29

(41)

27

j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, k) merangsang rasa ingin tahu peserta didik,

l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal. b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu peserta didik menemukan materi belajar dengan mengawali proses belajar secara positif dan menarik30. Pendekatan belajar yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai metode atau peraga, bekerja di laboratorium atau bermain sambil belajar.

Pendekatan dalam gaya mengajar merupakan proses penentuan cepat tidaknya peserta didik mencapai tujuan belajar. Pendekatan gaya mengajar akan menjadi tepat guna jika selaras dengan tujuan, materi pelajaran, dan minat serta kebutuhan siswa, baik dilakukan dalam bentuk pengajaran kelompok maupun individual. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajaran menemukan materi belajar dengan cara yang menarik, menyenangkan relevan, multi indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru pada tahap penyampaian ini misalnya31:

1) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, 2) pengamatan fenomena dunia nyata,

30

Ibid., 132. 31

(42)

28

3) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh, 4) presentasi interaktif,

5) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni,

6) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar,

7) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim 8) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) 9) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual, 10) pelatihan memecahkan masalah

c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya menagajak peserta didik untuk mempraktikkan materi yang dipelajari. Tujuan tahap ini adalah membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara32.

Hal-hal yang dapat dilakukan guru meliputi: 1) aktivitas pemrosesan siswa,

2) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali,

3) simulasi dunia-nyata, 4) permainan dalam belajar, 5) pelatihan aksi pembelajaran, 6) aktivitas pemecahan masalah,

32

(43)

29

7) refleksi dan artikulasi individu,

8) dialog berpasangan atau berkelompok, 9) pengajaran dan tinjauan kolaboratif, 10) aktivitas praktis membangun keterampilan d. Tahap penampilan hasil (performance)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan33. Tujuan tahap penampilan hasil adalah memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap sebelumnya, kita perlu memastikan bahwa orang yang melaksanakan (dan terus mengembangkan) dapat menciptakan nilai yang nyata bagi diri mereka sendiri34.

B. Tijauan Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Tentang Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merujuk pada yang dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar dan mengajar dilakukan oleh peserta didik dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Kemampuan yang dimilki peserta didik dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil, dan bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervansi orang lain sebagai

33

Ibid., 171. 34

(44)

30

pengajar. Seorang peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya35.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki perserta didik yang diterima setelah mengalami pengalam belajarnya. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar36. Jadi hasil belajar peserta didik adalah perubahan tingkah laku peserta didik bersifat permanen melalui pembelajaran yang berupa nilai atau skor yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotorik. Periciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian

b. Ranah Afektif berkenanan dengan sikap-sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi jenjang kemampuan yaitu: menerima, menjawab, atau reaksi menilai organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotorik meliputi

35

Wahid Murni et.al., Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta:Nuh Litera,2010), 18. 36

(45)

31

keterampilan motorik, manipulasi benda-benda dan koordinasi menghubungkan dan mengamati.

Tipe belajar kognitif dapat terlihat dari kemampuan peserta didik dalam memahami ilmu fiqih, menjelaskan kembali dengan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau di dengarnya, menerapkan suatu konsep dalam memecahkan masalah dan sebagainya yang berubungan dengan intelektual. Tipe belajar afektif dapat terlihat dalam berbagai tingkah laku peserta didik seperti perhatiannya terhadap pelajaran, menghargai guru dan teman kelas, motivasi belajar dan disiplin. Tipe belajar psikomotorik contohnya mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, melakukan laithan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep yang telah diperoleh.

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar dalam proses pembelajaran disekolah. Ranah kognitif merupakan ranah yang paling dinilai guru menyangkut penguasaan materi. Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tahap belajar adalah tahap pencapain yang ditampilkan melalui aspek kogniti, afektif dan psikomotorik.

(46)

32

Indikator dijadikan tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses

belajar mengajar dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang

disempurnakan, dan yang saat ini digunakan adalah37:

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan

mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun

kelompok.

b. Perubahan dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan

dalam kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari tahu

menjadi tidak tahu dari tidak bisa menjadi bisa dari tidak

kompeten menjadi kompeten.

Demikian dua macam tolok ukur yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam menentukan tingkat keberhasilan proses belajar

mengajar. Sebagai tolok ukur keberhasilan dari keduanya ialah daya serap

peserta didik terhadap pelajaran.

Indikator lain yang dapat digunakan mengukur keberhasilan belajar38:

a. Hasil belajar yang dicapai peserta didik

Hasil belajar yang dicapai peserta didik adalah pencapaian

prestasi belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria atau

nilai yang telah ditetapkan baik mengunakan penilaian acuan

norma.

b. Proses belajar mengajar

37

Bahri Djamarah, Syaiful dkk, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 120

38

(47)

33

Hasil belajar yang dimaksudkan adalah prestasi belajar yang

dicapai peserta didik dibandingkan antara sembelum dan sesudah

mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan pengalaman

belajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor tersebut adalah faktor intern (diri sendiri), faktor ekstern (diluar diri) dan faktor pendekatan belajar39.

a. Faktor yang muncul dari dalam diri sendiri (intern) yang meliputi faktor jasmani, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmani (fisiologis) yang terdiri dari40: b) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, seperti pusing, lemah, lelah dsb. Agar belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.

c) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan, misalnya buta, tuli, lumpuh.

2) Faktor Psikologis41

39

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1995), 54 40

(48)

34

a) Inteligensi

Kecerdasan seseorang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar, dalam situasi yang sama anak yang mempunyai inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada mereka yang mempunyai inteligensi rendah.

b) Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir, setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap utuh memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, minat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.

d) Motivasi

Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Motivasi berasal dari dalam juga berasal dari luar (lingkungan). Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai sesuatu

41

(49)

35

sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

3) Faktor kelelahan42

Kelelahan dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dari lemah dan lunglainya tubuh. Kelelahan rohani terlihat dari kelesuan kebosanan sehingga mempengaruhi minat dan motivasi belajar. kelelahan peserta didik juga dapat mempengaruhi proses belajarnya. b. Faktor ekstern, adalah faktor yang muncul dari luar pribadi. Faktor

ini terdiri dari dua macam, yakni43: 1) Faktor Sosial

Faktor sosial adalah faktor manusia yang berhubungan manusia dengan manusia yang dalam hal ini termasuk lingkungan hidup. Faktor ini antara lain :

a) Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan keluarga, anak mendapat bimbingan dan pendidikan dari orang tuanya yang berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah, hal ini akan mendorong anak untuk berusaha memperoleh keberhasilan belajar yang tinggi karena adanya dukungan dari keluarga khususnya kedua orang tuanya44.

42

Ibid, 59. 43

Ibid, 60. 44

(50)

36

b) Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan

c) Faktor Lingkungan Masyarakat

Dalam lingkungan masyarakat ini akan dihadapkan dengan berbagai masalah yang beraneka ragam dan komplek yang tak pernah dihadapi sebelumnya. Keadaan masyarakat setempat juga menentukan pula terhadap berhasil tidaknya proses belajar siswa. Proses belajar disekolah akan berhasil dengan baik apabila mendapat dukungan dari masyarakat baik moril maupun materiil. Dukungan moril bisa berupa kerukunan antar warga, keadaan atau kebiasaan warga yang bersifat positif. Dukungan materiil masyarakat bisa berupa materi untuk pembangunan gedung sekolah, penyediaan fasilitas-fasilitas tambahan misalnya lapangan olah raga, tempat ibadah, dan lain-lain.

d) Faktor Instrumental

(51)

37

2) Faktor Pendekatan Belajar

Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya45. 4. Jenis-Jenis Penilaian hasil Belajar

Menurut Permendikbud No.20 tahun 2007 penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik yaitu penialaian berupa tes, observasi penugasan perorangan atau kelompok dan bentuk lainnya yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan perkembangan peserta didik46. Penilaian di bagi menjadi dua yaitu penilaian sumatif dan formatif, dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN) yang penjelasannya sebagai berikut:

c. Penilaian Sumatif dan Formatif

Tes hasil belajar yang dilakukan di dalam ruang kelas disebut penilaian sumatif. Tujuan utama penilaian sumatif adalah mengukur atau membuat tingkatan prestasi peserta didik. Memantau proses pendidikan yang telah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan adalah penilaian formatif. Penilaian formatif diberikan secara periodik

45

Muhibbin syah, Psikologi Belajar,( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 152. 46

(52)

38

selama pembelajaran untuk memantau kemajuan belajar peserta didik47.

d. Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)

Mengukur tingkat pencapaian peserta didik dengan patokan tertentu adalah Penilaian Acuan Patokan. Skor yang dicapai peserta didik ditafsirkan sebagai tingkat penguasaan terhadap perilaku sebagai tujuan pembelajaran. Menentukan kedudukan atau posisi seseorang diantara kelompoknya. Tes harus disusun untuk membedakan antara peserta yang satu dengan peserta yang lain48. Penilaian Pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang mencakup sebagai berikut49:

a. Penialaian Autentik

Penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan input, proses dan output. Penialaian autentik bersifat alami, apa adanya tidak dalam keadaan tertekan.

47

Evelin Siregar, dan Hartini Mara, Teori belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) ,156.

48

Mudjijo, Tes Hasil Belajar (Jakarta:Bumi Aksara,1995), 98. 49

(53)

39

b. Penialaian Diri

Penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan

c. Penilaian Berbasis Portofolio

Penialaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perorangan dan/atau kelompok di dalam dan/ atau diluar kelas dalam kurun waktu tertentu.

d. Ulangan

Proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau dan perbaikan hasil belajarpeserta didik.

e. Ulangan Harian

Kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menialai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu subtema. Ulangan harian terintegrasi dengan proses pembelajaran lebih untuk mengukur aspek pengetahuan dalam bentuk tes tulis, tes lisan dan tes penugasan.

f. Ulangan Tengah Semester

(54)

40

g. Ulangan Akhir Semester

Kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester50.

C. Tinjauan Ilmu Fiqih

1. Definisi Ilmu Fiqih

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Fiqih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Fiqih baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul fiqih serta menggali tujuan dan hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat51.

Secara substansial, mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

50

Ibid, 234,. 51

(55)

41

2. Tujuan Ilmu Fiqih

Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantar peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjalankan muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna). Pembelajaran fiqih di Madrasah Aliyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a. Memahami dan menganalisis pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang di atur dalam fiqih ibadah, fiqih jinayah, fiqih munakahat, fiqih siyasah dan fiqih muamalah hubungannya dengan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih.

b. Melaksanakan, mengamalkan dan mempraktikkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan Ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi manusia sosial

3. Ruang Lingkup Ilmu Fiqih Madrasah Aliyah

(56)

42

hikmah kurban dan aqiqah; ketentuan hukum Islam tentang perawatan jenazah, hukum Islam tentang kepemilikan; konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang wakaalah dan sulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafaalah beserta hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinaayah, Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam tentang siyaasah syar’iyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi; dasar-dasar istinbaath dalam fikih Islam; kaidah-kaidah usul fikih dan penerapannya.

D. Efektivitas Implementasi Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatic,

Auditory, Visual dan Intelectual)

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat

memberdayakan dengan mata pelajaran yang lain. Salah satunya adalah mata

pelajaran Fiqih. Secara umum Fiqih merupakan mata pelajaran yang

dikembangkan dan ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an Hadis

dan pemikiran para ulama atau yang biasa disebut ijtihad. Mengajar dapat

dipandang sebagai usaha untuk menciptakan situasi dimana anak diharapkan

dapat belajar secara efektif. Situasi belajar terdiri dari berbagai faktor seperti

anak, fasilitas, prosedur, belajar dan cara penilaian. Situasi belajar seperti ini

(57)

43

(direction), selain itu ia membimbing dan membantu anak-anak dalam

menyelesaikan tugas (guidance)52

Kondisi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan

tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah

seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa

depan. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan

formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik.

Hal ini nampak pada hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat

memprihatinkan.

Prestasi ini merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat

konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu

bagaimana sebernarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam artian yang

lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih

memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik

untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya.

Selain itu, rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan proses

pembelajaran tradisional, dimana suasana kelas cenderung Teacher Centered

sehingga siswa menjadi pasif. Mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran

yang tidak hanya menekankan pada ranah kognitif, tetpi juga pada ranah afektif

dan psikomotorik. Penting bagi guru untuk memfungsikan ketiga ranah tersebut

dalam proses pembelajaran.

52

(58)

44

Penjelasan diatas menyatakan bahwa pada dasarnya pembelajaran SAVI

menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar yang

baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap

kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain

dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara yang berbeda-beda.

Mengaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinier, nonmekanis,

kreatif dan hidup.

Prespektif psikologi, belajar kognitif merupakan peristiwa mental bukan

peristiwa behavioral (bersifat jasmani)53. Suatu contoh seorang anak yang

belajar membaca dan menulis menggunakan perangkat jasmaniah (mulut dan

tangan) untuk menggoreskan pena dan mengucapkan kata-kata. perilaku

mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut

bukan semata-mata respon atas stimulus yang ada, melainkan dorongan mental

yang diatur otaknya.

Pendekatan belajar yang baik diperlukan untuk dapat melakukan proses

belajar dengan baik sehingga diperlukan beberapa pendekatan yang dilakukan

ketika seseorang mengakses informasi dalam proses pembelajaran, salah satunya

adalah dengan pendekatan SAVI. Dari beberapa langkah-langkah yang

disuguhkan oleh pendekatan SAVI dalam proses belajar mengajar maka

berdasarkan teori ini, besar kemungkinan siswa akan merasakan proses belajar

mengajar yang menyenangkan, selain itu siswa akan semakin bersemangat

belajar karena proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan

53

(59)

45

aktifitas seluruh tubuh mereka sehingga belajar merupakan kegiatan yang

menyenangkan dan tidak menjenuhkan pikiran saja tetapi melatih semua

kecerdasan dan mental mereka.

Secara teoritis, pendekatan pembelajaran SAVI dan keberhasilan

pembelajaran yang dipaparkan di atas dan dapat diketahui bahwa pendekatan

inisangat efektif untuk digunakan dan diterapkan dalam mata pelajaran Fiqih

karena dalam mata pelajaran ini banyak sekali materi-materi yang perlu

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan ibadah,

hubungan dengan masyrakat, hubungan dengan ketatanegaraan.

Sehingga hasil yang diharapkan mampu mengubah suasana pembelajaran

Fiqih menjadi lebih menarik dalam segi pendekatan dan menciptakan

pembelajaran yang efektif dan kreatif sehingga antara materi yang disampaikan

dengan jam pengajaran dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan

terutama pada bidang studi Fiqih. Selain itu, dapat menjadikan mata pelajaran

Fiqih sebagai alat untuk mendorong, memahami, mengembangkan dan membina

siswa untuk mengetahui, memahami, menghayati dan menginterpretasikan ilmu

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Artinya apabila seseorang yang akan mengadakan penelitian ilmiah dengan menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Metodologi penelitian merupakan ilmu-ilmu yang mempelajari metode-metode dalam penelitian. Sedangkan metode penelitian menurut Arif Furchan adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang ada di dalam penelitian53. Sebelum melakukan penelitian tentunya seorang peneliti sudah menentukan obyek penelitiannya terlebih dahulu, oleh karena itu peneliti meletakkan obyek penelitian di Bab ketiga subbab pertama.

A. Profil Obyek Penelitian

1. Sejarah MAN Surabaya

Madrasah Aliyah Negeri Surabaya Berdiri pertama kali dengan nama Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SPIAIN) pada tanggal 01 September 1963 Diresmikan penegeriannya tanggal 26 Nopember 1963 dengan SK Menteri Agama Nomor 83 Tahun 1963 tanggal 05 September 1963. SPIAIN Surabaya diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya dengan SK Menteri Agama Nomor 17 Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978.

53

(61)

47

MAN Surabaya adalah SMA Negeri berciri khas Islam, satu-satunya diantara 23 SMA Negeri di Kota Surabaya. MAN Surabaya berdiri diatas tanah seluas 1.597,5 m2 di Jalan Bendul Merisi Selatan IX/20, Kelurahan Bendul Merisi, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya. MAN Surabaya mempunyai lokal sendiri di Wonorejo Timur no.14 dan resmi pindah pada awal 2015.

2. Identitas Sekolah

a. Kepala Sekolah : Drs. H. Fathorrakhman, M.Pd

b. NSM : 131135780001

c. NPSN : 20580755

d. Nama Sekolah : MAN SURABAYA e. Tanggal Pendirian : 1 September 1963 f. Status Sekolah : Negeri

g. Akreditasi : A

h. Alamat : Jl. Wonorejo Timur No. 14 Surabaya Kecamatan Rungkut

Desa/kel : Wonorejo Surabaya 60296 Telp 031-8717001

i. Email : mankotasurabaya@kemenaga.go.id 3. Visi dan Misi MAN SURABAYA

(62)

48

Misi Madrasah Aliyah Negeri Surabaya adalah :

a. Melaksanakan pembelajaran efektif secara optimal dengan menekankan pola asah, asih, asuh sesuai dengan potensi dan karakteristik siswa.

b. Mendorong dan membantu siswa menguasai Teknologi Informasi dan Bahasa Internasional.

c. Menumbuhkan suasana belajar dan semangat kerja yang dilandasi nilai-nilai keislaman54

4. Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah

Kurikulum Madrasah 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, dan afektif serta dapat berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri Surabaya

a. Meningkatkan kualitas SDM guru pembina untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran

b. Meningkatkan kualitas SDM guru untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran

c. Mewujudkan siswa berprestasi dalam bidang sains, agama, dan teknologi

d. Meningkatkan kualitas SDM sesuai dengan karakteristiknya

54

Gambar

  TABEL 3.1
TABEL 3.2 Jumlah Data Siswa MAN Surabaya
  TABEL 4.1 Hasil Obervasi Kelas X di MAN Surabaya
  Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh dari produksi metil ester (biodiesel) dengan bahan baku biji saga. (Adenthera

Sebanyak 12 orang karyawan mengikuti program pendampingan gizi yang diberikan melalui pertemuan 1 kali per bulan, aplikasi whatsapp 3-5 kali per minggu dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika pada materi kelipatan dan faktor dengan pendekatan Realistic Mathematics

Ponno Dalam Jabatan Agribisnis Produksi Tanaman Universitas Negeri Makassar Lulus 32 RC201701457 Anik Wiji Astuti Dalam Jabatan Agribisnis Produksi Ternak Universitas Negeri

[r]

“Revolusi Sosial di Sumatera Timur Maret 1946 (Tragedi Amir Hamzah)” dalam Agus Suwignyo (ed.), Sejarah Sosial di Indonesia : Perkembangan dan Kekuaatan 70 Tahun Prof..

Organisasi Koperasi harus efisien atau efektif bagi anggotanya, artinya setiap anggota akan menilai bahwa manfaat yang diperoleh karena berpartisipasi dalam usaha

[r]