Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
KATA PENGANTAR
Program KINERJA adalah program bantuan teknis dari United State Agency for International Development (USAID) yang berfokus pada tata kelola peningkatan pelayanan publik di Indonesia. Dihibahkan dalam bentuk Cooperative Agreement nomor AID-497-A-10-00003 kepada RTI International dan lima konsorsiumnya, yakni The Asia Foundation (TAF), Social Impact (SI), SMERU Research Institute, Gadjah Mada University (UGM), and Partnership for Governance Reform (Kemitraan) dengan periode implementasi sejak tanggal 30 September 2010 hingga 28 February 2015.
KINERJA dikembangkan berdasarkan asumsi pembangunan dan menargetkan perbaikan pelayanan public di tiga sektor utama yaitu pendidikan, kesehatan dan iklim usaha yang baik (BEE). Kegiatan yang dilakukan oleh Kinerja mencakup pelayanan publik dari sisi permintaan dan penawaran, dan bertujuan untuk memperkuat mekanisme pertanggungjawaban sehingga pemerintah daerah dapat menjawab kebutuhan masyarakat dengan lebih baik lagi. Kinerja juga bekerja melalui lembaga-lembaga lokal untuk membangun kapasitas mereka dan mendorong kemitraan yang berkelanjutan.
Program KINERJA bekerja di Provinsi Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat, untuk 20 kabupaten/kota yang berminat melaksanakan program dengan metode pemilihan secara acak.
Dalam melaksanakan bantuan teknis di Kabupaten/kota, KINERJA bekerja sama dengan Organisasi Mitra pelaksana (OMP) di masing-masing Provinsi yang diharapkan OMP ini selanjutnya kan tetap bermitra dan mendampingi Kab/kota di Jawa Timur dalam melaksanakan pendekatan Program KINERJA.
Adapun tujuan pembuatan modul ini didasari dari kebutuhan yang kami lihat di lapangan selama berinteraksi dengan para OMP yang bekerja sama dengan KINERJA. Atas dasar tersebut, kami berinisiatif menyiapkan modul lengkap untuk dijadikan panduan atau referensi bagi organisasi mitra maupun organisasi lain dalam meningkatkan kapasitas organisasi mitra untuk memgembangkan materi pelatihan dan teknik fasilitasi menangkap peluang mengelola program peningkatan kapasitas SDM baik dari Donor tertentu, pihak Pemerintah maupun pihak swasta.
Modul yang berjudul “Pengembangan Kurikulum dan Teknis Fasilitasi ” yang mencakup potret diri, Apa dan Mengapa Fasilitasi (memahami fasilitasi dan nilai-nilai partisipasi); Rumah fasilitasi dan Sikap Dasar fasilitasi; Ketrampilan komunikasi non verbal dan verbal, karena bagian-bagian tersebut adalah hal penting yang diperlukan oleh pihak organisasi masyarakat dalam pengembangan materi pelatihan dan teknik fasilitasi sehingga diharapkan modul ini dapat bermanfaat bagi organisasi baik yang baru berdiri maupun yang telah berjalan guna menyempurnakan sistem dan proses yang ada.
Evaluasi Pelatihan 6
Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan 14
Pemetaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan 30
Rencana Pembelajaran 38
Syllabus TOT Curriculum Development and Effective Facilitation (Hari Ke-1) 53
Pembelajaran Orang Dewasa 54
Analisis Kebutuhan Pelatihan 66
Syllabus TOT Curriculum Development and Effective Facilitation (Hari Ke-3) 79
Potret Diri 80
Kompetensi Dasar Fasilitator dan Pelatih 82
Pengetahuan dan Sikap Dasar Fasilitator 84
Keterampilan Dasar Fasilitator 86
Mengelola Dinamika Kelompok 90
Menyiapkan Kegiatan Fasilitasi/Pelatihan 92
Model Evaluasi Fasilitasi/Pelatihan 94
Syllabus TOT Curriculum Development and Effective Facilitation (Hari Ke-4) 97
Menyiapkan Kegiatan Fasilitasi/Pelatihan 98
Bahan Bacaan Pelatihan Fasilitasi yang Efektif 112
Sesi 1: Potret Diri 112
- Bahan Presentasi 114
Sesi 2: Apa dan Mengapa Fasilitasi 116
- Bahan Presentasi 119
Sesi 3: Rumah Fasilitasi dan Sikap Dasar Fasilitator 123
- Bahan Presentasi 125
Sesi 4: Ketrampilan Komunikasi Non Verbal 128
- Bahan Presentasi 129
Sesi 6: Ketrampilan Mengelola Dinamika Kelompok 147
- Bahan Presentasi 154
DAFTAR PUSTAKA 164
BAHAN DI CD 165
pelatihan.
Pokok Bahasan
• Membuat evaluasi pelatihan
Metode
• Sharing/Brainstorming
• Penugasan kelompok • Pleno
Alat dan bahan
• Kertas lipchart,
• Kertas potong, • Kertas hvs, • Spidol warna, • Plakban, • LCD projector, • Komputer, • Slide.
Peserta
mampu
merancang
bentuk evaluasi
Waktu
• 90 menit
Proses Fasilitasi
No Langkah Bahan Waktu
1 Fasilitator menjelaskan tujuan/capaian sesi:
• Peserta mampu menjelaskan tipe dan tujuan evaluasi pelatihan
• Peserta mampu merancang bentuk evaluasi pelatihan sesuai dengan sasaran dan tujuan pelatihan
5 menit
2 Fasilitator meminta peserta membentuk 3-4 kelompok dan masing-masing mendiskusikan “Bagaimana cara melakukan evaluasi pelatihan selama ini?.
Kertas lipchart, spidol 15 menit
3 Fasilitator meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya
15 menit
4 Fasilitator kemudian menjelaskan bagaimana melakukan evaluasi dan prinsip-prinsip evaluasi untuk pelatihan menggunakan pendekatan orang dewasa.
Slide evaluasi, fungsi evaluasi dan evaluasi pelatihan orang dewasa
15 menit
5 Peserta diminta untuk menyusun model atau contoh evaluasi tujuan, evaluasi sasaran dan monitoring
15 menit
6 Peserta diminta untuk mempresentasikan hasilnya 15 menit
7 Fasilitator menegaskan bahwa jawaban peserta dengan kembali menyampaikan prinsip-prinsip evaluasi pelatihan dan beberapa contoh.
Kertas lipchart, spidol 10 menit
Mengukur sejauhmana sasaran dan tujuan
pelatihan tercapai
Fungsi Evaluasi
Tahapan Evaluasi Waktu
Proses Dilihat selama proses pelaksanaan proses pelatihan
Out put Dilihat setelah selesai pelatihan
Out come Dilihat setelah penerapan hasil pelatihan Impact Dilihat perubahan yang terjadi di organisasi
akibat penerapan hasil pelatihan
Evaluasi untuk pelatihan orang dewasa
• Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran/pelatihan.
• Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation).
• Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat. • Evaluasi ditujukan untuk menilai efektiitas dan eisiensi penyelenggaraan
program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program. • Menilai efektiitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan
Bahan Bacaan
Pelatihan dilakukan sebagai kegiatan yang merupakan bagian dari pengelolaan sumberdaya manusia, pengembangan organisasi atau
merupakan bagian dari suatu proyek atau program. Karena itu menjadi penting untuk melakukan evaluasi atas pelatihan sehingga bisa diketahui sejauhmana pelatihan membantu pencapaian atas pengembangan SDM, pencapaian tujuan proyek/ program atau pencapaian tujuan organisasi.
Evaluasi Pelatihan berfungsi untuk mengukur sejauhmana sasaran dan tujuan pelatihan tercapai. Pengukuran atau evaluasi terhadap tingkat
pencapaian sasaran pelatihan dilakukan pada akhir pelatihan. Sedangkan evaluasi atas tujuan pelatihan dilakukan setelah warga belajar atau peserta pelatihan menerapkan hasil pelatihan dalam dunia kerja atau pemanfaatan hasil pelatihan dalam kehidupan nyata mereka. Secara harian, evaluasi juga bisa dilakukan untuk melihat proses pelatihan tiap hari mencapai out put sebagaimana yang telah direncanakan serta perkembangan peserta pelatihan. Evaluasi secara harian tersebut biasa disebut sebagai monitoring.
Tujuan atas evaluasi sasaran pelatihan sangat dipengaruhi oleh siapa pengguna evaluasi, yaitu peserta pelatihan, pelatih/fasilitator dan penyeelenggara pelatihan. Masing-masing mempunyai kepentingan atas tujuan evaluasi.
untuk mengukur sejauhmana perubahan sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang didapatkan selama pelatihan sehingga membantu yang bersangkutan mencapai tujuan dirinya mengikuti pelatihan. Pelatih atau fasilitator mempunyai tujuan untuk mengukur sejauhmana materi, metode dan teknik yang dipakai dalam pelatihan efektif untuk mencapai tujuan pelatihan. Evaluasi bagi penyelanggara pelatihan bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan atas penyelenggaraan pelatihan yang meliputi kepanitiaan, administrasi, konsumsi dan akomodasi serta kemampuan pelatih.
Monitoring atau evaluasi harian akan membantu pelatih atau fasilitator memperbaiki metode, teknik, media, jadwal atau posisi tempat duduk peserta sehingga pelatihan hari berikutnya akan lebih efektif lagi.
Evaluasi harus dirancang untuk mengkritik kegiatan atau program belajar dari 4 elemen penting: program, warga belajar, pelatih/fasilitator, dan hasil di pekerjaan. Proses evaluasi harus mulai dengan pengumpulan data dengan menggunakan kuisoner, wawancara, tes, dan observasi. Kemudian, informasi yang dikumpulkan harus dianalisis dan ditafsirkan dan ditarik kesimpulan. Interpretasi dan kesimpulan ini, yang harus dicatat, merupakan dasar untuk keputusan program berikutnya.
pembelajaran, dan mengukur nilai dan kegunaan isi program pembelajaran. Warga belajar harus diminta untuk mengevaluasi fasilitator dalam beberapa bidang, diantaranya adalah kejelasan sasaran dan capain pelatihan, pengelolaan kelas dan kemampuan memberikan materi.
Empat jenis evaluasi harus dilakukan untuk mengevaluasi warga belajar:
1. Reaksi: Seberapa baik warga belajar menyukai program tersebut?
2. Belajar: Prinsip-prinsip, fakta, dan teknik apa yang dipahami dan diamati oleh warga belajar? 3. Perilaku: Apakah pelatihan menyebabkan
perubahan langsung dalam perilaku? 4. Hasil: Apakah organisasi menjadi meningkat
(keuntungan, eisiensi) sebagai akibat dari pelatihan?
Hasil dapat mencakup volume penjualan, biaya reduksi langsung, kualitas kerja, tingkat kecelakaan, kemangkiran, tingkat penggantian (turnover), keluhan pelanggan, hubungan masyarakat, dan pelanggan baru. Singkatnya, evaluasi pembelajaran dilakukan sebagai cara untuk mengkritik setiap elemen program untuk meningkatkan, menilai dan mereviewnya.
Evaluasi ke empat tersebut merupakan evaluasi tujuan pelatihan dan karena baru bisa dinilai setelah
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan untuk pelatihan menggunakan pendekatan orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
• Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran/pelatihan. • Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui
pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation).
• Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan.
• Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.
• Evaluasi ditujukan untuk menilai efektiitas dan eisiensi penyelenggaraan program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program.
Menyusun Tujuan
Sasaran
Pelatihan
Pokok Bahasan
• Menyusun tujuan dan sasaran pelatihan
Metode :
• Penugasan kelompok • Brainstorming
• Pleno
Alat dan bahan
• Kertas lipchart, • Kertas potong, • Kertas hvs, • Spidol warna, • Plakban,
• Slide Tujuan dan sasaran pelatihan 1-11, • LCD Projector,
• Komputer.
Peserta
mampu menyusun
tujuan
dan sasaran
pelatihan
Waktu
• 110 menit
Proses Fasilitasi
No Langkah Bahan Waktu
1 Fasilitator menjelaskan tujuan sesi “Peserta mampu menyusun tujuan dan sasaran pelatihan berdasar hasil penjajakan kebutuhan pelatihan.
5 menit
2 Fasilitator menanyakan kepada peserta “Bagaimana pemanfaatan hasil penjajakan kebutuhan pelatihan untuk membuat pelatihan”.
Kertas lipchart, spidol 15 menit
3 Fasilitator kemudian menegaskan hubungan antara hasil penjajagan kebutuhan dengan disain pelatihan.
Slide Hubungan hasil penjajakan dan disain
pelatihan
15 menit
4 Fasilitator menjelaskan tentang pengertian tujuan pelatihan, sasaran pelatihan, hierarki tujuan, perbedaan sasaran dan tujuan pelatihan serta ciri-ciri sasaran yang baik serta contohnya.
Slide sasaran, perbedaan sasaran dan
tujuan, hierarki tujuan
25 menit
5 Fasilitator meminta peserta berkumpul dalam kelompok, masing-masing kelompok berisi 4-5 orang. Setiap kelompok menyusun satu contoh tujuan pelatihan dan satu sasaran.
Kertas lipchart, spidol 20 menit
6 Fasilitator meminta setiap kelompok memprentasikan tujuan yang telah dibuat dan kelompok lain memberikan tanggapan dan koreksi.
Kertas lipchart, spidol, hasil kerja kelompok
25 menit
7 Fasilitator menegaskan kembali pengertian dan hierarki tujuan serta menyampakan bahwa tahap berikutnya akan membahas tentang materi dan capaian tiap materi.
Slide hierarki tujuan 5 menit
Tujuan dan sasaran pelatihan
Karakter warga belajar
Program yang dibutuhkan
Pengetahuan ketrampilan da sikap
yang diperlukan
Penyebab rendahnya kinerja
Analisa tugas
Hubungan hasil penjajakan kebutuhan pelatihan dan disain pelatihan
Tujuan dan sasaran pelatihan
Isi atau materi pelatihan
Metode dan Teknik
Waktu
Lokasi dan Peralatan
Disain
Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan adalah apa yang
akan dicapai setelah peserta pelatihan
menerapkan hasil pelatihan
di lingkungan kerjanya.
Sasaran pelatihan
Sasaran pelatihan menjelaskan secara spesiik apa
yang akan
langsung dicapai atau dihasilkan oleh
warga belajar setelah pelatihan selesai
sehingga
mereka akan mampu mencapai tujuan pelatihan.
Tujuan dan sasaran pelatihan
Sasaran pelatihan
• Sasaran yang baik adalah mampu menunjukkan
Tujuan dan sasaran pelatihan
Tujuan Pelatihan
Tujuan dan sasaran pelatihan
Ciri-ciri Sasaran yang baik
Sasaran pelatihan pada tiga lingkup perilaku,
yaitu:
Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran pelatihan
Sasaran pelatihan
Hal Sasaran Tujuan
Waktu pencapaian Selesai pelatihan. Setelah menerapkan hasil pelatihan.
Hal yang dicapai A Sikap, pengetahuan, ketrampilan yang dimiliki peserta pelatihan setelah pelatihan selesai.
Masalah yang diatasi oleh peserta pelatihan dengan kemampuan (sikap,
pengetahuan, ketrampilan) dari pelatihan.
Tanggungjawab Trainer (fasilitator),
Tujuan dan sasaran pelatihan
Tujuan dan sasaran pelatihan
1. Tingkat Pengetahuan
menghitung mendaftar memanggil kembali
membatasi nama mengenali
menggambar menunjuk merekam
mengidentiikasi mengambil istilah mengulang
mengindikasikan membaca menyatakan
menabulasikan melacak menulis
Contoh sasaran
Psikomotorik (Ketrampilan)
2. Tingkat Pemahaman
menggabungkan membandingkan menghitung mengkontraskan mendeskripsikan membedakan
membedakan memperkirakan mengekstrapolasi
menginterpretasikan mengelompokkan membandingkan
Contoh sasaran
Tujuan dan sasaran pelatihan
3. Tingkat Penerapan
menerapkan menghitung menyelesaikan
mengilustrasikan mempraktekkan mengunakan
memakai menyelesaikan mendemonstrasikan
memperkerjakan menguji mengurutkan
Contoh sasaran
Psikomotorik (Ketrampilan)
4. Tingkat Analisis
menggolongkan menghubungkan mentransformasikan
merangkum membangun mendeteksi
menganalisis menyimpulkan memisahkan
menjelaskan menyelidiki membagi
Contoh sasaran
Bahan Bacaan
Pada tahap sebelumnya, penjajakan kebutuhan pelatihan (training need assessment/TNA) telah dilakukan. Dari hasil penjajakan kebutuhan pelatihan telah dihasilkan berbagai informasi karakteristik calon peserta pelatihan, kesenjangan atas sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang ada sehingga kinerja ingin ditingkatkan serta berbagai informasi yang telah diolah untuk membantu menyusun pelatihan ini.
Hasil dari penjajakan kebutuhan kemudian menjadi bahan untuk atau menentukan disain suatu pelatihan. Secara garis besar hubungan antara penjajakan kebutuhan dan desain pelatihan dapat dilihat dalam gambar: Fase penyusunan desain
Orang dewasa sering memandang harga dirinya sejalan dengan situasi kelas, dan mereka cenderung merasa secara pribadi salah pada saat membuat kesalahan. Jadi, program dan kegiatan pelatihan harus dirancang untuk meminimalkan rasa malu pribadi dan perasaan kekurangan.
Berdasarkan hasil analisa penjajakan kebutuhan maka untuk menyusun suatu pelatihan dilanjutkan dengan tahapan menyusun tujuan dan sasaran pelatihan. Tujuan dan sasaran pelatihan menjadi penting karena akan membantu :
1. Dalam proses penyusunan kurikulum pelatihan akan membantu penyusun/designer pelatihan membuat kurikulum seperti yang diharapkan. 2. Bagi organisasi dari orang yang dilatih
mengetahui apa yang akan dicapai oleh peserta
Karakter warga belajar
Program yang dibutuhkan Pengetahuan ketrampilan da sikap
yang diperlukan
Penyebab rendahnya kinerja
Analisa tugas
Tujuan dan sasaran pelatihan
Isi atau materi pelatihan
Metode dan Teknik
Waktu
Lokasi dan Peralatan
pelatihan dan manfaat bagi organisasi serta kemungkinan dampak bagi organisasinya.
Secara spesiik tujuan pelatihan dibuat agar peserta pelatihan dan organisasi pengirim atau organisasi tempat peserta bekerja mengetahui perubahan apa yang diharapkan sebagai akibat penerapan hasil pelatihan di lingkungan kerjanya. Dengan demikian tujuan pelatihan harus sesuai dengan dan mendukung apa yang ingin dicapai oleh organisasi atau program dan proyek.
Tujuan pelatihan pelatihan sendiri secara singkat adalah apa yang akan dicapai setelah peserta pelatihan menerapkan hasil pelatihan di lingkungan kerjanya.
Tujuan pelatihan baru akan dicapai dan kelihatan setelah peserta pelatihan menerapkan hasil pelatihan dalam dunia kerja mereka. Jika peserta pelatihan tidak menerapkan maka tujuan pelatihan tidak akan tercapai. Demikian halnya jika peserta pelatihan akan menerapkan hasil pelatihan, namun supervisor atau organisasi tidak mendukung untuk penerapan hasil pelatihan maka tujuan pelatihan juga tidak akan tercapai. Jadi pencapaian tujuan pelatihan bukan hanya berdasarkan hasil pelatihan, namun juga sangat ditentukan oleh penerapan hasil pelatihan oleh peserta pelatihan dan dukungan supervisor serta organisasi untuk penerapan hasil pelatihan tersebut.
menjelaskan secara spesiik apa yang akan langsung dicapai atau dihasilkan oleh warga belajar setelah pelatihan selesai sehingga mereka akan mampu mencapai tujuan pelatihan.
Sasaran pelatihan harus merupakan turunan dari tujuan pelatihan atau dalam bahasa lain sasaran pelatihan harus mendukung pencapaian dari tujuan pelatihan. Dan sasaran pelatihan hasil secara spesiik mencantumkan indikator pencapaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang akan dicapai setelah peserta pelatihan mengikuti pelatihan.
Sasaran ini membantu penyusun pelatihan untuk membuat kurikulum yang sesuai dengan perubahan atau capaian yang diinginkan. Bagi peserta dan organisasi pengirim peserta pelatihan juga akan membantu mengetahui sejauhmana pelatihan tersebut akan membantu meningkatkan kompetensi stafnya sehingga akan meningkatkan efektiiktas dan eisiensi organisasi dalam mencapai tujuan.
Karena meruapakan turun dari tujuan, maka sasaran harus lebih operasional dibandingkan dengan tujuan. Dan sasaran yang baik adalah mampu menunjukkan hasil pembelajaran dan terukur.
mengetahui mempercayai
memahami mempunyai keyakinan pada
menghargai menyadari
menikmati mengambil kepentingan dari
Pengetahuan, pemahaman, dan penghargaan, sebagai tujuan, merupakan hal yang sulit untuk diukur, atau malah tidak mungkin. Cara terbaik untuk mengkomunikasikan tujuan seperti itu adalah menjelaskan perilaku warga belajar yang diinginkan dalam bentuk kata-kata yang cukup spesiik untuk mengurangi interpretasi individual, yang disebut “kata-kata tindakan” (action words). Contoh-contoh di Tabel 3 dapat dipakai untuk menulis
tujuan dan sasaran, yang menjelaskan apa yang harus dilakukan warga belajar pada setiap tingkat perilaku dibawah lingkup kognitif (Tabel 2). Kata-kata tersebut harus mencakup jenis pembelajaran, perilaku yang dapat diamati yang akan menunjukkan bahwa telah terjadi proses pembelajaran, tingkat kinerja, dan kondisi dimana proses belajar akan diukur.
Tabel 2: Lingkup dan Tingkat Perilaku untuk Menentukan Tujuan Pembelajaran
Lingkup Psikomotor
1. Persepsi. Menjadi sadar akan obyek, kualitas, atau hubungan melalui indera.
2. Set. Pengaturan persiapan atau kesiapan untuk suatu jenis kegiatan atau pengalaman tertentu. 3. Tanggapan Terbimbing. Tindakan yang jelas dari seorang warga belajar dibawah bimbingan
seorang instruktur.
4. Mekanisme. Tanggapan yang diinginkan menjadi kebiasaan.
5. ReFasilitatoron yang Nyata dan Rumit. Menunjukkan suatu tindakan yang memerlukan suatu pola gerakan yang rumit.
Lingkup Afektif
1. Menerima. Kemauan untuk menerima informasi: sikap menerima terhadap konsep, gagasan, atau masalah.
2. Menanggapi. Berpartisipasi dalam diskusi, membaca, atau kegiatan lain: berreaksi dengan sesuatu cara.
4. Organisasi. Menyamakan nilai-nilai yang berlainan, mengatasi konlik antar mereka, dan
membangun suatu sistem nilai internal yang konsisten.
5. Karakterisasi dengan nilai. Memperbolehkan sistem nilai seseorang untuk mengontrol perilaku seseorang dan menentukan gaya hidup seseorang, yang berakibat pada perilaku yang konsisten dan bisa diperkirakan.
Lingkup Kognitif
1. Pengetahuan. Mengingat materi yang telah dipelajari terdahulu: mengambil materi dari fakta khusus untuk membuat teori menjadi komplit.
2. Pemahaman. Mengambil arti materi: mampu untuk menerjemahkan materi dari satu bentuk ke bentuk lain, untuk menafsirkan materi, dan memperkirakan kecenderungan masa depan. 3. Penerapan. Menggunakan materi yang sudah dipelajari dalam situasi yang baru dan nyata:
mampu menerapkan aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, undang-undang, dan teori. 4. Analisis. Merinci materi ke dalam bagian komponennya: mampu mengidentiikasi
bagian-bagian, menganalisis hubungan antar bagian-bagian, dan mengenali prinsip-prinsip organisasi yang terlibat. 5. Sintesis. Mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk suatu keseluruhan yang baru: mampu
menghasilkan suatu komunikasi yang unik (pidato atau presentasi lain), suatu rencana kerja (proposal penelitian), atau serangkaian hubungan abstrak (skema untuk mengklasiikasikan informasi).
6. Evaluasi. Menilai nilai materi untuk maksud tertentu: penilaian berdasar pada kriteria tertentu.
Tabel 3: Perilaku Khusus dalam Lingkup Kognitif
1. Tingkat Pengetahuan
menghitung mendaftar memanggil kembali
membatasi nama mengenali
2. Tingkat Pemahaman
menggabungkan membandingkan menghitung
mengkontraskan mendeskripsikan membedakan
membedakan memperkirakan mengekstrapolasi
menginterpretasikan mengelompokkan membandingkan
3. Tingkat Penerapan
menerapkan menghitung menyelesaikan
mengilustrasikan mempraktekkan mengunakan
memakai menyelesaikan mendemonstrasikan
memperkerjakan menguji mengurutkan
4. Tingkat Analisis
menggolongkan menghubungkan mentransformasikan
merangkum membangun mendeteksi
menganalisis menyimpulkan memisahkan
menjelaskan menyelidiki membagi
5. Tingkat Sintesis
mengatur mengkombinasikan menciptakan
merancang mengembangkan merumuskan
menggeneralisasi membangun memadukan
mengorganisir merencanakan meyiapkan
mewajibkan menghasilkan mengusulkan
6. Tingkat Evaluasi
menilai menjajagi mengkritik
menentukan mengevaluasi memberi tingkatan
menilai mengukur membuat peringkat
Mempersiapkan Pelatihan
Partisipatif
Dalam identiikasi kebutuhan pelatihan (training need assessment/TNA) Sebagai langkap berikutnya dalam mempersiapkan pelatihan setelah identiikasi kebutuhan pelatihan, ada beberapa langkah penting dalam mempersiapkan suatu pelatihan yang perlu ditempuh oleh seorang fasilitator. Langkah-langkah tersebut mencakup:
• Identiikasi Kebutuhan dan Tingkat Kebutuhan. Langkah pertama adalah
menemukenali atau menjajaki dan mengetahui kebutuhan pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Banyak metoda dan teknik yang dapat dipergunakan untuk langkah ini. Langkah ini bersifat mutlak dan esensial. Langkah ini merupakan langkah yang paling kritis dan menentukan langkah selanjutnya.
• Identiikasi Faktor Pendukung dan Sumber daya lainnya. Mengidentiikasi berbagai faktor, baik yang mendukung maupun yang menghambat yang perlu diantisipasi oleh fasilitator serta sumberdaya lainnya, antara lain meliputi:
○ Mengetahui latar belakang peserta pelatihan (siapa pesertanya, berapa jumlahnya, posisi, peran dan tugas dalam lembaga dan
○ Jika pelatihan ataupun lokakarya itu adalah bagian dari sebuah program yang lebih besar, apa aktiitas-aktiitas pelatihan yang sudah dilakukan sebelumnya dan apa yang akan dilakukan setelah pelatihan ini dilakukan.
○ Besar-kecilnya dana yang tersedia untuk penyelenggaraan pelatihan tersebut.
○ Mengetahui apakah ada batasan-batasan tertentu atau bagian-bagian tertentu yang harus dihindari.
○ Mencari dan menemukan perbedaan-perbedaan ilosoi dasar di antara fasilitator dengan pelaksana pelatihan dan melihat apakah fasilitator bisa bekerja dengan mereka. (Jika tidak, barangkali mereka seharusnya mempertimbangkan untuk mencari fasilitator yang berbeda lainnya).
• Merumuskan Tujuan dan Sasaran Pelatihan. Mengetahui secara tepat apa yang ingin dicapai atau tujuan yang ingin dicapai. Rumuskan tujuan dan sasaran pelatihan secara tepat. Hendaknya dalam menyusun dan merumuskan sasaran perlu dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang konkrit yang dapat diamati.
Beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun dan mengembangkan bahan pelatihan adalah:
○ latar belakang peserta pelatihan yang berbeda (umur, pengalaman, pendidikan, posisi dan lain sebagainya)
○ waktu yang tersedia, dan lingkungan dimana fasilitator harus bekerja
○ kemampuan fasilitator sendiri.
• Membangun hubungan logis dan mengarah ke tujuan. Memastikan bahwa segala sesuatu yang tertuang dalam agenda pelatihan mempunyai hubungan-hubungan yang logis dengan tujuan itu. Dalam menentukan agenda, pastikan bahwa antara satu hal dengan hal yang lain mempunyai hubungan yang jelas dan logis.
• Merumuskan materi dan muatan dalam urutan yang logis. Rumuskan dan susunlah materi dan muatan (atau bahan pembelajaran) tersebut di atas dalam rangkaian dan urutan yang logis. Hendaknya juga ada gerak maju yang logis dari satu pokok agenda ke agenda berikutnya.
• Merencanakan dan memperkirakan kebutuhan waktu yang sesuai. Pada saat anda mempunyai ide tentang isi pertemuan atau pembahasan, usahakan untuk menetapkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk setiap bagian. Adalah merupakan suatu ide yang
bisa dipersingkat atau ditinggalkan bila waktu mulai habis ? Aturannya disini ialah membuat agenda anda leksibel.
• Pikirkan dan susunlah langkahlangkah yang tepat. Rencanakan suatu variasi dalam langkah-langkah. Orang dapat memberikan perhatian untuk waktu yang lebih panjang jika ada terjadi pergantian langkah-langkah sesekali. Diskusi-diskusi yang lama dan panjang bisa membuat orang menjadi bosan.
Pemetaan
Faktor-Faktor yang
Faktor yang
Mempengaruhi
Pelatihan
pelatihan.
Pokok Bahasan
• Memetakan faktor yang mempengaruhi pelatihan.
Metode
• Sharing
• Penugasan kelompok • Pleno
Alat dan bahan
• Kertas lipchart, • Kertas potong, • Kertas hvs, • Spidol warna,
Peserta mampu
memetakan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pelaksanaan
• Komputer
• Slide 1-8 Pemetaan faktor berpengaruh pada pelatihan
No Langkah Bahan Waktu
1 Fasilitator menjelaskan tujuan/capaian sesi: • Peserta mampu memetakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan pelatihan • Peserta mampu menyusun strategi untuk
memanfaatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan
5 menit
2 Fasilitator menanyakan kepada peserta “Apa saja yang berpotensi mempengaruhi keberhasilan pelaksanan pelatihan, selain tujuan, sasaran, materi, metode, serta bahan training?” Fasilitator mencatat inti jawaban tiap peserta dalam kertas potong dan menempelkan di lipchart.
Kertas potong, plakban, spraymount. Glue tag
10 menit
3 Fasilitator kemudian menghubungkan jawaban peserta dengan slide 1 Pemetaan faktor berpengaruh pada pelatihan.
Slide 1. LCD projector, komputer
10 menit
4 Fasilitator meminta peserta dalam kelompok mendiskusikan “Apa pengaruh dari masing-masing faktor terhadap pelatihan?” Masing-masing kelompok mendiskusikan satu faktor.
20 menit
5 Masing-masing kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasilnya. Masing-masing maksimal 5 menit.
30 menit
6 Fasilitator kemudian menegaskan hasil diskusi kelompok dengan menjelaskan slide 2 – 8 Pemetaan faktor
Slide 2-8, LCD projector, komputer
10 menit
Waktu
• 90 menit
Faktor yang mempengaruhi pelatihan
Team fasilitator dan organisasi penyelenggara
Peserta
Kegiatan atau program lain
Pelatihan
Lokasi dan
peralatan Ketersediaan dana
Waktu yang tersedia
Pemetaan faktor yang mempengaruhi pelatihan 1
Kegiatan/Program lain
Pemetaan faktor yang mempengaruhi pelatihan 3
Tim pelatih dan organisasi
penyelenggara
Pelatihan A
Pengembangan organisasi
Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat Pelatihan
apakah merupakan bagian kecil dari program? Kegiatan apa yang akan dilakukan pasca pelatihan
• Sejauhmana anggota team pelatihan mempunyai kompetensi dan ilosoi yang sama dalam memberikan pelatihan.
• Sejauhmana organisasi penyelenggara mempunyai iosoi
Peralatan dan lokasi
Pemetaan faktor yang mempengaruhi pelatihan 1
Pemetaan faktor yang mempengaruhi pelatihan 6
Peralatan dan lokasi
• Lokasi: semakin dekat dengan tempat tinggal peserta atau pusat keramaian akan berpotensi mendorong peserta mencari waktu untuk memanfaatkan hal itu.
• Peserta tinggal di lokasi yang sama dengan tempat pelatihan akanmampu mengoptimalkan waktu yang tersedia untuk pelatihan. • Bentuk dan luasan ruang akan mempengaruhi dalam menggunakan
metode/teknik dan juga model duduk peserta.
• Ruangan yang sejuk, tidak bising, terang akan membantu kenyamanan proses belajar.
Waktu yang tersedia
Pemetaan faktor yang mempengaruhi pelatihan 7
Ketersediaan dana
Ketersediaan dana mempengaruhi ketersediaan waktu dan ketersediaan peeralatan dan ruang serta kualitas pelatih. Lebih lanjut ketersediaan dana akan mempengaruhi semua proses pelatihan.
Berapa lama waktu yang tersedia untuk pelatihan akan mempengaruhi:
• Tingkat capaian sasaran
• Materi yang diberikan dan tingkat out
put yang dicapai
Peserta mampu
menjelaskan
hubungan rencana
pembelajaran dengan
tujuan dan sasaran
pelatihan.
pelatihan.
• Peserta mampu merancang rencana pembelajaran.
Pokok Bahasan
• Menyusun Rencana Pembelajaran
Metode
• Sharing,
• Penugasan kelompok, • Penugasan individu, • Pleno.
Alat dan bahan
• Plakban • LCD projector, • Komputer
• Slide 1-11 Menyusun Rencana Pelajaran
No Langkah Bahan Waktu
1 Fasilitator menjelaskan tujuan/capaian sesi:
• Peserta mampu mendiskripsikan isi dari rencana pembelajaran.
• Peserta mampu menjelaskan hubungan rencana pembelajaran dengan tujuan dan sasaran pelatihan. • Peserta mampu mampu merancang rencana
pembelajaran.
5 menit
2 Fasilitator mengajak peserta untuk sharing dengan pertanyaan “Setelah mempunyai tujuan dan sasaran, bagaimana pengalaman selama ini untuk menyusunnya menjadi suatu pelatihan?”.
Kertas lipchart, spidol 20 menit
3 Fasilitator kemudian menjelaskan kepada peserta bahwa langkah berikutnya adalah menentukan materi apa saja yang harus diberikan dalam pelatihan untuk mencapai sasaran dan menjelaskan slide 1-4 Menyusun Rencana Pembelajaran.
10 menit
4 Fasilitator kemudian menjelaskan penyusunan out put dan metode menggunakan slide 5-10.
25 menit
5 Fasilitator menanyakan siapa yang sudah tahu masing-masing metode tersebut? Fasilitator kemudian meminta
25 menit
Waktu
• 180 menit
No Langkah Bahan Waktu
6 Fasilitator kemudian menjelaskan bentuk akhir rencana pembelajaran.
Slide sasaran, perbedaan sasaran dan
tujuan, hierarki tujuan
25 menit
7 Fasilitator meminta peserta membuat 4 kelompok dan masing-masing peserta membuat rencana pelajaran untuk materi “Pemetaan faktor pendukung pelatihan”
Kertas lipchart, spidol 40 menit
8 Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan hasilnya dan fasiitator memberi masukan untuk setiap kelompok.
Flipchart, spidol 25 menit
9 Fasilitator menegaskan bahwa sesi berikutnya membahas “Faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan”.
Bahan Presentasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih materi
• Hubungan yang logis dengan sasaran
• Hubungan yang logis antar materi
• Waktu yang tersedia
• Kemampuan fasilitator/pelatih
Menyusun rencana pembelajaran
Menyusun rencana pembelajaran
Menyusun rencana pembelajaran
Menyusun rencana pembelajaran 3
Capaian/
Out put
materi
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun capaian/out put materi: • Ketersediaan waktu untuk setiap materi.
• Seberapa besar rnendukung pencapaian sasaran pelatihan. • Kaitan dengan pencapaian materi yang lain.
Menyusun rencana pembelajaran 5
Metode/Teknik
Menyusun rencana pembelajaran
Menyusun rencana pembelajaran 7
8 • Capaian/out put
Menentukan jenis metode/ teknik yang dipakai untuk mencapai out put.
• Ketersediaan waktu
Waktu yang tersedia menentukan metode atau teknik yang dipakai agar dengan waktu yang ada metode/teknik yang dipakai efektif mencapai out put.
Metode/Teknik
• Ketersediaan sarana dan
prasarana
Ketersediaan peralatan untuk memfasilitasi penting diperhatikan dalam memilih suatu teknik, termasuk bentuk dan luasan ruangan pelatihan.
• Jenis partisipasi
9
Menyusun rencana pembelajaran
Metode/Teknik
• Kemampuan dan latar belakang peserta
Tingkat kemampuan bahasa, latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaan dan pengetahuan peserta akan materi.
• Jumlah peserta
Jumlah peserta pelatihan mempengaruhi pemilihan metode atau teknik karena berdampak kepada waktu yang dibutuhkan untuk mencapai capaian materi.
Metode
• Diskusi:- Kelompok - Pleno
• Brainstorming
• Buzz group
• Ceramah
• Simulasi
• Demonstrasi
9
Rencana pembelajaran
Tujuan pembelajaran:
• Peserta mampu mendiskripsikan isi dari rencana pembelajaran
• Peserta mampu menjelaskan hubungan rencana pembelajaran dengan tujuan dan sasaran pelatihan • Peserta mampu mampu merancang rencana pembelajaran
Pokok Bahasan:
Menyusun Rencana Pembelajaran
Metode:
Sharing, Penugasan kelompok, Pleno
Alat dan bahan:
- Kertas lipchart - Kertas potong
- Kertas hvs - Spidol warna - Plakban - LCD projector
- Komputer - Side 1-11 Menyusun Rencana Petajaran
Waktu
90 menit
Proses fasilitasi:
No Langkah Bahan Waktu
1 Fasilitator menjelaskan tujuan/capaian sesi:
• Peserta mampu mendiskripsikan isi dari rencana pembelajaran. • Peserta mampu menjelaskan hubungan rencana pembelajaran
dengan tujuan dan sasaran pelatihan.
• Peserta mampu mampu merancang rencana pembelajaran.
5 menit
2 Fasilitator mengajak peserta untuk sharing dengan pertanyaan “Setelah mempunyai tujuan dan sasaran, bagaimana pengalaman selama ini untuk menyusunnya menjadi suatu pelatihan?”.
Kertas
lipchart,
spidol
Bahan Bacaan
Rencana pembelajaran atau rencana pengajaran menurut Donaldson and Scannell (1986) seccara sederhana merupakan suatu cetak biru pelatihan yang mengidentiikasi lima W dasar (who: siapa, what: apa, where: dimana, when: kapan dan why: mengapa). Jadi hal tersebut mencakup peserta pelatihan (siapa), isi pelatihan (apa), lokasi pelatihan (dimana), pertimbangan waktu yang tersedia (kapan), serta capaian pelatihan (mengapa). Dalam pemilihan format rencana pembelajaran menjadi penting untuk untuk menentukan :
1. Frekuensi penggunaan pengetahuan dan ketrampilan,
2. Kerumitan dalam melaksanakan tugas yang diberikan,
3. Waktu yang tersedia untuk pelajaran, 4. Jumlah peserta pelatihan.
Suatu rencana pelajaran yang lengkap harus mencakup kebutuhan ruangan kelas, alat bantu pelatihan, peralatan, alat tulis, buku pengangan dan referensi. Pengaturan rencana pembelajaran perlu mengkoordinasikan kebutuhan waktu, materi pelatihan, catatan dan penggunaan audiovisual. Informasi akan hal-hak tersebut akan membantu
sasaran pelatihan. Semua isi dan muatan pelatihan harus mengarah kepada pencapaian tujuan dan sasaran pelatihan. Masing-masing materi harus mempunyai hubungan logis dan langsung untuk mencapai sasaran dan tujuan. Selain itu masing-masing materi juga mempunyai keterkaitan yang erat sebagai suatu rangkaian dalam mencapai sasaran dan tujuan.
Dengan demikian menjadi hal penting untuk merumuskan materi dan muatan dalam urutan yang logis. Rumuskan dan susunlah materi dan muatan (atau bahan pembelajaran) tersebut di atas dalam rangkaian dan urutan yang logis. Hendaknya susuanan materi merupakan rangkaian gerak maju yang logis dari satu pokok materi ke materi berikutnya.
Beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun dan mengembangkan isi atau materi pelatihan adalah:
• latar belakang peserta pelatihan yang berbeda (umur, pengalaman, pendidikan, posisi dan lain sebagainya)
• waktu yang tersedia, dan lingkungan dimana fasilitator harus bekerja
• kemampuan fasilitator sendiri.
setiap materi yang disampaikan. Cara dan kriteria penyusunan capaian/hasil sama dan mengikuti penyusunan sasaran pelatihan tentang kejelasan capaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Namun demikian, berikut ini hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menyusun capaian suatu materi yaitu :
1. Ketersediaan waktu untuk setiap materi. 2. Hubungan untuk mendukung pencapaian
sasaran pelatihan
3. Hubungan dengan pencapaian materi yang lain.
Metode Instruksi
Dalam situasi kelas orang dewasa, kunci proses belajar adalah suatu lingkungan nyaman – baik isik dan psikis- dan yang membantu interaksi serta pertukaran pengalaman dan informasi. Orang dewasa membawa banyak pengalaman dari proses perjalanan hidup dan pengalaman kerja diri mereka sebelum pelatihan.
Perlu diperhatikan agar fasilitator tidak terjebak dengan memaksimalkan kontrol dengan memberikan materi sebanyak-banyaknya dengan waktu yang sedikit. Pengetahuan baru yang diberikan dalam pelatihan perlu dipadukan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta pelatihan sebelum mengikuti pelatihan. Pengetahuan dan pengalaman peserta pelatihan dapat dilihat dari hasil penjajakan kebutuhan pelatihan.
1. Capaian materi akan membantu fasilitator menentukan metode dan teknik yang sesuai untuk pencapaian capaian suatu materi. Capaian yang berupa ketrampilan tidak bisa tidak harus menggunakan teknik praktek atau penugasan.
2. Ketersediaan waktu membantu fasilitator untuk memilih teknik atau metode yang paling efektif mencapai capaian materi.
3. Kondisi peserta belajar yang meliputi tingkat kemampuan bahasa, pengalaman bekerja, latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaan dan pengetahuan peserta akan materi yang akan diberikan membantu fasilitator memilih tekik yang eisien membantu peserta mencapai capaian materi.
4. Jumlah peserta pelatihan juga mempengaruhi pemilihan metode atau teknik karena akan berdampak kepada waktu yang dibutuhkan untuk mencapai capaian materi.
5. Ketersediaan peralatan untuk memfasilitasi penting untuk diperhatikan dalam memilih suatu teknik. Termasuk peralatan adalah bentuk dan luasan ruangan pelatihan.
6. Jenis partisipasi yang diinginkan selama pelatihan. Semakin tinggi partisipasi yang diinginkan maka teknik yang dipakai juga hharus yang menjamin semaksimal mungkin semua peserta aktif dalam proses pelatihan.
Metoda Ceramah
Metoda Ceramah seringkali disebut metoda kuliah
(The Lecture Method) merupakan komunikasi satu
arah, penyampaian serangkaian fakta atau informasi mengenai bahasan tertentu. Metoda ceramah merupakan metoda yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak tentang suatu materi pembelajaran tertentu.
Curah Pendapat (
Brainstorming
)
Merupakan proses berbagi ide dan gagasan. Selama berlangsungnya curah pendapat peserta didorong untuk menghasilkan pendapat, gagasan secepat mungkin tanpa perlu memikirkan nilai dari pada pendapat itu. Hal yang dicari adalah ide sebanyak-banyaknya dan belum kepada kualitas ide.
Dalam curah pendapat tidak dibenarkan adanya kritik ide-ide yang disampaikan agar imajinasi berkembang dan berjalan sejauh mungkin. Setelah dilakukan curah pendapat selesai baru kemudian dilanjutkan dengan tahap analisa terhadap ide-ide tersebut.
Metoda Diskusi
Metoda Diskusi merupakan metode dapat mendorong berpartisipasi aktif peserta untuk
Diskusi dalam pelatihan:
○ Diskusi dilakukan dalam suasana santai dan informal
○ Tugas, pertanyaan atau bahan diskusi dibuat secara tertulis.
○ Sebelum diskusi, fasilitator memberi pengantar atas tugas, capaian serta waktu yang dibutuhkan untuk diskusi.
○ Sebelum diskusi dilaksanakan, ditetapkan dulu siapa ketua dan penulis dalam diskusi.
○ Sediakan ruangan dengan tempat duduk serta perlengkapan yang memadai untuk pelaksanaan diskusi.
Beberapa bentuk diskusi diantaranya adalah:
• Diskusi Kelompok (
Group Discussion
)
Diskusi Kelompok adalah upaya pembahasan atas suatu permalahan atau topik dengan 4-8 peserta. Tujuan diskusi kelompok adalah semakin banya orang untuk aktif berpendapat dalam proses belajar atau diskus.
• Diskusi Pleno
2 atau 3 orang dari luar atau dari peserta pelatihan itu sendiri diminta untuk menyajikan sesuatu permasalahan atau pendapatnya tentang sesuatu kemudian seluruh peserta diminta untuk menanggapi dan dan terlibat untuk mendiskusikannya
•
Syndicate Group
Suatu kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil dengan anggota tidak lebih dari 5 orang. Masing-masing kelompok kecil tersebut melakukan diskusi tertentu, dan tugas ini bersifat sementara. Fasilitator memberikan penjelasan secara umum dan garis besar permasalahan, kemudian tiap-tiap kelompok kecil (syndicate) diberi tugas mempelajari suatu praktek tertentu yang berbeda dengan kelompok kecil lainnya. Jika memungkinkan fasilitator menyediakan referensi. Setelah kelompok bekerja sendiri-sendiri, kemudian masing-masing kelompok menyajikan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk dibahas lebih jauh.
• Kelompok Dengung (Buzz Group)
Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (2-3) orang untuk mendiskusikan "sesuatu topik" terlepas dari bantuan fasilitator (yang bahkan meninggalkan tempat pertemuan). Tempat duduk diatur sedemikian rupa hingga peserta dapat berhadap muka. Teknik ini memberikan kesempatan kepada individu-individu untuk menguji dan memperdalam pemikiran-pemikirannya atau
• Diskusi "Lingkaran dalam Lingkaran"
(
Fish Bowl
)
Para peserta pelatihan dibagi menjadi beberapa kelompok; salah satu kelompok, yang dapat disebut dengan "kelompok dalam" mendiskusikan suatu masalah tertentu dan "kelompok luar" (kelompok lainnya) sebagai pendengar. Sebagai contoh, kelompok dalam dapat merupakan kelompok panitia pelaksana (OC) sedangkan kelompok luarnya adalah "Kelompok Panitia Pengarah" (SC) yang tugasnya mendengarkan, menganalisis serta menterjemahkan apa yang dibahas, didiskusikan dan dibicarakan menjadi tindak tindakan nyata.
•
Role Play
(Bermain Peran)
Peserta pelatihan diminta untuk melakukan peran tertentu dan menyajikan "permainan peran" dan melakukan "dialog-dialog" tertentu yang menekankan pada karakter, sifat atau sikap yang perlu dianalisa. Bermain peran haruslah mengungkapkan suatu masalah atau kondisi nyata yang akan dipergunakan bahan diskusi atau pembahasan materi tertentu.
• Simulasi
Simulasi berarti meniru perbuatan yang bersifat pura-pura atau tidak dalam kondisi sesungguhnya. Tujuan simulasi mengkondisikan peserta menjalani proses dalam kondisi mirip seperti kondisi lapangan. Misalkan saja melakukan "simulasi penyuluhan TB".
• Demonstrasi
Syllabus TOT
Curriculum Development
and Effective Facilitation
Pembelajaran
Orang Dewasa
Hari Ke-1
Penjabaran
materi modul diawali
dengan pemaparan
tentang pentingnya
Kantung Persalinan,
...
Tujuan Pembelajaran
Peserta memahami pengertian dan proses Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy)
Pokok Bahasan
• Membahas pengertian Pembelajaran untuk Orang Dewasa (Andragogy);
Metode
• Penyampaian materi tentang pengertian Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy);
• Mengapa Andragogy, dan apa bedanya dengan Pedagogy;
• Bagaimana ciri-cirinya, proses pembelajaran, dan contoh penerapannya.
Alat dan Bahan
Waktu
• 1 sesi = 90 menit
Proses Fasilitasi
• Pengantar pembuka
• Penyajian bahan presentasi dan diskusi untuk pemahaman
• Latihan individual, latihan kelompok • Diskusi penutup.
Bahan Presentasi
dan Penjelasan
• Bahan presentasi (.ppt) tentang Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy);
• Bahan tulisan (text) tentang Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy) l;
Lampiran-Lampiran
• Bahan presentasi (.ppt) tentang Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy);
• Bahan tulisan (text) tentang Pembelajaran
PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA
(Hari ke-1)
PROSES BELAJAR
Proses Belajar merupakan proses perubahan,baik menetap atau relatif, menyangkut perilaku
seseorang sebagai akibat pengalaman hidup, atau pengalaman dalam proses pelatihan yang diterapkan. Proses ini dapat dikenali sejak seseorang dilahirkan dan berlangsung
terus-menerus sepanjang hidupnya,dan mencakup hampir seluruh aspek kehidupannya.
ANEKA PROSES BELAJAR
Ada beberapa proses belajar, kalau dikenali akan memudahkan seseorang untuk meningkatkan efektiivitasnya, yaitu: proses asosiasi, dan proses pengondisian,
1. Asosiasi
Contoh sederhana proses belajar melalui asosiasi ini ialah saat seorang bayi merasa lapar. Ia segera menangis. Mendengar tangisan itu ibunya datang memberi makan. Suatu kejadian spontan yang segera mendapat respons. Karena kejadian berulang, maka si bayi belajar melalui proses asosiasi, yaitu hubungan asosiatif antara “lapar menangis mendapat makanan”. Dengan asosiasi ini, si bayi belajarkalau lapar, dia tinggal menangis saja, makanan akan datang.
Silahkan pembaca/peserta menghubungkan situasi yang dijumpainya dengan tindakan-tindakan tertentu. Misalnya: setiap menjelang bulan puasa (Ramadhan), permintaan akan bahan makanan meningkat, harga naik. Maka oang yang belajar akan belanja jauh hari, pedagang menimbun barang yang tahan lama.
Contoh sederhana lainnya: peserta dari daerah biasanya ingin menceritakan pengalaman dan prestasinya, kalau tidak diberi kesempatan mereka akan resah, banyak protes kalau diberi teori. Maka fasilitator yang belajar akan memberi kesempatan mereka mengungkapkan pengalamannya, sebelum memberikan materi dan konsep baru. Peserta pun akan belajar, bahwa diundang pelatihan atau lokakarya berarti presentasi karya mereka.
2. Pengondisian (
conditioning
)
Proses belajar selanjutnya ialah “pengondisian”. Proses belajar melalui pengondisian ini prinsipnya
Reaksi spontan tertanam, tercipta setelah ia melalui proses pengkondisian, yaitu secara berulang-ulang diberi stimulus tertentu, serta mendapatkan “hasil positif” tertentu yang relatif konsisten atas respons tersebut. Atau sebaliknya, yaitu mendapatkan "hasil negatif" dari respons tersebut.
Beberapa pola yang dapat diterapkan untuk proses belajar melalui pengkondisian ini, antara lain melalui:
a. Penghilangan (
extinction
)
Yaitubila secara berulang-ulang orang tidak mendapatkan “hasil positif”, maka respons yang timbul makin berkurang dan dapat hilang sama sekali. (misal: jika seseorang mengikuti antrian tidak dipedulikan oleh petugas loket, malah penyerobot terus dilayani, maka dia akan meninggalkan kebiasaan mengantri yang telah dipelajari dari orang tua atau sekolah dulu).
b. Penguatan (
reinforcement
)
Untuk mengembalikan apa yang sudah mulai mengalami proses penghilangan, maka dapat dilakukan penguatan lagi dengan menegaskan “hasil positif” atas respons positif yang
"karyawan berprestasi" minggu ini. Inovasi ini menanamkan kebiasaan kinerja baik karyawan.
c. Pemulihan spontan (
spontaneous
recovery
)
Jika "pelajaran" yang tertanam sudah baik, menetap, maka meskipun terjadi degradasi, dalam banyak kasus terjadi pemulihan spontan dari hasil pengondisian setelah ada jeda/istirahat beberapa saat. Tentunya akan lebih baik kalau secara periodik dilakukan penyegaran.
d. Generalisasi stimulus (
stimulus
generalization
)
Dalam praktik, proses pengondisian
dampaknyabisa luas, jika terjadi generalisasi
stimulus. Yaitu bila beberapa stimulus juga mendapatkan respons yang sama. Contohya: fasilitator/pelatih baiasanya melihat jika diberikan stimulus macam-macam, biasanya peserta yang baik, cerdas akan memberikan respons yang konsisten tepat, sehingga fasilitator/ pelatih cenderung secara umum menilai peserta tersebut akan selalu baik prestasinya.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES
BELAJAR
1. Motivasi
Asosiasi dalam proses belajar umumnya terbentuk bila orang tersebut mempunyai kebutuhan, atau termotivasi. Motivasi selain mempercepat proses belajar juga meningkatkan variabilitas perilaku.
Dalam hal ini, penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) dalam bentuk yang lebih halus masih sering efektif digunakan dalam mempercepat proses
2. Metode Belajar
Setidaknya ada dua metode pengajaran: searah, dan interaktif. Metode belajar searah, dimana pelatih/instruktur menyampaikan, mengajarkan materi, dan peserta mengikuti pelajaran atau instruksi dari pengajar.
3. Bahan yang sistematis
Materipelajaran yang tersusun sistematis,
terstruktur, berurutan dan sederhana akan semakin mempercepat proses belajar, dibanding materi pelajaran yang merupakan tumpukan bahan yang banyak tetapi tidak jelas urutan dan struktur bahasannya.
PEMBELAJARAN ORANG
DEWASA (ANDRAGOGI)
Pembelajaran bagi orang dewasa tentu berbeda dengan proses pembelajaran pada siswa di sekolah ataupun di kampus. Pembelajaran di sekolah titik beratnya ialah menyampaikan pengetahuan dan keterampilan dengan asumsi siswa belum tahu Sementara itu, pembelajaran bagi orang dewasa asumsinya peserta sudah punya bekal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tertentu. Lebih jelasnya dapat dilihat perbedaan dua pendekatan ini sebagaimana Tabel di bawah ini.
Tabel Perbandingan Pedagogi vs Andragogi
PEDAGOGI ANDRAGOGI
(Berpusat pada Pengajar) (Berpusat pada Pemelajar)
Pemelajar tergantung (dependent) Pemelajar independen, dorongan oleh diri sendiri
Pemelajar dimotivasi faktor luar (misal kenaikan gaji/ pangkat, kompetisi)
Pemelajar termotivasi oleh dirinya sendiri (ingin menguasai kemampuan baru)
Lingkungan belajar formal, berciri kompetisi, penilaian
Lingkungan pemelajaran lebih informal, berciri kerjasama, saling menghargai, saling berbagi
Perencanaan dan asesmen dilakukan oleh Pengajar Perencanaan dan asesmen dilakukan oleh bersama (Pengajar dan peserta)
Pengajaran bercirikan penyampaian materi (kuliah, tugas)
Pengajaran bercirikan pengkajian, eksperimen, studi mandiri
Dari sisi lain beda antara pedagogi dan andragogi ini bisa dilihat dari sisi: "mengarahkan" atau "memfasilitasi".
DIARAHKAN … DIFASILITASI
Dicirikan dengan kuliah/ceramah, menghafal, tanya-jawab,
feed-back langsung.
Dicirikan dengan diskusi yang didampingi fasilitator, kerja kelompok, pemecahan persoalan.
Dicirikan dengan kegiatan independen, diskusi sesama peserta, berpikir kritis.
Pengajar bertanggungjawab penuh dalam merumuskan tujuan dan asesmen keterampilan yang dibutuhkan peserta.
Pengajar dan Pemelajar bernegoisasi untuk menetapkan tujuan pemelajaran.
Pengajar berperan sebagai nara-sumber, supervisi, fasilitasi kegiatan,
Pemelajar menyusun tujuan pemelajaran dengan sedikit dampingan fasilitator.
Pemelajar butuh BIMBINGAN PENUH karena mereka belum menguasai ketrampilan, pengetahuan tersebut, dan kurang percaya diri untuk mempelajarinya.
Pemelajar butuh BIMBINGAN SEDANG, karena mereka setidaknya punya bekal awal untuk mempelajari ketrampilan/ pengetahuan tersebut, dan kepercaya diri.
Pemelajar hanya butuh BIMBINGAN MINIMAL, karena sebetulnya sudah menguasai sebagian ketrampilan/ pengetahuan tersebut, dan percaya diri dalam mempelajarinya. ANTARA PEMBELAJARAN: DIARAHKAN vs DIFASILITASI
Tantangan pembelajaran orang dewasa:
• Melepas pengetahuan lama (yang tak relevan lagi)
• Menyesuaikan diri dengan format kelas sekarang
• Ketidakmampuan untuk fokus pada topik-topik beragam
• Keterampilan berpikir dan belajar dengan cara barunya terbatas
• Tujuan yang tidak realistis
Kapan desain untuk dewasa dipertimbangkan:
• APA MANFAATNYA BAGIKU? • Mengapa orang dewasa ingin belajar?
• Orang dewasa butuh belajar dari pengalaman, menolak pendekatan yang terlalu teoritis • Akan lebih mengena pendekatan dengan topik
“pemecahan masalah”;
• Ulangi penekanan relevansi topik dengan permasalahan “dunia nyata”;
Bahan Presentasi
Syllabus ToT:
Curriculum Development and Effective Facilitation
1
PENYUSUNAN
KURIKULUM KINERJA
Risfan Munir
10.30 – 12.00 Pembelajaran Orang Dewasa Risfan Munir
12.00 – 13.30 ISHOMA
13.30 – 15.00 Analisis Kebutuhan Pelatihan Risfan Munir
15.00 – 15.30 Rehat Kopi
15.30 – 17.00 Analisis Kebutuhan Pelatihan (Lanjutan) Risfan Munir
Day #4
08.30 – 10.00 Keterampilan Komunikasi Interpersonal Doni A. Baruno
10.00 – 10.30 Rehat Kopi
10.30 – 12.00 Mengelola Dinamika Kelompok Doni A. Baruno
PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
(Hari ke-1)
PENGERTIAN BELAJAR
4
• Suatu PROSES …
• Yang berlangsung secara BERTAHAP (selangkah demi selangkah)
• Dan, BERULANG-ULANG
• Sehingga menimbulkan PERUBAHAN (pengetahuan, keterampilan, perilaku kerja)
• Yang bersifat MENETAP/berkelanjutan
PROSES BELAJAR
5
PEMELAJARAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
KEBUTUHAN
PEMANTAPAN STIMULUS
RESPONS
PEDAGOGI (Berpusat pada Pengajar)
ANDRAGOGY (Berpusat pada Pemelajar) Pemelajar tergantung (dependent) Pemelajar independen, dorongan oleh diri sendiri Pemelajar dimotivasi faktor luar (misal kenaikan
gaji/pangkat, kompetisi)
Pemelajar termotivasi oleh dirinya sendiri (ingin menguasai kemampuan baru)
Lingkungan belajar formal, berciri kompetisi, penilaian
Lingkungan pemelajaran lebih informal, berciri kerjasama, saling menghargai, saling berbagi Perencanaan dan asesmen dilakukan oleh
Pengajar
Perencanaan dan asesmen dilakukan oleh bersama (Pengajar dan peserta)
Facili-training Rainbow
8 7
PEMELAJARAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
DIARAHKAN DIFASILITASI
Dicirikan dgn kuliah/ ceramah, menghafal, tanya-jawab,
feed-back langsung.
Dicirikan dgn diskusi yang didampingi fasilitator, kerja kelompok, pemecahan persoalan.
Dicirikan dgn kegiatan independen, diskusi sesama peserta, berpikir kritis.
Pengajar bertanggung-jawab penuh dalam merumuskan tujuan dan asesmen keterampilan yang dibutuhkan peserta.
Pengajar dan Pemelajar bernegoisasi untuk menetapkan tujuan pemelajaran.
Pengajar berperan sebagai narasumber, supervisi, fasilitasi kegiatan Pemelajar menyusun tujuan pemelajaran dengan sedikit dampingan fasilitator. Pemelajar butuh BIMBINGAN
PENUH karena mereka belum menguasai ketrampilan, pengetahuan tsb, dan kurang percaya diri untuk mempalajarinya.
Pemelajar butuh BIMBINGAN SEDANG, karena mereka setidaknya punya bekal awal untuk mempelajari ketrampilan/ pengetahuan tsb, dan kepercaya diri.
Pemelajar hanya butuh BIMBINGAN MINIMAL, krn sebetulnya sudah menguasai sebagian ketrampilan/ pengetahuan tsb, dan percaya diri dlm mempelajarinya.
Jml. Transfer of Content
J
(Tanyakan – Formulasikan)
TEACHING DEMON-STRATING
PRESENTING
Sasaran: Sikap atau Pengetahuan
Ketersediaan Waktu Tkt. Pengetahuan
TANTANGAN PEMELAJARAN ORANG DEWASA
9
KAPAN DESAIN UNTUK DEWASA
DIPERTIMBANGKAN
• Melepas pengetahuan lama (yang tak relevan lagi)
• Menyesuaikan diri dengan format kelas sekarang
• Ketidak-mampuan untuk fokus pada topik-topik beragam
• Keterampilan berpikir dan belajar dengan cara barunya terbatas
• Tujuan yang tidak realistis
• Keterbatasan waktu, komitmen
• Rendahnya self-esteem
• APA MANFAATNYA BAGIKU?
• Mengapa orang dewasa ingin belajar?
• Orang dewasa butuh belajar dari pengalaman, menolak pendekatan yang terlalu teoritis;
• Akan lebih mengena pendekatan dengan topik “pemecahan masalah”;
Analisis
Kebutuhan
Pelatihan
Membahas
pengertian,
lingkup, pendekatan
dan proses
Analisis Kebutuhan
Pelatihan/
Fasilitasi.
Tujuan Pembelajaran
Peserta memahami Analisis Kebutuhan Pelatihan/ Fasilitasi: pengertian, lingkup, pendekatan dan prosesnya.
Pokok Bahasan
• Membahas pengertian, lingkup, pendekatan dan proses Analisis Kebutuhan Pelatihan/Fasilitasi.
Metode
• Penyampaian pengertian, lingkup, pendekatan dan proses Analisis Kebutuhan Pelatihan/ Fasilitasi;
• Latihan menyusun Analisis Kebutuhan Pelatihan/Fasilitasi.
Alat dan Bahan
Waktu
• 2 sesi = 2 x 90 menit
Proses Fasilitasi
• Pengantar pembuka
• Penyajian bahan presentasi dan diskusi untuk pemahaman
• Latihan individual, latihan kelompok • Diskusi penutup.
Bahan Presentasi
dan Penjelasan
• Bahan presentasi (.ppt) tentang Analisis Kebutuhan Pelatihan/Fasilitasi;
• Bahan tulisan (text) tentang Analisis Kebutuhan Pelatihan/Fasilitasi;
Lampiran-Lampiran
• Bahan presentasi (.ppt) tentang Analisis Kebutuhan Pelatihan/Fasilitasi
• Bahan tulisan (text) tentang Analisis Kebutuhan
ANALISIS
KEBUTUHAN
PELATIHAN
(Hari ke-1)
KEBUTUHAN PELATIHAN
Identiikasi kebutuhan pelatihan bertujuan untuk mengkaji adanya kebutuhan, karena adanya "kesenjangan" (gap) pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada individu-individu dikaitkan dengan tuntutan fungsi atau jabatannya.
Fasilitasi atau pelatihan akan efektif hanya jika prosesnya mengisi kebutuhan pelatihan yang benar. Sekali lagi kebutuhan itu disebabkan adanya kesejnangan atau kekurangan pengetahuan, keterampilan atau sikap.Tentunya masing-masing dengan kadar yang bervariasi.
Beberapa tujuan dalam mengisi kesenjangan kebutuhan fasilitasi/pelatihan ini antara lain:
fasilitator yang sesuai kualitas dan jumlahnya. Dalam organisasi, peningkatan kinerja organisasi sering dibutuhkan fungsi atau jabatan tertentu yang baru.
Jika fungsi/jabatan tersebut akan diisi oleh staf di dalam organisasi sendiri, maka dibutuhkan pelatihan yang sesuai dengan bidang keahlian bagi fungsi atau jabatan tersebut.
2. Untuk memenuhi tututan
jabatan sekarang
Kebutuhan untuk memenuhi "kesenjangan" dapatdiidentiikasi dari penilaian kinerja (performance) para manajer atau keahlian saat ini, apakah sudah sesuai dengan standar kinerja yang dituntut untuk posisi tersebut. Kesenjangan ini menjadi tujuan dari prosesfasilitasi/pelatihan.
3. Untuk memenuhi tuntutan
perubahan
Terjadinya aneka perubahan yang cepat, baik internal organisasi (restrukturisasi, perampingan), ataupun eksternal organisasi (perubahan teknologi, pasar, fokus bisnis perusahaan) tentu memerlukan adanya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Perubahan selaluperlu mengantisipasi perubahan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berbeda.
Sebagai contoh: pada Era Orde Baru, umumnya praktik hubungan dengan masyarakat bersifat satu arah (instruksi, sosialisasi). Sedang pada Era Reformasi, pendekatan partisipatif dan dialogis menjadi keharusan. Sehingga dibutuhkan pelatihan fasilitator yang berbeda.
Begitu pula perkembangan pesat dalam teknologi informasi, mendorong perubahan cepat pula dalam pemanfaatan open-source, on-line media, media sosial, dengan sendirinya membutuhkan penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang sesuai.
Pada era (pasca) reformasi ini, dalam dunia pergerakan sosial belakangan muncul
modelwirausaha sosial (social-enterprise), mau tak mau tren ini perlu diantisipasi oleh pelaku lembaga swadaya masyarakat, karena cara pandangan masyarakat dan donor juga ikut berubah.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
Kajian kebutuhan fasilitasi/pelatihan merupakan upaya mengumpulkan dan menganalisis gejala-gejala dan informasiuntuk mengenali adanya "kesenjangan" pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada individu-individu yang (akan) memegang fungsi atau jabatan dalam organisasi.