BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.
Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman”.
Slavin (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman”.
Menurut Oemar Hamalik (2001:27) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Nasution (1996:17) menyimpulkan “hasil belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Hasil belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan hasil belajar kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.
Hudoyo (1988 : 1) Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman atau praktek. Adapun sifat dari belajar
6
adalah membentuk hubungan antara stimulsi dsn respon. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti : berupa pengetahuan, ketrampilan maupunsikap serta perubahan aspek – aspek lain pada individu – individu yang sedang belajar, karena itu seseorang dikatakn belajar apabila dapat di asumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan seorang individu mengalami segala perubahan baik kecakapan maupun tingkah laku yang terjadi sebagai suatu bukti keberhasilan dari usaha, kemampuan, latihan, dan pengalaman yang dipengaruhi aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam melakukan kegiatan belajarnya. Bagi seorang siswa pengalaman merupakan salah satu faktor pendukung pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang,setelah ia berinteraksi langsung dengan pengetahuanya.
Perubahan ini tentunya segala perubahan yang bersifat progresif yang di harapkan kearah yang lebih baik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah proses perubahan individu baik kecakapan maupun tingkah laku yang terjadi dari hasil latihan dan pengalaman yang dipengaruhi aspek kignitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.
Untuk mengetahui hasil belajar harus melakukan pengukuran. Pengukuran adalah suatu proses yang dilakukan secara sistimatis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku ( Sridadi 2007 ). Dan menurut Griffin & Nix ( 1991 ) penilaian adalah suatu persyaratan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu.
Jadi, penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan berbagai alat penilaian untuk memperoleh informasi sejauh mana hasil belajar peserta didik dalam mengikuti suatu proses pembelajaran.
2.1.2 Pembelajaran Matematika
Matematika adalah ilmu tentang bilangan – bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang didunakan dalam penyelesaikan masalah
mengenai bilangan ( Kamus Besar Bahasa indonesia, 2001 : 723 ). Keberhasilan siswa untuk belajar matematika, akan terwujud apabila dibantu atau dibimbig oleh guru. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas jika dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Matematika berkenaan dengan ide – ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya bersifat deduktif. Ini berarti mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada pengalaman belajar masa lampau. Dengan demikian belajar matematika yang terputus – putus akan mengganggu terjadinya proses belajar atematika. Pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atu anak didik, agar mereka dapat belajar matematika sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
James dan James, ( 1976:34) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Kline, (1973:21) bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi karena adanya metematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam secara nyata.
Jadi dapat disimpulkan melalui pembelajaran matematika diharapkan dapat menjadikan wawasan bagi siswa untuk menambah pengetahuan abstrak dan deduktif, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.3 Pembelajaran Model Creative Problem Solving
Menurut Karen (2004 :1) model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang berpusat pada ketrampilan dalam pemecahan masalah dan diikuti dengan penguatan kreatifitas. Ketika dihadapkan pada suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah dengan memilih dan mengembangkan ide serta gagasannya.
Creative Problem Solving atau pemecahan masalah adalah tipe belajar yang menyangkut dua atau lebih aturan – aturan yang dipelajari peserta didik.
Dimana aturan – aturan itu dikombinasikan agar menghasilkan suatu aturan yang tadinya belum diketahui peserta didik. Aturan baru baru inilah yang kemudian dipergunakan untuk memecahkan masalah (Herman hudoyo,1990 :29 )
Model Creative Problem Solving ( CPS ) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan ( Pepkin, 2004 :1 ). Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, ketampilan memecah masalah memperlukan proses berpikir.
Adapun implementasi dari model pembelajaran Creative Problem Solving ( CPS ), terdiri dari langkah – langkah sebagai berikut :
a. Tahap Awal
Guru menanyakan kesiapan siswa selama pelajaran matematika berlangsung, sebelum pelajaran berlangsung guru mengulas kembali matematika sebelumnya mengenal materi yang dijadikan sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian guru menjelaskan aturan main ketika model pembelajaran CPS berlangsung serta guru memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran CPS, diantaranya guru mengklasifikasi masalah yang ada pada siswa kemudian guru menjelaskan bagaimana cara menyelesaikannya seperti apa yang diharapkan. Disamping itu siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah, dalam arti tidak ada sanggahan dalam mengungkapkan ide gagasan satu sama lainnya.
b. Tahap Inti
Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan Small discusssion. Tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anak yang ditentukan oleh guru dan kelompok ini bersifat permainan. Tiap – tiap kelompok mendapat Bahan Ajar Siswa ( BAS ) untuk dibahas bersama. Secara berkelompok, siswa memecahkan permasalahan yang terdapat dalam BAS sesuai petunjuk yang terdapat
didalamnya. Siswa mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan ( peranan guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstrorming serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas interest siswa ).
2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan telah dilakukan penulis yang bernama :
1) Sugiharti, guru SD Negeri 1 Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan dengan judul PTK “Creative Problem Solving pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar Membandingkan pecahan sederhana pada kelas 3 semester II SD Negeri 1 Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012. Sebelum melakukan penelitian hasil belajar siswa khususnya matematika dengan Kompetensi DasarMembandingkan pecahan sederhana dari jumlah siswa 21 yang mendapatkan nilai di atas KKM (65) hanya 8 siswa atau 38 % berarti ada 13 siswa atau 62 % yang belum tuntas. Dan setelah diadakan penelitian ada perubahan peningkatan hasil belajar. Dari 21 siswa kelas III Semester II tahun pelajaran 2011/2012 di SD Negeri 1 Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan yang mendapatkan nilai 65 ke atas semula hanya 8 siswa atau 38 % meningkat menjadi 18 siswa atau 85,71%. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar pada kompetensi dasar membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan model Creative Problem Solving.
2) Sri Nur Widyawati, guru SD Negeri 2 Lemahputih Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan dengan judul PTK “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Melalui Creative Problem Solving pada kelas VI semester II SD Negeri 2 Lemahputih Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010”.
Sebelum melakukan penelitian hasil belajar siswa khususnya matematika dengan Kompetensi Menentukan akar pangkat tiga suatu bilangan dari jumlah siswa 19 yang mendapatkan nilai di atas KKM (65) hanya 7 siswa atau 36,84 % berarti ada 12 siswa atau 63,15% yang belum tuntas. Dan setelah diadakan penelitian ada perubahan peningkatan hasil belajar. Dari 19 siswa kelas VI Semester II tahun
pelajaran 2009/2010 di SD Negeri 1 Lemahputih Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan yang mendapatkan nilai 65 ke atas semula hanya 7 siswa atau 36,84 % meningkat menjadi 16 siswa atau 84,21%.
2.3 Kerangka Pikir
Uraian pendapat para ahli dapat melandasi pemikiran penulis untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian. Belajar yang diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dilakukan secara sadar oleh tiap individu. Dalam perjalanan proses belajar akan didapat sebuah hasil belajar itu sendiri dan akhirnya menjadi sebuah hasil yang menjadi tujuan akhir dari proses belajar.
Di kelas 1 pada semester I SD Negeri 3 Asemrudung terjadi pembelajaran yang membosankan dan menjenuhkan bagi siswa. Dimana dalam pembelajaran tersebut, guru dalam menyampaikan materi hanya memakai metode ceramah dalam pembelajaran, tidak menggunakan alat peraga yang memadai padahal pelajaran matematika banyak menggunakan alat peraga dari kegiatan yang nyata dapat mendukung proses pembelajaran. Dengan melalui model Creative Problem Solving ini diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami materi yang akan disampaikan, karena dalam pembelajaran ini menerapkan hal-hal yang bersifat pemecahan masalah sehingga tumbuhlah rasa senang dan tertarik terhadap pelajaran matematika khususnya pada Kompetensi Dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua puluh, yang akhirnya berdampak pada hasil belajar menjadi lebih baik.
Pada penelitian ini dilakukan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus.
Langkah awal dilakukan perencanaan, merancang skenario pembelajaran dengan menggunakan model atau model pembelajaran dan kemudian dilakukan pelaksanaan tidakan pembelajaran. Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model Creative Problem Solving terdiri dari :
1) Klasifikasi Masalah 2) Pengungkapan pendapat 3) Evaluasi danPemilihan
4) IImplementasi
Selesai pembelajaran pada siklus 1 dilakukan analisis dan refleksi untuk mencari kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran. Adanya kekurangan tersebut digunakan untuk memperbaiki pada pembelajaran selanjutnya disiklus dua.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut : Penerapan model Creative Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada Kompetensi Dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua puluh bagi siswa kelas I SD Negeri 3 Asemrudung Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2012 /2013.