PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) PADA PASIEN PENDERITA DIABETES MELITUS
(DM) DI PUSKESMAS PADANG BULAN TAHUN 2016
SKRIPSI
OLEH SYAVIRA RINI NIM. 121000103
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH SYAVIRA RINI NIM. 121000103
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) PADA PASIEN PENDERITA DIABETES MELITUS (DM) DI PUSKESMAS PADANG BULAN TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Februari 2017 Yang Membuat Pernyataan
Syavira Rini
ABSTRAK
Diabetes melitus saat ini menjadi suatu masalah kesehatan dunia karena prevalensinya meningkat di berbagai negara termasuk Indonesia. Diabetes melitus membutuhkan penanganan yang berkelanjutan dan mencakup berbagai intervensi baik medis maupun non medis. Di Indonesia, sejak tahun 2010 PT. Askes (Persero) sebagai perusahaan penyedia jasa asuransi kesehatan menerapkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang merupakan suatu pengelolaan penyakit kronis dengan bentuk tindakan promotif dan preventif yang terintegrasi. Prolanis bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup tertinggi dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tenaga pelaksana, sarana dan prasarana, serta biaya operasional pada pelaksanaan program PROLANIS pada pasien penderita diabetes melitus di Puskesmas Padang Bulan, serta mengetahui proses pelaksanaan PROLANIS dan jumlah pasien penderita diabetes melitus yang rutin mengikuti klub PROLANIS.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penelitian dilakukan pada informan yang berjumlah 7 orang terdiri dari kepala puskesmas, dokter PROLANIS, petugas PROLANIS, peserta PROLANIS. Data disajikan dalam bentuk narasi dan matriks wawancara
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PROLANIS masih belum maksimal, ditandai dengan masih kurangnya kesadaran peserta untuk mengikuti kegiatan PROLANIS yang dilihat dari rendahnya angka kehadiran peserta dalam pelaksanaan PROLANIS.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Puskesmas Padang Bulan agar meningkatkan kehadiran peserta PROLANIS dan promosi kesehatan mengenai DM kepada peserta serta memaksimalkan pelaksanaan senam dan edukasi serta Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap puskesmas terkait pelaksanaan PROLANIS.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Prolanis, BPJS Kesehatan, Puskesmas
ABSTRACT
Diabetes mellitus prevalence has been increasing all over the world as in Indonesia. This chronic disease needs a continous and comprehensive management including medical and non medical intervension. In Indonesia since 2010 PT. Askes as the national health insurance company has developed PROLANIS (Chronic disease management program), a program to improve quality of dibetes mellitus management by general practitioners by providing training and set a monitoring system for diabetes treatment. Prolanis is approach to decrease complication and achieve highest quality of life with cost effective and rational healthcare.
This study aims to determine the executive personnel, facilities and infrastructure, and operational expenses on program implementation PROLANIS in patients with diabetes mellitus in Padang Bulan Health Center, as well as knowing PROLANIS implementation process and the number of patients with diabetes mellitus who regularly follow PROLANIS club.
This research uses a qualitative method. Information obtained from in- depth interviews and review documents. The study was conducted on infororman amounting to 7 people, including heads of health centers, doctors PROLANIS, PROLANIS officers, participants PROLANIS. Data is presented in narrative form and matrix interviews.
The results showed that the implementation of PROLANIS still unfavorable, marked by lack of awareness of participants for the event PROLANIS seen from the low number of participants in the implementation PROLANIS presence.
Based on the research results, it is suggested to Padang Bulan Health Center in order to increase attendance PROLANIS and health promotion of the DM to participants and maximize the implementation of gymnastics and education as well as To the City Health Office of Medan in order to further improve supervision of the implementation of the relevant health centers PROLANIS.
Keywords: Diabetes Mellitus, Prolanis, BPJS Kesehatan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas nikmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) Pada Pasien Penderita Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016 ”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara.
3. Drs. Tukiman, MKM., selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi dan Ketua Penguji yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, serta arahan kepada penulis.
5. Dr. Drs. R. Kintoko. R, MKM., selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.
6. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan serta masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikanskripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.
7. Seluruh dosen dan staf FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
9. Kepala Puskesmas Padang Bulan dan staf yang telah membatu penelitian penulis.
10. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Amri dan Nani Hartati Br. Surbakti yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama ini. Saudara – saudara tersayang yang sangat luar biasa abang M. Reza Pahlevi dan adinda Rizki Ananda, Sepupu tersayang Khairunnisa dan Ardiansyah serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi selama ini.
11. Bapak terbaik, Warsito, terima kasih untuk dukungannya, semangatnya, motivasinya.
12. Teman spesialku yang luar biasa, Roni Surbakti, terima kasih untuk motivasi dan dukungannya.
13. Sahabatku, Novi Adriyanti, SKM, teman seperjuangan yang sungguh luar biasa.
14. Kakak tersayang, Sri Bintang Sinaga, terima kasih untuk perjuangan dan kebersamaannya.
15. Bela diri Shorinji Kempo, terimakasih telah membangun kepribadian dan semangat penulis, Senpai Adlin dan Senpai Irsyan kalian yang terbaik.
16. Staf Puskemas Padang Bulan, Ade Kartika Sari, Ros, dr. Titin, dr. Rehulina, Sri Diana Lubis, dan Elvira Dewinta Indra SKM, terima kasih atas doa, semangat, bimbingan, kalian semua selalu dihati.
17. Teman-teman seperjuangan di PKIP, Kak Bintang, Rafika, Sofi, Marissa, Utari, Juwita dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih karena selalu memberikan motivasi kepada penulis.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan dan doa selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Februari 2017 Penulis
Syavira Rini
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR MATRIKS... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 RumusanMasalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Diabetes Melitus ... 9
2.1.1 Klasifikasi Diabetes Melitus ... 10
2.1.2 Gejala Diabetes Melitus ... 14
2.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus ... 17
2.1.4 Faktor Penyebab Diabetes Melitus ... 23
2.1.5 Upaya Pencegahan Diabetes Melitus ... 26
2.1.6 Upaya Pengendalian Diabetes Melitus ... 28
2.2 Puskesmas ... 30
2.2.1 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas ... 30
2.2.2 Tujuan Puskesmas ... 32
2.3 PROLANIS ... 32
2.3.1 Pengertian ... 32
2.3.2 Tujuan... 34
2.3.3 Sasaran Kegiatan ... 34
2.3.4 Mekanisme PROLANIS ... 34
2.3.5 Penanggungjawab ... 36
2.3.6 Wadah Kegiatan ... 36
2.3.7 Pelaku Kegiatan ... 36
2.3.8 Bentuk Kegiatan... 37
2.4 Langkah-Langkah Penyelenggaraan PROLANIS ... 38
2.4.1 Persiapan Pelaksanaan PROLANIS ... 38
2.4.2 Aktifitas PROLANIS ... 39
2.4.3 Waktu Penyelenggaraan ... 43
2.4.4 Tempat ... 43
2.4.5 Pelaksanaan Kegiatan ... 43
2.4.6 Pembiayaan ... 49
2.4.7 Hal-Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian ... 50
2.5 Kerangka Pikir ... 50
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
3.1 Desain Penelitian ... 52
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52
3.2.1 Lokasi ... 52
3.2.2 Waktu Penelitian ... 53
3.3 Informan Penelitian ... 53
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 53
3.4.1 Data primer ... 53
3.4.2 Data Sekunder ... 54
3.5 Triangulasi ... 54
3.6 Teknik Analisis Data... ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 56
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...56
4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Padang Bulan……….……….56
4.1.2 Karakteristik Puskesmas Padang Bulan Kota Medan...60
4.2 Karakteristik Informan...61
4.3 Pelaksanaan PROLANIS dalam Program Penanggulangan Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Padang Bulan... 62
4.3.1 Pernyataan Informan tentang pelaksanaan PROLANIS di Puskesmas Padang Bulan……….……….……….….62
4.3.2 Pernyataan Informan tentang ketersediaan tenaga pelaksana PROLANIS……….……….………….……....63
4.3.3 Pernyataan Informan tentang ketersediaan sarana dan prasarana….………..……..….… 64
4.3.4 Pernyataan Informan tentang ketersediaan biaya operasional……….….. 65
4.3.5 Pernyataan Informan tentang monitoring dan evaluasi pelaksanaan PROLANIS di Puskesmas Padang Bulan……...………. 66
4.3.6 Pernyataan Informan tentang kendala saat pelaksanaan PROLANIS…..67
4.3.7 Pernyataan Informan tentang perencanaan dalam memaksimalkan pelaksanaan PROLANIS………...……….. 68
4.3.8 Pernyataan Informan tentang rutinitas pemeriksaan dan pengobatan
sssssssssssdiabetes melitus………...………. 70
BAB V PEMBAHASAN... 69
5.1 Masukkan (Input)... 72
5.1.1 Ketersedian Tenaga Pelaksaana PROLANIS ... 73
5.1.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana ... 74
5.1.3 Ketersediaan Biaya Operasional ... 75
5.2 Proses (Process)...75
5.2.1 Pelaksanaan PROLANIS di Puskesmaas Padang Bulan…………...75
5.2.2 Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PROLANIS... 77
5.2.3 Kendala Saat Pelaaksaanaan PROLANIS ... 78
5.2.4 Perencanaan dalam Memaksimalkan Pelaksanaan PROLANIS…….….80
5.2 Keluaraaan (Output)...81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
6.1 Kesimpulan ... 83
6.1 Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR MATRIKS
Matriks 4.5 Identitas Informan Penelitian ...61 Matriks 4.6 Pernyataan informan tentang pelaksanaan PROLANIS di
Puskesmas Padang Bulan ...62 Matriks 4.7 Pernyataan informan tentang ketersediaan tenaga Pelaksana
PROLANIS ...63 Matriks 4.8 Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PROLANIS ...64 Matriks 4.9 Pernyataan informan tentang ketersediaan biaya operasional dalam pelaksanaan PROLANIS ...65 Matriks 4.10 Pernyataan informan tentang monitoring dan evaluasi pelaksanaan PROLANIS di Puskesmas Padang Bulan ...66 Matriks 4.11 Pernyataan informan tentang kendala saat pelaksanaan
PROLANIS ...67 Matriks 4.12 Pernyataan informan tentang perencanaan dalam memaksimalkan pelaksanaan PROLANIS ...68 Matriks 4.13 Pernyataan informan tentang rutinitas pemeriksaan dan pengobatan diabetes melitus ...70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Pedoman Wawancara Lampiran 2 : SPO PROLANIS
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai Penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Syavira Rini
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 15 Juli 1994
Agama : Islam
Suku Bangsa : Karo / Padang Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jalan Makmur NO.4 Lingkungan VII Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kota Medan 20117
Nama Orang Tua : Amri ( Ayah )
Nani Hartati Br.Surbakti ( Ibu ) Suku Bangsa Ayah : Minang
Suku Bangsa Ibu : Karo
Alamat : Jalan Makmur NO.4 Lingkungan VII Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kota Medan 20117
Riwayat Pendidikan
1. SD/2000 – 2006 : SD MUHAMMADIYAH 12 MEDAN 2. SLTP/2006 – 2009 : SMP PANCA BUDI MEDAN
3. SLTA/2009 – 2012 : SMA PANCA BUDI MEDAN 4. Akademi/2012 – 2017 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah penyakit menular maupun tidak menular. Pada penyakit tidak menular diketahui bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular (WHO, 2013).
Berdasarkan WHO (2010) lebih dari 220 juta orang di dunia menderita diabetes di tahun 2004, WHO memprediksikan bahwa akan terjadi peningkatan dua kali lipat kematian akibat diabetes antara tahun 2005-2030, hampir setengah dari penderita diabetes terjadi pada usia dibawah 70 tahun dan hampir 80%
kematian akibat diabetes terjadi pada penduduk dengan pendapatan menengah dan rendah seperti Indonesia.
Berdasarkan prevalensi DM yang tinggi maka berbagai Negara mengembangkan program pencegahan diabetes antara lain Diabetes Prevention Program (DPP) di Amerika. Studi DPP terhadap pasien-pasien prediabetes (Toleransi Glukosa Terganggu) menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup melalui penurunan berat badan sebanyak 7% dan melakukan aktifitas fisik 150 menit per minggu selama 6 bulan, secara signifikan menurunkan prevalensi DM sebesar 58% dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapat obat oral
antidiabetes dengan penurunan prevalensi DM sebesar 31% (Kaholokula, et al, 2014).
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup manusia atau sering dikenal juga dengan penyakit degeneratif. Kematian akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin.
Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes (WHO dalam bulletin PTM Kemenkes RI, 2011).
Penyakit diabetes merupakan salah satu PTM dimana kadar glukosa di dalam darah cukup tinggi. Diabetes dapat disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat ataupun diturunkan dari orang tua yang telah menderita diabetes melitus (DM).
Diabetes perlu menjadi perhatian bagi dunia dan negara-negara yang memiliki angka kesakitan DM yang tinggi karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, luka iskemi pada kaki, dan stroke yang dapat berakhir dengan kematian (Gustian, 2012).
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9% yang mana prevalensi DM yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 2.1% selebihnya adalah DM yang tidak terdiagnosis. Proporsi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi, tetapi berdasarkan tempat hampir sama antara proporsi DM di perkotaan (6,8%) dan pedesaan (7,0%). Penderita terbanyak berada pada umur 55-75 tahun. Prevalensi DM yang terdiagnosis di Sumatera
Utara adalah 2,3% lebih tinggi dari rerata nasional, sementara di Kota Medan prevalensi DM sebanyak 1,5% (Kemenkes, 2013).
Penyakit diabetes melitus di Medan pada tahun 2015 merupakan penyakit dengan penderita terbanyak, dan terus mengalami peningkatan jumlahnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2015 terlihat jumlah kasus terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes melitus.
Hingga tahun 2015 ada 10347 penderita diabetes melitus yang berobat ke 39 Puskesmas di Kota Medan. Data tersebut menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus di Kota Medan sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan Kota Medan, 2015).
Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolisme yang berjalan secara progresif. Jika pengendalian diabetes dilakukan dengan buruk, maka timbulnya komplikasi dapat berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, pengendalian yang baik dapat memperlambat atau mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Dalam hal ini, dunia maupun pemerintah Indonesia telah menentukan tindakan dalam menanggapi DM yang semakin meningkat dan mengancam kehidupan masyarakat (Gustian, 2012).
Untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan oleh WHO dalam Action Plan For The Global Strategy For The Prevention And Control Of Non Communicable Diseases, Internatinal Diabetes Federation (IDF) menyusun Global Diabetes Plan 2011-2021. Dalam diabetes plan tersebut terdapat beberapa kebijakan yang perlu dilakukan dunia yaitu, meningkatkan status kesehatan penderita DM, mencegah perkembangan DM tipe 2, dan menghentikan
diskriminasi terhadap penderita DM, melalui strategi utama yaitu adanya implementasi program nasional untuk penyakit DM (Idris, 2014).
Program pencegahan DM di Indonesia disebut PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) khususnya DM dan Hipertensi, yang dikelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Bedanya adalah PROLANIS memiliki klub-klub seperti klub senam dan klub edukasi PROLANIS.
PROLANIS bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup yang baik dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional. Namun program ini tidak berjalan optimal. Jumlah peserta terdaftar PROLANIS mengalami peningkatan setiap tahun, namun persentase peserta yang melakukan kunjungan rutin justru mengalami penurunan. Studi potong lintang evaluasi PROLANIS periode 2010 hingga 2013 dijumpai hanya 7 peserta dari 100.302 peserta (kurang dari 1%) yang memanfaatkan program ini sebagaimana mestinya (Idris, 2014).
Berdasarkan data dari DEPKES tahun 2015 jumlah puskesmas di Kota Medan sebanyak 39 Puskesmas, dan seluruh puskesmas tersebut sudah menjalankan program PROLANIS yang bekerja sama dengan BPJS. Tujuan dari program PROLANIS ini adalah untuk mendorong kemandirian peserta, meningkatkan kualitas kesehatan peserta, dan mengendalikan biaya pelayanan kesehatan dalam jangka panjang.
Puskesmas Padang Bulan telah menjalankan PROLANIS selama dua tahun, PROLANIS memiliki dua klub yakni klub senam dan klub edukasi PROLANIS. Klub senam bermanfaat untuk lebih mempererat kerjasama antara
pasien BPJS Kesehatan dengan petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan kelompok berupa senam sehat prolanis. Klub edukasi bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihakan penyakit dan menegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta PROLANIS, dimana seluruh biaya PROLANIS ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Berikut ini adalah hasil studi terdahulu tetang permasalahan yang terdapat pada input dan proses kegiatan PROLANIS. Kendala dalam pelaksanaan PROLANIS adalah pelaksanaan PROLANIS dilaksanakan berdasarkan Buku Panduan Pelaksanaan PROLANIS sesuai dengan Peraturan No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Berdasarkan dasar tersebut diketahui bahwa pelaksana Prolanis di Puskesmas dari 7 kegiatan, baru terlaksana penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan, senam prolanis, dan pemberian obat dikarenakan keterbatasan tenaga dan waktu pelaksana PROLANIS di Puskesmas.
Tata laksana kegiatan pada puskesmas berbeda - beda karena tidak ada SOP untuk PROLANIS. Target kepesertaan PROLANIS masih belum tercapai karena indikator tidak spesifik, relevan, dan penderita yang dirujuk balik dari FKTL (Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut) masih rendah sehingga penderita sulit dijaring oleh pelaksana PROLANIS (Novita Murti Sari, 2015). Penelitian tersebut dapat menjelaskan bahwa banyak permasalahan dalam pelaksanaan PROLANIS yang terdapat pada input yang dapat mempengaruhi proses.
Hasil penelitian Ni Luh Inten Lestari (2016), pelaksanaan Prolanis di dua Puskesmas di Kabupaten Tabanan terdapat perbedaan dalam pelaksanaan Prolanis
dilihat dari ketersedian input dari Puskesmas dengan rasio kunjungan Prolanis yang tinggi dengan puskesmas dengan puskesmas rasio kunjungan Prolanis yang rendah. Ketersedian input pada puskesmas dengan rasio kunjungan tinggi lebih baik daripada puskesmas dengan rasio kunjungan rendah. Selain itu target sasaran Prolanis belum bisa mencakup 100%. Terkait kunjungan aktivitas layanan Prolanis sudah baik yaitu diatas 75%. Dari perspektif peserta diketahui bahwa aktivitas layanan Prolanis sudah dapat memberikan manfaat dan peserta sudah puas dengan aktivitas layanan yang diberikan.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, rekapitulasi penyakit tidak menular di Puskesmas Padang Bulan menunjukkan jumlah kasus penderita diabetes melitus pada tahun 2014 sebanyak 1100 kasus dan terjadi peningkatan di tahun 2015 sebanyak 1453 kasus. Berdasarkan jumlah kasus penderita diabetes melitus ditahun 2015, ditemukan sebanyak 89 kasus pada kelompok umur 18-45 tahun, 230 kasus pada kelompok umur 45-54 tahun, 1134 kasus pada kelompok umur ≤55 tahun, akan tetapi yang mau datang ke klub PROLANIS serta edukasi PROLANIS di Puskesmas tersebut hanya 12 orang penderita DM setiap bulannya.
Padahal menurut petugas PROLANIS mereka telah menjalankan program tersebut dengan baik (Profil Puskesmas Padang Bulan, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis pelaksanaan PROLANIS ( Program Pengelolaan Penyakit Kronis ) pada pasien diabetes melitus (DM) di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program PROLANIS pada pasien penderita DM di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program PROLANIS pada pasien penderita DM di Puskesmas Padang Bulan tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui tenaga pelaksanaan PROLANIS di Puskesmas Padang Bulan.
2. Mengetahui sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PROLANIS di Puskesmas Padang Bulan.
3. Mengetuhui biaya operasional dalam pelaksanaan PROLANIS di Puskesmas Padang Bulan.
4. Mengetahui proses pelaksanaan PROLANIS pada pasien penderita DM di Puskesmas Padang Bulan.
5. Mengetahui berapa jumlah pasien penderita DM yang rutin mengikuti klub PROLANIS.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai penanggulangan diabetes melitus sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanggulangan diabetes melitus di Kota Medan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi puskesmas dan petugas terkait yang menjalankan program PROLANIS mengenai pelaksanaan penanggulangan diabetes melitus, sehingga dapat meningkatkan perannya dalam upaya preventif dan promotif.
3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan secara nyata bagi penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan insulin. Diabetes melitus yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe I Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) (Hasdianah, 2012).
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana didapati defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Gustian, 2012).
Secara umum, Diabetes melitus dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan masalah anatomi dan kimiawi sebagai akibat dari defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta yang berada di pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah dengan merubah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi. Dalam keadaan normal, kadar insulin yang cukup akan diterima oleh reseptor insulin yang ada dalam permukaan sel otot, kemudian membuka jalan masuk ke dalam sel sehingga glukosa kemudian dimetabolisme menjadi energi (Tandra, 2010).
Pada penderita Diabetes melitus yang mengalami jumlah insulin kurang atau kualitas insulinnya tidak baik, maka insulin dan reseptornya tetap ada tetapi akibat terjadi kelainan di dalam sel maka pintu masuk sel tertutup sehingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dimetabolisme. Akibatnya glukosa tetap berada diluar sel hingga kadar glukosa dalam darah meningkat (Tandra, 2010).
2.1.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Gustian tahun 2012 diabetes melitus dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Diabetes Melitus yang tergantung pada insulin (DM Tipe-1)
Diabetes tipe 1 disebabkan karena pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Hal ini bisa disebabkan oleh kelainan sistem imun tubuh yang menghancurkan sel yang menghasilkan insulin atau karena infeksi virus sehingga hormone insulin dalam tubuh berkurang dan mengakibatkan timbunan gula pada aliran darah. Penderita penyakit diabetes tipe-1 sebagian besar terjadi pada orang di bawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja.
Diabetes tipe 1 disebabkan pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Karena kekurangan insulin maka menyebabkan glukosa tetap ada di dalam aliran darah dan tidak dapat digunakan sebagai energi. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 adalah sebagai berikut:
a. Keturunan atau genetika
Jika salah satu atau kedua orang tua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak tersebut akan beresiko terkena diabetes.
b. Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas.
Oleh sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.
c. Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak pulau sel yang rusak semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes.
Oleh karena pankreas kesulitan menghasilkan insulin, maka insulin harus ditambahkan setiap hari. Umumnya dengan cara suntik insulin. Insulin tidak dapat diberikan secara oral, karena insulin dapat hancur dalam lambung bila dimasukkan melalui mulut. Cara lain adalah dengan memperbaiki fungsi kerja pankreas.Jika pankreas bisa kembali berfungsi dengan normal, maka pankreas bisa memenuhi kebutuhan insulin yang dibutuhkan tubuh.
2. Diabetes Melitus Tanpa Bergantung pada Insulin (DiabetesTipe-2) Penyakit diabetes tipe -2 sering juga disebut non insulin dependent diabetes melitus atau diabetes melitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe-2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besar diderita. Sekitar 90% hingga 95% penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah secara bertahap.
Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cukup. Kebanyak dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar kadar gula dalam darah naik.
Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 : a. Faktor Keturunan
Apabila orang tua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
b. Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupakan penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
c. Kadar kolesterol
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi energi.
d. Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemak juga akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.
Semua penyebab diabetes tipe 2 umumnya karena gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini membuat metabolisme dalam tubuh tidak berjalan sempurna, metabolismee tubuh yang tidak sempurna membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Penanganan pada penderita diabetes tipe 2 adalah dengan memaksa fungsi kerja pankreas sehingga dapat menghasilkan insulin lebih banyak. Jika pankreas dapat menghasilkan insulin yang dibutuhkan tubuh, maka kadar gula dalam darah akan menurun karena dapat diubah menjadi energi (Gustian. 2012).
Dalam banyak kasus, penyakit ini dapat diobati dengan minum pil untuk merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak insulin. Namun pankreas bisa lelah menghasilkan insulin jika terus menerus dipaksa. Cara terbaik untuk mengatasi diabetes tipe 2 adalah dengan diet yang baik untuk mengurangi berat badan dan kadar gula, disertai dengan gerak badan yang sesuai.
3. Diabetes Melitus Gestasional (Diabetes Kehamilan)
Diabetes melitus gestasional melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, yang meniru DM Tipe- 2. Jenis diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bisa juga meningkat atau
lenyap. Meskipun kejadiannya sementara, namun diabetes jenis ini bisa merusak kesehatan janin dan ibu.
Gestasional Diabetes Melitus (GDM) terjadi sekitar 2-5 % dari semua kehamilan. Diabetes ini sifatnya sementara dan harus ditangani dengan baik, karena jika tidak, bisa menyebabkan masalah dalam kehamilan seperti makrosomia, cacat janin, penyakit jantung sejak lahir, gangguan pada sistem saraf pusat, dan juga cacat otot. Bahkan ada dugaan bahwa hiperbillirubinemia juga diakibatkan oleh binasanya sel darah merah akibat dari meningkatnya gula dalam darah. Bahkan dalam kasus yang parah hal ini bisa mengakibatkan kematian.
Karena itulah, hal ini harus mendapat pengawasan medis yang seksama selama kehamilan (Gustian, 2012).
2.1.2 Gejala Diabetes Melitus a. Gejala Khas
1. Poliuri (Sering Buang Air Kecil)
Sering buang air kecil dalam jumlah banyak terutama pada malam hari sehingga pengidap diabetes sering terbangun karena ingin kencing. Pada kondisi ini, ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa dalam darah (Garnadi, 2012).
2. Polidipsi(Haus Berlebihan)
Rasa haus berlebihan adalah respon tubuh untuk mengisi cairan yang hilang akibat sering buang air kecil. Tanda-tanda ini berjalan seiring sebagai mekanisme tubuh untuk menurunkan kadar gula darah (Garnadi, 2012).
3. Polifagi (Rasa Lapar Berlebihan)
Rasa lapar berlebihan adalah tanda lain dari diabetes. Ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun tidak dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk ke dalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi (Garnadi, 2012).
b. Gejala Tidak Khas
Gejala tidak khas diabetes adalah keluhan yang memang tidak khas untuk diabetes karena gejala-gejala tersebut bisa juga gejala dari penyakit atau kondisi selain diabetes. Namun, gejala tidak khas ini tidak boleh diabaikan.
1. Lemas dan tidak bertenaga
Terjadinya gangguan metabolisme energi. Munculnya rasa lemah, lelah atau tidak bertenaga Karena tubuh diabetes tidak dapat mengubah gula menjadi energi meski kadar gula darahnya tinggi. Akibatnya, badan menjadi kurus karena cadangan lemak dan protein dibakar untuk dijadikan energy (Garnadi, 2012).
2. Timbulnya penyakit infeksi
Diabetesi sering mengeluhkan rasa gatal pada kulit karena jamur. Gatal tersebut sulit sembuh meski sudah sering menggunakan obat anti jamur.
Keluhan rasa gatal juga terjadi pada selangkangan dan bibir kemaluan wanita (vagina). Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan sistem sistem pertahanan tubuh bekerja tidak optimal. Selain itu, agen infeksi juga tumbuh
menjadi lebih subur karena kadar gula darah yang tinggi. Infeksi lain yang sering terjadi pada diabetes antara lain:
-Infeksi saluran kemih hingga menimbulkan radang ginjal (pyelonephritis) -Radang paru termasuk infeksi TBC.
-Infeksi gigi
-Infeksi ruang telinga luar (otitis eksternal) -Keputihan pada wanita(Garnadi, 2012).
3. Luka yang sulit sembuh
Infeksi, luka, dan memar yang tidak kunjung sembuh adalah tanda klasik diabetes. Hal ini terjadi karena pembuluh darah vena dan arteri rusak akibat jumlah glukosa berlebih. Kondisi ini membuat darah sulit menjangkau daerah- daerah tubuh yang luka untuk memfasilitasi proses penyembuhan (Fauzi,2014).
4. Kesemutan pada anggota gerak
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersama dengan rasa sakit terbakar atau bengkak merupakan tanda-tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh diabetes. Jika dibiarkan kondisi ini dapat menyebabkan neropati (kerusakan saraf) permanen (Fauzi, 2014).
5. Kulit bermasalah
Kulit gatal dan kering bisa menjadi tanda diabetes. Contoh lain adalah acanthosis nigricans, yaitu penggelapan kulit di sekitar leher atau ketiak. Orang yang memiliki kondisi ini sudah mengalami resistensi insulin meskipun gula darah mereka mungkin tidak tinggi (Fauzi,2014).
6. Pandangan mata menjadi kabur
Pandangan mata diabetes menjadi berkurang atau pandangan menjadi kabur akibat adnaya gangguan pada lensa dan retina mata(retinopati). Sebagian pengidap diabetes sering kali mengganti-ganti kacamatanya karena ada keluhan pandangan kabur (Fauzi, 2014).
Diabetes dapat merusak pembuluh darah halus di retina amta. Retina adalah bagian mata yang berfungsi untuk menagkap cahaya. Karena itu, kerusakan retina bisa mengancam terjadinya buta mata. Pada stadium dini, retinopati diabetic tidak menimbulkan keluhan. Adanya kejadian retinopati diabetic dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan funduskopi (Garnadi, 2012).
7. Disfungsi seksual pada pria atau wanita
Gangguan fungsi seksual (disfungsi seksual) dapat terjadi baik pada pria maupun wanita penderita diabetes. Kejadian gangguang fungsi seksual (disfungsi seksual) pada pria, seperti impotensi seolah-olah lebih sering terjadi daripada wanita. Padahal, kasus kejadian disfungsi pada wanita juga tinggi,misalnya berupa frigiditas. Disfungsi seksual umumnya terjadi akibat kerusakan pembuluh darah dan sistem saraf pada organ seksual (Garnadi, 2012).
2.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (2013) kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Komplikasi akut yaitu:
Ketoasidosis Diabetik, Hipoglikemia, Hiperglikemia. Komplikasi kronik yaitu:
Penyakit Jantung Koroner, Komplikasi Mata (retinopati diabetik), Gangguan
Ginjal (nefropati diabetik), Gangguan Saraf (neuropati diabetik), Komplikasi kaki, Komplikasi Kulit, dan Kesehatan Jiwa (mental health).
1. Komplikasi jangka pendek (akut)
Komplikasi akut merupakan komplikasi diabetes yang terjadi dalam jangka pendek, atau bersifat mendadak.
a. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik adalah suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan koma diabetes (pingsan untuk waktu yang lama) atau bahkan kematian. Ketika sel-sel kita tidak mendapatkan glukosa yang mereka butuhkan untuk energi, tubuh kita mulai membakar lemak untuk energi, yang menghasilkan keton. Keton adalah bahan kimia yang tubuh menciptakan ketika itu rusak lemak digunakan untuk energi. Tubuh melakukan hal ini ketika tidak memiliki cukup insulin untuk menggunakan glukosa, sumber normal tubuh energi. Gejala-gejala ketoasidosis ditunjukkan dengan beberapa hal, yaitu mulut kering, rasa haus, intensitas buang air kecil jadi lebih sering (poliuria), mual, muntah, dan terkadang nyeri perut.
Selain gejala-gejala tersebut, ada pula gejala lanjutan seperti kesulitan bernapas, dehidrasi, rasa mengantuk, dan yang terparah adalah keadaan koma. Saat seseorang mengalami ketoasidosis maka perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis cepat. Penanganan ketoasidosis biasanya dilakukan dengan pemberian injeksi insulin dan mengganti cairan tubuh yang hilang dan kadar ion kalium pada darah yang turut berkurang akibat seringnya buang air.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan kadar glukosa darah sangat rendah, biasanya kurang dari 70 mg/dl. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya koma (hilang kesadaran) hingga kerusakan otak. Pada umumnya, orang yang memiliki penyakit diabetes berisiko mengalami serangan hipoglikemia.
Namun, orang yang tidak menderita diabetes pun bisa juga terserang hipoglikemia. Secara umum, penyebab hipoglikemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipoglikemia yang berkaitan dengan obat dan hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan obat. Hipoglikemia yang berkaitan dengan obat adalah hipoglikemia yang timbul karena penggunaan obat-obatan. Ini umumnya terjadi pada penderita diabetes yang mengonsumsi obat penurun kadar gula darah.
Sementara itu, hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan obat bisa disebabkan karena berpuasa, aktivitas fisik berlebihan, dan dampak dari asupan makanan dan minuman. Kekurangan asupan karbohidrat juga bisa menjadi penyebab hipoglikemia. Hipoglikemia berat berpotensi menyebabkan kecelakaan, cedera, koma, dan kematian.
c. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan
poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. Hiperglikemia adalah kondisi yang disebabkan kadar gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dL. Ketika gula darah mencapai level ini, darah menjadai kental dan manis.
Kelebihan gula lantas dibuang ke dalam air seni yang memicu pembuangan jumlah besar cairan dari tubuh. Jika tidak ditangani, Hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan koma.
2. Komplikasi jangka panjang (kronik) a. Penyakit jantung koroner
Komplikasi diabetes pada pembuluh darah jantung sangat membahayakan, mengingat penyakit ini merupakan penyakit serius yang dapat mengakibatkan kematian. Jantung berperan dalam mengedarkan darah ke seluruh organ tubuh.
Apabila darah semakin mengental akibat tingginya kadar gula dalam darah, maka dapat menyebabkan jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah.
Akibatnya pada pasien diabetes melitus, muncul gejala jantung berdebar-debar dan perasaan mudah lelah meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat.
Kondisi ini diperparah jika penderita diabetes mempunyai timbunan lemak pada jantung. Selain menyebabkan gangguan pada jantung juga dapat menyebabkan penyakit hipertensi.
b. Komplikasi Mata (Retinopati Diabetik)
Komplikasi diabetes selanjutnya terjadi pada pembuluh darah yang melewati retina mata, ini disebut retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia.
Kerusakan retina yang sudah berat akan membuat penderita buta permanen.
Retinopati terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata. Kerusakan ini menyebabkan kebocoran dan terjadinya penumpukan cairan yang megandung lemak serta pendarahan pada retina. Risiko terjadinya retinopati pada penderita diabetik dipengaruhi oleh lamanya penyakit diabetes terjadi. Semakin lama seseorang mengidap diabetes maka semakin besar kemungkinan terjadinya kondisi retinopati diabetik. Mengingat besarnya bahaya retinopati ini, maka bagi penderita diabetes dianjurkan untuk selalu memeriksakan mata secara berkala ke rumah sakit.
c. Gangguan Ginjal (Nefropati Diabetik)
Gangguan ginjal atau nefropati akibat diabetes terjadi ketika penumpukan gula dalam pembuluh darah merusak elemen penyaring dalam ginjal yang disebut nefron. Akibat rusaknya sistem penyaringan ini maka akan terjadi kebocoran pada ginjal. Kebocoran ini ditandai dengan keluarnya albumin bersama urine. Apabila gangguan pada ginjal ini tidak segera diobati, maka dapat menimbulkan gagal ginjal. Jika sudah begini, penderita harus melakukan cuci darah dan cangkok ginjal agar dapat bertahan hidup. Kerusakan pada ginjal dapat dicegah jika sejak dini sudah dideteksi melalui pemeriksaan darah dan air seni. Ironisnya, mayoritas penderita tidak mengetahui jika telah menderita gangguan pada ginjal. Untuk itu deteksi dini dari ketidakberesan ginjal menjadi sangat penting dan memungkinkan pengobatan yang sesuai sebelum terjadi kerusakan ginjal atau terjadi manifestasi penyakit yang lebih parah karena komplikasi yang lain. Bagi penderita diabetes sebaiknya rutin memeriksakan diri ke dokter.
d. Gangguan Saraf (Neuropati Diabetik)
Gangguan pada saraf karena diabetes disebut dengan istilah neuropati diabetik. Gangguan saraf terjadi karena tumpukan gula darah merusak sel-sel saraf. Gangguan ini bila tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kelumpuhan pada beberapa bagian organ tubuh. Adapun sel-sel saraf yang dapat rusak akibat diabetes adalah sel saraf sensoris, motoris, dan otonom. Gangguan pada saraf sensoris menyebabkan terjadinya hilang rasa, kesemutan, nyeri, atau kelemahan di kaki dan tangan. Gangguan pada saraf motoris menyebabkan pengecilan (atrofi) otot, dan gangguan pada saraf otonom menyebabkan perubahan pola keringat sehingga penderita tidak dapat berkeringat, kulit menjadi kering, mudah timbul pecah-pecah, dan mudah terkena.
e. Komplikasi Kaki (Foot Complications)
Kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang paling sering terjadi sekaligus memiliki dampak yang fatal, pada kejadian parah harus dilakukan amputasi (pemotongan). Komplikasi kaki diabetik terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf (neuropati), pembuluh darah, dan terjadinya infeksi. Gangguan pada sistem saraf menyebabkan rasa kebal di kaki (hilang rasa), sehingga seorang penderita sering tidak sadar adanya luka. Gangguan pembuluh darah menyebabkan terganggunya proses penyembuhan luka. Dan terakhir, adanya kerentanan penderita diabetes terhadap terjadinya infeksi di daerah luka.
Keseluruhan kondisi yang terjadi ini mengakibatkan borok (gangren) pada kaki.
Keadaan kaki diabetik yang parah atau yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki. Masalah kaki
yang paling sering terjadi ketika ada kerusakan saraf, juga disebut neuropati. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, nyeri (pembakaran atau menyengat), atau kelemahan di kaki. Hal ini juga dapat menyebabkan hilangnya rasa di kaki, sehingga Anda bisa melukai dan tidak tahu itu.
f. Komplikasi kulit
Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, termasuk kulit.
Bahkan, masalah tersebut kadang-kadang tanda pertama bahwa seseorang memiliki diabetes. Untungnya, kondisi kulit yang paling dapat dicegah atau mudah diobati jika tertangkap awal. Beberapa masalah ini adalah kulit kondisi orang dapat memiliki, tapi orang-orang dengan diabetes mendapatkan lebih mudah. Ini termasuk infeksi bakteri, infeksi jamur, gatal-gatal, dan menyebabkan kondisi pada kulit berwarna kecoklatan atau merah. Masalah kulit lainnya terjadi sebagian besar atau hanya untuk orang-orang dengan diabetes.
g. Kesehatan Jiwa (Mental Health)
Diabetes melitus dapat menyebabkan emosi alami seperti stres, sedih, marah dan penolakan sebelum mereka menyebabkan depresi. Kemarahan pada diabetes adalah tempat berkembang biak yang sempurna untuk marah. Penyangkalan, Denial adalah suara yang dalam mengulangi "Bukan aku" Kebanyakan orang pergi melalui ini ketika pertama kali didiagnosis. Depresi Studi menunjukkan bahwa orang dengan diabetes memiliki risiko lebih besar depresi dibandingkan orang tanpa diabetes.
2.1.4Faktor Penyebab Diabetes Melitus
Pada umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin (Tandra, 2010).
Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui. Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit tersebut, antara lain :
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus.
Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memilik peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus.
Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.
3. Faktor genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolestrol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan risiko terkema diabetes mellitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sanga mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika orang malas berolah raga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.
7. Kadar kortikosteroid yang tinggi
8. Kehamilan diabetes gestasional akan hilang setelah melahirkan.
9. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
10. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
Faktor-faktor di atas adalah sebagian contoh dari penyebab diabetes melitus, sebenarnya masih banyak sekali faktor-faktor pemicu diabetes melitus. Dengan menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat merupakan pencegahan awal penyakit diabetes melitus. Mulailah pola makan dan pola hidup sehat sekarang (Hasdianah, 2014).
2.1.5 Upaya Pencegahan Diabetes Melitus
Usaha pencegahan pada DM sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Pencegahan Primer
Tindakan yang dilakukan pada pencegahan primer agar tidak timbul DM meliputi :
a. Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang.
b. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan.
c. Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya diabetes.
2. Pencegahan Sekunder
Bila sudah ada DM, maka yang harus dilakukan adalah pengobatan diabetes agar tidak timbul komplikasi, dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk tujuan:
Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
Jangka panjang : Mencegah timbul dan berlanjutnya penyulit (komplikasi) dengan tujuan akhir menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diabetesnya.
Orang dengan diabetes bisa berolahraga, makan dan minum seperti orang lain tanpa diabetes dengan sedikit pengaturan.
Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama, merupakan awal perjalanan terjadinya komplikasi, disamping menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu seperti sering kencing, haus, lapar dan berat badan turun. Oleh karena itu, tindakan pertama yang harus selalu diupayakan ialah menurunkan kadar gula darah.
Secara garis besar upaya menurunkan gula darah dalam pencegahan sekunder meliputi:
• Perencanaan makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan berat badan idaman sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
• Kegiatan jasmani cukup sesuai umur dan kemampuan pasien.
• Bila dengan pengaturan makan dan aktifitas fisik belum berhasil mengontrol gula darahnya, maka diperlukan obat-obatan, baik yang diminum atau suntik insulin.
• Perlu penyuluhan kepada pasien mengenai berbagai hal berkaitan dengan diabetes dan komplikasinya.
3. Pencegahan Tersier
Usaha pencegahan tersier dilakukan bila komplikasi telah terjadi, untuk mencegah agar tidak terjadi bila komplikasi berlanjut, antara lain:
Pembuluh darah otak : stroke dengan segala akibatnya.
Pembuluh darah jantung : penyakit jantung koroner dan segala konsekuensinya termasuk gagal jantung.
Pembuluh darah mata : kebutaan.
Pembuluh darah ginjal : penyakit ginjal kronik sehingga memerlukan cuci darah.
Pembuluh darah kaki : kaki busuk yang perlu amputasi.
Pemantauan dan pemeriksaan yang diperlukan untuk pencegahan tersier, antara lain:
Mata : pemeriksaan mata secara berkala.
Paru : pemeriksaan rontgen paru secara bekala.
Jantung : pemeriksaan rekam jantung/uji latih jantung secara berkala.
Ginjal : pemeriksaan urin dan fungsi ginjal untuk mendeteksi adanya kebocoran protein.
Kaki : pemeriksaan dan perawatan kaki secara berkala.
2.1.6 Upaya Pengendalian Diabetes Melitus
Resistensi insulin merupakan dasar dari diabetes tipe 2, dan kegagalan sel β mulai terjadi sebelum berkembangnya diabetes yaitu dengan terjadinya ketidakseimbangan antara resistensi insulin dan sekresi insulin. Fungsi sel β menurun sebesar kira-kira 20% pada saat terjadi intoleransi glukosa. Dengan demikian jelas bahwa pendekatan pengobatan diabetes tipe 2 harus memperbaiki resistensi insulin dan memperbaiki fungsi sel β (Arifin, 2011).
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan, yaitu:
1. Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
e. DPP-IV inhibitor 2. Suntikan
a. Insulin
b. Agonis GLP-1/incretin mimetic
Ada obat yang bekerja mempengaruhi produksi glukosa di hepar, ada yang berpengaruh pada ambilan glukosa di otot. Ada obat yang bekerja terhadap hiperglikemia pada keadaan puasa dan ada yang bekerja pada hiperglikemia postprandial. Penting juga diperhatikan efek samping dan interaksi masing- masing obat. Keuntungan dari pemakaian obat kombinasi adalah kita memberi obat dengan mekanisme kerja yang berbeda, yang bersifat potensiasi (seperti diketahui patofisiologi DM tipe 2 adalah kompleks; efek samping dari masing- masing obat akan berkurang karena dosis obat yang diberikan lebih kecil.
Disamping pengobatan yang bertujuan mengendalikan glukosa darah, pada pasien DM tipe 2 perlu juga diperhatikan koreksi berbagai faktor risiko penyakit pembuluh darah yang sering terjadi pada resistensi insulin, hiperinsulinemia dan diabetes mellitus tipe 2 misalnya pengobatan hipertensi, koreksi dislipidemia dan sebagainya (Arifin, 2011).
2.2 Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75, 2014).
Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Prinsip penyelenggaranpuskesmas meliputi:
1. Paradigma sehat
2. Pertanggungjawaban wilayah 3. Kemandirian masyarakat 4. Pemerataan
5. Teknologi tepat guna
6. Keterpaduan dan kesinambungan 2.2.1 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas
Terdapat tiga fungsi utama Puskesmas yaitu :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor, termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
b. Puskesmas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dan memperjuangakan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut memantapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksana program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya budaya masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyuluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
a) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan prorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah rawat inap.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat umum dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, pemeliharaan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan jiwa serta program kesehatan lainnya.
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health service).
2.2.2 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas yaitu :
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat, dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.3 PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) 2.3.1 Pengertian
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (PROLANIS, 2010).
PROLANIS adalah sebuah program manajemen penyakit kronis yang merupakan bagian dari Askes. Program dimulai pada 2010 dan berfokus pada manajemen mandiri diabetes. Ini merupakan bagian dari layanan konsultasi dan pemeriksaan bulanan dari rumah sakit ke Pusat Kesehatan yang memberikan manfaat kepada pasien dari segi waktu tunggu yang lebih rendah secara signifikan dan lebih banyak waktu untuk berkonsultasi dan memberikan pendidikan kepada pasien. Ini adalah perubahan positif bagi mereka yang diasuransikan oleh Askes tetapi menimbulkan pertanyaan adanya ketidakadilan akses terhadap informasi dan pendidikan bagi mereka tidak diasuransikan oleh Askes (Soewondo, Ferrario and Tahapary, 2013).
Pelayanan yang diberikan oleh PROLANIS seperti pelayanan obat untuk penyakit diabetes pasien selama satu bulan, mengingatkan jadwal konsultasi dan pengambilan obat, memberi informasi dan pengetahuan tentang penyakit diabetes secara teratur dan terstruktur pemantauan status kesehatan secara intensif serta adanya kegiatan kunjungan rumah (home visit)bagi peserta (PROLANIS, 2010).
Kunjungan rumah diberlakukan untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga. Sehingga pengobatan terhadap pasien dapat terus dijalankan jika pasien tidak dapat hadir pada waktu yang telah ditentukan untuk penanganan penyakitnya
Dokter akan memantau kepatuhan pasien terhadap program pengelolaan penyakit kronis ini untuk mengetahui apakah pasien benar-benar melakukan apa
yang direncanakan. Komitmen peserta dalam mengikuti PROLANIS juga merupakan hal yang sangat penting. Peserta diharapkan mengikuti segala ketentuan pengobatan yang telah direncanakan, karena jika tidak ada komitmen dari pasien maka program ini akan gagal.
Dengan adanya PROLANIS, target peningkatan status kesehatan,pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran peserta dalam rangka pemeliharaan kesehatan secara mandiri dapat terwujud secara maksimal. Target ini juga didasarkan pada panduan klinis yang berlaku. Indikator keberhasilan program ini adalah terwujudnya Profil Kesehatan Peserta melalui pemantauan berkesinambungan terhadap peserta.
2.3.2 Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.Selain itu tujuandibuatnya PROLANIS adalah untuk mendorong kemandirian peserta,meningkatkan kepuasan peserta, meningkatkan kualitas kesehatan peserta, danmengendalikan biaya pelayanan kesehatan dalam jangka panjang.
2.3.3 Sasaran Kegiatan
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis terutama DM Tipe 2 dan Hipertensi. Aktifitas dalam PROLANIS meliputi aktifitas
konsultasi medis atau edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub, pelayanan obat secara rutin, dan pemantauan status kesehatan.
2.3.4 Mekanisme PROLANIS
Pelayanan Program Pengelolaan Penyakit Kronis bersifat komprehensif (menyeluruh) meliputi :
a. Upaya promotif; penyuluhan/informasi berbagai media, konsultasi, dan reminder aktifitas medis
b. Upaya preventif; imunisasi, penunjang diagnostik, kunjungan rumah (home visite), konseling
c. Upaya kuratif; pemeriksaan dan pengobatan penyakit pada Rawat Jalan Tingkat Pertama, Rawat Jalan Lanjutan, Rawat Inap Lanjutan serta pelayanan obat
d. Upaya rehabilitatif; penanganan pemulihan dari penyakit kronis
Pelayanan PROLANIS di fasilitas kesehatan primer lebih fokus pada pelayanan promotif dan preventif meliputi :
a. Pemberian konsultasi medis, informasi, edukasi terkait penyakit kronis kepada penderita dan keluarga
1) Kunjungan ke rumah pasien 2) Penyuluhan penyakit kronis
3) Pelatihan bagi tata cara perawatan bagi penderita
b. Pemantauan kondisi fisik peserta kronis secara berkesinambungan c. Pemberian resep obat kronis dan kemudian peserta mengambil obat
pada Apotek yang ditunjuk
d. Pemberian surat rujukan ke Fasilitas yang lebih tinggi untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama / Primer.
e. Penanganan terapi penyakit kronis dan peresepan obat kronis sesuai Panduan Klinis penanganan penyakit kronis yang berlaku
f. Membuat dokumentasi status kesehatan per Pasien terhadap setiap pelayanan yang diberikan kepada tiap pasien
g. Membuat jadwal pemeriksaan rutin yang harus dijalani oleh peserta
2.3.5 Penanggungjawab
Penanggungjawab PROLANIS adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer.
2.3.6Wadah Kegiatan
PROLANIS dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau klinik di perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja klub olahraga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan PROLANIS dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.
2.3.7Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan PROLANIS dilakukan oleh petugas puskesmas pemegang program PROLANIS.
2.3.8Bentuk Kegiatan
1. Aktivitas konsultasi medis/edukasi
a. Jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola
b. Edukasi Klub PROLANIS adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta PROLANIS. Sasaran: Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub.
Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan Peserta dan kebutuhan edukasi.
2. Reminder (SMS Gateway)
Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut. Sasaran: Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing Faskes Pengelola.
a. Aktivitas klub/senam