6
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Tugel yang terletak di Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada koordinat 7⁰28’2,12”-7⁰28’3,09” Lintang Selatan dan 109⁰14’1,62”-109⁰14’17,14” Bujur Timur. HPKGT memiliki luas hutan antara 4-5ha, dengan ketinggian antara 126-157 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan September sampai Oktober 2014.
Gambar 3.1. Hutan Pendidikan Konservasi Gunung Tugel Banyumas (Googleearth, 2014)
B. Metode Penelitian
1. Teknik Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuadrat yang disusun secara sistematis. Ukuran kuadrat ditentukan berdasarkan luas minimum yang sudah dilakukan sebelumnya. Tansek utama berupa jalan setapak, pada bagian kanan dan kirinya dibuat subtransek dengan jarak 10m antar sub transek. Pada setiap sub transek dibuat petak 2m x 2m secara berselang-seling dengan jarak 5m antar petak. Pada setiap petak dilakukan inventarisasi jenis-jenis tumbuhan bawah, berupa jumlah jenis dan jumlah
7
individu tiap jenis. Faktor lingkungan yang diamati meliputi ketinggian tempat, suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya.
2. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.2. Diagram Alir Analisis data
Pencatatan jumlah jenis dan jumlah individu tiap jenis Pengukuran ketinggian tempat,
suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya
Penentuan luas kuadrat minimum
Pembuatan transek, sub transek dan kuadrat
Pengambilan data
Analisis faktor lingkungan yang berpengaruh secara
deskriptif
Analisis Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR),
Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’),
dan Indeks Kemerataan (E)
Struktur dan Komposisi Vegetasi Tumbuhan Bawah
8 3. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif mengenai bentuk hidupnya berupa semak, perdu, herba, rerumputan dan paku-pakuan menggunakan buku identifikasi ((Soedarsan et al., 1983), (Llamas, 2003) (Sankaran & Suresh, 2012) & (Tryon & Tryon, 1982)), serta dianalisis dengan menghitung K (Kerapatan), KR (Kerapatan Relatif), F (Frekuensi), FR (Frekuensi Relatif) (Hilwan et al., 2013), INP (Indeks Nilai Penting) (Asmayannur et al., 2012), Indeks Keanekaragaman Shannon dan Indeks Kemerataan (Odum, 1998):
a. Kerapatan
K= individu suatu jenis
Luas petak contoh (3-1)
KR= Kerapatan suatu jenis
kerapatan semua jenis×100% (3-2)
b. Frekuensi
F= petak ditemukannya suatu jenis
seluruh petak contoh (3-3)
FR= Frekuensi suatu jenis
Frekuensi seluruh jenis×100 (3-4)
c. Indeks Nilai Penting (INP)
INP=KR+FR (3-5)
H’ = Indeks KeanekaragamanShannon
ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah total individu semua jenis
Menurut Fachrul (2008), besarnya indeks keanekaragaman jenis dapat didefinisikan sebagai berikut:
1) Nilai H'≥ 3 menunjukan bahwa keanekaragaman jenis pada suatu lokasi adalah melimpah tinggi.
9
2) Nilai 1 ≤ H’ < 3 menunjukan bahwa keanekaragaman jenis pada suatu lokasi adalah melimpah sedang.
3) Nilai H' < 1 menunjukan bahwa keanekaragaman jenis pada suatu lokasi adalah sedikit atau rendah.
e. Indeks Kemerataan
e
=
H'ln S (3-7)
Keterangan:
e = Indeks Kemerataan H’= Indeks Keanekaragaman S = Jumlah seluruh spesies
Magurran (1988) dalam Hilwan et al. (2013) menggolongkan besaran indeks kemerataan menjadi 3 kategori, yaitu:
1) Nilaie< 0,3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah. 2) Nilai 0,3≤e< 0,6 menunjukkan kemerataan jenis tergolong sedang. 3) Nilaie> 0,6 menunjukkan kemerataann jenis tergolong tinggi.