• Tidak ada hasil yang ditemukan

P R O F I L FGFHFGHFGH KESEHATAN KABUPATEN PIDIE 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P R O F I L FGFHFGHFGH KESEHATAN KABUPATEN PIDIE 2016"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

FGFHFGHFGH

KESEHATAN

KABUPATEN PIDIE 2016

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN PIDIE

TAHUN 2017

P R O F I L

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

uji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-Nya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2016 telah dapat kita selesaikan dan terbitkan. Profil Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2017 berisi data tahun 2016 merupakan gambaran kondisi kesehatan yang meliputi data situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan. Data yang digunakan dalam penyusunan buku profil kesehatan ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, maupun dari bidang masing-masing yang bersumber dari Sistem pelaporan, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingakat kabupaten dan tingkat provinsi. Data yang tersaji pada profil kesehatan kabupaten pidie dapat digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan di Kabupaten pidie antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya.

Profil Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2016 telah dapat kita selesaikan dan terbitkan. Kami seluruh tim yang mengelola profil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Rumah Sakit dan lintas sektor telah bekerja sama dalam pengumpulan data bidang kesehatan dari seluruh wilayah kabupaten Pidie yang terdiri dari 26 puskesmas, 5 Rumah Sakit yang ada di wilayah Kabupaten Pidie serta dukungan dari lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dan lainnya.

Demikian, atas bantuan berbagai pihak dalam penyusunan profil ini kami ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.

Sigli, Maret 2017 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Pidie,

dr. H.Fajriman,Sp,M.si, Med

Pembina/Nip. 19700909 200112 1 003

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii-iv DAFTAR TABEL ... v-ix DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

BAB II : GAMBARAN UMUM ... 4

A. Keadaan Geografi Kabupaten Pidie ... 4

B. Keadaan Penduduk ... 5

1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 6

2. Rasio Jenis Kelamin ... 7

BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 8

A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) ... 8

1. Angka Kematian Bayi ... 9

2. Angka Kematian Anak Balita ... 10

3. Angka Kematian Ibu (AKI) ... 11

B. ANGKA KESAKITA (MORBIDITAS) ... 13

1. Tuberkolosis ... 13

2. Case Notification Rate (CNR) Tubercolosis ... 14

3. Angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) ... 14

4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+) ... 15

5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani ... 15

6. Cakupan Penemuan dan Penanggulangan penderita penyakit AFP ... 16

7. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian AIDS dengan imunisasi (PD3I) ... 17

8. Kasus Diare Ditangani ... 18

9. Prevalensi Penyakit Kusta ... 28

10. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3i) ... 20 a. Difteri ... 20 b. Pertusis ... 21 c. Tetanus Neonatorum ... 21 d. Campak... 22 e. Polio ... 22 f. Hepatitis B ... 23

(4)

11. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue ... 23

12. Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria .. 24

13. Filariasis ... 24

C. STATUS GIZI ... 25

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Renda (BBLR) .... 25

2. Status Gizi Balita ... 25

BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 27

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ... 27

1. Pelayanan Kesehatan IBu dan Anak ... 27

a. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 ... 27

b. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 ... 28

c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan ... 29

d. Cakupan Komplikasi Kebidanan ditangani .... 30

e. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas ... 31

f. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe ... 31

g. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi .... 32

h. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita ... 32

i. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas ... 33

j. Cakupan ASI Ekslusif ... 33

2. Pelayanan Imunisasi ... 34

a. Persentase Desa yang Mencapai UCI ... 34

b. Cakupan Imunisasi bayi ... 35

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN ... 36

1. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap ... 36

2. Pelayanan Kesehatan Jiwa ... 36

C. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR ... 37

1. Rumah Sehat ... 37

2. Desa yang melaksanakan STBM ... 38

(5)

BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 40

A. SARANA KESEHATAN... 40

1. Puskesmas ... 40

2. Rumah Sakit ... 41

3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat ... 41

B. TENAGA KESEHATAN ... 42

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan ... 42

2. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan ... 43

3. Jumlah dan Rasio Tenaga Bidan dan Perawat di Sarana Kesehatan ... 44

4. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan ... 44

5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan ... 45

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ... 45

1. Persentase Anggaran Kesehatan terhadap Dana APBD ... 45

2. Anggaran Kesehatan Per Kapita ... 45

(6)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH

PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN

KELOMPOK UMUR, KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 3 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS

YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN , KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN KECAMATAN DAN

PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN BALITA MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS, KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR,

KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 7 JUMLAH KASUS BARU TB BTA+,SELURUH KASUS TB,KASUS TB

PADA ANAK DAN CNR PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 8 JUMLAH ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 9 JUMLAH ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN

LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN

PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 10 JUMLAH PENEMUAN KASUS PENEUMONIA BALITA MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS DAN SYPHILIS MENURUT JENIS

KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV

MENURUT JENIS KELAMIN KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 13 JUMLAH KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 15 JUMLAH KASUS BARU KUSTA 0-4 TAHUN DAN CACAT

TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

(7)

TABEL 16 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA

MENURUT TIPE/JENIS KELAMIN,KECAMATAN DAN

PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE

FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO ) MENURUT KECAMATAN,

DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN

IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN

IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 22 JUMLAH KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 23 JUMLAH PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 24 CAKUPAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 25 CAKUPAN PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN

METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT

JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG

DITANGANI < 24 JAM KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN

DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL

MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

(8)

TABEL 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN

FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI

KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 34 PROPORSI PESERTA KB MENURUT JENIS KONTRASEPSI,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN

DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 42 CAKUPAN IMUNISASI DPT,HB, DAN CAMPAK PADA BAYI

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB.PIDIE TAHUN 2016

TABEL 43 CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 44 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA,

DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 45 JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

(9)

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB.PIDIE TAHUN 2016

TABEL 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT

PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA

SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD

DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS JAMINAN

DAN JENIS KELAMIN KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN

KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DIRUMAH SAKIT KAB. PIDIE

TAHUN 2016

TABEL 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT KAB. PIDIE

TAHUN 2016

TABEL 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH

DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 58 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN

PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR

MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR

MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI

YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 62 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS

MASYARAKAT KAB. PIDIE TAHUN 2016

TABEL 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT

KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016

(10)

TABEL 64 TEMPAT PENGELOLA MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI KAB.PIDIE TAHUN 2016

TABEL 65 TEMPAT PENGELOLA MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK

KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN KAB. PIDIE

TAHUN 2016.

TABEL 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN KAB.

PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN

KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR) LEVEL I KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA

MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN KAB. PIDIE

TAHUN 2016

TABEL 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN KAB. PIDIE

TAHUN 2016.

TABEL 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN

KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KESEHATAN KAB.

PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN

KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN KAB. PIDIE

TAHUN 2016.

TABEL 77 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 78 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI

FASILITAS KESEHATAN KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 79 JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN

KAB. PIDIE TAHUN 2016.

TABEL 80 JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN

KAB. PIDIE TAHUN 2016.

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kepadatan Penduduk Kabupaten

Kabupaten Pidie 2016 ... 6 Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kabupaten Pidie 2016 ... 7 Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB)

Kabupaten Pidie 2016 ... 11 Gambar 3.2 Angka Kematian Balita (AKABA)

Kabupaten Pidie 2016 ... 11 Gambar 3.3 Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Pidie

Tahun 2016 ... 12 Gambar 3.4 Penemuan Kasus Pneumonia Balita

Kabupaten Pidie 2016 ... 16 Gambar 3.5 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Kematian AIDS

Kabupaten Pidie 2016 ... 18 Gambar 4.1 Cakupan KUnjungan Ibu Hamil K-1

Kabupaten Pidie 2016 ... 18 Gambar 4.2 Cakupan KUnjungan Ibu Hamil K-4

Kabupaten Pidie 2016 ... 29 Gambar 4.3 Peta Cakupan Desa/Kelurahan UCI

(12)

Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna, didukung oleh sistem pengamatan informasi dan manajemen yang handal.

Menurut WHO, dalam sistem Kesehatan selalu ada informasi yang mendukung subsistem lainnya. Tidak mungkin subsistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan. Sebaliknya Sistem Informasi Kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi harus bersama subsistem lain. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisin diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu keluaran dari penyelenggaran sistem informasi kesehatan nasional adalah Profil Kesehatan Indonesia, yang

BAB I

(13)

merupakan salah satu paket penyajian data/informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data/ informasi lainnya serta terbit setiap tahun.

Profil Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2016 disusun berdasarkan data/informasi yang didapatkan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), pengelola program di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, lintas sektor terkait serta sumber data/ informasi lainnya.

Profil Kesehatan Kabupaten Pidie merupakan salah satu sarana untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Pidie dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2016 (dalam bentuk indikator kesehatan) juga merupakan salah satu sarana pemantau pencapaian pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, tersedianya sumber daya kesehatan yang berkualitas.

Untuk lebih terperinci sistematika penyusunan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2016 ini terbagi dalam 6 bab yang terdiri dari :

Bab I : Pendahuluan, Bab ini menyajikan tentang tujuan penyusunan profil kesehatan.

Bab II : Gambaran umum, Bab ini menyajikan gambaran umum dalam hal keadaan geografis, demografi, keadaan lingkungan dan keadaan perilaku masyarakat di Kabupaten Pidie.

Bab III : Situasi Derajat Kesehatan, Bab ini berisi uraian tentang indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan Tahun 2015 yang mencakup tentang angka kematian, angka kesakitan dan keadaan status gizi.

(14)

Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan, Bab ini merupakan penggambaran dari upaya pelayanan kesehatan dasar, pembinaan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan perbaikan gizi masyarakat.

Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan, Bab ini menguraikan tentang keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan.

BAB VI : Penutup

Bab ini memuat hal-hal yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut, berkaitan dengan keberhasilan dan hal yang masih dianggap kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pidie.

(15)

A. Keadaan Geografi

Kabupaten Pidie merupakan salah satu dari 23 Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh dengan jarak 112 km di sebelah timur dari pusat ibu kota Provinsi Aceh dengan luas wilayah 3.562,14 km².

Kabupaten Pidie terletak antara 4,30o – 4,60o Lintang Utara dan 95,75o – 96,20o Bujur Timur. Kabupaten Pidie memiliki kondisi geografis terdiri dari daerah pesisir, dataran rendah dan dataran tinggi yang terbagi menjadi 23 kecamatan, 731 desa, dimana karakteristik penduduknya memiliki tingkat mobilisasi cukup tinggi.

BAB II

(16)

Secara geografis Kabupaten Pidie berada pada ketinggian 125m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 217,1 mm dan suhu udara berkisar antara 300C sampai dengan 36oC. Disebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar.

B. Keadaan Penduduk

Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang sehingga dapat muncul berbagai masalah kesehatan terutama kondisi kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan ketersediaan air bersih, sistem pembuangan air limbah dan sampah keluarga.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie, jumlah penduduk Kabupaten Pidie pada tahun 2016 (angka proyeksi dari BPS) sebesar 425.974 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 3.562,14 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar 120 jiwa untuk setiap km². Wilayah terpadat adalah Kecamatan Kota Sigli, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 2169,85jiwa per km².

Wilayah terlapang adalah Kecamatan Geumpang, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 9 jiwa per km², dengan demikian persebaran penduduk di Kabupaten Pidie belum merata. Kepadatan penduduk menurut kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(17)

Gambar 2.1 :

Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Tahun 2016

1. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur.

Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dikelompokkan menurut jenis kelamin. Dari 418.882 penduduk Kabupaten Pidie (Estimasi BPS tahun 2015) terdiri dari 202.368 jiwa penduduk laki-laki dan 216.514 penduduk perempuan. Indikator dari variable jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan.

(18)

Grafik 2.2

Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Pidie Tahun 2016

2. Rasio Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan sementara angka proyeksi penduduk tahun 2016 berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Pidie 206.092 jiwa (48%) dan jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Pidie 216.514 jiwa (52%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 93.73 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 94 penduduk laki-laki.

25.000 15.000 5.000 5.000 15.000 25.000 0 - 4 10 - 14 20 - 24 30 - 34 40 - 44 50 - 54 60 - 64 70 - 74 Laki-laki/Male Perempuan/Female PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS

(19)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat dapat digambarkan dengan beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Pidie digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.

Masalah kesehatan adalah merupakan masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan sektor lain sehingga upaya pemecahannya harus melibatkan sektor terkait. Untuk itu diperlukan pendekatan lintas sektor yang sangat baik, agar sektor terkait dapat selalu memperhitungkan dampak programnya terhadap kesehatan masyarakat. Demikian pula peningkatan upaya dan manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor-sektor yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah, ketenagaan, pendidikan dan sosial budaya dan lainnya.

A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat, di samping seringkali digunakan

(20)

sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan dan pelayanan kesehatan.

Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

1. Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sosial yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan program kesehatan ibu dan anak, sebab AKB berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ibu dan anak.

Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar kematian bayi dari sisi penyebabnya ada 2 macam yaitu endogen (neonatal) dan kematian eksogen (post neonatal). Kematian Neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan, sedangkan kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dalam setiap 1.000 kelahiran hidup. Tingginya AKB merupakan indikator buruknya derajat kesehatan masyarakat secara umum sebagai dampak dari rendahnya pelayanan kesehatan serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

Berdasarkan laporan Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2016 bahwa jumlah kematian bayi sebanyak 137 bayi dengan rincian laki-laki sebanyak 80 bayi dan perempuan sebanyak 52 bayi. Angka kematian bayi sebesar 18 per

(21)

1.000 kelahiran hidup. AKB tahun 2016 ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan pada Tahun 2015 sebesar 20 per 1.000 kelahiran hidup.

Grafik 3.1

Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Pidie tahun 2016

2. Angka Kematian Anak Balita

Angka kematian Balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi, kecelakaan.

Jumlah kematian balita pada Tahun 2016 sebanyak 149 Balita atau 19/1000 kelahiran hidup, kematian Balita tetinggi terdapat di

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Glp. Tiga Teupin Raya Tiro Reubee Geumpang Ujong Rimba Keumala Grong-grong Glp. Baro Mila Peukan Baro Muara Tiga Kb. Tanjong Titeu Padang Tiji Kota Sigli Sakti Delima Simpang Tiga Pidie Mutiara Barat Indrajaya Mutiara Timur Manee Batee Tangse 0 0 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 5 5 5 6 6 6 6 7 9 11 12 13 17

(22)

wilayah kerja Puskesmas Tangse sebanyak 16 Balita dan yang terendah terdapat di Puskesmas geumpang, Glp.Tiga, Teupin raya dan Puskesmas Grong-grong masing-masing 1 Balita.

Selengkapnya penyebaran Angka kematian Balita di Kabupaten Pidie tahun 2016 dapat dilihat pada Grafik dibawah ini.

Grafik 3.2

Angka Kematian Balita (AKABA) Kabupaten Pidie tahun 2016

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah ibu yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan. AKI juga dapat digunakan dalam

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Geumpang Teupin Raya Tiro Mila Reubee Muara Tiga Sakti Glp. Baro Delima Manee Simpang Tiga Mutiara Timur Indrajaya 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 8 9 9 9 10 10 11 16

(23)

pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.

Angka kematian ibu di Kabupaten Pidie tahun 2016 sebanyak 9 orang (117 per 100.000 kelahiran hidup). Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia, infeksi dan lain-lain. Kematian ibu disebabkan oleh 3 T yaitu terlambat merujuk, terlambat sampai di fasilitas kesehatan dan terlambat pertolongan adekuat. Terlambat merujuk dan terlambat sampai di fasilitas bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor geografi, faktor gender dan faktor budaya setempat. Sedangkan faktor terlambat pertolongan adekuat bisa disebabkan oleh tenaga kesehatan, sarana, obat dan manajerial. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Grafik 3.3

Peta Kematain Ibu (AKI) Kabupaten Pidie tahun 2016

(24)

Dari peta di atas menerangkan bahwa yang berwarna merah masih ada kematian Ibu sedangkan yang berwarna hijau tidak ada kematian Ibu, Adapun Wilayah kerja Puskesmas yang masih ada kematian yaitu Puskesmas Mutiara Timur, Mutiara Barat, Tiro, Mila, Indrajaya, Simpang Tiga, Pidie, dan Batee, yang keseluruhannya berjumlah 9 orang.

B. Angka Kesakitan (morbiditas)

Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat sakit, cedera, atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera, atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok orang yang beresiko.

Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan bahkan tingkat morbiditas penyakit menular tertentu terkait dengan komitmen internasional selalu menjadi sorotan dalam menbandingkan kondisi derajat kesehatan antar negara.

1. Tuberkulosis.

Penanggulangan penyakit tuberkulosis menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang dilaksanakan Pemerintah Indonesia di seluruh puskesmas yang diitegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. Tujuan dari program Pemberantasan TB Paru adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit tuberkulosis, memutuskan mata rantai penularan serta mencegah terjadinya MDR Tuberkulosis. Target program ini ialah

(25)

tercapainya penemuan pasien baru TB BTA Positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat tuberkulosis.

2. Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis

Case Notification Rate (CNR) adalah angka yang menunjukkan

jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+) sebanyak 351 kasus. Hal ini menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2015 sebesar 462 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di Puskesmas Sakti sebanyak 28 kasus, di ikuti Puskesmas Muara Tiga sebanyak 26 kasus.

CNR (Case Notification Rate) Kabupaten Pidie adalah 351 orang atau 82 per 100.000 penduduk.

3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA(+)

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Jumlah kasus baru TB paru BTA (+) Kabupaten Pidie tahun 2016 berjumlah 351 kasus. CDR (Case Detection Rate) tahun 2016 adalah 51,5%.

(26)

4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+)

TB dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati, 50% dari pasien akan meninggal setelah 5 tahun. Keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan TB Paru dapat diukur dari pencapaian angka kesembuhan penderita.

Pada Tahun 2016 Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+ (Cure Rate) di Kabupaten Pidie sebesar 90.6% dengan rincian laki-laki 93% Perempuan 87.8%, lebih tinggi capaiannya dibanding tahun 2015 yaitu sebesar 89.12%, angka kesembuhan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 sudah mencapai target nasional yaitu 90%. Sementara Angka kematian selama pengobatan sebesar 3,1% per 100.000 penduduk atau 13 kasus.

5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena merupakan salah satu penyebab kematian anak.

Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak umur < 2 tahun, usia lanjut diatas 65 tahun atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi dan gangguan immunologi). Sampai saat ini diketahui bahwa sebagian besar dari seluruh penyakit kasus kematian ISPA disebabkan Pneumania.

Perkiraan pneumonia pada balita di Kabupaten Pidie tahun 2016 yaitu 4.688 atau 16.4% dengan jumlah kasus ditemukan sebanyak 769 kasus, terjadi lonjakan kasus dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 195 kasus.

(27)

Grafik 3.4

Penemuan Kasus Pneumonia Balita Kab. Pidie tahun 2016

6. Cakupan penemuan dan penanggulangan penderita penyakit “

Acute Flaccid Paralysis” (AFP)

Polio adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0 – 3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio.

Upaya pemantauan terhadap kasus polio dilakukan melalui surveilans AFP yaitu pengamatan yang terus-menerus terhadap kasus

Acute Flacid Paralysis (AFP) yang terjadi di masyarakat.

0 50 100 150 200 250 In d ra ja ya Pi d ie Ko ta S ig li D el im a Si m p an g T ig a Kb . T an jo n g Teu p in R ay a Sa kt i Keu m al a Ti ro U jo n g R im b a R eu b ee Peu ka n B ar o M ila M u ti ar a B ar at Pa d an g T iji M u ti ar a T im u r Ta n gs e Ti teu G ro n g-gr o n g G eu m p an g M an ee G lp . T ig a G lp . B ar o B at ee M u ar a T ig a 237 125 105 90 80 28 26 23 17 9 6 5 5 4 3 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0

(28)

Berdasarkan data survailen tahun 2016, jumlah penduduk Pidie yang berusia <15 tahun berjumlah adalah 127.792 jiwa dengan jumlah kasus AFP (Non Polio) yang ditemukan sebanyak 1 kasus. Penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia <15 tahun. Dari jumlah kasus AFP (Non Polio) yang ditemukan di Kabupaten Pidie, maka diperoleh AFP rate (Non Polio) adalah 1 per 100.000 penduduk.

7. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT).

Pada tahun 2016 dilaporkan ada 5 kasus HIV, 5 Kasus AIDS (Aquiared Immuno Devisiency Syndrome) dan 4 kematian akibat AIDS, bila dibandingkan dengan tahun 2015 kasus HIV/AIDS bertambah lima kali lipat dari 1 kasus menjadi 5 kasus.

(29)

Grafik 3.5

Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan kematian AIDS Kabupaten Pidie 2016

8. Kasus Diare Ditangani

Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih fluktuatif. Diare pada balita merupakan hal yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian.

Seseorang dikatakan mendeita diare bila feses lebih berair dari biasanya atau buang air besar lebih dari tiga kali berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Jumlah kunjungan penderita diare di Kabupaten Pidie tahun 2016 sebanyak 13.000 kunjungan.

9. Prevalensi Penyakit Kusta

World Health Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga terbesar di dunia soal jumlah penderita kusta. Dalam hal ini, Indonesia di posisi ketiga setelah India dan Brazil.

HIV; 5 AIDS; 5

Kematian AIDS; 4

(30)

Untuk itu, WHO prihatin atas kurangnya perhatian pada penderita kusta dibandingkan dengan penyakit lainnya. “Padahal dampak kusta pada penderitanya tidak kalah besar dibandingkan dengan penyakit lainnya,”

Meskipun penyakit Kusta dapat diobati dan disembuhkan, bukan berarti Kabupaten Pidie terbebas dari masalah penyakit Kusta, karena dari tahun ke tahun masih ditemukan sejumlah kasus baru. Beban penyakit kusta yang paling utama adalah kecacatan yang ditimbulkannya, sehingga masalah penyakit Kusta sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada masalah sosial dan ekonomi.

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.

Dalam rangka penanggulangan penyakit kusta di Kabupaten Pidie dilakukan upaya penemuan dan pengobatan penderita kusta dimasing-masing wilayah Puskesmas. Tahun 2016 di Kabupaten Pidie ditemukan 61 kasus penyakit kusta, yang terdiri dari 39 penderita kusta MB dan 22 penderita kusta PB. Terjadi penurunan kasus penyakit kusta di bandingkan dengan tahun 2015 dengan jumlah kasus 99 orang, dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 14 per 100.000 penduduk.

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2016 sebesar 6.56%

(31)

10. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31).

Berikut akan disajikan gambaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B yang didapatkan dari berbagai sumber pelaporan seperti Surveilans Eppidemiologi, Surveilans Terpadu Penyakit (STP) dan Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas (SP3).

a. Difteri

Difteri merupakan penyakit disebabkan oleh Corynebacterium diptheria dengan gejala klinis demam + 380 C, pseudomembrane putih keabu abuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tansil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai sridor. Masa inkubasi antara 2-5 hari, masa penularan penderita 2-4 minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularan carrier bisa sampai 6 bulan, sumber penularan adalah manusia, baik sebagai penderita maupun carrier. Seseorang dapat menyebarkan bakteri difteri melalui droplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah sekitarnya.

Penyakit difteri muncul akibat menurunnya imunitas seseorang, Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang dapat mengancam jiwa manusia jika tidak segera ditangani. Difteri dapat menghasilkan racun yang berbahaya karena dapat menyerang otot jantung, jaringan syaraf dan ginjal.

Faktor terinfeksinya difteri adalah tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap, selain faktor imunisasi faktor lingkungan rumah yang tidak sehat misalnya sanitasi buruk atau rumah dengan lingkungan yang kumuh.

(32)

Upaya yang dilakukan untuk menekan kasus Difteri adalah dengan melakukan imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin Difteri-Pertusis-Tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB). Vaksin tersebut diberikan 3 (tiga) kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

Berdasarkan Permenkes 1501 tahun 2010 bahwa suatu wilayah dinyatakan KLB difteri jika ditemukan 1 kasus difteri di Rumah Sakit Puskesmas maupun di masyarakat. Di kabupaten pidie tahun 2016 dinyatakan sudah KLB karena terdapat 2 kasus difteri, 1 kasus diantaranya meninggal.

b. Pertusis

Penyakit pertusis adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis. Pertusis merupakan penyakit yang toxin

mediated, toksin yang dihasilkan kuman (melekat pada bulu getar

saluran napas atas) akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga gangguan aliran sekret saluran pernapasan, dan berpotensi menyebabkan pneumoni. Tahun 2016 di kabupaten Pidie ditemukan 1 kasus Pertusis padahal di tahun sebelumnya tidak ada kasus.

c. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan

Clostridium Tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat

menyebabkan kematian. Upaya pengendalian penyakit Tetanus Neonatorum yaitu untuk mencapai status eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Penemuan kasus Tetanus Neonatorum di Kabupaten Pidie pada tahun 2016 ditemukan 3 kasus terjadi kenaikan 1 kasus dibandingkan tahun 2015, dan dari total 3 kasus

(33)

yang ada 1 meninggal. Dengan demikian Case Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum di Kabupaten Pidie tahun 2015 sebesar 33%. Kasus yang meninggal tersebut dilaporkan dari Puskesmas Titeu.

Hal yang terpenting dalam upaya pencegahan Tetanus Neonatorum adalah pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat.

d. Campak

Penyakit campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae meales yang ditularkan melalui droplet penderita. Adapun gejala penyakit campak yaitu: demam, bercak kemerahan, batuk pilek, conjuctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka, leher kemudian keseluruh tubuh. Komplikasi Campak : diare hebat, peradangan telinga dan pneumonia.

Jumlah kasus penyakit campak pada tahun 2016 263 kasus, terjadi penurunan tajam dibandingkan tahun 2015 yaitu 921 kasus.

Berdasarkan dari hasil laporan Puskesmas Kasus campak yang paling banyak terdapat di Puskesmas Padang Tiji, Pidie dan Simpang Tiga yaitu Padang Tiji 56 kasus, Pidie 42 kasus dan Puskemas Simpang Tiga 32 kasus.

e. Polio

Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistim syaraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Penyakit yang umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan muculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku dileher, serta sakit ditungkai dan lengan.

Di Kabupaten Pidie pada tahun 2016 berdasarkan laporan bidang PMK (Pengendalian Masalah Kesehatan) tidak ditemukan kasus Polio.

(34)

f. Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota family hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.

Berdasarkan laporan bidang PMK, jumlah kasus hepatitis B pada tahun 2016 berjumlah 2 kasus padahal di tahun sebelumnya tidak ditemukan adanya kasus.

11. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit DBD sering menimbulkan kepanikan di masyarakat, karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue

yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah.

Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan.

Jumlah kasus DBD di Kabupaten Pidie tahun 2016 sebanyak 189 kasus (Incidence Rate/Angka kesakitan = 44 per 100.000 penduduk) dengan angka kematian 1 orang dengan CFR 0,5%. Bila dilihat dari indikator CFR, maka CFR Kabupaten Pidie tahun 2016 masih dibawah indikator nasional (<1%).

Dalam penanganan kasus DBD perlu melibatkan dan dukungan semua sektor, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta, dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 3 M (menguras – mengubur - menutup tempat penampungan air). Upaya lain yaitu melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di rumah.

(35)

12. Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria.

Angka kesakitan malaria untuk Kabupaten Pidie diukur dengan

Annual Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2016 ditemukan

kasus penyakit malaria positif sebanyak 2 orang dengan hasil pemeriksaan laboratorium dan RDT. Berdasarkan capaian API/1000 penduduk, penyakit malaria di Kabupaten Pidie tahun 2016 relatif terkendali, yaitu dengan capaian API 0,65/1000. Sedangkan angka kematian akibat penyakit malaria nol.

Adapun wilayah kerja Puskesmas yang masih terdapat kasus malaria yaitu geumpang dan tangse dengan kategori wilayah pegunungan.

13. Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasist berupa cacing filaria yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu wuchereria bancrofti, brugia malayi dan brugia timori. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing mikrofilaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin, sehingga dapat menimbulkan stigma sosial.

Di Kabupaten Pidie tahun 2016 terdapat 91 kasus dengan angka kesakitan 21 per 100.000 ribu penduduk. Angka ini sedikit terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu berjumlah 95 kasus.

(36)

C. STATUS GIZI

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

Status gizi masyarakat dapat memberikan gambaran terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Status gizi bayi dapat dilihat dari kasus bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2.500 gram yang merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Dinegara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Kasus bayi BBLR di Kabupaten Pidie tahun 2016 banyak terdapat di Puskesmas Pidie dengan jumlah kasus 36 bayi, kemudian disusul Puskesmas Indrajaya yaitu 30 kasus dan Puskesmas Mutiara Barat dengan jumlah 26 kasus. Total keseluruhan tahun 2016 terdapat 265 bayi yang dikatagorikan BBLR dari 7.691 bayi lahir hidup, terjadi peningkatan tajam bila dibandingkan dengan tahun 2015 dari 1,5% (117) bayi BBLR menjadi 3,5% pada tahun 2016.

2. Status Gizi Balita.

Gizi Buruk adalah merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari hari. Masalah gizi adalah masalah kesehatan

(37)

masyarakat yang penanggulangannya dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.

Jumlah Balita gizi buruk di Kabupaten Pidie Tahun 2016 sebanyak 21 kasus, sedikit terjadi peningkatan jumlah kasus di bandingkan dengan tahun 2015 yaitu 15 kasus. Upaya yang dilakukan untuk menangani kasus gizi buruk di Kabupaten Pidie meliputi:

a. Penimbangan balita secara ketat dengan meningkatkan cakupan D/S (balita ditimbang dibagi seluruh balita)

b. Melakukan investigasi terhadap balita yang dicurigai gizi buruk. c. Melakukan rujukan kasus gizi buruk.

d. Pemberian PMT kepada balita gizi kurang/buruk berdasarkan indikator BB/U.

(38)

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar yang cepat, tepat dan efektif diharapkan dapat mengatasi sebagian masalah kesehatan masyarakat. Pada uraian berikut dijelaskan jenis pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di sarana pelayanan kesehatan.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1

Pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal care) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan pada trimester pertama kehamilan. Setiap ibu hamil berkunjung kesarana kesehatan minimal satu kali. Cakupan K1 menggambarkan besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB IV

(39)

1 Simpang Tiga 97,8 2 Tangse 94,2 3 Indrajaya 92,7 4 Padang Tiji 91,5 5 Reubee 88,8 6 Pidie 84,9 7 Titeu 84,2 8 Glp. Tiga 83,7 9 Tiro 82,4 1 Muara Tiga 78,8 2 Kb. Tanjong 78,4 3 Mutiara Barat 77,8 4 Glp. Baro 77,8 5 Keumala 77,6 6 Ujong Rimba 77,3 7 Mutiara Timur 76,7 8 Sakti 76,6 9 Mila 76,5 10 Grong-grong 74,7 11 Manee 71,6 12 Delima 71,2 13 Kota Sigli 70,7 1 Batee 69,8 2 Geumpang 69,0 3 Teupin Raya 68,3 4 Peukan Baro 64,9 60% - 70% 80% - 92% 71% - 79% Gambar 4.1

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Kabupaten Pidie Tahun 2016

Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 Kabupaten Pidie Tahun 2016 sebesar 80,3%, terdapat sembilan Puskesmas dengan cakupan di atas 80% (Hijau Tua), dan terdapat empat Puskesmas dengan cakupan rendah antara 60-70% (kuning) sedangkan Puskesmas dengan cakupan terendah (merah) tidak ada artinya rata-rata capaian K-1 Kab. Pidie Tahun 2016 sudah menunjukkan angka perubahan ke arah yang lebih baik.

b.Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4

K4 adalah merupakan gambaran seberapa besar ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar dengan paling sedikit 4 (empat) kali kunjungan selama kehamilan dengan kriteria sekali pada trimester pertama, sekali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga.

(40)

Gambar 4.2

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Kabupaten Pidie Tahun 2016

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 pada tahun 2016 Kabupaten Pidie sebesar 67,4%. Terjadi sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelum dengan cakupan 68,3%. Cakupan ibu hamil K4 tertinggi adalah Puskesmas Tangse sebesar (91,6%) dan terendah adalah puskesmas Mutiara Barat sebesar (34,7%).

c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakanproses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar. Indikator ini adalah untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan persalinan yang profesional.

1 Tangse 91,6 2 Reubee 89,3 3 Padang Tiji 88,9 4 Indrajaya 82,1 1 Kb. Tanjong 74,7 2 Muara Tiga 69,9 3 Mutiara Timur 69,2 4 Delima 68,9 5 Tiro 68,3 6 Mila 68,1 7 Sakti 67,7 8 Glp. Tiga 67,0 9 Ujong Rimba 66,9 10 Pidie 66,5 11 Simpang Tiga 64,3 12 Teupin Raya 64,2 13 Keumala 64,0 14 Kota Sigli 62,7 15 Geumpang 61,9 16 Titeu 60,2 1 Grong-grong 59,8 2 Manee 58,1 3 Peukan Baro 57,1 4 Glp. Baro 57,0 5 Batee 49,3 6 Mutiara Barat 34,7 80% - 92% 71% - 79% 60% - 70% < 60%

(41)

Proses pertolongan persalinan oleh tenaga dengan kompotensi kebidanan akan memastikan pelayanan yang diberikan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Sterilitas atau pencegahan infeksi dengan menerapkan minimal 3 bersih yaitu : bersih tangan penolong, bersih alat pemotong tali pusat, bersih tempat ibu berbaring.

b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar pelayanan.

c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Kabupaten Pidie pada tahun 2016 sebesar78,92%, mengalami penurunan dari tahun 2015 sebesar 81,5%, angka ini masih dibawah dari target Standar Pelayanan Minimal Nasional(SPM 95%).

d. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Ibu hamil dengan resiko tinggi merupakan keadaan penyimpangan dari normal yangsecara langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi, misalnya umur, paritas, interval dan tinggi badan. Sedangkan komplikasi pada proses persalinan adalah keadaan dalam proses persalinan yang mengancam kehidupan ibu maupun janinnya, misalnya perdarahan, preeklamsia, infeksi jalan lahir, letak lintang, partus lama dan lainnya. Ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang tertangani merupakan ibu hamil risti/komplikasi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas perawatan dan rumah sakit dengan fasilitas PONED (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar) dan PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi komprehensif).

(42)

Pada tahun 2016 di Kabupaten Pidie cakupan komplikasi kebidanan ditangani yaitu 26,96%, mengalami penurunan dibanding tahun 2015 sebesar 32.9%.

e. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas

Cakupan kunjungan nifas merupakan perawatan ibu maternal pasca persalinan, Kunjungan nifas sering disama artikan dengan kunjungan neonatus karena waktunya yang bersamaan. Penurunan angka kematian ibu dapat ditempuh dengan menciptakan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan dan post-partum atau nifas menjadi aman dan terpantau oleh Petugas Kesehatan.

Berdasarkan laporan Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan cakupan pelayanan ibu nifas tahun 2016 tercatat sebesar 71,71%, terjadi penurunan dari tahun2015 sebesar 73%.

f. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe

Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamill, ibu nifas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet) tahun 2016sebesar81,53% dan cakupan Fe-3 sebesar 69,32%.

(43)

g. Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi

Kekurangan Vitamin A dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.

Cakupan bayi mendapat kapsul Vitamin A adalah jumlah bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis 100 UA 1 kali per tahun disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A yang rutin dilakukan setahun dua kali, yaitu pada bulan Februari dan bulan agustus. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi di kabupaten pidie ditahun 2016adalah 97,87% meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar89%.

h. Cakupan pemberian Vitamin A pada Anak Balita

Salah satu program penanggulangan Kurang Vitamin A yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak.

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak umur 12–59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A

(44)

dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 SI yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan.

Cakupan anak balita mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahun di Kabupaten Pidie tahun 2016 adalah 86,23%.

i. Cakupan pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Dalam masa nifas diperlukan suatu asuhan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun sikologis serta memberikan pendidikan kesehatan perawatan kesehatan diri, Nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan bayi sehat. Pada asuhan masa nifas yang berhubungan dengan nutrisi, ibu nifasmempunyai kebutuhan dasar yaitu minum 2 kapsul Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A pada bayinya melalui ASI dan juga untuk mempercepat proses penyembuhan ibu selama masa nifas.

Berdasarkan laporan Bidang Pelayanan KesehatanDinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2016 Jumlah ibu nifas yang mendapatvitamin A sebesar 78,12%, mengalami penurunan dari tahun 2015 dimana Jumlah ibu nifas yang mendapat vitamin A sebesar80,02%.

j. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 (dua) tahun walaupun bayi sudah makan.

Berdasarkan data dari Puskesmas diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Pidie tahun 2016 sebesar39,33%.

(45)

2. Pelayanan Imunisasi

a. Persentase Desa Yang Mencapai “Universal Child Immunization

(UCI)

Pencapaian Universal Child Imunization (UCI) pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap dengan ditunjukkan pada cakupan Imunisasi campak dan polio. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan Wilayah tertentu (desa), hal ini berarti dalam Wilayah tersebut dapat diprediksi tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Gambar 4.2

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Kabupaten Pidie Tahun 2016

Dari 730 Desa yang ada di Kab. Pidie hanya 142 desa (19.4%) yang mendapat UCI yaitu Puskesmas Glumpang Tiga yang capaiannya 50% (kuning) artinya capaian masih berstatus rendah sedangkan 25 Puskesmas lainnya dibawah 50% persen (berstatus sangat rendah), Capaian UCI Kab. Pidie tahun 2016

(46)

masih jauh dari capaian yang seharusnya yaitu minimal 80% untuk setiap kelurahan. sehingga perlu diwaspadai munculnya kasus-kasus PD3I karena masih banyak desa yang belum mencapai UCI.

b.Persentase Cakupan Bayi diimunusasi

Pelayanan imunisasi ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi penyakit - penyakit melalui imunisasi yang dilaksanakan secara rutin maupun khusus dengan sasaran bayi, balita, anak sekolah maupun Wanita Usia Subur. Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang Selaput Otak, Radang Paru-Paru. Salah satu pencegahan terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi.

Bayi seharusnya mendapatkan imunisasi secara lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan Campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap pada bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan secara lengkap.

Selain program imunisasi rutin, juga dilakukan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT dan Campak yang diberikan pada semua usia kelas 1 SD/MI, sedangkan BIAS TT diberikan pada semua anak usia kelas 2 dan 3 SD/MI serta program Blacklog Fighting (melengkapi status imunisasi).

(47)

Berdasarkan laporan bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) tahun 2016 bahwa Cakupan bayi diimunisasi dasar lengkap sebesar 33,5% dari jumlah bayi diimunisasi dasar lengkap sebanyak 3.136 orang.Cakupan imunisasi Hb < 7 hari sebesar 74,1% dari jumlah bayi diimunisasi HB < 7 hari sebanyak 6.837 orang.Cakupan imunisasi BCG sebesar 56,1% dari jumlah bayi diimunisasi BCG sebanyak 5.178 orang.Cakupan imunisasi DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 sebesar 35% dari jumlah bayi diimunisasi DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 sebanyak 3,245 orang, Cakupan imunisasi Polio 4 sebesar 43,7% dari jumlah bayidiimunisasi Polio 4 sebanyak 4.092 orang.Cakupan imunisasi Campak sebesar 40,4% dari jumlah bayi diimunisasi campak sebanyak 3.790 orang.

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana

Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan laporan Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jumlah kunjungan rawat jalan di Kabupaten Pidie tahun 2016 di seluruh puskesmas sebanyak 568,733 orang, sementara kunjungan rawat jalan di rumah sakit yang ada di Kabupaten Pidie sebanyak 249.866 orang.

Jumlah Kunjungan rawat Inap di Kabupaten Pidie Tahun 2016 diseluruh puskesmas sebanyak 3.781 orang, sementara jumlah kunjungan rawat inap di Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Pidie sebanyak 37.606 orang.

2. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwadi Sarana

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir dan perilaku yang menimbulkan

(48)

penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.

Berdasarkan laporan dari bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2016 jumlah kunjungan gangguan jiwa di puskesmas sebanyak 8.629 orang dengan rincian laki-laki 5.591 orang perempuan 3,038 orang. Sementara berdasarkan laporan dari rumah sakit tercatat kunjungan gangguan jiwa sebanyak 14.408 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 10.015 orang dan perempuan 4.393 orang.

C. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR

Tujuan dari program lingkungan sehat adalah untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan membangunan lintas sektor yang berwawasan lingkungan. Kegiatan pokok guna pencapaian tujuan tersebut meliputi : penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian dampak resiko lingkungan dan pengembangan wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegaiatan berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat, dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks karena kegiatan tersebut saling berkaitan dari berbagai sektor seperti perindustrian, lingkungan hidup, pertanian, cipta karya dan lainnya.

1. Persentase Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar

Gambar

TABEL 4 KABUPATEN PIDIE TAHUN  2016 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Geumpang Geumpang 79 2 81 46 0 46 125 2 127 2 Manee Manee 82 0 82 62 0 62 144 0 144 3 Glp.Tiga Glp
TABEL  11 KABUPATEN PIDIE TAHUN  2016 L P L+P PROPORSI  KELOMPOK  UMUR L P L+P PROPORSI  KELOMPOK UMUR L P L+P L P L+P PROPORSI  KELOMPOK UMUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 16 17 11 12 13 14 1 ≤ 4 TAHUN 0 0,00 0 0,00 0 0 0,00 2 5 - 14 TAHUN 0 0,00 0 0,00 0 0 0,0
TABEL  15 KABUPATEN PIDIE TAHUN 2016                                                          PENDERITA KUSTA L+P JUMLAH % JUMLAH % 1 2 3 6 7 8 9 10 1 Geumpang Geumpang                                      1                                  - 0,0 1 100 2 M
TABEL 20 KABUPATEN PIDIE TAHUN  2016 L P L+P L P L+P L P L+P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 Geumpang Geumpang 2 4 6 0 0 0 0 0 0 0 2 Manee Manee 1 2 3 0 0 0 0 0 0 0 3 Glp.Tiga Glp
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2013 merupakan kelanjutan dari profil-profil sebelumnya yang merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data

Profil Kesehatan Kabupaten Batanghari yang memuat berbagai data, sebagai bahan informasi kesehatan yang terdiri dari gambaran umum &amp; lingkungan, situasi derajat

Profil Kesehatan Kabupaten Batanghari yang memuat berbagai data, sebagai bahan informasi kesehatan yang terdiri dari gambaran umum &amp; lingkungan, situasi derajat

Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2016 ini merupakan suatu gambaran atau informasi kinerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, terutama dalam hal

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues Tahun 2016 disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, cakupan upaya

Dengan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diketahui gambaran situasi Derajat Kesehatan Masyarakat (angka kematian, status gizi,

Profil Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014 ini menyajikan berbagai data dan informasi yang relatif komprehensif, yang meliputi situasi derajat kesehatan

Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2017 ini menggambarkan situasi Derajat Kesehatan Masyarakat (angka kematian, status gizi, angka kesakitan), Upaya