• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

”PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MAKNA IMAN KEPADA HARI AKHIR PADA PESERTA DIDIK KELAS XII ATPH B SMK NEGERI 1 BAWEN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2021/2022”

OLEH:

IMAM MUBAROK, M. Pd. I

NIM: 2003117522

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG

2021

(2)

PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.

Khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam , agar peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka Strategi Berorientasi Aktivitas Siswa, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.

Materi yang terkandung di dalam pelajaran PAI sangat banyak dan beragam, mulai dari ketahuidan, fiqh, hadits, tafsir Al Qur‟an dan lain sebaginya. Salah satu materi penting yang dipelajari adalah Iman kepada hari akhir. Iman kepada hari akhir merupakan kewajiban karena merupakan salahsatu rukun iman yang semuanya ada 6.

Iman kepada hari akhir madsudnya percaya dengan adanya hari akhir, baik secara individu (meninggalnya seseoang) maupun Kematian masal (hari kiamat) . Materi Iman kepada hari akhir disampaiakan pada semester gasal pada tingkat SMK Kelas XII.

Iman kepada hari akhir merupakan kejadian yang secara tegas disampaikan dalam alquran seperti dalam firman Allah SWT berikut:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari

kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan

(3)

dimasukkan ke dalam surga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. Q.S. Ali Imrãn/3:185 dan juga dalam dalil dari QS. Al Hajj: 7 yang berbunyi: "Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur." (QS. Al Hajj: 7).

Mengutip dari tafsir Kementerian Agama (Kemenag), melalui ayat ini Allah SWT menjanjikan bahwa hari kiamat pasti akan datang meskipun Dia sendiri merahasiakan waktunya. Kebesaran Allah juga ditunjukkan dalam ayat ini, sebagai Dzat yang Maha Menciptakan dan Menghidupkan segala sesuatu. Tentu Allah juga sanggup menghidupkannya kembali pada hari kebangkitan. Menghidupkan makhluk kembali itu bahkan lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama. Sebab itu, surah Al Hajj ayat 7 ini juga menjelaskan bahwa setelah kiamat manusia akan dihidupkan kembali. Hal ini dengan tujuan untuk memeriksa amal-amal perbuatan yang telah dilakukannya selama hidup di dunia Imam Ahmad telah meriwayatkan yang dikutip dari tafsir Ibnu Katsir telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Abu Razin Al- Uqaili yang mengatakan bahwa ia datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya:

"Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati?" Rasulullah Saw. bersabda, "Bukankah kamu pernah melewati suatu daerah dari kawasan tempat tinggal kaummu yang tampak tandus, kemudian di lain waktu kamu melewatinya dalam keadaan subur?" Ia menjawab, "Benar."Rasulullah Saw.

bersabda, "Demikianlah caranya kejadian di hari berbangkit nanti.

Dalil kedua, Artinya, “Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, „Apa yang kalian bicarakan?‟ Kami menjawab, „Kami membicarakan kiamat.‟ Ia bersabda,

„Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.‟

Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari

barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya'juj dan Ma'juj, tiga gerhana; gerhana di timur,

(4)

gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka,” (Lihat Abul Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim An-Naisaburi, Al-Jāmi‟us Ṣaḥīḥ, [Beirut, Dārul Afaq Al-Jadidah: tanpa tahun], juz VIII, halaman 178).

Kondisi peserta didik di SMK Negeri 1 Bawen kelas XII (Duabelas) Agribisnis Tanaman Perkebunan dan Holtikultura (ATPH) B sekarang ini memiliki pemahaman terhadap makna iman kepada Hari akhir yang masih rendah. Pada awalnya menggunakan metode klasik yaitu metode ceramah. Selama proses pembelajaran 10% peserta didik dari 33 anak bermain sendiri, 30% peserta didik mengantuk, 30% peserta didik kurang memperhatikan dan 30% peserta didik kurang aktif. Berdasarkan fenomena tersebut, penggunaan metode ceramah perlu dilakukan variasi dengan menggunakan metode lain antara lain dengan metode kontekstual

Berdasarkan pada fenomena tersebut, pembelajaran materi Makna iman kepada hari akhir dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman Makna iman kepada hari akhir Pada peserta didik kelas XII ATPH B SMK Negeri 1 Bawen untuk meningkatkan prestasi belajar perlu dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas, peneliti ini menentukan judul: ”Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Makna Iman Kepada Hari Akhir Pada Peserta Didik Kelas XII ATPH B SMK Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2021/2022”

Dengan rumusan masalah: Apakah Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi makna Iman Kepada Hari Akhir.

Dengan penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL), Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman makna Iman Kepada Hari

(5)

Akhir Pada Peserta Didik Kelas XII ATPH B SMK Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2021/2022.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat Meningkatkan Pemahaman Makna Iman Kepada Hari Akhir Pada Peserta Didik Kelas XII ATPH B SMK Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2021/2022”?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari tujuan masalah diatas, maka peneliti ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran materi Pemahaman Makna Iman Kepada Hari Akhir mapel PAI pada peserta didik kelas duabelas ATPH B SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2021/2022.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian tindakan kelas dapat menambah wawasan mengenai bidang

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya penerapan Pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam meningkatkan prestasi

belajar, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti peneliti

berikutnya.

(6)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik

Dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi Pemahaman Makna Iman Kepada Hari Akhir mapel PAI

b. Bagi Guru

Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih metode pembelajaran agar lebih bervariasi hingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

Mendapat pengalaman langsung dalam menerapkan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dan mendapatkan bekal tambahan sebagai mahapeserta didik dan calon guru sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan.

E. KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi Contextual teaching and Learning ( CTL )

1. Pengertian Pendekatan Contextual teaching and Learning ( CTL ) Pendekatan adalah: Proses, cara, perbuatan yang diusahakan dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti

1

. Contextual Teaching and Learning terdiri dari tiga kata.context artinya berhububgan dengan suasana atau keadaan.

2

Teaching artinya mengajar.

3

Learning artinya Pengetahuan.

4

Menurut bahasa berasl dari bahasa latin yang artinya mengikuti keadaan, situasi dan kejadian. Adapun pengertian CTL menurut Depdiknas adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan

1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi 3, h. 246

2 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,1997), h.143

3 Ibid., h. 581

4 Ibid., h. 353

(7)

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari- hari.

5

Dengan demikian Contextual teaching and Learning adalah system belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

5 Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, ( Bandung: Rosda Karya, 2004 ), h. 5

(8)

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerjaan.

6

CTL adalah mengajar dan belajar yang menghubungkan isi pelajaran dengan lingkungan.

7

Johnson mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari- hari, yaitu dengan kontexs lingkungan pribadinya, social dan budaya. Sedangkan The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia yang nyata. Pembelajaran kontexs terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja. Center on Education and Work at The University of Wisconsin Madison, mengartikan Pembelajaran Kontekstual adalah suatu konsepsi belajar- mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan membantu siswa membuat hubungan antara

6 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 6

7 Dharma Kesuma, CTL Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM, (Yogyakarta:

Rahayasa, 2010 ), h. 5

(9)

pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.

8

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran CTL adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari- hari, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat maupun warga negara. Dengan pembelajaran CTL guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kompetensi yang mereka miliki, dengan tujuan untuk menemukan makna materi dan menerapkan pengetahuan yang didapatnya. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari kontexs yang terbatas sedikit demi sediki, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Contextual Teaching and Learning ( CTL ) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara utuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung didalamnya:

a. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara lansung.

h. 295

8 Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum KTSP, ( Jakarta: Rajawali Press, 2007),

(10)

Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan siswa hanya dapat menerima materi pelajaran saja secara pasif, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

b. CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah dilupakan.

c. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari- hari.

9

2. Teori yang Melandasi Contextual teaching and Learning ( CTL )

Beberapa Teori yang berkembang yang melandasi CTL adalah sebagai berikut:

a. Knowledge- Based Contructivism

Teori ini beranggapan bahwa belajar bukan menghapal, melainkan mengalami, dimana peserta didik dapat mengkontruksi sendiri

9 Dharma Kesuma, Op. Cit., h. 59

(11)

pengetahuannya, melalui partisipasi aktif secara inovatif dalam proses pembelajaran.

b. Effort- Based learning/ Incremental Teory Of Intellagance

Teori ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan mendorong siswa memiliki komitmen terhadap belajar.

c. Socialization

Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses social yang menentukan terhadap tujuan belajar. Oleh karena itu, faktor social dan budaya merupakan bagian dari system pembelajaran.

d. Situated Learning

Teori ini beranggapan bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus situasional, baik dalam kontexs secara fisik maupun kontexs social dalam rangka mencapai tujuan belajar.

e. Distributed Learning

Teori ini beranggapan bahwa manusia merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang didalamnya harus ada terjadinya proses berbagi pengetahuan dan bermacam- macam tugas.

10

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seluruh siswa untuk mengkontruksi atau

10 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, ( Bandung : Rafika Aditama, 2009 ), h. 70- 71

(12)

membangun pengetahuan dalam dirinya melalui usaha yang optimal/ bersungguh- sungguh juga dipengaruhi faktor sosial dan budaya yang ada disekitarnya.

Teori lain yang mendukung pembelajaran kontekstual adalah:

d. Teori Perkembangan dari Piaget

Menurut Piaget: bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ia ketahui pada satu sisi dengan apa yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman.

e. Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sesuai dengan teori sosiogenesis. Artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber- sumber sosial di luar dirinya.

11

f. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan- aturan itu tidak lagi sesuai.

Menurut teori ini, satu prinsip yang paling penting dalam pisokologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

11 Kokom Komalasari, Op. Cit, h. 19- 22

(13)

kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Yaitu siswa diberi kesempatan yang seluas- luasnya untuk mengembangkan ide- ide yang ia miliki, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

12

g. John Dewey Metode Pengajaran

Menurut John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati- hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan- kesimpulan yang definitif melalui lima langkah, yaitu:

1. Siswa mengenali masalah- masalah itu datang dari luar diri siswa itu sendiri.

2. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang di hadapinya.

3. Lalu dia menghubungkan uraian- uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri.

4. Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing- masing.

5. Selanjutnya ia mencoba mempraktekkan salah atu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik .Hasilnya akasn membuktikan betul- tidaknya pemecahan masalah itu. Bilamana pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.

13

12 Trianto, Mendesain Pembelajaran Kontekstual, ( Contextual Teaching and Learning) di Kelas, ( Jakarta: Cerdas Pustaka Pubisher, 2008), h. 40- 41.

13 Ibid., h. 45- 56

(14)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan pembelajaran CTL adalah siswa diharapkan mampu memperoleh kecakapan intelektual dan dapat membangun sendiri pengetahuan dalam dirinya serta mampu memecahkan atau menyelesaikan permasalah yang ada, karna guru berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, oleh karenanya guru . Dengan begitu siswa akan terbiasa mandiri dan menjadi lebih kreatif dan inovatif di dalam pembelajaran.

3. Konsep Pembelajaran Contextual Teaching Learning( CTL )

Kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan sehari- hari.

14

Landasan Filosofis CTL adalah Konstruktivisme yaitu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya menghapal, tetapi mengkontruksikan atau membangun pengetahuan dn keterampilan baru lewat fakta- fakta yang mereka alami dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep KTSP yang diberlakukan, KTSP dilandasi dengan pemikiran bahwa beberapa kompetensi akan terbangun secara mantap dan maksimal apabila pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu pembelajaran yang dudukung situasi dalam kehidupan nyata.

14 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 41

(15)

Untuk memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual, COR (Center For Occupational Research) di Amerika menjabarkannya menjadi lima konsep bawahan yang disingkat REACT yaitu:

1. Relating adalah bentuk belajar dalam kontek kehidupan nyata atau pengalaman nyata, pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari- hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan.

2. Experincing adalah belajar dalam kontexs ekplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inguary.

3. Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.

4. Coorperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan

pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk ini tidak

hanya membantu siswa belajar materi, tetapi juga konsisten dengan

penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan

nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan

berkomunikasi dengan warga lain.

(16)

5. Transfering adalah kegiatanbelajar dalam bentuk memampaatkan pengetahuan pengalaman berdasarkan kontexs baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

15

Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dlam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan, yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa.

Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan menemukan sendiri bukan hanya didapat dari guru.

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep di atas terdapat tiga hal yang harus kita pahami:

a. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar dioryentasikan pada proses pengalaman secara langsusng.

15 Ibid., h. 41- 42

(17)

b. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bagi siswa materi tidak hanya berfungsi secara funfsional, akan tetapi materi tersebut juga dipelajari dan tertanam erat dalam memori mereka, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

c. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi juga bagaimana materi itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

4. Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Terdapat beberapa karakteristik dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL yaitu:

1. Kerja sama 2. Saling menunjang

3. Menyenangkan, tidak membosankan 4. Belajar dengan bergairah

5. Pembelajaran terintegrasi

6. Menggunakan berbagai sumber

7. Siswa aktif

(18)

8. Sharing dengan teman 9. Siswa kritis, guru kreatif

10. Dinding dan lorong- lorong penuh dengan hasil kerja- sama, peta- peta, gambar, artikel, humor dan lain- lain

11. Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain- lain.

16

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuan. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada sekedar memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar- mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa

2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama

3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual

16 Dharma Kesuma, Op. Cit., h. 84

(19)

4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan pertimbangan pengalaman yang dimiliki siswa

5. penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti Melaksanakan dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.

17

5. Asas- asas Contextual teaching and Learning ( CTL )

a. Konstruktivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pengembangan filsafat kontruktivisme Mark Baldwin dan diperdalam oleh Jean Piage menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.

Menurut Suparno, secara garis besar prinsip- prinsip kontruktivisme yang diambil adalah:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial;

2. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar;

3. Siswa aktif mengkontruksi secara terus- menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah;

17 Ibid. , h. 60- 61

(20)

4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi siswa berjalan mulus.

b. Inquiri

Asas kedua dalam pembelajaran Contextual Teaching Learning( CTL ) adalah inquiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencapaiaan dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Ada berapa langkah dalam kegiatan menemukan (inquiri) yang dapat dipraktekan di kelas :

1. Merumuskan Masalah

2. Mengamati dan melakukan observasi

3. Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya yang lain

4. Mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.

c. Bertanya (Questioning)

(21)

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan- pertanyaan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2. Mengecek pemahaman siswa

3. Membangkitkan respon siswa

4. Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa 5. Mengetahui hal- hal yang sudah deketahui siswa

6. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi petanyaan dari siswa d.Masyarakat Belajar (Learning Comminity)

Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan ontuk memecahkan suatu persoalan.

e. Pemodelan ( Modeling)

(22)

Yang dimaksud dengan asas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa/ peserta didik.

f. Refleksi ( Reflection )

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang baru diterima. Dengan begitu sisswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

g.Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini,

biasanya ditekenkan pada aspek intelektual sehingga alat evaluasi yang digunakan

terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa /

peserta didik telah menguasai materi pelajaran. Penilaian nyata (Authentic

Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi

tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah siswa benar- benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar

siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intelektual ataupun

mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses

pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus- meneus selama kegiatan

pembelajaran berlansung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar

bukan kepada hasil belajar.

(23)

Secara ringkas ada tujuh pilar CTL dan kelemahan pembelajaran Tradisional/

Konvensional, dapat disusun dalam tabel berikut:

Perbandingan Pendekatan CTL dengan Pendekatan Konvensional/ Tradisional.

18

Pilar/ Solusi,

Indikator masalah Pendekatan CTL

Pendekatan Konvensional/

Tradisional 1 Konstruktivme Belajar berpusat pada siswa untuk

mengkontruksi bukan menerima

Belajar yang berpusat pada guru, formal dan serius 2 Inquiri Pengetahuan diperoleh dengan

menemukan, menyatukan rasa, karsa dan karya

Pengetahuan diperoleh siswa dengan duduk, mengingat seperangkat fakta, memisahkan kegiatan fisik dengan intelektual

3 Bertanya Belajar merupakan kegiatan produktif, menggali informasi, menghasilkan pengetahuan dan keputusan

Belajar adalah kegiatan konsumtif, menyerap informasi menghasilkan kebingungan

dan kebosanan

4 Masyarakat Belajar Kerjasama dan maju bersama, saling membantu

Individualistis dan persaingan yang melelahkan

5 Pemodelan Pembelajaran yang multi ways, mencoba hal- hal baru

Pembelajaran yang one way, seragam takut mencoba, takut salah

6 Refleksi Pembelajarn yang

konprehenshif, evaluasi diri dendiri/ internal dan ekternal

Pembelajaran yang terkotak- kotak, mengandalkan respon ekternal/ guru

7 Penilaian Authentic Penilaian proses dan hasil, pengalaman belajar, tes dan non tes multi aspects

Penilaian hasil, paper and pencil test kognitif

18 Suparlan dkk, PAKEM, ( Bandung: Genesindo, 2008), h. 46

(24)

1) Iman Kepada Hari Akhir a. Pengertian

Hari Akhir menurut bahasa artinya “Hari Penghabisan” (Q.S. al-Baqarah/2:177), juga disebut “Hari Pembalasan” (Q.S. al-Fatihãh/1:4). Sedangkan menurut istilah, Hari Akhir adalah hari mulai hancurnya alam semesta berikut isinya dan berakhirnya kehidupan semua makhluk Allah Swt. Hari Akhir juga disebut hari Kiamat, yaitu hari penegakan hukum Allah Swt. yang seadil-adilnya (Q.S. al- Mumtahanah/60:3). Kebenaran akan datangnya Hari Akhir dapat ditemukan melalui kajian ayat-ayat al-Qur’an, ilmu pengetahuan, dan panca indera. Melalui kajian akan kebenaran adanya Hari Akhir, kalian dapat menghayati akan nilai-nilai keimanan kepada Hari Akhir.Iman Kepada Hari Akhir artinya percaya dan yakin bahwa hari akhir atau hari kiamat itu pasti akan datang. Kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima pengadilan Allah swt.

Perhatikan firman Allah berikut:

Artinya: "Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya;

dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur." (QS. al-Hajj/22: 7).

Ayat ini menegaskan bahwa hari Kiamat itu bukanlah omong kosong, tapi kejadian yang benar adanya. Hanya saja, manusia tidak ada yang tahu, kapan itu akan terjadi. Ini adalah rahasia Allah swt. Hanya Allah yang Maha Tahu kapan hari Kiamat akan terjadi. Ketika kiamat tiba, bumi akan hancur, semua makhluk mati, lalu Allah menghidupkan kembali manusia dari dalam kubur.

Iman kepada hari kiamat adalah percaya dan meyakini bahwa seluruh alam termasuk

dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya

terompet Malaikat Israfil. Dijelaskan bahwa pada hari itu daratan, lautan dan benda-benda

di langit porak-poranda. Gunung-gunung meletus, hancur, dan berhamburan. Bumi

berguncang dan memuntahkan isi perutnya. Lautan meluap dan menumpahkan seluruh

(25)

isinya. Benda-benda yang ada di langit bergerak tanpa kendali. Bintang, planet, dan bulan saling bertabrakan.

b. Macam-macam Hari Akhir /Kiamat 1) Kiamat Shughra (Kiamat Kecil)

Yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia. Misalnya:

matinya seseorang karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami, banjir, tanah longsor, dan sebagainya.

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Q.S. Ali Imrãn/3:185)

Sebelum terjadi hari kiamat, mereka yang telah mati mengalami proses awal kehidupan akhirat yang disebut alam barzakh (Q.S. ar-Rμm/30:55-56). Barzakh adalah alam yang menjadi batas antara alam dunia dan alam akhirat. Pada masa itu roh manusia sudah menyadari akan kebenaran janji Allah Swt. (Q.S. al- Mu‟minμn/23:99-100), bahkan kepada mereka yang jahat sudah diperlihatkan neraka dan siksa (Q.S. al-Mu‟min/40:45-46).Yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta. Dunia porak-poranda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru yakni alam akhirat.

2) Kiamat Kubra (Kiamat Besar)

Hari Akhir menurut bahasa artinya “Hari Penghabisan” (Q.S. al-Baqarah/2:177),

juga disebut “Hari Pembalasan” (Q.S. al-Fatihãh/1:4). Sedangkan menurut istilah,

Hari Akhir adalah hari mulai hancurnya alam semesta berikut isinya dan

berakhirnya kehidupan semua makhluk Allah Swt. Hari Akhir juga disebut hari

(26)

Kiamat, yaitu hari penegakan hukum Allah Swt. yang seadil-adilnya (Q.S. al- Mumtahanah/60:3). Kebenaran akan datangnya Hari Akhir dapat ditemukan melalui kajian ayat-ayat al-Qur‟an, ilmu pengetahuan, dan panca indera. Melalui kajian akan kebenaran adanya Hari Akhir, kalian dapat menghayati akan nilai- nilai keimanan kepada Hari Akhir.

Seperti digambarkan dalam Q.S Al Waqiah ayat 1-5 berikut:

Artinya:

1. Apabila terjadi hari kiamat,

2. tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.

3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), 4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,

5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,

F. RUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis tindakan adalah kesimpulan sementara yang mendeskripsikan hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis adalah apabila penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI dapat berjalan dengan efektif, maka prestasi dan hasil belajar peserta didik akan meningkat.

G. METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah peserta didik dan guru yang terlibat dalam pembelajaran. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XII ATPH B SMK Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang. Peserta didik dalam kelas ini adalah 33 peserta didik.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

(27)

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Bawen. Sekolah ini beralamat di Jalan R.A Kartini No. 119 Bawen Kab. Semarang 50661. Sekolah ini bernaung di bawah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Alasan pemilihan sekolah ini adalah karena peneliti mengabdi di sekolah ini sehingga sudah mengetahui karakteristik peserta didik maupun permasalahan di sekolah ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2021

C. Bentuk dan Stategi Penilaian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan peserta didik maupun staf sekolah lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Suharsimi Arikunto, dkk., 2008: 3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama. Maksud kelas tersebut bukan hanya dalam ruangan, namun lebih pada kelompok yang sedang belajar.

Sarwiji Suwandi (2009: 10-11) menyatakan bahwa PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan. Alternatif pemecahan masalah dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru (bersama pihak lain) untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam PBM. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Jika ternyata tindakan tersebut belum dapat menyelesaikan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai permasalahan tersebut dapat diatasi).

PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Suhadjono (dalam Suharsimi, dkk., 2008: 62) menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK, antara lain:

(1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi alami dan ditujukan untuk

menyelesaikan masalah, (2) PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis atau

bersifat bebas konteks, (3) dimulai dari permasalahan sederhana, nyata, jelas, dan tajam

mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas, (4) adanya kolaborasi antara praktisi (guru,

peserta didik, dan lain-lain) dan peneliti, dan (5) menambah wawasan keilmiahan dan

keilmuwan. Sejalan dengan itu, Supardi (dalam Suharsimi, dkk., 2008: 110) juga

(28)

mengungkapkan ada tiga karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) inkuiri reflektif; 2) kolaboratif; dan 3) reflektif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran Makna Iman Kepada Hari Akhir dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) “Makna Iman Kepada Hari Akhir”. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran berdiskusi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) “Makna Iman Kepada Hari Akhir”.

D. Data dan Sumber Data

1. Tempat dan peristiwa berlangsungnya proses belajar mengajar Makna Iman Kepada Hari Akhir.

2. Informan atau narasumber, yaitu guru sejawat dan peserta didik kelas XII ATPH B yang berjumlah 33 peserta didik.

3. Dokumen dari hasil rekaman dan catatan ujaran pembicaraan guru dan Peserta Didik dalam proses pembelajaran berdiskusi, serta RPP yang dibuat guru dan peneliti, catatan wawancara serta hasil angket yang terisi oleh peserta didik.

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran mengungkapkan kritik, sanggahan atau pujian dalam bentuk teks tanggapan, keaktifan peserta didik dalam berdiskusi, peserta didik dalam mengungkapkan teks tanggapan secara lisan.

Data penelitian tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Observasi/Pengamatan

Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di

kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa (tradisional) maupun dengan

pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Memahami Makna Iman Kepada Hari

Akhir. Dengan demikian, tujuan observasi ini adalah untuk mengamati perkembangan

pembelajaran yang dilakukan peserta didik dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan,

pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.

(29)

Dalam observasi ini, peneliti sekaligus sebagai guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Peneliti melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Peneliti juga yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas bekerja sama dengan teman sejawat guru Pendidikan Agama Islam. Hasil pengamatan peneliti dan guru sejawat dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dan mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian diterapkan dalam siklus selanjutnya.

2. Wawancara mendalam

Wawancara dilakukan kepada guru sejawat Pendidikan Agama Islam dan beberapa peserta didik kelas XII ATPH B . Wawancara dengan peserta didik dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap pembelajaran tata cara membersihkan hadas kecil.

Dari wawancara itu serta kegiatan pengamatan dan kajian dokuman yang telah dilakukan, diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan dengan pembelajaran tata cara membersihkan hadas kecil dan faktor-faktor penyebabnya. Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Pada setiap akhir wawancara akan disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.

3. Angket

Teknik ini dilakukan dengan cara meminta informasi untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak mungkin untuk diwawancarai satu per satu. Angket diberikan kepada para peserta didik untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran berdiskusi. Angket ini diberikan sebelum kegiatan penelitian tindakan dan setiap akhir siklus/tindakan.

4. Kajian dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil notulen diskusi peserta didik, dan nilai peserta didik.

E. Teknik Validitas Data

Untuk mengkaji validitas data, digunakan teknik triangulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode.

Trianggulasi sumber atau data adalah mengumpulkan data yang sama atau sejenis yang digali

(30)

dari berbagai sumber yang berbeda. Trianggulasi data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan berbagai sumber, misal guru dan peserta didik. Trianggulasi metode adalah mengumpulkan data yang sama atau sejenis yang digali dari berbagai metode berbeda.

Trianggulasi metode dalam penelitian ini misalnya mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya apabila didukung dengan tindakan observasi dan wawancara dengan informan sebagai sumber lain.

Dengan demikian, trianggulasi data mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Misalnya membandingkan nilai peserta didik dari survai awal sampai akhir atau dengan indikator. Selain itu juga digunakan review informan yaitu menanyakan kembali kepada informan, kevalidan data yang diperoleh dari hasil wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan analisis kritis. Sarwiji Suwandi (2008: 61) menyatakan bahwa analisis deskripsi komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil akhir pada setiap siklus. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun tindakan selanjutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.

G. Indikator Ketercapaian Tujuan

Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran memahami makna iman kepada hari akhir. Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas, dirumuskan indikator sebagai berikut ini.

Tabel 1. Deskripsi Indikator Ketercapaian Proses Pembelajaran

Aspek yang Diukur Persentase

Target Capaian Cara Mengukur

(31)

1. Kedisiplinan

peserta didik 75 %

Diamati ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung dengan lembar observasi dihitung dari jumlah peserta didik tertib melaksanakan tugas guru, tanggung jawab terhadap tugas, dan mengikuti petunjuk guru

2. Motivasi Peserta

didik 75 %

Diamati ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung dengan lembar observasi dihitung dari jumlah peserta didik yang tertarik, antusias, dan semangat mengikuti pembelajaran

3. Keaktifan Peserta

didik 75 %

Diamati ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung dengan lembar observasi dihitung dari jumlah peserta didik aktif bertanya dan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran

Tabel 2. Deskripsi Indikator Ketercapaian Hasil Pembelajaran

Aspek yang Diukur Persentase

Target Capaian Cara Mengukur Ketuntasan hasil

belajar yaitu keterampilan mengungkapkan kritik, sanggahan, pujian dalam bentuk teks tanggapan secara lisan

75 %

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan guru. Dihitung dari

jumlah peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 76 berdasarkan lembar

penilaian yang diisi guru.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga akhir

penelitian. Prosedur penelitian ini akan melalui tahap-tahap sebagai berikut.

(32)

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah:

a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran teks tanggapan yang terdapat di SMK Negeri 1 Bawen. Adapun langkah yang ditempuh yaitu melakukan wawancara dengan peserta didik dan guru sejawat. Peneliti juga mengadakan diskusi dengan guru sejawat untuk mengetahui sejauh mana permasalahan yang dihadapi. Kemudian hasilnya diuji kebenarannya dengan melakukan observasi pembelajaran teks tanggapan;

b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu teori yang relevan;

menetapkan solusi atas permasalahan tersebut yaitu menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual Makna Iman Kepada Hari Akhir serta menyusun tindakan untuk siklus pertama, kedua, dan ketiga;

c. Menyusun jadwal penelitian dan rancangan kegiatan penelitian; dan

d. Menyiapkan berbagai sarana pendukung kelancaran proses belajar mengajar dan menyiapkan pedoman observasi guru dan peserta didik yang diisi selama penelitian.

2. Tahap Aplikasi Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dalam siklus-siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup 4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting).

a. Rancangan Siklus I 1). Perencanaan

Berdasarkan hasil identifikasi serta penetapan masalah dari kegiatan observasi survey awal, wawancara serta angket, peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan media pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti menyusun skenario pembelajaran yang menerapkan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam memahami Makna Iman Kepada Hari Akhir. Peneliti juga menyiapkan perangkat yang diperlukan selama pembelajaran dan perangkat yang diperlukan untuk observasi seperti lembar observasi, angket, dan dokumentasi.

Skenario pembelajaran sebagai berikut.

(33)

a. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

b. Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi teks tanggapan.

c. Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh.

d. Guru bersama peserta didik mengaitkan materi dengan pengalaman peserta didik atau dengan pembelajaran sebelumnya.

e. Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topik materi dengan melihat tayangan film Makna Iman Kepada Hari Akhir melalui LCD.

f. Selama proses kegiatan pembelajaran dengan melihat tayangan film Makna Iman Kepada Hari Akhir, guru melakukan penilaian dengan berkeliling kelas. Guru mengisi penilaian dalam lembar observasi.

g. Kemudian peserta didik tentang mencatat hal-hal yang berkaitan dengan Makna Iman Kepada Hari Akhir

h. Pada waktu berjalannya demonstrasi, guru memberikan penjelasan masing-masing tentang Makna Iman Kepada Hari Akhir agar semua peserta didik mengikuti dengan baik.

i. Peserta didik secara aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengar.

j. Setelah selesai diskusi, guru melakukan refleksi atas pembelajaran diskusi siklus pertama ini

k. Peserta didik bersama guru menyimpulkan pembelajaran.

l. Peserta didik melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilaksanakan.

m. Peserta didik dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya

n. Peserta didik dan guru berdoa mengakhiri kegiatan belajar mengajar. (religius) o. Peserta didik menjawab salam penutup dari guru.

2). Pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4x45 menit.

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan.

(34)

3). Observasi dan Interpretasi

Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran membersihkan hadas kecil. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.

Peneliti mengamati keaktifan peserta didik selama apersepsi dan pembelajaran berdiskusi. Peneliti evaluasi aktivitas guru selama pembelajaran. Adapun kegiatan guru adalah menilai keterampilan menyampaikan kritik, sanggahan, atau pujian secara lisan atau tulis dalam teks tanggapan dengan mengisi rubrik penilaian yang telah disiapkan. Pada akhir tindakan, peserta didik diminta mengisi angket dan jurnal refleksi. Data yang diperoleh dari observasi kemudian diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan.

4). Analisis dan refleksi

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil observasi kemudian menyajikannya pada guru pengampu. Dari hasil analisis berupa Kelemahan- kelemahan dalam pembelajaran, peneliti menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Dari tahapan inilah diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah diberikan.

b. Siklus II dan III

Rancangan siklus II dan siklus III Dalam siklus II ini tahap yang dijalankan sama seperti yang dilakukan pada siklus I. Akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan yang sudah terjadi tidak terjadi pada siklus II. Demikian halnya pada siklus III, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang mengacu pada siklus sebelumnya.

3. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di setiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati perilaku guru dan peserta didik saat pembelajaran teks tanggapan berlangsung.

4. Tahap Pelaporan

(35)

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitan.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pemahaman hasil keseluruhan penelitian ini, dalam menyusun laporan hasil penelitian penulis menggunakan sistematika pembahasan, yaitu secara garis besar Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah bagian awal, isi dan akhir.

Bagian awal meliputi : halaman judul, pernyataan keaslian, pengesahan, abstrak, pedoman transilterasi, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Sedangkan bagian isi terdiri dari 5 bab :

Pada bab I meliputi pendahuluan berisi tentang langkah-langkah yang terdiri dari:

latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika laporan.

Pada bab II berisi landasan teori yang terdiri dari: pembahasan kerangka dari penelitian yaitu kajian pustaka atau penelitian terkait tentang kemampuan memahami Makna Iman Kepada Hari Akhir, kerangka teori tentang memaham Makna Iman Kepada Hari Akhir dan rumusan hipotesis tentang pemahaman Makna Iman Kepada Hari Akhir.

Pada bab III berisi metode penelitian terdiri dari jenis penelitian berupa penelitian tindakan kelas, lokasi penelitian berada SMK Negeri 1 Bawen Kab. Semarang, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan metode analisis data yang sesuai dengan teori.

Pada bab IV berisi pembahasan hasil penelitian terdiri deskripsi pra-siklus, deskripsi per siklus dan pembahasan tentang pemahaman makna iman kepada hari akhir pada kelas XII ATPH B SMK Negeri 1 Bawen Kab. Semarang.

Dan pada bab V berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran-

saran.

(36)

I. Daftar Pustaka

Arief S. Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press

Arifin, Zaenal. 2000. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Armai Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.

Azhar Arsyat. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:

Rineka Cipta.

Muhibbin Syah.1995. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

Pendidikan Nasional Edisi III Cet 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Riduan, M. 2017. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penggunaan Media Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Di Smp Negeri 3 Marabahan. Jurnal PTK dan Pendidikan

Sanjaya Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Kencana.

Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah.

Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13 Surakarta.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Rineka Cipta.

Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press

Syah, Muhaibin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.

Yudhi Munadi. 2010. Media Pembelajaran; sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung

Persada Press.

Gambar

Tabel 1. Deskripsi Indikator Ketercapaian Proses Pembelajaran
Tabel 2. Deskripsi Indikator Ketercapaian Hasil Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang relevan untuk mendukung PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif

Oalam rangka, upaya untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut tidak sama, penelitian ini

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran

Oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Mengungkakan Makna dalam

Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar materi besaran dan satuan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII A SMP Daar el-Salam..

Perangkat pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dinilai dapat memotivasi siswa untuk memahami makna materi yang dipelajarinya yaitu dengan

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari,

Bagaimana upaya meningkatkan karakter kerja keras siswa melalui pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dengan media barang bekas materi membuat topeng pada