• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN STRES KERJA ANTARA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DAN PERAWAT INTENSIVE CARE UNIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERBEDAAN STRES KERJA ANTARA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DAN PERAWAT INTENSIVE CARE UNIT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBEDAAN STRES KERJA ANTARA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DAN

PERAWAT INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD

ALKADRIE KOTA PONTIANAK

Ayu Mallyya*, Fidi Rachmadi**, Rita Hafizah***

*Mahasiswa Program Studi Keperawatan, Universitas Tanjungpura, **Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, ***Manajemen Keperawatan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota

Pontianak

ABSTRAK

Latar belakang : Stres merupakan faktor resiko gaya hidup yang dapat terjadi jika individu tidak mampu mengatasi suatu kejadian hidupnya secara adekuat. Penyebab stres disebut dengan stressor.

Salah satu stressor dari lingkungan akan mengakibatkan stres kerja. Perawat merupakan pekerjaan dengan tingkat stres kerja tertinggi. Stres kerja tertinggi berasal dari perawat instalasi gawat darurat dan perawat intensive care unit.

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan stres kerja antara perawat instalasi gawat darurat dan perawat di intensive care unit RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional, responden sebanyak 41 orang yaitu 21 perawat IGD dan 20 perawat ICU. Metode pemilihan sampel menggunakan tehnik sensus. Instrument penelitian menggunakan kuesioner Nursing Stress Scale yang sudah dimodifikasi. Data di analisis dengan menggunakan uji chi-square.

Hasil : Perawat IGD yang menderita stres tinggi sebanyak 12 orang (57,1%) dan perawat ICU yang menderita stres tinggi sebanyak 7 orang (35,0%). Hasil analisis menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh p.value = 0,155 (p>0,05).

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan stres kerja antara perawat instalasi gawat darurat (IGD) dan perawat intensive care unit (ICU) RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.

Diharapkan dapat memberikan manajemen stres sehingga dapat mengurangi stres pada perawat dan mengelola sistem kerja sehingga mengurangi stressor yang dapat mengakibatkan stres kerja.

Kata kunci : Stres, Perawat, Instalasi Gawat Darurat, Intensive Care Unit

(2)

2

WORK-RELATED STRESS DIFFERENCES BETWEEN EMERGENCY DEPARTMENT (ED) NURSES AND INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

NURSESIN RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

Ayu Mallyya*, Fidi Rachmadi**, Rita Hafizah ***

* Nursing Student of Nursing Department, Tanjungpura University, **West Borneo Department of Health,, *** Dvision of Nursing Management, Sultan Syarif Mohamad Alkadrie

General Hospital, Pontianak

ABSTRACT

Background: Stress is the risk factor of lifestyle that can happen to an individual who is not capable to cope adequately with circumstances in his/her life. The source of stress is called a stressor. One of the environmental stressor will lead to work-related stress. Nursing is one of many professionals with high work-related stress level. The highest work-related stress level comes from the emergency department (ED) nurses and intensive care unit (ICU) nurse.

Objective: To determine whether there is difference in work-related stress levels among ED nurses and ICU nurses in RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.

Methods: This study is a quantitative research, using an analytical survey method with the cross sectional approach, total of samples are 41 people; 21 ED nurses and 20 ICU nurses. Methods of sample selection using census sampling. Instrument research using the modified Nursing Stress Scale. Data were analyzed using the chi-square test.

Results: There are 12 ED nurses (57.1%) who have high stress level are and 7 ICU nurses (35.0%) who have high stress level. The results of the analysis using the chi- square test with a confidence level of 95% was obtained p.value = 0.155 (p> 0.05).

Conclusions: There are no differences in work-related stress level among ED nurses and ICU nurses in RSUD Mohamad Sultan Syarif Alkadrie Pontianak. HRM of the hospital is expected to provide stress management to reduce stress on caregivers and manage the work system.

Keywords : Work-Related Stress, Nurse, Emergency Room, Intensive Care Unit

(3)

3 PENDAHULUAN

Stres merupakan faktor resiko gaya hidup yang dapat terjadi jika individu tidak mampu mengatasi suatu kejadian hidupnya secara adekuat.1 Survei nasional yang dilakukan oleh Health and Safety Excecutive (HSE) pada tahun 2014- 2015 di Inggris melaporkan jumlah kasus antara stres, depresi dan ansietas terkait pekerjaan rata-rata 1380 dari 100.000 pekerja.2 Stres kerja adalah salah satu yang paling umum dan bahaya untuk perawat, bersama dengan cedera penanganan manual, luka fisik dari tindakan agresi atau kekerasan dan konsekuensi terpapar kimia.3

Stres kerja berhubungan secara signifikan dengan perilaku caring perawa.4 Perilaku caring perawat akan berpengaruh terhadap mutu pelayanan perawat yang akan berdampak pada kepuasan pasien.5 Menurut survei Nursing Times Annual Survey 2014 dengan lebih dari 700 responden perawat, sebanyak 63% diantaranya mengatakan menderita berkaitan dengan masalah fisik dan mental akibat stres kerja.6 Terkait masalah fisik, stres kerja

mengakibatkan gangguan kesehatan bagi perawat.7 Pada tingkat organisasional, dampak stres perawat akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja dan komitmen organisasional mereka.8 Stres yang berlangsung terlalu lama juga dapat mengakibatkan mental overload atau burnout.9

Berdasarkan survei di Inggris tahun 2014-2015 perawat memiliki tingkat stres kerja tertinggi yaitu 3000 kasus per 100.000 orang yang dipekerjakan.2 Menurut penelitian Lasima di Rumah Sakit Gorontalo, diperoleh bahwa 75% perawat mengalami stres kerja berat.10 Penyebab dari stres kerja yang dialami perawat berkaitan dengan menyaksikan sekarat dan kematian pasien, konflik dengan dokter, persiapan yang belum memadai, kurang dukungan, konflik dengan perawat lain, beban berlebih dan ketidakyakinan berkenaan dengan pengobatan.11

Berdasarkan penelitian Sharma et al., pada perawat di berbagai unit di rumah sakit menyebutkan stres kerja tertinggi berasal dari perawat instalasi gawat

(4)

4 darurat dan perawat intensive care unit.12 Penelitian di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Pasar Rebo mendapatkan hasil hampir separuh (45,8%) dari perawat memiliki stres kerja tinggi.13 Hasil penelitian lain di Intensive Care Unit (ICU) RS Makassar menunjukkan bahwa 56,7%

perawat mengalami stres kerja tinggi.14 Namun, biarpun sama-sama memiliki stres kerja tinggi, terdapat perbedaan stres kerja antara perawat IGD dan perawat ICU, sesuai dengan penelitian Widodo di RSUD Surakarta yang menyatakan terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara perawat intensive care unit (ICU) dan perawat instalasi gawat darurat (IGD).15

Perawat di ruang IGD dan ICU berbeda dengan perawat yang lain. Tuntutan untuk memiliki tingkat pengetahuan serta keterampilan yang lebih baik dari perawat yang lain dalam menangani pasien dan faktor psikologis seperti beban kerja lebih berat yang dialami perawat IGD dan ICU akan menimbulkan kelelahan kerja yang berujung pada stres kerja.

Stres yang dialami perawat yang bekerja di ruang IGD merupakan

akibat dari tuntutan pekerjaan untuk menangani pasien dalam kondisi gawat maupun pasien yang tidak mengalami kondisi gawat karena pelayanan awal dilakukan juga di ruang IGD. Dalam pengambilan keputusan klinis, perawat harus mampu memprioritaskan perawatan pasien atas dasar pengambilan keputusan yang tepat serta kunjungan pasien yang sangat banyak pada siang hingga malam hari juga berkontribusi terhadap stres kerja perawat.16

Peningkatan kemajuan dari intensive care unit (ICU) menyebabkan kuatnya stres dilingkungan kerja perawat ICU.17 Perawat yang bekerja di ruang ICU memiliki tanggung jawab yang berat untuk menangani pasien dalam kondisi kritis sehingga perawat dituntut untuk lebih meningkatkan pelayanan serta pengawasan terhadap kondisi pasien yang dapat mengakibatkan kelelahan dan berujung terjadinya stres kerja. 16 ICU juga merupakan tempat dimana terdapat usaha perjuangan hidup melawan kematian. Rosenthal et al., menemukan bahwa isu etika yang berhubungan dengan pasien-pasien

(5)

5 menjelang kematian merupakan stres yang tinggi bagi perawat ICU.17

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan stres kerja antara perawat instalasi gawat darurat dan perawat di intensive care unit RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.

METODE

Jenis penelitian ini kuantitatif, metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat IGD dan perawat ICU. Penentuan sampel menggunakan tehnik sensus dan didapatkan sampel 41 orang (perawat IGD 21 orang dan ICU 20 orang).

Penelitian dilaksanakan di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak pada bulan Maret-April 2016 dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dan pengisian kuesioner dilakukan oleh responden sendiri.

Peneliti menemui responden langsung untuk memberikan kuesioner dan menjelaskan tata cara pengisian serta tujuan dan manfaat

penelitian ini. Kuesioner yang telah diisi dikembalikan kepada peneliti.

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Nursing Stress Scale (NSS) yang telah dimodifikasi. Pernyataan NSS yang telah dimodifikasi terdiri atas 33 item yang terbagi menjadi 7 faktor yaitu sekarat dan kematian, konflik dengan dokter, persiapan yang belum memadai, kurangnya dukungan, konflik dengan perawat lain, beban berlebih, dan ketidakyakinan berkenaan dengan pengobatan.

Respon dari responden dikategorikan dengan 0 (tidak pernah membuat stres), 1 (terkadang membuat stres), 2 (berulang kali membuat stres) dan 3 (sangat sering membuat stres). Dari 33 pernyataan NSS yang telah dimodifikasi terdapat 11 pernyataan tidak valid dan tidak digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi- square.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data analisis pada tabel 1 karakteristik berdasarkan umur di IGD dan ICU terbanyak

(6)

6 adalah responden dengan umur 26-35 tahun yaitu 66,7% dan 55,0%.

Berdasarkan jenis kelamin, yang paling banyak di IGD berjenis kelamin perempuan yaitu 52,4%, sedangkan di ICU paling banyak

berjenis kelamin laki-laki, yaitu 55,0%. Berdasarkan lama kerja responden dari IGD dan ICU terbanyak selama >1-3 tahun yaitu 66,7% dan 55,0%.

Tabel 1 Karakteristik Responden

Tabel 2 didapatkan hasil pada perawat IGD menderita stres tinggi sebanyak 57,1%. Pada tabel 3 didapatkan hasil

pada perawat ICU menderita stres tinggi 35,0%.

Tabel 2 Tingkat Stres Kerja Perawat IGD

Tabel 3 Tingkat Stres Kerja Perawat ICU

Karakteristik Responden

IGD ICU

Frekuensi (n) Persen (%) Frekuensi (n) Persen (%) Umur

≤ 25 tahun 26-35 tahun

> 35 tahun

5 14

2

23,8 66,7 9,5

9 11

0

45,0 55,0 0 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

10 11

47,6 52,4

11 9

55,0 45,0 Lama Kerja

0-1 tahun

>1-3 tahun

>3 tahun Total

5 14

2 21

23,8 66,7 9,5 100,0

8 11

1 20

40,0 55,0 5,0 100,0

Tingkat Stres Kerja

IGD

Frekuensi (n) Persen (%)

Stres Kerja Rendah Stres Kerja Tinggi

9 12

42,9 57,1

Total 21 100,0

Tingkat Stres Kerja

ICU

Frekuensi (n) Persen (%)

Stres Kerja Rendah Stres Kerja Tinggi

13 7

65,0 35,0

Total 20 100,0

(7)

7 Hasil analisis menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh p.value = 0,155, maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga

dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan stres kerja antara perawat IGD dan perawat ICU RSUD Sultan Syarif Alkadrie Kota Pontianak.

Tabel 4 Analisa Bivariat

PEMBAHASAN

Pada tabel 1 umur perawat di IGD dan ICU terbanyak adalah responden dengan umur 26-35 tahun.

Pada perawat yang berumur muda, perawat tersebut cenderung masih segar dan belum terdapat kejenuhan dalam dirinya makin senior seorang perawat maka semakin jauh dari pasien dan lingkup pekerjaannya lebih berkaitan dengan manajemen.18 Menurut peneliti, pada rentang umur tersebut perawat masih bersemangat dan didukung oleh kekuatan fisiknya sehingga mendukung kinerja dan asuhan keperawatan yang akan diberikannya.

Pada penelitian ini dari IGD lebih banyak responden yang berjenis kelamin perempuan dan dari ICU lebih banyak yang berjenis kelamin

laki-laki. Jika dilihat dari profesinya sebagai tenaga kesehatan, tidak ada perbedaan peran gender antara perawat laki-laki dan perawat perempuan. Tugas-tugas sebagaimana yang tercantum dalam kode etik keperawatan tidak ada yang membedakan tugas perawat berdasarkan gender.19 Menurut peneliti meskipun kuantitas perawat lebih banyak perempuan, untuk ruangan tertentu perawat laki-laki juga lebih dibutuhkan. Perawat laki- laki dan perawat perempuan dapat saling melengkapi. Perawat laki-laki dapat mengerjakan pekerjaan yang memerlukan tenaga lebih besar contohnya pada saat resusitasi jantung paru (RJP) atau memindahkan pasien. Perawat perempuan dapat memberikan

Stres Kerja

Unit Kerja

Tinggi Rendah

n (%) n (%) p

IGD 12 57,1 9 42,9

0,155

ICU 7 35,0 13 65,0

Total 19 19,0 22 22,0

(8)

8 dukungan emosional pada pasien karena sifat caring perawat perempuan lebih tinggi dibanding perawat laki-laki.

Sebagian besar dari responden pada penelitian ini memiliki masa kerja >1-3 tahun. Rentang masa kerja yang sama antara perawat IGD dan perawat ICU dikarenakan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak merupakan RSUD yang baru sehingga masa kerja perawat IGD dan ICU juga relatif masih belum lama. Seiring bertambahnya waktu masa kerja perawat akan semakin bertambah dan semakin banyak pengalaman serta keterampilan yang didapat. Hal ini sesuai dengan penelitian Lasima yang menyatakan bahwa semakin lama perawat bekerja maka akan lebih terampil dan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dari pada tenaga perawat yang baru saja masuk bekerja.10

Berdasarkan data dan hasil analisis menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%

diperoleh p.value = 0,155 (p>0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak

terdapat perbedaan stres kerja antara perawat instalasi gawat darurat (IGD) dan perawat intensive care unit (ICU) RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak. Hal ini sejalan dengan penelitian Wu et al., yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara unit kerja dengan stres kerja yang dialami perawat.20

Penelitian oleh Kristanto menyatakan kemampuan individu dalam mengambil sikap di tempat kerja memiliki pengaruh yang cukup besar dalam stres kerja. Faktor sikap kerja merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi stres perawat yang mungkin disebabkan karena kondisi yang dihadapi individu dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun kehidupan pribadi.21

Menurut peneliti setiap individu dapat mengalami tingkat stres yang berbeda-beda, ada yang rendah dan ada yang tinggi. Stres pada masing-masing orang belum dapat mewakili tingkat stres pada unit kerja karena setiap orang memiliki pertahanan yang berbeda-beda dalam menanggapi stres. Hal ini sesuai

(9)

9 dengan teori Selye yaitu Sindrom Penyesuaian Umum (The General Adaptation Syndrome/ GAS). Selye menganggap stres merupakan suatu tanggapan nonspesifik terhadap setiap tuntutan yang dibuat pada satu organisme dan dinamakan reaksi pertahanan tiga fase yang seseorang lakukan ketika stres sebagai sindrom penyeuaian umum. Selye menyebut reaksi pertahanan umum karena penyebab stres berdampak pada berbagai bagian badan, tanggapan menunjuk pada suatu rangsangan dari pertahanan yang diciptakan untuk membantu badan menyesuaikan pada atau menghadapi penyebab stres, dan sindrom menunjukkan bahwa bagian reaksi yang sifatnya individual terjadi lebih atau kurang secara bersama.

Tiga fase berbeda disebut sinyal (alarm), perlawanan (resistance), dan keletihan (exhaustion).22

Selain memiliki pertahanan yang berbeda, setiap individu juga memiliki mekanisme koping dan kemampuan mengatasi stres yang berbeda yang berhubungan dengan kepribadian yang dimilikinya. Tipe kepribadian dapat mempengaruhi respon terhadap stressor.22 Hal ini

sejalan dengan penelitian Lasima yang menunjukkan bahwa setiap responden memiliki mekanisme atau strategi koping terhadap stres yang berbeda-beda, sehingga stres yang sama mempunyai dampak dan reaksi yang berbeda pula. Koping itu sendiri diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang berakhir dengan perilaku konstruktif (upaya menyelesaikan masalah secara asertif), sehingga responden mengalami stres kerja ringan dan sebaliknya, mekanisme koping yang tidak efektif berakhir dengan perilaku menyimpang (maladaptif atau destruktif) dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain serta lingkungan, sehingga responden mengalami stres kerja sedang.10

Para perawat bisa mengatasi stres tersebut dengan cara yang berbeda-beda sehingga mereka walaupun sebenarnya terlihat stres namun mereka masih bisa mengontrol diri mereka sehingga bisa mengerjakan pekerjaan mereka dengan baik dan tepat waktu. Cara

(10)

10 yang digunakan oleh para perawat ini mungkin juga digunakan oleh karyawan lain dalam menghadapi stres kerja, namun setiap orang mempunyai perbedaan dalam menyikapi peristiwa yang sedang mereka hadapi.23

Setiap unit kerja memiliki stressor masing-masing dan beban kerja berbeda yang sama-sama dapat menimbulkan stres kerja. Sesuai dengan penelitian Chiang & Chang yang menyatakan bahwa tiap unit kerja memiliki stres yang berbeda- beda.24 Penelitian Setiawan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan tingkat stres perawat pelaksana dengan arah hubungan yang positif, yang berarti bahwa semakin berat beban kerja perawat maka stres kerja perawat juga akan semakin berat.25

IGD dan ICU merupakan departemen kritis yang memiliki karakteristik pasien hampir sama dan dapat menyebabkan stres kerja.

Keduanya dituntut untuk melakukan penanganan yang cepat dan tepat pada kondisi akut. Perawat IGD dan ICU juga dituntut untuk memonitor pasien

terus-menerus karena kondisi pasien yang tidak stabil, pasien yang tidak sadar dan pasien dengan berbagai macam keluhan. Dukungan sosial dapat memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja perawat.26 Hubungan interpersonal berhubungan secara signifikan dengan tingkat stres.

Hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan dalam pekerjaan merupakan faktor penting untuk mencapai kepuasan kerja.

Adanya dukungan dari atasan dalam hal ini kepala ruangan pada tiap unit kerja diyakini dapat menghambat terjadinya stres kerja pada perawat.27

PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Mayoritas perawat IGD berumur 26-35 tahun sebesar 66,7%, berjenis kelamin perempuan 52,4% dan lama kerja >1-3 tahun yaitu 66,7%. Dominan perawat ICU berumur 26-35 tahun sebesar 55,0%, berjenis kelamin lak-laki 55,0% dan lama kerja >1-3 tahun sebesar 55,0%.

(11)

11 b. Perawat IGD RSUD Sultan Syarif

Mohamad Alkadrie Kota Pontianak dominan menderita stres kerja tinggi yaitu 57,1% dan perawat ICU RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak dominan menderita stres kerja rendah yaitu (65,0%).

c. Tidak terdapat perbedaan stres kerja antara perawat IGD dan perawat ICU RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.

SARAN

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian ini antara lain:

Bagi peneliti, diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian yang telah didapat khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Bagi instansi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pembelajaran bagi mahasiswa dalam materi kuliah manajemen khususnya manajemen stres kerja sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa untuk melakukan mekanisme koping adaptif.

Bagi Rumah Sakit, karena tidak terdapat perbedaan stres kerja yang dialami oleh perawat IGD dan perawat ICU diharapkan bagi pihak manajemen rumah sakit untuk tidak memberikan perbedaan dalam manajemen stres untuk perawat IGD dan perawat ICU. Pihak rumah sakit dapat memberikan pelatihan- pelatihan yang tidak hanya bersifat teknis untuk meningkatkan keterampilan perawat, tetapi disertai dengan pelatihan yang bersifat psikologis agar perawat lebih siap menghadapi dan mengatasi stres kerja sehingga perawat akan lebih kebal terhadap stres. Perlu adanya pertemuan berkala kepada perawat untuk memudahkan indentifikasi sumber-sumber stres ditempat kerja.

Bagi perawat dapat mengadakan rekreasi bersama untuk membina hubungan interpersonal yang lebih baik. Hubungan interpersonal yang baik akan membantu perawat dalam pencegahan terhadap stres di tempat kerja.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menganilisis lebih lanjut terkait sumber stres kerja di tempat kerja bagi perawat.

(12)

12 DAFTAR PUSTAKA

1. Potter, Patricia A dan Anne G.

Perry. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan:

Buku 2 Ed ke-7. Jakarta:

Salemba Medika; 2010.

2. Health and Safety Executive.

Work Related Stress Anxiety And Depression Statistic In Great Britain 2015; 2015. Diperoleh tanggal 28 Januari 2016, dari http://www.hse.gov.uk/statistics/

causdis/stress/stress.pdf

3. Nurses Association. Stress Management For Nurses.

Booklet; 2006. Diperoleh tanggal 20 Januari 2016, dari http://www.health.nsw.gov.au/n ursing/Publications/stress- mngt.pdf

4. Desima R. Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat. Jurnal Keperawatan.

2015 Mar 30;4(1).

5. Alamri AM. Hubungan Antara Mutu Pelayanan Perawat Dan Tingkat Pendidikan Dengan Kepuasan Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam (RSI) Sitti Maryam Kota Manado. Pharmacon. 2015 Sep 11;4(4).

6. Ford, Steve. Stress At Work Makes Nurses Ill. Nursing Times 110(50); 2014. Diperoleh tanggal 28 Januari 2016, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu bmed/26021037

7. Nirwana I, Prabowo T, Wiyani C.

Hubungan Stres Kerja Dengan Gangguan Kesehatan Perawat

ICU Dan IGD RSUD

Panembahan Senopati Bantul.

Medika Respati. 2013 Jan 9;8(1).

8. Karambut CA. Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja

terhadap Komitmen

Organisasional (Studi pada Perawat Unit Rawat Inap RS Panti Waluya Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen. 2013 Aug 2;10(3):pp-655.

9. Blais, K. K., Hayes, J. S., Kozier, B., & Erb, G. Praktik Keperawatan Profesional Konsep dan Perspektif Ed ke-4. Jakarta:

EGC; 2012

10. Lasima I, Yusuf ZK, Husain ID.

Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. KIM Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. 2014 Sep 10;2(3).

11. Gray-Toft P, Anderson JG. The nursing stress scale: development of an instrument. Journal of Behavioral Assessment. 1981 Mar 1;3(1):11-23.

12. Sharma P, Davey A, Davey S, Shukla A, Shrivastava K, Bansal R. Occupational stress among staff nurses: Controlling the risk to health. Indian journal of occupational and environmental medicine. 2014 May;18(2):52.

13. Yana D. Stres Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat di RSUD Pasar Rebo Tahun 2014. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia. 2016 Aug 1;1(2)

14. Siringoringo, E. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Stress Kerja Perawat Di Ruang

(13)

13 ICU RS Stella Maris Makassar;

2012.

15. Widodo W. Pebedaan Tingkat Stres Kerja Antara Perawat Kritis dan Perawat Gawat Darurat di RSUD DR. Moewardi Surakarta;

2010.

16. Rembang, C. Hubungan Antara Kelelahan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Unit Gawat Darurat (UGD) Dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow; 2014.

17. Hudak C. M. & Gallo, B. M.

Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume 1 Ed ke-6. (M.

Ester, Editor) (Asih Penerjemah).

Jakarta: EGC; 2010.

18. Setiyaningsih Y. Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.

2013 Jun 10;1(3).

19. Ika Puji Wulandari T. Faktor- Faktor Yang Melatarbelakangi Laki-Laki Berprofesi Sebagai Perawat (Studi Di Beberapa Puskesmas Di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten).2012. (Skripsi, Uiversitas Negeri Yogyakarta).

20. Wu TY, Fox DP, Stokes C, Adam C. Work-related stress and intention to quit in newly graduated nurses. Nurse education today. 2012 Aug 31;32(6):669-74.

21. Kristianto AA, Dewi KS, Dewi EK. Faktor-Faktor Penyebab

Stres Kerja pada Perawat ICU Rumah Sakit Tipe C di Kota Semarang.

22. Alimul, H. A. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Ed ke-2.

Jakarta: Salemba Medika; 2009.

23. Makarim AM. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Pemilihan Strategi Coping Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Unisma Malang.

24. Chiang YM, Chang Y. Stress, depression, and intention to leave among nurses in different medical units: Implications for healthcare management/nursing practice. Health Policy. 2012 Dec 31;108(2):149-57.

25. Setiawan DI. Hubungan Antara Kondisi Kerja Dan Beban Kerja Dengan Tingkat Stress Perawat Pelaksana Di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Ilmu Keperawatan Respati. 2012 May 5;2(01)

26. Ambarwati, D. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Perawat IGD Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada RSUP Dr. Kariadi Semarang). 2014. (Skripsi, Universitas Diponegoro).

27. Hariyono, W., Suryani, D., &

Wulandari, Y. (2012). Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja dan Tingkat Konflik dengan Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health), 3(3), 186

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaannya adalah dalam objek penelitian, dimana penelitian objek penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah di Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui standar penerapan hygiene dan sanitasi untuk meningkatkan kualitas kebersihan pada kitchen di Loji Hotel, serta untuk mengetahui

Jika host A megirim dua paket berurutan ke host B pada sebuah jaringan paket datagram, jaringan tidak dapat menjamin bahwa kedua paket tersebut akan dikirim bersamaan, kenyataannya

Hasil ini menjelaskan bahwa besarnya persediaan yang ada secara langsung memberikan andil pada perolehan perubahan arus kas pada 1 tahun ke depan dan mendukung

Padahal keberadaan BP4 ini merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dengan sistem perkawinan yang sejak dahulu sudah menjadi urusan pemerintah melalui

Sebagaimana yang diperlihatkan pada iklan kondom sutra yang menggunakan aktris yang menarik dan aktor yang maskulin. Setting pangungpun diseting sedemikian rupa

Sehingga kami dari Tim Program Pengabdian Masyarakat (PKM) Universitas Pamulang (UNPAM) yang berjumlah 4 dosen terpanggil untuk ikut serta membantu menyelesaikan

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER, SISTEM INFORMASI DAN TEKNIK INFORMATIKA KELASA. HARI WAKTU KMK SMT PRODI MATA KU L IAH SKS RUANG DOSEN PENGA